BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku
|
|
- Benny Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) mengklasifikasikan suku bangsa Indonesia dengan mengambil patokan kriteria bahasa, kebudayaan daerah serta susunan masyarakat, dengan rincian yaitu (1) Sumatera, 49 suku bangsa (2) Jawa, 7 suku bangsa; (3 ) Kalimantan, 73 suku bangsa; (4) Sulawesi, 117 suku bangsa; (5) Nusa Tenggara,30 suku bangsa;( 6) Maluku Ambon, 41 suku bangsa; (7) Irian Jaya,49 suku bangsa. Selama ratusan bahkan ribuan tahun itu pula mereka telah menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan tradisi. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk akan kebudayaan, baik itu dalam bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-tradisi lainnya. Bentuk-bentuk tradisi yang dilakukan oleh berbagai suku bangsa tersebut antara lain perkawinan, pesta adat, kematian, dan lain sebagainya. Masing-masing bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa tersebut. Ciri khas tersebut di satu pihak ada yang masih dipertahankan oleh masyarakat dan tidak mengalami perubahan sama sekali, dilain pihak ada yang mengalami perubahan atau malah hilang sama sekali sebagai suatu tradisi yang menjadi bagian dari masyarakat.
2 Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa diantaranya adalah tradisi pesta adat selesai panen. Hampir setiap daerah masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat aruh mahannyari pada Suku Dayak, upacara Penolak Bala sebagai rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan. Tradisi di atas berguna untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik lagi dimusim panen yang akan datang. Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Mereka masih melaksanakan suatu tadisi upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) upacara ini dilakukan setelah selesai panen padi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Badruzzanmah Ismail (2000) bahwa upacara kegiatan pertanian di sawah ada tiga tahapan, yaitu 1) upacara menjelang turun ke sawah Kenduri Blang, 2) ketika padi berbuah Manoahae dan, 3) sesudah masa panen yang dikenal dengan sebutan mangan ahai fallo. Mangan ahai fallo (makan padi baru) dengan istilah syukur nikmat atas hasil panen yang diperoleh. Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara mangan ahai fallo merupakan acara terakhir dari rangkaian kegiatan pertanian yang sebelumnya diawali dengan upacara kenduri blang (upacara menjelang turun ke sawah). Upacara ini dilaksanakan di balai desa. Dalam upacara perlu adanya seorang keujeurun
3 blang 1, yang bertugas untuk memimpin jalannya upacara mangan ahai fallo dan sekaligus mengontrol proses upacara mangan ahai fallo sekaligus mengawasi kegiatan pertanian mulai pada saat bibit padi ditanam sampai dipanen. Desa-desa yang masih melaksanakan upacara mangan ahai fallo ini diantaranya adalah Desa Tanjung Raya, Desa Luan Balu, dan Desa Kuala Baru yang terletak di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Khusus pada masyarakat Desa Tanjung Raya, upacara ini merupakan hal yang penting, sebagai rasa syukur atas hasil panen yang diberikan Allah SWT kepada mereka. Di Desa Tanjung Raya upacara ini dilaksanakan dengan sangat meriah, sebab diisi dengan pertunjukan nasyid yang disertai dengan lagu-lagu berbahasa daerah setempat disamping menampilkan tari-tarian yang dibawakan oleh anak-anak dari desa tersebut, selain dihadiri oleh masyarakat setempat, acara ini juga dihadiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan dari desa terdekat yaitu para ketua adat, dan beserta aparat desa bahkan dihadiri oleh Camat. Upacara mangan ahai fallo merupakan acara selesai panen yang telah diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi setelahnya bahkan sampai saat ini. Upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) perlu untuk dikaji, karena upacara tersebut menurut masyarakat itu merupakan suatu keharusan, karena menurut kepercayaan masyarakat upacara ini membawa keberkahan bagi mereka. dan apabila tidak dilaksanakan, mereka anggap akan terjadi marabahaya. Marabahaya disini seperti padi akan terkena hama, berpenyakit atau marabahaya lain yang menimpah padi mereka yang mengakibatkan gagal panen. Jadi upacara 1 Keujeuren blang merupakan orang yang memimpin proses turun ke sawah.
4 mangan ahai fallo suatu kegiatan yang dianggap begitu penting. Hal itulah yang menarik dan mendorong peneliti untuk mengetahui kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara tersebut Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani Desa Tanjung Raya, sehingga begitu penting dan rutinitas setiap tahunnya mereka laksanakan. 1.3.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Raya, yang berada di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Pemilihan lokasi didasarkan atas hasil pengamatan sementara sampai saat ini masyarakat Desa Tanjung Raya masih tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo ketika selesai panen Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kearifan tradisional yang tersembunyi dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani yang ada di Desa Tanjung Raya. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat baik secara praktis maupun akademis. Secara praktis, dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahaminya dalam membuat berbagai kebijakan-kebijakan yang diperlukan, terutama dalam rangka upaya
5 pelestarian kebudayaan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan bidang Antropologi yang membahas tentang keberadaan upacara adat dalam hubungannya dengan aspek kehidupan komunitas petani desa Tinjauan Pustaka Sektor pertanian telah digeluti sejak zaman nenek moyang di seluruh belahan bumi. Karena bidang ini berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup manusia. Sehingga sebagai wujud penghargaan, penghormatan akan alam yang menjadi media serta pengharapan, maka dalam pelaksanaannya manusia membudayakan serangkaian upacara yang telah menjadi tradisi di suatu daerah dan dilaksanakan secara turun-temurun. Salah satu apresiasi masyarakat ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisional berupa ritual adat yang berbeda caranya antara satu daerah dengan daerah lainnya. Upacara tersebut ada yang berkaitan dengan kepercayaan, agama, daur hidup dan ada pula yang berkaitan dengan sosial masyarakat ( By Etnikprogresif powered 2009 ). Ada beberapa unsur upacara Pertanian yang dapat dikaji bersama untuk melestarikan tradisi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Nilai budaya yang berfungsi untuk terjalinnya rasa sosial yang erat sesama warga tani sebagai pedoman tertinggi, bagi kelakuan manusia yang meliputi normanorma atau kaidah-kaidah. Upacara tradisional dalam kehidupan pertanian dalam penyelenggaraannya dapat terdiri atas beberapa macam hal yaitu: 1. Nilai Upacara 2. Fungsi Upacara
6 3. Perubahan-perubahan yang terjadi 4. Pandagan masyarakat sekitarnya terhadap upacara tersebut ( Hans J.Daeng 2000 ) Nanu Muda (2009) mengungkapkan, petani Sunda melakukan upacara pertanian berkaitan dengan adanya kepercayaan terhadap Dewi Sri (Dewa Padi) menganggap Dewi Sri sebagai mahkluk bernyawa seperti manusia sehingga amat dihormati dan diperlakukan agar ia tidak marah, tidak memberi penyakit, dan perlu dininabobokan agar menghasilkan padi dan bibit yang berkualitas. Begitu hormat dan besarnya harapan para petani agar kualitas padi yang dihasilkan baik, dan masyarakat di desanya tidak kelaparan karena gagal panen. Sebagaimana dalam masyarakat Sunda juga memiliki berbagai upacara yang terkait dengan pertanian. Upacara yang dilakukan untuk menghormati alam sebagai ucapan terimakasih atas hasil panen yang diperoleh dan telah mencukupi kebutuhan pangan keluarga, khususnya padi sebagai bahan makan pokok bagi mereka, orang Sunda menghormatinya dengan nama Nyi poci 2 atau Dewi Sri. Selain dikenal upacara yang berkaitan dengan pertanian ada lagi upacara berkaitan dengan kehidupan kenelayanan atau maritim yang dikenal dengan kenduri laot. Upacara tersebut dimaksudkan untuk memohon kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam menangkap ikan dan dijauhkan dari segala marabahaya, acara ini biasanya diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan doa bersama. Kenduri laot biasanya dilakukan sekali dalam setahun. (Badruzzanmah, Ismail 2009: 46). 2 Nyi poci sebutan lain dari Dewi Sri
7 Kegiatan upacara, selain mengandung nilai budaya bahwa dalam hidup manusia harus senantiasa diikat dengan adat dan budaya yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah-laku. Tetapi juga berfungsi menghubungkan manusia dengan sesama manusia, dapat mengelompokkan pemikiran dan kebersaman. Begitu juga halnya, upacara dapat menghubungkan manusia dengan alam. Menurut Hans J.Daeng (2000: 46) Masyarakat Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Dalam melaksanakan upacara tradisional yaitu mangan ahai fallo diduga banyak mengandung nilai-nilai positip yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Nilai positif dari pelaksanaan upacara mangan ahai fallo yang dapat diambil hikmah dari penyelenggaraan upacara ini adalah terjalinnya kerjasama dan silahturahmi antara mereka, serta dapat menyatukan pendapat dari masing-masing warga tani. Warga tani dapat bertukar pikiran dalam mengolah sawahnya dengan baik. Menurut Badruzzanmah Ismail (2009) upacara merupakan perayaan atau kegiatan upacara ketika selesai panen yang mempunyai alasan tertentu. Kemudian upacara tersebut dilaksanakan dalam lingkup adat istiadat secara berkelanjutan dan sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku. Dimaksud adat istiadat adalah suatu aturan tentang aspek kehidupan manusia yang tumbuh dari usaha orang dalam suatu daerah tertentu sebagai kelompok sosial untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Salah satu upacara adat yang masih dilaksanakan dan terus dilestarikan khususnya di Desa Tanjung Raya adalah upacara mangan ahai fallo (makan padi baru).
8 Syamsudin (1985: 1) menjelaskan kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara yang merupakan wujud dari adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik secara aspek sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang bersifat magic dan disertai dengan berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolik. Sudah banyak sekali para peneliti yang telah mengkaji maupun menulis masalah upacara adat. Seperti halnya Siregar (1994) skripsi yang mengkaji upacara mebat pada orang Batak Angkola. Beliau mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran yang terjadi dalam upacara mebat di daerah Sidore Timur dengan konsep asli upacara dimaksud di daerah asalnya Bona Pasogit. Pada akhirnya ditemukan kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penyebab pergeseran dalam upacara mebat boru na marlojong adalah karena pihak melaksanakan kebanyakan sudah kurang memahami rangkaian upacara yang dimaksud seperti yang terdapat di Bona Pasogit. Elisabet (1990) dalam kajiannya tentang upacara Tola Bala di Desa Sei Kambah Asahan. Diungkapkan dalam penelitiannya adalah hal-hal yang membuat upacara tersebut masih terus bertahan, serta berfungsi ditemukan kesimpulan bahawa upacara Tola Bala di samping memberikan kekuatan spiritual, juga dapat membuat dirinya merasa kuat, seakan-akan dirinya dilindungi oleh kekuatankekuatan yang tidak terlihat, juga merupakan sarana penghormatan dan penyembahan masyarakat desa terhadap kekuatan supra-alami yang dapat
9 dijadikan pelindung masyarakat agar terhindar dari bencana. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat yang abstrak dari jiwa manusia, apabila tidak dilaksanakan upacara ini masyarakat merasa takut akan bencana yang akan datang dua kali lipat dari sebelumnya. Berutu (1998: 69) menjelaskan bahwa dalam penelitiannya mengenai upacara menanda tahun adalah salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan proses perladangan yang dilakukan pada setiap tahunnya yaitu pada saat menjelang musim tanam padi. Upacara tersebut dimaksudkan agar tidak menyalahi apa yang dipercayai sebagai ketentuan alam gaib. Selanjutnya menurut Badruzzanmah Ismail (2009) upacara kenduri blang adalah cara mengumpulkan warga tani dan menjadi sarana komunikasi. Saat berlangsungnya upacara kenduri blang dan dihadiri oleh warga kampung, mereka tidak hanya petani, sehingga antara warga tani/bukan petani menjadi saling kenal. Upacara tersebut dilakukan dua kali setiap tahun masa panen atau waktunya disebut sebagai wate keneh jak atawa u blang dengan wate kedara pade 3 (waktu mau bajak sawah atau turun ke sawah dengan waktu padi sudah kuning) Koentjaraningrat (1982) menyatakan bahwa sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup, karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem budaya seolah-olah berada di luar dari diri individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu sejak kecil telah diresapi dengan 3 Pade dalam bahasa aceh adalah padi. Selanjutnya lihat
10 nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu telah lama berakar dalam jiwa mereka. Menurut Malinowski (2009) kedudukan benda yang digunakan dalam upacara pertanian tidak dilihat seberapa banyak peralatan yang disediahkan oleh masyarakat, tetapi mempunyai nilai tertentu dari segi kepercayaan mereka. Namun ritual adat bagi masyarakat Melayu merupakan ritual yang bercorak ke Islaman menurut mereka adat dan Islam itu seperti daging dengan darah yang sukar dipisahkan 4. Lebih lanjut dijelaskan Geertz, di dalam kebudayaan, makna tidak bersifat individual tetapi publik. Ketika sistem makna kemudian menjadi milik bersama dari suatu kelompok, kebudayaan menjadi suatu pola makna bagi mereka yang kemudian kebudayaan tersebut diturunkan secara turun-temurun ke generasi setelah. Kebudayaan dijadikan sebagai suatu konsep yang diwariskan kepada manusia sebab manusia itulah yang mampu berkomunikasi, melestarikan kebudayaannya, serta mengembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan. Untuk menjelaskan makna dari suatu upacara dapat dilihat dari simbolsimbol yang ada dalam upacara tersebut. Geertz (1992: 149) menjelaskan bahwa simbol adalah segala objek berupa benda-benda, orang peristiwa, tingkah laku dan ucapan-ucapan yang mengandung pengertian tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, mangan ahai fallo dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk prilaku perbuatan seperti ada penyampaian arahan dan bimbingan dari kepalah Desa, penyampain sepata kata dari keujeurun blang 4 kompas/com
11 yang berisikan adalah ucapan terimakasih kepada warga tani mungkin selama memimpin blang pernah melakukan kesalahan, oleh karena itu disinilah pak keujeurun blang meminta maaf agar kiranya dapat dimaafkan. Berkaitan dengan hal itu, mangan ahai fallo dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat, pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan sebagai suatu yang bersifat magic yang diyakini telah memberikan keselamatan bagi mereka serta rezeki yang melimpah dengan hasil panen yang didapat. Menurut kepercayaan masyarakat, mangan ahai fallo ini merupakan suatu tradisi yang harus dilaksanakan. Hal inilah yang menimbulkan keyakinan, bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan segalanya. Baik itu keselamatan bagi mereka waktu melaksanakan aktivitas pertanian maupun hasil dari pertanian tersebut. Demikian pula halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Raya. Mangan ahai fallo merupakan upacara yang dilaksanakan, yang mengandung makna dan bersifat khidmat dan magic bagi masyarakat petani. Pada masyarakat Desa Tanjung Raya upacara tradisional dilakukan dengan upacara adat, ini merupakan ungkapan memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun rangkaian upacara mangan ahai fallo pada masyarakat Desa Tanjung Raya adalah sebagai berikut : a. Tahap pertama, disini para kaum bapak akan melaksanakan musyawarah terlebih dahulu yaitu untuk mengadakan pencalonan seorang keujeurun blang. Calon yang telah disediahkan menjadi keujeurun blang (kepala persawahan) terdiri dari tiga orang. Dalam acara pencalonan keujeurun
12 blang ini juga hadiri oleh para kaum bapak yang ada di desa tersebut, acara ini dilaksanakan ketika selesai shalat Jumat dan bertempat di mesjid b. Tahap kedua, yaitu pelantikan seorang keujeurun blang. Sebelum diadakan pelantikan kepala desa setempat akan menyampaikan sepata kata terlebih dahulu kepada seluruh kaum bapak, agar mereka dapat meluangkan waktu sedikit untuk membahas terkait dengan pelantikan keujeurun blang. Disini kepala desa meminta pendapat dari para kaum bapak siapakah yang cocok untuk dijadikan sebagai kejeurun blang. Keucik (kepala desa) disini hanya menampung usulan dari para kaum bapak, siapa yang siap untuk dilantik dari ketika calon tersebut. Dua hari kemudian setelah pencalonkan sekaligus pelantikan kejeurun blang. Kemudian mengadakan suatu perkumpulan yang bertempat di balai desa yang dihadiri oleh kaum bapak dan kaum ibu, bahkan anak-anak dengan rangkain acara mangan ahai fallo atau mangan ulu taun adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan acara yang dibawakan oleh salah satu dari staf kepalah Desa. 2. Adanya pembacaan ayat suci Al-Quran. 3. Adanya arahan dan perintah dari keujeurun blang. 4. Adanya nasehat dan pandangan dari kepala desa. 5. Doa yang dipimpin oleh seorang imam yang fase bacaannya, doa ini diaminkan secara bersama-sama. 6. Adanya makan bersama.
13 Scheiner (2009) adat merupakan sikap tradisi yang sesuai dengan normanorma yang diajarkan oleh nenek moyang sebagai ikatan yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok 5. Oleh karena itu masyarakat Desa Tanjung Raya selalu berpegang teguh dengan adat walaupun zaman terus mengalami perubahan. Adat bagi masyarakat Desa Tanjung Raya melaksanakan upacara mangan ahai fallo yang merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat. Dari berbagai kajian tersebut dapat dipahami bahwa suatu upacara adat dianggap memilki fungsi-fungsi tertentu di dalam kebudayaan suatu masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan tidak berubah dan tetap langgeng bagi masyarakat, tanpa memperhitungkan masyarakat pembentuk kebudayaan telah berganti. Dengan kata lain, kajian fungsi tersebut tidak memperhitungkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Lebih dari itu, kajian-kajian terhadap upacara adat sangat jarang menjelaskan tentang makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian diajukan untuk mengkaji kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo. Suatu makna yang memilki arti penting bagi komunitas petani padi di Desa Tanjung Raya yang menjadikan upacara tersebut dapat terus bertahan sampai sekarang ini. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara mangan ahai fallo yang terdapat di Desa Tanjung Raya. 5 kompas. com
14 1.6. Metode Penelitian Tipe penelitian Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mencapai sasaran yang akan dituju, yakni melihat kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo. Di Desa Tanjung Raya, dalam penelitian ini data dikategorikan atas 2 (dua) jenis: a. Data primer Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi dimana peneliti selain melakukan pengamatan atas berbagai gejala dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar peneliti benar-benar menyelami dan memahami kehidupan warga tani yang masih tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo ketika selesai panen padi. Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan wawancara sambil lalu yang dibantu dengan alat perekam (tape recorder) dan dituangkan ke dalam cacatan lapangan. Kedua jenis wawancara tersebut dilakukan guna memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara perwawancara dengan orang yang diwawancara (informan). Wawancara mendalam menggunakan pedoman (interview guide), sedangkan wawancara sambil lalu tanpa pedoman wawancara. Untuk
15 memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan (rapport) dengan informan. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan pokok atau kunci, dan informan biasa, sedangkan wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan lain yang ditemui saat penelitian berlangsung, misalnya diwarung dan di jalan. Informan pokok atau kunci adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai upacara adat, terutama yang terkait dengan upacara mangan ahai fallo. Syarat untuk dijadikan informan pokok atau kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahun luas dan memberikan informasi secara mendalam dan detail tentang masalah penelitian. Dengan demikian yang menjadi informan pokok atau kunci adalah ketua adat, beserta aparatur desa yang memahami masalah yang diteliti, informasi biasa adalah masyarakat yang berada disekitar lokasi penelitian yang terlibat di dalam proses pelaksanaan upacara mangan ahai fallo. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan alat pendukung yang dapat menyempurnakan hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari lembaga-lembaga resmi seperti kantor desa, kantor kecamatan, dan hasilhasil penelitian dan berbagai referensi yang relevan dengan permasalahan penelitian yang berupa: jurnal, artikel, buku-buku dan internet.
16 1.7 Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang menganalisa tentang upacara mangan ahai fallo. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan mengurutkan hipotesa kerja. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dibandingkan serta dicari saling hubungannya. Dengan ini diharapkan akan ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Analisa data sebenarnya telah dilakukan mulai dari penyusunan proposal sampai penelitian ini selesai.
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang
115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial (social communication), proses komunikasi yang terjadi dalam komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap budaya memiliki sebuah upacara maupun ritual sesuai dengan aktivitas religi dan sistem kepercayaan yang dianutnya. Kelompok masyarakat adat menjaga tradisinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah selalu menampilkan dimensi ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu mengandung tiga unsur pelaku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan tercipta jika tidak ada manusia yang melestarikanya, karena manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo merupakan salah satu di antara ratusan suku bangsa yang ada di Nusantara, sama halnya dengan suku lainnya yang memiliki kebudayaan sebagai peninggalan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciMAKNA TRADISI DEKAHAN BAGI MASYARAKAT DESA PAKEL
MAKNA TRADISI DEKAHAN BAGI MASYARAKAT DESA PAKEL (Studi Fenomenologi Tentang Alasan Masyarakat Melestarikan Tradisi Dekahan Dan Perilaku Sosial Yang Ada Didalamnya Pada Masyarakat Desa Pakel, Kecamatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA
- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan zaman, kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang
Lebih terperinciHAK ULAYAT MASYARAKAT DALAM KETENTUAN HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN PESISIR (HP3)
HAK ULAYAT MASYARAKAT DALAM KETENTUAN HAK PENGUSAHAAN PERAIRAN PESISIR (HP3) Oleh: Ir. Kartika Listriana, MPPM. dan Dinah Yunitawati, S.T. Kearifan lokal yang berkembang di Indonesia atau yang lebih dikenal
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak layak dimakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi sebuah daya tarik tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain. Budaya pada umumnya di wariskan secara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
Lebih terperinciMAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI
MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa
Lebih terperinci