PENINGKATAN PEMAHAMAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS VII D SEMESTER 2 MTsN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL

Transkripsi

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS VII D SEMESTER 2 MTsN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL Dra. Endang Purwani, M.Pd.I MTsN 1 Ngawi, Ngawi, Jatim, Indonesia endang.purwani62@gmail.com Abstract: The purpose of this study was to determine the increase in student understanding Class VII D MTsN Ngawi at the Islamic Cultural History subject after application of instructional audiovisual media and to determine the increase VII Class D student understanding MTsN Ngawi at the Islamic Cultural History subject after application of instructional audiovisual media. The design of this study using the Classroom Action Research design includes planning, implementation, observation, assessment, and reflection. The data source of this research is the student MTsN Ngawi school year 2011/2012 as the research object, a class VII D as research subjects, and observations in the classroom, the evaluation value. Data research on understanding Islamic Cultural History subject students are processed and analyzed. Based on the results of this study concluded that the implementation of instructional audiovisual media can enhance students' learning comprehension VII Class D MTsN Ngawi at the Islamic Cultural History subject especially during the historical development of Islamic Khulafaurrasyidin marked with improving student learning outcomes. Increasing student learning outcomes VII Class D MTsN Ngawi in the subject of Islamic Culture History in the material history of the development of Islam in the past applied Khulafaurrasyidin after learning of audiovisual media looks at the increase in the percentage of students passing grade from the first cycle of 67 % (14 students), increased in the second cycle amounted to 81 % (17 students), increased again in the third cycle to 90 % (19 students) of the total students as many as 21 people. The average value of student learning outcomes at in the first cycle increased to in the second cycle and increased to in the third cycle. Keywords: Increased ability to understand the Islamic Cultural History, audiovisual media Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa Kelas VII D MTsN Ngawi pada mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam setelah penerapan media pembelajaran audiovisual dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa Kelas VII D MTsN Ngawi pada mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam setelah penerapan media pembelajaran audiovisual. Desain penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, penilaian, dan refleksi. Sumber data penelitian ini adalah siswa MTsN Ngawi tahun pelajaran 2011/2012 sebagai objek penelitian, kelas VII D sebagai subyek penelitian, dan pengamatan di kelas, nilai evaluasi. Data penelitian tentang pemahaman Sejarah Kebudayaan Islam siswa yang diolah dan dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran audiovisual dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Sejarah Kebudayaan Islam khususnya sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII D MTsN Ngawi pada mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam materi sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin setelah diterapkan media pembelajaran audiovisual terlihat pada kenaikan persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sebesar 67% (14 siswa), meningkat pada siklus II menjadi sebesar 81% (17 siswa), meningkat lagi pada siklus III menjadi (19 siswa) dari keseluruhan siswa sebanyak 21 orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 69,76 pada siklus I meningkat menjadi 75,24 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 78,81 pada siklus III.. Kata Kunci : Peningkatan kemampuan Memahami Sejarah Kebudayaan Islam, media audiovisual Pendahuluan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam 63 (PAI) yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan yang bernafaskan Islam. Sejarah memiliki peranan penting dalam kehidupan. Dengan sejarah seseorang dapat mengetahui

2 keadaan masa lalu yang mengandung banyak nilai dan pelajaran bagi hidup seseorang. Sejarah tidak hanya sekedar untuk mengenang masa lalu, sejarah diharapkan mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan saat ini. Selain itu, diharapkan kehidupan yang dijalani sekarang dan yang akan datang dapat berkaca pada peristiwa masa lalu. Itulah yang disebut rekonstruksi sejarah oleh Kuntowijoyo dalam bukunya Metode Sejarah (Kuntowijoyo, 1995:17). SKI sangat penting untuk diberikan dan diajarkan dengan baik kepada setiap satuan pendidikan yang bernafaskan Islam mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai perguruan tinggi dengan tujuan sejarah akan dapat direkonstruksi oleh umat Islam pada zaman modern ini. Kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai ada sebagian besar siswa yang mendapatkan nilai rendah dibawah kiriteria ketuntasan minimal (KKM). Mereka adalah anak-anak yang kurang fokus ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Hal ini disebabkan guru tidak menggunakan metode atau media pembelajaran yang menarik, sehingga siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran. Hal ini sesuai dengan permasalahan di kelas VII D MTsN Ngawi dimana masih banyaknya siswa yang merasa jenuh, bosan dan kurang fokus dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang akhirnya berdampak pada pemahaman mereka yang kurang. Fenomena rendahnya kemampuan memahami Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VII D MTsN Ngawi ini dapat dilihat dari data pendukung yang diperoleh melalui hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VII D MTsN Ngawi masih kurang memuaskan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dengan guru kelas VII D MTsN Ngawi diketahui bahwa rendahnya kualitas hasil pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas ini disebabkan oleh beberapa faktor. (1) guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar, (2) guru belum memanfaatkan media pembelajaran yang inovatif, (3) guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas, (4) siswa merasa bosan dengan media yang diterapkan guru, (5) siswa kesulitan dalam menemukan ide atau gagasan, (6) siswa lebih senang bermain dari pada belajar. Berpijak dari hal-hal yang telah diungkapkan di atas maka diperlukan suatu 64 solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran SKI di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah media pembelajaran yang digunakan oleh guru, yakni dengan menerapkan media audiovisual. Media pembelajaran ini lebih menekankan pada pembentukan suasana belajar yang menyenangkan sehingga membuat siswa nyaman dan aktif dalam pembelajaran yang dilakukan. Media pembelajaran ini cukup efektif jika diterapkan karena dapat melibatkan partisipasi dan keaktifan siswa yang pada selanjutnya dapat meningkatkan pemahaman siswa. Media pembelajaran audiovisual merupakan media yang paling sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini. Melalui media audiovisual diharapkan dapat menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Ketertarikan dan minat tersebut akan menumbuhkan kesenangan siswa dalam pembelajaran yang pada akhirnya nanti dapat meningkatkan kemampuan dan hasil pembelajaran SKI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa Sejarah Kebudayaan Islam setelah penerapan media pembelajaran audiovisual dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa Sejarah Kebudayaan Islam setelah penerapan media pembelajaran audiovisual. Menurut Kuntowijoyo (1995:17), sejarah adalah rekonstruksi masa lalu yang meliputi apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Sejarawan dapat menulis apa saja, asal memenuhi syarat untuk disebut sejarah. Sedangkan pengajaran sejarah adalah bagaimana agar peserta didik mau belajar sejarah, melalui belajar sejarah yang dipelajari diharapkan peserta didik mampu memahami berbagai peristiwa sejarah (Haryono, 1999:3). Sadiman mengemukakan bahwa media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (1996: 6). Media audiovisual, menurut kamus bahasa Indonesia (1990:56) menyebutkan media artinya alat, alat komunikasi. Sedangkan audio adalah alat peraga yang dapat didengar. Visual adalah alat peraga yang sifatnya dapat dilihat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media audiovisual adalah alat peraga yang sifatnya dapat didengar atau dapat dilihat.

3 Beberapa hal penting berkaitan media audiovisual ini adalah (1) dalam media audiovisual secara teknis dilakukan siswa dengan berkelompok, (2) penerapan strategi ini berpengaruh pada tersimulasinya siswa dalam mengembangkan ide/gagasan. Keunggulan media pembelajaran berupa audiovisual ini dibandingkan teknik yang konvensional dikaitkan pada fakta adalah dapat membuat para siswa dapat mengembangkan hal positif ke arah peningkatan pemahaman, semangat belajar, serta hasil belajar. Sehingga dengan adanya peningkatan semangat belajar dan pemahaman siswa maka diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan PTK ini dipilih berdasarkan karakteristik permasalahan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada konteks alamiah, yakni mengkaji permasalahan faktual dalam pelajaran. Sejalan dengan pendapat Suyanto (2000: 5) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki ciri-ciri: (1) dilaksanakan oleh guru, (2) berangkat dari masalah faktual yang ada dalam pembelajaran, (3) adanya tindakan-tindak an yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran, (4) bersifat kolaboratif. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini melalui tahap-tahap penelitian, dimulai dari (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi, (Arikunto, 2008:74). Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Ngawi. Penelitian kali ini di kelas VII D MTsN Ngawi, tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D MTsN Ngawi yang berjumlah 30 siswa. Prosedur Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut. (1) persiapan, (2) pengenalan awal tentang keterampilan Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas VII D MTsN Ngawi (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penilaian dan refleksi. Prosedur Analisis 65 Data penelitian diperoleh pada setiap tindakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Keseluruhan data itu merupakan hasil catatan di kelas, penugasan dan hasil evaluasi. Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data proses dan data hasil. Data proses diperoleh melalui kegiatan observasi lingkungan. Kegiatan observasi lingkungan berupa catatan-catatan permasalahan yang dihadapi siswa. Data proses dikumpulkan mulai dari tahap pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Data proses pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berupa aktivitas siswa dalam (1) aktivitas siwa dalam membentuk kelompok, (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan media audio visual, (3) aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Data hasil diperoleh pada setiap tahap Sejarah Kebudayaan Islam. Data tersebut dapat diamati melalui catatan siswa yang berisi: (1) keaktifan siswa dalam pembelajaran, (2) keaktifan siswa dalam tanya jawab, (3) keaktifan siswa dalam pengerjaan tugas. Ketelitian dalam pengamatan dilakukan agar diperoleh data yang sebenarnya dan teks berita yang akurat baik dalam proses perincian maupun penyimpulan. Pengolahan nilai dilakukan dengan menggunakan rumus: Nilai = Skor perolehan siswa x 100 =... Skor maksimal (15) Keterangan nilai: (1) Nilai = sangat kurang (3) Nilai = baik (2) Nilai = kurang (5) Nilai = sangat baik Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika 85% telah mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu 75. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pra Pada kondisi awal, ketuntasan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi masih tergolong rendah. Siswa yang tuntas belajar hanya sekitar 9 orang siswa (45%) sedangkan sisanya 12 siswa (55%) masuk dalam kategori tidak tuntas atau tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa kelas VII D MTsN Ngawi dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya nilai Hasil belajar SKI yang mereka raih adalah karena mereka kurang tertarik dengan cara

4 mengajar dari guru SKI mereka yang kurang bervariasi sehingga berdampak pada pemahaman materi pelajaran yang rendah. Pemahaman materi pelajaran yang rendah tersebut mengakibatkan penurunan Hasil belajar mereka yang terlihat pada ketuntasan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi yang rendah. Hasil I Tahap penelitian siklus I terdiri dari empat macam tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut: Jumlah siswa kelas VII D MTsN Ngawi yang dikategorikan sebagai siswa yang aktif adalah sebesar 67% (14 orang). Sedangkan jumlah siswa yang dikategorikan tidak aktif adalah sebesar 33% (7 orang). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa keberhasilan keaktifan belajar siswa secara klasikal 85% belum tercapai. Ketuntasan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi pada siklus I terjadi peningkatan. Siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi sebesar 67 % (14 orang) siswa sedangkan yang masuk dalam kategori tidak tuntas sebesar 33 % (7 orang) siswa. Hasil belajar saat penerapan media audiovisual pada siklus I yaitu siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 75 adalah 14 siswa. Hal ini berarti 67% dari seluruh jumlah siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar mengajar. Sedang 33% siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar mengajar dengan memperoleh nilai kurang dari 75. Indikator yang ditentukan yaitu 85% dari seluruh siswa harus tuntas dalam belajar mengajar. Pada siklus I ini indikator keberhasilan secara klasikal 85% belum tercapai, maka akan dilanjutkan ke tindakan siklus II. Solusi yang di rancang untuk perbaikan dari siklus 1, yaitu guru akan lebih memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat tentang materi pembelajaran, memberi pertanyaan untuk merangsang siswa agar lebih aktif menjawab dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya serta guru akan memantau siswa yang kurang aktif untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil II Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 agar keaktifan belajar siswa serta Hasil belajar siswa meningkat sesuai yang diharapkan yaitu 66 mencapai nilai yang telah ditetapkan. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut: Hasil peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus 2 yang sudah mendekati ketuntasan belajar mengajar yang secara garis besar didapatkan bahwa jumlah siswa kelas VII D MTsN Ngawi yang dikategorikan sebagai siswa yang aktif adalah sebesar 81% (17 orang). Sedangkan jumlah siswa yang dikategorikan tidak aktif adalah sebesar 19% (4 orang). Berdasarkan hasil tersebut ketuntasan secara klasikal 85% belum tercapai. Hasil ketuntasan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi terjadi peningkatan pada siklus II. Siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi sebesar 81% (17 orang siswa) sedangkan yang masuk dalam kategori tidak tuntas sebesar 19% (4 orang siswa). Perolehan hasil belajar saat penerapan media audiovisual pada siklus 2 yaitu siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 75 adalah 17 siswa. Hal ini berarti 81% jumlah siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar mengajar atau secara klasikal 85% belum tercapai. Solusi yang di rancang untuk perbaikan dari siklus 2, yaitu guru akan lebih memotivasi siswa dengan memberikan rangsangan berupa hadiah CD film Islami untuk merangsang siswa agar lebih aktif menjawab pertanyaan dan tugas kelompok. Selain itu guru akan terus memantau siswa yang kurang aktif untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil III Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siklus 2, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 3 agar keaktifan belajar siswa serta Hasil belajar siswa meningkat sesuai yang diharapkan yaitu mencapai nilai yang telah ditetapkan. Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut: Hasil peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus 3 yang sudah mendekati ketuntasan belajar mengajar yang secara garis besar didapatkan bahwa jumlah siswa kelas VII D MTsN Ngawi yang dikategorikan sebagai siswa yang aktif adalah sebesar (19 orang). Sedangkan jumlah siswa yang dikategorikan tidak aktif adalah sebesar 10% (2 orang). Berdasarkan hasil tersebut ketuntasan secara klasikal 85% telah tercapai. Hasil ketuntasan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi terjadi peningkatan pada siklus 3. Siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi sebesar (19 orang siswa) sedangkan yang masuk dalam kategori tidak tuntas sebesar 10% (2 orang siswa).

5 Persentase Perolehan hasil belajar saat penerapan media audiovisual pada siklus 3 yaitu siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 75 adalah 19 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar mengajar atau secara klasikal 85% telah tercapai. Pada siklus 3 guru sudah memberi motivasi kepada siswa untuk menyampaikan pendapat baik bertanya, menjawab atau memberi rangsangan berupa pernghargaan dan pujian pujian kepada siswa maupun kelompok siswa yang berprestasi. Strategi tersebut telah berhasil meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa akan materi pelajaran. Pembahasan Peningkatan Hasil belajar siswa disebabkan oleh karena guru lebih memotivasi siswa sehingga siswa lebih kreatif, mandiri dan berani menyampaikan pendapat. Selain itu juga karena siswa sudah mulai mengerti tentang media audiovisual yang selama ini belum pernah digunakan oleh guru. Dalam penelitian ini Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, berikut hasil peningkatan Hasil belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi dari siklus 1, 2 dan 3 yang tertera pada tabel berikut. Tabel 1 Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas VII D MTsN Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012 1, 2 dan 3. Data yang diperoleh Jumlah siswa yang mendapat nilai 70 (tuntas) Frekuensi Pra Freku ensi 1 Hasil Freku - ensi 2 Frekuensi 3 Pening katan Dari tabel 1 di atas dapat kita ketahui bahwa Hasil belajar mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 45% ke siklus 1 naik menjadi 67% dan pada siklus 2 meningkat sebesar 81% siswa dan pada siklus 3 meningkat menjadi yang mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Peningkatan Hasil belajar siswa mulai dari tahap pra siklus sampai dengan pada siklus 3 adalah sebesar 45%. Peningkatan tersebut dikarenakan siswa sudah mulai aktif, berani dan mandiri dalam belajar dan hal ini berkaitan dengan meningkatnya minat belajar siswa karena penggunaan media pembelajaran Audiovisual yang diterapkan oleh guru. Target ketuntasan belajar siswa akhirnya dapat dicapai pada siklus II. Adapun target ketuntasan belajar yang dimaksud adalah sebanyak 75% dari siswa minimal mendapat nilai 75. Adapun hasil kenaikan hasil belajar siswa ini dapat terlihat pada gambar grafik berikut ini % 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 45% 67% 81% Pra siklus I II III Tahap Gambar 1. Pencapaian Hasil Belajar Siswa setelah diterapkan media audiovisual Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa siswa yang dikategorikan tuntas dalam Hasil belajar dalam tahap pra siklus hanya mencapai 45% dan pada siklus 1 hanya mencapai 67% siswa dan pada siklus 2 sebesar 81%. Sedangkan pada siklus 3 menjadi. Dengan hasil pencapaian ketuntasan Hasil belajar siswa pada siklus 3 sebesar. Pencapaian tersebut telah memenuhi indikator yang ingin dicapai yaitu sebesar 85 % atau lebih secara klasikal. Peningkatan tersebut karena motivasi yang lebih dari guru sehingga siswa tidak canggung dalam menyampaikan pendapatnya, tidak malu bertanya baik kepada teman atau guru dan dapat menggunakan waktu dengan

6 Persentase baik. Dengan demikian Hasil belajar meningkat sesuai yang diharapkan. Hal ini selaras dengan pendapat Tu u (2004:78), yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi. Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Karena dengan motif yang baik dan kuat akan memperbesar usaha-usaha dan kegiatannya mencapai Hasil yang tinggi. Peningkatan keaktifan belajar siswa kelas VII D MTsN Ngawi Kabupaten Ngawi setelah diterapkan media audiovisual yang dapat dilihat peningkatannya tiap-tiap siklus hingga mencapai keberhasilan dalam mencapai ketuntasan keaktifan belajar nya. Dari gambar 2. dapat kita ketahui bahwa siswa yang dikategorikan aktif dan aktif tinggi pada tahap pra siklus adalah sebanyak 45%, pada siklus 1 hanya mencapai 67% siswa dan pada siklus 2 mencapai 81% siswa. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi. Dengan hasil pencapaian prosentase keaktifan belajar siswa pada siklus 3 sebesar. Pencapaian tersebut telah memenuhi indikator yang ingin dicapai yaitu sebesar 85% atau lebih secara klasikal. 100% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 45% 67% 81% Pra siklus I II III Tahap Gambar 2 Keaktifan belajar Siswa setelah diterapkan media audiovisual Hal ini didasarkan atas pendapat Enco Mulyasa (2006:209) yang menyatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 75% peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental, ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga harus menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya terdapat 85% siswa yang mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Penerapan media pembelajaran audiovisual dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Sejarah Kebudayaan Islam khususnya sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa; (2) Peningkatkan hasil belajar siswa Sejarah Kebudayaan Islam dalam materi sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin setelah diterapkan media pembelajaran audiovisual terlihat pada kenaikan prosentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sebesar 67% (14 siswa), meningkat pada siklus II menjadi sebesar 81% (17 siswa), meningkat lagi pada siklus III menjadi (19 siswa) dari keseluruhan siswa sebanyak 21 orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 69,76 pada siklus I meningkat menjadi 75,24 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 78,81 pada siklus III. Saran-saran yang dapat diberikan penulis sesuai dengan hasil studi ini adalah Siswa disarankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hendaknya lebih aktif dan mengikuti pelajaran dengan perasaan senang. Hal ini dikarenakan dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap segala tindakan yang akan ditempuh. Hal ini penting dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru dapat memperkecil kemungkinan munculnya hambatan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya juga dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih kondusif DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD/MI. Jakarta: BSNP. 68

7 Mistar Junaidi Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Universitas Islam Malang. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Bandung: Yrama Widya. Parera Pintar Berbahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud. Sadiman, Rahardjo, dkk Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Santosa Puji, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Suparno dan Yunus Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suwandi, Sarwiji Model dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Suyanto dan Djihad Hisyam Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Milenium III, Yogjakarta: Adi Cita Tarigan, Henry Guntur Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa. 69