KEBERADAAN SITUS GUA HARIMAU DI KAWASAN PERBUKITAN KARTS PADANG BINDU, SUMATERA SELATAN

Transkripsi

1 KEBERADAAN SITUS GUA HARIMAU DI KAWASAN PERBUKITAN KARTS PADANG BINDU, SUMATERA SELATAN Desra Lorensia 1* Elisabet Dwi Mayasari, S.T., M.T. 1 1 Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Jl. Sriyaja Negara, Bukit Lama, Palembang *corresponding author: desralorensia07@gmail.com ABSTRAK Desa Padang Bindu merupakan salah satu Daerah di Baturaja, Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Bukit Barisan. Desa Padang Bindu termasuk kedalam 2 Formasi batuan yaitu, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. Pada Formasi Baturaja tersusun atas batugamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan yang berumur Miosen Akhir. Sedangkan pada Formasi Gumai tersusun atas serpih gampingan, napal, batulempung dengan sisipan batupasir tufan dan batupasir gampingan yang berumur Miosen Awal Miosen Tengah. Formasi-formasi tersebutlah yang menyebabkan Daerah Padang Bindu menjadi kawasan perbukitan karst yang memiliki lebih dari 12 sebaran situs gua. Dari 12 situ gua tersebut terdapat satu gua yang menjadi penemuan yang tidak biasa yaitu Gua Harimau, karena pada gua ini ditemukan jejak-jejak kehidupan pada zaman prasejara. Pada gua ini juga ditemukan adanya fosil gastropoda yaitu Littorina, Amnicola Helisoma, Solariella, dan Achtina Fulica. Gua Harimau juga memiliki temuan yang sangat luar biasa, yaitu ditemukan adanya lukisan pada dinding gua (rock art) yang menjadikan Gua Harimau menjadi satu-satunya dari 12 gua yang ada pada saat ini yang memiliki lukisan dinding gua di Wilayah Padang Bindu. Penemuan ini yang bisa mematakan anggapan para arekolog bahwa pada bagian Indonesia barat tidak tersentuh oleh budayalukisan gua. Situs tersebutlah yang menjadikan Desa Padang Bindu sebagai pusat arkeologi Pulau Sumatera. Kata Kunci : Padang Bindu, Gua Harimau, Batugamping 1. Pendahuluan Desa Padang Bindu merupakan salah satu daerah di Baturaja, Sumatera Selatan yang masuk dalam wilayah Bukit Barisan. Berdasarkan posisi secara geologi Desa Padang Bindu sendiri termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan yang berada pada koordinat ,5 Lintang Selatan dan ,0 Bujur Timur, dengan ketinggian ± 164 meter di atas permukaan air laut (Gambar 1). Desa Padang Bindu dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor selama ± 6 jam dari Kota Palembang. Cekungan Sumatera Selatan sendiri merupakan cekungan back arc basin yang menempel pada paparan Sunda pada arah NE dan dibatasi oleh Pegunungan Bukit Barisan pada arah SW. Proses tektonik Pulau Sumatera yang sangat komplekslah yang menyebabkan Cekungan Sumatera Selatan berada di belakang busur. Daerah Baturaja yang berada pada Cekungan Sumatera Selatan ini merupakan daerah dengan banyak keterdapatan batuan karbonat berupa batugamping. Batuan karbonat yang berupa batugamping ini menyebabkan terbentuknya gua-gua yang dihasilkan oleh proses karstifikasi sehingga banyaknya keterdapatan gua-gua di Daerah Padang Bindu ini. 2. Metode Penelitian 2.1. Studi Pustaka Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa pembuatan peta dasar lokasi penelitian, peralatan lapanganserta studi literatur dari penelitian terdahulu. Persiapan tersebut dilakukan sebelum penelitian di lapangan, Studi pustaka mencakup studi geologi regional dan stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan. Studi ini juga dilakukan untuk 1894

2 3. Data mengetahui teori-teori dasar yang di gunakan sebagaipenunjang penelitian yang akan dilakukan Pengumpulan Data Lapangan Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke daerah penelitian dengan menyesuaikan studi pustaka yang ada dengan lapangan yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan contohbatuan/hand spacement, plotting di pada peta serta pendeskripsian atau pencatatan lengkap dan foto batuan. Pengamatan batuan karbonat di lapangan dilakukan dengan cara mengamati kenampakan kenampakan geologi dari litologi yang dijumpai di lapangan, kemudian melakukan pendeskripsian litologi tersebut Geologi Daerah Penelitian Tektonik Regional Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India (Gambar 2). Cekungan ini terdiri atas dua subcekungan, yaitu Subcekungan Jambi dan Subcekungan Palembang. Subcekungan Jambi berarah NE-SW sedangkan Subcekungan Palembang berarah NNW-SSE, dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal NE-SW (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber, et al., 2005). Daerah Baturaja sendiri termasuk kedalam Subcekungan Palembang yang merupakan daerah laut dangkal karena terkena oleh pergerakan tektonik lempeng dalam waktu geologi mengakibatkan laut dangkal ini terekspose keluar menjadi permukaan yang baru, sedangkan pada bagian Sumatera yang lain terbentang bukit barisan hingga Baturaja Statigrafi Daerah Penelitian Menurut De Coster, (1974) stratigrafi daerah Cekungan Sumatera Selatan secara umum dapat dikenal satu megacycle (daur besar) yang terdiri dari masa transgresi dan diikuti regresi (Gambar 3). Formasi yang terbentuk selama fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). Kelompok Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai), sedangkan Formasi Lemat dan Formasi Lahat diendapkan sebelum fase transgresi utama. Daerah Padang Bindu sendiri termasuk kedalam 2 formasi penyusun yaitu: Formasi Baturaja merupakan puncak pada masa transgersi pada Cekungan Sumatera Selatan, dapat dilihat dari pengendapan fase karbonat pada Cekungan Sumatera Selatan. Batugamping pada Formasi ini memiliki permeabilitas dan porositas yang baik sebagai reservoar hidrokarbon. Terdapat dua tahap perkembangan lingkungan pengendapan pada formasi ini. Tahap awal dimulai dari pengendapan batugamping yang terbentuk pada lingkungan shelfal (paparan). Kemudian di tahap akhir berubah menjadi lingkungan detrital, reefal dan bank deposits yang terjadi ketika kondisi susut air laut. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pada waktu itu terjadi pengangkatan batugamping. Pengendapan batugamping dimungkinkan berakhir ketika transgresi berlanjut. Formasi Gumai merupakan formasi termuda selama siklus transgresi yang terendapakan selama Miosen Awal - Miosen Tengah. Karakteristik batuannya yaitu fossilferous (banyak mengandung fosilforam plankton). Formasi ini diendapkan selam masa transgresi yang terjadi secara maksimum. Sehingga mempunyai arus yang besar dalam proses mengendapkan sedimen dan adanya percampuran antara endapan darat dan 1895

3 endapan laut. Akibatnya menghasilkan pola mengkasar keatas dan merendam bagian dataran rendah ketika proses tersebut terjadi Dasar Teori Desa Padang Bindu merupakan salah satu daerah di Baturaja yang merupakan daerah dengan morfologi perbukitan dengan satuan bentuk lahan karst, yang terlihat dengan banyaknya ditemukan gua-gua yang berada di Daerah Padang Bindu ini (Gambar 4). Penelitian yang dilakukan oleh arkeolog pada daerah ini telah dilakukan sejak tahun 1995, menemukan alat-alat paleolitik berupa peralatan batu yang dibuat sederahan dalam jumlah yang banyak disepanjang Sungai Ogan dan Sungai Komering di Martapura (Jatmiko, 1995). Peralatan batu yang banyak ditemui berasal dari batu rijang, jasper, andesit, dan batugamping. Pada tahun 2001 penelitian dilanjutkan dengan berfokus pada Gua Pondok Selabe dan beberapa aliran anak Sungai Ogan yang menampakkan populasi artefak paleolitik yang padat dan melimpah keterdapatannya. Tahun 2002, 2004 dan 2007 dilakukan eskavasi pada Gua Putri yang dilakukan oleh Puslitarkernas, Balai Arkeologi Palembang dimana banyak ditemukan artefak-artefak neolitik berupa alat batu kapak genggam (Indriastuti, 2007) (Gambar 5). Menurut Simanjuntak (2008), telah dilakukan beberapa eskavasi terhadap beberapa gua yang ada di Daerah Padang Bindu, semenjak tahun 2003 dan 2004 eskavasi dilakukan pada Gua Selabe dan Gua Pandang dan pada tahun 2008 dilakukan eskavasi kembali pada Gua Karang Pelaluan. Penelitian yang dilakukan oleh Puslitarkernas pada tahun 2009 di Gua Harimau, mengelompokan Gua ini kedalam penemuan arkeologi yang tidak biasa karna pada gua ini ditemukan jejak-jejak kehidupan pada zaman prasejarah berupa kuburan manusia mencapai 78 individu serta ditemukan lukisan dinding.penemuan ini membuat wilayah Padang Bindu yang masuk kedalam wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu-satunya situs yang memiliki lukisan dinding dari 12 situs gua yang ada (Simanjuntak. 2009). 4. Hasil dan Pembahasan Eskavasi yang telah dilakukan pada Daerah Padang Bindu ini telah banyak menghasilkan penemuan yang luar biasa dalam bidang arkeologi. Dari seluruh eskavasi yang dilakukan oleh para arkeolog, penemuan pada Gua Harimau lah yang menjadi penemuan yang luar biasa karna pada gua ini banyaknya ditemukan kerangka-kerangka manusia purba (Gambar 6a dan 6b). Terdapat lebih dari 78 individu kerangka manusia dengan varian jumlah tunggal, ganda ataupun kelompok. Selain kerangka manusia purba ditemukan juga lukisan pada dinding gua, yang mematahkan anggapan para arkeolog bahwa wilayah barat Indonesia tak tersentuh oleh lukisan dinding (Gambar 7).Pada gua ini juga banyak ditemukan fosil gastropoda yaitu Littorina, Amnicola Helisoma, Solariella, dan Achtina Fulica yang berserakan di lantai gua (Gambar 8). Fosil gastropoda ini mengindikasikan lingkungan laut yang dangkal. Sejak banyaknya ditemukan fosil manusia purba, lukisan dinding, serta yang lainnya pada Gua Harimau membuat gua ini menjadi situs arkeologi nasional yang sangat luar biasa. 5. Kesimpulan Dari banyaknya ditemukan situs-situs gua pada Daerah Padang Bindu ini, penemuan yang paling luar biasa didapatkan pada Situs Gua Harimau lah mengubah pandangan para arkeolog. Situs Gua Harimau sendiri banyak ditemukan kerangka manusia purba, lukisan diniding, fosil kerang-kerangan yang mengindikasikan lingkungan daerah tersebut dahulunya merupakan lingkungan laut dangkal yang kemudian oleh adanya proses tekttonik yaitu pengangkatan sehingga terekspos kepermukaan. 1896

4 Acknowledgements Sumber pendanaan penelitian ini menggunakan dana pribadi. Data-data yang ada pada paper ini terdapat pada Pusat Arkeologi Nasional yang telah diterbitkan menjadi buku oleh Pusat Arkeologi Nasional, buku tersebut dapat diperoleh di Pusat Arkeologi Nasional maupun di Pusat Arkeologi Palembang. Sumber lainnya terdapat pada beberapa jurnal internasional yang dapat diperoleh di internet. Apabila ingin mengetahui lebih lanjut tentang situs arkeologi in dapat langsung datang ke Desa Padang Bindu, dimana situs ini telah dikelolah lebih lanjut oleh pemerintah daerah setempat. Terima kasih kepada masyarakat Desa Padang Bindu dimana telah membantu dalam pelaksanaan penelitiaan ini dan dalam penyusunan jurnal ini saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Elisabet Dwi Mayasari, S.T., M.T. sebagai pembimbing saya dalam menyelesaikan penelitiaan ini. Daftar Pustaka Barber, A.J., et al Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. Geological Society Memoirs, 5, p De Coster G.L., The geology of the Central and South Sumatra Basins. In Proceedings IndonesianPetroleum Association, Third Annual Convention, Jakarta, p Indriastuti, Kristantina dan DR. Harry Widianto Pola Permukiman Situs Gua Putri Sektor Lumbung Padi Desa Padang Bindu Kec. Semidang Aji Kab. OKU. Laporan Penelitian. Balai Arkeologi Palembang. Jatmiko Laporan Penelitian Arkeologi Di Situs Martapura Dan Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. Jakarta. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Simanjuntak, Truman dan Adhi Agus Oktaviana, ed Laporan Penelitian Arkeologi: Perjalanan Panjang Peradaban OKU. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional. hal 612. Simanjuntak, Truman, Adhi Agus Oktaviana, dan Dyah Prastiningtyas, ed Laporan Penelitian Arkeologi: Peradaban di Lingkungan Karst Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional. hal 358. Simanjuntak, Truman, dkk Laporan Penelitian Arkeologi Padang Bindu. Jakarta. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Simanjuntak, Truman, dkk Laporan Penelitian Arkeologi Penelitian Hunian Prasejarah di Padang Bindu-Baturaja Sumatera Selatan. Jakarta. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Simanjuntak, Truman, M. Ruly Fauzi, dan Adhi Agus Oktaviana, ed Laporan Penelitian Arkeologi: Peradaban di Lingkungan Karst Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional. hal

5 Gambar 1. Peta topografi Daerah Padang Bindu dan sekitarnya, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan (Penulis, 2016). 1898

6 Gambar 2. Cekungan Sumatera Selatan (de Coster, 1974, Pulunggono, 1986, Pulunggono et al., 1992 dan Kamal, 1999 dalam Barber, et al., 2005). Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (De Coster, 1974). 1899

7 Gambar 4. Sebaran situs gua yang terdapat di Desa Padang Bindu, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan (Pusat Arkeologi Nasional). Gambar 5. Kapak genggamyang ditemukan disepanjang Sungai Ogan dan di sekitar Gua Harimau (Pusat Arkeologi Nasional). 1900

8 (a) (b) Gambar 6. Situs Gua Harimau (a). Morfologi dan keadaan yang ada pada Gua Harimau, (b). Kerangka manusia purba yang ditemukan dengan sistem penguburan tunggal (Penulis, 2016) Gambar 7. Lukisan dinding yang terdapat pada dinding Gua Harimau (Pusat Arkeologi Nasional). 1901

9 Gambar 8. Sebagian fosil braciopoda yang ditemukan pada lantai Gua Harimau (Pusat Arkeologi Nasional). 1902