ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
|
|
- Handoko Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI ISU STRATEGIS, PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Jakarta, 6 Februari 2014
2 DAFTAR ISI I ISU-ISU STRATEGIS PERWILAYAHAN INDUSTRI 3 II PROGRAM PENGEMBANGAN KIID 21 III PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 25 IV PROGRAM DITJEN PPI TAHUN
3 I. ISU-ISU STRATEGIS PERWILAYAHAN INDUSTRI 3
4 Share Sektor Industri Pengolahan Non Migas terhadap PDRB Menurut Wilayah Wilayah Sumatera 17,11 17,79 17,77 17,40 17,27 17,04 Kalimantan 6,73 7,46 7,13 6,70 7,00 6,90 Jawa 27,74 26,86 26,14 25,90 25,49 25,15 Bali 9,52 9,27 9,16 8,92 8,90 8,78 Nusa Tenggara 2,85 2,74 2,67 2,79 2,91 2,87 Sulawesi 10,16 9,84 9,84 9,65 9,49 9,37 Kep. Maluku 7,52 8,06 7,92 7,65 7,53 7,43 Papua 2,54 2,40 2,19 2,54 2,54 2,50 Nasional 23,01 22,61 21,48 20,92 20,85 20,57 Wilayah Jawa 27,74 26,86 26,14 25,90 25,49 25,15 Luar Jawa 12,52 13,02 12,94 12,73 12,79 12,62 Nasional 23,01 22,61 21,48 20,92 20,85 20,57 Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDRB baik secara nasional, di Jawa maupun luar Jawa terus mengalami penurunan, yang menunjukkan gejala-gejala adanya deindustrialisasi.
5 Pangsa Sektor Industri Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku di Tingkat Nasional Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Di tingkat nasional, share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDB terus mengalami penurunan sejak tahun 2008.
6 Pangsa Sektor Industri Non Migas Atas Dasar Harga Berlaku , ,01996 Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI , , , , ,61651 Jawa Luar Jawa Nasional Share sektor industri pengolahan non migas terhadap PDRB di luar Jawa relatif tidak banyak mengalami peningkatan, yang menunjukkan bahwa tantangan untuk pengembangan sektor industri ke luar Jawa sangat besar.
7 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Non Migas Wilayah Sumatera 18,36 19,10 19,94 20,19 20,42 21,20 Kalimantan 3,27 3,25 3,17 3,15 3,24 3,28 Jawa 75,37 74,48 73,65 73,41 73,05 71,95 Bali 0,54 0,57 0,56 0,54 0,55 0,56 Nusa Tenggara 0,18 0,19 0,19 0,18 0,18 0,21 Sulawesi 1,99 2,08 2,16 2,19 2,24 2,41 Kep. Maluku 0,08 0,10 0,10 0,10 0,10 0,12 Papua 0,21 0,23 0,23 0,23 0,23 0,27 Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Wilayah Jawa 75,37 74,48 73,65 73,41 73,05 71,95 Luar Jawa 24,63 25,52 26,35 26,59 26,95 28,05 Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 101,00 Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Kontribusi Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas masih sangat dominan, namun demikian menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa.
8 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Non Migas di Luar Pulau Jawa Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Kontribusi luar Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa
9 Pertumbuhan Sektor Industri Menurut Wilayah No. Wilayah Rata-Rata 1 Sumatera 4,10 7,04 4,73 4,92 5,80 6,08 6,38 4,58 3,40 5,50 4,96 5,06 5,23 2 Kalimantan -2,43 0,41 0,94 2,31 1,05 1,81 4,28 3,65 1,71 3,03 2,53 5,72 1,76 3 Jawa 3,14 3,47 4,45 4,58 6,11 5,72 6,41 5,84 0,92 4,19 5,63 4,51 4,59 4 Bali 5,19 5,00 4,77 3,71 5,11 12,45 8,46 7,09 5,41 6,07 3,13 6,04 6,04 Nusa Tenggara 5,28 5,63 6,13 6,01 6,47 3,12 8,73 7,14 7,93 3,49 3,19 4,04 5, Sulawesi 4,17 2,53 6,36 4,06 6,06 8,76 5,87 8,59 4,13 8,08 7,33 7,59 6,00 7 Maluku -1,72 2,66 1,76 4,38 3,76 4,58 6,23-4,17 5,31 3,42 4,70 4,33 2,81 8 Papua 6,95 6,02 6,24 4,34 4,56 6,49 3,58 3,71 8,52 5,45 9,02 2,89 5,90 No. Wilayah Jawa 3,14 3,47 4,45 4,58 6,11 5,72 6,41 5,84 0,92 4,99 6,63 6,41 6,20 2 Luar Jawa 2,91 5,37 4,25 4,39 5,03 5,78 6,07 4,84 8,14 5,58 6,83 6,39 6,31 Nasional 4,86 5,69 5,97 7,51 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 6,22 Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI
10 Pertumbuhan Sektor Industri Tahun Jawa Luar Jawa Nasional Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Pertumbuhan sektor industri pengolahan non migas di luar Pulau Jawa cenderung sama bahkan lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Jawa, sehingga penyebaran dan pemerataan industri relatif berjalan lambat dan menghadapi tantangan yang berat
11 Rata-Rata LQ Sektor Industri Tahun Menurut Provinsi Papua Barat Papua Maluku Utara Maluku Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Bali Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Banten Jawa Barat DKI Jakarta Lampung Bengkulu Bangka Belitung Sumatera Selatan Jambi Kep. Riau Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI Sektor industri tidak merata di setiap provinsi, hanya 4 provinsi yang peranan sektor industrinya kuat (nilai LQ lebih dari 1), yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Kepulauan Riau dan Jawa Timur....! LQ
12 KONTRIBUSI PENYUMBANG PDB MENURUT LOKASI (PERSEN) Sumber : BPS, 2013 Peranan Pulau Jawa dalam perekonomian nasional tiga tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan!
13 REALISASI INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH NO. WILAYAH Nilai Investasi (Rp Miliar) PMDN PMA Total I SUMATERA , , ,8 II JAWA , , ,9 III BALI & NUSA TENGGARA 4.400, , ,1 IV KALIMANTAN , , ,3 V SULAWESI 3.624, , ,8 VI MALUKU 1.114, , ,6 VII PAPUA 888, , ,0 JUMLAH , , ,4 Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Total investasi tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang mencapai 67,84 persen dari total Rp 398,6 triliun.
14 3,21137 SEBARAN INVESTASI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN) 1, , , , , ,76161 Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang terbesar dalam menyerap investasi, disusul oleh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
15 REALISASI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH NO. WILAYAH Nilai Investasi (Rp Miliar) PMDN PMA Total I SUMATERA 9.149, , ,17 II JAWA , , ,85 III BALI & NUSA TENGGARA 1.757, , ,24 IV KALIMANTAN , , ,00 V SULAWESI 1.447, , ,42 VI MALUKU 445, , ,89 VII PAPUA 354, , ,89 JUMLAH , , ,45 Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Investasi sektor industri tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang mencapai 71,24 persen dari total Rp 177,9 triliun.
16 SEBARAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN) 1, , , , , , ,63958 Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI) Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang terbesar dalam menyerap investasi sektor industri, disusul oleh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
17 REALISASI EKSPOR TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (US $ JUTA) Jan-Okt Perub.(%) 2012 Peran.(%) 2013 No. Wilayah / Jawa , , ,50 2,05 46,27 2 Luar Jawa , , ,80 3,84 53,73 Total , , ,30 100,00 Jan-Okt Perub.(%) 2012 Peran.(%) 2013 No. Wilayah / Sumatera , , ,70 5,00 29,33 2 Sulawesi 3.896, , ,40 5,18 2,35 3 Kalimantan , , ,30 3,13 18,15 4 Bali 347,00 289,70 273,80 5,49 0,22 5 Nusa Tenggara 604,30 488,30 280,50 42,56 0,23 6 Maluku 659,80 519,40 691,50-33,13 0,56 7 Jawa , , ,50 2,05 46,27 8 Papua 4.184, , ,60-5,65 2,89 Total , , ,30 3,02 100,00 Sumber : BPS, 2013 (Diolah DJ PPI) Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar dalam ekspor nasional.
18 EKSPOR TAHUN 2013 MENURUT WILAYAH (PERSEN) 2, , , , ,34965 Sumatera Sulawesi Kalimantan Bali Nusa Tenggara Maluku Jawa Papua,56135,22227,22771 Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)
19 PENGEMBANGAN Luas Lahan KAWASAN Kawasan INDUSTRI Industri (KEK) di TAHUN 2011 Beberapa Pulau Besar Indonesia pada Tahun 2013 No Kawasan Industri Sumber : Hasil Survey 2013 Jumlah Kawasan Industri Luas Lahan Kawasan Industri (Ha) Persentase Luas (%) 1 Jawa 55 22, Sumatera 16 4, Sulawesi 2 2, Kalimantan Total 74 30, Kawasan industri terkonsentrasi di Pulau Jawa..! 19
20 Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi No. Wilayah Jumlah Luas Area (Ha) Persentase Luas (%) 1 DKI Jakarta 3 1, Banten 16 6, Jawa Barat 23 11, Jawa Tengah 6 1, Jawa Timur 7 2, Riau dan Kepulauan 11 2, Sumatera Utara 3 1, Sumatera Barat Lampung Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah 1 1, Kalimantan Timur Total 74 30, Sumber : Hasil Survey 2013 Kawasan industri terkonsentrasi di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Kepulauan Riau....! 20
21 ... konsentrasi industri didorong ke luar jawa Penyebaran Industri 2013 Penyebaran Industri 2025 Luar Jawa 28% Jawa 72% Luar Jawa 40% Jawa 60% 21
22 II. PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (KIID) 22
23 Jenis Fasilitasi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah oleh Kementerian Perindustrian Sampai Thn Fasilitasi Kajian Pengembangan KIID Kabuputen/Kota 289 Kab/Kota 2 3 Fasilitasi Penetapan Roadmap Pengembangan KIID dan IUP melalui Peraturan Menteri Perindustrian Fasilitasi Implementasi Pengembangan KIID dan IUP berupa pemberian bantuan, mesin/peralatan pendampingan tenaga ahli dan pelatihan 25 Provinsi 83 Kab/Kota Difasilitasi oleh Ditjen PPI dan Ditjen Teknis Terkait 23
24 kabupaten/kota yang telah difasilitasi dalam pengembangan kompetensi inti industri daerah sampai dg tahun 2013 REKAPITULASI KAB/KOTA YANG TELAH DILAKUKAN KAJIAN KOMPETENSI INTI DAERAH KK KK KK KK KK KK URAIAN KK Kab/Kota yang telah difasilitasi kajian KIID Kab/Kota yang telah ditetapkan roadmap KIID melalui Permenperin Provinsi yang telah diterbitkan roadmap IUP melalui Permenperin 289 Kab/Kota JUMLAH 289 Kab/kota 83 Kab/Kota 25 Provinsi 24
25 Rekapitulasi KIID yang telah Difasilitasi sd 2013 PULAU FASILTASI KAJIAN KIID PENETAPAN ROADMAP KII KAB/KOTA (PERMENPERIN) PENETAPAN ROADMAP IUP(PERMENPERIN) Sumatera 73 Kab/Kota 4 Kab/Kota 7 Provinsi Kalimantan 36 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Jawa dan Bali 82 Kab/Kota 24 Kab/Kota 4 Provinsi Sulawesi 49 Kab/Kota 27 Kab/Kota 6 Provinsi Nusa Tenggara 21 Kab/Kota 12 Kab/Kota 2 Provinsi Maluku 15 Kab/Kota 7 Kab/Kota 2 Provinsi Papua 13 Kab/Kota 2 Kab/Kota 2 Provinsi JUMLAH 289 Kab/Kota 83 Kab/Kota 25 Provinsi 25
26 III. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 26
27 Peran Kawasan Industri Estimasi Nilai Ekspor US$ 52 miliar/tahun (41% dari nilai total ekspor non migas Tahun 2012) Estimasi Nilai Investasi Rp 29, 9 Triliun utk PMDN dan US$ 7,06 milliar utk PMA (60% dari total investasi tahun 2012) Estimasi Penerimaan Negara US$ 938 juta (PBB, PPN, PPh) 27
28 Tantangan Pengembangan Kawasan Industri Di Pulau Jawa Keterbatasan lahan untuk pembangunan dan pengembanganan Daya dukung yang terbatas (sumber daya air) Di Luar Pulau Jawa Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan sebagainya dirasa kurang memadai Kemampuan tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang baik Belum semua Kabupaten/Kota telah mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri Masalah Lingkungan dan Sosial Minat swasta untuk membangun kawasan industri masih kurang 28
29 Prospek Investasi Kawasan Industri Investasi sektor industri yang cenderung meningkat 3 tahun terakhir ini, sebagian besar masuk ke kawasan industri. Permintaan terhadap lahan kawasan industri yang semakin meningkat, sementara pasokan cenderung konstan. Regulasi yang mewajibkan perusahaan industri untuk berlokasi di kawasan industri. 29
30 Perkembangan Penjualan Lahan Kawasan Industri Sumber : Collier International Indonesia, 2013 Catatan : Pada tahun 2012 peningkatan penjualan lahan kawasan industri yang berada di Luar Pulau Jawa, yaitu di Sumatera mencapai 244 Ha Penurunan penjualan lahan pada tahun 2012 diakibatkan oleh terbatasnya pasokan lahan (khususnya di JABOTABEK, Karawang, Serang) 30
31 Permintaan Lahan yang Cenderung Meningkat, Sementara Pasokan Lahan Cenderung Konstan Sumber : Collier International Indonesia,
32 Harga Jual Lahan Kawasan Industri Cenderung Meningkat Sumber : Collier International Indonesia,
33 Daya Saing Kawasan Industri Kawasan Industri di Indonesia (Jabotabek, Karawang dan Purawakarta) relatif kurang memiliki daya saing dibandingkan dengan negara-negara pesaing terutama ditinjau dari harga lahan kawasan industri. 33
34 Perbandingan Tingkat Daya Saing Tahun 2010 dan 2013 Jakarta Sumber : JETRO, 2012 Kondisi Tahun 2010 Kondisi Tahun
35 Perbandingan Harga Lahan Kawasan Industri di Beberapa Negara No. Negara Harga Lahan (US $/m2) Sewa Lahan (US $/m2/bulan) 1 Korea Selatan 267 0,19 2 Beijing ,75-7,12 3 Shanghai 158 3,56 4 Guangzhou 95 2,37-6,33 5 Hong Kong Taipei ,98 7 Singapura 189,94-651,21 0,96-2,85 8 Bangkok 119 6,95 9 Bekasi/Karawang ,1 10 Manila Sumber : JETRO,
36 Peran Pemerintah Dibandingkan dengan negara-negara lain, peran Pemerintah Indonesia dalam penyediaan lahan kawasan industri sangat minim. Hal ini berbeda dengan peran pemerintah pusat dalam pengembangan kawasan industri di beberapa negara Asia. 36
37 Pengembangan Kawasan Industri di Luar Negeri 1) Kawasan industri merupakan alat pemerataan, 2) Pemerintah beranggapan bahwa investasi di kawasan industri sama dengan investasi fasilitas umum, dan 3) Swasta lebih berorientasi profit dan tidak mungkin dibebani tugas-tugas pemerataan dan penyediaan fasilitas umum 37
38 Peran Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Kawasan Industri di Beberapa Negara Asia Negara Pemerintah Swasta Malaysia, 285 KI 78 % (Pusat dan Lokal) 22 % Jepang 85 % 15 % Korea Selatan, 300 KI 70 % (Pusat dan Lokal) 30 % Taiwan 90 % 10 % Singapura 85 % 15 % Thailand, 27 KI 48 % 52 % (kerjasama Pemerintah dan Swasta) Pilipina, 20 KI 30 % (Pusat dan Lokal) 70 % Indonesia 6 % 94 % Sumber : ULI (1975) dan Dirdjojuwono (2004) Catatan : Persentase menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal 38
39 Apa yang harus dilakukan? Kemenperin terus mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri yang baru. Kementerian Perindustrian harus melakukan intervensi dengan cara menambah pasokan lahan kawasan industri melalui program fasilitasi pembangunan kawasan industri. Bentuk intervensi pemerintah dengan cara melakukan pembangunan kawasan industri. 39
40 Upaya Peningkatan Daya Saing Kawasan Industri 1. Meningkatkan peranan pemerintah dalam mengembangkan kawasan industri. 2. Membangun kawasan industri yang terintegrasi dengan sektor lain termasuk perumahan dan rumah sakit untuk buruh. 3. Membangun kawasan industri yang fokus pada komoditi tertentu. 4. Membangun kemampuan SDM dan Pusat Inovasi. 40
41 Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Pulau Jawa Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan pada industri-industri berbasis teknologi tinggi Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu. Kawasan industri di Jawa Barat : fokus pada industri permesinan dan teknologi tinggi. Kawasan industri di Banten : fokus pada industri kimia dan besi baja Kawasan industri di Jawa timur : fokus pada pengembangan industri petrokimia dan industri penunjang migas. Kawasan industri di Jawa Tengah : fokus pada pengembangan industri padat karya seperti tekstil dan sepatu. 41
42 Arah Pengembangan Kawasan Industri Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa Pengembangan kawasan industri baru yang diarahkan pada industri berbasis sumberdaya alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi geografi yang strategis. Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan program MP3EI untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. 42
43 Pengembangan Kawasan Industri Generasi Ketiga 1. Mengarah pada pengembangan kota baru 2. Infrastruktur sudah terintegrasi dengan sistem logistik 3. Berorientasi pada pelayanan jasa 4. Pendidikan kekhususan industri 5. Didirikan pusat inovasi 6. Memperhatikan lingkungan, dan 7. Didukung oleh sistem logistik yang efisien dan efektif 43
44 Karakter Kawasan Industri Modern Generasi III 44
45 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI JAWA Semarang : Industri Tekstil Gresik: Industri Petrokimia Lamongan: Industri Perkapalan Jabodetabek (termasuk Subang, Karawang, Purwakarta): Industri Permesinan dan Alat Transportasi Majalengka: Industri Tekstil Bandung: Industri Telematika Kulon Progo: Industri Besi Baja Boyolali: Industri Tekstil 45
46 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI SUMATERA Kuala Tanjung: Industri Alumina Sei Mangkei : Industri Turunan CPO Dumai: Industri Turunan CPO Bangka: Industri Timah Muara Enim: Gasifikasi Batu Bara Cilegon: Industri Besi Baja Bojonegara: Industri Kimia Tanggamus: Industri Maritim 46
47 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN Mempawah dan Tayan : Industri Smelter/ Chemical Grade Alumina Landak: Industri Berbasis Agro Puruk Cahu: Industri Berbasis Batubara Maloy: Industri Turunan CPO Kariangau: Industri Turunan CPO Ketapang: Industri Berbasis Agro Batu Licin: Industri Besi Baja 47
48 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI Bitung : Logistik Palu: Agroindustri Bantaeng : Ferronikel Morowali: Industri Ferronikel Soroako: Industri Ferronikel Gowa: Agroindustri Takalar: Industri Minyak dan Gas 48
49 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI KORIDOR EKONOMI PAPUA DAN KEP. MALUKU Halmahera Timur (Buli) : Industri Ferronikel Halmahera Tengah (Wade Bay) : Industri Ferronikel Sorong : Industri Petrokimia Tangguh: Industri Petrokimia 49
50 FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI No Daerah Output Industri Champion Tahun 1 Sei Mangkei (Sumatera Utara) Masterplan Kelapa Sawit 2011 Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Kelapa Sawit 2011 RENSTRA Kelapa Sawit Cilamaya, Karawang (Jawa Barat) RENSTRA Otomotif Kendal (Jawa Tengah) RENSTRA Tekstil Jombang (Jawa Timur) Masterplan Alas Kaki 2011 Studi Kelayakan Alas Kaki Gowa (Sulawesi Selatan) RENSTRA Kakao Palu (Sulawesi Tengah) RENSTRA Rotan Bitung (Sulawesi Utara) RENSTRA Warehouse 2011 DED Warehouse Batu Licin (Kalimantan Selatan) RENSTRA Besi Baja Kariangau (Kalimantan Timur) RENSTRA Minyak dan Gas
51 FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI No Daerah Output Industri Champion Tahun 10 Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan) RENSTRA Gasifikasi Batubara Sei Bamban (Sumatera Utara) Masterplan Karet Tanjung Buton (Riau) Masterplan Oleokimia Bangka (Babel) Masterplan Timah Gresik (Jawa Timur) Masterplan Petrokimia Lamongan (Jawa Timur) Strategic Business Plan dan Studi Kelayakan Perkapalan Kulonprogo (DIY) Masterplan Besi Baja 2012 RENSTRA Besi Baja Majalengka (Jawa Barat) Masterplan Tekstil Boyolali (Jawa Tengah) Masterplan dan DED Tekstil Halmahera Timur (Maluku Utara) Masterplan Ferronikel Tangguh (Papua) Masterplan Minyak dan Gas Jeneponto (Sulawesi Selatan) Masterplan Garam
52 FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI No Daerah Output Industri Champion Tahun 22 Kuala Tanjung (Sumatera Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina Tanggamus (Lampung) MasterPlan, RENSTRA Industri Maritim Muara Enim (Sumatera Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet Landak (Kalimtan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Karet Tayan (Kalimantan Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina Subang (Jawa Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Teknologi TInggi Tuban (Jawa Timur) MasterPlan, RENSTRA Industri Kimia Demak (Jawa Tengah) MasterPlan, RENSTRA Industri Alumina Bintuni (Papua Barat) MasterPlan, RENSTRA Industri Migas Takalar (Sulawesi Selatan) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel Halmahera Timur (Maluku Utara) MasterPlan, RENSTRA Industri Ferronikel
53 IV. PROGRAM DITJEN PPI TAHUN
54 PAGU INDIKATIF DITJEN TAHUN ANGGARAN 2014 Pagu Ditjen PPI bersumber dari Rupiah Murni sebesar Rp. 93,927,564,000,- mengalami penurunan persen dibandingkan tahun 2013 dengan rincian alokasi belanja sebagai berikut: No. Unit Pagu Anggaran (Rp) TA 2013 TA Direktorat PFI Wilayah I Direktorat PFI Wilayah II Direktorat PFI Wilayah III Sekretariat Ditjen PPI Total
55 RENCANA KERJA DITJEN PPI TAHUN 2014 Program pengembangan perwilayahan industri bertujuan untuk memfasilitasi percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui: 1. Pengembangan KIID yaitu industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota; 2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri; 3. Fasilitasi infrastruktur industri di daerah berupa operasionalisasi Pusat Inovasi dan Pusat Pengembangan Industri; 4. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah, dunia usaha dan akademisi dalam pengembangan sektor industri di daerah. 55
56 TERIMA KASIH 56
57 LAMPIRAN 57
58 Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah I No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan 2 Forum Fasilitasi Industri Wilayah I 1 Koordinasi Pengembangan Perwilayahan Industri di Sumatera dan Kalimantan 2 Layanan Manajemen Kinerja II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah I 5 Kawasan Operasional Pusat Inovasi KEK Sei Mangke dalam Rangka Pengembangan Inovasi Industri Berbasis Kelapa Sawit dan Turunannya 2 Fasilitasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa Kawasan Industri di Koridor Sumatera (Prov. Bengkulu dan Prov. Jambi) 3 Fasilitasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri berupa Kawasan Industri di Koridor Kalimantan (Prov. Kalteng, Kalbar dan Kaltra) 4 Penyediaan sarana prasarana Pusat Inovasi Kawasan Industri Sei Mangkei 5 Sekretariat Tim Nasional Kawasan Industri III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri 23 Daerah daerah di Wilayah I 1 Kajian Pengembangan KIID di Koridor Sumatera (Prov. Aceh, Sumut, Sumbar, Babel, dan Lampung) 2 Kajian Pengembangan KIID di Koridor Kalimantan (Prov. Kaltim, Kalteng dan Kalsel) 3 Fasilitasi Koordinasi Penetapan KIID Kab/Kota Fasilitasi Implementasi Industri Unggulan Provinsi (Prov. Sumbar dan Aceh) 5 Fasilitasi Penembangan Industri di daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik di Kab. Seruyan, Sanggau, Pakpak Barat dan Pasaman Barat Jumlah Anggaran
59 Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah II No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan 2 Forum Fasilitasi Industri Wilayah II 1 Koordinasi pengembangan wilayah industri di Jawa dan Bali Layanan manajemen kinerja II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah II 8 Kawasan Fasilitasi Pusat Pertumbuhan Industri di Cilacap dan Sukabumi Penyusunan Master Plan Kawasan Industri di Malang Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Timur (Pasuruan) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Bekasi, Karawang dan Purwakarta 5 Penyusunan Rencana Pendirian Akademi Komunitas Pendukung Kawasan Industri di Kawarang III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri daerah 57 Daerah di Wilayah II 1 Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Jawa Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID) di Cilacap 3 Penyusunan dan Penetapan peta panduan pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di wilayah Jawa Bali melalui Peraturan Menteri Perindustrian 4 Fasilitasi Implementasi pengembangan Industri Unggulan Provinsi (Prov DIY dan Jawa Timur) 5 Implementasi Peta Panduan Pengembangan KIID di Daerah Tertinggal dan Perbatasan di Kab. Lebak, Garut dan Situbondo 6 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kota Cimahi, Kab, Bandung, Kota Tasikmalaya, Kab. Tasikmalaya 7 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kab. Sukabumi, Kab. Bogor dan Kab. Sumedang 8 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kota Serang, Mojokerto dan Kab. Wonosobo Jumlah Anggaran
60 Rencana Kegiatan Dit. PFI Wilayah III No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) I Forum Kegiatan/Koordinasi/Monev/Pembinaan Pengembangan Fasilitasi 2 Forum Industri Wilayah III 1 Layanan Manajemen Kinerja dan Operasional Fasilitasi Kawasan Industri di Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua II Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri di Wilayah III 4 Kawasan Operasional PIRNAS PALU Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri dalam Rangka Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (Teluk Bintuni) 3 Pengembangan Kawasan Industri Nikel di Morowali, Sulawesi Tengah Pengembangan Kawasan Industri Nikel di Bantaeng, Sulawesi Selatan Perencanaan Pembangunan Pusat Inovasi Logistik dalam Pengembangan KEK Bitung III Fasilitasi/rekomendasi pengembangan kompetensi inti industri daerah 18 Daerah di Wilayah III 1 Kajian dan Penetapan KIID di Wilayah III Kerjasama Pembangunan Desain Rotan antara PIRNas, Perguruan Tinggi dan Industri dalam Rangka Penguatan Industri Rotan Nasional 3 Fasilitasi Implementasi Pengembangan Industri Rotan di Mamuju, Sulawesi Barat 4 Fasilitasi Implementasi Pengembangan Industri Rumput Laut di Tual, Prov Maluku 5 Implementasi Kompetensi Inti Industri Daerah di Koridor Sulawesi (Kota Bitung dan Kota Makassar 6 Fasilitasi Implementasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID)di Koridor Maluku (Kab. Maluku Tengah) IV Fasilitasi/Rekomendasi Pengembangan Industri Daerah Teringgal, 6 Daerah Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik di Wilayah III 1 Fasilitasi/Rekomendasi Pengembangan Industri Daerah Teringgal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik di Wilayah III Jumlah Anggaran
61 Rencana Kegiatan Set.Dit. PPI No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) I Dokumen perencanaan dan penganggaran 3 Dokumen II 1 Koordinasi Penyusunan Program Ditjen PPI Tahun 2014 (Sinergi, Koordinasi dan Pertemuan Teknis RKAKL) 2 Rapat koordinasi pengembangan industri daerah dengan Pemerintah Prov/Kab/Kota Penyusunan Renstra, Renkin dan Tapkin Ditjen PPI Tahun Laporan Laporan monitoring dan evaluasi serta updating data pengembangan sektor perwilayahan industri 1 Monitoring dan Evaluasi Fasilitasi Pengembangan KI, IUP dan KIID Koordinasi Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PPI (Lakip, PP39, Laporan Tahunan dan Rapat Kerja DPR) III Rekomendasi peningkatan iklim usaha dan kerjasama pengembangan perwilayahan industri 8 Rekomendasi Peningkatan Kerjasama Promosi dan Investasi Kawasan Industri Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Industri Nasional 3 Harmonisasi RPP Perwilayahan Industri dan Kawasan Industri Fasilitasi Penetapan Objek Vital untuk Kawasan Industri Analisis Potensi Industri dalam Rangka Pengembangan Kawasan Industri Nasional 6 Koordinasi Pengembangan Perwilayahan Industri Koordinasi Perumusan Kebijakan Pengembangan Industri melalui Policy Advisory Unit 8 Akreditasi Kawasan Industri
62 Rencana Kegiatan Set.Dit. PPI No. Output/Kegiatan Vol Pagu (Rp) IV Laporan keuangan dan BMN 5 Laporan Pengembangan Manajemen Keuangan Ditjen PPI Penatausahaan, pembukuan dan verifikasi pelaksanaan anggaran Ditjen PPI 3 Implementasi SAK dan Simak BMN Ditjen PPI Bimbingan Teknis Laporan Keuangan Pemutakhiran Data Penggajian Ditjen PPI V Pelaksanaan pembinaan aparatur 94 Orang Pembinaan dan Peningkatan Kemampuan SDM Penataan Manajemen Kepegawaian Penyediaan Sarana Publikasi dan Informasi Ditjen PPI Kajian Restrukturisasi Organisasi Ditjen PPI VI Layanan perkantoran 12 Bulan Gaji Operasional: Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran Penyelenggaraan Peningkatan Manajemen Kinerja Perkantoran VII Kendaraan bermotor Pengadaan Kendaraan Bermotor Ditjen PPI VIII Perangkat pengolah data dan komunikasi Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Ditjen PPI Jumlah Anggaran
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:
KEMENTERIAN PERINDUSTRI Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telepon: 021-525 6548 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN 3 2 KINERJA SEKTOR INDUSTRI 7 3 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 13 4 KEBUTUHAN LAHAN
Lebih terperinciPROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI. Oleh : DR. Dedi Mulyadi, M.Si
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI Oleh : DR. Dedi Mulyadi, M.Si Disampaikan pada Rapat
Lebih terperinciPengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa
Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).
Lebih terperinciMENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera
MENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera Ironi Sebuah Negara Kaya & Tumbuh Perekonomiannya, namun Kesejahteraan Rakyatnya masih Rendah KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA Jl Condet Raya no 9, Al
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG Jakarta, 9 April 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,
Lebih terperinciREINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.
Lebih terperinciEnergy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DEDI MULYADI
KATA PENGANTAR Renstra Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri 2010-2014 disusun agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2015 DIREKTORAT PENGEMBANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53
Lebih terperinciIndustri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.
Jakarta, 28 Februari 1 Maret 2011 Rapat Kerja dengan tema Reindustrialisasi Dalam Rangka Mendukung Transformasi Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, Pejabat Eselon II, Kepala Balai Besar,
Lebih terperinciWillem P. Riwu. Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri (PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM USAHA INDUSTRI-BPKIMI-KEMENPERIN)
Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri WORKSHOP PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM RANGKA MENDUKUNG TATA RUANG DAN MP3EI TEMA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015
Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015 PENDAHULUAN : Mengapa Indonesia Negara kaya, Pertumbuhan Ekonomi Meningkat, Namun Kesejahterannya
Lebih terperinciSUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA
SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 215 BERDASARKAN JENIS NO SUMBER ANGGARAN RINCIAN ANGGARAN TA 215 (dalam ribuan rupiah) BARANG MODAL JUMLAH 1 RUPIAH MURNI 629459711 1.468.836.8 42882193 2.527.117.694
Lebih terperinciRENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014
RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan
Lebih terperinciFormulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014
Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciPAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012
NO KODE UNIT KERJA/PROGRAM PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 212 BARANG MODAL (Dalam ribuan rupiah) 1 SEKRETARIAT JENDERAL 12,47,993 53,265,361 283,213,727
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1
Lebih terperinciDr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013
Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016
KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana
Lebih terperinciKementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016
Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciTujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI
RPJMN 2015-2019 dan Prioritas pembangunan (NAWA CITA) Tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI Pengembangan wilayah didasarkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciKEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016
KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN
Lebih terperinciPROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018
PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018 oleh : Muhammad Khayam Direktur Industri Kimia HUlu. Hotel Rancamaya Bogor, 10-11 Januari 2018 INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035 Industri
Lebih terperinciBAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR
BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi
Lebih terperinciINFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012
INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten
Lebih terperinciMENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan ik pada acara : Rapat Kerja Departemen
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciKode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA
BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 212 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER
Lebih terperinciKEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 211 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 DEPARTEMEN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 SEMULA SETELAH 1 IKHTISAR
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan
Lebih terperinciKode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA
BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 213 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciPANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2
PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN
Lebih terperinciInfo Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan
Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856
Lebih terperinciPANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan
PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)
Lebih terperinciSAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013
SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT Bandung, 8 Juni 2013 Yang Saya Hormati: 1. Gubernur Jawa Barat; 2. Saudara Menteri PPN/Kepala Bappenas; 3. Ketua Kadin Prov. Jawa Barat; 4. Ketua Forum Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I TAHUN 2015
Lampir LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,
Lebih terperinciTUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciDAFTAR SATUAN KERJA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DAFTAR SATUAN KERJA DAN TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM NO. KAB/KOTA 1 PENATAAN RUANG - - 32 32 2 SUMBER DAYA AIR 28 132-160 3 BINA MARGA 31 - - 31 59 132 32 223 E:\WEB_PRODUK\Agung\Pengumuman\NAMA
Lebih terperinciProgram Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 Latar Belakang 2 Pagu Anggaran BPIW 3 Sasaran Output BPIW TA 2018 4 Prioritas BPIW TA. 2018 O U T L
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciFORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013
FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN I. VISI No 01 II. MISI No 01 02 03 04 05 06 07 Uraian Visi Visi Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.4-/217 DS21-98-8-666 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) Disampaikan Pada Acara Forum Komunikasi
Lebih terperinciURGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan
Lebih terperinciCAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI
invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciPAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012
No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.7-/217 DS6553-7197-642-6176 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal
Lebih terperinciDAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL
RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI 2010-2014 Agus Tjahajana j Sekretaris Jenderal DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL 2010-2020 2. PENENTUAN
Lebih terperinciSARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP,
SARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP, 2009-2014 Rumah Kemasan Bangsal Pengoalhan 4 Unit / 110 Ton 5 Unit / 50 Ton / 3 Ton Rumah Kemasan Bangsal Pengolahan 7 Unit / 320 Ton 9 Unit / 100
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciPANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)
PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciRencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah
PEDOMAN PELAKSANAAN DISKUSI KELOMPOK PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN BARAT INDONESIA Surabaya, 13 Maret 2008 pkl. 09.00 21.00 WIB 1. Latar
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.
No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBIDANG PEREKONOMIAN PERWUJUDAN INDONESIA SENTRIS DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN SECARA MERATA
BIDANG PEREKONOMIAN PERWUJUDAN INDONESIA SENTRIS DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN SECARA MERATA 17 Oktober 2017 OUTLINE KINERJA EKONOMI WILAYAH PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI BARU 2 KINERJA EKONOMI
Lebih terperinciB. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.1-/216 DS286-9928-784-242 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciEvaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)
Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan
Lebih terperinciRealisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target
Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciKegiatan Prioritas Tahun 2011
Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011 berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-676/MK.02/2010 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga T.A. 2011 adalah sebesar Rp. 2.240.113.190.000.
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU
Lebih terperinciKAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014
KAWASAN PERKEBUNAN di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014 FOKUS KOMODITI 1. Tebu 2. Karet 3. Kakao 4. Kopi (Arabika dan Robusta) 5. Lada 6. Pala 7. Sagu KAWASAN TEBU
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Yth. : Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG INDUSTRI GULA TEBU, KEK, MEA, INVESTASI DAN STANDARISASI DALAM RAPAT KERJA DENGAN KOMISI VI DPR-RI TANGGAL 6 APRIL
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus
Lebih terperinciNomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERAN Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016 Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat
Lebih terperinciCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014
CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun
Lebih terperinciPROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA Disampaikan oleh : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REVIEW RKP & RPJM SEKTOR INDUSTRI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REVIEW RKP & RPJM SEKTOR INDUSTRI Disampaikan pada Konsinyering Penyusunan RENSTRA Ditjen Industri Agro OUTLINE 1 2
Lebih terperinciJakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta
Lebih terperinci