HASIL SURVEI PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA PADA KELOMPOK PELAJAR DAN MAHASISWA DI 18 PROVINSI TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL SURVEI PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA PADA KELOMPOK PELAJAR DAN MAHASISWA DI 18 PROVINSI TAHUN 2016"

Transkripsi

1 HASIL SURVEI PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA PADA KELOMPOK PELAJAR DAN MAHASISWA DI 8 PROVINSI TAHUN. Pendahuluan. a. Besaran dan Tren Penyalahgunaan Narkoba di Dunia. Prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia sejak tahun hingga mengalami peningkatan (UNODC, ). Walaupun kurva terlihat landai namun secara jumlah totalnya cukup tinggi. Besaran prevalensi penyalahgunaan di dunia diestimasisebesar,9% atau 8 juta pengguna di tahun kemudian mengalami sedikit penurunan pada tahun 8 dan 9 menjadi,% dan,8%. Namun kemudian meningkat kembali menjadi,% di tahun dan tetap stabil hingga. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar hingga juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur tahun yang menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun di tahun (UNODC, ). Grafik. Tren Global Prevalensi Estimasi Penyalahgunaan Narkoba dan Estimasi Jumlah Penyalahguna Narkoba, Dalam lima tahun terakhir terindikasi tren jenis ekstasi menurun sekitar % di berbagai negara, sementara itu penggunaan Amphetamine dilaporkan stabil. Namun, ada yang meningkat drastis (8%) dalam lima tahun terakhir yaitu konsumsi jenis metha amphetamine (UNODC, ). Selain itu, beberapa jenis narkoba sintetis muncul dan berkembang dalam perdagangan narkoba, bahkan semakin banyak negara yang melaporkan tiap tahun. Pada tahun, jenis narkoba baru dilaporkan di lebih dari 9 negara, jumlah negara yang melaporkan narkoba jenis baru meningkat sekitar, kali dibanding tahun 9. Narkoba jenis sintetis ini menjadi komoditas legal highs dan menggantikan narkoba jenis stimulan seperti kokain dan ecstasy. Narkoba sintetis ini dijual melalui internet dan Jurnal Data Puslitdatin BNN

2 toko khusus (UNODC, ). Penggunaan ganja juga meningkat di sebagian besar negara. Penyalahguna ganja merupakan kelompok penyalahguna terbanyak yang memerlukan pengobatan. Penggunaan ATS juga meningkat secara global. Ini mungkin disebabkan karena ATS digunakan juga sebagai obat mengatasi gangguan penggunaan opiate (UNODC, ). b. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa Hasil penelitian narkoba pada kelompok pelajar usia 8 tahun di Swedia dan Italia, menunjukkan angka penyalahguna narkoba sekitar % dan %. Penelitian di Inggris (tahun ) pada kelompok pelajar usia th, menunjukkan % responden pernah menyalahgunakan narkoba. Penelitian di Kanada tahun pada kelompok pelajar usia 8 tahun, menunjukkan,% responden pernah menyalahgunakan narkoba. Di Amerika Serikat, tren prevalensi penyalahgunaan ganja pada remaja sejak hingga berada pada kelompok remaja sekolah kelas dan kelas jauh lebih tinggi dibanding populasi umum usia diatas tahun. Pada tahun, prevalens pada pelajar kelas mencapai 9,8% dan pada kelas sebesar,% sementara pada populasi umum sebesar,% atau dapat dikatakan angka prevalens setahun pada pelajar kelas dan sekitar kali lipat dibanding prevalensi ganja pada populasi umum (UNODC, ). Di Pakistan terjadi trend peningkatan penyalahgunaan narkoba tahun 9. Diperkirakan terdapat ribu penyalahguna heroin dan ribu penyalahguna narkoba suntik di negara tersebut atau terjadi peningkatan angka prevalensi sekitar % setiap tahunnya, atau dengan prediksi dari orang mahasiswa di Pakistan adalah pecandu. Berbeda dengan kondisi di berbagai negara lain, di Indonesia, besaran angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada remaja di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke. Meski hasil penelitian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar/mahasiswa di Indonesia oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI dan BNN yang pertama dan kedua menunjukkan terjadinya peningkatan angka prevalensi yang cukup tinggi yaitu dari,8% pada tahun menjadi 8,% pada tahun. Namun hasil penelitian 9 memperlihatkan bahwa angka penyalahgunaan narkoba relatif stabil jika dibandingkan tahun, baik angka pernah pakai (dari 8,% menjadi,%) dan angka riwayat penggunaan Narkoba dalam setahun terakhir pakai narkoba (dari,% menjadi,%). Angka di tahun 9 dan terlihat mengalami penurunan di semua lokasi studi, baik kota dan kabupaten ataupun gabungan keduanya (BNN RIPPKUI, ). Detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Andersson, et al. (Swedia). Alcohol and Drug Use Among European 8 Year Old Students. Data from the ESPAD Project; Fuller et al. (england). National report UK; Addlaf&Pagliaboak (Canada). Drug use among Ontariostudents 9; Prevalenspenggunaan ganja tersebutsempatmengalamipenurunanantaratahun dan 8 lalumeningkatlagiketitiksemula. diunduh Juli 9 BNN dan Puslitkes UI, 9. Survei Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar di Indonesia. Jurnal Data Puslitdatin BNN

3 Tabel.. Angka Penyalahguna Narkoba Pernah Pakai, Setahun Terakhir Pakai, Sebulan Terakhir Pakai Menurut Lokasi, Status dan Jenjang Sekolah SMP Kota dan kabupaten (N) Pernah pakai Pakai setahun terakhir Pakai sebulan terakhir SMA Akademi/ PT Jumlah Sumber : BNN RIPPKUI, Pola penyalahgunaan narkoba pada ketiga survei mempunyai pola yang hampir sama, dimana angka penyalahguna lebih tinggi pada lakilaki, cenderung lebih tinggi di kota dibanding kabupaten, lebih berisiko pada sekolah swasta, dan angka penyalahguna meningkat seiring dengan semakin tinggi jenjang sekolah dan penambahan umur responden. Demikian pula, angka penyalahgunaan narkoba menurut tingkatan adiksi pada ketiga survei juga mengalami penurunan terutama pada kategori coba pakai dan teratur, kecuali kategori pecandu yang sedikit mengalami peningkatan terutama pada tahun. Temuan hasil dari ketiga survei menunjukkan bahwa ganja adalah jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan dalam setahun terakhir. Selain ganja,jenis narkoba yang dipakai adalah menghirup lem (9%) dan minum dextro %, obat penghilang rasa sakit/sakit kepala (%) dan nipam/pil koplo (%). Pola terhadap Jenis narkoba saat pertama kali menggunakan narkoba sama dengan jenis narkoba yang digunakan setahun terakhir. Terkait perilaku merokok, minum alkohol dan seks pra nikah, berdasarkan hasil survei BNN terhadap pelajar dan mahasiswa Tahun lalu diketahui bahwa perilaku merokok, minum alkohol dan seks pranikah merupakan perilaku yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hasil survei Tahun tersebut menunjukkan pelajar/mahasiswa penyalahguna Narkoba jauh lebih banyak yang merokokbahkan kali lebih banyak. Sama halnya dengan perilaku minum alkohol, pelajar dan mahasiswa penyalahguna yang minum alkohol jauh lebih banyak bisa sampai 8 9 kali. Sedangkan untuk perilaku seks pranikah menunjukkan bahwa pelajar dan mahasiswa penyalahguna sebanyak kali lebih banyak terkait perilaku seks pranikah. c. Mengapa Perlu Studi Ini Penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa menjadi area kajian penting dalam penelitian oleh karena implikasinya pada ketergantungan awal di masa depan mereka (Atwoli, ). Meski di Indonesia tren penyalahgunaan Atwoli L, Mungla PA, Ndung u MN, Kinoti KC, Ogot EM.. Prevalence of substance use among college students in Eldoret, westn Kenyai. BMC Psychiatry :. Jurnal Data Puslitdatin BNN

4 narkoba pada pelajar sejak hingga cenderung menurun namun dampak dan kerugiannya besar serta meliputi berbagai aspek serta terkait dengan masa depan bangsa. Dengan menimbang besarnya dampak penyalahgunaan dan sebagai bagian dari pemantauan prevalensi narkoba serta pemutakhiran data serta di sisi lain adanya fakta efektifitas program pencegahan, maka pada tahun ini akan dilaksanakan kembali survei penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar atas kerjasama BNN dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. d. Tujuan Studi Secara umum, diperolehnya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa Tahun, dan kecenderungannnya pada kelompok pelajar dan mahasiswa di Indonesia. ) ) ) ) ) ) ). Secara khusus yang akan dicapai sebagai berikut: Mengetahui estimasi prevalensi penyalahguna narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa menurut waktu dan kategori pemakaian. Mengetahui gambaran penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa menurut riwayat pemakaian, cara pakai, dan pola edar narkoba. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyalahgunan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Mengetahui gambaran perilaku beresiko (merokok, minum alkohol, dan hubungan seks) terhadap penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang narkoba, dan sikap terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Mengetahui intervensi program PGN baik dari instansi pemerintah maupun non pemerintah terhadap kelompok pelajar dan mahasiswa. Mengetahui tren penyalahgunaan narkoba, jenis narkoba yang disalahgunakan, pola penyalahgunaan, pengetahuan tentang narkoba dan sikap terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba mulai tahun, 9,, dan pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Metodologi Desain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional), dengan tujuan untuk mengukur suatu variabel pada satu titik tertentu dengan menanyakan beberapa riwayat atau pengalaman responden pada beberapa kejadian terkait dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Model pendekatan yang digunakan adalah dengan metode kuantitatif dan kualitatif : a. Metode kuantitatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada pelajar/mahasiswa di sekolah/pt terpilih. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur berupa angket. Responden lalu diminta mengisi angket tersebut secara mandiri yang saat pengisiannya dilakukan bersama pada ruangan yang telah disediakan dengan dibimbing oleh petugas lapangan. Jurnal Data Puslitdatin BNN

5 b. Metode kualitatif dilakukan untuk pengumpulan data kepada beberapa pelajar dan stakeholder terpilih untuk menunjang kelengkapan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui pengamatan lapangan (observasi), wawancara mendalam, dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dengan sasaran informan yang memiliki kapasitas sesuai dengan kebutuhan studi. Pengertian kapasitas disini adalah orang yang mengerti dan menguasai informasi tentang situasi, kondisi, atau kehidupan di sekitar lokasi studi. a. Lokasi Studi Survei dilakukan di 8 provinsi dengan memilih sampai kota/kabupaten per provinsi. Provinsi di Jawa dan Bali dipilih secara acak sebanyak kota/ kabupaten. Provinsi di luar Pulau Jawa kecuali Papua Barat dipilih sebanyak kota/kabupaten per provinsi. Sedangkan di Papua Barat hanya dipilih kota/ kabupaten, kota yang merupakan ibukota provinsi dan wilayah kota/kabupaten diluar ibukota provinsi. Sebelas provinsi diprioritaskan dipilih karena merupakan daerah intervensi program BNN, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimatan Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Maluku, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali, sedangkan Provinsi sisanya dipilih secara acak. Cara pemilihan kota/kabupaten pada provinsi terpilih dengan menggunakan metode probability proportional to size (PPS) menggunakan basis data jumlah pelajar SMA. Semakin besar jumlah populasi pelajar SMA di tingkat kota/kabupaten, maka semakin besar kemungkinan kota/kabupaten tersebut terpilih sebagai sampel. Secara terperinci kota/kabupaten terpilih dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Sebagai catatan, sebelum menerapkan metode PPS, maka harus dipastikan terlebih dahulu kota/kabupaten yang akan dipilih secara acak harus dapat terjangkau aksesnya dengan kendaraan darat (bukan pesawat atau kapal laut), maksimal jam dari ibukota provinsi karena keterbatasan anggaran. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka kota/kabupaten tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemilihan secara PPS. Tabel.. Lokasi Kota/Kabupaten Terpilih di Tiap Provinsi, Jurnal Data Puslitdatin BNN

6 b. Metode Kuantitatif. Besar Sampel Perhitungan jumlah besar sampel menggunakan rumus Lameshow, yaitu : n z / P ( P ) x deff d P = Estimasi proposi penyalahguna pelajar tahun d = Simpangan mutlak z = Nilai z pada derajat kepercayaan a/ pada CL9% Merujuk pada rumus di atas, maka asumsi yang digunakan merujuk pada hasil studi mereka yang pernah pakai narkoba pada Tahun pada tiap tingkatan, yaitu SLTP (P=,%; d=%; z=,9; deff=); SMA=(P=,%; d=,%; z=,9; deff=); (P=,%; d=%; z=,9; deff=). Berdasarkan asumsi data tersebut, maka diketahui bahwa jumlah sampel di tingkat SMP minimal ada sebanyak orang; SMA ada sebanyak orang; Perguruan Tinggi sebanyak orang sehingga total responden ada sebanyak.88 orang per provinsi. Total keseluruhan responden ada sebanyak. orang. Cara Pengambilan Sampel Cara pengambilan sampel dilakukan secara bertahap, mulai dari tingkat provinsi, kota/kabupaten, sekolah, dan kelas. Berikut akan dijelaskan secara singkat: Di setiap kota/kabupaten terpilih diambil keterwakilan dari kategori sekolah, yaitu SMP, SMA, dan Perguruan tinggi (PT). Di setiap kategori sekolah dibagi lagi menurut jenis status kepemilikan sekolah, yaitu Negeri, Swasta, dan Agama. Lalu, di setiap jenis kepemilikan sekolah tersebut dilakukan pemilihan sekolah sebanyak sampai sekolah8 dengan menggunakan metode probability proportional to size (PPS), yang dilakukan di tingkat pusat dengan berdasarkan data dari pihak Kementerian Pendidikan Nasional untuk data SLTP dan SLTA negeri dan swasta, sedangkan SLTP dan SLTA agama berasal dari data Kementerian Agama. Sedangkan data perguruan tinggi berasal dari pihak Kemenristek. Dengan demikian, petugas lapangan telah membawa daftar nama sekolah terpilih ketika tiba di lokasi studi, lalu melakukan konfirmasi dan pengecekan ke lokasi, apakah sekolah tersebut masih ada atau tidak. Apabila ditemukan sekolah terpilih telah tutup, atau tidak ada lagi, atau tidak ditemukan di tingkat lapangan karena suatu hal, maka dapat diganti dengan sekolah cadangan yang telah disiapkan dalam list sampel terpilih. Untuk pemilihan kelas dan murid ditingkat sekolah dengan cara acak sederhana (random). 8 Tergantung kriteria lokasi studi (JawaBali, luar JawaBali, Papua Barat) dan Jenis Sekolah (SMP, SMA, atau PT). Jurnal Data Puslitdatin BNN

7 Tabel.. Distribusi Besar Sampel per Provinsi dan Seluruh Provinsi menurut Lokasi dan Jenis Sekolah Per Provinsi Seluruh Provinsi Lokasi Jenis Jumlah sekolah jumlah kelas per sekolah Jumlah resp/kelas Jumlah sampel Total Sampel Total Sekolah JawaBali SMP 8,8 SMA, PT, SMP 9, 9 SMA, 9 PT 8 8, 98 SMP 8 8 SMA PT,,,8 Luar JawaBali Papua Barat Total Di sekolah terpilih (SMP dan SMA), dilakukan pemilihan kelas secara acak (random). Caranya dengan minta daftar jumlah kelas dan murid di tiap angkatan. Lalu, urutkan kelas dan jumlahkan murid di tiap kelas secara kumulatif. Gunakan tabel random untuk pemilihan lokasi kelas. Tidak seluruh siswa pada kelas terpilih diminta mengisi kuesioner. Mereka yang diminta mengisi dipilih secara acak dengan metode systematic random sampling berdasarkan urutan absen. Cara pengambilan sampel di Perguruan Tinggi berbeda dengan di tingkat SMP dan SMA. Pada perguruan tinggi terpilih, lakukan listing fakultas dan jumlah mahasiswanya. Setelah diperoleh, data jumlah mahasiswa per fakultas dilakukan penghitungan jumlah kumulatif. Pilih fakultas secara acak dengan menggunakan tabel random. Pada tiap fakultas terpilih (misalkan, fakultas psikologi dan fakultas budaya), langkah berikutnya adalah melakukan listing Mata Ajaran fakultas minimal pada tahun ke dua. Lalu, pilih secara acak mahasiswa yang akan terlibat survei. Satu mata ajaran tidak boleh lebih dari mahasiswa. Jika jumlah mahasiswa di kelas itu lebih, maka pilih secara acak, tetapi jika kurang dari ambil semua responden, dan sisa kekurangan sampelnya bisa diambil dari di mata kuliah lain atau fakultas lain. Agar tercipta persamaan persepsi diantara seluruh tim yang terlibat, maka dilakukan pelatihan dengan sistem berjenjang. Pertama pelatihan di tingkat pusat yang diikuti oleh para koordinator lapangan, selanjutnya pelatihan di tingkat daerah yang dilakukan oleh para koordinator lapangan untuk melatih para pengambil data (enumerator). Setiap pelatihan tersebut dilakukan selama hari, termasuk simulasi dan praktek lapangan. Di tingkat daerah kegiatan lapangan difasilitasi oleh pihak mitra lokal dengan dibantu narasumber dari pihak BNNP. Jurnal Data Puslitdatin BNN

8 c. Metode Kualitatif Pengumpulan data kualitatif pada survei ini dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan DKT kepada beberapa pihak terkait. Untuk wawancara mendalam dilakukan kepada BNNP, Dinas Pendidikan di tingkat provinsi, siswa, dan komite sekolah. Sedangkan DKT hanya akan dilakukan dikalangan siswa/mahasiswa dari SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada BNN Kota/ Kabupaten, Dinas Pendidikan Kota/ Kabupaten dan Pengelola Sekolah. Tabel. Jumlah dan Jenis Informan Kualitatif INFORMAN/PARTISIPAN BNNP BNN Kota/Kab Dinas Pendidikan Prov Dinas Pendidikan Kota Pengelola Sekolah Siswa Komite sekolah Siswa PARTISIPAN/ INFORMAN 8 8 x (SMP, SMA, PT) x (SMP, SMA, PT) ( SMP, SMA) kelompok DKT di tiap SMP, SMA, dan PT METODE Wawancara mendalam Semi terstruktur Wawancara mendalam Semi terstruktur Semi terstruktur Wawancara mendalam Wawancara mendalam Diskusi Kelompok Terarah Tidak seluruh lokasi dilakukan studi kualitatif, tetapi dipilih secara purposive. Studi kualitatif difokuskan pada daerah yang menjadi intervensi program BNN, yaitu di provinsi. Pedoman Wawancara Mendalam, DKT dan Wawancara Terstruktur telah disiapkan peneliti. DKT pada kelompok SMP dilakukan di provinsi di ibu kota provinsi, yaitu Jakarta, Sumut, Kaltim, Maluku. Partisipan kelompok ini dari berbagai sekolah (negeri, swasta, agama) di kota tersebut. DKT pada kelompok SMA dilakukan di provinsi di ibu kota provinsi, yaitu Jabar, Sumbar, Bali, Sulut. Partisipan dari kelompok ini dari berbagai sekolah (negeri, swasta, agama). DKT pada kelompok mahasiswa dilakukan di provinsi yaitu: Jakarta, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, partisipannya dari berbagai Universitas Negeri, Swasta dan Agama. d. Pelatihan. Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap materi kuesioner pada saat pengambilan data, maka diadakan pelatihan bagi para koordinator lapangan dan enumeratorenumerator. Pelatihan ini juga melibatkan Tim Puslitdatin BNN, agar tim di lapangan memahami dengan benar dan tepat datadata yang ingin didapatkan. Pelatihan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pelatihan koordinator lapangan di tingkat pusat dan kedua pelatihan enumerator di tingkat provinsi. Pelatihan adalah tahapan yang paling penting dilakukan sebelum pengumpulan data. Tujuan dari penelitian adalah untuk menyamakan persepsi seluruh tim peneliti Pusat Penelitian Kesehatan UI dengan koordinator lapangan dan petugas lapangan (asisten koordinator lapangan dan enumerator), dan memberikan pemahaman terhadap berbagai materi yang dibutuhkan untuk pengumpulan data. Mengingat pentingnya pelatihan, seluruh koordinator lapangan dan tim lapangan wajib mengikuti pelatihan sampai dengan selesai. Jurnal Data Puslitdatin BNN 8

9 Waktu pelaksanaan pelatihan koordinator lapangan dilakukan selama hari. Pelatihan diberikan oleh tim peneliti Pusat Penelitian Kesehatan UI dan Tim Puslitdatin BNN. Tingkat pemahaman koordinator lapangan terhadap materi akan diuji melalui simulasi. Jika koordinator belum menguasai materi, peneliti akan menjelaskan lebih terperinci lagi hingga kordinator mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan. Hal ini penting untuk dilakukan karena koordinator lapangan akan memberikan pelatihan kepada tim lapangan.. Karakteristik Sekolah dan Responden. a. Cakupan Sekolah dan Responden Pada survei tahun telah ada upaya perbaikan metode dengan mengambil sampel yang lebih menyebar. Indikasi ini terlihat dari memperbesar jumlah daerah yang diambil dan memperbesar jumlah sekolah yang terpilih. Misalkan pada tahun jumlah daerah yang diambil reratanya sebanyak kab/kota, tetapi saat ini ada sebanyak sampai kab/kota. Demikian pula dengan jumah sekolah yang terpilih di tiap kab/kota, di tahun (8 sekolah) jumlah sampel sekolah sebanyak kali lipat dibandingkan tahun ( sekolah). Peningkatan proporsi jumlah terbanyak berada di tingkat perguruan tinggi, dari 9 PT menjadi 8 PT. Grafik. Distribusi Jumlah Sekolah dan Jumlah Responden menurut Tingkatan Sekolah, Tahun Distribusi jumlah sekolah Distribusi jumlah responden, 8,, 8,,,, 8,,,,,,,,,,,, SLTA, 9, PT,,,, 99,, 9, 9,,, SLTP, Jumlah SLTP SLTA PT Jumlah Jumlah responden tahun mencapai. responden yang tersebar di 8 provinsi di Indonesia. Jumlah responden tersebut lebih kecil dibandingkan survei tahun, yang berjumlah 8. orang yang tercatat. Penambahan responden terbesar berada di perguruan tinggi yang mencapai hampir kali lipat dibandingkan tahun. Sedangkan pada kelompok pelajar di tingkat SMP dan SMA, secara absolut jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun survei sebelumnya. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ada upaya perbaikan metodologi dengan cara penarikan sampel yang lebih menyebar sehingga tingkat keterwakilan sampel menjadi lebih baik. Jurnal Data Puslitdatin BNN 9

10 b. Karakteristik Sekolah Grafik. Proporsi Kegiatan Ekstrakurikuler yang Ada di Tingkat Sekolah Jumlah sekolah yang disurvei ada sebanyak 8 sekolah yang % tidak tersebar di 8 provinsi, dimana ada sebagian besar adalah sekolah % < yang berstatus negeri (%), terutama di SMP dan SMA. Lebih dari separuh sekolah (%) memiliki ruang belajar yang > berpendingin ruangan (AC), % terutama di perguruan tinggi. Akreditasi sekolah kebanyakan berstatus B, terutama di perguruan tinggi. Ada % dari sekolah yang tidak memiliki kegiatan ekstrakurikuler, tetapi kebanyakan memiliki kegiatan kegiatan ekstrakurikuler. % c. Karakteristik Responden Pada bagian karakteristik responden ini kami akan memilah berdasarkan tematema sebagai berikut: ) Jenis Kelamin, Umur, dan Status Sekolah Secara umum, karaterikstik kelompok yang disurvei relatif sama pada semua survei. Proporsi perempuan lebih tinggi dan kebanyakan mereka berumur 9 tahun. Lebih dari separuh responden 9 berada di kabupaten (%), sedangkan di Tahun kebanyakan berada di kota (%). Mereka yang berumur kurang dari tahun proporsinya lebih sedikit di Tahun dibandingkan Tahun. Pola tersebut terbalik dengan kelompok umur diatas tahun, dimana di Tahun justru yang lebih banyak. Status sekolah responden kebanyakan adalah swasta (%), sedangkan survei sebelumnya adalah sekolah negeri Jenis kelamin Umur Lokasi Status sekolah (%). Proporsi jumlah sekolah negeri berkurang dibandingkan survei sebelumnya, baik di tingkat SMP dan SMA. Misalkan di tingkat SMP, dari % () menjadi % () atau SMA dari 9% menjadi 8%. Sementara itu, mereka yang berada di sekolah agama lebih besar proporsinya, naik dari % () menjadi % (). Jurnal Data Puslitdatin BNN Negeri Kabupaten Kota tahun 9 tahun < tahun Perempuan 9 8 Laki Persentase Grafik. Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin Umur, Lokasi, dan Status Sekolah

11 ) Lokasi tinggal, Status tinggal, dan Lama Tinggal Pada umumnya responden tinggal bersama orangtuanya. Namun, terjadi penurunan proporsi dari % () menjadi % () mereka yang saat ini tinggal bersama orangtuanya. Mereka yang tinggal menumpang dengan orang lain, kontrak/kost, dan tinggal di asrama/mess mengalami peningkatan. Ini mengindikasikan semakin banyak yang tidak mendapatkan pengawasan dari orangtua, mereka berisiko lebih terpapar dengan peer groupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin sedikit yang tinggal bersama orangtuanya. Pada SMP, mereka yang tidak tinggal dengan orangtua (%), sedangkan di perguruan tinggi (%). Fakta ini mengindikasikan juga ketimpangan akses ketersediaan sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang akan dikejar, maka aksesnya jauh dari rumah yang berakibat harus berpisah dengan orangtuanya. Lebih dari satu per empat responden telah tinggal di lokasi survei kurang dari tahun, terutama mereka yang sedang menempuh perguruan tinggi (9%). ) Status Pernikahan dan Kondisi Kesehatan Orang Tua Ada kecenderungan terjadi peningkatan status pernikahan orang tua yang bercerai, dari 8% () menjadi % (). Proporsi tingkat perceraian relatif sama menurut tingkat sekolah, tetapi yang terbesar pada orangtua yang anaknya telah di perguruan tinggi. Kondisi kesehatan orangtua responden kebanyakan dalam kondisi sehat. Kondisi kesehatan ibunya responden (8%) lebih banyak yang sehat dibandingkan ayahnya (8%) pada kali survei. Lebih dari tiga per empat responden menyatakan kondisi ayahnya dalam kondisi sehat, dengan proporsi ini sama besar (8%) dalam kali survei. Sementara itu, proporsi tingkat kematian ayah (8%) lebih tinggi dibandingkan ibu (%). Ada kecenderungan terjadi proporsi kedua orangtuanya telah meninggal dari ke, baik pada ibu maupun ayah. ) Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Tingkat pendidikan ibu lebih jelek dibandingkan ayah, terlihat dari proporsi mereka yang berpendidikan rendah9. Ibu (%) yang berpendidikan rendah lebih banyak dibandingkan ayah (%). Ada dari ayah dari responden memiliki tingkat pendidikan rendah (%) di tahun, proporsi ini meningkat dibandingkan tahun (%). Sementara pada kelompok ibu, mereka yang berpendidikan rendah di tahun ini (%) telah lebih sedikit dibandingkan tahun (%). Dengan demikian, telah ada kesadaran untuk memberikan akses pendidikan bagi para perempuan. Pekerjaan ayah sebagian besar adalah pedagang/wiraswasta (%), petani (%), pegawai swasta (%) dan PNS (%) di tahun. Namun, masih ada % dari ayah yang berstatus tidak bekerja. Pola pada ayah, sedikit berbeda dengan temuan, dimana urutan kedua terbanyak adalah pegawai swasta, petani, dan PNS. Sementara pada ibu, lebih dari separuhnya berstatus ibu rumah tangga (%). Ibu yang bekerja banyak ditemukan menjadi pedagang/wiraswasta (%), petani (%), dan PNS (9%). Pola pekerjaan pada ibu relatif sama dengan survei. 9 Pendidikanrendahyaitutidaksekolah, tidakdanatautamat SD; Pendidikanmenengahadalahtamat SMP; Pendidikan Tinggi adalahtamat SMA keatas Jurnal Data Puslitdatin BNN

12 Sebagai catatan, kebanyakan responden mahasiswa memiliki orangtua yang keduanya bekerja. Hal ini mungkin, karena kebutuhan biaya pendidikan di tingkat perguruan tinggi yang lebih mahal sehingga kebanyakan dari mereka yang bisa mengakses perguruan tinggi harus memiliki penghasilan keluarga yang mencukupi untuk sekolah bila kedua orangtuanya bekerja. ) Nilai RataRata Kelas, Tinggal Kelas dan Aktivitas Kegiatan di Sekolah/Luar Sekolah Responden yang terlibat dalam survei tahun ini menyatakan bahwa % berada di atas ratarata kelas, terutama di tingkat SMP dan SMA. Namun, ada dari responden yang menyatakan berada di bawah ratarata kelas (%). Bahkan ada dari responden yang menyatakan pernah tidak naik kelas, terutama di SMP. Ada sekitar % yang ikut kegiatan di sekolah, dan % yang ikut kegiatan diluar sekolah, dan yang ikut kegiatan dikeduanya adalah %, sedangkan yang tidak ikut sama sekali kegiatan ekstrakurikuler sebesar %. Mereka yang ikut kegiatan di sekolah, kebanyakan adalah olahraga/bela diri (9%), pramuka/ palang merah remaja (8%), serta kerohanian (%) di tahun. Kegiatan pecinta alam dan kegiatan ilmiah kurang disukai oleh para pelajar/mahasiwa. Pola tersebut relatif sama dengan survei. Pada kegiatan diluar sekolah, ada pergeseran minat kepada kegiatan yang bersifat keagamaan meningkat tajam dari % () menjadi % () dan merupakan kegiatan yang paling banyak diminati. Diikuti oleh olahraga/beladiri (%), bimbingan belajar (8%), dan karang taruna (%).. Angka Penyalahgunaan Narkoba. a. Menurut Waktu. Grafik. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Menurut Waktu Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba diukur 8,,8 dengan merujuk pada periode waktu,,, yaitu pernah pakai, narkoba seumur,9 hidupnya walaupun hanya satu kali (ever used), dan setahun terakhir pakai (current 9 users) yaitu mereka yang pernah pakai Pernah pakai Pakai setahun terakhir narkoba dalam satu tahun terakhir dari saat survei. Persentase Kecenderungan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba semakin menurun 9 8 Jurnal Data Puslitdatin BNN

13 Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba cenderung semakin menurun dalam tahun terakhir, baik untuk pernah pakai dan setahun pakai. Angka prevalensi pernah pakai menurun dari 8,% () menjadi,8% (). Atau bisa diartikan, jika pada tahun ada 8 dari orang pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba maka sekarang hanya ada orang yang pakai narkoba (). Jadi dalam dekade, telah berhasil dikurangi separuh pelajar/mahasiswa yang pernah pakai narkoba. Kecenderungan angka prevalensi dikalangan pelajar ditopang pula terjadinya penurunan pada kelompok lain, terutama di kelompok rumah tangga. Angka prevalensi setahun terakhir juga cenderung turun dari.% () menjadi,9% (). Atau bisa dikatakan pada tahun mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir (current users) ada dari pelajar/mahasiswa, tetapi saat ini hanya ada orang saja (). Dengan demikian, lebih dari separuh mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir dapat dikurangi dalam dekade terakhir. Di tahun, dari mereka yang pernah pakai narkoba (,8%), sekitar separuhnya masih mengkonsumsi narkoba dalam setahun terakhir (,9%). Angka prevalensi pernah pakai menurut lokasi studi di tingkat kabupaten/kota, terlihat jika pada tahun relatif tidak jauh berbeda besarannya (8,%). Namun sejak tahun 9 sampai, angka prevalensi pernah pakai cenderung lebih tinggi di kota dibandingkan di kabupaten. Pola yang relatif sama juga terlihat pada angka prevalensi setahun pakai. Hal menarik pada angka prevalensi setahun pakai di lokasi kabupaten cenderung turun dalam kali survey dari,% () menjadi,% (), tetapi tidak di kota. Lakilaki lebih berisiko pakai narkoba dibandingkan perempuan. Rasio lakilaki dengan perempuan yang pernah pakai narkoba sekitar berbanding, artinya diantara lakilaki pengguna narkoba ada perempuan yang pernah pakai narkoba, pola ini relatif tidak berubah dalam dekade terakhir. Fakta ini terlihat dari angka prevalensi pernah pakai dan setahun pakai, dimana pada lakilaki angka prevalensinya jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan. Angka prevalensi pernah pakai pada lakilaki,% dan perempuan,% (), sedangkan di tahun lakilaki,% dan perempuan,%. Angka prevalensi yang pernah pakai pada lakilaki cenderung menurun dari,% () menjadi,% () dalam dekade terakhir. Demikian pula untuk yang pernah pakai setahun terakhir. Namun, pada kelompok perempuan kecenderungan penurunan angka prevalensi pernah dan setahun pakai narkoba mulai terlihat sejak tahun 9 sampai. Ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi angka prevalensi penyalahgunaan narkoba baik yang pernah pakai dan setahun pakai, kecuali tahun. Dengan demikian, SMP memiliki angka prevalensi terendah, dan tertinggi adalah perguruan tinggi. Namun, ditahun, angka prevalensi narkoba di tingkat SMA relatif tidak jauh berbeda dibandingkan perguruan tinggi. Mereka yang pernah pakai narkoba relatif sama besar (,%) antara SMA dan perguruan tinggi, tetapi pada kelompok yang pakai narkoba setahun terakhir mereka yang di SMA (,%) lebih tinggi dibandingkan perguruan tinggi (,8%) di tahun. Jurnal Data Puslitdatin BNN

14 b. Menurut Tingkat Ketergantungan Angka tingkat ketergantungan narkoba merujuk pada penggunaan narkoba dalam setahun terakhir (current users). Angka setahun terakhir pakai dibagi menjadi kategori penyalahgunaan narkoba, yaitu coba pakai, teratur pakai, pecandu non suntik, dan pecandu suntik. Pada kelompok pelajar/mahasiswa proporsi terbesar adalah penyalahguna coba pakai, dengan kisaran antara % sampai 8% dalam dekade terakhir. Di Tahun, proporsi kelompok coba pakai (8%) yang paling tinggi dari kali survei, sedangkan yang terendah % di Tahun. Setelah coba pakai, kelompok terbesar berikutnya adalah teratur pakai, pecandu bukan suntik, dan terendah pecandu suntik. Kelompok coba pakai terbanyak berada di kelompok SMA ( dan 9), sedangkan di Tahun yang terbanyak ada di perguruan tinggi, dan di Tahun ada di SMP. Dengan demikian, kelompok coba pakai terbesar dapat terjadi di semua tingkatan sekolah. Demikian pula, menurut jenis kelamin, baik pada kelompok lakilaki maupun perempuan, proporsi terbesar mereka pengguna coba pakai. Proposi coba pakai pada lakilaki semakin membesar. Demikian pula dengan coba pakai pada perempuan, tetapi proposinya lebih berfluktuasi dibandingkan lakilaki. Menurut kotakabupaten, di Tahun proporsi penyalahguna coba pakai di kota (88%) lebih banyak dibandingkan di kabupaten (8%). Sedangkan pada survei Tahun 9 dan, proporsi terbesar coba pakai ada di kabupaten, sedangkan survei relatif sama besarnya. Data ini mengindikasikan ada pergeseran bahwa proporsi coba pakai kemungkinan akan lebih banyak di kota nantinya. Grafik. Kecenderungan Angka Prevalensi Grafik. Kecenderungan Penyalahgunaan Penyalahgunaan Narkoba menurut menurut Tingkat Tingkat Ketergantungan, tungan, coba pakai teratur pakai canduns candu suntik Proporsi Narkoba Ketergan coba pakai teratur pakai canduns candu suntik % 9% 8% % % % % % % % % L P L P 9 Jurnal Data Puslitdatin BNN L P L P L P L P 9 L P L P

15 c. Menurut Provinsi Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba terbagi atas pernah (ever used) dan setahun pakai (current users). Angka pernah pakai menggambarkan besaran masalah narkoba yang terjadi suatu wilayah, sedangkan angka setahun pakai mengilustrasikan besaran narkoba yang saat ini sedang terjadi. Dalam konteks ini, untuk analisis kecenderungan yang dipakai adalah setahun terakhir. DKI Jakarta merupakan provinsi yang memiliki angka prevalensi setahun yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Padahal di tahun, provinsi yang tertinggi adalah NTT yang pada waktu banyak yang memakai jenis kecubung dan ngelem. Namun, saat ini angka prevalensi setahun pakai sudah jauh berkurang dari,% () menjadi,% (). Angka prevalensi DKI Jakarta juga telah mulai menurun dari,% () menjadi,% (), walaupun sempat berfluktuasi naik di tahun 9. Grafik. Angka Prevalensi Pernah dan Setahun Pakai Penyalahgunaan Narkoba menurut Provinsi, pernah setahun Di tahun, angka pernah pakai tertinggi di DI Yogyakarta, diikuti DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur. Sedangkan angka pernah pakai terendah adalah NTT dan Aceh. Sementara itu, tiga provinsi yang memiliki angka prevalensi setahun pakai narkoba tertinggi adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Jika melihat grafik diatas, maka selisih antara angka prevalensi pernah pakai dengan setahun pakai adalah mereka yang berhenti pakai narkoba. Dengan demikian, di Provinsi DI Yogyakarta banyak yang telah berhenti pakai narkoba. Jurnal Data Puslitdatin BNN

16 . Riwayat Penyalahgunaan Narkoba. a. Pakai Narkoba Pertama. Grafik. Sepuluh Jenis Narkoba yang Pertama Kali Dipakai R e Analgesik (campur) r a Pil Koplo t a lainnya u m u r Teratur Coba Shabu Trihex dextro Tramadol p e ngelem r t Tidak menyebutkan a m ganja a % % % % % % % % % k ali pakai narkoba tahun (SD:, tahun), dengan kisaran umur terendah tahun dan tertinggi tahun di tahun. Dua alasan terbanyak yang dikemukan adalah ingin tahu atau cobacoba dan bersenangsenang, baik pada lakilaki maupun perempuan pada dua survei terakhir. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan adalah ganja, baik pada kelompok coba pakai ataupun teratur/pecandu. Ganja banyak digunakan pertama kali karena mudah didapat dan harganya relatif dapat dijangkau. Mereka pakai pertama kali ganja saat bersama temantemannya yang lebih dahulu menjadi penyalahguna narkoba, dan biasanya mencoba ganja yang dimiliki temannya tersebut. Ngelem merupakan salah satu yang paling banyak dipilih untuk pertama kali pakai narkoba, karena pada kelompok pelajar/mahasiswa kemampuan secara finansialnya masih terbatas dan barangnya mudah di dapati karena dijual bebas di warung atau toko. Jenis lain yang banyak disalahgunakan adalah obat daftar G (obat resep) yang dapat dibeli bebas di apotik atau toko obat, seperti tramadol, dextro, trihex, atau pil koplo. Namun, banyak juga diantara mereka yang tidak ingat, apa jenis narkoba yang pertama kali dipakainya. Jurnal Data Puslitdatin BNN

17 b. Jenis Narkoba yang Pernah dan Setahun Pakai, Termasuk Frekuensi Pakainya Grafik. Jenis Narkoba yang Dipakai Setahun Terakhir Ekstasi Dextro Teratur Coba Analgesik (dicampur) Analgesik Pil koplo Trihexyphenidyl Tramadol Shabu Ngelem Ganja % % % % Jenis narkoba yang paling banyak pernah dipakai dan setahun terakhir pakai adalah ganja. Pada setahun terakhir pakai, ganja banyak dipakai oleh kelompok coba pakai dan teratur/pecandu. Para mahasiswa yang paling banyak mengkonsumsi ganja, dibandingkan para siswa SMP dan SMA. Para penyalahguna ternyata masih banyak yang pakai jenis ngelem, terutama pada kelompok teratur/ pecandu. Ini mengindikasikan bahwa secara finansial masih belum cukup untuk mengakses narkoba jenis sintetis atau obat daftar G, terutama pada tingkatan SMP. Hal yang patut diwaspadai, jenis shabu juga banyak dikonsumsi, yang proporsinya tidak jauh berbeda dengan tramadol dan trihexyphenidyl dan analgesik. Tiga jenis zat terakhir adalah obat daftar G yang dapat dijual bebas pada apotik atau toko obat yang harganya jauh dibawah harga shabu. Shabu banyak dikonsumsi oleh para mahasiswa. c. Narkoba Suntik Angka prevalensi narkoba suntik adalah,% atau dari pelajar/mahasiswa ada orang yang pakai narkoba suntik, terutama di kelompok mahasiswa. Rerata umur pertama kali pakai narkoba suntik adalah tahun, dengan simpangan antara tahun sampai 8 tahun. Dahulu (sekitar tahun an), jenis narkoba yang disuntikkan adalah putau (heroin), tetapi saat ini harganya mahal, kualitas barangnya diragukan, serta sulit didapat dipasaran, maka jenis yang disuntikkan diganti (subsitusi). Jenis zat yang banyak dipakai adalah subutek, metadon, dan obat bebas. Bagi mereka yang paling nikmat saat sensasi ritual melakukan penyuntikannya (saat pumping). Bahaya penyalahguna narkoba suntik adalah praktek penggunaan jarum bekas pakai bersama, sebab berisiko tinggi tertular berbagai penyakit melalui darah seperti hepatitis dan HIV AIDS. Faktanya masih ditemukan mereka masih melakukan praktek pertukaran jarum bersama. Ada sekitar dari orang penyalahguna yang pernah melakukan pertukaran jarum suntik minimal satu kali sepanjang hidupnya. Jurnal Data Puslitdatin BNN

18 . Pengetahuan dan Sikap Terkait Narkoba. a. Pengetahuan. Pengetahuan narkoba yang mumpuni dan adekuat dipercaya dapat mencegah dan menghindari orang pakai narkoba. Untuk itu, berbagai upaya telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang narkoba. Dari hasil studi diketahui, hampir semua (9%) pelajar dan mahasiswa pernah mendengar jenis narkoba di tahun, dengan proporsi terendah pada kelompok SMP (88%). Jumlah median yang dapat menyebutkan nama jenis narkoba ada sebanyak jenis. Ada jenis narkoba yang banyak disebut adalah ganja, shabu, heroin, zat yang dihisap, kokain, analgesik yang dipakai tidak sesuai dosis dengan sengaja (berlebih), dan ekstasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak yang mengenali jenisjenis narkoba. Grafik. Distribusi Frekuensi Jenis Narkoba yang Banyak Disebut Responden, Grafik. Distribusi Frekuensi Pernah Dengar Jenis Narkoba menurut Jenjang Sekolah, Pernah dengar jenis narkoba menurut jenjang pendidikan % 9% 88% 9% 9% 9% jenis narkoba yg banyak di dengar % 8% SMP SMA PT/AKD % 8% % % % % % % % % % % SMP SMA PT/AKD Total Dalam survei ini, kami mencoba mengukur tingkat pengetahuan dengan menggunakan proxy pengukuran dengan buah pertanyaan tentang narkoba. Apabila responden dapat menjawab minimal pertanyaan secara benar maka dianggap berpengetahuan baik; sampai pertanyaan benar dianggap sedang; dan atau tidak ada yang benar dianggap kurang. Lebih dari separuh responden memiliki tingkat pengetahuan baik (%). Namun, masih ada % dari responden yang memiliki pengetahuan narkoba kurang. Bila dibandingkan tingkat pengetahuan antara penyalahguna dan bukan penyalahguna, ternyata tingkat pengetahuan penyalahguna lebih baik dibandingkan yang bukan penyalahguna, baik pada lakilaki maupun perempuan. Mereka yang bukan penyalahguna memiliki tingkat pengetahuan kurang yang lebih besar, misalkan dikalangan lakilaki (% vs %) dan perempuan (% vs %). Jurnal Data Puslitdatin BNN 8

19 Sumber informasi utama mendapatkan informasi tentang narkoba ada jenis yaitu televisi, media cetak (koran/surat kabar, majalah), dan guru/dosen saat berkegiatan di sekolah/kampus, terutama pada perempuan. Kami juga menanyakan persepsi dampak akibat menyalahgunakan narkoba kepada para responden. Sebagian besar menyatakan adanya gangguan kesehatan yang mulai menurun, masuk penjara (terkait hukum), sakit, atau prestasi menurun. b. Sikap Grafik. Sikap Responden terhadap Jenis Narkoba yang Menyatakan Cukup Berisiko dan Sangat Berisiko, Sikap responden terhadap serangkaian 9, pertanyaan menunjukkan 8,, variasi yang lebih rendah, untuk temuan, dibandingkan tahun., Di tahun, semua, variabel sikap tersebut, minimal bernilai %. Di, tahun, sikap yang paling dianggap berisiko adalah sikap atas mereka yang merokok, alkohol dan rutin ganja. Untuk merokok, semakin tinggi pendidikan maka semakin besar yang berisiko merokok, yaitu dari % di SMP menjadi % di perguruan tinggi. Pola yang sama juga terlihat pada minum alkohol dan mereka yang rutin mengkonsumsi ganja.,. Merokok, Alkohol dan Seks Pranikah. a. Merokok. Angka prevalensi merokok di kalangan pelajar/mahasiswa relatif stabil dari Tahun 9 sampai, dengan kisaran 8% sampai 9%. Dapat dikatakan, ada dari atau orang pelajar/mahasiswa pernah merokok. Hal yang perlu dicermati adalah, angka prevalensi merokok pada kelompok SMP cenderung meningkat dari 9% (9) menjadi % (). Sebaliknya, di kelompok SMA relatif stabil di kisaran %, tetapi di kelompok perguruan tinggi terjadi penurunan dari 9% (9) menjadi 8% (). Fakta ini mengindikasikan sasaran dari industri rokok untuk meningkatkan pangsa pasar mereka adalah para perokok muda, terutama mereka yang masih SMP. Pada kelompok usia ini, merupakan masa kritis, dimana mereka masih mencari jati dirinya. Mereka menganggap merokok merupakan perlambangan orang telah dewasa dan macho bagi lakilaki. Jurnal Data Puslitdatin BNN 9

20 Relatif tidak ada perbedaan angka prevalensi pernah merokok diantara mereka yang tinggal di kota maupun di kabupaten, dengan kisaran antara % sampai 9%. Walaupun sempat angka prevalensi merokok di kabupaten lebih rendah sedikit dibandingkan di kota pada Tahun 9 dan. Grafik. Angka Prevalensi Pernah dan Setahun Merokok menurut Provinsi, Grafik. Angka Prevalensi Pernah dan Setahun Alkohol menurut Provinsi, DI Yogyakarta Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sumatera Barat DKI Jakarta Kep. Riau Papua Barat Sumatera Selatan Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Timur Sumatera Utara NTT Aceh Maluku Sulawesi Selatan Bali PERNAH SETAHUN PERNAH SETAHUN Angka prevalensi pernah merokok pada kota yang tertinggi di Indonesia, adalah Yogyakarta (%), Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Sementara angka prevalensi terendah ditemukan di Maluku, Sulawesi Selatan, dan Bali (8%). Namun, angka prevalensi setahun terakhir tertinggi adalah Kalimantan Utara (%) dan Yogyakarta (9%). b. Alkohol Angka prevalensi minum alkohol cenderung stagnan dalam dekade terakhir, dari % () menjadi % (). Dengan demikian, ada dari orang pelajar/mahasiwa pernah minum alkohol di Tahun. Kontribusi penurunan terbesar disumbangkan dari kelompok perguruan tinggi dan SMA. Pada perguruan tinggi terjadi penurunan tajam dari % menjadi % dan kelompok SMA dari % menjadi % dalam satu dekade terakhir. Salah satu yang menyebabkan penurunan angka ini karena adanya kebijakan pengetatan peredaran minumuan beralkohol, bahkan di beberapa daerah ada yang telah tertuang di dalam peraturan daerah. Selain juga pihak BNN melakukan kegiatan yang intensif dikalangan perguruan tinggi dengan menjalin kerjasama dan membentuk satgas anti narkoba, dimana salah satunya ada isu alkohol juga dibahas. Jurnal Data Puslitdatin BNN

21 Angka prevalensi minum alkohol di kota (%8%) lebih tinggi sedikit dibandingkan di kabupaten (%%) dalam tahun terakhir. Secara umum kecenderungan angka prevalensinya relatif stabil. Menurut provinsi, angka pernah minum alkohol, pada provinsi terbanyak berada di Sulawesi Utara (9%), NTT, Kalimantan Utara, DI Yogyakarta, dan Papua Barat. Sedangkan angka prevalensi yang paling rendah ada di Aceh (%). Sedangkan provinsi yang setahun terakhir minum alkohol terbanyak NTT (%), Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, dan Bali (%). Grafik. Kecenderungan Angka Prevalensi Grafik Pernah Merokok, Minum Alkohol, dan Seks Pranikah menurut Tingkat Pendidikan di Kalangan Pelajar/Mahasiswa (%) Merokok Minum alkohol Seks pra nikah Merokok SLTA Akademi/ PT Jumlah ,,9,,,,, 9, 8, 9, 8,8,,,8,8,9,,,,, 9, 8,,,,,9, 8,98,9 8, 9, 9, 9, 8,,9,,,,,,,9,,,9,, SLTP. Kecenderungan Angka Prevalensi Pernah Merokok, Minum Alkohol, dan Seks Pranikah menurut Lokasi di Kalangan Pelajar/Mahasiswa (%) Minum alkohol 9, 8, 8, 8, 8, 8,,,9,,8,, 9,,8,,,,,,, 9,9,8,9 9 Kota (N) c. Seks pra nikah 9 Kabupaten (N) Seks Pranikah Angka prevalensi seks pranikah cenderung berfluktuasi pada tiap kali survei, dengan kisaran antara % sampai %. Di Tahun angka prevalensi seks pranikah sekitar %, lalu naik menjadi % (9), kemudian turun kembali menjadi % () dan naik kembali menjadi % (). Atau dengan kata lain, di Tahun diperkirakan ada dari orang pelajar/mahasiswa yang pernah melakukan hubungan seks pranikah. Di Tahun, angka prevalensi seks pranikah naik pada semua jenjang pendidikan, dimana sebelumnya cenderung turun pada SMA dan PT. Pada SMA angkanya turun dari 8% (9) menjadi % () dan PT dari % (9) menjadi 8% (). Ada kecenderungan angka prevalensi seks pranikah di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten dari Tahun sampai, namun di Tahun relatif tidak jauh berbeda. Ini mengindikasikan di kabupaten perilaku para pelajar/mahasiswanya tidak jauh berbeda dengan di kota. Jurnal Data Puslitdatin BNN

22 Para pelajar/mahasiswa yang paling banyak pernah melakukan seks pranikah menurut lokasi ada di Provinsi Sulawesi utara (%), Papua Barat, NTT, Kalimantan Utara dan Bali (9%). Sedangkan yang paling rendah terdapat di Provinsi Sumatera Barat (%). Mereka yang paling banyak melakukannya dalam setahun terakhir polanya relatif sama, yaitu tertinggi di Sulawesi Utara dan Papua Barat, dimana ada sekitar dari pelajar/mahasiswa pernah melakukan hubungan seks dalam setahun terakhir. Apabila ditelusuri lebih lanjut, ada 9% pelajar/mahasiswa yang berstatus belum menikah. Dari mereka yang belum menikah, ada % yang mengaku pernah melakukan pacaran. Kami menanyakan tindakan yang dilakukan selama berpacaran tersebut. Selama berpacaran ada tindakan yang paling banyak dilakukan oleh mereka yaitu pernah berpegangan tangan (9%), berpelukan dan membelai (%), dan berciuman pipi (%). Bahkan ada yang telah lebih jauh lagi melakukan dengan pasangannya, yaitu petting (%), oral seks (8%), dan seks pranikah (%), serta seks anal (%). Fakta ini mengindikasikan bahwa para generasi muda kita mulai terpapar dengan perilaku seks berisiko. Bahkan mereka yang tidak pernah pacaran pun, telah ada yang berani melakukan seks pranikah seperti yang dilakukan oleh mereka yang berpacaran. Ini mengindikasikan bahwa mereka melakukannya dengan cara membeli layanan di pekerja seks atau dilakukan suka sama suka. Apabila dilakukan dengan cara membeli, maka risiko untuk terinfeksi penyakit menular seksual besar, termasuk terkena HIV AIDS. Grafik. Angka Prevalensi Seks Pranikah menurut Provinsi, 8 8 pernah Jurnal Data Puslitdatin BNN setahun

23 Grafik. Distribusi Frekuensi Aktivitas yang Dilakukan Saat Pacaran,, 9, 8,,,, Laki, Perempuan Total,,, 8. Pengaruh Negatif Penyalahgunaan Narkoba. a. Aktivitas dan Pengaruh di Sekolah Menurun. atas Dampak Dampak penyalahgunaan Grafik 8. Pendapat Penyalahgunaan Narkoba menurut narkoba yang paling banyak Responden, disampaikan adalah dampak kesehatan dan hukuman penjara. 9, 9 Proporsi angka tersebut tidak jauh 89, , 8, 8 9 8, 9 berbeda antara temuan Tahun, 8 dan. Hal menarik adalah para penyalahguna narkoba berpendapat bahwa mereka akan lebih banyak mendapat bermacam masalah, baik 9, dengan dirinya, orang lain, di sekolah, maupun dengan para aparat penegak hukum. Namun, mereka tidak ber daya dan tidak mampu untuk keluar dari permasalahan narkoba yang membelit dirinya. Apalagi masalah narkoba merupakan masalah yang stigmatis dan merupakan aib bagi keluarga sehingga para penyalahguna narkoba semakin tertutup. Jurnal Data Puslitdatin BNN

24 Bila kita bandingkan antara mereka yang penyalahguna dan bukan penyalahguna terhadap prestasi di sekolah. Disimpulkan, para penyalahguna narkoba lebih buruk prestasinya dibandingkan yang bukan penyalahguna. Indikasi ini didukung oleh fakta berikut: hanya % dari penyalahguna yang nilainya diatas ratarata kelas, bandingkan yang bukan penyalahguna %; ada % penyalahguna yang nilainya dibawah ratarata kelas, bandingkan yang bukan penyalahguna hanya %; fakta terakhir ada dari penyalahguna yang pernah tidak naik kelas (%), bandingkan dengan bukan penyalahguna hanya %. Data tersebut didukung dari beberapa hasil studi atau makalah seperti ahyar () menuliskan bahwa dampak psikis dan sosial dari penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah sulit berkonsentrasi; gangguan mental, antisosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan. Hasil kajian lain seperti yang ditulis oleh Mahmud () bahwa pengaruh penyalahgunaan narkoba terhadap motivasi belajar diantaranya nilai sekolah menurun drastis; malas berangkat ke sekolah; sering keluar kelas; mengantuk; bosan; tidak memperhatikan guru; meninggalkan hobby lama (seperti olahraga, dan sebagainya). b. Aktivitas Keseharian Terganggu. Grafik 8. Pengalaman Responden yang Mengaku Aktivitas Kesehariannya Terganggu, Kami mengukur serangkaian, pertanyaan yang pernah di alami Lahgun bukan, responden dalam kesehariannya. Ada, sekitar % dari responden yang, merasa aktivitas hariannya, terganggu. Penyalahguna narkoba,, lebih banyak yang memiliki terganggunya aktivitas kesehariannya dibandingkan yang bukan penyalahguna. Keluhan yang paling banyak disampaikan oleh penyalahguna adalah sulit tidur dan mudah sedih. Selain itu, penyalahguna juga sering malas sekolah sehingga prestasinya rendah dibandingkan murid lainnya. Namun demikian, mereka yang bukan penyalahguna narkoba tidak seluruhnya terbebas dari aktivitas yang mengganggunya, tetapi proporsi tidak sebesar penyalahguna narkoba. Sri Rejeki () telah melakukan penelitian dan hasilnya menyatakan pengaruh narkoba untuk dirinya sendiri diantaranya terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja (daya ingat mudah lupa, perhatian sulit konsentrasi, dan lainlainnya); keracunan; overdosis; gangguan perilaku/ mentalsosial; gangguan kesehatan; masalah keuangan dan berhadapan dengan hukum serta kendornya narkoba.html ejournal.ikipveteran.ac.idindex.phppawiyatanarticledownload.pdf Jurnal Data Puslitdatin BNN

25 nilainilai agamasosial dan budaya (seperti melakukan seks bebas). Pengguna menjadi pemarah, pemalas, motivasi belajar menurun sehingga prestasi yang dicapai rendah bahkan bisa gagal. Begitu pula yang ditulis oleh Rahem () bahwa akibat dari penyalahgunaan narkoba menyebabkan prestasi yang rendah di sekolah. c. Agresifitas Sosial. Selain aktivitas harian, kami juga mengukur agresifitas sosial yang berkonotasi negatif seperti berkelahi, mencuri, merusak barang, berurusan dengan polisi, bermasalah dengan guru di sekolah, dan menjual narkoba. Dari semua aktivitas tersebut, ternyata proporsi yang memiliki pengalaman agresifitas sosial lebih tinggi dikalangan penyalahguna narkoba dibandingkan bukan penyalahguna narkoba. Jenisjenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan jenisjenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari sipengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan (ahyar, ). Tindakan agresifitas yang banyak dilakukan adalah berkelahi dan bermasalah di sekolah. Bahkan ada pula yang melakukan tindakan kriminal, yaitu mencuri, menjual narkoba, dan berurusan dengan pihak kepolisian. Bandingkan dengan mereka yang bukan penyalahguna proporsinya lebih kecil angka kejadiannya. Grafik 8. Proporsi Agresifitas Sosial menurut Penyalahguna dan Bukan Penyalahguna, % 9% 8% % % % % % % % % % % % % Lahgun non lahgun Agresif Tidak agresif Sociological Factors To Drug Abuse And The Effects On Secondary School Students Academic Performance In Ekiti And Ondo States, Nigeria Jurnal Data Puslitdatin BNN

26 9. Peredaran Gelap Narkoba dan Kerawanan Narkoba. a. Akses Narkoba dan Cara Memperoleh Narkoba. Grafik 9.. Distribusi Cara Memperoleh Narkoba yang banyak Disebut oleh Responden, Akses mendapatkan narkoba dapat diperoleh dengan cara, yaitu membeli atau diberi. Membeli artinya ada kebutuhan pakai narkoba sehingga harus ada upaya dari penyalahguna untuk mendapatkan narkoba secara aktif. Sementara diberi, sifatnya lebih pasif karena tidak ada upaya mencari dan ini lebih mengindikasikan ada upaya untuk penyebarluasan dan peningkatan jumlah penyalahguna yang merupakan bagian dari peredaran gelap narkoba. teman luar sekolah teman sekolah apotik/toko obat teman luar sekolah teman sekolah Akses untuk mendapatkan narkoba relatif tidak ada perbedaan antara tahun dan. Para penyalahguna paling banyak akses narkoba dengan cara membeli kepada teman diluar sekolah, bahkan proporsinya semakin besar Membeli Diberi ditahun. Bandar dan pengedar juga berperan besar untuk mempermudah para penyalahguna mengakses narkoba. Hal yang perlu dicermati dan diwaspadai, toko obat dan apotik menjadi tempat yang aman dan resmi untuk membeli narkoba, terutama jenis obat daftar G (atau obat resep). Di kalangan pelajar/mahasiswa obat daftar G ini masih menjadi primadona, karena harganya tidak terlalu mahal dan dapat diperoleh dengan mudah. Perantara/kurir Bandar Sementara itu, upaya untuk meningkatan jumlah penyalahguna dengan cara memberikan narkoba kebanyakan dilakukan oleh teman di luar sekolah yang persentasenya hampir kali lipat dibandingkan teman di sekolahnya. Ini mengindikasikan bahwa peergroup pertemanan menjadi salah satu kunci masuk dalam penyebarluasan dan peredaran narkoba. Untuk itu, kemampuan para pelajar/mahasiswa untuk berani berkata TIDAK menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pelajar/ mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh oleh ajakan buruk dari temantemannya. Jurnal Data Puslitdatin BNN

27 b. Cara Memperoleh Uang untuk Membeli Narkoba. Grafik 9. Cara Memperoleh Uang untuk Membeli Narkoba, Cara memperoleh uang 9, untuk membeli narkoba, relatif tidak ada perbedaan antara survei dan. Uang saku atau uang,9 jajan yang dimiliki oleh,,98 responden merupakan,,8,,,,,,, sumber utama membeli narkoba, bahkan terjadi kenaikan dari % () menjadi 9% (). Upaya lain yang dilakukan untuk mendapatkan uang membeli narkoba dari uang hasil bekerja, menjual barang sendiri, uang bayaran sekolah (SPP). Bahkan ada sebagian kecil yang melakukan dengan cara hasil menipu (%) dan menjual diri (%).,,,,,,,,, Dengan demikian, ada berbagai cara dan upaya yang akan dilakukan oleh para penyalahguna untuk mendapatkan uang demi narkoba. Ironis yang terjadi pada tahun sebelum tahun an, ketika putau (heroin) menguasai pasar narkoba di Indonesia setelah ganja. Efek putau sangat dasyat terhadap tubuh (sakau), sehingga pada era tersebut banyak terjadi pencurian dan penipuan yang dilakukan oleh penyalahguna. Para penyalahguna putau waktu itu banyak yang habis hartanya dijual atau hancur keluarganya, demi kesembuhan anaknya dari kecanduan narkoba. c. Pengalaman Pernah Ditawari Narkoba Upaya peredaran gelap narkoba tidak akan pernah berhenti sebab ini merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan dengan tingkat kentungan yang cepat. Semakin besar jumlah penyalahguna maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh para bandar, termasuk jejaring yang terlibat dalam bisnis ini. Terlihat bahwa pola pengalaman yang menawari narkoba relatif sama antara survei tahun dengan, yaitu yang paling banyak adalah teman diluar sekolah dan teman satu sekolah. Ada kecenderungan penurunan mereka yang pernah ditawari pakai narkoba, misalkan teman di luar sekolah dari,% () menjadi,8% () atau teman di sekolah dari,% () menjadi,9% (). Namun demikian, kita tetap harus waspada mengingat masih ada dari pelajar/mahasiswa sebanyak orang yang ditawari pakai oleh teman diluar sekolahnya, dan ada orang yang ditawari teman di sekolahnya. Ironisnya, masih ditemukan pacar/pasangan, oknum petugas, bahkan orangtua yang menawari pakai narkoba. Jurnal Data Puslitdatin BNN

28 Grafik 9. Distribusi Frekuensi Siapa dan Tempat untuk Menawari Narkoba, Lokasi yang banyak digunakan untuk menawari pakai narkoba adalah rumah teman di luar sekolah. Ini mengindikasikan bahwa mereka memilih tempat untuk menawarkan narkoba pada tempat yang dianggap aman dari pemantauan pihak manapun, termasuk orangtua ataupun pihak aparat penegak hukum. Bahkan, sekolah menjadi tempat kedua Menawari Tempatnya yang banyak digunakan untuk menawarkan pakai narkoba. Dengan demikian, anak yang kita anggap baikbaik dan tidak mungkin terkena narkoba ternyata tidak menjadi jaminan, sebab resiko terpaparnya narkoba justru pada tempat yang kita anggap bebas narkoba. rumah teman luar rumah teman di pub/diskotik gang/lorong kost/kontakan sekolah oknum petugas ortu Bandar pacar/pasangan teman diluar sekolah teman di sekolah,,,,,,,,,, Dari hasil survei mendapati angka presentase yang paling tinggi untuk tempat menawari narkoba yaitu pada status tinggal dengan orang tua sebesar.% (Tabel..), sementara prosentase tertinggi lainnya yaitu status rumah kontrakan atau tempat kost sebesar.%. Walaupun demikian tempat menawari narkoba yang tidak kalah penting yaitu di apartemen, hasil survei mendapati angka prosentase tempat menawari narkoba di apartemen sekitar.%. Angka prosentase ini terkesan kecil karena memang di beberapa provinsi yang menjadi lokasi survei diketahui jarang status pelajar atau mahasiswa yang tinggal di apartemen. d. Identifikasi Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Tempat Tinggal Kami identifikasi siapa saja mereka di lingkungan keluarga yang merokok, minum alkohol, dan narkoba. Mereka bisa bapaknya, ibunya, kakak/adiknya, saudaranya, atau orang lain yang tinggal di lingkungan keluarganya. Faktanya, mereka yang menjadi penyalahguna narkoba ditemukan lebih banyak yang anggota keluarganya adalah perokok, peminum alkohol, dan narkoba. Sesuai dengan yang ditulis dalam artikel oleh Jiloha (9) bahwa orang tua atau ayah dan ibu yang merokok sangat mempengaruhi anaknya menjadi perokok. Bahkan budaya di India para orang tua yang merokok sangat permisif ketika anaknya merokok ganja. Sama halnya dengan minum alkohol disebutkan pula bahwa orang tua yang minum alkohol mempengaruhi anaknya berperilaku minum alkohol. Social and Cultural Aspects of Drug Abuse in Adolescents Jurnal Data Puslitdatin BNN 8

29 Hasil survei menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa lebih banyak terjadi pada ayah yang merokok sebesar 9.% (Tabel...a) dibandingkan dengan saudara lainnya yang merokok sebesar.%. Selanjutnya pada lingkungan keluarga dimana saudara lainnya berperilaku minum alkohol ternyata terjadi penyalahgunaan narkoba sebesar.8%. Juga pada perilaku memakai narkoba oleh saudara lainnya menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa sebesar.%. Temuan dalam survei ini tidak hanya keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal mempengaruhi perilaku berisiko, termasuk penyalahgunaan narkoba. Lingkungan tempat tinggal dipilah menjadi bagian, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal keseharian responden. Kedua lingkungan tersebut, ternyata cukup rawan terhadap seseorang terpapar resiko narkoba. Kami membuat indikator proxy yang mencerminkan tingkat kerawanan lingkungan, yaitu ) tinggal dilingkungan kumuh; ) tinggal dilingkungan padat penduduk; ) lingkungan tempat tinggal banyak pengangguran; ) lingkungan tempat tinggal banyak yang merokok; ) lingkungan tempat tinggal banyak yang minum alkohol; ) lingkungan tempat tinggal banyak yang pakai narkoba; dan terakhir ) lingkungan tempat tinggal banyak yang melakukan tindak kriminal. Grafik 9. Perilaku Orang Terdekat dengan Responden terhadap Kebiasaan Merokok, Grafik 9. Perilaku Orang Terdekat dengan Responden terhadap Pengguna Narkoba, Merokok Penyalahguna Narkoba Bukan Ayah Ibu Kakak/adik Saudara yang lain Lainnya 9 8 Penyalahguna Ayah Ibu Bukan Kakak/adik Saudara yang lain Lainnya Berdasarkan indikator tersebut, ternyata para penyalahguna narkoba lebih banyak yang tinggal pada semua indikator tersebut. Berdasarkan proxy indikator tersebut, kami mengkompilasi menjadi indikator utama yaitu kerawanan tinggi (jika ada lebih dari indikator), sedang (antara indikator), rendah ( indikator), dan tidak rawan (tidak ada yang bilang ya untuk indikator). Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka proporsi yang tidak rawan semakin rendah. Di SMP, lingkungan yang tidak rawan %, lalu turun menjadi % ketika di perguruan tinggi. Sementara mereka yang tinggal di lingkungan rawan yang berkategori tinggi relatif tidak jauh berbeda antara yang SMP (%) maupun Perguruan Tinggi (%). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dua per tiga dari responden tinggal di lingkungan rawan narkoba, baik di sekolah maupun tempat tinggal. Jurnal Data Puslitdatin BNN 9

30 Grafik 9. Distribusi Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal menurut Penyalahguna Narkoba dan Bukan, Lahgun % bukan % % 9,9 % % % Sekolah+T.tinggal Sekolah Tidak rawan Rendah Sedang Tinggi % Tidak rawan Rendah 8,9 Sedang,9 % Tinggi 8,9, 8,88 Tinggi,,8, Tidak rawan,9,9 9,, % 9, Rendah, Sedang,, non lahgun %,88,, lahgun % 8,, Grafik 9. Distribusi Tingkat Kerawanan di Lingkungan Tempat Tinggal dan Sekolah, Tempat tinggal Apabila ditelusuri lebih lanjut, penyalahguna narkoba lebih banyak yang tinggal di lokasi lingkungan dengan tingkat kerawanan yang tinggi, baik yang tinggal di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal. Fakta ini mengidikasikan bahwa faktor lingkungan memberikan kontribusi besar terhadap peredaran gelap narkoba. e. New Psychoactive Substance (NPS) Saat ini mulai marak beredar New Psychoactive Substance (NPS). NPS ini beragam bentuk, jenis, dan cara pemasarannya. Bahkan yang lebih ironis disinyalir NPS ini juga dikemas dalam bentuk permen dan jajanan anak yang dapat diperoleh di penjaja makanan di sekitar sekolah ataupun warung. Di tingkat dunia terjadi lonjakan drastis jenis NPS. Jika di Tahun ditemukan sebanyak zat baru, lalu meningkat menjadi zat (), dan terus meningkat menjadi NPS (), dan terakhir tercatat sebanyak jenis zat di Tahun. Di Indonesia, pada Tahun telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor Tahun tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, dimana sejumlah 8 jenis NPS telah termasuk dalam lampiran. Seiring dengan perkembangan penyalahgunaan narkoba, saat ini sebanyak jenis telah tercantum dalam lampiran Permenkes Nomor 9 Tahun dan Nomor Tahun tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika serta lampiran Permenkes Nomor Tahun tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Dari data tersebut penggolongan NPS tidak hanya golongan Narkotika tetapi juga golongan Psikotropika. Jurnal Data Puslitdatin BNN

31 Hasil investigasi yang kami lakukan menemukan peredaran dan penjualan NPS dengan memanfaatkan media sosial, seperti toko atau website online yang saat ini marak. Mereka biasanya menjual pada bagian produk tembakau super, misalkan tembakau jenis cap beruang dan gorilla. Untuk memberikan kesan produk baru, maka seringkali namanya berganti tetapi isi kandungannya relatif sama yaitu berupa tembakau. Beberapa nama produk yang tercatat di antaranya, ganesha, hanoman, natapraja, dan yang sedang populer sekarang beruang. Produk tembakau sintetis ini mulai banyak ada di pasaran di Indonesia diperkirakan sejak tahun. Contoh salah satu toko Contoh berbagai merek Contoh tembakau cap online yang digunakan tembakau yang ada di beruang. sebagai tempat berjualan. pasaran yg dijual online. Tembakau beruang disebutsebut punya efek lebih hebat dari tembakau gorilla. Tembakau jenis ini kini sedang laku di pasaran. Perbedaan tembakau gorila dan beruang adalah tembakau beruang punya kadar zat yang lebih dari gorila. Hanya dengan tiga kali hisap, seorang pengguna bakal langsung merasakan efek halusinogen dari tembakau tersebut. Tembakau beruang merupakan narkoba jenis ganja sintetis atau sintetik canabinoid punya efek nyaris mirip dengan ganja biasa, yakni memberi rasa nyaman sementara. Namun, bahan kimia dalam tembakau ini punya efek yang bisa mengikat daya halusinasi lebih kuat dibanding dengan ganja biasa. Dampak buruk dari sintetis cannabinoid bisa menimbulkan kecemasan dan paranoid yang ekstrem. Jenis tembakau gorila semakin popular di kalangan masyarakat karena salah seorang pilot tertangkap tangan saat akan menerbangkan pesawatnya dari Surabaya ke Jakarta pada awal Tahun. Jurnal Data Puslitdatin BNN

32 NPS lain yang sedang naik daun adalah jenis Fentanil. Efek dan cara pakainya mirip dengan putau (sejenis heroin), yang kebanyakan cara pakainya dilakukan dengan cara suntik. Dampak luar biasa akan terulang lagi seperti jaman putau sedang marak. Jika memang polanya sama akibat penggunaan jenis fentanil ini, maka dapat dipastikan pertukaran jarum suntik akan meningkat sehingga memicu terjadi penularan penyakit melalui darah, seperti hepatitis dan HIV AIDS. Selain itu, dapat diprediksi kejadian overdosis dan efek sakau akan meningkat yang berimplikasi terhadap jumlah kematian akibat narkoba dan kebutuhan akan rehabilitasi akan meningkat tajam.. Keterpaparan Program PGN. a. Sumber Informasi. Mereka yang pernah terlibat dalam kegiatan PGN dalam setahun terakhir cenderung menurun dalam dekade terakhir. Ada 8% dari mereka yang pernah terlibat PGN di tahun, lalu menurun menjadi 8% (). Penurunan terjadi pada semua kelompok pelajar SMP dan SMA, sementara di perguruan tinggi agak stabil dalam kali survei, walaupun belum setinggi capaian tahun. Kami juga menguji lebih dalam sudah seberapa jauh keterpaparan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait narkoba kepada para pelajar/mahasiswa. Lebih dari tiga per empat responden (9%), pernah terpapar berbagai kegiatan KIE tentang PGN yang dilaksanakan oleh berbagai pihak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin terpapar KIE. Di tingkat SMP hanya sekitar % yang terpapar, lalu meningkat menjadi 8% di perguruan tinggi. Namun, masih ada sekitar % dari yang terpapar KIE ternyata tidak mengerti apa pesan yang disampaikan saat KIE tersebut. Semakin rendah pendidikan, maka semakin banyak yang tidak mengerti isi pesan dari KIE tersebut. Ini mengindikasikan bahwa perlu dipikirkan dan didesain ulang untuk pemberian KIE di tingkat SMP, mulai dari cara/ metode penyampaian sampai dengan desaian kegiatannya intervensinya agar menarik dan mudah diingat pesan yang akan disampaikan kepada para pelajar SMP tersebut. Grafik. Kecenderungan Keterlibatan Responden dalam Kegiatan PGN dalam Setahun Terakhir, SLTP 8,8 SLTA 8, PT Total Grafik. Distribusi yang Pernah Terpapar KIE, Tingkat Pemahaman, dan Yakin Menghindari Narkoba, % 8% 8, 9 8 % % % 8% % % 8% % % 8% 9% 9% % % % % 9 Jurnal Data Puslitdatin BNN SMP terpapar KIE SMA mengerti PT/AKD Total Yakin menghindari

33 Tantangan berikutnya adalah, bagaimana dari pesan KIE yang telah dimengerti tersebut menjadi sebuah aksi bahwa responden akan menghindari pakai narkoba. Masih ada sekitar dari orang yang mengerti dari pesan KIE ternyata tidak yakin untuk menghindari pakai narkoba, terutama di tingkat SMP. Walaupun terlihat semakin tinggi tingkat pendidikan maka proporsi yang semakin bisa menghindari pakai narkoba semakin besar. Namun, angka proporsi yang tidak yakin menghindari narkoba ini masih besar untuk bisa terus ditekan sekecil mungkin sehingga ini dapat mengindikasikan indikator keberhasilan program pencegahan, terutama melalui KIE. b. Pendapat Siswa terhadap Penanganan yang Efektif bagi Penyalahguna Narkoba Kami mencoba menggali kecenderungan pendapat atas penanganan yang dianggap paling efektif bagi penyalahguna narkoba. Dalam dua kali survei, baik dari sisi penyalahguna maupun bukan penyalahguna penanganan yang paling dianggap efektif adalah rehabilitasi. Namun, proporsi yang menyebut rehabilitasi cenderung semakin turun, sementara yang menyebut penjara semakin naik dari tahun ke. Grafik. 9 8 Kecenderungan Pendapat atas Penanganan Penyalahguna yang Efektif, Grafik. Tindakan yang Dilakukan Jika Melihat Penyalahguna Narkoba,, 9, Didiamkan Menasehati, 9,, 8, 9, 9, Direhab Penjara,, 9,9,,, Melarang,9,9,98 Melaporkan,,,98,8,,9,,, Pengguna Bukan Pengguna Pengguna Bukan penguna Konfirmasi lebih lanjut dipastikan dengan menanyakan tindakan yang akan dilakukan jika melihat penyalahguna. Ada perbedaan proporsi jawaban antara penyalahguna dan bukan penyalahguna narkoba. Dikalangan penyalahguna, proporsi yang menyatakan menyatakan mendiamkan semakin meningkat dari 8% menjadi %, tetapi untuk semua tindakan lainnya cenderung menurun. Sementara dikalangan bukan penyalahguna polanya relatif sama, tetapi proporsinya berbeda. Dimana proporsi mereka yang akan melakukan menasehati, melarang, dan melaporkan lebih besar dibandingkan dikalangan penyalahguna. Dengan fakta ini mengindikasikan, ditahun semakin banyak pelajar dan mahasiswa yang lebih permisif atas tindakan yang harus dilakukan bila ada rekannya sebagai penyalahguna narkoba. Dapat dilihat dari pendapat responden sebesar.% mendiamkan ketika melihat penyalahgunaan narkoba (Grafik.). Jurnal Data Puslitdatin BNN

34 c. Keterlibatan Siswa terhadap Kegiatan Pendidikan Narkoba Kami memantau tingkat keterlibatan para pelajar dan mahasiswa terhadap berbagai kegiatan PGN. Dalam satu dekade, ada kecenderungan penurunan keterlibatan para pelajar dan mahasiswa dalam kegiatan PGN. Pada tahun telah ada sekitar 8% pelajar dan mahasiswa yang berpartisipasi, namun di tahun justru semakin menurun menjadi 9%. Penurunan ini konsisten di tiap kali survei. Hal yang perlu mendapat apresiasi adalah semakin meningkatnya mereka yang mengerti akan pesan yang disampaikan saat terlibat dalam kegiatan PGN tersebut, kecuali di tahun. Dengan demikian, perlu upaya yang lebih intensif lagi untuk pelibatan para pelajar dan mahasiswa di dalam berbagai kegiatan PGN, tentunya dengan memperbaiki metode penyampaian dan strategi kegiatan PGN agar para pelajar dan mahasiswa lebih mengerti dan memahami maksud pesan yang akan disampaikan. Grafik. Kecenderungan Tingkat Keterlibatan dan Pemahaman Ketika Mengikuti Kegiatan PGN, 9 8,8 9 8, 8 Grafik. Kecenderungan Tingkat Keterlibatan Pelajar/ Mahasiswa dalam Kegiatan PGN menurut Sekolah, 8,,, 8,, 8,,,9,9, Terlibat Mengerti 9 9, 8,9 8, 8,, 9,8,,,,8,, 9, 8, 8, 8, Kurang mengerti Tidak mengerti SLTP SLTA 9 PT/Akademi Sayangnya, ada kecenderungan keterlibatan para pelajar dan mahasiswa dalam kegiatan PGN menurut jenis sekolah semakin menurun. Penurunan terbesar terjadi di tingkat SMP dan SMA, sedangkan di perguruan tinggi relatif stabil dalam tahun terakhir. Keterlibatan mahasiswa relatif stabil karena fokus kegiatan PGN dari pihak BNN lebih banyak ke perguruan tinggi, misalkan sosialisasi atau penyuluhan narkoba atau melakukan tes urin bagi mahasiswa baru. Jurnal Data Puslitdatin BNN

35 d. Peran Berbagai Instansi/ Lembaga Grafik. Distribusi Kegiatan PGN dari Berbagai Lembaga,, 9, 8,,,,,,,, e. Pola keterlibatan yang sama juga terlihat pada tingkat institusi. Secara umum terlihat keterlibatan instansi/lembaga dalam PGN cenderung menurun, kecuali Badan Narkotika Nasional (BNN). Peran BNN semakin meningkat dalam dekade terakhir. Jika di tahun sebesar % meningkat menjadi 8% (). Peran BNN tersebut meningkat tajam di tingkat perguruan tinggi dari % () menjadi 8% 9 (), tetapi tidak di tingkat SMP yang hanya meningkat dari 9% menjadi % dalam dekade. Pada BNN Provinsi dan BNN kabupaten/kota cenderung stabil dari sampai. Sementara itu, sekolah dan kampus yang seharusnya menjadi pusat pelibatan pelajar dan mahasiswa dalam kegiatan PGN cenderung stagnan dalam tahun terakhir. Hal yang perlu mendapat perhatian serius adalah terjadinya stagnasi kegiatan dari berbagai institusi dalam tahun terakhir. Untuk itu, perlu upaya penguatan yang lebih intensif lagi bagi para instansi/lembaga lain yang terkait. Pengalaman Rehabilitasi Belum banyak yang telah melakukan rehabilitasi narkoba dikalangan penyalahguna. Bahkan cenderung menurun dari 9% () menjadi % (). Jika pada tahun, mereka yang rehabilitasi kebanyakan pecandu bukan suntik, maka di tahun yang banyak melakukan rehab adalah pecandu suntik. Di tahun, jenis rehabilitasi yang banyak dipilih adalah ke dokter/rumah sakit, panti rehabilitasi, dan pendekatan agama. Adapun Jenis Rehabiltasi yang ditanyakan kepada responden : ) Detoksifikasi medis ) Detoksifikasi non medis (sinse) ) Pasang badan ) Perawatan gawat darurat karena OD ) Rehabilitasi di panti rehab Medis ) Rehabilitasi di panti rehab Non Medis (keagamaan, tradisional) ) Pelayanan pasca rehabilitasi 8) Pendampingan dalam penjangkauan 9) Rawat jalan (Substitusi methadone, bufrenorfin, kodein, subutek) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

36 f.. Kesediaan Melapor Program IPWL (Instansi Penerima Wajib Lapor) telah dicanangkan dalam beberapa tahun terakhir. Upaya ini merupakan langkah yang bukan hanya sekedar pemberantasan, tetapi juga proses rehabilitasi penyalahguna yang bersinergi dengan instansi terkait, seperti Kementrian Kesehatan, Kementerian Sosial, kepolisian, dan lembaga rehabilitasi. Dengan melapor ke IPWL, maka penyalahguna narkoba bisa terhindar dari jeratan hukum. Misalkan, jika pengguna terkena razia narkoba dan belum melapor IPWL, maka pecandu akan terancam hukuman penjara. Dari hasil temuan survei, hanya ada dari penyalahguna narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa yang bersedia ikut melaporkan diri ke program IPWL. Rendahnya mereka yang mau melaporkan diri ke IPWL karena masalah narkoba merupakan masalah stigma dan masalah yang tertutup. Mereka yang bersedia melapor kebanyakan adalah pecandu narkoba bukan suntik. Kebanyakan dari mereka yang bersedia melapor IPWL ke panti rehabilitasi (%), rumah sakit (8%), dan BNN (8%). Para pecandu suntik yang paling banyak menyatakan melapor ke BNN, sedangkan kelompok pecandu bukan suntik lebih senang ke panti rehabilitasi. Respon Sekolah dan Kampus Terhadap Kebijakan Terkait PGN di Sekolah. Berdasarkan pendekatan kualitatif, ditemukan beberapa respon sekolah dan kampus terhadap kebijakan terkait PGN di sekolah. Persoalan darurat narkoba direspon oleh pemangku kepentingan dikalangan pendidik. Banyak informan dari kalangan pendidikan mengatakan bahwa peredaran narkoba tidak saja di kalngan mahasiswa tetapi juga di kalangan pelajar kelas SMP. Bahkan narkoba sintesis dalam bentuk permen juga beredar di lingkungan sekolah dasar. Dalam rangka penanggulangan narkoba di sekolah dan kampus, pemangku kepentingan di tingkat daerah seperti BNNK, Dinas Pendidikan dan pengelola sekolah/ perguruan tinggi telah membuat berbagai kebijakan atau peraturan yang melibatkan seluruh elemen di sekolah/kampus. kebijakan yang diambil antara lain dengan membuat peraturan, surat edaran dan berbagai kegiatan yang melibatkan BNNK, Dinas Pendidikan dan Kepolisian. Berikut ini beberapa respon yang dilakukan sekolah dan kampus terkait PGN : a. Kebijakan Khusus Terkait dengan Pencegahan Narkoba (PGN) di Sekolah Berbagai kegiatan dilakukan oleh pemangku kepentingan dan pihak sekolah untuk mengantisipasi dan mencegah peredaran narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Dari kalangan BNNK menyatakan akan terus meningkatkan upaya pencegahan pemberantasan peredaran narkoba dan merehabilitasi para pecandu narkoba serta melakukan pemberdayaan masyarakat. Bentuk pencegahan yang dilakukan misalnya dengan membentuk SMS center dan satuan tugas (satgas) anti narkoba agar masyarakat dapat melaporkan permasalahan terkait PGN di lingkungan masingmasing. Sosialisasi bahaya narkoba melalui penyuluhan dan bekerja sama dengan Dinas Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memasang sticker, baliho, billboard, poster dan banner di tempat umum mulai dari lingkungan kelurahan hingga kecamatan. Dalam melakukan penyuluhan juga melibatkan dari kepolisian, kesehatan dan tokoh agama. Selain itu juga BNNK akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak baik dari masyarakat maupun sektor terkait, termasuk dengan Dinas Pendidikan. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

37 Untuk pencegahan di tingkat sekolah, BNNK aktif memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang dampak buruk jika mengkonsumsi narkoba. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat tahun ajaran baru sekolah/universitas. Hal lain yang dilakukan adalah dengan melakukan tes urine di beberapa sekolah secara acak kepada para siswa. Upaya yang dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota umumnya menyarankan agar sekolah/kampus melakukan penyuluhan dan sosialisasi bahaya narkoba dengan melibatkan BNN atau kepolisian. Di beberapa daerah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan aktivitas lain seperti out bond dan pendidikan pelatihan bagi para siswa atau mahasiswa. Selain itu juga Dinas Pendidkan membuat peraturan yang tegas kepada seluruh komponen sekolah mulai dari sekolah hingga para guru yang ketahuan menggunakan atau mengedarkan narkoba. Sementara itu dari kalangan sekolah/kampus, kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan narkoba dengan melakukan sosialisasi dan penyuluhan bahaya narkoba pada setiap kegiatan upacara, kegiatan keagamaan serta memasang posterposter terkait bahaya narkoba. Penyuluhan ada yang dilakukan oleh sekolah sendiri ada juga dengan melibatkan BNNK. Sebagai upaya pencegahan, di lingkungan sekolah/kampus, saat ini sebagian besar sudah membuat peraturan atau surat edaran yang berisi sangsi bagi seluruh siswa dan pihak pengajar yang ketahuan membawa atau menggunakan narkoba. Untuk pencegahan dini, pihak sekolah melarang siswa menggunakan rokok, minuman keras, dan obatobatan di lingkungan sekolah serta melakukan test urine secara mendadak. Bagi siswa yang kedapatan dalam razia tersebut akan diberikan sanksi dan orang tua dipanggil agar melakukan pengawasan di lingkungan rumah. Selama ini kegiatan yang banyak dilakukan di sekolah adalah sosialisasi atau penyuluhan. Kegiatan ini bagi para siswa atau mahasiswa dinilai tidak menarik karena sifatnya yang satu arah dan membosankan. Tidak banyak siswa/mahasiswa berperan aktif melakukan diskusi interaktif. Sehingga perlu dicari alternatif lain yang dapat melibatkan banyak siswa. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah membuat kegiatan yang melibatkan banyak siswa. Guru atau fasilitator dituntut untuk mempunyai kemampuan memahami masalah narkoba dan karakter para siswa yang sebagian besar masih remaja. b. Jenis atau Bentuk Kegiatan/ Program PGN di Sekolah dan Perguruan Tinggi Peran sekolah/perguruan Tinggi cukup strategi dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari pengaruh narkoba. Tri Darma Perguruan Tinggi: Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan Pengabdian kepada Masyarakat. Di lingkungan sekolah telah mulai gencar melakukan PGN. Jenis/bentuk kegiatan atau program yang dilakukan antar sekolah dan antar daerah sangat bervariasi. Dari berbagai jenis atau bentuk kegiatan atau program dapat dikelompokkan menjadi kegiatan. Berikut adalah hasil inventarisir kegiatan/program PGN di sekolah dan kampus di wilayah survey: Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

38 ) ) ) ) ) ) ) 8) 9) ) c. Penyuluhan/sosialisasi oleh BNN di sekolah/kampus/mos/hani Kaderisasi siswa/pembentukan organisasi anti narkoba fasilitator/satgas di sekolah/kampus Pendidikan narkoba melalui kegiatan ekstrakurikuler : KSPAN, UKS, Pusat Informasi Konseling, Hebat, KRR, Posbindu, kampanye Pendidikan narkoba melalui kurikulum terintergrasi dan Muatan Lokal PKHS (Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat) Pendidikan/pengayaan pengetahuan/peningkatan kepedulian narkoba melalui seminar, workshop oleh sekolah/kampus TOT bagi guru/pengajar/penanggungjawab kegiatan pencegahan narkoba Advokasi/sosialisasi, MoU, Sawie, Jaksa masuk sekolah Promosi narkoba/dialog interaktif melalui Radio/TV Promosi narkoba melalui leaflet dan mencetak buku dan leaflet Tes Urine Pelaksanaan dan Hambatan dalam Menjalankan Kebijakan Terkait dengan PGN di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa Tidak semua sekolah bisa melakukan kegiatan PGN dengan baik. Sebagian sekolah ada yang sudah melaksanakan PGN dengan mengintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran sekolah. Sebagian lain bentuk kegiatan dilakukan melalui pejaran ekstrakurikuler seperti pentas seni atau drama dan ada juga yang sekolah yang membentuk kelompokkelompok yang mengkampanyekan agar generasi muda melawan narkoba. Sebagian sekolah sudah menunjukan keseriusan dalam memerangi narkoba, sebagian besar sekolah masih melakukan kegiatan tersebut secara temporer seperti sosialisasi atau penyuluhan saat masa orientasi sekolah atau kampus. Sebagian besar sekolah mengatakan untuk melakukan tindak lanjut dalam kegiatan PGN di sekolah/kampus karena minimnya dana. Selama ini kegiatan PGN yang dilakukan oleh sekolah umumnya masih mengandalkan pada BNNK dan BNNP. Masih rendahnya pelaksanaan PGN di sebagian besar sekolah juga disebabkan kurangnya minat sekolah. Kegiatan PGN dianggap dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pihak sekolah sulit mencari alokasi waktu di luar jam sekolah. Jika dilakukan di luar jam sekolah, sulit bagi sekolah memastikan bahwa kegiatan tesebut dapat diikuti oleh para siswa karena lebih memilih pulang ke rumah. Pertimbangan lain yang menyebabkan sekolah belum melaksanakan PGN karena keterbatasan sumber daya. Sebagian besar sekolah hanya mengandalkan guru Bimbingan Penyuluhan (BP) atau Bimbingan dan Konseling (BK). Saat ini peran guru BP/BK masih sebatas membantu memecahkan permasalahan pribadi yang dihadapi oleh seorang siswa agar dapat menyelesaikan pendidikannya. Sebagian besar sekolah tidak mempunyai guru BP/BK yang benarbenar menguasai permasalahan narkoba. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

39 Pelibatan banyak pihak seperti Dinas Pendidikan, sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Dukungan dari pemerintah daerah dan Dinas Pendidikan diperlukan dalam membuat kebijakan dan ikut berpartisipasi dalam mendesain dan pelaksanaan program PGN. Dibutuhkan peningkatan kapasitas guruguru untuk ketrampilan dalam memberikan pemahaman dan ketrampilan menolak narkoba (life skill) tentang narkoba kepada para siswa. Bagi sekolah yang telah melaksanakan PGN dengan baik perlu mendapat dukungan dari semua komponen masyarakat termasuk orang tua siswa. BNNK dan BNNP dan kepolisian, pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Daerah. d. Kegiatan/Program di Sekolah dan Perguruan Tinggi yang Efektif dan Efisien Banyak variasi kegiatan PGN yang dilakukan di sekolah di berbagai daerah di Indonesia. Namun demikian kegiatan yang berkualitas, berkesinambungan, mampu merubah sikap dan hasilluaran lain sebagaimana yang diinginkan program dengan biaya relatif murah dan berkesinambungan belum teridentifikasi secara baik. Pengertian efektif mengandung unsur pemanfatan sumber daya dan pencapaian hasil program (Komarudin, ; Sondang P. Siagian, ; Abdurahmat, ). Sedangkan efisien memberi pengertian tentang bagaimana penggunaan SDM secara minimum guna pencapaian hasil yang maksimum. Kesinambungan program umumnya diukur dengan ketersediaan dana untuk menjalankan program dalam waktu yang cukup lama. Selain aspek kesinambungan, kualitas layanan berperan dalam upaya mencapai tujuan program. Aspek ini terkait langsung dengan pemanfaatan layanan oleh kelompok sasaran. Sebagaimana diketahui bahwa kualitas layanan dikategorikan menjadi tiga perspektif, yaitu perspektif klien, provider dan perspektif dari penyandang dana (Asrul Azwar,99). Kualitas layanan dari perspektif klien mencakup unsur ketanggapan dan kemampuan petugas dalam memberi layanan dan komunikasi termasuk keramahan dan kesungguhan petugas dalam memberi layanan. Dari pemberi layanan, kualitas berhubungan dengan kelengkapan layanan, fungsionalitas/kecanggihan peralatan. Dari perspektif donor melihat bahwa kualitas layanan terkait dengan efisiensi sumber daya dan kewajaran pembiayaan. Untuk tujuan kepraktisan, dipilih beberapa variabel penting/pokok dan secara umum bisa menjadi indikator untuk mengukur semua layanan pengurangan dampak buruk penggunaan NAPZA suntik. Untuk menjelaskan efektivitas kegiatan PGN di sekolah, studi ini menggunakan kerangka konsep mampuguna dan mampulaksana. Layanan mampuguna diidentifikasi dengan adanya pemanfaatan kegiatan dalam upaya menurunkan risiko terkena narkoba dan meningkatkan kepedulian, kualitas kegiatan yang cukup dan berkesinambungan. Konsep mampulaksana mencakup aspek pembiayaan, kemampuan mengoperasionalkan kegiatan atau program, ketenagaan dan aspek penerimaan atau memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Berikut adalah variabel dan penjelasan operasional yang digunakan pada konsep mampuguna dan mampulaksana. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

40 Tabel. Variabel dan Definisi Operasional Efektif dan Efisien Variabel Efektif: Definisi Operasional Memenuhi aspek penurunan risiko, cakupan, kualitas layanan dan kesinambungan layanan. Masingmasing aspek dijelaskan sebagai berikut:. Penurunan risiko Upaya menurunkan risiko terkena narkoba dan mampu meningkatkan kepedulian dengan mengikuti kegiatan positif. Cakupan Jumlah siswa yang mengikuti/ terpapar kegiatan/ program. Kualitas layanan Memenuhi kebutuhan materi KIE (promosi pencegahan narkoba) dan SDM / fasilitator yang terlatih. Kesinambungan layanan Efisien: Mampu melaksanakan kegiatan/program dalam jangka panjang secara intensif Kemampuan melaksanakan kegiatan dengan biaya yang relatif murah dan dengan metode familier dan dapat dilaksanakan oleh SDM yang ada. Biaya Mempunyai sumber dana tetap untuk melaksanakan layanan. Teknologi Pelaksana menguasai teknologi pengajaran/ penyampaian informasi. Ketenagaan Mempunyai jumlah tenaga yang cukup. Penerimaan Layanan yang diberikan tidak bertentangan dengan norma dan hukum yang ada Sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah telah melaksanakan PGN dengan jenis kegiatan dan kemampuan yang bervariasi. Oleh karena itu penting mengidentifikasi kegiatan yang efektif dan efisien. Pada tabel di bawah adalah variabel dan ukuran yang digunakan untuk menilai berbagai jenis kegiatan/program PGN di sekolah dan perguruan tinggi. Dari berbagai kegiatan yang telah diinventarisir, dikelompokkan menjadi jenis/bentuk kegiatan seperti berikut. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

41 Tabel. Penilaian Kegiatan/Program PGN di Sekolah dan Perguruan Tinggi Nama Kegiatan/ Program Pencegahan Di Sekolah Efektifitas Cakupan. Penyuluhan/sosialisasi oleh Kualitas Kesinam Pembia Metode Ketenabungan yaan gaan Dukungan Advokasi/ sosialisasi, MoU, Sawie, Jaksa masuk sekolah Promosi narkoba/dialog interaktif melalui Radio/TV Promosi narkoba melalui BNN di sekolah dan kampus/ MOS/ HANI. Kaderisasi siswa/pembentukan organisasi anti narkoba fasilitator/ Satgas di sekolah dan kampus. Pendidikan narkoba melalui kegiatan ekstrakurikuler: KSPAN, UKS, Pusat Informasi Konseling, Hebat, KRR, Posbindu, kampanye. Pendidikan narkoba melalui kurikulum terintergrasi dan Muatan Lokal PKHS(Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat). Pendidikan/pengayaan pengetahuan / peningkatan kepedulian narkoba melalui seminar, workshop oleh sekolah/ kampus. TOT bagi guru/pengajar/ penanggungjawab kegiatan pencegahan narkoba leaflet dan mencetak buku dan leaflet. Tes Urin Catatan: Penilaian dengan skala. Banyaknya tanda (+) menunjukkan tingkat efektivitas. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

42 Bila seluruh sekolah mampu melaksanakan PGN secara mandiri, maka bisa dipastikan semua siswa akan terpapar informasi tentang narkoba. Namun saat ini belum semua sekolah mampu melaksanakan sendiri dan sebagian besar masih mengandalkan pihak lain seperti BNN di daerahnya, Dinas Kesehatan Daerah maupun pihak Kepolisian. Oleh karena belum semua sekolah mandiri maka cakupannya masih terbatas pada sebagian sekolah saja. Saluran komunikasi yang mampu memaparkan secara masal adalah media elektronik seperti TV. Tetapi pendidikan melalui media ini memerlukan biaya yang relatif mahal dan tidak semua siswa mempunyai kesempatan melihatnya saat informasi ditayangkan. Ketersediaan dan kecukupan materi pencegahan narkoba, ketersediaan tenaga terlatih, ketersediaan ruang, kenyamanan memperoleh informasi dan kemudahan memperoleh informasi merupakan bagian dari pemenuhan kualitas program. Studi ini tidak menilai kualitas pemberian KIE secara komprehensif karena tidak mengkhusus ke arah itu, namun memfokuskan pada penilaian jenis kegiatan atau program PGN di sekolah atas dasar jumlah SDM yang terlatih yang mempromosikan aspek pengurangan risiko penyalahgunaan narkoba. Kualitas program pencegahan narkoba di sekolah dapat diidentifikasi dari kecukupan atau ketersediaan materi pencegahan, dan ketersediaan tenaga terlatih, ketersediaan ruang, kenyamanan siswa memperoleh informasi/promosi dan kemudahan siswa memperoleh atau mengakses informasi. Kriteria dimaksud relatif dapat dipenuhi oleh setiap sekolah dimanapun berada. Saat ini sebagian besar sekolah belum bisa melaksakan PGN yang terstruktur dan berkesinambungan. Kegiatan yang dilakukan di sekolah umumnya difasilitasi oleh pihak lain seperti kepolisian, BNN Daerah atau Dinas Kesehatan. Kegiatannya tidak dilakukan secara intensif seperti penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan setahun sekali oleh instansi lain. Sebagaimana diketahui bahwa untuk memberikan bekal pemahaman yang cukup termasuk pengatahuan dan ketrampilan hidup (life skill) dibutuhkan waktu yang cukup dan dilakukan secara intensif. Prinsipnya kesinambungan program akan terjamin bila telah menjadi bagian program pendidikan. Pembiayaan program PGN akan jauh lebih murah apabila setiap sekolah mempunyai program dan mampu melaksanakan secara mandiri dibandingkan dengan BNN melakukan sosialisasi atau penyuluhan atau promosi di setiap sekolah. Selain relatif mahal juga keterbatasan jumlah SDM yang ada di BNN tidak sebanding dengan jumlah sekolah. Umumnya guru telah mengusai teknik pengajaran untuk menyampaikan informasi kepada siswanya. Dinilai tidak ada kesulitan yang berarti bila setiap guru menyampaikan informasi tentang hal atau aspekaspek terkait narkoba yang relevan dengan bidang mata pelajarannya. Pengaturan tentang narkoba bisa ditransformasikan kepada guru dengan berbagai cara seperti melalui pelatihan, pemberian modul atau memanfaatkan peningkatan pengetahuan guru melalui media sosial. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

43 Kegiatan atau program PGN terintegrasi dan PGN sebagai bagian dari pelajaran ekstrakurikuler di sekolah tampaknya mempunyai nilai paling tinggi untuk memenuhi kriteria efektif dan efisien yang berarti memenuhi aspek cakupan, kualitas pemberian informasi, ketenagaan, kesinambungan, pembiayaan, metode dan dukungan/penerimaan program. Pada prinsipnya yang dimaksud dengan PGN terintegrasi adalah pemberian informasi dan promosi pencegahan narkoba yang diselipkan pada setiap mata pelajaran di sekolah dan bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Tidak berarti bahwa kegiatanlain yang selama ini sudah dilakukan tersebut tidak penting tetapi dilakukan sesuai kondisi dan kebutuhannya.. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa cenderung menurun dalam satu dekade terakhir ini, baik untuk pernah pakai dan setahun pakai. Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa setahun pakai menurun dari. % () menjadi.9% (). Atau bisa diartikan, jika pada tahun ada dari orang pelajar/mahasiswa pakai narkoba dalam setahun terakhir, maka di Tahun ini hanya ada orang saja. Dengan demikian, lebih dari separuh mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir dapat dikurangi satu dekade terakhir. Ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi angka prevalensi penyalahgunaan narkoba baik yang pernah pakai maupun setahun pakai. Jenis narkoba yang banyak dipakai setahun terakhir adalah ganja, ngelem, shabu, tramadol. Berdasarkan pendekatan kualitatif, ditemukan beberapa respon sekolah dan kampus terhadap kebijakan terkait PGN di sekolah. Jenis/bentuk kegiatan atau program yang dilakukan antar sekolah dan antar daerah sangat bervariasi. Dari berbagai jenis atau bentuk kegiatan atau program dapat dikelompokkan menjadi kegiatan. Berikut adalah hasil inventarisir kegiatan/program PGN di sekolah dan kampus di wilayah survei: ) Penyuluhan/sosialisasi oleh BNN di sekolah/kampus/mos/hani; ) Kaderisasi siswa/pembentukan organisasi anti narkoba fasilitator/satgas di sekolah/kampus; ) Pendidikan narkoba melalui kegiatan ekstrakurikuler : KSPAN, UKS, Pusat Informasi Konseling, Hebat, KRR, Posbindu, kampanye; ) Pendidikan narkoba melalui kurikulum terintergrasi dan Muatan Lokal PKHS (Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat); ) Pendidikan/pengayaan pengetahuan/peningkatan kepedulian narkoba melalui seminar, workshop oleh sekolah/kampus; ) TOT bagi guru/pengajar/penanggungjawab kegiatan pencegahan narkoba; ) Advokasi/sosialisasi, MoU, Sawie, Jaksa masuk sekolah; 8) Promosi narkoba/dialog interaktif melalui Radio/TV; 9) Promosi narkoba melalui leaflet dan mencetak buku dan leaflet; ) Tes Urine. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

44 b. Saran Saran yang kami sampaikan dengan merujuk kepada Deputi yang ada di BNN. Secara detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Deputi Pencegahan Permasalahan Saran Peningkatan pengetahuan harus dimulai dari sedini mungkin. Ada kesenjangan antara mereka yang pernah dengar atau terlibat kegiatan PGN ternyata masih ditemukan tidak mengerti maksud pesan dari kegiatan tersebut, sehingga tidak memberikan pengaruh untuk terhindar dari narkoba. Mengembangkan inovasi strategi dan metode kegiatan serta cara penyampaian pesan yang interaktif dan menarik agar pesan yang dapat disampaikan dapat ditangkap peserta. Sosialisasi dan edukasi kegiatan PGN di sekolah dan perguruan tinggi kebanyakan bersifat insidental atau event saja, dimana tingkat keberlangsungan program rendah dan efektifitas program dipertanyakan. Mengintegrasikan materi narkoba ke dalam semua pelajaran di sekolah untuk topik yang terkait. Misalkan, di pelajaran biologi ketika membahas narkoba untuk melihat terhadap kondisi tubuh, atau pelajaran kesenian diminta untuk mementaskan drama yang bertema narkoba. Membentuk konselor ataupun fasilitator kelompok sebaya yang bisa memberikan penyebaran informasi PGN secara benar dan akurat di antara peer/kelompoknya dengan metode TOT (Training of Trainer). Memberikan bobot nilai pada kegiatan PGN di sekolah/kampus dan pemberlakuan reward & punishment. Penyediaan inform consentdan jaminan kerahasiaan pada sekolah/kampus, dan follow up kebijakan harus bersifat pembinaan bukan hukuman yang memberatkan. Memodifikasi metode menjadi lebih menarik dan interaktif dalam penyampaian materi KIE narkoba. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

45 Ada kecenderungan kenaikan angka prevalensi merokok di kelompok pelajar SMP. Padahal merokok merupakan pintu masuk narkoba. Praktek perilaku berisiko paling banyak dipengaruhi oleh teman, terutama di luar lingkungan sekolah termasuk peergroupnya. Hal ini karena mereka tidak mampu mengatakan TIDAK bila diajak hal yang bersifat negatif seperti merokok, minum alkohol, dan narkoba. Pemberdayaan Masyarakat Mengintensifkan intervensi program dan kegiatan PGN pada kelompok pelajar SMP dengan bekerjasama dengan pihak Kementerian Pendidikan dan juga pihak sekolah. Program yang dikembangkan harus berkelanjutan dengan biaya yang serendah mungkin. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap larangan merokok dimulai pada anakanak usia dini, karena merokok adalah pintu masuk penyalahgunaan narkoba terlebih jenis cannabis (ganja) yang pemakaiannya dengan cara dihisap (seperti rokok). Para pelajar dan mahasiswa perlu diberikan kemampuan berkata TIDAK melalui penguatan program life skill education. Institusi atau lembaga yang terlibat dalam upaya kegiatan PGN cenderung semakin menurun. Perlu mengembangkan strategi untuk merangkul kembali institusi atau lembaga yang bergerak di PGN terutama yang memiliki Untuk lingkunagn Perguruan akses ke sasaran yang besar, Tinggi, kesadaran dan komitmen seperti Kementerian Pendidikan untuk melakukan upaya PGN atau Kementerian Tenaga Kerja. sudah mulai terlihat, indikatornya Melakukan koordinasi dengan adalah sudah semakin banyak giat berbagai pihak, terutama pihak yang melibatkan BNN. sekolah, orang tua, lingkungan Sudah terbentuk Aliansi Relawan kerja, dan toga toma dalam pemberdayaan Perguruan Tinggi Anti upaya masyarakat untuk meningkatkan Penyalahgunaan Narkotika (ARTIPEDA), baik di wilayah DKI pengetahuan mereka terkait Jakarta maupun diluar DKI PGN sehingga diharapkan akan Jakarta. Contohnya: Sulawesi bisa melakukan proteksi pada dari penyalahgunaan Selatan, Jawa Timur, dan anak narkoba baik di lingkungan Sumatera Utara. sekolah, keluarga ataupun Perguruan Tinggi sudah mulai lingkungan tempat tinggal. melakukan test urine secara mandiri Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

46 Rendahnya komitmen dari para pimpinan pada lembaga/institusi yang terkait dengan PGN karena bukan program utamanya dan ego sektoral, termasuk melakukan penguatan SDM yang mampu dan paham dibidang PGN di setiap intitusi tersebut. Pemberantasan Banyak beredar jenis narkoba sintetis jenis baru di dunia, termasuk di Indonesia atau dikenal dengan nama New Psychoactive Substances (NPS). Beberapa jenis sudah ada di Indonesia seperti jenis ganja sintestis (Beruang, Gorilla, Kanoman, dsb) atau jenis putaw (Fentanil), yang dijual secara bebas secara online di internet. Bahkan ada juga yang disamarkan dalam bentuk permen atau makanan yang dijual secara bebas di warung/toko. Banyak jenis NPS baru yang belum masuk ke dalam daftar kebijakan narkoba di Indonesia sehingga lemah dari sisi pembuktian hukum. Hukum dan Kerja sama Rendahnya komitmen dari para pimpinan pada lembaga/institusi yang terkait dengan PGN karena bukan program utamanya dan ego sektoral, termasuk melakukan penguatan SDM yang mampu dan paham di bidang PGN di setiap intitusi tersebut. Beberapa sekolah/kampus belum bersedia berpartisipasi dalam pemeriksaan tes urine yang dilakukan oleh BNNP/K karena alasan pencitraan dan kredibilitas instansi. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Memperkuat komitmen Kementrian Pendidikan c.q Dinas Pendidikan di daerah karena mereka yang memiliki wilayah oleh pihak BNNP dan BNNK, serta menyiapkan dan melatih SDM dikalangan guruguru di tingkat SMP dan SMA untuk bidang PGN. Studi kasus dapat dilihat di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya dan Kediri. Mengembangkan sistem deteksi dini, memblok websitenya, dan menangkap para penjual narkoba jenis NPS tersebut. Mengembangkan mekanisme wadah pertemuan untuk mereview jenis NPS baru oleh tim ahli. Dimana hasilnya bila dianggap NPS tersebut positif narkoba oleh para ahli dapat secara otomatis dapat masuk ke dalam lampiran Undangundang atau regulasi di Indonesia per tiap bulan. Memperkuat komitmen Kementerian Pendidikan c.q Dinas Pendidikan di daerah karena mereka yang memiliki wilayah oleh pihak BNNP dan BNNK, serta menyiapkan dan melatih SDM di kalangan guruguru di tingkat SMP dan SMA untuk bidang PGN. Studi kasus dapat dilihat di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya dan Kediri. Prioritas pendekatan program pada sekolah swasta ataupun yayasan pendidikan swasta supaya lebih aktif berperan dalam kegiatan PGN.

47 Daftar Singkatan dan Pengertian AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV ATS : AmphetamineType Stimulant nama sekelompok zat atau obat yang mempunyai khasiat sebagai stimulan susunan syaraf pusat, misalnya speed dan crystal. BNN : Badan Narkotika Nasional sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia BNNP : Badan Narkotika Nasional Provinsi adalah instansi vertikal Organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN) DKT : Diskusi Kelompok Terarah adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok FGD : Focus Group Discussion adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok HANI : Hari Anti Narkoba Internasional pada tanggal Juni, berbagai negara dunia memperingati hari anti narkoba HIV : Human Immuno Deficiency Virus adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. IPWL : Instansi Penerima Wajib Lapor adalah pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah (PP Nomor Tahun ). KIE : Komunikasi, Informasi, Edukasi penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan,untuk mendapatkan suatu efek. KRR : Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan sematamata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

48 KSPAN : Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba kelompok ini bertujuan untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan penggunaan narkoba dalam masyarakat terutama kalangan remaja. Lahgun : Penyalahguna yaitu pemakaian obatobatan untuk sendiri tanpa indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur atau berkala MOS : Masa Orientasi Siswa sebuah kegiatan yang umum dilaksanakan di sekolah guna menyambut kedatangan para peserta didik baru. MoU : Memorandum of Understanding suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu lembar catatan NPS : New Psychoactive Substances sebagai zat yang disalahgunakan baik dalam bentuk murni maupun bentuk yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa PKHS : Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat upaya membentuk individuindividu yang berkualitas sesuai dengan potensi dan karakternya. Posbindu : Pos Binaan Terpadu kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan. PPKUI : Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia bertujuan menyediakan penelitian kesehatan, pelatihan dan pelayanan kesehatan guna mendukung pengembangan dan pertumbuhan nasional. PT : Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. PGN : Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba Satgas : satuan tugas sekelompok orang yang mempunyai kegiatan atau tugas yang sama SDM : Sumberdaya Manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. SMA : Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

49 SMP : Sekolah Menengah Pertama adalah jenjang pendidikan menengah di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar. pada pendidikan formal SPP : Sumbangan Pembinaan Pendidikan Bantuan dana untuk biaya pendidikan. TOT : Training of Trainer adalah pelatihan yang diperuntukkan bagi orang yang diharapkan setelah selesai pelatihan mampu menjadi pelatih dan mampu mengajarkan materi pelatihan tersebut kepada orang lain. UI : Universitas Indonesia adalah sebuah perguruan tinggi di Indonesia UKS : Unit Kesehatan Sekolah adalah segala upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan di lingkungan sekolah. UNODC : United Nations Office on Drugs and Crime adalah sebuah kantor Perserikatan BangsaBangsa yang dibentuk pada tahun 99 sebagai kantor yang mengurusi kontrol narkoba dan pencegahan kejahatan. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

50 GLOSARI A AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. ATS Amphetamine Type Stimulants nama sekelompok zat atau obat yang mempunyai khasiat sebagai stimulan susunan syaraf pusat, misalnya speed dan crystal. BMJ B British Medical Journal adalah jurnalmedis akses terbuka sebagian dengan penilaian sejawat. BNN Badan Narkotika Nasional sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia BNNP Badan Narkotika Nasional Provinsi adalah instansi vertikal Organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN) BNNK Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota adalah instansi vertikal Organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN) BPS Biro Pusat Statistik Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. CBA Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun C CostBenefit Analysis Analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek.

51 CEA CostEffectiveness Analysis merupakan cara memilih untuk menilai program yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih COI CostofIllness Biaya dari penyakit yang diderita pasien. DALYs DSM IV TR GDP HIV IDU Instansi Pemerintah Ketergantungan narkotika D Disability Adjusted Life Years Ukuran dampak keseluruhan suatu penyakit pada suatu populasi. DALY menggabungkan dampak kematian prematur (usia kematian di bawah angka harapan hidup) dengan dampak dari cacat/hidup tidak aktif akibat suatu penyakit). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision G Gross Domestic Product adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. H Human Immunodeficiency Virus adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. I Injecting Drug User merupakan salah satu jenis pengguna narkoba yang lebih spesifik. Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah termasuk BUMN/BUMD dan BHMN. K kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terusmenerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya didikurangi dan/atau dihentikan secara tibatiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

52 LSD L Lysergic Acid Diethylamide merupakan jenis bahan kimia baru yang bersifat halusinogen. NAPZA N Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika dan Bahan Adiktif Lain Narkotika zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.8 NSDUH National Survey on Drug Use and Health NTB Nusa Tenggara Barat OD ONDCP Pecandu narkotika O Over Dosis Adalah gejala terjadinya keracunan akibat obat yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. Office of National Drug and Policy sebuah program yang dijalankan dan juga sebagai slogan kampanye pelarangan NAPZA berupa bantuan pelatihan pasukan bersenjata maupun campur tangan pasukan bersenjata secara langsung yang diberikan oleh pemerintah federal Amerika Serikat dengan melibatkan negaranegara lain yang ikut berpartisipasi dengan tujuan untuk memberantas ataupun mengurangi perdagangan NAPZA ilegal. P orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis.9 8 Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

53 Penyalah guna Peredaran gelap narkotika dan Prekursor narkotika orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum. setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika fan prekursor narkotika. Prekursor Narkotika zat atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Puslitkes UI Pusat Penelitian Indonesia QALYs RDS Responden Kesehatan Universitas Q Quality Adjusted Life Years adalah penghitungan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup pasien dengan adanya intervensi dari healthcare R Respondent Driven Sampling pengambilan sampel" dengan model matematika yang bobot sampel untuk mengimbangi kenyataan bahwa sampel dikumpulkan dengan cara nonacak. penerima pelayanan publik yang pada saat pencacahan sedang berada di lokasi unit pelayanan, atau yang pernah menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan. Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Pasal Undangundang Nomor Tahun 9 Tentang Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

54 Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

55 DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (PGN) SECARA NASIONAL BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Global. a. Penyalahgunaan Narkoba dan konsekuensinya terhadap kesehatan. Pada tahun, diperkirakan terdapat dari orang dewasa yang menyalahgunakan setidaknya jenis Narkoba, atau setara dengan juta orang di dunia berusia antara tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan terdapat 9 juta orang yang menderita gangguan akibat menyalahgunakan Narkoba, yang mana juta orang merupakan penyalah guna Narkoba suntik (people who inject drug/pwid), dan dari sejumlah PWID tersebut sekitar, juta orang nya mengidap HIV dan sekitar juta orang nya mengidap Hepatitis C. Hanya dari orang yang menderita gangguan akibat menyalahgunakan Narkoba tersebut yang mendapatkan perawatan. Tren keseluruhan di tingkat global, penyalahgunaan cannabis masih relatif stabil walaupun terjadi peningkatan di Amerika Utara, Eropa Barat dan Eropa Tengah, penyalahgunaan kokain meningkat, terutama di Amerika Utara. Di sisi lain penyalahgunaan amphetamine cenderung stabil, namun data tersebut mungkin saja tidak mewakili secara global karena Asia Timur dan Asia Tenggara tidak menyediakan data tren terkininya. Cannabis (Ganja/Mariyuana) masih merupakan Narkoba yang paling banyak disalahgunakan secara global, dengan estimasi penyalahgunanya sekitar 8 juta orang di tahun, dilanjutkan dengan amphetamine. Jumlah perawatan terkait penyalahgunaan cannabis meningkat di sebagian besar selama tahun belakangan. Hampir setengah dari perawatan terkait penyalahgunaan cannabis merupakan pendaftar baru. Para pemuda lebih banyak mendapatkan perawatan terkait penyalahgunaan cannabis dan amphetamine daripada penyalahgunaan zatzat lainnya. Estimasi penyalahguna opiat dan opioid yang diresepkan hanya sekitar juta orang, namun opioid masih merupakan Narkoba yang paling besar resikonya terhadap kesehatan Orangorang yang mendapatkan perawatan terkait penyalahgunaan opioid atau kokain biasanya berada dalam rentang usia an. Secara keseluruhan, lakilaki tiga kali lipat lebih cenderung menyalahgunakan cannabis, kokain atau amphetamine daripada perempuan, sedangkan perempuan lebih cenderung menyalahgunakan opioid dan obat penenang. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

56 Estimasi jumlah kematian akibat penyalahgunaan Narkoba yaitu sebanyak. kematian, masih relatif stabil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kasus kematian overdosis terhitung setidaknya sepertiga sampai dengan setengah dari jumlah kematian akibat penyalahgunaan Narkoba, yang mana sebagian besarnya merupakan akibat opioid. b. Pasokan dan Pasar Narkoba. Cannabis masih merupakan Narkotika yang paling banyak disalahgunakan di dunia, meskipun demikian secara global terdapat peningkatan sitaan narkotika sintetis. Sitaan cannabis terlaporkan oleh 9% negara di dunia yang melaporkan adanya sitaan narkotika pada tahun, dan terhitung sekitar setengah dari total, juta kasus sitaan yang dilaporkan ke UNODC, diikuti oleh ATS, opioid dan kokain/sejenisnya. Peredaran melalui internet termasuk penjualan secara online (dark net) semakin meningkat, menambah kekhawatiran akan besarnya potensi dark net dalam menarik perhatian banyak penyalahguna baru di negaranegara berkembang. Produksi opium global pada tahun menurun sebesar 8% menjadi sebanyak. ton, hal ini utamanya disebabkan karena menurunnya produksi opium di Afghanistan (sebesar 8%). Meskipun luas lahan opium menurun % menjadi 8. Ha, luas lahan opium di Afghanistan masih terhitung duapertiganya dari luas lahan seluruh dunia. Jumlah sitaan opium terbesar terjadi di Asia Tenggara, lalu kemudian Eropa. Terhitung sebesar % dari total seluruh sitaan opium global, % dari total seluruh sitaan morfin global dan % dari total seluruh sitaan heroin global. Produksi kokain secara global sedikit meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih lebih rendah sekitar % dari puncaknya di tahun. Muncul tandatanda peningkatan peredaran kokain ke Asia, khusunya Asia Timur dan Tenggara serta Timur Tengah, terlihat dari masih meningkatnya sitaan di Asia dalam periode 9. Meskipun demikian, prevalensi penyalahgunaan kokain tahunan masih relatif stabil di tingkat global dalam periode 998, sekitar,,% dari total jumlah populasi berusia tahun. Sitaan ATS mencapai ton di tahun. Semenjak tahun 9, sitaan amphetamine secara global meningkat menjadi sebesar ton, sementara sitaan ekstasi secara global meningkat menjadi sebesar 9 ton di tahun. Sitaan Methamphetamine terbesar tiap tahunnya masih terjadi di Amerika Utara, sedangkan sitaan methamphetamine di Asia Timur dan Tenggara pada tahun meningkat hampir empat kali lipatnya dibandingkan tahun 9. Meskipun pengumpulan data di tahun masih dalam proses, namun zat baru telah dilaporkan ke UNODC. Dalam periode antara tahun, zat yang paling banyak dilaporkan adalah jenis synthetic cannabinoid, namun data yang dilaporkan pada tahun sejauh ini menunjukan pola yang berbeda, pertama, synthetic cathinone () yang dilaporkan hampir sebanyak jenis synthetic cannabinoid (); kedua, sebanyak jenis zat yang terdeteksi tidak termasuk ke dalam salah satu zat yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya meliputi synthetic opioid (seperti, turunan fentanyl) dan obat penenang (seperti benzodiazepine). Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

57 . Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Regional. Pada tahun terjadi peningkatan sitaan tahunan methamphetamine hingga lebih dari lima kali lipat dari semenjak tahun. Sementara itu sitaan heroin hanya meningkat % dan tren peningkatan penyalahgunaannya hanya terlihat di Kamboja, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Meskipun produksi, peredaran dan penggunaan opiat masih menjadi permasalahan di wilayah Asia Tenggara namun kultivasi opium masih relatif stabil jika dibandingkan tahun. Total sitaan methamphetamine kristal dan tablet di Asia Timur dan Tenggara pada tahun berjumlah ton dengan perkiraan jumlah methamphetamine kristal sebanyak ton, melebihi jumlah sitaan di Amerika Utara. Total sitaan methamphetamine tablet sebanyak 8 juta butir, meningkat hingga kali lipat jika dibandingkan tahun, yang sebagian besar disita di Kamboja, China, Lao PDR, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Ratarata kemurnian methamphetamine tablet cenderung stabil, namun dengan adanya indikasi menurunnya harga dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan supply dari barang tersebut. Ratarata kemurnian methamphetamine kristal masih cenderung tinggi khusunya di China dan Thailand, dan dengan masih tingginya harga barang tersebut dapat mendorong para pengedar di dalam dan dari luar wilayah untuk mengembangkan pasar ke negara dengan pendapatan yang tinggi seperti Jepang, Australia, New Zealand dan Republic of Korea. Nyatanya, sitaan methamphetamine kristal di perbatasan keempat negara tersebut meningkat sangat pesat beberapa tahun belakangan. Di tahun, peningkatan penyalahgunaan ecstasy terjadi di Brunei, Indoensia, Malaysia, dan Thailand. Total sitaan ecstasy di wilayah ini sebanyak juta butir, yang mana dua per tiganya disita di negara Indonesia sendiri, kemudian diikuti negara China (%) dan Malaysia (%). Pengungkapan fasilitas pembuatan ecstasy hanya terdapat di China dan Malaysia. Antara tahun 8 dan di wilayah Asia Timur dan tenggara, telah terdeteksi sebanyak 8 NPS yang sebagian besarnya merupakan synthetic cathinone (), dan kemudian diikuti synthetic cannabinoid (), phenetylamines (), dan NPSNPS lainnya. Sitaan Ketamine di wilayah tersebut pada tahun terdapat sejumlah, mt dimana 99% sitaan terdapat di negara China. Aparat penegak hukum di China telah mengungkap sebanyak fasilitas pembuatan ketamine ilegal.. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Nasional. Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Tahun tentang Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, didapat bahwa angka proyeksi penyalahguna Narkoba di Indonesia pada tahun mencapai,% atau, juta orang yang pernah pakai narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 9 tahun. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

58 Berdasarkan hasil penelitian tahun tentang Survei Nasional Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Pelajar dan Mahasiswa, diketahui bahwa Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa setahun pakai yaitu,9% dari populasi pelajar dan mahasiswa berusia sampai tahun, Atau bisa diartikan, dari orang pelajar/mahasiswa terdapay orang yang menyalahgunakan narkoba dalam setahun terakhir. Jenis narkoba yang banyak dipakai setahun terakhir adalah ganja, ngelem/inhalant, shabu, dan tramadol. Jumlah pecandu Narkoba yang mendapatkan pelayanan Terapi dan Rehabilitasi di seluruh Indonesia Tahun menurut data Deputi Bidang Rehabilitasi BNN adalah sebanyak.8 orang. Tercatat sebanyak.9 kasus AIDS yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, dengan kasus terbanyak terjadi pada rentang usia 9 tahun (,%) dilanjutkan dengan usia 9 tahun (8,%). Berdasarkan penggolongan kasus Narkoba Tahun, terjadi trend peningkatan kasus Narkoba secara keseluruhan, peningkatan terbesar yaitu kasus narkotika dengan persentase kenaikan,9% dari 8.88 kasus di Tahun menjadi.9 kasus di Tahun. Sedangkan berdasarkan penggolongan tersangka kasus Narkoba Tahun, terjadi trend peningkatan tersangka kasus Narkoba secara keseluruhan, dimana jumlah tersangka Narkoba tertinggi terjadi pada kasus Narkotika dengan total.8 orang. Mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebesar,%. Sementara untuk sitaan barang bukti di Tahun jenis ganja, persentase peningkatan terbesar terjadi pada jumlah biji ganja yang ditemukan dengan persentase.,% dari,8 gram biji ganja yang ditemukan di tahun menjadi.8,9 gram biji ganja yang ditemukan di Tahun. Sejalan dengan hal tersebut, sitaan pohon ganja juga mengalami kenaikan dengan persentase peningkatan.,8% (.9.8 pohon). Untuk sitaan barang bukti jenis narkotika Tahun, persentase peningkatan terbesar terdapat pada sitaan barang bukti kokain dengan persentase.,% dari, gram yang disita di tahun menjadi 9, gram yang disita di Tahun. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

59 BAB II DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDERAN GELAP NARKOBA TAHUN. Data di Bidang Pengurangan Ketersediaan (Supply Reduction). a. Data Kasus dan Tersangka serta Barang Bukti Tindak Pidana Narkoba Tahun dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tabel. Pemeringkatan Keberhasilan Pengungkapan Kasus Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya Tahun Berdasarkan Kewilayahan KEWILAYAHAN Jawa Timur Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Jawa Tengah Sulawesi Selatan Riau Aceh Sulawesi Utara Lampung Bali Kalimantan Tengah Sumatera Barat Jambi Kalimantan Barat DI Yogyakarta Kepulauan Riau Banten Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Bangka Belitung Bengkulu Sulawesi Tenggara Papua Papua Barat Sulawesi Barat Maluku Utara Maluku Gorontalo Nusa Tenggara Timur Pusat TAHUN KASUS PERINGKAT I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX XXI XXII XXIII XXIV XXV XXVI XXVII XXVIII XXIX XXX XXXI XXXII XXXIII Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

60 Tabel. Pemeringkatan Keberhasilan Penangkapan Tersangka Kasus Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya Tahun Berdasarkan Kewilayahan KEWILAYAHAN TAHUN TERSANGKA PERINGKAT Jawa Timur Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Aceh Sumatera Selatan Jawa Tengah Lampung Riau Sulawesi Utara Bali Kalimantan Tengah Sumatera Barat Kepulauan Riau Jambi DI Yogyakarta Banten Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Kalimantan Barat Bangka Belitung Bengkulu Nusa Tenggara Barat Papua Sulawesi Barat Papua Barat Maluku Utara Maluku Gorontalo Nusa Tenggara Timur Pusat I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX XXI XXII XXIII XXIV XXV XXVI XXVII XXVIII XXIX XXX XXXI XXXII XXXIII.8 Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

61 Tabel. Jumlah Tersangka Tindak Pidana Narkoba Warga Negara Asing (WNA) Tahun WARGA NEGARA TERSANGKA TAHUN I. A s i a. Malaysia. Singapura. Taiwan. China/Tiongkok. Hongkong. India. Arab Saudi 8. Iran 9. New Guinea II. E r o p a. Inggris. Belanda. Perancis. Portugal. Rusia 8 III. A f r i k a. Nigeria. Afrika. Kenya IV. Australia. Australia TOTAL KESELURUHAN Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

62 Tabel. Jumlah Sitaan Barang Bukti Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya Tahun BARANG BUKTI TAHUN. Daun Ganja (Gram). Pohon Ganja (Batang)..8. Luas Area Ganja (Ha). Biji Ganja (Gram).8,. Heroin (Gram).8,. Kokain (Gram) 98,99. Hashish (Gram).98,9 8. Ekstasi (Tablet).. 9. Ekstasi (Gram) 8,. Shabu (Gram).9.8,9. Benzodiazepin (Tablet).. Barbiturat (Tablet).9. Ketamin (Gram),. Daftar G (Tablet) Miras (Botol) Miras (Liter).9,. Miras (Kaleng).9.88,. Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

63 b. Data Kasus dan Tersangka serta Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika, Prekursor Narkotika dan Pencucian Uang Tahun dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Tabel. Pemeringkatan Keberhasilan Pengungkapan Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun berdasarkan Kewilayahan KEWILAYAHAN TAHUN KASUS PERINGKAT Sumatera Utara Sumatera Selatan Kalimantan Timur Kepulauan Riau Jawa Timur Bali Sulawesi Tengah Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Kep. Bangka Belitung Riau Aceh Sumatera Barat Papua DIY Jambi Banten Kalimantan Selatan Kaimantan Tengah Maluku Utara DKI NTB Jawa Barat Sulawesi Tenggara Bengkulu Kalimantan Barat Gorontalo Papua Barat Sulawesi Utara Maluku Sulawesi Barat NTT Kalimantan Utara Pusat I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIII XIV XV XV XVI XVI XVI XVI XVII XVII XVIII XVIII XIX XIX XX XXI XXII XXIII XXIV XXV Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

64 Tabel. Pemeringkatan Keberhasilan Penangkapan Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun Berdasarkan Kewilayahan KEWILAYAHAN TAHUN PERINGKAT TERSANGKA Sumatera Utara Kalimantan Timur Lampung Sumatera Selatan Kepulauan Riau Jawa Timur Bali Sulawesi Tengah Kep. Bangka Belitung Kalimantan Selatan Jambi Riau Sulawesi Selatan Jawa Tengah DIY Sumatera Barat Banten NTB Aceh Bengkulu Kalimnatan Tengah Papua Jawa Barat Kalimantan Barat Maluku Utara DKI Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi barat Papua Barat Maluku NTT Kalimantan Utara Pusat I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XII XIII XIV XIV XV XVI XVII XVII XVIII XVIII XIX XIX XIX XX XX XXI XXII XXII XXIII XXIV XXV. Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

65 Tabel. Jumlah Tersangka Tindak Pidana Narkotika, Prekursor Narkotika dan Pencucian Uang (TPPU) Warga Negara Asing Tahun KEWARGANEGARAAN TERSANGKA TAHUN Perancis Nigeria Afrika Selatan Malaysia Pakistan Taiwan China Kamboja Papua Nugini Jerman Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel 8. Jumlah Sitaan Barang Bukti Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun BARANG BUKTI Ganja Biji Ganja Pohon Ganja Lahan Ganja Hashish Heroin Kokain Morphine Shabu Ekstasi MDMA Benzodiazepine Daftar G Happy Five Ketamine Ephedrine Acetone Toluene HCl HSO Synthetic Cannabinoid (JWH8pentylHindolylnaphthalenylmethanone) Tetrahidrocannabinol (THC).9.,9 gram, gram. batang Ha, liter 8, gram. gram, gram 98.9,98 gram,9 gram & 8.9 butir 8 butir butir. butir.8 butir ml, gram. ml. ml. ml. ml. TAHUN, gram 9, gram Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

66 Tabel 9. Jumlah Sitaan Aset Tahun yang disita oleh BNN BARANG BUKTI PROSES TOTAL Mobil Motor Forklift Rumah/Apartement Ruko Tanah Perhiasan Uang Tunai Rekening Konversi Nilai Barang..9.,...,..., ,...9,.9.., 9.9.., ,..., Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel. Rincian Penanganan Kasus TPPU Tahun LKN.. LKN/TPPU/I//BNN LKN/TPPU/I//BNN. LKN/TPPU/II//BNN. LKN/8TPPU/II//BNN. LKN/9TPPU/II//BNN.. LKN/TPPU/II//BNN LKN/TPPU/II//BNN 8. LKN/9TPPU/II//BNN 9. LKN/8TPPU/IV//BNN. LKN/TPPU/IV//BNN. LKN/TPPU/IV//BNN. LKN/TPPU/IV//BNN. LKN/TPPU/IV//BNN.. LKN/TPPU/V//BNN LKN/TPPU/V//BNN. LKN/TPPU/VI//BNN. LKN/ TPPU/VII//BNN 8. LKN/8TPPU/VIII//BNN 9... LKN/TPPU/VIII//BNN LKN/8TPPU/IX//BNN LKN/9TPPU/XI//BNN TERSANGKA BARANG BUKTI BARANG / UANG/ REKENING NILAI BARANG (Rp.) (Rp.) Gunawan Prasetio Teoh Wooi Hang Tariq Ghous Muhammad Khan Nisia Lutfiani Kamran Muzaffar Hilda Rizky Agus Wahidin Ernawati Fahrul Razi Mukhtaruddin Janti Ruslan Andias Tjhioe Hoek Al Edy Tiawarman Tjun Hin Ichwan Lubis Muhammad D. Riawira Jhony Thamsir To Giman Muhammad A. Loei Kok Min Cunnedy Wijaya Chandra Halim Als Akiong Bagus Harmoko Piter Chandra Hardjono Sulaiman Susanto Als W. Y. Murtala Ilyas KET ,...9,.9,.,..., P P.8..8, 9.., P...,...9,..,..8,.8.,.8.8.,...,.8.9.,9..,.8.8,.9..,...,..,..., P P P P P P P P Proses Proses.8..,..., Proses..,..,.9..,.9.9,..8.8,...,...,9..,...,.., P P P Proses Proses P P Proses Proses.8..,..9.,.9..,99..8.,..,...,8..,.9..,...,..., P P Proses Proses Proses Proses Proses Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

67 ) Jalur Penyelundupan Narkoba dari Luar Negeri Masuk ke Indonesia Tahun. a) Jalur Darat. () PNG Papua (Jayapura) () Malaysia Kalimantan Barat (Pontianak) () Malaysia Kalimantan Barat (Entikong) () Malaysia Kalimantan Barat (Putussibau) b) Jalur Udara. () Malaysia (Kualalumpur) Jakarta () Malaysia (Kualalumpur) Surabaya () Malaysia (Kualalumpur) Denpasar Bali () Malaysia (Kualalumpur) Kualanamu Medan () Malaysia (Kualalumpur) Bandung () Malaysia (Kualalumpur) Semarang () Malaysia (Kualalumpur) Makasar (8) Malaysia (Kualalumpur) Banda Aceh (9) Malaysia (Kualalumpur) Lombok () Malaysia (Penang) Kualanamu Medan () Qatar (Doha) Jakarta () China (Guangzhou) Jakarta () China (Guangzhou) Singapura Batam () China Hongkong Jakarta () Hongkong Jakarta () Taiwan (Taipei) Hongkong Jakarta () Singapura Denpasar Bali (8) Singapura Jakarta (9) Thailand (Bangkok) Jakarta () Uni Emirat Arab (Dubai) Jakarta () Amerika Serikat (Houston) Singapura Jakarta () Kamerun (Douala) Turki (Istanbul) Jakarta () Australia (Melbourne) Denpasar Bali () Nepal Malaysia (Kualalumpur) Denpasar c) Jalur Laut. () () () () Malaysia (Pasir Gudang) Batam Malaysia (Kukup) Tanjung Balai Karimun Malaysia (Stulang Laut) Batam Malaysia (Stulang Laut) Tanjung Pinang Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

68 () () () (8) (9) () () () () () () () () (8) d) Malaysia (Stulang Laut) Tanjung Balai Karimun Malaysia (Port Klang) Tanjung Balai Asahan Malaysia (Johor) Tanjung Balai Karimun Malaysia Teluk Nibung Malaysia (Stulang Laut) Tanjung Pinang Batam Surabaya Malaysia (Sabah) Sungai Nyamuk Nunukan Malaysia (Tawau) Nunukan Pare pare China (Huang Pu) Tanjung Priok Jakarta China (Shanghai) Tanjung Priok Jakarta China (Huang Pu) Semarang China (Huang Pu) Cikarang Dry Port Hongkong Tanjung Priok Jakarta Hongkong Semarang Taiwan (Keelung) Tanjung Pelepas Tanjung Priok Jakarta Melalui Pos / Perusahaan Jasa Titipan (PJT) () Malaysia (Selangor) Jakarta () Malaysia (Selangor) Makasar () Malaysia (Negeri Sembilan) Medan () Malaysia Denpasar () China Jakarta () China Hongkong Jakarta () Taiwan Jakarta (8) Taiwan Surabaya (9) Thailand Semarang () Hongkong Singapura Jakarta () Iran (Teheran) Jakarta () India Jakarta () Spanyol Denpasar () Spanyol Sorong Raja Ampat () Belanda Jakarta () Belanda Surabaya () Belanda Makasar (8) Amerika Serikat Yogyakarta (9) Amerika Serikat Jakarta / Tangerang () Kanada Denpasar () Jerman Jakarta () Inggris Jakarta / Tangerang () Nigeria Jakarta / Bogor / Solo () Indonesia Arab Saudi (Riyadh) () Nikaragua Jakarta Bali / Surabaya / Batam Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

69 8) Data Barang Bukti Narkotika yang Dimusnahkan Tahun dari Badan Narkotika Nasional. Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Dimusnahkan Berbentuk Serbuk Tahun JENIS BARANG BUKTI AWAL MUSNAH SISIH KET.. Shabu 9.,8. Kokain 8,. Heroin 8,8. Ganja 8., Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Dimusnahkan Berbentuk Butir Tahun JENIS BARANG BUKTI AWAL MUSNAH SISIH KET.. Ekstasi Butir.9 Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Dimusnahkan Berbentuk Cairan Tahun JENIS BARANG BUKTI AWAL MUSNAH SISIH KET.. Prekursor Cairan. Shabu Cair. Klorometcatinona/ CMC 8. (Acetone) Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

70 c. Data Kasus Warga Negara Indonesia (WNI) yang Terlibat Tindak Pidana Narkoba di Luar Negeri Tahun dari Kementerian Luar Negeri RI Tabel. Jumlah Kasus Warga Negara Indonesia (WNI) yang Terlibat Tindak Pidana Narkoba di Luar Negeri Tahun KAWASAN / NEGARA / PERWAKILAN TOTAL KASUS SELESAI ON GOING. Asia Timur Dan Tenggara 9 9. Asia Selatan Dan Tengah. Timur Tengah 8. Afrika. Amerika Utara Dan Tengah. Amerika Selatan. Eropa Barat 8. Eropa Tengah Dan Timur 9. Oceania. Karibia 8 9 * Data tersebut termasuk kasus WNI terancam Hukuman mati Sumber : Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Maret Tabel. Jumlah Kasus Warga Negara Indonesia (WNI) yang Terlibat Tindak Pidana Narkoba yang Diancam Hukuman Mati di Luar Negeri Tahun TEMPAT KEJADIAN TOTAL KASUS. Malaysia 89. China 9. Laos. Singapura Sumber : Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

71 d. Data Sitaan dan Ranking Barang Bukti Narkotika Tahun dari Kementerian Keuangan RI Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sitaan di Bandara Tahun BARANG BUKTI TAHUN KET. Duan Ganja (Gram). Hashish (Gram).9,. Ekstasi (Tablet),. Shabu (Gram). Nimetazepam (Happy Five) (Tablet), 88.,. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel 8. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Daun Ganja Sitaan di Bandara Tahun PROVINSI BANDARA TAHUN RANKING (GRAM). Bali Ngurah Rai, I. Jawa Barat Husein Sastranegara 9,8 II. Banten Soekarno Hatta 9 III KET, Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel 9. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Hashish Sitaan di Bandara Tahun PROVINSI BANDARA. Bali Ngurah Rai. Jawa Tengah Ahmad Yani TAHUN RANKING (GRAM).999, I II KET.9, Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

72 Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Ekstasi Sitaan di Bandara Tahun PROVINSI BANDARA. Sumatera Utara. Bali Kualanamu Ngurah Rai TAHUN RANKING (TABLET) 9, I II KET, Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Shabu Sitaan di Bandara Tahun PROVINSI BANDARA. Banten Soekarno Hatta. Batam Hang Nadim. Jawa Timur. Sumatera Utara. NTB I 9. II Juanda 9. III Kualanamu. IV.98 V. VI. VII., VIII,89 IX X. 8. Jawa Barat Husein Sastranegara 9. Bali Ngurah Rai. Riau Sultan Syarif Kasim II KET.9, Lombok Sultan Iskandar Aceh Muda Sulawesi Selatan Sultan Hasanuddin. TAHUN RANKING (GRAM) 88., Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Happy Five Sitaan di Bandara Tahun TAHUN PROVINSI BANDARA KET RANKING (TABLET).. Sumatera Utara Kualanamu Bali Ngurah Rai.. I II Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

73 Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun BARANG BUKTI TAHUN KET. Daun Ganja (Gram). Heroin (Gram),. Ekstasi (Tablet).9. Shabu (Gram).,8 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Daun Ganja Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun. PROVINSI PELABUHAN Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun TAHUN RANKING (GRAM) I KET Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Heroin Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun PROVINSI PELABUHAN. TAHUN RANKING (GRAM) Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun,, KET I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Ekstasi Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun PROVINSI PELABUHAN.. Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau Batam Center TAHUN RANKING (TABLET) I II KET Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

74 Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Shabu Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun TAHUN RANKING (GRAM) PROVINSI PELABUHAN.. Kepulauan Riau Sumatera Utara Batam Center Teluk Nibung, Tanjung Balai.99,9 I.9, II. Kalimantan Utara Kepulauan Riau., III.8 IV., V 99, VI... Tunontaka, Nunukan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau Kalimantan Malundung, Tarakan Utara KET.,8 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel 8. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sitaan di Perbatasan Tahun BARANG BUKTI TAHUN KET. Daun Ganja (Gram). Shabu (Gram). Nimetazepam (Happy Five) (Tablet) 9.9. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel 9. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Ganja Sitaan di Perbatasan Tahun PROVINSI PERBATASAN. Papua TAHUN RANKING (GRAM) Skow Wutung, Jayapura KET I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

75 Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Shabu Sitaan di Perbatasan Tahun PROVINSI PERBATASAN.. Kalimantan Barat Kalimantan Barat Nanga Badu Entikong TAHUN RANKING (GRAM) KET.8, I.9, II 9., Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Nimetazepam (Happy Five) Sitaan di Perbatasan Tahun PROVINSI PERBATASAN. Kalimantan Barat TAHUN RANKING (GRAM) Entikong KET I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sitaan di Pelabuhan Internasional kargo Laut Tahun BARANG BUKTI TAHUN KET.. Shabu (Gram) Nimetazepam (Happy Five) (Tablet).8,. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Shabu Sitaan di Pelabuhan Internasional kargo Laut Tahun PROVINSI PELABUHAN... Jawa Tengah Tanjung Emas DKI Jakarta Tanjung Priok Jawa Barat Cikarang Dry Port TAHUN RANKING (GRAM)..8,.,.8, KET I II III Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

76 Tabel. Jumlah dan Ranking Barang Bukti Nimetazepam Sitaan di Pelabuhan Internasional kargo Laut Tahun PROVINSI PELABUHAN. DKI Jakarta Tanjung Priok TAHUN RANKING (GRAM).. KET I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun BARANG BUKTI TAHUN Ganja (Gram) Heroin (Gram) Kokain (Gram) Hashish (Gram) Shabu (Gram) Ekstasi (Tablet) Nimetazepam (Happy Five) (Tablet) 98,9 8,.9,89.. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Ganja Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA. Banten NO.... Kargo Soekarno Hatta TPS/UPS Halim Perdana DKI Jakarta Kusuma Denpasar Kantor Pos Renon Papua Barat Kantor Pos Sorong DKI Jakarta Kantor Pos Pasar Baru TAHUN RANKING I 8 II.9 98,9 III IV V KET Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Heroin Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO PROVINSI KANTOR POS/PJT/ KARGO UDARA. DKI Jakarta TAHUN RANKING Kantor Pos Pasar Baru KET I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

77 Tabel 8. Jumlah Barang Bukti Kokain Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA. TAHUN RANKING TPS/UPS Halim DKI Jakarta Perdana Kusuma 8 KET I 8 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel 9. Jumlah Barang Bukti Hashish Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA. Kantor Pos Pasar DKI Jakarta Baru TAHUN RANKING, KET I, Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Shabu Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA. Banten. DKI Jakarta. DKI Jakarta Sumatera Utara. Kargo Soekarno Hatta TPS/UPS Halim Perdana Kusuma Kantor Pos Pasar Baru Kantor Pos Medan TAHUN RANKING.9,8 I. II., III. IV. Jawa Tengah Kantor Pos Surakarta V. Sulawesi Selatan Kantor Pos Makasar VI. Jawa Tengah Kantor Pos Semarang, VII 8. Denpasar Kantor Pos Renon,9 VIII KET.9,89 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

78 Tabel. Jumlah Barang Bukti Ekstasi Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA... TAHUN RANKING DKI Jakarta Kantor Pos Pasar Baru Jawa Tengah Kantor Pos Semarang Sulawesi Selatan Kantor Pos Makasar.9.. KET Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Barang Bukti Nimetazepam (Happy Five) Sitaan di POS/PJT/Kargo Udara Tahun NO. PROVINSI KANTOR POS/PJT/KARGO UDARA Jawa Timur Kantor Pos Juanda TAHUN RANKING.. KET Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Tabel. Jumlah Tersangka Narkotika yang ditangkap di Bandara, Pelabuhan, dan Perbatasan Tahun berdasarkan Kewarganegaraan KEWARGANEGARAAN TERSANGKA NARKOTIKA TAHUN Indonesia Malaysia China Belanda Taiwan Afrika Selatan Singapura Inggris Perancis India Rusia New Zealand Pakistan Iran Kenya Papua Nugini 8 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

79 Tabel. Jumlah Tersangka Narkotika yang ditangkap di Bandara, Pelabuhan, dan Perbatasan Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN TERSANGKA TAHUN.. Lakilaki Perempuan 9 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret e. Data Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Tahun dari Kementerian Hukum dan HAM RI Tabel. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia s.d Bulan Desember Tahun berdasarkan Lokasi Kantor Wilayah KANWIL NARAPIDANA & TAHANAN Aceh Bali Bangka Belitung Banten Bengkulu DI Yogyakarta DKI Jakarta Gorontalo Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kepulauan Riau Lampung Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara Sumber : Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

80 Tabel. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia s.d. Bulan Desember Tahun berdasarkan Lokasi Kantor Wilayah KANWIL Aceh Bali Bangka Belitung Banten Bengkulu DI Yogyakarta DKI Jakarta Gorontalo Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kepulauan Riau Lampung Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara KASUS NARKOBA BANDAR/ PENGGUNA PENGEDAR Sumber : Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

81 Tabel. Jumlah Narapidana dan Tahanan di Lapas Khusus Narkotika di Seluruh Indonesia Tahun ISI KAPASITAS % KAPASITAS 8 SATKER KANWIL. Lapas Narkotika Kelas II A Bandung Lapas Narkotika Kelas II A Jayapura Lapas Narkotika Kelas II A Madiun Lapas Narkotika Kelas II A Nusakambangan Lapas Narkotika Kelas II A Sungguminasa Lapas Narkotika Kelas II A Tanjung Pinang Lapas Narkotika Kelas III Langkat Lapas Narkotika Kelas III Muara Sabak Lapas Narkotika Kelas II A Bandar Lampung Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang Lapas Narkotika Kelas II A Cirebon Lapas Narkotika Kelas II A Karang Intan Lapas Narkotika Kelas II A Lubuk Linggau Lapas Narkotika Kelas II A Pamekasan Lapas Narkotika Kelas II A Pematang Siantar Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta Lapas Narkotika Kelas III Kasongan Lapas Narkotika Kelas III Langsa Lapas Narkotika Kelas III Pangkal Pinang Lapas Narkotika Kelas III Samarinda TAHANAN Jabar Papua Jatim Jateng 8 8 Sulsel Kepri Sumut Jambi Jabar Kalsel.. 8 Sumsel 9 98 Jatim. Sumut 9 9 DI Yogyakarta Kalteng 8 Aceh Babel 9 98 Kaltim TOTAL Lampung DKI Jakarta NAPI TOTAL Sumber : Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

82 f. Data Tahanan Kasus Narkotika Tahun pada Ruang Tahanan BNN Tabel 8. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika pada Ruang Tahanan BNN Tahun Berdasarkan Kewarganegaraan WARGA NEGARA TAHANAN TAHUN Indonesia Malaysia Nigeria Tiongkok Amerika Serikat Pakistan Taiwan Afrika Selatan Kamboja Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel 9. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika pada Ruang Tahanan BNN Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN TAHANAN TAHUN.. Pria Wanita 9 Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Tabel. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika pada Ruang Tahanan BNN Tahun Berdasarkan Kelompok Usia KELOMPOK USIA TAHANAN TAHUN < Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun > Tahun Tidak Diketahui 8 8 Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

83 g. Data Jumlah Penyelesaian Perkara Narkotika dan Psikotropika Per Provinsi, Terpidana Mati WNA dan WNI Perkara Narkotika dan Psikotropika serta Terpidana Mati yang Telah Dieksekusi Tahun dari Kejaksaan Agung RI Tabel. Jumlah Penyelesaian Perkara Narkotika dan Psikotropika Tahun berdasarkan Wilayah Kejaksaan WILAYAH Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantans Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Papua Maluku Utara Banten Bangka Belitung Gorontalo Kepulauan Riau PENYELESAIAN PERKARA NARKOTIKA PSIKOTROPIKA Sumber : Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

84 Tabel. Jumlah Terpidana Mati Perkara Narkotika dan Psikotropika yang sudah melalui Upaya Hukum Biasa Tahun NO WARGA NEGARA TEMPAT DITAHAN KET. Warga Negara Indonesia LP. Tanjung Gusta Medan. LP. Kelas II B Tanjung Balai. LP. Kelas II A Pekanbaru. LP. Kelas I A Pekanbaru. LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. LP. Barelang Batam. LP. Merah Mata Palembang. LP. Cipinang. LP. Raja Basa Bandar Lampung. LP. Pasir Putih Nusa Kambangan LP. Kelas II A Pekanbaru. LP. Besi Nusa Kambangan. LP. Raja Basa Bandar Lampung LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. orang. Warga Negara Nigeria. Warga Negara Malaysia. Warga Negara Zimbabwe. Warga Negara China. Warga Negara Iran LP. Kelas I Cirebon orang. Warga Negara India orang 8. Warga Negara Pakistan 9. Warga Negara Prancis LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. LP. Pasir Putih Nusa Kambangan. LP. Kerobokan Denpasar. LP. Pemuda Kota Tangerang.. Warga Negara Inggris orang orang orang orang orang orang orang. Warga Negara Philipina LP. Yogyakarta. orang. Warga Negara Selatan LP. Porong Sidoardjo. orang Afrika orang Sumber : Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

85 h. Data Hasil Pengujian Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Tahun dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tabel. Rekapitulasi Hasil Pengujian Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Tahun NAMA BALAI BESAR/ BALAI POM BBPOM Bandar Lampung BBPOM Bandung BBPOM Banjarmasin BBPOM Jayapura BBPOM Manado BBPOM Mataram BBPOM Padang BBPOM Pekanbaru BBPOM Pontianak BBPOM Samarinda BPOM Ambon BPOM Bengkulu BPOM Gorontalo BPOM Palangkaraya BPOM Palu TOTAL JML SAMPEL HEROIN HASIL PENGUJIAN NARKOTIKA GAN METHAMPHETAJA MINE (SHABU) JML MDMA Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan, Maret Tabel. Rekapitulasi Hasil Pengujian Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Tahun (lanjutan) NAMA BALAI BESAR/ BALAI POM BBPOM Bandar Lampung BBPOM Bandung BBPOM Banjarmasin BBPOM Jayapura BBPOM Manado BBPOM Mataram BBPOM Padang BBPOM Pekanbaru BBPOM Pontianak BBPOM Samarinda BPOM Ambon BPOM Bengkulu BPOM Gorontalo BPOM Palangkaraya BPOM Palu TOTAL ALPRAZOLAM HASIL PENGUJIAN PSIKOTROPIKA BROCLODIAZE LORAMAZE NAZE PAM ZEPAM PAM PAM 8 NITRAZEPAM JML 8 Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

86 Tabel. Rekapitulasi Hasil Pengujian Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Tahun (lanjutan) 8 9 NAMA BALAI BESAR/ BALAI POM BBPOM Bandar Lampung BBPOM Bandung BBPOM Banjarmasin BBPOM Jayapura BBPOM Manado BBPOM Mataram BBPOM Padang BBPOM Pekanbaru BBPOM Pontianak BBPOM Samarinda BPOM Ambon BPOM Bengkulu BPOM Gorontalo BPOM Palangkaraya BPOM Palu TOTAL HASIL PENGUJIAN ZAT ADIKTIF DEKCARISOMEPARASOPTHORCETAROPHAN MOL DOL HBR 8 9 TRA MADOL C T M TRIHEKSIFENIDIL (THP) 9 KAFEIN KETAMIN JML Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan, Maret i. Data Rekomendasi Prekursor Non Farmasi yang Dikeluarkan Tahun dari BNN Tabel. Jumlah Rekomendasi Prekursor Non Farmasi yang Dikeluarkan Tahun. NAMA PERUSAHAAN PT. AIK Moh Chemicals Indonesia Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun JENIS NAMA PREKURSOR PERMOHONAN Perpanjangan Penunjukkan IT SPI Acetone HCL MEK Toluene KEBUTUHAN IMPOR/EKSPOR Ton Ton Ton Ton 8

87 . PT. AKR Corporindo Tbk. PT. Anugerah Harum Persada. PT. Asahimas Chemical PT. EDF System Integration PT. Elang Kurnia Sakti PT. Halim Sakti Pratama PT. Indochemical Citra Kimia PT. Indofa Utama Multicore PT. Itochu Indonesia PT. Jatika Nusa Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Penunjukkan Sebagai IT Prekursor SPI Penujukkan Sebagai IT Prekursor SPE Asam Sulfat 8. MT HCL %. MT SPI Butanone (MEK). MT SPI Hydrochloric Acid. Kg SPI Potassium Permanganate Penunjukkan Sebagai IT Prekursor SPI SPI Perpanjangan Penunjukkan IT SPI Perpanjangan Penunjukkan Sebagai IT Prekursor SPI Acetone MEK Toluene Hydrochloric Acid. Mol/L Hydrochloric Acid Min.%, Purris Sulfuric Acid. Mol/L,N Sulfuric Acid 99% Sulfuric Acid Standard Solution Toluene Purris Acetone Dietil Ether Hydrochloric Acid MEK Toluene Phenyl Acetic Acid Piperonal Potassium Permangate, MT 9. MT 9. MT 9. MT Liter. Liter Liter. Liter Liter Liter 9. Ton Ton. Liter 9. Ton. Ton. Kg. Kg. Kg 8

88 . PT. Karunia Jasindo SPI. PT. Makro Jaya SPI. PT. Marga Cipta Selaras SPI. PT. Merck Chemicals adn Life Sciences SPI, mo / Sulfuric Acid (N/), Mol / L Hydrochloric Acid (N/), Mo/L Hydrochloric Acid (N/) Mol / L Hydrochloric Acid Acetid Anhydride Acetone Diethyl Ether Hydrochloric Acid Hydrochloric Acid % MEK Sulfuric Acid Sulfuric Acid 98 % Toluene Acetone MEK Acetone MEK Toluene Acetone Asam Antranilat dan garamnya Asam Fenilasetat dan garamnya Asam Sulfat Asetat Anhidrida Butanone Dietil Ether HCL Piperidina dan garamnya Potassium Permanganate. PT. Multi Eka Chemicalindo Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perpanjangan Penujukkan Sebagai IT Prekursor SPI Toluene Hydrochloric Acid % Hydrochloric Acid Acipur Sulphuric Acid 98% Sulphuric Acid Acipur Liter Liter Liter Liter 8 Liter.8 Liter Liter. Liter. Liter 8 Liter. Liter. Liter. Liter 9 Liter 9 Liter MT MT MT. Liter Kg Kg 9 Ampul Kg. Liter Liter. Liter. Liter. Ampul 9. Liter Kg Liter Ampul Kg Liter 8. Liter. Liter. Liter. Liter. Liter 88

89 C. PT. Multiredjeki Kita 8. PT. Mulya Adhi Paramita SPI 9. PT. Nagase Impor Ekspor Indonesia PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Co.,Ltd PT. PKG Lautan Indonesia SPI..... PT. Rukun Persada Makmur 8. PEN SPI Perpanjangan Sebagai IT Prekursor PT. Prochem Tritama SPI PT. Purytek Tunggal Prima. SPI Acetone Hydrochloric Acid Sulphuric Acid Acetone MEK Toluene HCL % Hydrochloric Acid Acetone Hydrochloric Acid % Acetone MEK Toluene.8 Liter. Liter. Liter. MT. MT. MT 8 Kg 8 Kg. MT 9, Ton. Ton. Ton. Ton Acetone HCL MEK. Kg.9 Kg Kg PT. Printechnindo Raya Utama.. PT. Samchem Prasandha PT. Sari Sarana Kimiatama PT. Silaris Food Indonesia Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Penujukkan Sebagai IT Prekursor Perpanjangan Penujukkan Sebagai IT Prekursor SPI Perpanjangan Penunjukkan IT SPI Perpanjangan Sebagai IT Prekursor SPI Piperonal (Heliotropine) Potassium Permanganate. Kg, MT Acetone MEK Toluene. MT.8 MT. MT Acetone MEK Toluene 9 MT. MT. MT SPI 89

90 C 9.. PT. Udaya Anugerah Abadi Perpanjangan Sebagai IT SPI PT. Fanindo Chiptonic Acetone MEK Toluene Acetone MEK Toluene SPI. MT. MT. MT 8. Liter 8. Liter. Liter Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Keterangan :. SPI. SPE. PEN. Penunjukkan IT : : : : Rekomendasi Surat Pesertujuan Impor bahan kimia Prekursor Rekomendasi Surat Persetjuan Ekspor bahan kimia Prekursor Pre Eksport Notification Rekomendasi Penunjukkan sebagai Importir Terdaftar Prekursor Non Farmasi. Perpanjangan Penunjukkan IT : Rekomendasi Perpanjangan Penunjukkan sebagai Importirt Terdaftar Prekursor j. Data Hasil Pengujian Sampel Laboratorium Narkoba Tahun dan Daftar Zat NPS yang Beredar di Indonesia dan Turunannya dari BNN Tabel. Jumlah Hasil Pengujian Sampel Laboratorium Narkoba BNN Tahun NARKOTIKA BULAN RAW MATERIAL URINE. Januari. Februari.8. Maret.. April.8. Mei, NPS NEGATIF RAW RAW RAW RAW MA URINE MA URINE MA URINE MA URINE TERIAL TERIAL TERIAL TERIAL PREKURSOR Juni.. Juli 8. Agustus.9 9. September.9. Oktober. 9. November.. Desember.... PSIKOTROPIKA JML Sumber : Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

91 Tabel 8. Daftar Nama Zat NPS yang Beredar di Indonesia dan Turunannya. NAMA KIMIA ZAT (NAMA IUPAC) EFEK NAMA UMUM JENIS Sudah diatur dalam lampiran Permenkes No. Tahun. methylamino(,stimulan, halusinongen, methylenedioxyphenyl)propanone insomnia dan Sympathomimetic. (RS)methylamino(Stimulan, methylpenhyl)propanone meningkatkan detak jantung dan harmful. (±)phenyl(methylamino)pentan Psychostimulant one. (RS)ethylamino(Stmulan dengan efek methylphenyl)propanone empathogenic. (RS)(benzo[d][,]dioxolyl)euphoria, stmulan, efek (pyrrolidinyl)pentanone aphrodisiac dan efek empathogenic. (RS)ethylaminophenylpropanPsychostimulant one. (RS)(methylphenyl)(Psychostimulant pyrrolidinyl)hexanone 8. (pentylhindolyl)halusinogen, efek naphthalenylmethanone cannabinoid dan toxic 9.. ((fluoropentyl)hindolyl),,,tetramethylcyclopropyl)methanone N,Ndimethylphenylpropanamine. (aminopropyl)benzofuran. (aminopropyl)benzofuran. (methoxyphenyl)nmethylpropanamine. (Bromo,dimethoxyphenyl)ethanamine (chloro,dimethoxyphenyl)propanamine (Iodo,dimethoxyphenyl)N[(methoxypehyl)methyl]ethanamine (Bromo,dimethoxyphenyl)N[(methoxypehyl)methyl]ethanamine (Chloro,dimethoxyphenyl)N[(methoxypehyl)methyl]ethanamine Catha edulis mengandung cathinone dan cathine fluoro AKB8. MAM. benzofuranylpropanamine. Benzylpiperazine Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Methylone (MDMC) Turunan Cathinone Mephedrone (MMC) Turunan Cathinone Pentedrone Turunan Cathinone Turunan Cathinone Turunan Cathinone MEC MDPV Ethcathinone (Nethylcathinone) MPHP JWH8 Turunan Cathinone Turunan Cathinone Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic XLR Synthetic Cannabinoid Stimulan, lebih rendah efeknya dari methamphetamine Stimulan, empathogenic Euphoria DMA (Dimethylamphetamine) Turunan Phenethylamine APB Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Stimulan, halusinongen, insomnia dan Sympathomimetic Halusinogen Euphoria, archetypal psychedelic Stimulan, halusinogen, dan Toxic Stimulan, halusinogen, dan Toxic Stimulan, halusinogen, dan Toxic Psychostimulant Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Stimulan, halusinogen, dan Toxic Euphoria, meningkatkan detak jantung, dilatasi pupil, dan Toxic APB PMMA CB DOC INBOMe BNBOMe CNBOMe Khat Plant mengandung Cathinone dan Cathine fluoro AKB 8 MAM APB BZP Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Turunan Phenethylamine Cathinone dan Cathine Synthetic Cannabinoid Synthetic Cannabinoid Turunan Phenethylamine Turunan Piperazine 9

92 . (Chlorophenyl)piperazine. (Trifluoromethylphenyl)piperazine. (Hindolyl)methylethylamine.,MethylenedioxyNethylchatinone Euphoria, meningkatkan detak jantung, dilatasi pupil, dan Toxic Euphoria, meningkatkan detak jantung, dilatasi pupil, dan Toxic Euphoria, empathy, psychedelic, stimulan, dan anxiety Stimulan, euphoria 8. methyl buphedrone 9. methoxy N,Nmethylisopropyltryptamine. ((fluorobenzyl)hindolyl)(,,,tetramethylcyclopropyl) methanone. N[(S)(aminocarbonyl)methylpropyl)](cyclohexylmethyl)Hindazolecarboxamide. N[(S)(aminocarbonyl)methylpropyl][(fluorophenyl) methyl]hindazolecarboxamide. Naphthalenyl(pentyloxynaphthalenyl) methanone. (Chlorophenyl)(methylamino)propanone. Methyl ({[(fluorophenyl)methyl]hindazolecarbonyl}amino)methylbutanoate. N(aminomethyloxobutanyl)pentylHindazolecarboxamide. [(fluoropentyl)hindazolyl](naphthalenyl)methanone 8. naphthalenyl(pentylhindazolyl)methanone 9. N(Amino,dimethyloxobutanyl)(fluorobenzyl)Hindazolecarboxamide. N(Amino,dimethyloxobutanyl)(cyclohexymethyl)Hindazolecarboxamide. Methyl {[(cyclohexylmethyl)hindolyl]formamido},dimethylbutanoate. Methyl (S)[(fluoropentyl)Hindazolecarboxamido],dimethylbutanoate. (RS)(methoxyphenyl)(ethylamino)cyclohexanone Belum diatur dalam UndangUndang. Mitragyna speciosa mengandung mitragynine dan speciogynine... (chlorophenyl)(methylamino)cyclohexanone (±)(methylphenyl)(benzylamino)propanone Methoxy(methylamino)(methylphenyl)propanone Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun mcpp Turunan Piperazine TFMPP Turunan Piperazine αmt Turunan Tryptamine Stimulan, euphoria Ethylone (bkmdea,mdec) Buphedrone Stimulan, halusinogen MeOMiPT Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic FUB Turunan Cathinone Turunan Cathinone Turunan Tryptamine Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic ABCHMINACA Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic ABFUBINACA Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Stimulan, euphoria CB Synthetic Cannabinoid Turunan Cathinone Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic chloro metchatinone FUBAMB Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic ABPINACA Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic ADBCHMINACA Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic MDMBCHMICA Synthetic Cannabinoid Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic fluoro ADB Synthetic Cannabinoid Halusinasi, euphoria, psychotomymetic Methoxetamin Turunan Ketamin Efek seperti opiat dan cocain Kratom mengandung mitragynine dan speciogynine Ketamin Tanaman, Serbuk Tanaman Ketamin Benzedron Turunan Cathinone MEXEDRON Turunan Cathinone Halusinasi, euphoria, psychotomymetic Stimulan, halusinogen, insomnia dan Sympathomimetic Stimulan, halusinogen, insomnia dan Sympathomimetic THJ THJ8 ADBFUBINACA Synthetic Cannabinoid Synthetic Cannabinoid Synthetic Cannabinoid Synthetic Cannabinoid 9

93 8. (,benzodioxolyl)(methylamino)pentanone 9. (H,benzodioxolyl)(ethylamino)pentanone. (ButylHindolyl)(naphthalenyl)methanone (methylnaphthalenyl)(pentylhindolyl)methanone (iodo,dimethoxiphenyl)ethanamine (chlorophenyl)(ethylamino)propanone N(Adamantanil)(kloropentil)HIndazolkarboksamida MethylN{[(fluoropentyl)Hindazolyl]carbonyl}valinate Naphthalenyl (fluoropentyl)hindolecarboxylate N(amino,dimethyloxobutanyl)(fluoropentyl)Hindolecarboxamide phenyl(propylamino)pentanone Ethyl ((fluorobenzyl)hindazolecarbonyl)valinate Nethyl(methoxyphenyl)propanamine Stimulan, halusinogen, insomnia dan Sympathomimetic Stimulan, halusinogen, insomnia dan Sympathomimetic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Stimulan, halusinogen dan toxic Stimulan, halusinogen, insomnia dan sympathomimetic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic PENTYLONE Turunan Cathinone NETHYLPENTYLONE Turunan Cathinone JWH Sintetik Cannabinoid Sintetik Cannabinoid Turunan Phenetylamine Turunan Cathinone Stimulan, halusinogen, insomnia dan Sympathomimetic Halusinogen, efek cannabinoid dan toxic Stimulan, halusinogen dan toxic AlphaProphylaminopen tiophenone EMBFubinaca JWH CI Chloroethcathinone Chloro AKB 8 Sintetik Cannabinoid Sintetik Cannabinoid Sintetik Cannabinoid Sintetik Cannabinoid fluoroamb SDB fluoroadbica PMEA Turunan Cathinone Sintetik Cannabinoid Turunan Phenetylamine Sumber : Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN, Maret. Data di Bidang Pengurangan Permintaan (Demand Reduction). a. Data Jumlah Penyalah guna Narkoba yang direhabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah dan Komponen Masyarakat yang Memperoleh Dukungan Tahun, Rekapitulasi Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsor dan Data Jumlah Penyalah Guna yang mendapat Layanan Pascarehabilitasi Tahun dari BNN. ) Jumlah Penyalah Guna yang direhabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah dan Komponen Masyarakat yang Memperoleh Dukungan Tahun Tabel 9. Jumlah Penyalahguna yang direhabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Tahun ASAL REHABILITASI Rawat Inap Balai Rehabilitasi Rawat Inap Lapas Rawat Jalan Klinik Pratama/RS/Puskesmas Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

94 Tabel. Jumlah Penyalahguna yang direhabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Tahun JENIS DATA Rawat Inap Medis Rawat Jalan Medis Rawat Inap Sosial Rawat Jalan Sosial 8 9 Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret ) Rekapitulasi Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsory Tahun Tabel. Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsory Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun RESIDEN YANG MASUK... LakiLaki Perempuan Tidak Terdata VOLUNTARY COMPULSORY Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret Tabel. Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsory Berdasarkan Kelompok Usia Tahun KELOMPOK USIA < Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun > Tahun Tidak Terdata VOLUNTARY COMPULSORY Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

95 Tabel. Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsory Berdasarkan Pekerjaan Tahun PEKERJAAN VOLUNTARY COMPULSORY Anggota DPRD Asisten Mami Atlet Senam BUMN Bupati Buruh Collector Dancer DPRD Driver Freelance Housekeeping Ibu Rumah Tangga Karyawan Karyawan Swasta Konsultan Kuli Bangunan LC Legal Consulting Mahasiswa Mami Marketing Mekanik Nelayang Pedagang Ojek Online Karyawan PDAM Pekerja Seni Pelajar Penjaga Taman PNS POLRI Sales Satpam Serabutan SPG Teknisi HP Tks Pol PP Tukang Parkir Tuna karya Wiraswasta Tidak Terdata Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

96 Tabel. Data Asesmen Penyalahguna Narkotika Voluntary dan Compulsory Berdasarkan Diagnosis Tahun DIAGNOSIS VOLUNTARY Benzo F F & F F F(Tramadol) F F Sintetis F, F F F(Benzo) F F F negatif F Shabu F teratur pakai F,9 F F F8 F8 F9 F9 Gorilla (Stimulan) negatif Tidak Terdata COMPULSORY Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi, Maret Keterangan : F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan alkohol F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan opioid F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan cannabinoid F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan obat penenang dan hipnotik F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan kokain F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan zat stimulan lainnya, termasuk kafein F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan halusinogen F : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan tembakau F8 : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan zat yang mudah menguap F9 : Ganguan perilaku dan mental karena penyalahgunaan obat beragam dan zat psikoaktif lainnya Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

97 b. Data Penyalah guna Narkoba yang telah Melaporkan Diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun dari Kementerian Kesehatan RI. Tabel. Jumlah Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis Tahun PROVINSI..... Aceh Bali Bangka Belitung Bengkulu DI Yogyakarta. DKI Jakarta. Jambi KOTA/ KABUPATEN Jawa Barat Jawa Tengah Kota Banda Aceh Kab. Bangli Kab. Bangka Kota Bengkulu Kab. Sleman Jakarta Selatan PTRB Jakarta Timur JENIS LAYANAN RARAWAT WAT JALAN INAP 8 8 PTRM GRAND TOTAL Kota Jambi 9 8 Kab. Bandung Barat 8 9 Kota Bandung Kota Bogor 9 Kab. Klaten 9 Kota Magelang 8 8 Kota Pekalongan Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Malang. Jawa Timur.. Kalimantan Barat Kalimantan Selatan. Kalimantan Timur Kota Samarinda. Kalimantan Utara Kota Tarakan. Lampung Kota Bandar Lampung. NTB Kota Mataram. Riau 8. Sulawesi Tengah Kota Surabaya Kota Pontianak Kab. Banjar Kab. Indragiri Hilir Kota Pekanbaru Kota Palu Kab. Agam 9. Sumatera Barat Kota Bukittinggi. Kota Padang Sumatera Selatan Kota Palembang Sumber : Kementerian Kesehatan RI, Maret Keterangan : PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon PTRB : Program Terapi Rumatan Buprenorphine Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

98 c. Data Penyalah guna Narkoba yang telah Melaporkan Diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun dari Kementerian Sosial RI. Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba yang telah Melaporkan Diri ke IPWL Berdasarkan Tempat Rehabilitasi Tahun PROVINSI NO LEMBAGA. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Sumatera Barat. Jambi. Sumatera Selatan. Bengkulu 8. Kep Riau 9. Lampung Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Yakita Tabina Safirah Banda Aceh Pintu Hijrah Insyaf Medan Sibolangit Center Nazar Minar christ Medan Plus Bukit Doa Taman Getsemane Pondok trenkely Minyak Narwastu Keris Sakti Sungai Yordan Letupan Rumah Ummi Haga Christ Mercusuar Riau Safirah Riau Siklus Suci hati New Padoe Jiwa Gempa Sahabat Jambi Al Jannah Yamika Arrahman Mitra Mulia Dharma Wahyu Insani Cahaya Putra Selatan Sriwijaya Kipas Bengkulu Pesona Dwin Rejanglebong Lintas Nusa Sahabat Anak Indonesia Rumah Harapan Sinar Jati Lampung Wisma Ataraxis yayasan Srikandi Riyadlotun Nufus BANTUAN RAWAT RAWAT INAP* JALAN KET

99 .. Bangka Belitung Jakarta. Banten. Jawa Barat Dwin Pangkalpinang PSPP Khusnul Khatimah Kapeta Karisma Madani Natura Al Jahu Stigma Sembilan GMDM Sahabat Rekan Sebaya Mutiara Maharani Jakarta plus Balarenik Yayasan Kasih Mulya Hikmah Syahadah Dira Sumantriwintoha PSPP Galih Pakuan BRSPP Lembang Yayasan Untuk Segala Bangsa Yakita Penuai Peka Sekar Mawar Al Karomah Inabah II Putri Nurul Jannah Ianatush Syibyan Inabah XV Inabah Bunga Bangsaku Maha Kasih Breakthrough M Assabur Rumah Asa Anak Bangsa Agape Lembaga Informasi & Konsultasi Yayasan Prama Putra Agung Mandiri Societa Katarsis Sarasati Edukasi Bakti Putera Shekinah Jabez Karang madya Inabah putra 8 Bersama Kita Pulih Peduli Kasih Nurido SabarAbadi Yayasan Citra Mulya Mandiri Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

100 . Jawa Tengah. DI Yogyakarta. Jawa Timur Bali. NTB. 8. NTT 9. Kalsel.. Kalteng Kaltim. Kalbar Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Rumah Damai Batu Raden Nurul Ihsan At Tauhid Cinta Kasih Bangsa Pemulihan Pelita Maunatul Mubarok Raden sahid Sinai Mitra Alam Al Ma'la Rehabilitasi Kunci Griya pemulihan Siloam Indo Charis Al Islami Galilea Elkana Inabah XIX Pemulihan Doulos Corpus Christi Orbit Bambu Nusantara Bahrul Magfiroh Eklesia Kediri Foundation Bambu Nusantara II Plato Ghana Pamekasan KPM Banyuwangi Yayasan Lembaga Kesos Daruddawam Yakita bali Yakeba Sivana Aksi NTB Lentera Pilot Warna Kasih Kupang Mitra Harapan serba bakti IPWL Intan Banua Lentera hati Bumi Indonesia Griya Pemberdayaan Galilea Ibadurahman Laras Sekata RBM Khatulistiwa Merah Putih Pontianak Plus IPWL Teratai Khatulistiwa RBM Juang

101 . Sulawesi Barat. Amada. Sulawesi Selatan. YKPN. Doulos Makasar. RBM Nirannuang. Bunga Bakung. Jameela Husein M 8. IPWL Kalooran. Sulawesi Utara. Sulawesi Tenggara. Family Rekan Sebaya. Ambon 8. LPB 8. Maluku Utara 9. Okekolano.. Sumber : Kementerian Sosial RI, Maret * Kapasitas rawat inap merupakan kapasitas kali periode rehab ( bulan) dalam satu tahun d. Data Penyalah guna Narkoba yang telah Melaporkan Diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Tahun dari Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri. Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba yang telah Melaporkan Diri ke IPWL Berdasarkan Tempat Rehabilitasi Tahun PROVINSI IPWL KLIEN KET.. Sumatera Barat Biddokes Polda Sumbar TAT. Jambi Biddokes Polda Jambi TAT. Kep. Bangka Belitung IPWL. Sumatera Selatan TAT. Jawa Barat Biddokkes Polda Kep. Babel Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih IPWL Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Kelapa Dua Depok TAT Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang Rumah Sakit Bhayangkara Banjarmasin TAT TAT. Jawa Timur. Kalimantan Selatan TOTAL Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

102 e. Data Hasil Kegiatan Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun. Tabel. Jumlah Peserta Kegiatan DIPA dan Non DIPA Direktorat Advokasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun KEGIATAN LEMBAGA /INSTITUSI DIPA Rapat Koordinasi a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat Membangun Jejaring a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat Asistensi a. Asistensi dalam rangka pembangunan berwawasan anti narkoba ) Institusi pemerintah ) Institusi swasta ) Lingkungan pendidikan ) Lingkungan masyarakat b. Asistensi penguatan dalam rangka pembangunan berwawasan anti narkoba ) Institusi pemerintah ) Institusi swasta ) Lingkungan pendidikan ) Lingkungan masyarakat Intervensi a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat Supervisi dalam rangka pembangunan bwerwawasan anti narkoba a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat Monitoring evaluasi a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat Bimbingan Teknis instansi vertikal BNN a. Bimtek regional I b. Bimtek regional II NON DIPA Sosialisasi PGN a. Institusi pemerintah b. Institusi swasta c. Lingkungan pendidikan d. Lingkungan masyarakat orang orang orang orang 8 institusi institusi institusi institusi provinsi ( orang) institusi ( orang) institusi institusi institusi ( orang) institusi ( orang) institusi ( orang) institusi ( orang) giat ( orang) provinsi ( orang) institusi orang orang orang orang 8 orang orang. orang.9 orang.8 orang.8 orang Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

103 Tabel 8. Jumlah Peserta Kegiatan Sosialisasi Melalui Tatap Muka (Workshop/ Talkshow/Forum Komunikasi/Pergelaran Seni Budaya PGN Pada DIPA Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun SASARAN PESERTA KET..... Keluarga Pelajar/ Mahasiswa Pekerja Masyarakat Orang. Orang Orang. Orang. Orang Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Tabel. Jumlah Peserta Kegiatan Sosialisasi Melalui Media Penyiaran (Televisi dan Radio) Pada DIPA Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun JENIS KONTEN MEDIA VOLUME Iklan TV PGN sasaran Keluarga Iklan TV PGN sasaran Pelajar/ Mahasiswa Video Animasi Metro TV dan Trans TV kali siaran Net TV kali siaran Global TV Iklan TV PGN sasaran Pekerja Filler PGN sasaran Pekerja Siaran Langsung Puncak Kampanye STOP Narkoba Iklan Radio PGN sasaran Keluarga TV One materi disiarkan sebanyak 9 kali kali siaran Adlibs Radio sasaran keluarga Insert Program di Radio Nasional Iklan PGN di Radio sasaran Pelajar/ Mahasiswa Iklan PGN di Radio sasaran Pekerja Iklan PGN di Radio sasaran Masyarakat Trans TV TVRI, TV One, INews TV materi (Filler detik) disiarkan sebanyak kali kali Bahana Jakarta, Elvictor Surabaya, Rase FM Bandung, Mara FM Bandung, B Radio Bandung, KIS FM Medan KBR dan Bens Radio materi disiarkan sebanyak kali ICU (I Challenge U) RRI materi disiarkan sebanyak kali materi disiarkan sebanyak kali Gen FM Jakarta, Ardan FM Bandung, Venus FM Makasar Indika FM Jakarta, Jak FM Jakarta, Geromino Yogyakarta Prambors, Iradio kali Adlibs materi disiarkan sebanyak 9 kali materi disiarkan sebanyak kali Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

104 Tabel. Jumlah Peserta Kegiatan Sosialisasi Melalui Media Cetak Pada DIPA Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun JENIS KONTEN NAMA MEDIA UKURAN DAN VOLUME. Iklan Kuping (EarAd) Warta Kota. Iklan Kuping (EarAd) Jawa Pos. Komik Jawa Pos. Halaman Cover Media Indonesia. Halaman Edisi Khusus Hari Anti Narkoba Internasional Iklan Kuping (EarAd) Media Indonesia. Pos Kota x mmk full color dimuat kali x mmk full color dimuat kali, kolom x 8 mmk dimuat kali kolom x 8 mmk dimuat kali Mini Banner x mmk full color dimuat sebanyak kali Banner Ad x mmk full color dimuat kali x mmk dimuat kali Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Tabel. Jumlah Peserta Kegiatan Sosialisasi Melalui Media Luar Ruang Pada DIPA Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun JENIS KONTEN LOKASI. Billboard.. Spanduk di Jembatan Penyebrangan Orang Neon Box. Branding Moda Transportasi Atrium Senen Jl. Sultan Agung, Kota Bekasi Lapangan Parkir BNN Taman Ayodya Mabes Polri Permata Hijau Senayan City Kota Tua Jl. Gajah Mada Terminal A dan D Bandara Soekarno Hatta Branding Bus Trans Jakarta Branding Body Kereta Argo Anggrek Branding Cover Seat Kereta Argo Anggrek Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

105 Dalam rangka penyebarluasan informasi bahaya penyalahgunaan narkotika berbasis media online, Deputi Bidang Pencegahan khususnya Seksi Media Online Direktorat Diseminasi Informasi memanfaatkan beberapa platform media baru, yaitu :. Website Indonesia Bergegas Dalam Website beberapa link menu (microsite) antara lain: a. Home b. Berita Terbaru c. Artikel d. Segmentasi untuk anak e. Segmentasi untuk orang tua f. Segmentasi Untuk remaja g. Protokol data h. Network yang memiliki Data pengunjung website ini sampai dengan Desember adalah sebagai berikut : % PENGUNJUNG BARU (JAN DES ) % MENGUNJUNGI KEMBALI % Indonesia Lainnya % % 8% Menit Detik NEGARA ASAL..9 RATARATA AKSES Data konten berita dan pembaca Website Indonesia Bergegas bulan Januari Desember BULAN JAN DES Total BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun SUMBER BERITA BNNP/ GIAT BNN PUSAT BNNK/KAB PENCEGAHAN PEMBACA ARTIKEL 9 LAIN LAIN HALAMAN 9 8 8

106 . Media Sosial a. b. Secara terencana akun ini akan memberikan twit publikasi/informasi sesuai kebijakan dan konten dari BNN. Sampai dengan bulan Desember, dapat disampaikan data statistik terkait akun sebagai berikut: BULAN FOLLOWER IMPRESSION Jan Des BULAN GENDER Jan Des LakiLaki 8% Perempuan %. IMPRESSION 8.9 LIKE. Instagram, dengan alamat akun BNN_IndonesiaBergegas: Akun instagram lebih berfokus pada posting visual dan short video yang sesuai konten pencegahan. Konten yang diunggah atau di posting sedikit mirip dengan media Path tetapi lebih spesifik ke art beauty dan video pendek. Data statistik akun Instagram BNN_IndonesiaBergegas sampai dengan Desember adalah sebagai berikut: BULAN Mei Desember d. TWEETS Path, dengan alamat akun BNN Indonesia Bergegas: Akun Path ini digunakan sebagai media informasi yang lebih spesifik karena kekhasan path itu sendiri dan lebih mengedepankan informasi visual dan art sesuai dengan target audiens yang disasar. Melalui akun path ini diharapkan sebaran informasi menjadi lebih luas dan menyasar semua segmen audiens. Data statistik akun Path BNN Indonesia Bergegas sampai dengan Desember adalah sebagai berikut: BULAN Mei Desember c. PROFILE MENTION VISIT.99. IMPRESSION 8.9 FOLLOWERS. LIKE.9 Facebook Fanpage, dengan alamat akun BNNbergegas: Facebook BNNbergegas adalah akun resmi deputi bidang pencegahan BNN. Halaman ini lebih fokus sebagai fanpage dan sebagai upaya memperluas cakupan informasi untuk semua audiens. Data statistik akun Fanpage BNNbergegas sampai dengan Desember adalah sebagai berikut: BULAN Mei Des Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun LIKE. FOLLOWERS. JANGKAUAN. CAKUPAN.9

107 . Streaming/Audio Visual Optimization Media baru memang memiliki banyak saluran, salah satunya adalah menggunakan media audio visual berupa live streaming. Dalam hal ini media online menggunakan dua saluran yaitu melalui media streaming radio dan youtube channel sebagai media audio visualnya. Radio Streaming Indonesia Bergegas dapat di akses melalui Website Indonesia Bergegas atau melalui aplikasi Play Store bagi pengguna smartphone berbasis android. Radio streaming ini memiliki beberapa program yang live dari pukul.. WIB, program live diisi oleh dua orang penyiar. Data statistik Radio Streaming Indonesia Bergegas sampai dengan Desember adalah sebagai berikut: CAPAIAN PEND ENGA R. RATARATA PENDENGAR NEGARA ASAL PENDENGAR 8 Indonesia Lainnya. % TOTAL WAKTU DENGAR (JAM) TOTAL SESI 8.8. RATARATA WAKTU DENGAR (MENIT) KET Pendengar yang tedata adalah mereka yang mendengarkan baik melalui website, Handphone maupun aplikasi android Placement Media Online Selain menggunakan media sosial seperti dijelaskan diatas, media online juga menyebarluaskan informasi melalui media online nasional Detikcom, Kaskus dan Okezone.com dengan capaian dan konten sebagai berikut: a. Detikcom Detikcom sebagai media nasional yang sudah memiliki nama dan pengunjung yang besar, digunakan sebagai media diseminasi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dan dalam penyebarluasaannya digunakan konten baik video, artikel maupun berita dan gambar. Dari media ini secara statistik capaian yang didapat dalam masa penayangan adalah sebagai berikut: IMPRESSION.. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun CLICKS 8 CTR,8%

108 b. Kaskus Kaskus merupakan media komunitas online terbesar di Indonesia, sebagai media nasional yang sudah memiliki nama dan pengunjung serta komunitas yang besar, digunakan sebagai media diseminasi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dan dalam penyebarluasaannya digunakan konten baik video, artikel maupun berita dan gambar. Dari media ini secara statistik capaian yang didapat dalam masa penayangan adalah sebagai berikut : c. IMPRESSION CLICKS CTR.8.9.% Okezone Okezone merupakan media online yang punya sasaran anak muda Indonesia, sebagai media nasional yang sudah memiliki nama dan pengunjung yang besar, digunakan sebagai media diseminasi informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dan dalam penyebarluasaannya digunakan konten baik video, artikel maupun berita dan gambar. Dari media ini secara statistik capaian yang didapat dalam masa penayangan adalah sebagai berikut : IMPRESSION CLICKS CTR. 8.% Tabel. Jumlah Peserta Kegiatan Sosialisasi PGN Non DIPA Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN Tahun SASARAN PESERTA KET.. Instansi Pemerintah. Instansi Swasta. Lingkungan Pendidikan. Orang. Lingkungan Masyarakat. Orang. Orang Orang.98 Orang Sumber : Deputi Bidang Pencegahan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

109 f. Data Hasil Kegiatan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Tahun. Tabel. Jumlah Kegiatan Test Urine yang Dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun INSTANSI INSTANSI TEST POSITIF %.... Instansi Pemerintah Instansi Swasta Lingkungan Pendidikan Lingkungan Masyarakat 9 instansi 9 instansi 9 lingkungan lingkungan 8 lingkungan Sumber : Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, Maret Tabel. Jumlah Kegiatan Test Urine yang Dilaksanakan oleh BNNP Tahun PROVINSI TEST Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Riau Kep. Babel Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Utara Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Maluku Papua Papua Barat POSITIF Sumber : Sistem Informasi Narkoba, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

110 Tabel. Jumlah Petani yang Beralih Profesi dan Jumlah Alih Fungsi Lahan Ganja Tahun WILAYAH ALIH FUNGSI LADANG GANJA PETANI Ha, Ha 8 Ha org org.. Aceh Besar Prov. Aceh Sumber : Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, Maret Tabel. Jumlah Alih Profesi pada Kawasan Rawan Narkoba di Perkotaan WILAYAH.. YANG DIBINA YANG BERALIH PROFESI orang orang orang 9 orang orang orang Komplek Permata, Jakbar Kampung Pertanian, Jaktim PERSENTASE (%) %,%,% Sumber : Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, Maret i. Data Contact Center BNN. Tabel 8. Jumlah Informasi yang masuk ke Contact Center BNN Berdasarkan Jenis Informasi Tahun JENIS INFORMASI Pencegahan Rehabilitasi Pemberantasan Humas Data dan Informasi Informasi Umum Dumas Ittama INFORMASI YANG MASUK TAHUN KET. Sumber : Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Maret Tabel 9. Jumlah Informasi yang masuk ke Contact Center BNN Berdasarkan Sumber Informasi Tahun SUMBER INFORMASI Call SMS Voic Whatsapp Blackberry Messenger Facebook Walk In SUARA MASYARAKAT YANG MASUK TAHUN KET Sumber : Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

111 Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

112 BAB III DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA TAHUN. Data di Bidang Pengurangan Ketersediaan (Supply Reduction). a. Data Kasus dan Tersangka serta Barang Bukti Tindak Pidana Narkoba Tahun dari Polri. Tabel 8. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun PENGGOLONGAN KASUS. Narkotika. Psikotropika. Bahan Adiktif Lainnya TAHUN JML Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret, Grafik. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun, 9, 88, 8,, 88,,,, 9,, 9,, 89,, 9,,,, 8, 9,, Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya

113 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun PENGGOLONGAN TERSANGKA. Narkotika.. TAHUN JML Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret, Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun,,,,, 8,, 9,, 98,,,, 88,,,, 9, 89,,,,,, Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya

114 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun KEWARGANEGARAAN TERSANGKA. WNI. WNA TAHUN JML Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun 889,,,,,, 9,,,,,, 99,,,, WNI Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun WNA

115 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN TERSANGKA TAHUN JML LakiLaki. Perempuan Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun, 8,,, 9,, 88,,,,,,, 99,, 8, Lakilaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempuan

116 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Umur Tahun KELOMPOK UMUR TERSANGKA. < Tahun. TAHUN JML Tahun Tahun Tahun > Tahun Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret, Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 8, 8, 9,,, 8, 98,, 89,,,,,,,,,,,,,,,, 88,, 99,, 8, 9,, < Thn Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9 Thn Thn 9 Thn > Thn

117 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun TINGKAT PENDIDIKAN TERSANGKA TAHUN JML 8. SD SLTP SLTA PT Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 9,, 9,, 9, 8, 98, 99,, 9,, 8,, 8,,,, 9,, 9,,,, 9, 9,, 9,,, SD Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun SLTP SLTA PT

118 Tabel 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun PEKERJAAN TERSANGKA TAHUN JML PNS Polri/TNI Swasta Wiraswasta Petani Buruh Mahasiswa Pelajar Pengangguran Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret 9, Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pekerjaan Tahun,,,,, 9,, 9, 9, 8, 8, 9, 9, 9, 9,,,, 89, 8, 9, 8, 9, 9, 8,,,,,,, 9, 9, 8, 8, 8,,, 9, 8,,,,, 8, 8,, 9,, PNS Buruh Polri/TNI Mahasiswa Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Swasta Pelajar Wiraswasta Pengangguran Petani 8

119 Tabel Jumlah Barang Bukti Ganja yang Disita Tahun TAHUN BARANG BUKTI Daun Ganja (Gr) Pohon Ganja (Btg) Luas Area (Ha) Biji Ganja (Gr) JML.9.9,8..99, 9..,..,.9.88,.., , 9,9, 8,9 8,9,,8.8,., 8 Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret 8, Grafik 8. Jumlah Barang Bukti Ganja yang Disita Tahun,,, 8, 9,8,,8 8,,, 9,, 9,,9 89, 8,9 9,, 9,9, 9,9, 89,, Daun Ganja (Kg) Pohon Ganja (Btg) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Luas Area Ganja (Ha) Biji Ganja (Gr) 9

120 Tabel 88. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun TAHUN BARANG BUKTI JML 8. Heroin (Gr) 8.,8.,.,8.,.8,.8,. Kokain (Gr).88,.,, 98,99 8.9,. Hashish (Gr).8,.,8.,9 8,8.98,9.9,. Ekstasi (Tbl).8.9,..9.9, ,. Ekstasi (Gr)., 8,.,. Shabu (Gr).9.8, 98., 8.,8..,.9.8,9..8, Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret,,,8, 8,8 88, 8,, Heroin (Gr) Kokain (Gr) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Hashish (Gr) Ekstasi (Tbl) Ekstasi (Gr), 8,, 8, 98,99 98,9, 98,9, 9,, 98,,8,,9 9, 8,8,, 8,8,, 98,, 89, Grafik 9. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun Shabu (Gr)

121 Tabel 89.. Jumlah Barang Bukti Psikotropika yang Disita Tahun TAHUN BARANG BUKTI Benzodiazepin (Tbl) JML 8.,.8,.....9,. Barbiturat (Tbl).9, ,. Barbiturat (Gr).,.,. Ketamin (Gr).,.,.,9.,98, 8.,8. Daftar G (Tbl)..,.89.9,.9.,..9, ,. Daftar G (Btl) Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Maret 9, Grafik. Jumlah Barang Bukti Psikotropika yang Disita Tahun,,,,,,98 9,, 9,,,, 9,,9 8, 8,,,,,, 9,,,, 8, 989, 899,, Benzodiazepin (Tbl) Barbiturat (Tbl) Barbiturat (Gr) Ketamin (Gr) Daftar G (Tbl) Daftar G (Btl) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

122 b. Data Kasus dan Tersangka serta Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun dari BNN. Tabel 9. Jumlah Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun KASUS Ganja Heroin Hashish Kokain Morfin Shabu Ekstasi MDMA Prekursor Narkotika Methilone Synthetic Cannabinoid TAHUN Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 8,,, Ganja Hashish Morfin Ekstasi Prekursor Narkotika Synthetic Cannabinoid Heroin Kokain Shabu MDMA Methilone 8, 8,,,,,,,, 9,,,,,,, 9,, 9,, 8,,,, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun,,,,,,,

123 Tabel 9. Jumlah Kasus Narkotika dan Penggolongan Tahun KASUS Prekursor Narkotika Berdasarkan TAHUN. Narkotika. Prekursor Narkotika Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Penggolongan Tahun Narkotika Prekursor Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

124 Tabel 9. Jumlah Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus Tahun KASUS TAHUN 8. Kultivasi. Produksi. Distribusi Konsumsi Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus Tahun Kultivasi Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Produksi Distribusi Konsumsi

125 Tabel 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun TERSANGKA TAHUN 8. Ganja 9.. Heroin Hashish 8.. Kokain Morfin.. Shabu Ekstasi MDMA Prekursor Narkotika.. Methilone Synthetic Cannabinoid Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 8, Ganja Heroin Hashish Kokain Morfin Shabu Ekstasi MDMA Prekursor Narkotika Methilone, Synthetic Cannabinoid 9, 9,,,,,, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun, 8,,.,, 8,,,,,

126 Tabel 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Penggolongan Tahun TERSANGKA TAHUN. Narkotika. Prekursor Narkotika Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Penggolongan Tahun,,,,, 8, 88,,,, 9, 8,,, Narkotika Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun,, Prekursor Narkotika

127 Tabel 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Peran Tahun TAHUN TERSANGKA. Kultivasi 8. Produksi 8. Distribusi Konsumsi Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Peran Tahun,,, 8, 8,, 8,,,,,,,,,8,,, 8,,,,, Kultivasi Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Produksi Distribusi Konsumsi

128 Tabel 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun KEWARGANEGARAAN TAHUN 8. WNI WNA Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik 8. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun,,,,, 8,,,,,,,,,,,, WNI Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun WA 8

129 Tabel 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan dan Jenis Kelamin Tahun TAHUN KEWARGANEGARAAN JENIS KELAMIN Perempuan 8 9 LakiLaki WNI. WNA Laki Laki Perempuan 9 Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik 9. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan dan Jenis Kelamin Tahun, 88,,, 9, 8,, 8,,,, 8,,,,,,, WNI (LakiLaki) WNI (Perempuan) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8,,,,,, WNA (LakiLaki),, WNA (Perempuan) 9

130 Tabel 98. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun TAHUN JENIS KELAMIN. LakiLaki Perempuan Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun,,, 9,, 8,, 9,,, 8,,,,,, 9, LakiLaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempaun

131 Tabel 99. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kelompok Umur Tahun TAHUN KELOMPOK UMUR 8. < Tahun. 9 Tahun 8. Tahun Tahun 9 9. > Tahun Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Kelompok Umur Tahun < Tahun 9 Tahun Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Tahun 9 Tahun > Tahun

132 Tabel. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun TAHUN TINGKAT PENDIDIKAN SD SLTP SLTA PT Tidak Sekolah Putus Sekolah Tidak Terdata Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 8,, 89,,,,,,,,,, 9,,,, 9, 89, 9,,,,,,, 9,, 9,, 9,, 9, SD SLTP Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun SLTA PT Tidak Sekolah Putus Sekolah Tidak Terdata

133 Tabel. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun JENIS PEKERJAAN PNS Polri/TNI Swasta Wiraswasta Petani Buruh Mahasiswa Pelajar Pengangguran TAHUN Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Kasus Narkotika dan Prekursor Narkotika Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun,, 8,, 8,,, 8,, 9,,, 8,,,,,,,,,,,,,,, PNS Buruh, 9, 9,,,,,,,,,, 9,,,,,,, Polri/TNI Mahasiswa Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun, 98, 9,, Swasta Pelajar Wiraswasta Penganggur Petani

134 Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Berhasil Disita Tahun BARANG BUKTI Kristal Shabu (Gram) Tablet Shabu (Tablet) Ekstasi (Butir) Ekstasi (Gram) Heroin (Gram) Kokain (Gram) Ganja (Gram) Pohon Ganja (Batang) Biji Ganja (Gram).,..8,., 88.,., TAHUN 9.,.8.,.89,9 8.9.,9.9, 8.8, ,9.9 8,,9..,8 98.9,98 8.9,9 8,,.9.,9., Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret 89,9 Grafik. Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Berhasil Disita Tahun 9, 8,,, 9,9, 8, 89, 989,98,8,9 89,9 9, 8, 8,,9 9, 8, 8,, 88,,,,,, 8,, 99898,9, 9,, Kristal Shabu (Gr) Tablet Shabu (Tbl) Ekstasi (Btr) Heroin (Gr) Ganja (Gr) Kokain (Gr) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

135 c. Data Barang Bukti dan Tersangka Tindak Pidana Narkotika Tahun dari Kementerian Keuangan RI Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Alami Sitaan di Bandara Tahun BARANG BUKTI TAHUN 8. Ganja (Gram).,8,9,,.8,8. Heroin (Gram).88,9.8,9. Kokain (Gram).8, 9.8,. Hashish (Gram) 8.8,,..9,.,9 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Grafik. Jumlah Barang Bukti Narkotika Alami Sitaan di Bandara Tahun 88,9,,, 9,,,,, 9,,,,9, 8,,,8, 88,, Ganja (Gr) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Heroin (Gr) Kokain (Gr) Hashish (Gr)

136 Tabel. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sintesis Sitaan di Bandara Tahun TAHUN BARANG BUKTI. Ekstasi (Butir). Ekstasi (Gram) 8.,. Shabu (Gram)...9,.,.,. 9.,8.,9 8.88,.,.,9 88., 8.8,.,., Methadone (Mili Ltr) Ketamine (Gram) 8. Xanax (Butir) 8 8. Happy Five (Tablet).. Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret 8, Grafik. Jumlah Barang Bukti Narkotika Sintesis Sitaan di Bandara Tahun,, Ekstasi (Btr) Ekstasi (Gr) Shabu (Gr) Methadone (ML) Ketamine (Gram) Xanax (Btr),9,,,,, 9,,9, 88,,,,, 8,,, 888,, Happy Five (Tablet) Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

137 Tabel. Jumlah Tersangka Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN TAHUN 8. Lakilaki 9 8. Perempuan Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Grafik. Jumlah Tersangka Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 9 8 LakiLaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempuan

138 d. Data Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Tahun dari Kementerian Hukum dan HAM RI Tabel. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Per Provinsi Tahun NAMA KANWIL Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Kepulauan Riau Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah TAHUN Sumber : Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

139 Tabel. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Per Provinsi Berdasarkan Bandar/Pengedar dan Pengguna Tahun KASUS NARKOBA NAMA KANWIL Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Kepulauan Riau Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan. Kalimantan Timur. Sulawesi Utara. Gorontalo. Sulawesi Tengah. Sulawesi Selatan. Sulawesi Barat. Sulawesi Tenggara. Bali 8. Nusa Tenggara Barat 9. Nusa Tenggara Timur. Maluku. Maluku Utara. Papua Barat. Papua TAHUN BANDAR/ PENGPENGEDAR GUNA JML TAHUN BANDAR/ PENGPENGEDAR GUNA JML Sumber : Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

140 Grafik 8. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Tahun 9, 8, 8,, 89,,,,,,,, 89,, Grafik 9. Jumlah Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba di Seluruh Indonesia Berdasarkan Bandar/Pengedar dan Pengguna Tahun 9, 8, 8,,,, 9,,,,,, 8,,, Bandar/Pengedar Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Pengguna Jumlah

141 e. Data Tahanan Kasus Narkotika Tahun dari BNN. Tabel 8. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun WARGA NEGARA TAHANAN Indonesia Iran Malaysia Amerika Serikat Nigeria India Tiongkok Taiwan Mozambique Perancis Filipina Kenya Swedia Thailand Inggris Turki Botswana Sierra Leone Kamerun Afrika Selatan Pantai Gading Vietnam Mali Jerman Pakistan Austria Hongkong Liberia Kanada Australia Kamboja 8 88 Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

142 Grafik. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun Kamboja Australia Kanada Liberia Hongkong Austria Pakistan Jerman Mali Vietnam Pantai Gading Afrika Selatan Kamerun Sierra Leone Inggris Thailand Kenya Taiwan Tiongkok India Nigeria Amerika Serikat Malaysia Iran Indonesia 8 % % % Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun % % % % % 8% 9% %

143 Tabel 9. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN TAHANAN. LakiLaki Perempuan Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun LakiLaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempuan

144 Tabel. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Kelompok Usia Tahun KELOMPOK USIA TAHANAN. < Tahun. Tahun 8. Tahun. Tahun 8. Tahun 9. Tahun Tahun 8. Tahun 9. > Tahun Sumber : Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret Grafik. Jumlah Tahanan Kasus Narkotika Berdasarkan Kelompok Usia Tahun < Thn Thn Thn Thn Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Thn Thn Thn > Thn Thn

145 . Data di Bidang Pengurangan Permintaan (Demand Reduction). a. Data Penyalahguna Narkoba yang Mengakses Layanan Rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi yang Memperoleh Dukungan Tahun dan Data Penyalahguna yang Dirawat di Balai Besar Rehabilitasi BNN dari BNN. ) Data Penyalahguna Narkoba yang Mengakses Layanan Rehabilitasi yang Memperoleh Dukungan Tahun Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN. Lakilaki. Perempuan. Tidak Terdata KLIEN 8.., Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Maret Grafik. Jumlah Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun, LakiLaki Perempuan Total 988,,,, 8,,,,,, 98,,, 8,, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8,,

146 Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia Tahun KELOMPOK USIA < Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 9 Tahun > Tahun Tak Terdata PENYALAHGUNA Sumber : Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Maret 8. < Thn Thn Thn..8 Grafik. Jumlah Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia Tahun Thn Thn 9 Thn Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

147 ) Data Penyalahguna Narkoba yang Dirawat di Balai Besar Rehabilitasi BNN Tahun Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN. LakiLaki. Perempuan PENYALAHGUNA NARKOBA Sumber : Balai Besar Rehabilitasi BNN, Maret Grafik. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun, 8, 8,,,,,, 8, 8,, 8,,,,,,, 8,, LakiLaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempuan

148 Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabiltasi BNN Berdasarkan Kelompok Usia Tahun KELOMPOK USIA PENYALAHGUNA NARKOBA..... < Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 8 8. > Tahun 8. Tidak Terdata Sumber : Balai Besar Rehabilitasi BNN, Maret Grafik. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Kelompok Usia Tahun Thn Thn Thn Thn Thn > Thn Tidak Terdata 8 < Thn 9 89 Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

149 Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun PENYALAHGUNA NARKOBA TINGKAT PENDIDIKAN.. SD SMP 8 8. SMA.9. Diploma 9 9. S S. Tidak Sekolah 8 8. Tidak Lulus SD 9. Tidak Terdata Sumber : Balai Besar Rehabilitasi BNN, Maret Grafik. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun SD Diploma Tidak Sekolah, SMP S Tidak Lulus SD 9,, SMA S Tidak Terdata,,,, 8,,,,,, 9, 9,,,, 8,,,,, 8, 9,,, 8,,, 8,,,,,,,,,,,,, 8, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

150 Tabel. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Berdasarkan Jenis Narkoba yang Digunakan Tahun JENIS NARKOBA YANG DIGUNAKAN PENYALAHGUNA NARKOBA Opiat Methampetamine Amphetamine THC Benzodiazepine Barbiturate Cocaine 8 8. Multiple Drug Cathinone MDMA Lainnya Sumber : Balai Besar Rehabilitasi BNN, Maret Grafik 8. Jumlah Penyalahguna Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Berdasarkan Jenis Narkoba yang Digunakan Tahun,,,,,, 98,,, 9,,,, 8,, 98, 9,,,,, 8,, 8,,,,,,,,,,,,,,, 8, 9,, Opiat Benzodiazepine Cathinone Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Methamphetamine Barbiturate MDMA Amphetamine Cocaine Lainnya THC Multiple Drug

151 b. Data Injecting Drug User (IDU) dan HIV/AIDS Tahun dari Kementerian Kesehatan RI. Tabel. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN KUMULATIF KASUS AIDS. Lakilaki Perempuan Tak Diketahui Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret Grafik 9. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun LakiLaki Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Perempuan Tidak Diketahui

152 Tabel 8. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Resiko Tahun FAKTOR RISIKO. Heteroseksual. KUMULATIF KASUS AIDS Homo Biseksual IDU Transfusi Darah 8. Transmisi Prenatal Tak Diketahui Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret,,, 9, 89,, 8,, 8, 8,, 8, 9,, 9,,, 8, 8,,,,,,,,,, 8, 9, 9,,,,, 89, Grafik. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Resiko Tahun Heteroseksual Transfusi Darah Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Homo Biseksual Transmisi Prenatal IDU Tak Diketahui

153 Tabel 9. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Tahun GOLONGAN UMUR KUMULATIF KASUS AIDS < Tahun Tahun Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun > Tahun Tak Diketahui Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret 8, 9, 8, 899, 9,, 8, 8, 8, 8,, 8,, 9,, 98,, 9,, 88, 98,, 8,,, 88, 89,,,,,,, 9, 8,,, 9,,, 8,,,, 89, 88,, 9,,,, 99,,,, Grafik. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Tahun < Tahun 9 Th > Th Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Th 9 Th Tak Diketahui Th 9 Th 9 Th 9 Th

154 Tabel. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun PROVINSI Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua J U M L A H KUMULATIF KASUS AIDS Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

155 Grafik. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh.9 8, 9,, 9,,.9,,.,.9.8,,,,,,,,,,, 8, 99,,,,,,..9., 9,,,, 9, 98,,,,,,,,,,, 8,,, 9,,,, 99, 99,, 9, 9,,, 8,.98 8, 98,,. 8,,, % % Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun %,.899 9, 98,,.9..,, 9,, %, 88, , 9, , 9, 8, 8, % 9,. 88, 9,,. 88, , 8, 8, 8,,, 8, 8, 99,, 8, , % % 8, % 8% 9% %

156 d. Data Contact Center BNN dan Website BNN Tahun. ) Data Contact Center BNN Tahun. Tabel. Jumlah Informasi yang masuk ke Contact Center BNN Berdasarkan Jenis Informasi Tahun JENIS INFORMASI Pencegahan Rehabilitasi Pemberantasan Humas Data dan Informasi Informasi Umum Dumas Ittama TAHUN Sumber : Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Maret Grafik. Jumlah Informasi yang masuk ke Contact Center BNN Berdasarkan Jenis Informasi Tahun Cegah Rehab Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun Berantas Data & Info Humas Info Umum Dumas Ittama

157 Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

158 BAB IV ANALISA DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA Berikut ini analisa trend data PGN secara Nasional tahun adalah sebagai berikut :. Data di Bidang Pengurangan Ketersediaan (Supply Redduction). a. Trend Kasus dan Tersangka serta Barang Bukti Tindak Pidana Narkoba Tahun dari Polri dan BNN. Tabel. Trend Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun... KASUS Narkotika TREND Psikotropika TREND Bahan Adiktif Lainnya TREND TAHUN ,% 8,%,8%,9% ,% 8,%,%,8%.9.,8%.88,%.8,9% 9.,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend kasus tindak pidana Narkoba tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, terjadi peningkatan kasus Narkoba dimana peningkatan terbesar yaitu pada kasus psikotropika dengan persentase kenaikan,8% dari 89 kasus di Tahun menjadi. kasus di Tahun, meskipun demikian terjadi penurunan kasus bahan adiktif lainnya sebesar,% dari.8 kasus di tahun menjadi 9. kasus di tahun. ) Trend Tahun Jumlah kasus tertinggi yaitu kasus Narkotika di Tahun dengan total.9 kasus dan jumlah kasus terendah yaitu kasus Psikotropika di Tahun sebesar 88 kasus. Trend kenaikan kasus terbesar yaitu kasus Bahan Adiktif Lainnya dari Tahun ke Tahun sebesar,8% dan penurunan kasus terbesar yaitu kasus Psikotropika dari Tahun ke Tahun sebesar 8,%. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

159 Tabel. Trend Tersangka Narkoba Berdasarkan Penggolongan Narkoba Tahun TERSANGKA... Narkotika TREND Psikotropika TREND Bahan Adiktif Lainnya TREND TAHUN ,%,98%,%,% ,%,%,8%,% 8.9.,%.9,%.,%.,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend tersangka kasus tindak pidana Narkoba tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, terjadi peningkatan tersangka kasus Narkoba dimana peningkatan terbesar yaitu pada tersangka psikotropika dengan persentase kenaikan,% dari. tersangka di Tahun menjadi.8 tersangka di Tahun, meskipun demikian terjadi penurunan tersangka bahan adiktif lainnya sebesar,% dari. tersangka di tahun menjadi. tersangka di tahun. ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka kasus Narkotika di Tahun sebanyak.8 tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka kasus Psikotropika di tahun sebanyak 98 tersangka. Trend kenaikan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka kasus Bahan Adiktif Lainnya dari Tahun ke Tahun sebesar,% dan penurunan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka kasus Psikotropika dari Tahun ke Tahun sebesar,%. Tabel. Trend Tersangka Narkoba Berdasarkan KEWARGANEGARAAN. WNI TAHUN. TREND. Kewarganegaraan Tahun WNA TREND ,%,% 8,%,% 9 9,8%,%,%,% Sumber : Polri & BNN, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

160 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend tersangka kasus tindak pidana Narkoba Tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, berdasarkan kewarganegaraan, jumlah tersangka kasus Narkoba terbesar yang ditangkap merupakan tersangka WNI dengan jumlah. orang, dengan persentase peningkatan,%. Terjadi penurunan jumlah tersangka WNA yang ditangkap sebesar,% dibandingkan tahun, dari orang yang ditangkap pada Tahun menjadi orang di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka Narkoba WNI di Tahun sebanyak. tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka Narkoba WNA di Tahun sebanyak tersangka. Trend kenaikan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba WNA dari tahun ke tahun sebesar,% dan penurunan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba WNA dari Tahun ke Tahun sebesar,%. Tabel. Trend Tersangka Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN.. LakiLaki TREND Perempuan TREND TAHUN ,%,8% 9,%,% ,9%,%,%,9% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend kasus tindak pidana Narkoba tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, berdasarkan jenis kelamin, jumlah tersangka kasus Narkoba terbesar yang berhasil ditangkap yaitu tersangka berjenis kelamin lakilaki dengan total.9 orang, ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka Narkoba jenis kelamin lakilaki di Tahun sebanyak.9 tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka Narkoba jenis kelamin perempuan di Tahun sebanyak.8 tersangka. Trend kenaikan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba jenis kelamin perempuan dari Tahun ke Tahun sebesar,9% dan penurunan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba jenis kelamin perempuan dari Tahun ke Tahun sebesar,%. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

161 Tabel. Trend Tersangka Narkoba Berdasarkan Kelompok Umur Tahun KELOMPOK UMUR. TAHUN < TREND.,8% 9. TREND. 9.8 > 9.9,%.9 TREND..8,% TREND..,8%.8 TREND 9. 8,8%,%.,%.,%.9,%.,8% 99,8%.,99%. 9,%.,%.,9%,%.,8% 8.889,9%.,%. 8,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend kasus tindak pidana Narkoba tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, berdasarkan kelompok usia, tersangka kasus Narkoba berusia lebih dari 9 tahun merupakan tersangka paling banyak dengan total. orang. Sedangkan tersangka paling sedikit merupakan tersangka berusia di bawah tahun dengan jumlah orang. Secara keseluruhan terjadi peningkatan tren, namun trend Kenaikan tersangka terbesar terjadi pada tersangka berusia di bawah tahun dengan persentase kenaikan,% dari 99 orang yang ditangkap di tahun menjadi orang di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka berusia lebih dari 9 tahun di Tahun sebanyak. tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka berusia di bawah tahun di Tahun sebanyak 99 tersangka. Trend kenaikan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba berusia di antara 9 tahun dari tahun ke Tahun sebesar,8% dan penurunan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba berusia di bawah tahun dari tahun ke Tahun sebesar,8%. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

162 Tabel. Trend Tersangka Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN.,%.,%.8,%.,%.,%.,9%.8,%. 8,%.,9%.,%.,%.,% 8.8,%.8,9%.,%.9 8,% 9,% SD TREND SLTP TREND SLTA TREND PT TREND TIDAK SEKOLAH TREND PUTUS SEKOLAH TREND TIDAK TERDATA TREND Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend kasus tindak pidana Narkoba tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, berdasarkan latar belakang pendidikan, tersangka dengan latar belakang pendidikan SLTA merupakan tersangka paling banyak dengan total. orang, dengan persentase peninkgkatan,%. Sedangkan tersangka paling sedikit merupakan tersangka dengan latar belakang pendidikan PT dengan jumlah.9 orang, mengalami peningkatan sebesar 8,% jika dibandingkan Tahun. Terdapat tersangka sebanyak 9 orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan orang putus sekolah. ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka dengan latar belakang pendidikan lulusan SLTA di Tahun sebanyak. tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka dengan latar belakang pendidikan lulusan PT di tahun sebanyak. tersangka. Trend kenaikan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba dengan latar belakang pendidikan lulusan SD dari Tahun ke Tahun sebesar,% dan penurunan jumlah tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba dengan latar belakang pendidikan lulusan SD dari Tahun ke Tahun sebesar,%. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

163 Tabel 8. Trend Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN PNS TREND Polri/TNI TREND Swasta TREND Wiraswasta TREND Petani TREND Buruh TREND Mahasiswa TREND Pelajar TREND Pengangguran TREND ,% 8,% 9.8,% 9.,8%.8,8%.9,8% 8,%.,9%.,8%,%,% 8.,%.,%.,%.,% 88,9% 8,%.8,8%,% 8,9%.8,%.,%.89,%.8,% 98,% 8,%.8,%,% ,8%.,%.8,9%.8,%.8,8%.,%.,%.9,9% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend tersangka kasus Narkoba berdasarkan jenis pekerjaan tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, berdasarkan jenis pekerjaan, tersangka kasus Narkoba karyawan Swasta merupakan tersangka paling banyak dengan total. orang, mengalami peningkatan persentase sebesar,%. Sedangkan tersangka paling sedikit merupakan tersangka yang bekerja sebagai Polri/TNI dengan jumlah 89 orang, mengalami peningkatan sebesar 9,8% jika dibandingkan dengan Tahun. Secara umum terjadi peningkatan jumlah tersangka di segala sektor pekerjaan dibandingkan tahun. Trend Kenaikan tersangka terbesar yaitu terjadi pada tersangka pelajar dengan persentase kenaikan,%, dari 8 orang yang ditangkap di Tahun menjadi. orang di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah tersangka tertinggi yaitu tersangka dengan pekerjaan swasta di Tahun sebanyak. tersangka dan jumlah tersangka terendah yaitu tersangka dengan pekerjaan Polri/TNI di Tahun sebanyak tersangka. Trend kenaikan tersangka terbesar yaitu tersangka Pelajar dari Tahun ke Tahun sebesar,9% dan penurunan tersangka terbesar yaitu tersangka Narkoba Pelajar dari Tahun ke Tahun sebesar,%. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

164 Tabel 9. Trend Jumlah Barang Bukti Ganja yang Disita Tahun TAHUN BARANG BUKTI..8,98.., 8..8, , ,,% 8,%,%,%. Daun Ganja (Gr) TREND. Pohon Ganja (Btg).9, TREND. Luas Area (Ha),% 89, TREND. Biji Ganja (Gr).89 8,% 9,9,9% 8,9 TREND 9.8 9,9% 9,% 88,%.9.,8%,.89,9% 8,.,%.9.8,8 98,% 8,%.8,9.,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah barang bukti ganja yang disita tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, persentase peningkatan terbesar terjadi pada biji ganja yang ditemukan dengan persentase.,% dari,8 gram yang ditemukan di tahun menjadi.8,9 gram yang ditemukan di Tahun. Terjadi penurunan yang signifikan pada sitaan daun ganja dengan persentase penurunan,% dari ,9 gram yang disita di tahun menjadi , gram di Tahun. Terjadi perbandingan terbalik antara peningkatan biji ganja dan pohon ganja yang ditemukan dengan menurunnya daun ganja yang disita di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah sitaan barang bukti daun ganja yang paling tinggi terdapat pada Tahun dengan jumlah 8..8, gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah , gram. Jumlah sitaan barang bukti pohon ganja yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah.9.8 batang sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada tahun dengan jumlah 9.8 batang. Luas area lahan ganja paling besar yang berhasil diungkap terdapat pada tahun dengan luas area hektar sedangkan luas area lahan ganja paling kecil terdapat pada Tahun dengan luas area hektar. Jumlah sitaan barang bukti biji ganja yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah.8,9 gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah,8 gram. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

165 Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Narkotika yang Disita Tahun BARANG BUKTI Heroin (Gr) TREND Kokain (Gr) TREND Morfin (Gr) TREND Hashish (Gr) TREND Ekstasi (Tbl) TREND Shabu (Gr) TREND.,.,8.9,9 8,%. TAHUN.9, 8,%,.9, 9,%,., 8,% 9, 9,9% 8,% 9,8%.,%,.98,9.9,%.9.9,%..8,89,8%.8,..9,..9,.,8,%..8,%.,,8%.,9,9% 9.,,9..88,,8% 99, 9,9%.98.8,%..,8 8,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah barang bukti narkotika yang disita Tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, persentase peningkatan terbesar terdapat pada sitaan barang bukti kokain dengan persentase.,% dari, gram yang disita di tahun menjadi 9, gram yang disita di Tahun. Sedangkan persentase penurunan terbesar yaitu pada persentase penurunan jumlah heroin yang disita dari.9, gram yang disita di Tahun menjadi., gram yang disita di Tahun dengan persentase penurunan 8,%. Perlu diwaspadai munculnya kembalinya morfin ke dalam peredaran gelap narkotika pada tahun, yang selama kurun waktu tahun sebelumnya tidak ditemukan adanya sitaan morfin. ) Trend Tahun Jumlah sitaan barang bukti heroin yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah., gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah., gram. Jumlah sitaan barang bukti kokain yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah.,8 gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah, gram. Jumlah sitaan barang bukti hashish yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah.8, gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah 99, gram. Jumlah sitaan barang bukti ekstasi yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah..9, tablet sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada tahun dengan jumlah 9., tablet. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

166 Jumlah sitaan barang bukti shabu yang paling tinggi terdapat pada Tahun dengan jumlah..,8 gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada tahun dengan jumlah., gram. Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Psikotropika yang Disita Tahun. BARANG BUKTI Benzodiazepin (Tbl)., TREND. Barbiturat (Tbl).9, Ketamine (Gr)., Daftar G (Tbl) 8.,,8%.., TREND.,% 99,9% TREND..8,,9% TREND. TAHUN.89.9, 8,%..89 9,9% 9..8,8%.,9 8,%.9.,,9%.,%.,9%.9 8,8%.,98,9%.., 88,8%, 99,88%.9.,9% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah barang bukti psikotropika yang disita tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap jumlah sitaan barang bukti Barbiturate dengan persentase 8,8% dari. tablet yang disita di tahun menjadi.9 tablet yang disita di Tahun. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada sitaan barang bukti Ketamine dengan persentase 99,88% dari.,98 gram yang disita pada tahun menjadi hanya, gram di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah sitaan barang bukti benzodiazepine yang paling tinggi terdapat pada Tahun dengan jumlah..89 tablet sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada tahun dengan jumlah. tablet. Jumlah sitaan barang bukti barbiturat yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah.9 tablet sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah 8 tablet. Jumlah sitaan barang bukti ketamine yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah. gram sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah, gram. Jumlah sitaan barang bukti daftar G yang paling tinggi terdapat pada Tahun dengan jumlah.9., tablet sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah.., tablet. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

167 Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Bahan Adiktif Lainnya yang Disita Tahun TAHUN BARANG BUKTI. Miras (Botol). Miras (Liter) 99.89, TREND TREND ,9%.8,9,%..,.,%,9%.9.9,,% 9.,,9% 9,%.9, 88,% Sumber : Polri & BNN, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah barang bukti bahan adiktif lainnya yang disita tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, terjadi penurunan yang signifikan pada jumlah sitaan barang bukti Miras sebesar 88,% dari 9., liter yang disita di tahun menjadi hanya.9, liter yang disita di Tahun. ) Trend Tahun Jumlah sitaan barang bukti botol Miras yang paling tinggi terdapat pada tahun dengan jumlah 99.89, botol sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada Tahun dengan jumlah 8. botol. Jumlah sitaan barang bukti cairan Miras yang paling tinggi terdapat pada Tahun dengan jumlah.9.9, liter sedangkan jumlah sitaan terendah terdapat pada tahun dengan jumlah.9, liter. b. Trend Sitaan Tindak Pidana Narkotika Tahun dari Kementerian Keuangan RI. Tabel. Trend Jumlah dan Ranking Barang Bukti Daun Ganja Sitaan di Bandara Tahun (Gram) PROVINSI BANDARA RANKING JML RANKING JML 8 RANKING 9 JML. Bali Ngurah Rai, I, I. Jawa Barat Husein Sastranegara 9,8 II. Banten Soekarno Hatta 9 III, % TREND,.9,% Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

168 Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti daun ganja sitaan di bandara Tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, sitaan barang bukti daun ganja di bandara tertinggi yaitu terdapat di Bandara Ngurah Rai Bali sebesar, gram. ) Trend tahun Selama tahun terakhir penyitaan daun ganja masih terjadi peningkatan di Bandara Ngurah Rai Bali, namun di tahun mulai ditemukan kembali penyelundupan daun ganja pada bandara Husein Sastranegara dan Soekarno Hatta, yang tidak menutup kemungkinan tujuan utamanya yaitu ke Bali sebagai tempat tujuan wisata. Tabel. Trend Jumlah dan Ranking Barang Bukti Heroin Sitaan di Bandara Tahun (Gram). PROVINSI Banten BANDARA Soekarno Hatta TREND RANJML KING RANJML KING I % JML 8 RANKING 9 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti Heroin sitaan di bandara Tahun adalah bahwa sitaan barang bukti heroin di Bandara hanya terdapat pada tahun, yaitu terdapat di Bandara Soekarno Hatta. Meskipun pada tahun tidak terdapat penyitaan, perlu diwaspadai adanya modus operandi baru yang luput dari pengawasan petugas. Tabel. Trend Jumlah dan Ranking Barang Bukti Kokain Sitaan di Bandara Tahun (Gram) PROVINSI. Bali BANDARA Ngurah Rai TREND RANJML KING 9 I 9 RANJML KING 8 9 RANJML KING 8 9 Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 8 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti kokain sitaan di bandara tahun adalah bahwa sitaan barang bukti kokain di Bandara hanya terdapat pada tahun, yaitu terdapat di Bandara Ngurah Rai. Meskipun tahun belakangan tidak terdapat penyitaan, perlu diwaspadai adanya modus operandi baru yang luput dari pengawasan petugas. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

169 Tabel. Trend Jumlah dan Ranking Barang Bukti Hashish Sitaan di Bandara Tahun (Gram)... PROVINSI BANDARA Banten Soekarno Hatta Bali Ngurah Rai Jawa Tengah Ahmad Yani TREND RANJML KING. I. RANJML KING JML 8.999,.9, RANKING 9 I II Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 88 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti hashish sitaan di bandara tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, mulai ditemukan penyitaan hashish di Bandara Ngurah Rai Bali dan Ahmad Yani Jawa Tengah yang tahuntahun sempat tidak ada. Kemungkinan penyelundupan dari yang sebelumnya melalui jalur bandara Soekarno Hatta beralih menggunakan jalur lain. ) Trend tahun Meskipun di Tahun sudah tidak terdapat penyitaan barang bukti hashish di Bandara Soekarno Hatta, penyelundupan hashish beralih ke bandara Ngurah Rai Bali dan Ahmad Yani Jawa Tengah. perlu diwaspadai adanya perubahan pola penyelundupan melalui jalur yang lain, maupun metoda penyelundupan yang baru, karena pada tahun sempat tidak ada lagi ditemukan penyelundupan hashish, tahun mulai muncul kembali sitaan barang bukti hashish di bandara. Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Ekstasi Sitaan di Bandara Tahun (Tablet) PROVINSI BANDARA Banten Soekarno Hatta Jawa Timur Juanda Jawa Barat Bandung Sumut Kuala Namu Riau Sultan Syarif Kasim Bali Ngurah Rai TREND JML.,,. RANKING I III II JML ,9% RANKING I II JML 8 9,, 8,% RANKING 9 I II Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 89 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti ekstasi sitaan di bandara tahun adalah sebagai berikut : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

170 ) Trend di Tahun Di Tahun, secara keseluruhan terdapat penurunan yang signifikan akan jumlah penyitaan barang bukti ekstasi di bandara dengan persentase penurunan hingga 8,%, dari.99 tablet yang disita di tahun menjadi hanya, tablet di Tahun. Namun sitaan yang terjadi pada tahun justru terjadi pada bandara yang pada tahun sebelumnya tidak terdapat penyitaan. ) Trend tahun Selama tiga tahun terakhir, pola penyelundupan ekstasi di Bandara terjadi berpindah pindah, berdasarkan keberagaman data sitaan dari tahun ke tahun diperkirakan penyelundupan ekstasi melalui Bandara masih akan terus berlangsung, namun para penyelundup merubahrubah jalur masuk ekstasi tersebut untuk menghindari penangkapan oleh petugas, yang terlihat dari terdapatnya sitaan pada bandara yang sebelumnya tidak terdapat sitaan, dan sebaliknya tidak terdapat penyitaan pada bandara yang sebelumnya justru terdapat sitaan. Tabel 8. Trend Jumlah Barang Bukti Shabu Sitaan di Bandara Tahun (Gram) PROVINSI BANDARA Sultan Iskandar Muda Kualanamu Batam Sultan Syarif Kasim Soekarno Hatta Sultan Hasanudin Husein Sastranegara Yogyakarta Juanda Ngurah Rai Lombok Hang nadim Minangkabau Balikpapan Tarakan. Aceh.. Sumut Kepri. Riau. Banten. Sulsel. Jawa Barat DI Yogya Jawa Timur Bali NTB Batam Sumbar Kaltim Kaltara TREND RANKING JML RANKING JML RANKING 9 JML 8 8 VI. VI., IV,8 VIII. 9. IV II, IX X.9 I 9. I.9, I. VII., IX v., VIII. 9.. VI III II 9.,89.98 III IX V.89.., V VII VIII X.,.,8.. VII IV II III.,9 88.,,% 8,8% Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti shabu sitaan di bandara tahun adalah sebagai berikut : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

171 ) Trend di Tahun Di Tahun, jumlah penyitaan barang bukti shabu di bandara meningkat dengan persentase 8,8%, dari.,9 gram yang disita di tahun menjadi 88., gram di Tahun. Jumlah penyitaan terbesar terjadi di bandara Soekarno Hatta dengan jumlah.9, gram. ) Trend tahun Selama tahun belakangan, walaupun jumlah sitaan tersebut menurun di Tahun, pada tahun terjadi peningkatan kembali. Meskipun demikian sitaan masih terdapat di sejumlah jalur bandara yang sama. Bandara Soekarno Hatta masih merupakan Bandara yang paling banyak terdapat sitaan shabu. Tabel 9. Trend Jumlah dan Ranking Barang Bukti Daun Ganja Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun (Gram) PROVINSI. Kepri. Jakarta PELABUHAN Tanjung Balai Karimun Batam Tanjung Priok JML RANKING JML RANKING JML RANKING I, III. II., tablet I I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti daun ganja sitaan di pelabuhan tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, hanya terdapat penyitaan daun ganja sebesar gram di pelabuhan Tanjung Priok. ) Trend tahun Selama tiga tahun belakangan, sitaan daun ganja di pelabuhan semakin berkurang, hanya terdapat di tahun dan dalam jumlah yang cukup besar hingga kg, berkurang hingga hanya terdapat gram di Tahun. Dari data yang ada, perlu diwaspadai adanya perubahan jalur peredaran yang lain dalam usaha penyelundupan daun ganja. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

172 Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Heroin Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun (Gram).. PROVINSI Riau Kepri PELABUHAN Balai Karimun Batam Centre TREND RANKING I II JML 9,8,8 JML RANJML KING 8 9, I, RANKING Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti heroin sitaan di pelabuhan tahun adalah sebagai berikut : Selama tiga tahun belakangan, muncul kembali penyitaan heroin di pelabuhan ferry pada tahun dari yang tahun sebelumnya sempat tidak ada meskipun sanagt kecil, dari data yang ada diperkirakan trend penyelundupan heroin melalui pelabuhan tersebut semakin ditinggalkan dan para pengedar menggunakan jalurjalur lainnya. Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Ekstasi Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun (Butir) PROVINSI PELABUHAN. Kepri Batam Centre. Kepri Tj. Balai Karimun JML.8 RANKING I RANJML KING.8 8. RANKING 9 II.99 I JML.9 TREND Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti daun ganja sitaan di pelabuhan tahun adalah sebagai berikut : ) Trend di Tahun Di Tahun, mulai muncul kembali penyitaan ekstasi di pelabuhan ferry, dari yang pada tahun sebelumnya sempat tidak ada. ) Trend tahun Selama tiga tahun belakangan, meskipun sitaan ekstasi sempat tidak ada di tahun, namun terdapat kemunculan kembali pada tahun, dan pelabuhan Tajung Balai Karimun masih merupakan jalur penyelundupan ekstasi yang dipergunakan oleh para pengedar. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

173 Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Shabu Sitaan di Pelabuhan Ferry Tahun (Gram) PROVINSI PELABUHAN. Sumut RANKING JML. Teluk Nibung.9, III. Dumai.8, VI. Balai Karimun.98, IV JML. Teluk Nibung. Kepri. Tanjung Pinang.99 V. Batam Centre.9 I RANKING.9, II I.8, V 8.8 III.99,9 I.9 VI.8 IV., v., III 99, vi. Tj. Balai Karimun. Jakarta Tanjung Priok. II. Jatim Tanjung Perak. VII.99 IV. Kaltara Tunon Taka, VIII., VII. Lampung. II Malundung Lampung., 8 8.,.,8.9,9% 9, TREND RANKING 9.8,. Sri Bintan Pura JML Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti shabu sitaan di pelabuhan tahun terjadi peningkatan yang sangat tajam, namun di Tahun turun sebesar 9,%, berbanding terbalik dengan meningkatnya sitaan barang bukti shabu di bandara. Terjadi kemunculan jalurjalur penyelundupan baru di Tahun, yaitu di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun Kepri dan Pelabuhan Malundung Kaltara. Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Ganja Sitaan di Perbatasan Tahun (Gram) PROVINSI. Papua PERBATASAN Skow Wutung JML RANKING I RANJML KING I RANJML KING 8 9 I Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa di Tahun terjadi penurunan jumlah sitaan ganja di perbatasan khususnya perbatasan Skow WutungPapua, namun perbatasan tersebut masih menjadi jalur utama penyelundupan ganja. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

174 Tabel. Trend Jumlah Barang Bukti Shabu Sitaan di Perbatasan Tahun (Gram) PROVINSI PERBATASAN RANKING JML Entikong. Kalbar. NTT Atapupu. Papua Skow Wutung RANKING JML.9,8 I Nanga Badu 9. RANKING 9 JML 8.9, II.8, I I. 9. TREND II 9.9,8 9.,,%,% Sumber : Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, Maret Dari tabel 9 tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah dan ranking barang bukti shabu sitaan di perbatasan tahun meningkat secara tajam, hal ini seiring dengan penurunan jumlah sitaan Shabu di pelabuhan, diperkirakan penyelundupan melalui perbatasan dipergunakan sebagai jalur pengganti penyelundupan melalui pelabuhan selain bandara. Perlu dipertegas pengawasan pada jalurjalur baru yang dipergunakan untuk menyelundupkan Shabu melalui perbatasan yakni melalui Entikong dan Nanga Badu Kalbar, karena jumlah sitaan pada jalur tersebut terus meningkat.. Data di Bidang Pengurangan Permintaan (Demmand Reduction). Tabel. Trend Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun JENIS KELAMIN KUMULATIF KASUS AIDS.. Lakilaki Perempuan Tak Diketahui Sumber : Direktorat Jenderal PPM & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis kelamintahun adalah sebagai berikut : Secara umum kumulatif kasus AIDS di Indonesia sampai dengan Tahun terus meningkat. Menurut data yang ada, berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus AIDS terbesar yaitu pada penderita berjenis kelamin lakilaki daripada perempuan. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

175 Tabel. Trend Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Resiko Tahun FAKTOR RISIKO KUMULATIF KASUS AIDS Heteroseksual Homo Biseksual IDU Transfusi Darah Transmisi Prenatal Tak Diketahui Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko tahun adalah sebagai berikut : Jumlah kumulatif kasus AIDS penyalahguna suntik (IDU) terus meningkat sampai dengan Tahun sebanyak. kasus. Tabel. Trend Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Tahun GOLONGAN UMUR < Tahun Tahun Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun 9 Tahun > Tahun Tak Diketahui KUMULATIF KASUS AIDS Sumber : Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan RI, Maret Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa trend jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umurtahun adalah sebagai berikut : Berdasarkan golongan umur, penderita AIDS terus meningkat di segala rentang usia, dengan kasus AIDS terbesar yaitu pada rentang usia 9 tahun, kemudian 9 tahun. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

176 BAB VI DATA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDERAN GELAP NARKOBA TAHUN (JANUARI JULI). Data Bidang Pencegahan. Di bidang pencegahan, diseminasi informasi melalui sosialisasi sejak bulan Januari sampai dengan Juli telah dilakukan. kegiatan dengan total peserta yang ikut 8. orang. Data menunjukkan bahwa BNNP Jawa Timur paling sering mengadakan sosialisai dengan jumlah kegiatan. kegiatan dengan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak. orang. Wilayah kedua yang juga banyak melakukan kegiatan sosialisasi adalah Provinsi Bali dengan kali kegiatan dan jumlah peserta 8. orang. Berikut sebarannya : GRAFIK SEBARAN PESERTA GIAT SOSIALISASI BIDANG PENCEGAHAN GRAFIK SEBARAN KEGIATAN SOSIALISASI BIDANG PENCEGAHAN BNNP JATIM BNNP BALI BNNP JABAR BNNP SULSEL BNNP JATENG BNNP KALSEL BNNP SULUT BNNP SULTENG BNNP JAMBI BNNP NTB BNNP DIY BNNP RIAU BNNP PAPUA BNNP SUMSEL BNNP KALTIM BNNP KALBAR BNNP ACEH BNNP GORONTALO BNNP BANTEN BNNP MALUT BNNP BENGKULU BNNP DKI BNNP SULBAR BNNP NTT BNNP PAPUA BARAT BNNP LAMPUNG BNNP BABEL BNN KALTARA BNN PUSAT BNNP MALUKU BNNP SUMBAR BNNP KALTENG BNNP JATIM BNNP BALI BNNP SULTENG BNNP JATENG BNNP JABAR BNNP KALSEL BNNP SULSEL BNNP SULUT BNNP JAMBI BNNP NTB BNNP RIAU BNNP PAPUA BNNP SUMSEL BNNP DIY BNNP BANTEN BNNP ACEH BNNP GORONTALO BNNP KALTIM BNNP MALUT BNNP KALBAR BNNP DKI BNNP LAMPUNG BNNP PAPUA BARAT BNNP NTT BNNP BENGKULU BNNP SULBAR BNNP SUMBAR BNNP KALTENG BNN KALTARA BNN PUSAT BNNP BABEL BNNP MALUKU Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

177 Pelaksanaan pencegahan melalui sosialisasi di wilayah banyak dilakukan oleh BNN Kabupaten/Kota, sebanyak. kegiatan dilaksanakan oleh BNN Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan tugas dari BNN Kabupaten/Kota yang menjadi satuan kerja BNN terkecil yang paling dekat dengan masyarakat sehingga sudah semestinya menyentuh semua lini di masyarakat. Peran BNN Provinsi juga ada dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan ini, dimana ditemukan. kegiatan telah dilaksanakan oleh BNN Provinsi. Jika dianalisa dari sasaran kegiatan, bahwasannya pelaksanaan kegiatan sosialisasi banyak dilakukan di lingkungan pendidikan. Sekitar % dari kegiatan sosialisasi dilaksanakan, dengan 8. orang pelajar/mahasiswa ikut dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Sangat baik ketika kebijakan giat sosialisasi bidang pencegahan banyak dilakukan di lingkungan pendidikan, karena upaya pencegahan memang harus dilakukan sedini mungkin. Seperti pembahasan analisa pada bidang pemberantasan di atas, bahwa bisnis narkoba telah melibatkan pelajar/mahasiswa, sehingga perlu upaya pencegahan di kalangan tersebut. GRAFIK SASARAN SOSIALISASI BID. PENCEGAHAN Institusi Pemerintah % Lingkungan Pendidikan % Institusi Swasta % Lingkungan Masyarakat % GRAFIK PESERTA BERDASARKAN SASARAN Lingkungan Pendidikan; 8 Institusi Pemerint ah; Institusi Swasta; Lingkungan Masyarakat; 88 Sumber : BNN, Pelaksanaan pencegahan melalui advokasi asistensi penguatan telah dilaksanakan sebanyak giat dengan jumlah peserta. orang. Provinsi yang paling sering melaksanakan advokasi asistensi adalah BNN Provinsi Sulawesi Utara dengan kali kegiatan dan jumlah peserta orang. Dari sabang sampai merauke hanya provinsi yang melaksanakan kegiatan advokasi asistensi sepanjang tahun ini. Jika dilihat dari jumlah peserta yang mengikuti giat asistensi provinsi Jawa Timur paling banyak pesertanya. Berikut sebarannya : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun

178 GRAFIK SEBARAN GIAT ASISTENSI BIDANG PENCEGAHAN BNNP SULUT GRAFIK SEBARAN PESERTA GIAT ASISTENSI BIDANG PENCEGAHAN BNNP KALSEL BNNP JATIM BNNP BALI 9 BNNP SUMSEL 8 BNNP RIAU BNNP SULTENG BNNP SUMUT 8 BNN PUSAT BNNP JATIM BNNP SULUT BNNP BALI BNNP SUMSEL BNNP KALSEL BNNP SUMUT BNNP SULTENG BNN PUSAT BNNP JAMBI BNNP JAMBI BNNP RIAU BNNP DIY BNNP GORONTALO 8 BNNP KALBAR BNNP BABEL BNNP GORONTALO BNNP DIY BNNP BABEL BNNP JABAR BNNP KALBAR BNNP JABAR BNNP SUMBAR BNNP SUMBAR BNNP JATENG BNN KALTARA BNNP KALTENG BNNP NTB BNN KALTARA BNNP ACEH BNNP MALUT BNNP ACEH BNNP MALUT BNNP NTB BNNP JATENG BNNP LAMPUNG BNNP KALTENG BNNP SULSEL BNNP LAMPUNG BNNP KEPRI BNNP SULSEL 8 BNNP KEPRI Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

179 Sasaran kegiatan asistensi bidang pencegahan ada dua yaitu : institusi pemerintah dan institusi swasta. Kegiatan asistensi pada institusi pemerintah lebih banyak dibandingkan dengan giat asistensi pada institusi swasta. Hal yang menarik dicermati alasan komposisi jumlah sasaran antara institusi pemerintah dengan intitusi swasta tidak imbang. Patut dikaji lebih lanjut program asistensi ini, bisa jadi asistensi banyak dilaksanakan di Berikut grafik komposisinya : GRAFIK PESERTA GIAT ASISTENSI BERDASARKAN SASARAN GRAFIK SASARAN GIAT ASISTENSI BID. PENCEGAHAN Institusi Swasta % Institusi Swasta; 9 Institusi Pemerintah; Institusi Pemerintah 99 8% Sumber : BNN, Dari total giat, pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis terkait bidang pencegahan di Indonesia paling banyak dilaksanakan oleh BNN Provinsi Jawa Timur. Dari seluruh provinsi yang ada hanya provinsi yang melaksanakan program ini dengan total peserta. orang. GRAFIK SEBARAN GIAT BIMTEK BIDANG PENCEGAHAN BNNP KALSEL BNNP MALUT BNNP DKI BNNP SULUT BNNP JAMBI BNNP RIAU BNNP SULSEL BNNP JATENG BNNP NTT BNNP BANTEN BNN PUSAT BNNP JABAR BNNP KALBAR 9 BNNP JATIM 9 8 jumlah peserta jumlah giat 8 Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

180 Hampir setengahnya sasaran kegiatan dilaksanakan kepada institusi pemerintah dan hanya % dilakukan di lingkungan pendidikan. Namun jika dilihat dari jumlah pesertanya, meskipun peserta institusi pemerintah paling banyak menarik dilihat jumlah peserta pada sasaran lingkungan pendidikan yang lebih banyak dibandingkan dengan peserta pada bimbingan teknis di lingkungan masyarakat dan institusi swasta. GRAFIK PESERTA BERDASARKAN SASARAN GRAFIK SASARAN GIAT Institusi BIMTEK Lingkungan Pendidikan Lingkungan Masyaraka t % Lingkungan Pendidikan % Pemerinta h % 8% Lingkungan Masyarakat % Institusi Swasta % Institusi Pemerintah % Institusi Swasta 9% Sumber : BNN, Dalam melaksanakan programnya bidang pencegahan melaksanakan giat membangun jejaring. Pada pelaksanaanya di tahun, tercatat kali kegiatan ini dengan jumlah total peserta. orang. Jika dilihat sebarannya perprovinsi maka ranking pertama banyak dilakukan oleh BNN Provinsi Jawa Timur, diikuti kemudian oleh BNN Provinsi Bali. SEBARAN GIAT MEMBANGUN JEJARING BIDANG PENCEGAHAN BNNP JATIM BNNP BALI BNN PUSAT BNNP KEPRI BNNP JATENG BNNP SULSEL BNNP RIAU BNNP DKI BNNP KALBAR BNNP GORONTALO BNNP KALTENG BNNP NTT BNNP BABEL BNNP BANTEN BNNP KALSEL BNNP SULUT BNNP PAPUA BARAT BNNP SULBAR BNNP JABAR BNNP BENGKULU 9 GRAFIK PESERTA GIAT MEMBANGUN JEJARING BNNP JATIM BNNP BALI BNNP DKI BNNP KALTENG BNNP SULSEL BNNP GORONTALO BNNP RIAU BNNP SULBAR BNN PUSAT BNNP BANTEN BNNP NTT BNNP JATENG BNNP KEPRI BNNP KALSEL BNNP BABEL BNNP BENGKULU BNNP KALBAR BNNP SULUT BNNP PAPUA BARAT BNNP JABAR Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

181 Pelaksanaan membangun jejaring hampir setengahnya dilakukan pada institusi pemerintah, dengan persentase jumlah peserta yang ikut dalam giat ini mencapai % dari total keseluruhan peserta giat yang mengikuti program ini. Pelaksanaan bimbingan teknis bidang pencegahan lebih banyak menyasar pada institusi pemerintah dikarenakan kebijakan public berada pada nya, sehingga diharapkan lebih banyak programprogram pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba dilaksanakan. Selain Institusi pemerintah bimbingan teknis juga banyak dilakukan pada lingkungan masyarakat, hal ini dimaksudkan agar segenap komponen masyarakat dapat turut serta melaksanakan programprogram pencegahan. GRAFIK PESENTASE SASARAN DAN PESERTS KEGIATAN MEMBANGUN JEJARING BIDANG PENCEGAHAN % 9% 8% % 9 % % 9 % % % % % GIAT PESERTA Institusi Pemerintah Institusi Swasta Lingkungan Masyarakat Lingkungan Pendidikan Sumber : BNN, Jika pada pembahasan sebelumnya pelaksanaan bidang Pencegahan dengan melaksanakan program asistensi terhadap institusi pemerintah dan institusi swasta. Maka program selanjutnya adalah program penguatan asistensi terhadap sasaran sebelumnya, dengan harapan sasaran tersebut tetap pada tujuan. Dengan penguatan asistensi juga diharapkan sasaran dapat meningkatkan perannya dalam melaksanakan program pencegahan. Program penguatan asistensi telah dilaksanakan sebanyak 9 kegiatan dengan jumlah peserta.98 orang. Sepanjang tahun data bulan Januari hingga Juli, terdata provinsi di Indonesia melaksanakan program penguatan asistensi ini. BNN Provinsi Sulawesi Utara dan BNN Provinsi Jawa Timur paling banyak melaksanakan giat ini. Namum jika disandingkan dengan jumlah peserta yang mengikuti kegitan tersebut, jumlah peserta pada BNN Provinsi Sulawesi Utara jauh lebih banyak ( orang) dibandingkan dengan jumlah BNN Provinsi Jawa Timur yang hanya 8 orang. Berikut sebarannya : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

182 GRAFIK GIAT GRAFIK PESERTA BNNP SULUT BNNP JATIM BNNP GORONTALO BNNP JABAR 8 BNNP KALSEL 8 BNNP JATENG BNNP SULUT BNNP JATIM 8 BNNP JABAR BNNP JATENG 9 BNNP KALSEL 8 BNNP RIAU BNNP JAMBI BNNP SULSEL BNNP SULSEL BNNP NTT 8 BNNP RIAU BNNP JAMBI 8 BNNP NTT BNNP MALUT BNNP PAPUA BNNP ACEH BNNP ACEH BNNP GORONTALO BNNP MALUT BNNP BALI BNNP KEPRI BNNP SULTENG BNNP SULTENG BNNP KEPRI BNNP BANTEN BNNP PAPUA BNNP BALI BNNP BANTEN BNNP BENGKULU BNNP SUMBAR BNNP SUMBAR BNNP KALTENG BNNP KALTENG BNN PUSAT BNN PUSAT BNNP BENGKULU Sumber : BNN, Jika dicermati dari komposisi banyaknya jumlah kegiatan penguatan asistensi berdasarkan pada sasaran, maka institusi pemerintah masih menjadi sasaran utama dari pelaksanaan giat tersebut. Berikut ini grafik persentasenya : % 9% 98 8 GIAT PESERTA 8% % % % % % % % % Institusi Pemerintah Institusi Swasta Lingkungan Masyarakat Lingkungan Pendidikan Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

183 RAPAT KOORDINASI (RAKOR) Kegiatan rapat koordinasi bidang pencegahan banyak dilaksanakan di wilayah Jawa Timur dengan jumlah 8 giat dari 88 giat Rakor di Indonesia terhitung bulan Januari s.d Juli. Berikut sebarannya di masingmasing propvinsi berikut jumlah pesertanya : PESERTA GIAT BNNP JATIM BNNP DKI BNNP SUMUT BNNP DIY BNNP KALSEL BNNP SULUT BNNP NTT BNNP BALI BNNP MALUT BNNP PAPUA BNNP JABAR BNNP ACEH BNNP GORONTALO BNNP SULSEL BNNP JAMBI BNNP BABEL BNNP JATENG BNNP PAPUA BARAT BNNP BENGKULU BNNP KALTIM BNNP NTB BNNP SULBAR BNNP SUMSEL BNNP SULTENG BNN PUSAT BNNP KALBAR BNNP KEPRI BNNP RIAU BNNP KALTENG BNNP SUMBAR BNNP LAMPUNG BNNP JATIM BNNP KALTIM 9 BNNP NTT BNNP KALSEL BNNP DIY 88 BNNP DKI BNNP SULUT BNNP BALI BNNP GORONTALO 9 BNNP JABAR BNNP MALUT 9 BNNP JAMBI BNNP SUMUT BNN PUSAT BNNP PAPUA 99 BNNP ACEH 8 BNNP NTB BNNP SULBAR BNNP BABEL 8 BNNP SULSEL BNNP PAPUA BARAT BNNP RIAU BNNP KALTENG BNNP KALBAR BNNP SULTENG BNNP JATENG BNNP BENGKULU BNNP KEPRI BNNP SUMSEL BNNP LAMPUNG BNNP SUMBAR Sumber : BNN, Komposisi jumlah giat dengan jumlah peserta kegiatan Rakor hampir berimbang persentasenya. Hanya pada persentase jumlah giat dengan sasaran institusi pemerintah dengan persentase pesertanya yang berbeda sedikit. Hal ini mungkin jumlah peserta yang ikut tidak signifikan jumlah pesertanya karena hanya pemangku kepentingan lah yang diundang pada acara tersebut. Berikut grafiknya : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

184 % 9% % % 98 % 8 % % % 9 GIAT PESERTA % % % Institusi Pemerintah Institusi Swasta Lingkungan Masyarakat Lingkungan Pendidikan Sumber : BNN, MEDIA CETAK Pelaksanaan kegiatan pencegahan melalui media cetak tidak hanya dilaksanakan pada media cetak nasional, namun juga dilaksanakan kepada media cetak lokal. Dari jumlah pelaksanaan pencegahan melalui media cetak di Indonesia sejak bulan Januari s.d Juli yaitu.8 giat, BNN Provinsi Jawa Timur paling banyak melaksanakanya dengan jumlah.8 giat. Angka tersebut seimbang jumlahnya jika dicermati media cetak yang disasar, dimana media cetak koran giat dan media cetak luar ruang giat. Secara umum sasaran media cetak koran lebih banyak dilakukan dibandingkan media cetak luar ruang. Hal ini dikarenakan efektifitas pada pelaksanaannya, dengan memberikan konten pencegahan kepada media cetak koran yang sampai dengan saat ini masih diminati masyarakat untuk membacanya. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

185 MEDIA CETAK KORAN BNNP JATIM 8 BNNP SULTENG BNNP BALI BNNP SUMSEL BNNP DIY BNNP KALSEL 8 BNNP JABAR BNNP KEPRI BNNP RIAU BNNP PAPUA BNNP BENGKULU BNNP KALBAR 8 BNNP SUMUT BNNP SULUT BNNP JATENG BNNP SUMBAR BNNP BABEL 8 BNNP PAPUA BNNP BANTEN BNNP KALTARA BNNP JAMBI BNNP DKI BNNP SULSEL BNNP NTT BNNP BNNP NTB BNNP SULBAR BNNP MALUT BNNP SULTRA BNNP ACEH BNNP LAMPUNG BNNP KALTIM Sumber : BNN, Selain media cetak, bidang pencegahan juga masih melakukan program pencegahan melalui media konvensional. Dari data yang ada pelaksanaan pencegahan melalui media konvensional paling banyak dilaksanakan oleh BNN Provinsi Jawa Timur dengan jumlah giat, kemudian posisi kedua dan ketiga BNN Provinsi Sumatera Utara dan BNN Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

186 Dari total giat pencegahan melalui media konvensional. giat, sasaran terbanyak adalah lingkungan masyarakat. Dari grafik di bawah ini sekitar % program pencegahan melalui media konvensional dilaksanakan. Melalui media konvensional ini dapat menjaring sebanyakbanyaknya masyarakat dalam memberikan informasi terkait pencegahan penyalahgunaan narkoba. GRAFIK SEBARAN MEDIA KONVENSIONAL BNNP JATIM BNNP JATENG BNNP JABAR BNNP KALSEL BNNP SULTENG BNNP SUMSEL BNNP SULTRA BNNP NTB BNNP KALTENG BNNP GORONTALO BNNP BALI BNNP PAPUA BNNP SUMBAR BNNP KALTIM BNNP SULBAR BNN PUSAT Sumber : BNN, MEDIA ONLINE Perkembangan teknologi tak luput dari pemanfaatannya termasuk pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba. Melalui media online kegiatan pencegahan diharapkan lebih efektif dan efisien. Dari data yang ada bahwasanya BNN secara total telah melaksanakan pencegahan melalui media online sebanyak 8 giat. Dan wilayah provinsi yang banyak memanfaatkan media online sebagai sarana pencegahan yaitu BNN Provinsi Jawa Timur, BNN Provinsi DIY, dan BNN Provinsi Kalimantan Selatan. Di bawah ini grafik sebarannya. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

187 Ditelaah lebih dalam bahwasannya media online dibagi menjadi sasaran, yaitu : ) Media Radio Streaming, ) Media Sosial, dan ) Media Web. Dari ketiga sasaran tersebut paling banyak melaui media website sebesar %, kemudian media sosial sebanyak 9%. Berikut ini grafiknya : GRAFIK SASARAN MEDIA ONLINE BNNP JATIM 88 BNNP DIY BNN PUSAT BNNP KALSEL BNNP KEPRI BNNP JABAR BNNP BALI BNNP SULTENG BNNP BENGKULU BNNP SULBAR BNNP PAPUA BNNP SUMUT 9 BNNP JATENG BNNP SULUT BNNP NTB BNNP SUMSEL BNNP RIAU BNNP BANTEN BNNP JAMBI BNNP SULSEL BNNP SUMBAR BNNP NTT BNNP DKI Sumber : BNN, Pelaksanaan pencegahan juga dilakukan melalui media penyiaran seperti televisi dan radio. Dari data yang ada BNN Provinsi Jawa Timur paling banyak melaksanakan kegiatan pencegahan melalui media penyiaran. Hampir % dari angka total. giat pencegahan melalui media penyiaran dilaksanakan oleh BNN Provinsi Jawa Timur. Media penyiaran melalui radio lebih banyak dilaksanakan oleh BNN Provinsi dibandingkan melalui televisi. Hal ini dikarenakan biaya pada media penyiaran radio relatif lebih murah jika dibandingkan dengan media penyiaran menggunakan televisi. Berikut ini grafikgrafik terkait media penyiaran : Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 8

188 GRAFIK SEBARAN MEDIA PENYIARAN BNNP JATIM BNNP KEPRI BNNP KALBAR BNNP SUMUT BNNP KALSEL BNNP JABAR BNNP JATENG BNNP BALI BNNP SULTENG BNNP RIAU BNNP SULUT BNNP JAMBI BNNP BENGKULU BNNP SUMSEL BNNP DIY BNNP SULSEL BNNP KALTIM BNNP NTT BNNP PAPUA BARAT BNNP MALUKU BNNP GORONTALO BNNP BANTEN BNNP DKI BNNP SULTRA BNNP SUMBAR BNNP NTB BNNP ACEH BNNP PAPUA BNNP MALUT BNNP KALTENG BNN KALTARA Sumber : BNN, Selain mediamedia di atas, bidang pencegahan juga melaksanakan giat pencegahan dengan memasang video throne pada wilayah provinsi di Indonesia. Data Januari s.d Juli diketahui bahwa terdapat kali konten videothrone di masukkan. Provinsi Jawa Timur paling aktif melaksanakan kegiatan pencegahan melalui videothrone sekitar 9% BNN Provinsi Jawa Timur aktif menggunkan videothrone sebagai media pencegahan BNNP SULUT BNNP PAPUA BARAT BNNP KALSEL BNNP JATIM Total BNNP BALI BNN PUSAT Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 88

189 b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Uji narkoba dilaksanakan BNN untuk menjaring pengguna yang ada di masyarakat juga berfungsi memantau peredaran narkoba. Dalam kurun waktu bulan ini, kegiatan uji narkoba telah mencapai.9 giat dengan melibatkan. orang peserta tes. Dari sekian ratus ribu orang yang dites, ternyata ditemukan orang yang positif memakai narkoba. Jumlah ini sangat sedikit sekali namun demikikan lah fakta datanya. Dari jumlah peserta tes yang positif pengguna 9% adalah lakilaki, sedangkan jumlah perempuan yang positif hanya %. Berikut ini grafiknya : POSITIF PEREMPUAN; PESERTA POSITIF; PESERTA NEGATIF; POSITIF LAKILAKI; 9 Sumber : BNN, Dari jenjang pendidikan peserta yang positif menyalahgunakan narkoba, 9% berlatar belakang pendidikan SLTA. Dan jika dicermati dari jenis pekerjaan bahwa pegawai swasta yang paling banyak terjaring pada program uji narkoba ini. Berikut grafik persentase sebarannya : JENJANG PENDIDIKAN SD % PT % SLTP % SLTA 9% SEBARAN MENURUT JENIS PEKERJAAN BURUH % WIRASWAS TA % SWASTA % MAHASISW A % PENGANG GURAN PELAJAR % % PNS 8% TNI % POLRI % Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 89

190 c. Data Bidang Rehabilitasi. Di bidang rehabilitasi jumlah pasien yang terdata sejak bulan Januari s.d Juli sebanyak 88 pasien. Dan sebarannya paling banyak di wilayah Kalimantan Selatan sebanyak pasien. Dilihat dari gendernya pasien rehabilitasi paling banyak adalah lakilaki, hanya % pasien perempuan. Berikut grafik sebarannya : BNNP KALSEL BNNP KALTENG BNNP JAMBI BNNP DIY BNNP NTB BNNP SUMSEL BNNP KEPRI BNNP JATIM BNNP KALBAR BNNP MALUKU BNNP MALUT BNNP JABAR BNNP PAPUA BNNP BALI BNNP SULSEL BNNP BANTEN BNNP ACEH BNNP BENGKULU BNNP DKI 9 BNNP SULTENG 9 LAKI LAKI PEREMPUAN Sumber : BNN, Jika dianalisis dari jenjang pendidikan pasien, paling banyak didominasi oleh mereka yang lulusan SLTA. Yang paling penting dicermati adalah ketika menganalisis berdasarkan jenis pekerjaan, bahwasanya pelajar adalah yang kedua terbanyak setelah pegawai swasta. Berikut ini grafikgrafik sebarannya : JENJANG PENDIDIKAN TIDAK SEKOLAH % PUTUS SEKOLAH % PT % WIRASWASTA % BURUH % TANI % SD % SLTA % SEBARAN BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN MAHASISWA % SWASTA % SLTP 9% TNI/POLRI % PNS % PELAJAR % PENGANGGURA N 9% Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

191 d. Data Bidang Pemberantasan. Sepanjang tahun dari Januari sampai dengan bulan Juli, jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap baik BNN Pusat, BNN Provinsi maupun BNN Kabupaten/Kota sebanyak kasus dengan jumlah terasangka 88 orang. Berikut grafik data kasus dan tersangka di tahun dan : GRAFIK PERBANDINGAN DATA KASUS DAN TERSANGKA TAHUN DENGAN (Januari s.d Juli) KASUS TERSANGKA Sumber : BNN, Meskipun belum dapat dianalisa perbedaanya di tahun dengan. Namun dapat diapresiasi pencapaian pengungkapan kasus sampai dengan bulan Juli oleh BNN bahwasanya sudah % dari pencapaian jumlah kasus di tahun. Jika dianalisa dari temuan barang buktinya diketahui bahwa kasus dengan barang bukti Shabu terbanyak ditemukan, diketahui ada 98 kasus dengan jumlah tersangka orang. Adapun barang bukti yang berhasil disita terbanyak jenis shabu berjumlah 9. gram. Jenis barang bukti yang banyak disita kedua adalah ekstasi dengan jumlah 8.9 butir diikuti barang bukti jenis ganja dengan jumlah. gram. Dapat dianalisa bahwasannya jenis narkoba shabu yang dikenal harga pasarnya cukup tinggi semakin diminati para penyalahguna narkoba.berikut ini grafik sebaran jumlah barang bukti yang berhasil disita BNN : GRAFIK JENIS BARANG BUKTI TERBANYAK DITEMUKAN EKSTASI SHABU 9. GANJA,9 BUTIR GRAM Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

192 Jika didalami data tersebut di atas, maka dapat dianalisa sebaran wilayah kasus narkoba terbanyak dilihat dari jumlah kasusnya. Wilayah yang paling banyak kasus narkobanya adalah BNN Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 8 kasus. Berikut ranking wilayah terawan berdasarkan jumlah kasus yang berhasil diungkap BNN : GRAFIK SEBARAN KASUS PER PROVINSI 8 SUMUT JATIM 9 KALTIM PUSAT BALI KEPRI RIAU KALSEL SULTENG KALTENG 9 JABAR 9 SUMSEL SULSEL JAMBI DKI DIY GORONTALO ACEH PAPUA KALBAR 9 Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

193 Dan dari jumlah barang bukti yang disita di masingmasing wilayah BNNP dapat di rangking untuk melihat sebaran konsumsi narkoba per provinsi. Berikut sebarannya : GRAFIK SEBARAN KASUS BERDASARKAN BARANG BUKTI SHABU PUSAT 8, DKI KEPRI 8, JATIM, RIAU 8,98 SULSEL 98,8 KALBAR 8, ACEH 8, JAMBI, SUMUT 9,9 DIY,9 KALSEL 9,9 BALI 88,9 KALTENG, SUMSEL 8, NTB 89,, KALTIM 9, SULBAR, GORONTALO, MALUT, SUMBAR, BENGKULU, BABEL, PAPUA, PAPUA BARAT 8, SULTRA, JABAR, Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

194 Dari grafik di atas diketahui bahwa kasus dengan barang bukti Shabu banyak ditemukan di provinsi DKI Jakarta. Dan jika dilihat dari barang bukti ganja ditemukan paling banyak kasus di provinsi Bali. Berikut ini grafik sebaranya : GRAFIK SEBARAN BARANG BUKTI GANJA BALI 9899,9 KEPRI 9, JATIM 8, PUSAT, DKI, SUMUT 8, SULSEL,98 KALTIM 8, SUMSEL, PAPUA, JAMBI, DIY, JABAR, BENGKULU,8 KALSEL,88 NTB, MALUT,,,,,,, Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

195 Sedangkan dari barang bukti ekstasi diketahui bahwa paling banyak ditemukan di provinsi Sumatera Utara. Ditemukan sebanyak.8 butir ekstasi pada kasuskasus di BNN Provinsi Sumatera Utara. Berikut grafik sebarannya : GRAFIK SEBARAN BARANG BUKTI EKSTASI SUMUT DKI JATIM BALI ACEH JAMBI 8, 88, 88,,,,,,,, 8, 8, Sumber : BNN, Menarik dicermati juga barang bukti lainnya berupa aset yang disita pada kasuskasus narkoba yang telah diungkap. Nilai total aset yang disita cukup banyak, jika ditaksir mencapai angka milyar rupiah. Berikut klasifikasinya : Tabel Aset Yang Disita pada Kasus Narkoba di BNN JENIS ASET BANGUNAN KENDARAAN MOBIL POLIS TANAH UANG NILAI ,8.. Sumber : BNN, Dari jumlah tersangka orang, orang lakilaki dan orang perempuan, dan orang merupakan warga negara asing. Tersangka terbanyak berasal dari wilayah BNNP Sumatera Utara dengan jumlah tersangka orang. Dari perannya tersangka banyak berperan sebagai distribusi/pengedar. Diketahui sebanyak % tersangka dan hanya % tersangka yang ditangkap merupakan produsen. Data ini menandakan bahwa BNN berhasil memutus jaringan pengedar penyalahgunaan narkoba. Wilayah yang ditemukan kasus dengan peran tersangkanya produsen ditemukan di BNN Privinsi Kepulauan Riau dengan data orang tersangka. Dari umur tersangka diketahui % berusia di atas tahun, dan yang menarik bahwa adanya keterlibatan anak usia 9 tahun. Meski angkanya tidak signifikan namun temuan ini patut menjadi perhatian, bahwasannya anakanak di bawah umur sudah dimanfaatkan untuk terlibat dalam bisnis narkoba. Dari data yang dimiliki diketahui bahwa kasus narkoba yang terjadi melibatkan pelajar/mahasiswa banyak di provinsi Sumatera Utara. Dibawah ini grafik sebaran tersangka berdasarkan peran dan umur tersangka. Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

196 GRAFIK SEBARAN TERSANGKA BERDASARKAN UMUR GRAFIK SEBARAN PERAN TERSANGKA KASUS NARKOBA KULTIVASI % PRODUKSI % < th % 9 th % KONSUMSI 8% th % > th % DISTRIBUSI % 9 th 8% Sumber : BNN, Latar belakang pekerjaan tersangka menarik untuk dicermati, dimana jumlah terbanyak tersangka sebenarnya berprofesi swasta dan wiraswasta mengalahkan angka pengangguran. Ini merupakan fenomena yang patut dikaji lebih dalam motivasi para tersangka yang sebenarnya telah memiliki pekerjaan sehingga tetap masuk dalam bisnis narkoba. Faktorfaktor yang patut diduga semisal pergaulan atau lingkungan yang membuat mereka ikut dalam bisnis tersebut ataukah pemenuhan gaya hidup yang semakin tinggi menuntut mereka untuk menghasilkan uang dengan cara cepat dan mudah. Profesi wiraswasta banyak ditemukan pada tersangka di provinsi Sumatera Utara sedangkan profesi pegawai swasta banyak ditemukan di Jawa Timur. Dan lagilagi patut dicermati peran tersangka yang masih pelajar dan mahasiswa, bahwasannya peredarannya telah sampai pada pemanfaatan mereka yang masih sangat muda. GRAFIK SEBARAN TERSANGKA BERDASARKAN PEKERJAAN BURUH % PELAJAR % PNS PENGANGGURAN % % MAHASISWA % TNI % POLRI % SWASTA % PETANI % WIRASWASTA % Sumber : BNN, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun 9

Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 Puslitdatin BNN

Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 Puslitdatin BNN Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 1 2 Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 3 4 Ringkasan Eksekutif Hasil Survei BNN Tahun 2016 Ringkasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Latar Belakang Tujuan Lokasi survei

Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Latar Belakang Tujuan Lokasi survei Title of the project Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Conducted by Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Supported/funded by

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL PERKEMBANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA PADA KELOMPOK PELAJAR/ MAHASISWA DI INDONESIA TAHUN 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

SURVEI NASIONAL PERKEMBANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA PADA KELOMPOK PELAJAR/ MAHASISWA DI INDONESIA TAHUN 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Daftar Isi Daftar Isi... i LATAR BELAKANG... 1 METODA SURVEI... 2 HASIL SURVEI... 3 Cakupan Sekolah dan Responden... 3 Reliabilitas Data... 3 Karakteristik Responden... 4 Angka Penyalahgunaan Narkoba...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Umum.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Umum. BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Pada era dekade terakhir ini penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba sudah menjadi ancaman serius bagi setiap negara, hal ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini seseorang cenderung mencari jati diri, memiliki rasa ingin tahu yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja VSP09-REMAJA [di Dalam Sekolah] SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja Kerjasama: Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan RAHASIA BLOK I. KETERANGAN RINGKAS Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu

Lebih terperinci

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Anak yang berhadapan dengan hukum menunjukkan bahwa situasi sulit yang dihadapi oleh anak tidak hanya disebabkan oleh tindakan orang per orang tetapi juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di

Lebih terperinci

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan PENDAHULUAN Secara umum Indonesia adalah negara dengan epidemi rendah, tetapi terkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit HIV/AIDS di ibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana yang tampak hanyalah puncaknya saja. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS yang tampak hanyalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia yang berumur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU 1 Tujuan Menentukan kecenderungan prevalensi HIV, Sifilis, Gonore, dan Klamidia di antara Populasi Paling Berisiko di beberapa kota di Indonesia. Menentukan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015

Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 PUSAT PENELITIAN DATA DAN INFORMASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2016 Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Sutjipto PKMK FK UGM Disampaikan pada Kursus Kebijakan HIV-AIDS 1 April 216 1 Landasan teori 2 1 EPIDEMIOLOGY (Definisi ) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005 VSP04-REMA JA SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005 Kerjasama: Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan dengan dukungan Program ASA/FHI USAID RAHASIA Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia dewasa ini, muncul kasus-kasus penyalahgunaan obat berbahaya dan narkotika yang efeknya sangat meresahkan masyarakat. Masalah ketergantungan obat berbahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba sebagai zat yang sangat diperlukan untuk pengobatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba sebagai zat yang sangat diperlukan untuk pengobatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Narkoba sebagai zat yang sangat diperlukan untuk pengobatan dalam pelayanan kesehatan seringkali disalahgunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F TINGKAT KEBIASAAN MENONTON BLUE FILM DENGAN FREKUENSI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia, tetapi

Lebih terperinci

JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA TAHUN 2014

JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA TAHUN 2014 JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA Sumber : Buku Jurnal Data P4GN Tahun 2014 Edisi Tahun 2015 *) Data Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Maret 2015 I. Data Kasus Tahun 2014 A. Jumlah Kasus Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari segi medis maupun psikologi sosial. Peredaran narkoba pada saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Putri Eka Hidayati, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran SCP Penasun 2010 1 Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: 1. Karakteristik Responden 2. Perilaku Akses ASS dan Perilaku Menyuntik 3. Perilaku Seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85%nya berada di negara berkembang. Remaja memiliki peranan yang sangat penting akan keberlangsungan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci