BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi digunakan sebagai alat untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan informasi. Karena itu kriptografi menjadi ilmu yang berkembang pesat, terbukti dengan banyaknya algoritma-algortima baru yang dianggap lebih unggul daripada pendahulunya. Ada beberapa definisi kriptografi yang telah dikemukakan dalam berbagai literatur. Salah satunya menyatakan bahwa kriptografi merupakan ilmu mengenai metode untuk mengirimkan pesan secara rahasia sehingga hanya penerima yang dituju saja yang dapat menghapus dan membaca pesan atau memahaminya (Mollin, 2007). Kriptografi juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan keamanan informasi, seperti kerahasian data, keabsahan data integritas data dan autentikasi data (Menezes, et al., 1996). 2.2 Manajemen Kunci Manajemen kunci sangat penting dalam kriptografi. Proses pembentukan kunci diharapkan harus benar-benar acak. Tujuannya untuk mempersulit kriptanalis memformulasikan kunci yang telah kita tentukan. Kromodimoeljo (2010) menyatakan bahwa untuk menghasilkan kunci secara acak, dapat digunakan aplikasi kriptografi random number generator. Aplikasi tersebut biasanya disediakan oleh operating system untuk pembuatan kunci. Namun aplikasi ini sebaiknya hanya digunakan jika random number generator yang ada cukup acak. Penggunaan algoritma enkripsi dan dekripsi yang baik sangat berperan dalam pengamanan pesan. Namun tidak hanya itu, proses pengiriman pesan dan pendistribusian kunci yang baik juga mendukung dalam meningkatkan keamanan. Dalam penelitian ini, kunci yang digunakan adalah kunci privat. Sehingga termasuk dalam kategori kunci simetris. Kunci simetris umumnya memiliki kelemahan. Salah 20

2 satunya adalah kunci harus didistribusikan pada jalur yang aman. Untuk mengatasi kelemahan tersebut. Penulis menggunakan skema Shamir s Three Pass Protocol dimana pendistribusian kunci tidak perlu dilakukan. Tiap entitas memiliki kunci yang hanya diketahui oleh pemilik kunci masing-masing. 2.3 Konsep Acak Pembangkit bilangan acak sangat cocok digunakan dalam kriptografi. Tujuannya agar tidak mudah diprediksi oleh pihak-pihak yang ingin memecahkan teknik pengamanan pesan yang dibangun. Pembangkit bilangan acak ini diharuskan lolos uji keacakan statistik dan harus tahan terhadap serangan yang serius (serangan untuk memprediksi bilangan acak yang dihasilkan) (Munir, 2006). Dalam kriptografi tidak diinginkan adanya korelasi antara naskah asli dengan naskah acak dan kunci dengan naskah acak. Hal ini bertujuan untuk mempersulit analisa seperti analisa frekuensi (frequency analysis) ataupun analisa lain seperti linear cryptanalysis (defferential cryptanalysis). Dalam penelitian ini pembangkit bilangan acak digunakan sebagai pembangkit kunci enkripsi. Pembangkit bilangan acak yang diperoleh menggunakan fungsi random yang disediakan oleh bahasa pemrograman yang digunakan. Bilangan acak yang digunakan dibatasi mulai dari angka 1 hingga 100. Bilangan acak tidak dimulai dari angka 0 disebabkan asumsi bahwa bilangan acak 0 memungkinkan terbentuknya kunci dalam bentuk matriks yang semua elemen matriksnya 0. Jika itu terjadi maka dipastikan bahwa determinan matriksnya 0. Artinya matriks tersebut tidak memenuhi syarat invers ( ). Angka 100 dipilih sebagai batasan bilangan yang diacak karena cakupan bilangan yang dapat dihasilkan dianggap sudah cukup bervariasi. 2.4 Algoritma Hill Cipher Hill Cipher yang merupakan polyalphabetic cipher dapat dikategorikan sebagai block cipher (Forouzan, 2008). Pesan teks yang diproses dibagi menjadi blokblok dengan ukuran tertentu. Setiap karakter dalam satu blok akan saling mempengaruhi karakter lainnya dalam proses enkripsi dan dekripsi, sehingga karakter yang sama tidak dipetakan menjadi karakter yang sama pula. Hill Cipher diciptakan oleh Lester Hill pada tahun 1929 (Stallings, 2003). Cipher (kode) yang sudah diperoleh tidak dapat dipecahkan menggunakan teknik 21

3 analisis frekuensi. Hill Cipher menggunakn perkalian matriks sebagai dasar enkripsi dan deskripsi. Oleh sebab itu, Hill Cipher tidak mengganti setiap abjad yang sama pada plainteks dengan abjad lainnya yang sama pada cipherteks. Jika kriptanalis hanya mengetahui cipherteks saja maka diperkirakan sulit untuk menemukan plainteks, namun jika kriptanalis memiliki berkas cipherteks dan potongan berkas plainteks maka teknik ini sangat mudah dipecahkan (Rojali, 2011) Plainteks pada Algoritma Hill Cipher Plainteks pada algoritma Hill Cipher dikelompokkan menjadi blok-blok plainteks. Matriks plainteks yang terbentuk dibagi dalam beberapa blok dengan ukuran matriks ordo,, ( ),. Sebelum membagi pesan teks menjadi deretan blok-blok matriks plainteks, pesan tersebut terlebih dahulu disubstitusikan ke dalam bentuk angka. Angka yang digunakan mulai dari masing-masing sehingga,, hingga. Jumlah blok-blok matriks disesuaikan dengan panjang plainteks yang dienkripsi. Misalkan ukuran matriks yang digunakan adalah matriks ordo. Maka elemen pada tiap blok-blok matriks berjumlah elemen, dimana tiap elemen diambil dari karakter plainteks. Jika jumlah plainteks kelipatan maka ditambahkan untuk melengkapi elemen matriks pada blok matriks yang terakhir. Untuk memberi pemahaman yang lebih jelas tentang pembentukan matriks plainteks, berikut diuraikan langkah-langkahnya: 1. Misalkan terdapat plainteks: 2. Substitusikan Plainteks ke dalam bentuk angka, maka: 3. Kelompokkan ke dalam bentuk matriks plainteks. Karena matriks kunci berukuran, maka plainteks dibagi menjadi blok yang masing-masing bloknya berukuran karakter: 22

4 Blok terakhir dari matriks plainteks berisi karakter dari plainteks. Maka ditambahkan karakter untuk melengkapi jumlah elemen matriks Kunci Enkripsi Hill Cipher Dasar dari teknik Hill Cipher adalah aritmatika modulo terhadap matriks. Dalam penerapannya, Hill Cipher menggunakan teknik perkalian matriks dan teknik invers matriks. Kunci pada Hill Cipher adalah matriks yang berukuran n x n dengan n merupakan ukuran blok (Widyanarko, 2007). Misalkan matriks kunci adalah, maka matriks adalah sebagai berikut : Keterangan: : Matriks kunci : Elemen matriks kunci Matriks yang menjadi kunci harus merupakan matriks yang invertible, yaitu matriks yang memiliki multiplicative inverse sehingga : Keterangan: : Kunci enkripsi Hill Cipher dalam bentuk matriks : Kunci dekripsi Hill Cipher dalam bentuk invers matriks Determinan Matriks Kunci yang digunakan dalam algoritma Hill Cipher harus memiliki invers. Hal itu dikarenakan matriks tersebut adalah kunci yang digunakan untuk melakukan 23

5 dekripsi (Mollin, 2007). Oleh karena matriks kunci harus memiliki invers matriks, maka syarat invers matriks juga harus dipenuhi. Sebuah matriks persegi dikatakan memiliki invers matriks jika dan hanya jika determinan matriksnya (Krantz, 2009) dan gcd determinan matriksnya (Mollin, 2007). Bird (2010) menjelaskan bahwa determinan matriks ordo dapat dicari dengan menentukan minor matriks. Elemen suatu Minor matriks ordo merupakan nilai dari determinan matriks ordo yang diperoleh dengan menutup baris dan kolom dimana elemen tersebut berada. bagaimana langkah-langkah mendapatkan determinan matriks : Berikut disajikan GCD(The Greatest Common Divisor) Sebuah matriks persegi dikatakan memiliki invers matriks jika dan hanya jika determinan matriksnya (Krantz, 2009) dan gcd determinan matriksnya 1 (Mollin, 2007). Berikut dijelaskan langkah menentukan gcd determinan suatu matriks: Keterangan: : The greatest common divisor / Faktor persekutuan terbesar (FPB) : Determinan matriks e : Modulo 24

6 Untuk mengetahui apakah determinan kunci adalah invertible maka dilakukan pengujian menggunakan GCD. GCD (23, 26) dapat ditentukan dengan menggunakan langkah sebagai berikut: 0, 1 adalah GCD (23, 26) Determinan dan dengan modulo, maka termasuk Invertible Matriks. Yaitu suatu matriks yang memiliki invers, dimana apabila dikalikan dengan maka akan menghasilkan matriks Identitas (Krantz, 2009). Keterangan: : Matriks K : Invers Matriks K : Matriks Identitas Adjoint Matriks Adjoin pada suatu matriks dapat diperoleh dengan cara menentukan Kofaktor dari matriks yang ada. Sementara untuk memperoleh kofaktor matriks, terlebih dahulu tentukan minor-minor matriks. Adjoin matriks merupakan transpose dari kofaktorkofaktor matriks, dimana kofaktor transpose diperoleh dengan cara mengubah posisi baris yang ada pada kofaktor menjadi berada di posisi kolom atau mengubah posisi kolom yang ada pada kofaktor menjadi posisi baris. Keterangan: : Adjoin matriks A : Kofaktor matriks yang telah ditranspose 25

7 Adjoin matriks dapat dicari dengan menggunakan beberapa langkah, berikut dijelaskan seperti di bawah ini: 1. Menentukan minor matriks Jika pada matriks K ordo elemen baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan, maka didapat matriks yang baru dengan ordo. Determinan matriks ordo yang baru diperoleh itulah yang disebut dengan minor, ditulis dengan simbol. Misalkan terdapat matriks A dengan ordo sbb: Maka minor matriks A untuk didapat dengan cara menghilangkan baris ke-1 dan kolom ke-1 pada matriks A di atas. Sisanya adalah elemen-elemen, sehingga adalah: Agar lebih memahami konsep minor dengan jelas, berikut diberikan contoh mencari minor matriks pada matriks

8 Dari perhitungan di atas, maka minor matriks adalah sebagai berikut: 2. Menentukan kofaktor matriks Tanda dari sebuah minor tergantung pada posisinya di dalam matriks. Berikut contohnya (Bird, 2010): Kofaktor dituliskan dengan simbol dibaca kofaktor baris ke-i dan kolom ke-j. Kofaktor dapat diselesaikan dengan menggunakan tanda minor seperti di atas atau dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini: Keterangan: : Kofaktor baris ke-i dan kolom ke-j pada matriks : Minor baris ke-i dan kolom ke-j pada matriks Agar lebih memahami konsep kofaktor dengan jelas, berikut diberikan contoh mencari kofaktor matriks pada matriks. 27

9 Dari perhitungan di atas, maka kofaktor matriks adalah sbb: 3. Adjoin Matriks Adjoin matriks adalah transpose dari matriks kofaktor yang diperoleh dengan mengubah posisi baris pada matriks kofaktor ke posisi kolom ataupun sebaliknya. Oleh karena itu, adjoin untuk matriks adalah : Teknik Invers Matriks Untuk menentukan invers dari suatu matriks khususnya matriks dengan ordo, kita dapat menggunakan rumus di bawah ini: Keterangan: : Invers matriks : Adjoin matriks : Determinan matriks 28

10 Dengan menggunakan rumus tersebut, maka invers dari matriks dapat diperoleh. Berikut penyelesaiannya: Dari penyelesaian di atas, maka invers matriks adalah: Teknik Invers Modulo Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari invers suatu matriks dapat digunakan Invers modulo. disebut invers dari apabila. Sedangkan ) dikatakan memiliki invers jika dan hanya jika dan relatif prima. Untuk lebih memahami teknik invers maka diberikan contoh untuk menentukan invers seperti di bawah ini: Tabel 1. Contoh Teknik Invers 29

11 Dari tabel di atas diketahui bahwa invers dari adalah 17. Hal tersebut dikarenakan hasil perhitungan dengan modulonya menghasilkan nilai 1. Artinya dan atau dan termasuk bilangan prima Teknik Enkripsi Secara matematis proses enkripsi pada algoritma Hill Cipher dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: (Widyanarko, 2007) Keterangan : : Cipherteks hasil enkripsi Hill Cipher : Kunci Hill Cipher dalam bentuk matriks : Plainteks atau pesan asli Berikut disajikan gambar yang menerangkan proses enkripsi pesan pada algoritma Hill Cipher: Gambar 1. Proses Enkripsi Hill Cipher 30

12 Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa proses enkripsi dimulai dari pesan pesan teks atau plainteks yang dikunci menggunakan kunci rahasia tertentu. Bentuk kunci dalam Hill Cipher adalah matriks yang invertible. Setelah pesan diamankan dengan proses enkripsi oleh pengirim pesan (Ani), selanjutnya pesan dikirim ke penerima (Budi). Untuk lebih memahami teknik enkripsi pada algoritma Hill Cipher, berikut dijelaskan dengan menggunakan enkripsi pesan dan kunci yang digunakan adalah kunci. atau Blok plainteks pertama: Maka cipherteks yang diperoleh adalah : Blok plainteks kedua: 31

13 Maka cipherteks yang diperoleh adalah : Sehingga dihasilkan cipherteks dari proses enkripsi sebagai berikut : Dari cipherteks yang dihasilkan terlihat bahwa Hill Cipher menghasilkan cipherteks yang tidak memiliki pola yang sama dengan plainteks asli Teknik Dekripsi Proses dekripsi pada Hill Cipher pada dasarnya sama dengan proses enkripsinya. Namun matriks kunci harus dibalik (invers) terlebih dahulu. 32

14 Gambar 2. Proses Dekripsi Hill Cipher Secara matematis, proses dekripsi pada Hill Cipher dapat diturunkan dari persamaan. (Widyanarko, 2007) Jadi persamaan proses dekripsi, yaitu (3) Dengan menggunakan kunci, maka proses dekripsi dilakukan dengan menggunakan matriks. Berikut penyelesainnya: Blok cipherteks pertama: Maka plainteks yang diperoleh adalah : 33

15 Blok cipherteks kedua: Maka plainteks yang diperoleh adalah : Sehingga dihasilkan plainteks dari proses dekripsi menjadi karena merupakan pelengkap blok matriks. 2.5 Shamir s Three-Pass Protocol Dalam kriptografi, Shamir s Three Pass Protocol (Three Pass Protocol) dalam pengiriman pesan merupakan suatu kerangka kerja yang memungkinkan satu pihak untuk aman mengirim pesan ke pihak kedua tanpa perlu untuk bertukar atau mendistribusikan kunci rahasia. Disebut dengan Shamir s Three Pass Protocol karena pengirim dan penerima pesan melakukan pertukaran sebanyak tiga tahap untuk mengenkripsi pesan tersebut. Shamir s Three Pass Protocol pertama kali dikembangkan oleh Adi Shamir pada sekitar tahun Konsep dasar Shamir s Three Pass Protocol adalah bahwa masing-masing pihak memiliki kunci enkripsi pribadi dan sebuah kunci dekripsi 34

16 pribadi. Kedua belah pihak menggunakan kunci mereka masing-masing untuk mengenkripsi pesan dan kemudian untuk mendekripsi pesan. Dalam hal ini pengirim disebut sebagai Ani dan penerima disebut sebagai Budi Skema Algoritma Shamir s Three Pass Protocol Berikut merupakan Skema dari Shamir s Three Pass Protocol: Pengirim Penerima Pengirim Penerima Gambar 3. Skema Shamir s Three-Pass Protocol Shamir s Three Pass Protocol bekerja dalam tiga tahap. Pertama Ani memilih sebuah kunci pribadi miliknya dan kunci dekripsi. Ani mengenkripsi pesan dengan kunci miliknya dan mengirimkan pesan terenkripsi tersebut untuk Budi. Tahap selanjutnya Budi memlilih sebuah kunci pribadi miliknya beserta kunci dekripsi. Budi mengenkripsi pesan pertama yang dikirim dengan kunci tersebut. Lalu mengirimkan kembali kepada Ani. Tahap akhir Ani mendekripsi pesan kedua (terenkripsi 2 kali) dengan kunci dekripsi miliknya. Lalu Ani mengirimkan kembali ke Budi. Budi kemudian dapat 35

17 membuka pesan tersebut dengan kunci dekripsi miliknya. Dengan demikian, antara Ani dan Budi tidak terjadi pertukaran atau pendistribusian kunci. Sehingga kerahasiaan kunci tetap terjaga. 2.6 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh banyak peneliti yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Widyanarko (2007) yang membahas mengenai dasar teori Hill Cipher, teknik kriptanalis yang dapat dilakukan untuk memecahkan Hill Cipher dan upaya dalam memodifikasi Hill Cipher. Modifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan algoritma kriptografi kunci simetris ini agar kriptanalis tidak dapat memecahkan kunci algoritma Hill Cipher. Perubahan dasar yang dilakukan adalah dengan menambah jumlah karakter dari 26 menjadi 29 karakter dengan penambahan karakter spasi, titik dan koma. Kanamori dan Yoo (2009), menggunakan protocol baru distribusi kunci tanpa pertukaran kunci di awal. Protocol tersebut dinamakan dengan Quantum Three Pass Protocol (QTPP). Protocol ini memanfaatkan keuntungan dari Shamir s Three Pass Protocol klasik dan keuntungan dari properti kuantum mekanik. Reza et al., (2012), skema Shamir s Three Pass Protocol diperkuat dengan algoritma Massey-Omura. Menggunakan logaritma diskrit dalam bidang terbatas. Algoritma Massey-Omura ini juga membutuhkan metode The Sieve of Eratosthenes untuk membantu membangkitkan bilangan prima, algoritma Euclidean GCD untuk mencari dua buah bilangan bulat yang relatif prima dan untuk proses enkripsi menggunakan algoritma Modulo Exponential yang berfungsi menghitung nilai perpangkatan modulo bilangan besar serta algoritma Modulo Invers untuk proses dekripsi. 2.7 Perbedaan Dengan Penelitian Lain Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, terdapat perbedaan dengan apa yang akan dilakukan oleh penulis. Dalam penelitian ini, penulis fokus pada proses pengamanan pesan dengan menggunakan algoritma Hill Cipher 36

18 yang merupakan algoritma kunci simetris. Sehingga diharapkan menghasilkan proses enkripsi yang cepat. Proses pengiriman pesan dilakukan menggunakan skema Shamir s Three Pass Protocol, sehingga proses pengamanan data tidak mengharuskan Ani dan Budi saling bertukar kunci. Hal tersebut diharapkan dapat menutupi kelemahan kunci simetris yaitu pada pengamanan kunci enkripsi dan dekripsi (Munir, 2006). Penelitian ini juga tidak hanya menggunakan Hill Cipher dan Shamir s Three Pass Protocol, tetapi juga memodifikasi cipherteks yang dihasilkan. Dengan demikian penyandian pesan semakin sulit dipecahkan oleh pihak-pihak yang tidak berhak. 2.8 Kontribusi Penelitian Penelitian ini memberi kontribusi kepada pemahaman kita tentang aspek penting keamanan pesan rahasia. Penggunaan kriptografi klasik seperti Hill Cipher sudah dianggap kurang baik dalam menjaga keamanan pesan. Melalui penelitian ini, penulis mencoba mempersulit algoritma Hill Cipher dengan menambahkan skema yang berbeda dalam pengiriman pesan. Sehingga dihasilkan pengamanan pesan yang sulit untuk dipecahkan. Pada umumnya proses pengiriman pesan selalu melakukan pertukaran kunci, tidak demikian pada skema Shamir s Three Pass Protocol. Pada skema tersebut pesan dikirim sebanyak 3 kali. Setiap entitas memiliki kunci masing - masing yang bisa saja berbeda. Penelitian ini juga akan melakukan uji serangan terhadap Hill Cipher pada Shamir s Three Pass Protocol dan menambahkan suatu teknik pengembangan. Dengan pengembangan tersebut diharapkan dapat mempersulit kriptanalis dalam memecahkan pesan. 37

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 20-27 20 Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi 1 Program Studi

Lebih terperinci

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Ivan Nugraha NIM : 13506073 rogram Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung E-mail: if16073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Hill Cipher & Vigenere Cipher

Hill Cipher & Vigenere Cipher Add your company slogan Hill Cipher & Vigenere Cipher Kriptografi - Week 4 Aisyatul Karima, 2012 LOGO Standar Kompetensi Pada akhir semester, mahasiswa menguasai pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring berkembangnya zaman, diikuti juga dengan perkembangan teknologi sampai saat ini, sebagian besar masyarakat melakukan pertukaran atau saling membagi informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kryptos yang artinya tersembunyi dan graphien yang artinya menulis, sehingga kriptografi merupakan metode

Lebih terperinci

STUDI DAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA SIMETRI VIGENERE CHIPPER BINNER DAN HILL CHIPPER BINNER Ivan Nugraha NIM :

STUDI DAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA SIMETRI VIGENERE CHIPPER BINNER DAN HILL CHIPPER BINNER Ivan Nugraha NIM : STUDI DAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA SIMETRI VIGENERE CHIPPER BINNER DAN HILL CHIPPER BINNER Ivan Nugraha NIM : 13506073 Abstrak Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringnya menggunakan media elektronik dalam mengirim atau tukar - menukar informasi dan data, menurut Hamir yang dikutip dari (http://bppt.go.id/, 2011) peluang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan pengamanan terhadap konten yang dikirim mungkin saja tidak aman, karena ketika dilakukan

Lebih terperinci

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA ABSTRAK ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA Makalah ini membahas tentang pengamanan pesan rahasia dengan menggunakan salah satu algoritma Kryptografi, yaitu algoritma ElGamal. Tingkat keamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah Dewi Sartika Ginting Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER

PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER Septi Maryanti 1), Abdul Rakhman 2), Suroso 3) 1),2),3) Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI HILL CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN OPERASI MATRIKS

KRIPTOGRAFI HILL CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN OPERASI MATRIKS KRIPTOGRAFI HILL CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN OPERASI MATRIKS Nikken Prima Puspita dan Nurdin Bahtiar Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto S.H. Semarang 5075 ABSTRAK. Diberikan matriks A berukuran

Lebih terperinci

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Catherine Pricilla-13514004 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah Landasan Teori

Latar Belakang Masalah Landasan Teori 1 Muhammad hasanudin hidayat 2 Entik insanudin E-mail:mhasanudinh@student.uinsgd.ac.id, insan@if.uinsgd.ac.id APLIKASI KRIPTOGRAFI DENGAN METODE HILL CHIPER BERBASIS DESKTOP. Banyak jenis algoritma atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya secret (rahasia), sedangkan gráphein artinya writing (tulisan), jadi kriptografi berarti secret

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Data Keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sebuah sistem informasi. Masalah keamanan sering kurang mendapat perhatian dari para perancang dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan teknologi Internet di dunia sudah berkembang pesat. Semua kalangan telah menikmati Internet. Bahkan, perkembangan teknologi Internet tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA HILL CIPHER DALAM PENYANDIAN DATA

IMPLEMENTASI ALGORITMA HILL CIPHER DALAM PENYANDIAN DATA IMPLEMENTASI ALGORITMA HILL CIPHER DALAM PENYANDIAN DATA Abdul Halim Hasugian Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Pos Medan http://www. stmik-budidarma.ac.id // Email :

Lebih terperinci

SUATU ALGORITMA KRIPTOGRAFI STREAM CIPHER BERDASARKAN FUNGSI CHAOS

SUATU ALGORITMA KRIPTOGRAFI STREAM CIPHER BERDASARKAN FUNGSI CHAOS SUATU ALGORITMA KRIPTOGRAFI STREAM CIPHER BERDASARKAN FUNGSI CHAOS Dwi Lestari Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: dwilestari@uny.ac.id Muhamad Zaki Riyanto Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL. Muhammad Rizal 1), Afdal 2)

PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL. Muhammad Rizal 1), Afdal 2) PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL Muhammad Rizal 1), Afdal 2) Program Studi Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara Jl. dr. Mansur No. 9 Padang Bulan, Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh seseorang yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk bidang komunikasi. Pada saat yang sama keuntungan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT KUNCI LINEAR FEEDBACK SHIFT REGISTER PADA ALGORITMA HILL CIPHER YANG DIMODIFIKASI MENGGUNAKAN CONVERT BETWEEN BASE

PEMBANGKIT KUNCI LINEAR FEEDBACK SHIFT REGISTER PADA ALGORITMA HILL CIPHER YANG DIMODIFIKASI MENGGUNAKAN CONVERT BETWEEN BASE PEMBANGKIT KUNCI LINEAR FEEDBACK SHIFT REGISTER PADA ALGORITMA HILL CIPHER YANG DIMODIFIKASI MENGGUNAKAN CONVERT BETWEEN BASE Srita Tania Bonita 1), Rini Marwati 2), Sumanang Muhtar Gozali 3) 1), 2), 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data

BAB I PENDAHULUAN. Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data dan informasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Apalagi dengan adanya fasilitas internet

Lebih terperinci

A-2 Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map dengan Pertukaran Kunci Stickel

A-2 Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map dengan Pertukaran Kunci Stickel SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 A-2 Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map dengan Pertukaran Kunci Stickel Afwah Nafyan Dauly 1, Yudha Al Afis 2, Aprilia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA 3.1 Sistem ASCII Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu Sistem ASCII sebagai system standar pengkodean dalam pertukaran informasi yaitu Sistem ASCII. Plainteks yang akan dienkripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keamanan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kerahasiaan informasi terutama yang berisi informasi sensitif yang hanya boleh diketahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti

Lebih terperinci

Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Micky Yudi Utama/514011 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha Bandung 402, Indonesia micky.yu@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini terjadi perkembangan yang pesat pada teknologi, salah satunya adalah telepon selular (ponsel). Mulai dari ponsel yang hanya bisa digunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI Ozzi Oriza Sardjito NIM 13503050 Program Studi Teknik Informatika, STEI Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, crypto dan graphia. Crypto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan)[10]. Beberapa

Lebih terperinci

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM:

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM: STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA Arief Latu Suseno NIM: 13505019 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher Muhammad Reza Ramadhan - 13514107 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan komputer di masa kini memungkinan kita untuk melakukan pengiriman pesan melalui jaringan komputer. Untuk menjaga kerahasiaan dan keutuhan pesan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi merupakan sebuah seni penyandian pesan dalam rangka mencapai tujuan keamanan dalam pertukaran informasi. 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal

Lebih terperinci

Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi

Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi Bab 2: Kriptografi Landasan Matematika Fungsi Misalkan A dan B adalah himpunan. Relasi f dari A ke B adalah sebuah fungsi apabila tiap elemen di A dihubungkan dengan tepat satu elemen di B. Fungsi juga

Lebih terperinci

Teknik Kriptografi Hill Cipher Menggunakan Matriks

Teknik Kriptografi Hill Cipher Menggunakan Matriks Teknik Kriptografi Hill Cipher Menggunakan Matriks Adam Rotal Yuliandaru - 13514091 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Bilangan Teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti sekalipun

Lebih terperinci

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE 3.1 SANDI VIGENERE Sandi Vigenere termasuk dalam kriptografi klasik dengan metode sandi polialfabetik sederhana, mengenkripsi sebuah plaintext

Lebih terperinci

Modifikasi Cipher Block Chaining (CBC) MAC dengan Penggunaan Vigenere Cipher, Pengubahan Mode Blok, dan Pembangkitan Kunci Berbeda untuk tiap Blok

Modifikasi Cipher Block Chaining (CBC) MAC dengan Penggunaan Vigenere Cipher, Pengubahan Mode Blok, dan Pembangkitan Kunci Berbeda untuk tiap Blok Modifikasi Cipher Block Chaining (CBC) MAC dengan Penggunaan Vigenere Cipher, Pengubahan Mode Blok, dan Pembangkitan Kunci Berbeda untuk tiap Blok Fatardhi Rizky Andhika 13508092 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

MODIFIKASI VIGÈNERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN MEKANISME CBC PADA PEMBANGKITAN KUNCI

MODIFIKASI VIGÈNERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN MEKANISME CBC PADA PEMBANGKITAN KUNCI MODIFIKASI VIGÈNERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN MEKANISME CBC PADA PEMBANGKITAN KUNCI Sibghatullah Mujaddid Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda BAB II DASAR TEORI Pada Bab II ini akan disajikan beberapa teori yang akan digunakan untuk membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda tangan digital yang meliputi: keterbagian

Lebih terperinci

Enkripsi dan Dekripsi Teks menggunakan Algoritma Hill Cipher dengan Kunci Matriks Persegi Panjang

Enkripsi dan Dekripsi Teks menggunakan Algoritma Hill Cipher dengan Kunci Matriks Persegi Panjang Jurnal Matematika Integratif ISSN 42-684 Volume 9 No, April 203, pp 39-5 Enkripsi dan Dekripsi eks menggunakan Algoritma Hill Cipher dengan Kunci Matriks Persegi Panjang Akik Hidayat, uty Alawiyah 2 )

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk BAB III ANALISIS Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses-prosesnya serta kebutuhan yang diperlukan agar dapat diusulkan suatu

Lebih terperinci

General Discussion. Bab 4

General Discussion. Bab 4 Bab 4 General Discussion 4.1 Pengantar Melindungi data maupun informasi dalam berkomunikasi merupakan tujuan seorang kriptografer. Segala bentuk upaya pihak ketiga (kriptanalisis) dalam menginterupsi transmisi

Lebih terperinci

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE Muhammad Fikry Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh e-mail: muh.fikry@unimal.ac.id Abstract Data merupakan aset yang paling berharga untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa yunani yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sewaktu seseorang menerima atau mengirim pesan, terdapat tiga buah persoalan yang sangat penting, yaitu kerahasian, autentifikasi, dan keutuhan. Kerahasian memberi

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Syaukani, (2003) yang berjudul Implementasi Sistem Kriptografi

Lebih terperinci

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Andreas Dwi Nugroho (13511051) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Tipe dan Mode Algoritma Simetri (Bagian 2)

Tipe dan Mode Algoritma Simetri (Bagian 2) Bahan Kuliah ke-10 IF5054 Kriptografi Tipe dan Mode Algoritma Simetri (Bagian 2) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 Rinaldi Munir IF5054

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi merupakan salah satu ilmu pengkodean pesan yang digunakan untuk meningkatkan keamanan dalam pengiriman pesan atau komunikasi data. Kriptografi penting

Lebih terperinci

Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T.

Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 9. Tipe dan Mode Algoritma Simetri 9.1 Pendahuluan Algoritma kriptografi (cipher) yang beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian kriptografi Kriptografi (Cryptography) berasal dari Bahasa Yunani. Menurut bahasanya, istilah tersebut terdiri dari kata kripto dan graphia. Kripto

Lebih terperinci

Proses enkripsi disetiap putarannya menggunakan fungsi linear yang memiliki bentuk umum seperti berikut : ( ) ( ) (3) ( ) ( ) ( )

Proses enkripsi disetiap putarannya menggunakan fungsi linear yang memiliki bentuk umum seperti berikut : ( ) ( ) (3) ( ) ( ) ( ) 1 Pendahuluan Penyadapan semakin marak terjadi belakangan ini Masalah ini semakin besar apabila konten yang disadap adalah informasi rahasia suatu negara Indonesia beberapa kali diberitakan disadap oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi atau Cryptography berasal dari kata kryptos yang artinya tersembunyi dan grafia yang artinya sesuatu yang tertulis (bahasa Yunani) sehingga kriptografi

Lebih terperinci

Modifikasi Nihilist Chiper

Modifikasi Nihilist Chiper Modifikasi Nihilist Chiper Fata Mukhlish 1 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail : if14084@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

MODIFIKASI VIGENERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SUBSTITUSI BERULANG PADA KUNCINYA

MODIFIKASI VIGENERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SUBSTITUSI BERULANG PADA KUNCINYA MODIFIKASI VIGENERE CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if15097@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8.1. Kriptografi Kriptografi memiliki arti sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari metodemetode pengiriman pesan dalam bentuk rahasia sehingga hanya pihak yang dituju saja yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Ditinjau dari segi terminologinya, kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu crypto yang berarti secret (rahasia) dan graphia yang berarti writing (tulisan).

Lebih terperinci

RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA

RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA Bella Ariska 1), Suroso 2), Jon Endri 3) 1),2),3 ) Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang File citra sebagai salah satu bentuk data digital saat ini banyak dipakai untuk menyimpan photo, gambar, ataupun hasil karya dalam format digital. Bila file-file tersebut

Lebih terperinci

TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN:

TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN: TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN: 0108038901 E-Mail: rivalryhondro@gmail.com Sejarah Singkat Hill Cipher ditemukan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Aspek keamanan merupakan salah satu faktor penting dalam proses pengiriman data. Dalam proses pengiriman data, data dapat saja diubah, disisipkan atau dihilangkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Nonnegative Matrix Factorization pada Kriptografi untuk Mengamankan Data Gambar

Pemanfaatan Nonnegative Matrix Factorization pada Kriptografi untuk Mengamankan Data Gambar Prosiding SNM 2014 Topik penelitian, hal. xx-xx. Pemanfaatan Nonnegative Matrix Factorization pada Kriptografi untuk Mengamankan Data Gambar INDRA BAYU MUKTYAS 1 1Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Secara Umum Menurut Richard Mollin (2003), Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya

Lebih terperinci

Studi dan Implementasi Algoritma Inverse Generator Cipher

Studi dan Implementasi Algoritma Inverse Generator Cipher Studi dan Implementasi Algoritma Inverse Generator Cipher Muhamad Fajrin Rasyid 1) 1) Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14055@students.if.itb.ac.id Abstract Vigenere Cipher

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN Mohamad Ray Rizaldy - 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Jawa Barat e-mail: if15073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Vigènere Cipher dengan Pembangkitan Kunci Menggunakan Bilangan Euler

Vigènere Cipher dengan Pembangkitan Kunci Menggunakan Bilangan Euler Vigènere Cipher dengan Pembangkitan Kunci Menggunakan Bilangan Euler Budi Satrio - 13504006 Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14006@studentsifitbacid Abstract Vigènere cipher

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher Nursyahrina - 13513060 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

APLIKASI MATRIKS INVERS TERGENERALISASI PADA DIFFIE-HELLMAN (DH) TUGAS AKHIR MIA FADILLA

APLIKASI MATRIKS INVERS TERGENERALISASI PADA DIFFIE-HELLMAN (DH) TUGAS AKHIR MIA FADILLA APLIKASI MATRIKS INVERS TERGENERALISASI PADA DIFFIE-HELLMAN DH TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh: MIA FADILLA 10854004415

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI KLASIK DENGAN METODE MODIFIKASI AFFINE CIPHER YANG DIPERKUATDENGANVIGENERE CIPHER

KRIPTOGRAFI KLASIK DENGAN METODE MODIFIKASI AFFINE CIPHER YANG DIPERKUATDENGANVIGENERE CIPHER Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 2 (2013), hal 87 92 KRIPTOGRAFI KLASIK DENGAN METODE MODIFIKASI AFFINE CIPHER YANG DIPERKUATDENGANVIGENERE CIPHER Juliadi, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

Cipher yang Tidak Dapat Dipecahkan (Unbreakable Cipher)

Cipher yang Tidak Dapat Dipecahkan (Unbreakable Cipher) Bahan Kuliah ke-6 IF5054 Kriptografi Cipher yang Tidak Dapat Dipecahkan (Unbreakable Cipher) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 6. Cipher

Lebih terperinci

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK Disusun Oleh : Beny Prasetyo ( 092410101045 ) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS JEMBER 2011 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Kriptografi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keamanan pengiriman data (komunikasi data yang aman) dipasang untuk mencegah pencurian, kerusakan, dan penyalahgunaan data yang terkirim melalui jaringan komputer.

Lebih terperinci

Algoritma RSA dan ElGamal

Algoritma RSA dan ElGamal Bahan Kuliah ke-15 IF5054 Kriptografi Algoritma RSA dan ElGamal Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 15.1 Pendahuluan 15. Algoritma RSA dan

Lebih terperinci

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. ::

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. :: Cryptography Lisa Anisah Lanisah16@gmail.com :: Abstrak Cryptography adalah suatu ilmu seni pengaman pesan yang dilakukan oleh cryptographer. Cryptanalysis adalah suatu ilmu membuka ciphertext dan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kemajuan teknologi informasi saat ini, semakin memudahkan para pelaku kejahatan komputer (cyber crime), atau yang sering disebut dengan istilah cracker,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberi pengaruh besar bagi segala aspek kehidupan. Begitu banyak manfaat teknologi tersebut yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Teknologi

Lebih terperinci

Tomy Satria Alasi Facebook/tomy.satria.alasi Ilmutomy.blogspot.com Ilmutomy.wordpress.com

Tomy Satria Alasi Facebook/tomy.satria.alasi Ilmutomy.blogspot.com Ilmutomy.wordpress.com Penerapan Hill Chiper pada Keamanan Pesan Teks Tomy Satria Alasi Facebook/tomy.satria.alasi Ilmutomy.blogspot.com Ilmutomy.wordpress.com Lisensi Dokumen: Copyright 2005-20015 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen

Lebih terperinci

METODE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ELGAMAL

METODE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ELGAMAL METODE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ELGAMAL Mukhammad Ifanto (13508110) Program Studi Informatika Institut Teknolgi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung e-mail: ifuntoo@yahoo.om ABSTRAK

Lebih terperinci

Modifikasi Ceasar Cipher menjadi Cipher Abjad-Majemuk dan Menambahkan Kunci berupa Barisan Bilangan

Modifikasi Ceasar Cipher menjadi Cipher Abjad-Majemuk dan Menambahkan Kunci berupa Barisan Bilangan Modifikasi Ceasar Cipher menjadi Cipher Abjad-Majemuk dan Menambahkan Kunci berupa Barisan Bilangan Ari Wardana / 135 06 065 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 17 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas dalam skripsi ini, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian

Lebih terperinci

Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit

Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit Nur Fadilah, EntikInsannudin Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jln. A.H.Nasution

Lebih terperinci

Modifikasi Vigenere Cipher dengan Enkripsi-Pembangkit Kunci Bergeser

Modifikasi Vigenere Cipher dengan Enkripsi-Pembangkit Kunci Bergeser Modifikasi Vigenere Cipher dengan Enkripsi-Pembangkit Kunci Bergeser Abstrak Anggrahita Bayu Sasmita, 13507021 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANDI HILL UNTUK PENYANDIAN CITRA

IMPLEMENTASI SANDI HILL UNTUK PENYANDIAN CITRA IMLEMENTASI SANDI HILL UNTUK PENYANDIAN CITRA (J.J. Siang, et al.) IMPLEMENTASI SANDI HILL UNTUK PENYANDIAN CITRA J. J. Siang Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta

Lebih terperinci

Teknik Konversi Berbagai Jenis Arsip ke Dalam bentuk Teks Terenkripsi

Teknik Konversi Berbagai Jenis Arsip ke Dalam bentuk Teks Terenkripsi Teknik Konversi Berbagai Jenis Arsip ke Dalam bentuk Teks Terenkripsi Dadan Ramdan Mangunpraja 1) 1) Jurusan Teknik Informatika, STEI ITB, Bandung, email: if14087@if.itb.ac.id Abstract Konversi berbagai

Lebih terperinci

Protokol Perjanjian Kunci Berdasarkan Masalah Konjugasi Pada Matriks Atas Lapangan Hingga

Protokol Perjanjian Kunci Berdasarkan Masalah Konjugasi Pada Matriks Atas Lapangan Hingga SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Protokol Perjanjian Kunci Berdasarkan Masalah Konjugasi Pada Matriks Atas Lapangan Hingga Agustin Rahayuningsih, M.Zaki Riyanto Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

PEMECAHAN SANDI KRIPTOGRAFI DENGAN MENGGABUNGKAN METODE HILL CIPHER DAN METODE CAESAR CIPHER

PEMECAHAN SANDI KRIPTOGRAFI DENGAN MENGGABUNGKAN METODE HILL CIPHER DAN METODE CAESAR CIPHER PEMECAHAN SANDI KRIPTOGRAFI DENGAN MENGGABUNGKAN METODE HILL CIPHER DAN METODE CAESAR CIPHER Indria Eka Wardani Jurusan Matematika, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan e-mail: arinds.080@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB Imam Ramadhan Hamzah Entik insanudin MT. e-mail : imamrh@student.uinsgd.ac.id Universitas Islam Negri Sunan

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Veren Iliana Kurniadi 13515078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci