Study Deskriptif Deteksi Dini Kaki Diabetisi Di Puskesmas Kabupaten Pekalongan
|
|
- Hengki Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Study Deskriptif Deteksi Dini Kaki Diabetisi Di Puskesmas Kabupaten Pekalongan Nuniek Nizmah Fajriyah STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Keywords: Kapalan; Kulit kaki retak Abstrak Pengelolaan kaki diabetes (KD) sudah dimulai saat seseorang dinyatakan atau didiagnosis diabetes melitus meski belum timbul luka, yang disebut dengan deteksi dini. Luka KD sebagai kelainan yang terjadi pada pasien diabetes karena adanya gangguan pembuluh darah kaki, gangguan persarafan, dan adanya infeksi akibat daya tahan tubuh yang menurun. Masalah tersebut dapat menimbulkan masalah kaki seperti kapalan (callus), kulit kaki retak (fissure) dan radang ibu jari kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deteksi dini kaki diabetetisi non ulkus yang mengikuti program pengelolaan penyakit kronis (Pronalis) di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Jumlah sampel 143 responden, tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Analisa data menggunakan univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kulit kering bersisik, tumit pecah-pecah, bulu rambut kaki menipis dan terdapat kalus pada kaki responden. Hasil penelitian ini sebagai masukan tenaga kesehatan kususnya perawat dalam upaya deteksi dini dan pencegahan kaki diabetik. 1. PENDAHULUAN Diabetes Melitus adalah masalah kesehatan yang serius di seluruh Dunia karena prevalensi yang meningkat cepat (Lewis et all, 2011 dalam Diani, 2013). Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperkalemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana, 2009 dalam Nurarif & Kusuma, 2015, h.188). Diabetes Melitus (DM) telah menjadi masalah kesehatan utama di dunia dengan angka kejadian dan kematian yang masih sangat tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) (2017) menyatakan bahwa angka kejadian diabetes melitus sebanyak 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun Pada tahun 2015 diabetes melitus merupakan penyakit mematikan ke-6 di dunia dengan angka 1,6 juta orang tiap tahunnya dalam 15 tahun terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis atau gejala sebanyak 2,1% dari keseluruhan penduduk. Prevalensi diabetes melitus di Jawa Tengah pada tahun 2015 menempati urutan ke-2 setelah penyakit hipertensi dengan persentase 18,33% atau sebanyak orang, diabetes melitus tipe 1 sebanyak orang dan diabetes melitus tipe 2 sebanyak orang. Prevalensi diabetes melitus tertinggi berada di Kabupaten Demak sebanyak orang, Kabupaten Klaten sebanyak 7.482, dan disusul Kabupaten Pati sebanyak orang (Dinkes Jateng, 2015). Sedangkan angka kejadian diabetes melitus di Wilayah Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan. Berdasarkan data 699
2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2016 ada sebanyak orang dengan diabetes melitus. Hal tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya mencapai orang dengan diabetes melitus. Prevalensi paling banyak di Puskesmas Kajen II sebanyak 211 orang, kemudian Puskesmas Karangdadap sebanyak 130 orang dan di Puskesmas Tirto I sebanyak 129 orang. (Dinkes Kab. Pekalongan, 2016). Pengelolaan kaki diabetes sudah dimulai saat seseorang dinyatakan atau didiagnosis diabetes melitus meski belum timbul luka, yang disebut dengan penyaringan atau deteksi dini (PERKENI, 2009 dalam Wardani, 2015). DM merupakan salah satu penyakit kronik yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti luka kaki diebetes. Luka kaki diabetes sebagai kelainan yang terjadi pada pasien DM karena adanya gangguan pembuluh darah kaki, gangguan persarafan, dan adanya infeksi akibat daya tahan tubuh yang menurun. Masalah tersebut dapat menimbulkan masalah kaki seperti kapalan (callus), kulit kaki retak (fissure) dan radang ibu jari kaki (Soegondo, 2013 dalam Yuliani, Sulaeha, Sukri & Yusuf, 2017). Dengan demikian, check up kaki diabetes adalah salah satu upaya penting dalam mendeteksi risiko. Alasan tersebut di atas menjadikan peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Studi deskriptif deteksi dini kaki diabetesi di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran deteksi dini kaki diabetesi di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. 2. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriftif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen dan dilaksanakan di Puskesmas Kabupaten Pekalongan yang memiliki peserta Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) terbanyak di Puskesmas Kabupaten Pekalongan yang diambil dari 4 (empat) Puskesmas. Sample yang digunakan adalah menggunakan metode accidental sampling.kriteria sample yang memenuhi syarat penelitian adalah pasien diabetes melitus type 2, peserta BPJS dan Prolanis yang tidak mengalami ulkus diabetik. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kulit Kaki Kering/ Bersisik Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kulit kaki yang kering/bersisik pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 1. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang Kering/Bersisik Kering/ Bersisik Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 94 65,7 Tidak 49 34,3 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden memiliki kulit kering/ bersisik sebanyak 94 orang (65,7%). Sedangkan responden yang kulitnya tidak kering/bersisik sebanyak 49 orang (34,3%). Kulit kering dapat terjadi sebagai akibat dari glukosa darah tinggi. Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh berusaha untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah dengan meningkatkan frekuensi buang air kecill. Kondisi Ini menyebabkan tubuh banyak kehilangan cairan yang menyebabkan kulit menjadi kering (Sustrani, 2006). Kulit kering juga dapat disebabkan oleh neuropati (kerusakan saraf) dengan mempengaruhi saraf-saraf yang mengontrol kelenjar keringat Disamping itu 700
3 neuropati pada diabetes menyebabkan penurunan atau tidak adanya keringat yang dapat menyebabkan kering, kulit pecah-pecah (Black dan Hawks, 2008). Kondisi ini dapat pula dipengaruhi oleh cuaca dingin, udara kering atau mandi air panas.adapun untuk mengurangi dan mencegah kulit kering sebaiknya diabetisi harus rutin mengontrol kadar glukosa gula darah dan diet rendah lemak serta memperbanyak air putih untuk mengganti cairan yang hilang Tumit Pecah-Pecah tumitnya pecah-pecah pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang Tumitnya Pecah-Pecah Tumit Pecah-Pecah Frekuensi (f) Persentase (%) Ya ,1 Tidak 27 18,9 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden memiliki tumit pecah-pecah sebanyak 116 orang (81,1%). Sedangkan responden yang tumitnya tidak pecah-pecah sebanyak 27 orang (18,9%). Perawatan kaki sangat penting pada penderita diabetes, agar kulit terutama pada tumit tidak pecah-pecah (Waluyo. S, 2009) Bulu Rambut Menipis bulu rambutnya menipis pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang Bulu Rambutnya Menipis Bulu Rambut Menipis Frekuensi (f)) Persentase (%) Ya Tidak Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden memiliki bulu rambut kaki menipis sebanyak 73 orang (51%). Sedangkan responden yang bulu rambut kakinya tidak menipis sebanyak 70 orang (49%). Bulu rambut menipis terjadi karena neuropati otonom yaitu kerusakan saraf yang mengatur bagian tubuh yang bekerjanya tidak disadari misalnya denyut jantung dan kelenjar keringat (Waluyo. S, 2009) Tinea Pedis mengalami tinea pedis pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang mengalami Tinea Pedis Tinea Pedis Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 19 13,3 Tidak ,7 701
4 kulit kakinya tidak mengalami tinea pedis sebanyak 124 orang (86,7%).Sedangkan responden yang kulit kakinya mengalami tinea pedis sebanyak 19 orang (13,3%). Perawatan kaki pada penderita diabetes adaloah untuk menghindari terjadinya infeksi pada kaki salah satunya adalah tinea pedis (Waluyo. S, 2009) Kalus mengalami kalus pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 5. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang Memiliki Kalus Kalus Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 71 49,7 Tidak 72 50,3 kulit kakinya tidak mempunyai kalus sebanyak 72 orang (50,3%). Sedangkan responden yang kulit kakinya mempunyai kalus sebanyak 71 orang (49,7%). Kalus adalah penebalan pada kulit telapak kaki akibat tekanan yang terjadi terusmenerus pada titik tertentu (Waluyo. S, 2009). Sedangkan menu rut Sutedjo (2010)kalus adalah penebalan kulit dan pengerasan pada bantalan telapak kaki atau sisi luar ibu jari kaki akibat gesekan dan tekanan yang lama, dalam bahasa Jawa disebut kapalen. Adapun cara penangan kalus adalah kalus dapat ditipiskan pelan-pelan menggunakan foot roep, jangan menggunakan pisau untuk menipiskan kalus ( Sitedjo, 2010). Sedangkan untuk pencegahan kalus gosok kaki dengan minyak perawatan kaki setiap hari untuk menjaga kaki tetap lunak dan tidak kering (Waluyo. S, 2009). (Waluyo. S, 2009) Corn mengalami corn pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Kabupaten Pekalongan, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang mengalami Corn Corn Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 22 15,4 Tidak ,6 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden kulit kakinya tidak mempunyai corn sebanyak 121 orang (84,6%).Sedangkan responden yang kulit kakinya mempunyai corn sebanyak 22 orang (15,4%). Corn adalah penebalan kulit pada punggung jari kaki akibat tekanan dan gesekanyang lama dan berlebihan, berbentuk bulat, keras dibagian tengahnya dan lunak di bagian tepinya, corn dapat ditipiskan dengan batu apung yang digosokkan perlahan dengan terlebih dahulu melembabkan corn menggunakan lotion kulit, corn tidak boleh ditipiskan menggunakan pisau untuk menghindari cidera pada kulit ( Sutedjo, 2010). Sedangkan untuk pencegahan kalus gosok kaki dengan 702
5 minyak perawatan kaki setiap hari untuk menjaga kaki tetap lunak dan tidak kering (Waluyo. S, 2009). (Waluyo. S, 2009) Hiperpigmentasi mengalami hiperpigmentasi pada pasien diabetes mellitus non ulkus di Puskesmas Tabel 7. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang mengalami Hiperpigmentasi Hiperpigmentasi Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 9 6,3 Tidak ,7 kulit kakinya tidak mempunyai hiperpigmentasi sebanyak 135 orang (93,7%). Sedangkan responden yang kulit kakinya mempunyai hiperpigmentasi sebanyak 9 orang (6,3%). Acanthosis Nigricans (hiperpigmentasi) merupakan salah satu lesi Kulit Non-Spesifik Pada Diabetes Melitus, Acanthosis Nigricans ditandai oleh adanya penebalan kulit seperti beludru yang berwarna kehitaman. Karakteristik dari acanthosis nigricans yaitu plak hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan terjadi simetris. Warna gelap adalah karena penebalan keratin yang mengandung epitel superfisial. Tinggi kadar plasma insulin diperkirakan untuk berkontribusi pada pengembangan acanthosis nigricans. Hal ini terjadi karena jumlah insulin yang tidak berikatan dengan reseptornya meningkat sehingga insulin banyak berikatan dengan reseptor yang mirip dengan reseptor insulin sehingga terjadi resistensi insulin, yang kemudian tumbuh jaringan baru yang menyebabkan penebalan kulit dan perubahan warna (hiperpigmentasi). Pengobatan yang paling efektif adalah perubahan gaya hidup. Penurunan berat badan dan olahraga dapat mengurangi resistensi insulin (Black, Hawks, 2008) Edema mengalami edema pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki yang mengalami Edema Edema Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 2 1,4 Tidak ,6 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden tidak memiliki edema sebanyak 141 orang (98,6%). Sedangkan responden yang memiliki edema sebanyak 2 orang (1,4%). Edema pada diabetisi dapat terjadi karena neuropati (berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat), sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah (Angiopaty) dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi (Black, Hawks, 2008) Kuku Kaki Menebal Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kuku kaki yang menebal pada pasien diabetes mellitus non ulkus di Puskesmas Kabupaten Pekalongan, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : 703
6 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keadaan Kulit Kaki Responden yang Menebal Menebal Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 54 37,8 Tidak 89 62,2 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden kuku kakinya tidak ada penebalan sebanyak 89 orang (62,2%). Sedangkan responden yang kuku kakinya mengalami penebalan sebanyak 54 orang (37,8). Penebalan pada kuku kaki diabetisi terjadi karena sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah (Angiopaty) dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi (Black, Hawks, 2008) Infeksi Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kuku kaki yang mengalami infeksi pada pasien diabetes mellitus non ulkus di Puskesmas Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keadaan Kuku Kaki Responden yang mengalami Infeksi Infeksi Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 6 4,2 Tidak ,8 kuku kakinya tidak mengalami infeksi sebanyak 137 orang (95,8%). Sedangkan responden yang kuku kakinya mengalami infeksi sebanyak 6 orang (4,2%). Kelainan pada kuku penderita diabetes melitus biasanya berupa oychomycosis dan paronikia biasanya ditemukan ditangan tapi juga dapat ditemukan pada kaki. Infeksi biasanya mulai pada daerah lateral kuku sebagai eritem, bengkak, dan terpisah antara pinggiran kuku ke bagian lateral kuku. Kemudian infeksi lebih lanjut memberikan gambaran pada kuku bagian proksimal dan memisahkan antara kutikula dan kuku. Adanya pelembab yang terperangkap pada celah-celah tadi mengakibatkan jamur tumbuh semakin pesat dan memperberat inflamasi yang terjadi (Black, Hawks, 2008) Perubahan Warna Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kuku kaki yang mengalami perubahan warna kuku pada pasien diabetes non ulkus di Puskesmas Tabel 11. Distribusi Frekuensi Keadaan Kuku Kaki Responden yang mengalami Perubahan Warna Kuku Perubahan Warna Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 14 9,8 Tidak ,2 kuku kakinya tidak mengalami perubahan warna kuku sebanyak 129 orang (90,2%). Sedangkan responden yang kuku kakinya mengalami perubahan sebanyak 14 orang (9,8%). Terjadinya perubahan kuku pada penderita diabetes ini berhubungan dengan produk akhir dari glikosilasi, atau berhubungan 704
7 dengan gangguan mikrosirkulasi ke kuku dan matriks kuku (Black, Hawks, 2008) Rapuh Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kuku kaki yang rapuh pada pasien diabetes mellitus non ulkus di Puskesmas Kabupaten Pekalongan, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 12. Distribusi Frekuensi Keadaan Kuku Kaki Responden Yang Rapuh Rapuh Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 27 18,9 Tidak ,1 kuku kakinya tidak rapuh sebanyak 116 orang (81,1%). Sedangkan responden yang kuku kakinya rapuh sebanyak 27 orang (18,9%). Kuku yang rapuh pada penderita diabetes gangguan mikrosirkulasi ke kuku dan matriks kuku (Black, Hawks, 2008) Atrofi Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan kuku kaki yang mengalami atrofi pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 13. Distribusi Frekuensi Keadaan Kuku Kaki Responden Yang Mengalami Atrofi Atrofi Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 10 7 Tidak kuku kakinya tidak mengalami atrofi sebanyak 133 orang (93%). Sedangkan responden yang kuku kakinya mengalami atrofi sebanyak 10 orang (7%). Atopfi Kuku yang rapuh pada penderita diabetes gangguan mikrosirkulasi ke kuku dan matriks kuku (Black, Hawks, 2008) Telapak Kaki Hallux Vagus Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan telapak kaki yang mengalami hallux vagus pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 14. Distribusi Frekuensi Keadaan Telapak Kaki Responden Yang Mengalami Hallux Vagus Hallux Vagus Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 5 3,5 Tidak ,5 telapak kakinya tidak mengalami hallux vagus sebanyak 138 orang (96,5%). Sedangkan responden yang telapak kakinya mengalami hallux vagus sebanyak 5 orang (3,5%). Neuropati motorik mempengaruhi semua otot, mengakibatkan 705
8 penonjolan abnormal tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas seperti hammer toe, claw toe dan hallux vagus. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus (Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E, 2010) Charcot Foot Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan telapak kaki yang mengalami charcot foot pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 15. Distribusi Frekuensi Keadaan Telapak Kaki Responden Yang Mengalami Charcot Foot Charcot Foot Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 2 1,4 Tidak ,6 telapak kakinya tidak mengalami charcot foot sebanyak 141 orang (98,6%). Sedangkan responden yang telapak kakinya mengalami charcot foot sebanyak 2 orang (1,4%). Charcot Foot adalah komplikasi pada sendi kaki yang menebal. Biasanya diawali dengan cedera kaki misalnya kaki terkilir, karena saraf perasa sudah terganggu, maka penderita tidak merasa sakit (Waluyo. S, 2009) Jari Kaki Hammaer Toe Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan jari kaki yang mengalami hammaer toe pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 16. Distribusi Frekuensi Keadaan Jari Kaki Responden Yang Mengalami Hammaer Toe Hammaer Toe Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 1 0,7 Tidak ,3 Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden jari kakinya tidak mengalami hammaer toe sebanyak 142 orang (99,3%). Sedangkan responden yang jari kakinya mengalami hammaer toe sebanyak 1 orang (0,7%). Adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki seperti martil (hammer toe). Kejadian ini dapat juga disebabkan adanya kelainan anatomik yang dapat menimbulkan titik tekan abnormal pada kaki (Black, Hawks, 2008) Claw Toe Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan jari kaki yang mengalami claw toe pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas 706
9 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Keadaan Jari Kaki Responden Yang Mengalami Claw Toe Claw Toe Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 1 0,7 Tidak ,3 jari kakinya kakinya tidak mengalami claw toe sebanyak 142 orang (99,3%). Sedangkan responden yang jari mengalami claw toe sebanyak 1 orang (0,7%). Neuropati motorik mempengaruhi semua otot, mengakibatkan penonjolan abnormal tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas seperti hammer toe, claw toe dan hallux vagus. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus (Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E, 2010). Neuropati motorik mempengaruhi semua otot, mengakibatkan penonjolan abnormal tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas seperti hammer toe, claw toe dan hallux vagus. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus (Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E, 2010) Hiperekstensi Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan jari kaki yang mengalami hiperekstensi pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas Tabel 18. Distribusi Frekuensi Keadaan Jari Kaki Responden Yang Mengalami Hiperekstensi Hiperekstensi Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 1 0,7 Tidak ,3 jari kakinyatidak mengalami hiperekstensi sebanyak 142 orang (99,3%).Sedangkan responden yang jari mengalami hiperekstensi sebanyak 1 orang (0,7%). Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot) dapat mengakibatkan pengecilan (atrofi) otot interosseus pada kaki. Akibat lanjut dari keadaan ini terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi perubahan bentuk (deformitas) pada kaki seperti jari menekuk (cock up toes), bergesernya sendi (luksasi) pada sendi kaki depan (metatarsofalangeal) dan terjadi penipisan bantalan lemak di bawah daerah pangkal jari kaki (kaput metatarsal). Hal ini menyebabkan adanya perluasan daerah yang mengalami penekanan, terutama di bawah kaput metatarsal (Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E, 2010) Maserasi Interdigital Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang keadaan jari kaki yang mengalami maserasi interdigital pada pasien diabetes melitus non ulkus di Puskesmas 707
10 Tabel 19. Distribusi Frekuensi Keadaan Jari Kaki Responden Yang Mengalami Maserasi Interdigital Maserasi Interdigital Frekuensi % Ya 0 0 Tidak Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh data sebagian besar responden jari kakinya tidak mengalami maserasi interdigital sebanyak 143 orang (100%). Gangguan atau kerusakan pada kulit berupa luka tidak terjadi pada responden karena semua responden tanpa ulkus atau luka diabetik. 4. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kulit kering bersisik, tumit pecah-pecah, bulu rambut kaki menipis dan terdapat kalus pada kaki responden. Hasil penelitian ini sebagai masukan tenaga kesehatan kususnya perawat dalam upaya deteksi dini dan pencegahan kaki diabetik. REFERENSI Bertalina, & Purnama. (2016). Hubungan Lama Sakit, P engetahuan, Motivasi Pasien dan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan. vol.7, no.2. (hh ) Black, Hawks. (2008). Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi Bahasa Indonesia. Singapura: Elsevier Diani, N. (2013). Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki Pada klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Depok. Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. (2016). DINKES Kabupaten Pekalongan. Laporan Penyakit Tidak Menular, data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Kasus Baru Penyakit Tidak Menular di Puskesmas dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah. DDINKES Prov. Jateng Mahendra, dkk. (2008). Care your self diabetes mellitus. Jakarta: Penebar Plus NN Fajriyah, N. Aktifah, F Faradisi. (2017). Karakteristik pasien diabetes non ulkus yang mengikuti program pengelolaan penyakit kronis. Profesi (Profesional Islami): Media Publikasi Penelitian15 (1), 33 (2017). Hubungan lam a sakit diabetes mellitus dengan pengetahuan perawatan kaki pada pasien diabetes non ulkus. Urecol Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Sundari, A., Aulawi, K., harjanto, D. ( 2009). Gambaran Tingkat pengetahuan tentang Ulkus Diabetik dan Perawatan Kaki Pada pasien Diabetes mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK), 4 (3). Sustrani, dkk. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sutedjo. A. Y. (2010). 5 Strategi pe nderita diabetes mellitus berusia panjang. Yogyakarta: Kanisius 708
11 Suyono, Slamet dkk.2009.penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Tellechea A, Leal E, Veves A, Carvalho E. Inflammatory and angiogenic abnormalities in diabetic wound healing: Role of neuropeptides and therapeutic perspective. The Open Circulation and Vascular 2010;3: Waluyo. S. (2009). 100 Questions & Answer : Diabetes. Jakarta: Gramedia Wardani, S.R. (2015). Gambaran Pengetahuan Tentang Pencegahan Luka D M Pada Anggota Keluarga Pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Ciputat Timur. Jurnal Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. World Health Organization. (2017). The Top 10 Causes of Death, diakses pada tanggal 2 Februari 2017 di Yuliani, K., Sulaeha, Sukri, S., & Yusuf, S. (2017). Check Up Diabetik Foot, Deteksi Dini Risiko Luka Kaki Diabetes Pada pasien Diabetes Mellitus di Makasar : Uji Sensitivitas dan Spesifitas. Hasanuddin Student Journal. Vol.1, no
Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)
Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus (Studi Awal) Nuniek Nizmah Fajriyah1, Nurul Aktifa2, Firman Faradisi3 email : nuniek_pkj@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
Lebih terperinciMUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK NON ULKUS TERHADAP KEMAMPUAN DIABETISI DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya
Lebih terperinci*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten
HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang
Lebih terperinciEfektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering
Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciEfek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes. Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes
Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes Tahukah anda bahwa selain efek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciObat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi
Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri-ciri adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan penanganan yang tepat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu
Lebih terperinciObat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati
Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati Berbagai Jenis Neuropati Serta Cara Menanganinya Dengan Obat Penyakit Diabetes Kerusakan saraf akibat diabetes disebut diabetic neuropathy. Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya karbohidrat (Price, 2006). Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung meningkat jumlahnya penyebab kesakitan dan kematian. Penyakit ini di tandai dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, akibat penyakit metabolik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinci2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.
BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang tandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang diikuti oleh komplikasi mikrovaskuler.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekeresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya, bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat resistensi insulin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H
HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan keluarga. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah pasien DM pada tahun 2015 telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat diharapkan mengetahui risiko dan pencegahan dari penyakit DM, pengetahuan keluarga tentang risiko DM yang baik contohnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciSkripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DENGAN MOTIVASI DALAM MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini Diabetes Melitus (DM) sudah menjadi penyakit yang diderita segala lapisan masyarakat. DM merupakan suatu kondisi abnormal pada proses metabolisme karbohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemi)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di seluruh dunia dan terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan.menurut Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Health Organisation (WHO) mendefinisikan diabetes melitus (DM) sebagai penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
72 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinci