BAB I PENDAHULUAN. menjinakkan emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif. menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menjinakkan emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif. menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk menjinakkan emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif. Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan didorong oleh emosi, dalam arti bagaimana yang bersangkutan dapat menjadi begitu rasional di suatu saat dan menjadi begitu tidak rasional pada saat yang lain. Dengan demikian, emosi mempunyai nalar dan logikanya sendiri. Tidak setiap orang dapat memberikan respon yang sama terhadap kecenderungan emosinya. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi. 1 Dalam Islam, kecerdasan emosional merupakan bagian dari khazanah lama yang terpendam. Hadirnya buku karangan Muhammad Utsman Najati yang mengupas tentang emosi dan spiritualitas membuktikan bahwa masalah EQ dan SQ menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Sulit dipungkiri bahwa walaupun keduanya menjadi bagian wacana Islam, tetapi masih jarang yang mengemasnya secara ilmiah, sebagaimana di kembangkan oleh Barat. Buku Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi karangan M. Utsman 1 M. Darwis Hude, Emosi, Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Alquran (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. viii-ix. 1

2 2 Najati berusaha mengupas secara lebih sistematis dengan merujuk pada sunah Nabi. 2 Menurut Utsman Najati, kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu dalam mengelola emosi dengan menyeimbangkan aspek jasmani dan rohani. Banyak para ahli psikologi berpandangan bahwa kecerdasan emosional hanya berkaitan dengan kemampuan beradaptasi manusia. Tidak satupun memberikan perhatian pada aspek ruh manusia. Sikap sebagian besar psikolog yang mengabaikan aspek ruh manusia dalam kajian mereka tentang kepribadian dan kesehatan jiwa, disebabkan oleh pengertian pikiran, yang hanya amenjadikan rasionalitas dan pengalaman empiris sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Dengan kata lain kebutuhan mental tak lebih dari sebatas kebutuhan biologis manusia. Padahal manusia, seperti diakui mereka adalah makhluk jasmani dan ruhani sekaligus. Kedua kebutuhan ini harus dipenuhi secara seimbang. 3 Kecerdasan emosional juga merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dengan pendidikan Islam. Dalam proses pendidikan, pelaku pendidikan tidak lepas dari interaksi sosial, baik antara pendidik dengan pendidik lain, pendidik dengan peserta didiknya, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dalam melakukan proses interaksi dengan lingkungannya dapat dipastikan pernah mengalami saat-saat di mana ia merasa sangat marah, jengkel, muak terhadap perlakuan orang yang dinilainya tidak 2 M. Utsman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, terjemahan Irfan Salim, Cetakan ke-iii (Jakarta: Hikmah, 2002), hlm.vii-viii. 3 Ibid., hlm.3-4.

3 3 adil, tidak pantas, atau tidak pada tempatnya. Pada saat yang lain, ia merasa bahagia, tenteram, atau puas berkat adanya faktor-faktor tertentu yang membuatnya demikian. Tidak jarang peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadikannya menangis tersedu-sedu, muka pucat pasi atau merah padam, nada bicaranya terputus-putus, bergetar seluruh tubuhnya, melompat kegirangan, berteriak, membanting pintu,atau ekspresi lain yang dapat dikenali. Bahkan, sering dilaporkan ada orang yang mudah pingsan ketika merespon sesuatu, misalnya mendengar warta kematian salah seorang anggota keluarga yang amat dicintai, atau pertemuan dua anggota keluarga yang telah lama sekali berpisah tanpa kabar. Hal ini tidak lain dipicu oleh kadar emosi yang teramat mendalam dan meluap-luap. 4 Berbicara mengenai pelaku pendidikan (pendidik dan peserta didik), kita sering mendengar dan melihat sendiri banyak diantara orang yang telah mengalami banyak proses belajar dan bertambah ilmunya, masih saja senang dipuji orang lain. Senang dipuji yang dimaksud di sini adalah orang yang ketika dipuji merasa bangga dan merasa dirinya sudah serba ketercukupan, merasa dirinya sudah segalanya dan tidak memerlukan terhadap yang lainnya. Kemudian ketika dihadapkan dengan orang lain yang tidak sependapat dengan dirinya, sering menampakkan amarahnya, merasa bahwa dirinya lebih baik dari pada orang lain. Hal semacam itu merupakan bukti dari rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki orang tersebut. Hal ini tentunya jika dibiarkan berlarut-larut dan jika semakin meluap-luap tentunya akan menjadi 4 M. Darwis Hude, op.cit., hlm

4 4 pemicu dari tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan perilaku orang yang berpendidikan, apalagi pendidikan yang ditempuhnya adalah pendidikan Islam yang seharusnya senantiasa menunjukkan perilaku terpuji yang disebut dengan akhlak. Contohnya saja orang yang senang dipuji orang lain akan merasa hebat dan akhirnya merasa sombong, hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kemudian ketika orang itu jadi pemarah dan ketika amarahnya meluap-luap, orang tersebut akan menampakkan perilaku-perilaku tidak terpuji lainnya seperti mencaci maki orang lain dan sebagainya. Hal tersebut juga tentunya sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai pemikiran M. Utsman Najati tentang Kecerdasan Emosional dan bagaimana relevansi teori tersebut dengan berbagai aspek dalam Pendidikan Islam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis sebuah skripsi dengan judul: Konsep Kecerdasan Emosional Menurut M. Utsman Najati dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep kecerdasan emosional menurut M. Utsman Najati? 2. Bagaimana kecerdasan emosional dalam pendidikan Islam? 3. Bagaimana relevansi antara konsep kecerdasan emosional menurut M. Utsman Najati dengan pendidikan Islam?

5 5 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk memahami konsep kecerdasan emosional menurut M. Utsman Najati dan konsep kecerdasan emosional dalam pendidikan Islam. 2. Untuk mengetahui relevansi antara konsep kecerdasan emosional menurut M. Utsman Najati dengan pendidikan Islam. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini sekiranya dapat memberikan sumbangan untuk menambah wawasan keilmuan dan dapat memberikan manfaat pada kajian serta pengembangan ilmu pendidikan yaitu sebagai acuan penelitian yang lebih luas. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang bagaimana pengendalian emosi dalam diri sehingga terhindar dari pengaruh buruk dari masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan yang memancing emosi menjadi liar. b. Bagi Pendidik Memberi gambaran kepada pendidik akan pentingnya kecerdasan emosi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik,

6 6 tidak terpancing pada emosi yang meluap-luap sehingga terhindar dari gagalnya suatu proses pendidikan. c. Bagi Peserta Didik Peserta didik dapat mengambil pelajaran dalam pengendalian emosi untuk bisa tetap tenang ketika dihadapkan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh para gurunya yang sering kali membuatnya menjadi tertekan. Dengan pengendalian emosi berupa takut, cemas, dan yang lainnya diharapkan dapat mengurangi tekanan-tekanan tersebut. d. Bagi Pembaca pada Umumnya Menambah wawasan mengenai konsep kecerdasan emosi menurut M. Utsman Najati sehingga menjadi landasan dalam mengendalian emosi diri khususnya sebagai insan yang berpendidikan Islam karena kecerdasan emosional menurut Utsman erat kaitannya dengan dimensi spiritual. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi, dan pengaruh yang manusiawi. 5 5 Robert K. Cooper dan Anyman Sawaf, Executive EQ Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi, terjemahan Alex Tri Kantjono Wdodo, Cetakan ke-2 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. xv.

7 7 Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intellegence menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. 6 Kemudian dalam buku yang berjudul Executive EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, karya Robert K. Cooper dan A. Sawaf, dijelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindera, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi informasi dan pengaruh apabila dipercaya dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. 7 Menurut Ary Ginanjar dalam bukunya Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam menggagas konsep pemikiran baru yaitu ESQ model yang merupakan perangkat kerja dan hal pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun imandan rukun Islam, yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia unggul aktor emosi dan spiritual, 6 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ, terjemahan T. Hermya, Cetakan ke-9 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm Robert K. Cooper dan Anyman Sawaf, op. cit., hlm. 375.

8 8 yang mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhaniyah dan jasadiyah dalam kehidupan. 8 Secara terminologi, pengertian pendidikan Islam cukup beraneka ragam dan bermacam-macam yang telah dinyatakan oleh para pakar pendidikan Islam. Syed Muhammad Naquib al-attas memberikan konsep yaitu: sekiranya kita ditanya, apakah pendidikan itu?, maka dapat dikemukakan sebuah jawaban sederhana: pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia. 9 Sedangkan dalam pandangan Muhammad Athiyah al-abrasyi, pendidikan Islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencitai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan. Sedangkan menurut Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam Penelitian yang relevan Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ialah skripsi yang ditulis oleh Mardliyah, Mahasiswa Stain Pekalongan jurusan Tarbiyah tahun 2012 yang berjudul Relevansi 8 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arya Wijaya Persada, 2002), hlm Ibid., hlm Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm. 4.

9 9 Kecerdasan Emosional Anak Melalui Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Konsep Al-Ghozali mengungkapkan bahwa pengembangan kecerdasan emosional anak dilakukan dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak dalam mengelola situasi hati atau perasaan dengan baik sebagai bagian dari aspek psikologi atau kejiwaan dalam dirinya. Al- Ghazali menempatkan akan keutamaan ilmu yang diberikan Allah Swt. Bagi orang-orang yang memilikinya untuk dikembangkan dlaam proses belajar mengajar sebagai bentuk pendidikan dalam mencapai tujuan mulia berupa pembentukan kepribadian manusia secara utuh yang memiliki kompetensi kecerdasan, baik kecerdasan ilmu pengetahuan (kognitif), kecerdasan sikap atau emosional (afektif) dan kecerdasan keterampilan hidup (psikomotorik). Kemudian, skripsi karya Ibnu Fatkhi, Mahasiswa STAIN Pekalongan jurusan Tarbiyah tahun 2010 yang berjudul, Urgensi Metode Suri Tauladan dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak, penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional anak dianggap sebagai hubungan sebab akibat yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Metode suri tauladan mengoptimalkan peranan guru atau pendidik sebagai figur yang harus diteladani sehingga segala yang disampaikan dapat dijadikan motivasi berprilaku dan bersikap bagi anak-anak didiknya. Sehingga anak didik dapat memanajemen emosi dalam dirinya untuk dapat diarahkan pada pengendalian emosi untuk dapat beradaptasi dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

10 10 Selain itu, penelitian yang relevan adalah skripsi karya Siti Maskanah, Mahasiswa STAIN Pekalongan jurusan Tarbiyah tahun 2015 yang berjudul Upaya Guru Dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMA N I kajen, penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana upaya guru pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen dan apa saja faktor-faktor penghambat upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen. Dalam penelitian diatas terlihat persamaan dan perbedaan dengan tema yang diangkat penulis. Persamaannya terletak pada pada pembahasan konsep kecerdasan emosional dalam dunia pendidikan. Akan tetapi pada penelitian relevan yang pertama, Kecerdasan Emosional dibahas secara umum kemudian dicari relevansinya dengan pemikiran tokoh bernama Al- Ghazali, sedangkan penelitian relevan yang kedua, peneliti berusaha mencari hubungan kecerdasan emosional dengan metode suri tauladan, penelitian yang ketiga, peneliti berusaha mencari bagaimana hasil dari implementasi konsep kecerdasan emosional di salah satu sekolah di Kajen, namun dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada konsep kecerdasan emosional menurut pemikiran tokoh psikologi bernama Muhammad Utsman Najati, kemudian mencari relevansi antara konsep kecerdasan tersebut dengan berbagai aspek yang ada dalam Pendidikan Islam.

11 11 3. Kerangka Berpikir Kecerdasan emosional tidak lepas dari bagaimana kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Dapat memilih mana dorongan jiwa dalam dirinya yang mengajak pada keinginan-keinginan berbuat baik yang diterima oleh lingkungannya dan keinginan-keinginan yang bertentangan dengan nurani dan lingkungannya. Usman Najati dalam bukunya yang berjudul Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, berusaha menjembatani antara rasio, emosi dan spiritualitas melalui penjelasan sunah Nabi. Salah satu hadits yang dikupas di awal buku tersebut ialah hadits yang menjelaskan bahwa ketika ada segerombolan orang ingin berbuat buruk kepada kita, mereka tidak bisa memberi mudharat apapun kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis Allah. Hadits ini menunjukkan bahwa sebuah interaksi sosial (horizontal) harus dibangun dengan tetap meletakkan dimensi ketuhanan (vertikal). 11 Di sisi lain, pendidikan Islam memiliki tujuan menggiring peserta didik agar dapat senantiasa berperilaku baik atau ber-akhlakul karimah. Sedangkan akhlak sendiri merupakan tingkah laku yang dianggap baik dan sudah mengakar, dan tingkah laku tersebut tidak lepas dari adanya kecerdasan emosi yang baik. Pendidikan sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi dan 11 M. Utsman Najati, op.cit., hlm. viii-ix.

12 12 pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah: Perbuatan mendidik itu sendiri, dasar dan tujuan pendidikan Islam, peserta didik, pendidik, materi dan kurikulum pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam, alat-alat pendidikan Islam, lingkungan pendidikan Islam. 12 Dari uraian di atas kita dapat ketahui bahwa konsep kecerdasan emosional khususnya dalam pemikiran Muhammad Utsman Najati memiliki relevansi dengan pendidikan Islam. Kecerdasan Emosional M. Utsman Najati Pendidikan Islam Konsep Kecerdasan emosional Muhammad Utsman Najati Aspek Kecerdasan emosional dalam pendidikan Islam Relevansi konsep kecerdasan emosional M. Utsman Najati dengan pendidikan 12 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm

13 13 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian dari penulisan skripsi ini adalah penelitian pustaka atau library research, dimana sumber datanya adalah buku-buku pustaka dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti serta dapat dijadikan sumber data dalam penulisan untuk ditelaah pada analisis yang lebih mendalam Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, yaitu berupa sumber-sumber data dari beberapa literatur yang erat kaitannya dengan tema yang dibahas Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke-2 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm Moh. Natsir, Metodologi Penelitian, Cet. III (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1998), hlm. 236

14 14 4. Sumber Data a. Sumber Primer Sumber data primer pemikiran M. Utsman Najati adalah buku karya M. Utsman Najati yang berjudul Al-Hadīs an-nabawiy wa Ilm an-nafs, (Beirut: Dar Asy-Syruruq, 2005) Sedangkan dalam bidang pendidikan Islam, peneliti mengambil sumber dari buku karya Muhammad Muntahibun Nafis yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, Cetakan I (Yogyakarta: Teras, 2011) b. Sumber Sekunder yaitu berbagai literatur penunjang yang relevan dengan objek penelitian, di antaranya buku karya M. Utsman Najati yang membahas tentang Kecerdasan emosional dengan berbagai versi terjemahan, yaitu: 1) Buku karya M. Utsman Najati terjemahan Irfan Salim yang berjudul Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, Cet. III (Jakarta: Hikmah, 2002), 2) Buku karya M. Utsman Najati yang berjudul Psikologi dalam Perspektif Hadits, terjemahan Zaenuddin Abu Bakar (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru) 3) Buku karya M. Utsman Najati yang berjudul Psikologi dalam Al- Quran, terjemahan M. Zaka Alfarisi (Bandung: Pustaka Setia, 2005)

15 15 4) Buku karya M. Utsman Najati yang berjudul Al-Quran dan Ilmu Jiwa, terjemahan Ahmad Rofi Usmani, cetakan ke-2 (Bandung: Pustaka, 1997), 5) buku karangan Robert K. Cooper dan Anyman Sawaf yang berjudul Executive EQ Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi terjemahan Alex Tri Kantjono Wdodo, Cetakan ke-2 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999) dan karya literatur lainnya. 5. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) yaitu suatu teknik untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. 16 Metode ini menitik beratkan pada bagaiamana memperoleh keterangan dari sekian banyak sumber. Keterangan-keterangan ini kemudian akan dianalisis ke dalam suatu konstruksi yang rapi dan teratur. G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten tentang pembahasan judul di atas, maka perlu disusun sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bagian Awal, Meliputi: Halaman Sampul Luar, Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi, Halaman Nota Pembimbing, Halaman 16 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1983), hlm. 94.

16 16 Pengesahan, Halaman Persembahan, Halaman Moto, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Tabel. 2. Bagian Inti, Meliputi: BAB I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab II Kajian menenai Kecerdasan Emosional dan Pendidikan Islam, berisi tentang Kecerdasan Emosional (Definisi Kecerdasan Emosional dan Komponen Kecerdasan Emosional), dan Pendidikan Islam (Pengertian Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, Pendidik dalam Pendidikan Islam, Peserta Didik dalam Pendidikan Islam). Bab III Kajian mengenai konsep Kecerdasan Emosional menurut M. Utsman Najati, berisi tentang riwayat hidup M. Utsman Najati (Riwayat Hidup M. Utsman Najati dan Karya-Karyanya), dan pemikiran M. Utsman Najati tentang Kecerdasan Emosional (berisi tentang marah dan kekacauan pikiran, mengendalikan motif seksual, mengendalikan keserakahan, mengendalikan rasa takut, cemburu, benci dan iri, mengendalikan nafsu bermusuhan, sombong dan berbangga diri, malu bukan rendah diri). Bab IV Analisis relevansi antara konsep Kecerdasan Emosional menurut M. Utsman Najati dengan Pendidikan Islam, berisi tentang Relevansi Pengendalian Emosi Marah dengan Pendidikan Islam, Relevansi Pengendalian Keserakahan dengan Pendidikan Islam, Relevansi

17 17 Pengendalian Emosi Takut dengan Pendidikan Islam, Relevansi Pengendalian Cemburu, Benci dan Iri dengan Pendidikan Islam, Relevansi Pengendalian Sifat Sombong dan Berbangga Diri dengan Pendidikan Islam, Relevansi Pengendalian Malu dalam Pendidikan Islam. BAB V Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini. 3. Bagian Akhir, Meliputi: Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM Kecerdasan emosional mengajarkan seseorang untuk mengarahkan emosi pada tempatnya, dengan kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi prilaku atau sikapnya sehari-hari dalam hidup.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi prilaku atau sikapnya sehari-hari dalam hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu amanah untuk diarahkan dan didik dengan baik agar memiliki kesiapan bekal hidup pada masa perkembangan berikutnya. Perkembangan anak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi titik perhatian para ahli, baik dibidang ilmu pendidikan itu sendiri maupun bidang disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa tujuan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak dengan kecerdasan intelektual tinggi merupakan dambaan bagi setiap orang tua, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan prestasi intelektual

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masyarakat Indonesia memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Zaman globalisasi seperti saat ini, manusia tidak hanya dituntut untuk cerdas secara intelektual, tetapi juga dituntut untuk memiliki perilaku, karakter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan sarana atau wadah yang penting menuju terbinanya insan manusia yang islami serta beriman, dan berakhlak mulia sehingga nantinya generasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN NOTA PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN NOTA PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN NOTA PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i ii iii iv

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupannnya, manusia sudah terlibat dengan kegiatan belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai pada belajar menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tangung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu cabang ilmu manajemen, manajemen sumber daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada dasarnya pendekatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru TK yang profesional diharapkan memahami dan menguasai kompetensi yang menjadi tuntutan profesi yang dijalaninya, sehingga dengan kompetensi yang

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaannya), adanya hubungan kurang baik antar rekan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaannya), adanya hubungan kurang baik antar rekan kerja, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dalam dunia kerja tidak jarang menyebabkan timbulnya persoalan yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang menghambat tercapainya tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (kecerdasan

Lebih terperinci

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 TAHUN AKADEMIK 2009/2010 PROGRAM

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan. Spiritual (ESQ). Jakarta : Arga Wijaya Persada

DAFTAR PUSTAKA. Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan. Spiritual (ESQ). Jakarta : Arga Wijaya Persada 130 DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta : Arga Wijaya Persada Akdon dan Hadi, Sahlan. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak. Dimana dalam pendidikan, anak memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat vital untuk menolong manusia dalam menjalani kehidupannya, karena pendidikan merupakan suatu proses penyiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai aspek yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y) BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, DAN SPRITUAL DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

Lebih terperinci

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing dan mengembangkan anak khususnya di sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20

Lebih terperinci

BAB II KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENDIDIKAN ISLAM. emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih

BAB II KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENDIDIKAN ISLAM. emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih BAB II KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENDIDIKAN ISLAM A. Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk menjinakkan emosi dan mengarahkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SD NEGERI NO. 95/1 DESA OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai hidup pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Lebih terperinci

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

AKHLAK PRIBADI ISLAMI AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke: 06Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 9 No 2 (2015) 1118-1124 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga tampaklah keindahan yang tercipta di hamparan bumi ini. Namun Allah SWT menciptakan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN

KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN Skripsi Diajukan Oleh : MAIYURA Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PAI Nomor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Satu hal lain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani: methodos) adalah cara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah pendidikan, proses belajar memegang peranan yang sangat vital. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dosen merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal karena bagi mahasiswa dosen sering kali dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh

Lebih terperinci

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang serba canggih dan praktis ini, dunia pendidikan sangatlah dimanjakan. Berbagai informasi dan pengetahuan dapat diakses dengan cepat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses multi dimensial yang meliputi bimbingan atau pembinaan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada dasarnya adalah transformasi pengetahuan ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan potensi manusia.oleh karena itu pendidikan tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Tetapi, pendidikan itu kurang lengkap apabila hanya mencetak lulusan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam 204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan manusia yang esensial. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia untuk memiliki suatu pengetahuan tertentu. Peranan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akhlak merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan sesama manusia. Secara

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006 DAFTAR PUSTAKA Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Abdul Wahid Hasan, SQ NABI Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual (SQ) Rasulullah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak sangatlah urgen bagi manusia, urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan pasti akan dihadapkan dengan cobaan untuk mengetahui sebagaimana usaha lahir dan batin seseorang ketika dihadapkan pada ujian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) PENDAPAT M. YUNAN NASUTION TENTANG KEKUATAN DOA TERHADAP PERKEMBANGAN ROHANIAH DALAM BUKU PEGANGAN HIDUP (ANALISIS MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Istikhomah Hidayati, dan Suparno, Hubungan Antara Kematangan Vokasional dengan Motivasi Berwirausaha pada Siswa SMK, hlm. 217.

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Istikhomah Hidayati, dan Suparno, Hubungan Antara Kematangan Vokasional dengan Motivasi Berwirausaha pada Siswa SMK, hlm. 217. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapangan pekerjaan yang dewasa ini semakin sulit menyebabkan anak-anak lulusan SMK yang tidak melanjutkan perguruan tinggi tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan potensi invidual sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling mulia yang diciptakan oleh Allah SWT, yang berbeda dengan dari makhluk lain. Perbedaan tersebut karena manusia diciptakan dengan

Lebih terperinci

SITI MEGAWATI NIM:

SITI MEGAWATI NIM: PROFIL TOKOH AGAMA ISLAM SEBAGAI TAULADAN BAGI MASYARAKAT MENURUT PANDANGAN MASYARAKAT GAMPONG BLANG SKRIPSI Diajukan Oleh SITI MEGAWATI NIM: 211001355 Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Sehingga banyak orang yang melakukan penyimpangan tingkah laku dari

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Sehingga banyak orang yang melakukan penyimpangan tingkah laku dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat modern yang serba kompleks, memunculkan banyak masalah sosial. Sehingga banyak orang yang melakukan penyimpangan tingkah laku dari norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Manusia mempertanyakan diri sendiri apakah ia makhluk jahat atau makhluk baik.

Lebih terperinci