Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama"

Transkripsi

1 Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama (Studi kasus proses pengambilan keputusan memilih agama di Kel. Lau Cimba dan Padang Mas Kec. Kabanjahe Kab. Karo) SKRIPSI D I S U S U N OLEH: MINARTI SURBAKTI ( ) DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Minarti Surbakti Nim : Departemen : Antropologi Judul : Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama (Studi kasus dalam proses pengambilan keputusan memilih agama di Kel. Lau Cimba dan Padang Mas Kec. Kabanjahe Kab. Karo). Medan, Februari 2009 Pembimbing Skripsi Ketua Departemen (Dra. Mariana Makmur, MA) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) Nip Nip Dekan FISIP USU (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) Nip

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi ini adalah Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Zulkifli, MA selaku ketua Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Sri Emiyanti, Msi selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi masukan dan nasehat kepada penulis. 4. Ibu Dra. Mariana Makmur, MA selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan banyak pengetahuan baru yang sangat berguna bagi penulis. 5. Bapak Drs. Irfan Simatupang, Msi selaku dosen ketua penguji penulis yang telah banyak memberi masukan guna penyempurnaan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, Msi selaku dosen penguji yang juga telah memberi banyak masukan dan saran kepada penulis guna penyempurnaan skripsi ini. 7. Kepada seluruh dosen Antropologi dan dosen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan di Departemen Antropologi. 8. Kepada seluruh pegawai Antropologi dan pegawai yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis

4 dalam menyelesaikan urusan administrasi selama proses perkuliahan di Departemen Antropologi. 9. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua tercinta Ayahanda N. Surbakti dan Ibunda Zumiaty yang telah mengasuh, mendidik dan mendo akan ananda dengan penuh kasih sayang. Inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda bakti ananda. 10. Adinda tersayang Darmawan Surbakti dan Deviany Surbakti. Terima kasih do a kalian selama ini. Mbak ayu sayang kalian. 11. Keluarga besar ayah dan ibu, terima kasih atas dukungan dan do anya. 12. Sahabat-sahabat yang penulis sayangi, Icha, Uni Rika, Piepiet, Ru, Imon Tonang, Uda Badi, Mas Iwan, Diah dan Yogie Batam. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. Tetap semangat ya!!!!!!! 13. Terima kasih kepada seluruh sahabat-sahabat penulis di Antropologi khususnya stambuk Medan, Februari 2009 Minarti Surbakti

5 ABSTRAKSI Minarti Surbakti, Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama. Studi kasus proses pengambilan keputusan memilih agama di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Skripsi ini terdiri dari 5 bab+94 halaman+daftar pustaka+lampiran. Penelitian ini khususnya untuk pasangan yang melakukan perkawinan beda agama antara agama Kristen Protestan dengan agama Islam. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah model studi kasus. Informasi dari para informan pokok diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan dengan menggunakan life history method. Dalam perkawinan beda agama akan muncul berbagi persoalan-persoalan salah satunya adalah agama untuk anak-anak mereka. Sebagian besar pasangan beda agama yang ada di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas telah menetapkan agama untuk anak mereka ketika lahir. Akan tetapi setelah anak mereka dewasa akan diberi kebebasan untuk memilih agama mana yang benar-benar mereka yakini. Hasil wawancara dengan para informan baik itu pasangan yang melakukan perkawinan beda agama maupun kepada anak-anak mereka diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anak-anak tersebut dalam memilih agamanya. Faktor tersebut adalah peran ayah, peran ibu, peran kerabat orangtua, peran orangtua angkat, peran sahabat, hubungan kekasih dan peran pemuka agama. Walaupun memiliki agama yang berbeda dalam satu keluarga, mereka selalu berusaha mengutamakan perdamaian tanpa menyinggung-nyinggung masalah perbedaan agama di antara mereka. Mereka tidak pernah mengganggu saudara yang berbeda agama dengannya ketika sedang melaksanakan ibadah. Dengan demikian, sehari-hari terlihat bahwa kehidupan beragama bukanlah suatu masalah yang harus mereka besar-besarkan. Karena sebagian besar dari mereka bukanlah penganut agama yang fanatik. Di daerah tersebut masyarakatnya lebih mengutamakan hubungan baik dalam sistem adat-istiadat mereka. Jika ada anggota keluarga yang dikucilkan karena keluar dari agama yang telah mereka anut dan berpindah ke agama yang lain, hubungan tali silaturahmi mereka masih tetap bisa terjalin melalui acara adatistiadat yang mengharuskan kehadiran mereka. Jadi dalam hal ini kebudayaan atau adatistiadat yang menjadi pengikat dan menyatukan mereka. Oleh karena itu sudah seharusnya masalah perkawinan beda agama mendapat perhatian dari pemerintah. Dilarang atau disahkannya perkawinan beda agama harus benar-benar dijelaskan dalam undang-undang perkawinan agar bagi yang ingin melakukan perkawinan tersebut tidak akan berani memalsukan identitasnya dan memiliki kekuatan hukum negara.

6 DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Kata Pengantar...,.....i Abstraksi iii Daftar Isi iv BAB I : Pendahuluan Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka Kerangka teori Kerangka konsep Metode Penelitian.. 15 BAB II: Gambaran Umum Masyarakat di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas Kelurahan Lau Cimba Sejarah Singkat Kelurahan Lau Cimba Letak dan Luas wilayah Kelurahan Lau Cimba Komposisi Penduduk Sarana dan Prasarana Kelurahan Padang Mas Sejarah Singkat Kelurahan Padang Mas Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Padang Mas....29

7 Komposisi Penduduk Sarana dan Prasarana Iklim Gambaran Umum Masyarakat yang Melakukan Perkawinan beda Agama di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas BAB III: Mengenal Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam Menurut Agama Kristen Protestan Menurut Agama Katholik Menurut Agama Hindu dan Budha BAB IV: Pemilihan Agama Pada Anak Timbulnya Agama pada Anak Perkembangan Agama pada Anak Sifat Agama pada Anak Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama Kasus-kasus 7 Keluarga yang Melakukan Perkawinan beda Agama Pendapat Masyarakat di Kecamatan Kabanjahe Tentang Perkawinan beda Agama BAB V: Penutup Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 1.1. Latar belakang masalah. BAB 1 PENDAHULUAN Ditinjau dari sudut Antropologi, perkawinan itu sangat penting karena perkawinan merupakan usaha untuk mengatur masyarakat. Perkawinan berawal dari ikatan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang nantinya akan lebih berkembang lagi setelah lahirnya anak-anak. Tujuan perkawinan yang ideal adalah mewujudkan hidup bersama dalam ikatan cinta kasih serta untuk mendapatkan keturunan demi kelangsungan hidup manusia (Sukarti; 2003: 52). Di abad teknologi komunikasi ini telah menjadikan masyarakat pedesaan yang tertutup menjadi masyarakat yang terbuka, dari masyarakat yang homogen di pedesaan telah banyak berinteraksi dengan masyarakat perkotaan yang heterogen. Kemajuan di bidang teknologi modern dan pembangunan nasional telah banyak menimbulkan perubahan-perubahan di kalangan masyarakat, yang juga telah banyak mendatangkan kemajuan pada berbagai bidang kehidupan. Majunya komunikasi berarti pula telah membuka kesempatan yang lebih besar kepada anggota-anggota dari satu golongan masyarakat, baik yang namanya suku, ras, maupun agama, untuk berinteraksi dengan anggota-anggota masyarakat dari luar golongannya. Dari interaksi tersebut bukanlah suatu hal yang mustahil bila terlahir perkawinan antar suku, antar ras bahkan antar agama (Asmin; 1986: 34).

9 Dalam kehidupan bermasyarakat, perkawinan beda agama terjadi sebagai suatu realitas yang tidak dipungkiri. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, telah jelas dan tegas menyatakan bahwa sebenarnya perkawinan beda agama dilarang, karena bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Khususnya dalam pasal 2 UU Perkawinan no. 1 tahun 1974 yang menyatakan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut agamanya masing-masing dan kepercayaannya itu. Namun dalam kenyataannya, perkawinan beda agama masih saja terjadi dan akan terus terjadi sebagai akibat interaksi sosial di antara seluruh warga negara Indonesia yang pluralis agamanya. Banyak kasus yang terjadi di dalam masyarakat, seperti perkawinan antara artis Jamal Mirdad dengan Lidia Kandau, Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo, Yuni Shara dengan Henry Siahaan, Adi Subono dengan Chrisye, Ari Sihasale dengan Nia Zulkarnaen, Dedi Khobuser dengan Kalina, Frans dengan Amara, Sony Lauwany dengan Cornelia Agatha, dan lain-lain. Untuk mengesahkan perkawinan tersebut, mereka pergi keluar negeri seperti Singapura dan mencatatkan perkawinan mereka di Kantor Catatan Sipil negara tersebut ( Indonesia/). Sebagian besar alasan mereka tetap melakukan perkawinan walaupun memiliki agama yang berbeda adalah alasan yang cukup klise yaitu karena cinta. Pada dasarnya, pasangan-pasangan tersebut mencoba untuk mencari jalan terbaik untuk menganut satu agama ketika akan membentuk rumah tangga mereka. Namun, meninggalkan agama yang sejak lahir telah diyakini dan memeluk agama baru bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan.

10 Kasus-kasus perkawinan beda agama juga telah banyak diteliti. Contohnya status perkawinan antar agama di Jakarta yang diteliti oleh Asmin (1986:81). Ia menyatakan dari sudut agama, orang-orang yang melakukan perkawinan beda agama relatif memang dapat dikatakan sebagai orang yang tidak taat kepada hukum agama. Akan tetapi hal tersebut tidak benar keseluruhannya. Banyak pasangan yang telah melakukan perkawinan beda agama tetap menjalankan perintah agamanya masing-masing secara tertib dan tekun tanpa terpengaruh oleh agama pasangannya. Kehidupan rumah tangga mereka terlihat bahagia dan rukun-rukun saja. Mereka bukanlah orang-orang yang yang tidak mengerti ajaran agama. Haruskah negara menghalangi perkawinan beda agama? Haruskah dua insan yang ingin mencari kebahagiaan hidup dalam perkawinannya kehilangan ketenteraman hanya karena perkawinan itu tidak diakui sah oleh hukum agama dan tidak terlindungi oleh hukum negara? Bagaimana pula dengan status anak-anak mereka?. Dari berbagai pertanyaan tersebut ia melihat bahwa telah sering terjadi semacam kompromi di antara calon pasangan mempelai beda agama yang hendak melangsungkan perkawinan. Di antara mereka ada kata sepakat bahwa salah seorang akan bersedia masuk (pura-pura) ke agama pasangannya agar perkawinan dapat dilangsungkan dan memperoleh status yang sah menurut undang-undang dan hukum agama. Setelah perkawinan mereka dilangsungkan dan memperoleh status yang sah, pihak yang purapura tadi dalam waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa minggu saja setelah perkawinannya diresmikan, akan kembali lagi ke agamanya yang semula. Jadi demi status yang sah seseorang akan rela melakukan apa saja termasuk memalsukan identitasnya.

11 Agustina (2005) dalam tesisnya berjudul perkawinan antar agama dan hukumnya yang mengkaji tentang putusan MARI No. 1400/K/Pdt/1986. Ia mengatakan jika dipandang dari sudut agama, agama apapun melarang umatnya melakukan perkawinan beda agama. Jika tetap dilakukan perkawinan tersebut dianggap tidak syah dan tidak diakui oleh Negara. Padahal sebelum UU No. 1 Tahun 1974 berlaku sudah ada undangundang yang mengatur tentang perkawinan campuran melalui ketetapan Raja tanggal 29 Desember 1896 No. 23 (Stb No. 58) yang disebut dengan Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR). Setelah berlakunya Undang-Undang Perkawinan Nasional yaitu UU No. 1 Tahun 1974, telah terjadi unifikasi di lapangan hukum perkawinan. Perkawinan campuran hanya boleh dilakukan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan saja. Sementara untuk perkawinan yang beda agama tidak diatur dalam undang-undang. Tidak diaturnya perkawinan antar agama dalam undang-undang telah menimbulkan kekosongan hukum terhadap perkawinan beda agama. Kajian putusan MARI (Mahkamah Agung Republik Indonesia) No. 1400/K/Pdt/1986 mencoba melihat masalah ini dan menyatakan dari salah satu keputusannya adalah memberikan wewenang kepada pihak Kantor Catatan Sipil untuk mengesahkan perkawinan bagi pasangan beda agama. Namun kenyataannya sampai saat ini belum juga terealisasikan. Contoh kasus lain, dalam disertasinya Lemire dalam Siong (1961: 41) menulis tentang larangan perkawinan akibat tingkat sosial dan perbedaan agama. Banyak orang yang melakukan peralihan agama akibat perkawinan. Di lingkungan hukum adat Minahasa seringkali terjadi perkawinan beda agama antara agama Kristen Protestan

12 dengan agama Islam. Masyarakatnya masih memegang kuat hukum adat dan hukum adat mereka sangat menentang perkawinan beda agama. Sistem kekerabatan Minahasa adalah patrilineal, di mana garis keturunan diambil dari pihak orangtua laki-laki (ayah). Dalam sistem ini laki-laki yang memegang kekuasaan penuh. Sehingga kebanyakan dalam hal demikian sang istri yang beralih ke agama suaminya.di kepulauan Ternate juga demikian, sering terjadi perkawinan antara agama Kristen dan bukan Kristen. Larangan perkawinan karena perbedaan susunan tingkat terdapat pula di sana-sini dalam berbagai lingkungan hukum adat misalnya di Buru (Maluku) terdapat larangan bagi perempuan untuk menikah dengan laki-laki dari tingkat yang lebih rendah, namun banyak juga perempuan yang rela diusir dan dibuang oleh keluarga demi laki-laki yang dicintainya. Sehingga larangan adat untuk mengadakan perkawinan beda agama maupun beda tingkat sosial tidak ditaati sama sekali. Perkawinan beda agama dapat ditemukan di banyak tempat di Indonesia, demikian pula pada warga masyarakat di Kabupaten Karo, khususnya di Kecamatan Kabanjahe, Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas. Dari data BPS (badan pusat statistik) Kecamatan Kabanjahe tahun 2007 terdapat 55 KK (kepala keluarga) yang melakukan perkawinan beda agama. Mereka pasangan suami istri yang beragama Islam dengan agama Kristen Protestan, agama Islam dengan agama Katolik, agama Islam dengan agama Budha, agama Kristen Protestan dengan agama Budha, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti khusus kepada pasangan suami istri beda agama yang beragama Kristen Protestan dengan agama Islam. Pasangan ini dipilih karena jumlah mereka lebih banyak dibandingkan jumlah pasangan beda agama yang lain.

13 Masyarakat Karo bukan hanya menganut agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu tetapi juga masih banyak yang menganut agama lokal (aliran kepercayaan) yang disebut dengan pemena yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Karo. Oleh karena itu, pemena merupakan bentuk kepercayaan umum di Kabupaten Karo yang sudah diyakini masyarakatnya sejak lama. Namun masuknya agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu tidak menyebabkan terjadinya konflik karena terdapat kesamaan substansi ajaran antara agama lokal dengan agamaagama tersebut yaitu sama-sama menerangkan pengayaan spiritual (Hidayat: 2003). Bahkan perkawinan beda agama yang mereka jalani mendapat perlindungan dari budaya lokal mereka yaitu adanya sistem kekerabatan di daerah ini yang termodifikasi dari hubungan perkawinan. Sistem kekerabatan yang bertumpu pada konsep rakut sitelu yang menegaskan bahwa semua orang yang ada dalam satu kampung (kuta) berada dalam satu ikatan kekerabatan yang besar. Adanya perkawinan beda agama kadangkala menimbulkan konflik dalam hubungan kekerabatan mereka. Namun hubungan kekerabatan mereka masih dapat terjalin melalui konsep rakut sitelu tersebut yang harus tetap melibatkan mereka dalam upacara adat-istiadat. Konsep rakut sitelu sama halnya dengan hula-hula di Tapanuli Utara, atau kahanggi di Tapanuli Selatan. Kartini Kartono (1985; 63) mengatakan bahwa dari suatu perkawinan terciptalah kesatuan anggota keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Anak, keluarga dan masa depan bangsa merupakan tiga hal penting yang saling berkaitan. Keluargalah yang mempunyai kedudukan kunci yang sentral, karena perkembangan anak dimulai dan dimungkinkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat di mana setiap individu dibesarkan, sejak individu lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah

14 untuk membentuk keluarga sendiri. Di dalam keluargalah hubungan manusia yang paling awal terjadi, sebelum mengenal lingkungan yang lebih luas. Sebagai lembaga pembentukan pribadi, mental dan karakter, keluarga juga harus mampu merangkap kepentingan masing-masing anggotanya. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab orang tua merupakan faktor yang utama, mereka merupakan pimpinan sekaligus pengambil keputusan. Selain itu orang tua juga dijadikan acuan atau contoh oleh anaknya, baik itu dalam hal kebiasaan, sifat, cara bicara, cara bertindak dan sebagainya. Hal ini akan lebih besar pengaruhnya karena pada umumnya seorang anak lebih banyak menghabiskan waktunya tinggal bersama keluarga, saat si anak masih berusia balita (Hatta, 2002: 49). Seorang anak yang lahir dari perkawinan beda agama, ketika ia telah dewasa dan mengerti akan masalah-masalah hidup yang ia hadapi akan mempertanyaka hal ini. Mengapa agama orang tuanya berbeda dan agama siapa yang harus ia pilih?. Ketika akan memilih agamanya sendiri, akan banyak sekali faktor-faktor dan pemikiran yang mempengaruhi si anak. Sampai pada akhirnya ia akan benar-benar mengambil satu keputusan apakah ia tetap memilih agama yang telah ditetapkan orang tuanya sejak lahir atau memilih agama yang baru atau agama di luar agama orang tuanya. Seorang anak memilih agamanya sendiri yang ia yakini benar-benar bisa menjadi pedoman dan pegangan dalam hidupnya karena telah timbul emosi keagamaan dalam dirinya, yaitu getaran jiwa yang mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat keagamaan/religi yang akan terjadi ketika ia telah dewasa dan mampu menyikapi masalah dalam hidupnya (Koentjaraningrat,1986: 179).

15 Anak-anak yang lahir dari perkawinan beda agama yang ada di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas sebagian aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti ikut kebaktian di Gereja, sekolah minggu bagi yang beragama Kristen Protestan dan mengikuti pengajian dan remaja mesjid bagi yang beragama Islam. Hal ini terjadi karena walaupun orang tua mereka memiliki agama yang berbeda tetapi tetap menghargai agama lain dan tetap menjalankan kehidupan beragama yang semestinya. Namun sebagian lagi ada yang tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut bahkan seperti tidak peduli. Hal ini terjadi karena mereka melihat orang tua yang juga tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana anak-anak dari perkawinan beda agama tersebut memilih agamanya dan menjalankan kehidupan beragamanya Perumusan masalah. Dari semua yang telah di uraikan dalam latar belakang masalah, maka yang dapat dijadikan sebagai perumusan masalah adalah sebagai berikut: - Bagaimana proses pemilihan agama pada anak dari perkawinan beda agama? Ruang lingkup masalah dan lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah: - Apa alasan pasangan-pasangan suami istri tersebut mau melakukan perkawinan beda agama?. - Agama siapa yang akan dianut oleh anak-anak mereka ketika baru lahir?. - Agama siapa yang akan dianut oleh anak-anak mereka ketika telah dewasa?. - Mengapa seorang anak memilih agamanya sendiri?.

16 - Faktor apa saja yang mempengaruhi seorang anak dalam memilih agamanya?. - Apakah mereka aktif menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan mereka?. - Apa tanggapan masyarakat terhadap perkawinan beda agama?. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Di daerah ini penduduknya sudah sangat heterogen, dalam arti terdiri dari banyak suku bangsa yang memberi peluang besar untuk dapat dikatakan sebagai masyarakat yang majemuk. Dari 28% jumlah penduduk Kec. Kabanjahe yang telah menikah, 1,03% adalah jumlah pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda agama. Pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda agama tersebut 27 KK tinggal di Kelurahan Lau Cimba, 24 KK tinggal di Kelurahan Padang Mas, 3 KK tinggal di Kelurahan Gung Negeri dan 1 KK tinggal di Kelurahan Gung Leto ( BPS Kec, Kabanjahe 2007) Tujuan dan Manfaat Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang timbul dari perkawinan beda agama khususnya mengetahui bagaimana pemilihan agama pada anak dari hasil perkawinan beda agama. Penelitian ini juga bermanfaat menambah pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah dalam perkawinan beda agama serta sebagai pedoman masyarakat untuk memikirkan lebih jauh lagi bila ingin melakukan perkawinan dengan pasangan yang beda agama Tinjauan pustaka Kerangka teori.

17 Dalam meneliti persoalan tentang agama, Berger (1991) menggabungkan antara aspek sains dan aspek kemanusiaan. Pengetahuan dan agama dipahaminya sebagai konstruksi sosial, bukan pengetahuan yang objektif dari kenyataan (jika sains) atau dari Tuhan (jika agama) yang terlepas dari manusianya, masyarakat dan sejarah. Fungsi agama tidak bisa sampai ke tingkat kebenaran universal. Esensi agama adalah kemampuan manusia untuk melewati nature biologisnya masuk kepengalaman rohaniah atau spiritual melalui konstruksi makna yang dianggap objektif, moralis dan mencakup segalanya. Makna agama bukan hanya fakta sosial tetapi juga suatu fenomena kehidupan manusia yang berupa kerinduan dan usaha untuk terangkat dari pengalaman nyata seharihari. Kemampuan orang beragama itu bervariasi dari sekedar khusyuk, ikhlas, rasa mendapat ampunan, rahmat dan kasih sayang Tuhan sampai kepada yang mampu merasakan dekat dan dekat sekali, bahkan bersatu dengan-nya. Edward B. Tylor dalam Bahtiar (2003: 200) menyatakan bahwa memahami budaya sebagai kata kerja merupakan keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya juga merupakan cara berfikir dan cara merasa yangmenyatakan dirinya dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu. Budaya bersifat dinamis, tidak statis. Sedangkan sebagai kata benda, budaya memiliki kaitan yang erat terhadap agama. Budaya dan agama dapat melahirkan sintesis budaya yang bernafaskan agama. Agama merupakan pedoman untuk kepentingan hidup manusia dalam menjalankan fungsi dan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Sementara budaya merupakan olah fikir dan hasil cipta, karsa dan karya manusia.

18 Clifford Geertz (1992) menganggap agama sebagai sebuah sistem budaya yang mampu mengubah sebuah tatanan masyarakat dan dapat membentuk karakter masyarakat. Agama juga merupakan makna dari gerakan atau simbol yang biasa berbeda dari penampilannya. Kehidupan suatu suku bangsa atau agama tidak boleh dijelaskan hanya dari struktur yang tampak saja. Pengetahuan mengenai struktur yang tampak itu mencakup pencarian makna dan maksud di balik semua kehidupan dan pemikiran. Hal itu sangat penting karena kebudayaan hanyalah konteks makna yang dipahami bersama atau struktur arti yang mapan. Walaupun disadari pula bahwa simbol juga menduduki peran penting dalam kebudayaan. Dari studinya di Jawa dan Bali, suatu masyarakat yang kompleks, yang telah dipengaruhi oleh Hindu, Budha, animisme, Islam dan kebudayaan Barat, tidak seperti suku Nuer atau Azande yang diteliti oleh Evans-Pritchard. Geertz sampai ke suatu pandangan bahwa masyarakat juga dibentuk oleh agamanya. Ia juga melihat agama sebagai fakta budaya, bukan sebagai kebutuhan sosial ataupun ketegangan ekonomi. Yang dimaksud dengan agama sebagai sistem budaya adalah: 1. Sebuah sistem simbol yang berperan. 2. Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, pervasif, dan tahan lama di dalam diri manusia. 3. Merumuskan konsepsi tatanan kehidupan yang umum. 4. Membungkus konsepsi-konsepsi tersebut dengan suatu aura faktualitas semacam itu sehingga suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik. Agama merumuskan konsep tentang tatanan kehidupan yang umum, memberi suatu arti yang mutlak, suatu tujuan pesanan yang besar pada dunia. Maka dalam agama, pada

19 suatu sisi berdiri konsepsi tentang dunia, dan pada sisi lain berdiri serangkaian suasana hati dan motivasi yang dibimbing oleh ide-ide moral. Dalam proses pemilihan agama, seseorang mengalami proses yang berbeda dengan orang lain. Zakiyah Darajat (1979: 42) mengatakan bahwa tiap-tiap pemilihan agama itu melalui proses kejiwaan sebagai berikut: 1. Masa tenang pertama: sebelum mengalami pemilihan agama dan bersikap acuh tak acuh terhadap agama. 2. Masa ketidaktenangan: yang berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya sehingga mengakibatkan terjadinya kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, putus asa, panik, tegang dan sebagainya. Pada masa ini biasanya orang menjadi perasa, cepat tersinggung dan mudah terkena sugesti. Akhirnya terjadilah proses pemilihan terhadap agama lain. 3. Masa pemilihan agama: setelah konflik batin mencapai puncaknya, maka terjadilah peristiwa pemilihan agama itu sendiri. Karena kemantapan batin telah terpenuhi oleh pilihan yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Hidupnya kini berubah menjadi tenang dan berserah diri kepada Tuhan. 4. Masa tenang dan tentram: yang ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang telah diambil. Sehingga merasa aman, damai dalam hati, dan segala dosa merasa diampuni Tuhan. 5. Masa ekspresi pemilihan agama: tingkat terakhir dari penentuan pemilihan agama itu adalah pengungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru (ajaran agama) yang diyakininya tadi, maka tingkah laku dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya tersebut.

20 Ada tiga faktor penting mengapa seorang anak harus memilih agama yang benarbenar mampu menjadi pedoman hidupnya (Siahaan; 199: 43): 1. Agama memberi bimbingan dalam kehidupan manusia sejak masih anak-anak, di masa dewasa sampai kepada hari tua agar bermoral luhur dan berperikemanusiaan. 2. Agama dapat menolong manusia sejak masa anak-anak agar menjadi sseseorang yang tabah, sabar dan fikirannya terbuka dalam menghadapi problem dan kesukaran. 3. Agama dapat membimbing anak-anak agar hidup tenang dan jiwanya lebih tentram. Dengan demikian anak-anak akan merasa bahwa Tuhan turut campur dan bersedia menolong mereka untuk menanggulangi masalah yang dihadapi dalam mencapai cita-cita mereka. Ketiga hal di atas dianggap sangat penting, sehingga si anak bisa mengerti dan tahu maksud dari kita memeluk dan mempercayai suatu agama yang dianut. Agama merupakan jalan ataupun sumber dari segala kebahagiaan dan kelestarian seluruh mahkluk. Dengan agamalah mereka dapat mengarungi hidup dan kehidupan ini dengan baik, tanpa itu tidak akan mungkin. Dengan syarat ataupun aturan yang tertera dalam ajaran agama itu manusia dapat hidup rukun, damai, sejahtera, tenteram dan bahagia (Mahali; 1983: 124) Kerangka konsep. 1. Perkawinan; ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam penelitian ini perkawinan beda

21 agama yaitu perkawinan yang dilaksanakan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang mempunyai agama yang berbeda. 2. Agama; pedoman hidup manusia yang dijadikan sarana hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam bentuk ibadah. 3. Keluarga; unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mempunyai berbagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 4. anak; seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di bawah kekuasaan orang tuanya. 5. pemilihan agama; dalam masalah ini pemilihan agama adalah pengambilan keputusan yang dilakukan seorang anak untuk menentukan pilihannya tentang keyakinan beragama, yaitu ikut agama ayahnya, ibunya atau mermilih agamanya sendiri Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah model studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus pada pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau lebih dengan tingkat analisa yang berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran terhadap suatu masalah. Ketika menggunakan model studi kasus, masalah yang diteliti adalah suatu realitas sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat sehingga masalah tersebut dapat dideskripsikan dari awal sampai akhir. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan model studi kasus `alasannya adalah agar dapat lebih memahami dan mengerti permasalahan penelitian sehingga mampu memberikan satu gambaran yang lebih dalam tentang gejala-gejala yang ada dalam perkawinan beda agama.

INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO

INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO (Studi Kasus di Desa Kutarakyat, Kec. Naman) SKRIPSI Oleh: ROSALINA LANASARI SEMBIRING 030901041

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar belakang sejarah,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas)

KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas) KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEMULUNG

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEMULUNG KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEMULUNG (Studi Antropologi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung Etnik Batak di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) D I S U S U N Oleh

Lebih terperinci

Kedai Kopi Pada Mahasiswa

Kedai Kopi Pada Mahasiswa Kedai Kopi Pada Mahasiswa (Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM KEMAJEMUKAN HUKUM PADA MASYARAKAT JAWA YANG BERAGAMA ISLAM. Skripsi

PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM KEMAJEMUKAN HUKUM PADA MASYARAKAT JAWA YANG BERAGAMA ISLAM. Skripsi PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM KEMAJEMUKAN HUKUM PADA MASYARAKAT JAWA YANG BERAGAMA ISLAM Skripsi Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG A. Letak dan Sejarah Desa. Letak Desa Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatea Selatan. Luas areal

Lebih terperinci

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

Oleh : TIM DOSEN SPAI

Oleh : TIM DOSEN SPAI Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR: SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH:

RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR: SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH: RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR: SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH: SRI MULYATI 110701020 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ORIENTASI DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN PELAKU PERKAWINAN TIDAK TERCATAT. M. Ridwan Nasution

ORIENTASI DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN PELAKU PERKAWINAN TIDAK TERCATAT. M. Ridwan Nasution UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ORIENTASI DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN PELAKU PERKAWINAN TIDAK TERCATAT (Studi Kasus Kelurahan Tanjung Sari) SKRIPSI Diajukan Oleh : M. Ridwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM. Skripsi

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM. Skripsi TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Hukum Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

NOVIYANTI NINGSIH F

NOVIYANTI NINGSIH F PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BUKIT LAWANG D I S U S U N OLEH MINARTINA N. SARAGIH

BUKIT LAWANG D I S U S U N OLEH MINARTINA N. SARAGIH BUKIT LAWANG Studi Deskriptif Mengenai Peran Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kec. Bahorok Kabupaten Langkat D I S U S U N OLEH MINARTINA N. SARAGIH 050905043 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah 10 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Kesuma Nama Kesuma dulunya namanya adalah Kalam Pasir yang dulunya terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang 1. Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang sekarang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak baru lagi. Proses perpindahan/masuk agama ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak para nabi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut (Studi Deskriptif Di Desa Pekan Tanjung Beringin Dan Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI Diajukan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Kuok Kuok adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelum dinamai Kecamatan Kuok, Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR SKRIPSI

POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR SKRIPSI POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA 53 BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA A. Gambaran Umum Masyarakat Pegirian Kecamatan Semampir 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

PEMBERIAN NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

PEMBERIAN NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA PEMBERIAN NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA (Studi Deskriptif pada Masyarakat Batak Toba di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan) Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Pembahasan pada bab ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di desa Sawotratap Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT PETANI MENGHADAPI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus Desa Batukarang, Kec. Payung, Kab.Karo)

STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT PETANI MENGHADAPI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus Desa Batukarang, Kec. Payung, Kab.Karo) STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT PETANI MENGHADAPI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus Desa Batukarang, Kec. Payung, Kab.Karo) Oleh : NOBINNA A BR GINTING 100901084 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE 30 BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE NO. 49/08 YANG TERDAFTAR PADA KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Sejarah singkat desa Kalimbukuni Desa Kalimbukuni adalah salah satu desa yang terbentuk pada Tahun 1958, yang terletak di kecamatan kota Waikabubak, Kabupaten

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, Riau SKRIPSI Oleh: ROIDA SILABAN 100905007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

DISHARMONIS PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA TEBING TINGGI

DISHARMONIS PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA TEBING TINGGI DISHARMONIS PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA TEBING TINGGI SKRIPSI Diajukan oleh: ARIS PRASETYO 100901038 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PILIHAN HIDUP TIDAK MENIKAH (STUDI DESKRIPTIF PADA WANITA KARIR ETNIS BATAK TOBA DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Oleh PRIMA DAFRINA

Lebih terperinci

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi BAB II Gambaran Umum Daerah Penelitian Gambaran Wilayah Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi Desa,yaitu Aornakan I, Aornakan

Lebih terperinci

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi DISUSUN OLEH: RETNO JULIUS F BUKIT

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi DISUSUN OLEH: RETNO JULIUS F BUKIT SEKSUALITAS PENGUNGSI KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABUPATEN KARO SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi DISUSUN OLEH: RETNO

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci