PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK"

Transkripsi

1 PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : SAIMA PUTRI HASIBUAN NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2017 Saima Putri Hasibuan Pengaruh Asap Rokok Terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik xiii + 80 halaman Resin akrilik polimerisasi panas banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan, karena memiliki sejumlah keunggulan di antaranya kualitas estetis yang cukup memuaskan, mudah diproses dan direparasi tanpa membutuhkan tenaga ahli laboratorium. Namun, beberapa tahun terakhir ini nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan yang memiliki kelebihan yaitu fleksibilitas yang tinggi dan tidak menggunakan cangkolan logam. Salah satu sifat fisis dari resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik yang perlu diperhatikan adalah kekasaran permukaan yang dianggap sebagai salah satu faktor penentu ketahanan klinis dari basis gigi tiruan. Oleh karena itu, kekasaran adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan dan kekasaran permukaan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan akibat akumulasi mikroorganisme. Peningkatan kekasaran permukaan pada basis gigi tiruan dapat dipengaruhi oleh asap rokok. Ketika pembakaran, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen partikel dan komponen gas. Komponen partikel berupa tar dapat mempengaruhi kekasaran permukaan yang disebabkan pengendapan pada permukaan basis gigi tiruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, sampel terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Sampel resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang berukuran 50 x 20 x 3 mm. Sampel nilon termoplastik berbentuk silinder berdiameter 50 mm dengan ketebalan 2 mm. Jumlah seluruh sampel adalah 60 sampel untuk 6 kelompok

3 sampel. Sampel tersebut dilakukan pengujian kekasaran permukaan menggunakan alat profilometer, kemudian dilakukan analisis statistik univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan setiap kelompok, dilanjutkan dengan analisis statistik uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai p = 0,0001 (p< 0,05) dan nilon termoplastik dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa terpaparnya asap rokok pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik mengalami peningkatan nilai kekasaran permukaan dan semakin banyak terpapar asap rokok semakin meningkat pula nilai kekasaran permukaan. Daftar Rujukan: 50 ( ).

4 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Medan, 19 Oktober 2017 Pembimbing : Tanda Tangan Syafrinani, drg., Sp. Pros (K) NIP :

5 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Oktober 2017 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros : 1. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K) 2. Eddy Dahar, drg., M.Kes 3. M. Zulkarnain, drg., M.Kes

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda (Maraidun Hasibuan) dan ibunda (Bahariah) yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis Purnama Sari, Suryani Rahmah, dan Patmawati, serta adik penulis May Sarah dan Pangeran Hasibuan yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K) selaku dosen pembimbing dan selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi yang telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, nasehat, motivasi, kesabaran, dukungan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes, Sp.Pros(K) selaku Koordinator Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. 4. Ariyani Dallmer, drg., MDSc., Sp.Pros selaku ketua tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Eddy Dahar, drg., M.Kes dan M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. iv

7 6. Fitri Yunita Batubara, drg., MDSc selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi. 7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. 8. Muzakir, AmTG dan Asnidar, AmTG yang membantu pembuatan sampel penelitian saat melakukan penelitian di Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi. 9. Prana Ugiana Gio, M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik. 10. Teman satu bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi : Yudi Setiawan yang telah bersama-sama berjuang, saling mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta membantu dalam seluruh tahap penyelesaian skripsi. 11. Teman-teman terdekat penulis terutama Nuraisyah, Ika Purnama Sari, Ramadaniati, Dessy Handayani, Agung Pratama S, Giffari Alza F, M.Bagus Arsyadin dan terkhusus kepada Muhammad Novratama L atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman terdekat penulis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Rahmah Wahyuni T, Khairani Nasri, Wihda Munawarah, Putri Syahrani dan Pebby Dwi Novindy serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 13. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi : Rintan Permata Sari, Afrina Fadillah, Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Tasya Estu, Tri Rizky, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia, Hanny Natasya, Riri Harliani, Ludwika P, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP, v

8 Yosanna, Jasspreet Kaur, Uswatun Hasanah, Hafisafriani, Dinda Talitha, Mira Ginta, dan Afrita R atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, dan bagi kita semua. Medan, 19 Oktober 2017 Penulis (Saima Putri Hasibuan) NIM: vi

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vii xi xii xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigi Tiruan Pengertian Fungsi Persyaratan Klasifikasi Basis Gigi Tiruan Logam Non Logam Termoset... 9 vii

10 Termoplastik Resin Akrilik Pengertian Klasifikasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas Komposisi Manipulasi Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan Kekurangan Sifat-Sifat Sifat Mekanis Sifat Fisis Sifat Kemis Sifat Biologis Nilon Termoplastik Komposisi Manipulasi Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan Kekurangan Sifat-Sifat Sifat Mekanis Sifat Fisis Sifat Kemis Sifat Biologis Kekasaran Permukaan Pengertian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Permukaan Alat Uji dan Cara Pengukuran Rokok Klasifikasi Perokok Jenis Rokok Rokok Tembakau Rokok Putih Rokok Kretek Rokok Elektrik Kandungan Asap Rokok Nikotin Tar Karbon Monoksida Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan viii

11 2.8 Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian.. 37 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Besar Sampel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Klasifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Terkendali Variabel Tidak Terkendali Definisi Operasional Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pembuatan Sampel Tempat Pengujian Sampel Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat untuk Menghasilkan Sampel Alat untuk Menguji Sampel Bahan Penelitian Cara Penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Sampel Kelompok A (Resin Akrilik Polimerisasi Panas) Pembuatan Sampel Kelompok B (Nilon Termoplastik ) Pengujian Sampel Penelitian Pemberian Paparan Asap pada Sampel Pengukuran Kekasaran Permukaan Kerangka Operasional Penelitian Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik Yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok. 63 ix

12 4.2 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik Yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Definisi operasional variabel bebas Definisi operasional variabel terikat Definisi operasional variabel terkendali Definisi operasional variabel tidak terkendali Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik Yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas xi

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas Basis gigi tiruan nilon termoplastik Komponen rokok Rokok putih Rokok kretek Bagian-bagian rokok elektrik Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan nilon termoplastik Rotary Grinder Injection Flask Vibrator Cartridge Furnace Injector Scotch-Brite Brush Profilometer xii

15 17 Alat simulasi merokok Nilon murni Malam spru Saliva Buatan Model induk pada kuvet Mold yang diolesi dengan bahan cold mould seal Proses akhir dan pemolesan Pemasangan spru Mold yang berasal dari model induk yang sudah dikeluarkan Perlakuan dengan rokok Sampel yang telah terpapar Pengukuran kekasaran permukaan dengan profilometer xiii

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Ethical Clearance 2. Surat Izin Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU 3. Surat Izin Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan 6. Analisis Statistik xiv

17 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan. 1 Basis gigi tiruan berfungsi memperbaiki kontur jaringan, tempat elemen gigi tiruan, dan bagian yang mendapatkan dukungan dari jaringan lunak dan keras rongga mulut. 2 Basis gigi tiruan yang baik dibutuhkan untuk mendapatkan basis gigi tiruan yang tahan lama serta baik secara estetis dan biologis. Pada dasarnya, bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non logam. 3,4 Bahan basis gigi tiruan non logam termasuk polimer yang dibagi menjadi dua yaitu termoset dan termoplastik. Resin termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat dilunakkan seperti resin termoplastik. Contoh bahan termoset adalah vulkanit, fenol formaldehid, dan resin akrilik. Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali dicetak pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Contoh bahan termoplastik adalah asetal, polikarbonat, akrilik, dan nilon. 4-6 Resin akrilik mulai diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Dr Walter Wright memperkenalkan polimetil metakrilat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan utama yang paling banyak digunakan. 7 Resin akrilik yang digunakan di bidang kedokteran gigi umumnya dibedakan atas 3 jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP). 4,8,9 Resin akrilik polimerisasi panas disebut sebagai bahan basis gigi tiruan konvensional dan dianggap sebagai bahan yang paling populer untuk pembuatan

18 2 bahan basis gigi tiruan non logam. 10 RAPP banyak diminati sebagai bahan pembuat basis gigi tiruan karena bahan ini memiliki keunggulan yaitu, memenuhi syarat estetik, penyerapan air rendah, teknik pengelolahannya sederhana, mudah direparasi, dan lebih murah. 8,11,12 Saat ini ada berbagai macam bahan alternatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah nilon termoplastik. 3,11-13 Beberapa tahun terakhir ini nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan. Nilon diperkenalkan sebagai bahan basis gigi tiruan pada tahun Nilon adalah nama generik dari suatu tipe termoplastik polimer yang tergolong dalam kelas polyamide. Polyamide diproduksi oleh reaksi kondensasi antara diamine NH 2 -(CH 2 ) 6 -NH 2 dan dicarboxylic CO2H-(CH 2 ) 4 -COOH. Nilon merupakan polimer crystalline sedangkan resin akrilik merupakan polimer amorphous. 6,12 Nilon memiliki kelebihan yaitu kekuatan fisik yang tinggi, tahan panas dan bahan kimia, fleksibilitas yang tinggi, tingkat kekuatan yang sangat baik, resistensi terhadap panas, hampir tidak memiliki porositas sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri dan tidak toksik sehingga dapat diterima pada pasien yang alergi terhadap monomer sisa maupun logam. 3,6,12 Nilon termoplastik juga memiliki kekurangan, yaitu bahan ini sulit untuk dipoles sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar. 6,11,13 Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles. Permukaan yang kasar pada basis gigi tiruan nilon termoplastik disebabkan nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon termoplastik menjadi sulit untuk dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007 µm. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan bahwa nilai kekasaran permukaan nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm. 11 Secara klinis, basis gigi tiruan memiliki permukaan yang sangat halus untuk kenyamanan pasien, estetik yang baik, kebersihan mulut, dan retensi plak yang

19 3 rendah. Oleh karena itu, kekasaran adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan dan kekasaran permukaan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan akibat akumulasi mikroorganisme. Mikroorganisme ini akan meningkatkan prevalensi denture stomatitis, halitosis, discomfort, dan tingkat stain pada gigi tiruan. Selain itu, permukaan yang kasar dapat mengakibatkan perubahan warna pada basis gigi tiruan, ketidaknyamanan pada pasien dan kesulitan menjaga oral hygiene. 10,13 Penemuan ini juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk (1998) dan Taylor dkk (1998) yang menemukan perlekatan bakteri lebih banyak terdapat permukaan yang kasar. Hal ini didukung oleh Bollen dkk (1997) setelah penelitian secara in vivo menyarankan basis gigi tiruan dan restorasi gigi tidak boleh memiliki kekasaran permukaan lebih dari 0,2 µm. 10,11,13,14 World Health Organization (WHO) dalam Global Tobacco Epidemic (2008) melaporkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dari sepuluh negara yang merupakan negara dengan proporsi perokok tertinggi di dunia. 15 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sampai 2013 menunjukkan bahwa prevalensi jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007, rata-rata jumlah perokok di Indonesia adalah 34,7% (65,9% laki-laki dan 4,2% perempuan) meningkat menjadi 36,3% (68,8% laki-laki dan 6,8% perempuan). Rata-rata rokok yang dikonsumsi per harinya sebesar 12,3 batang (setara satu bungkus rokok). 16 Indonesian Family Life Story (IFLS) tahun 2000 melaporkan bahwa perokok di Indonesia lebih banyak mengkonsumsi rokok kretek (88,1%) dibandingkan dengan rokok putih (11,9%). Rokok kretek merupakan salah satu jenis rokok khas Indonesia dimana bahan utamanya selain tembakau juga terdapat cengkeh dan bahan lain yang ditambahkan pada waktu proses pembuatannya. 17 Menurut World Health Organization, kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dilaporkan sekitar 1,3 miliar orang diseluruh dunia, yang terkait dengan perubahan pada gigi dan basis gigi tiruan. 15 Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa asap rokok dapat mempengaruhi warna, microhardness, dan kekasaran permukaan dari komposit, gigi tiruan akrilik dan berbagai jenis gigi tiruan lainnya. 10

20 4 Menurut penelitian Mahross H dkk (2015) tentang pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan antara basis gigi tiruan RAPP dan resin akrilik polimerisasi sinar menunjukkan bahwa asap rokok meningkatkan kekasaran permukaan lebih besar pada RAPP dibandingkan pada resin akrilik polimerisasi sinar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan asap rokok terhadap spesimen RAPP meningkatkan nilai kekasaran permukaan, hal ini disebabkan karena pengendapan zat rokok pada permukaan spesimen. Sewaktu rokok dibakar, asap yang dihasilkan mengandung beberapa substansi, seperti karbon monoksida, formaldehid, radioaktif polonium, ammonia, nikel, arsenik, nikotin, tar dan cadmium. 10 Pemaparan asap rokok pada spesimen RAPP menyebabkan substansi rokok yang melekat tidak dapat hilang hanya dengan dibersihkan di bawah air mengalir, sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan. 10 Sewaktu rokok diisap, senyawa tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan yang bewarna coklat. Menurut Walsh (2004), stain terbentuk dan memiliki hubungan pada perokok kronis. 18 Menurut Graca L.M dkk, perokok kronis merupakan perokok yang merokok minimal 6 batang per hari. 15 Menurut Mathias P dkk (2010) tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik yang dapat melarutkan bahan polimer. Bahan polimer ini tidak dapat larut dalam cairan rongga mulut tetapi larut dalam beberapa tingkatan aromatik hidrokarbon. Selain itu, asap rokok yang bercampur dengan saliva akan menghasilkan larutan dengan ph asam yang dapat merusak keutuhan permukaan bahan serta dapat juga karena efek suhu dari merokok. 10, Permasalahan Kekasaran permukaan bahan basis gigi tiruan merupakan salah satu sifat fisik yang dapat berubah dan dianggap sebagai salah satu faktor penentu ketahanan klinis dari basis gigi tiruan. Permukaan yang kasar dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan menjaga oral hygine, karena debris makanan dan plak dapat melekat dengan mudah. Peningkatan kekasaran permukaan basis gigi tiruan dapat mempengaruhi akumulasi mikroorganisme yang dapat meningkatkan stain pada basis

21 5 gigi tiruan. Nilai permukaan kekasaran awal yang masih dapat diterima secara klinis untuk basis gigi tiruan 0,2 µm seperti yang dijelaskan oleh Bollen dkk (1997). Berdasarkan hal tersebut, tidak ada akumulasi plak yang terjadi dibawah nilai tersebut, akan tetapi peningkatan plak bisa terjadi jika nilainya lebih besar dari angka tersebut. Oleh karena itu, menghaluskan basis gigi tiruan sangat dianjurkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan adalah asap rokok. Asap rokok yang dihasilkan mengandung beberapa substansi, seperti karbon monoksida, formaldehid, radioaktif polonium, ammonia, nikel, arsenik, nikotin, tar dan cadmium. Substansi pada rokok ini didapatkan dari tanaman tembakau atau hasil pembakaran sewaktu membakar rokok. Hal ini yang dapat meningkatkan nilai kekasaran permukaan yang disebabkan pengendapan zat rokok pada permukaan basis gigi tiruan dan terjadi degradasi yang menyebabkan perubahan sifat fisik dari bahan basis gigi tiruan yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik. 1.3 Rumusan Masalah Pada penelitian ini, permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Berapakah nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok? 2. Apakah ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas? 3. Apakah ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok. 2. Untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

22 6 3. Untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh asap rokok terhadap basis gigi tiruan dan penerapannya, khususnya dibidang prostodonsia. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk penelitian lebih lanjut secara in vivo Manfaat Praktis 1. Membantu dokter gigi untuk lebih bijak dalam memberikan edukasi pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok untuk dapat merawat basis gigi tiruan dengan cara menyikat ataupun basis gigi tiruan direndam pada malam hari dan mengurangi jumlah rokok. 2. Melakukan prosedur finishing dan polishing yang lebih akurat pada pasien perokok untuk memastikan ketahanan basis.

23 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigi Tiruan Pengertian Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan Fungsi Fungsi basis gigi tiruan adalah: 2 1. Mendukung elemen gigi tiruan. 2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa. 3. Mengembalikan estetis wajah. 4. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawahnya. 5. Memberikan retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan Persyaratan Basis gigi tiruan harus memenuhi persyaratan berikut ini: 1,20 a. Biokompatibel: tidak toksik dan tidak mengiritasi b. Karakteristik permukaan: halus, keras dan berkilat c. Warna: translusen dan warna merata d. Stabilitas warna: baik e. Bebas dari porositas: tidak boleh menunjukkan rongga kosong f. Kekuatan lentur: tidak kurang dari Mpa h. Stabilitas dimensi: stabil dan akurat i. Kekuatan fatique: tinggi j. Abration resistance dan kekerasan: baik

24 8 k. Konduktivitas termal: baik l. Tidak ada monomer sisa, tidak menyerap cairan, dan tidak dapat larut Klasifikasi Basis Gigi Tiruan Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan dapat berasal dari bahan logam dan non-logam Logam Ada beberapa jenis logam yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, yaitu kobalt kromium, gold alloys, alumunium, dan stainless steel. 4,21 Bahan basis gigi tiruan logam memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 2 1. Penghantar termis Logam merupakan penghantar termis yang baik, karena setiap perubahan suhu yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsangan seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan di bawah basis gigi tiruan. 2. Stabilitas dimensi Basis yang terbuat dari gold alloys dan kobalt kromium tidak hanya lebih tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa mengalami perubahan selama pemakaian dalam mulut. 3. Ketahanan terhadap abrasi Bahan logam merupakan bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaan tetap licin dan mengkilap, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini dapat menghindari terjadinya penumpukan plak dan kalkulus. 4. Kekuatan maksimal dan ketebalan minimal Bahan logam bisa dibuat lebih tipis dibandingkan dengan bahan resin akrilik dan tetap memiliki kekuatan maksimal dan kaku. Keuntungannya dari basis yang tipis adalah memungkinkan ruang gerak lidah yang maksimal. Basis logam juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 2 1. Basis logam tidak bisa dilakukan reline atau direparasi kembali.

25 9 2. Warna logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga kurang estetis. 3. Relatif lebih berat. 4. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal Non Logam Berdasarkan sifat termalnya, basis non logam dapat dibagi menjadi dua yaitu termoset dan termoplastik. 4, Termoset Termoset adalah suatu bahan yang mengalami perubahan kimia selama diproses atau dibentuk, dimana produk akhir nantinya berbeda dari bahan asli. Setelah diproses, bahan tersebut tidak dapat dilunakkan kembali oleh panas ataupun dicetak ke bentuk lain. Jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan adalah vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik. 4, Termoplastik Temoplastik adalah bahan yang dapat dilunakkan dengan pemanasan dan diubah menjadi solid tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Bahan ini dapat dilunakkan kembali oleh panas dan dicetak ke bentuk lainnya. Jenis bahan termoplastik yang biasa digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan antara lain asetal termoplastik, polikarbonat termoplastik, akrilik termoplastik, dan nilon termoplastik. 4,5,6 2.2 Resin Akrilik Pengertian Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat basis gigi tiruan adalah polimetil metakrilat (PMMA) dan biasanya disebut dengan resin akrilik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri dari asam akrilik

26 10 (CH 2 =CHCOOH) dan asam metakrilat (CH 2 =C(CH 3 )COOH). 4,5 Resin akrilik mulai diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Pada tahun 1937, Dr Walter Wright memperkenalkan polimetil metakrilat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan utama yang paling banyak digunakan. 7 Sejak pertengahan tahun 1940, resin akrilik sudah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk berbagai keperluan seperti splinting, pelapis estetik, bahan pembuat anasir gigi tiruan, piranti ortodonti, bahan reparasi, dan bahan basis gigi tiruan Klasifikasi Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas. 4,8,9 1. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang dapat dilihat. Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks ureten dimetakrilat, microfine silica, dan camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan cahaya nm selama kira-kira 10 menit. 4,5,9 2. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas. 4,5,9 3. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan

27 11 perendaman air di dalam waterbath. Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku. 4,5,9 2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Walter Wright pada tahun 1937 resin akrilik polimerisasi panas disebut sebagai bahan basis gigi tiruan konvensional dan dianggap sebagai bahan yang paling populer untuk pembuatan bahan basis gigi tiruan non logam. 10 (Gambar 1) Resin akrilik polimeriasi panas merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan yang dicampur dan membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses polimerisasinya dapat diperoleh dari perendaman dalam air yang dipanaskan (waterbath). 5,22 Gambar 1. Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

28 Komposisi Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari: 4,22,23 a. Bubuk (powder) - Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat - Inisiator : benzoil perokside - Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik - Plasticizer : Dibutil pthalate - Serat sintetis seperti serat nilon atau serat akrilik b. Cairan (liquid) - Monomer : metil metakrilat - Dibutyl phthalate - Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat 1-2% - Inhibitor : hydroquinone 0,006% Manipulasi Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk yang keras dan kaku dengan menggunakan teknik compression moulding. Proses manipulasi RAPP dengan teknik compression moulding antara lain: 4,5,9 a. Perbandingan monomer dan polimer Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1. 1,4,9,21 b. Proses pencampuran polimer dan monomer Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan di dalam wadah yang bersih, kering, dan tertutup lalu dicampurkan sampai homogen. Selama proses pencampuran, ada beberapa tahapan yang terjadi, yaitu: 4,21 1. Sandy stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer. 2. Sticky stage adalah tahap ketika bubuk mulai larut dalam cairan sehingga akan terlihat seperti berserabut saat ditarik. Pada tahap ini monomer sudah berpenetrasi dengan polimer.

29 13 3. Dough stage adalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam mold. 4. Rubbery (elastic) stage adalah tahap saat monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold. 5. Stiff stage adalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk lagi. c. Proses pengisian dalam mold Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stage yaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak dua fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu kamar selama menit. 4,21 d. Proses kuring Proses kuring dilakukan sebanyak dua fase. Fase pertama dilakukan pada waterbath pada suhu 70 o C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan fase kedua yang dilakukan pada suhu 100 o C selama 30 menit sesuai dengan JIS (Japan Industrial Standart). Proses kuring dengan cara pemanasan yang tinggi dan cepat dapat menyebabkan sebagian monomer tidak sempat berpolimerisasi menjadi polimer sehingga dapat menguap dan membentuk bola-bola uap. Bola uap tersebut dapat terperangkap didalam matriks resin sehingga menyebabkan terjadinya internal porosity yang tidak terlihat. 1,4,21 e. Proses pendinginan dan penyelesaian Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, lalu resin akrilik dikeluarkan dari mold kemudian dirapikan dengan menggunakan bur dan selanjutnya dipoles. 21

30 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kelebihan antara lain: 8,11,12,20 1. Biokompatibilitas, yaitu tidak toksik dan tidak bersifat iritan 2. Stabilitas warna baik sehingga lebih estetis 3. Mudah dipoles dan dapat diperbaiki 4. Proses pembuatannya mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana 5. Harga yang relatif murah 6. Tidak larut dalam cairan rongga mulut 7. Tidak berasa dan tidak berbau Kekurangan Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kekurangan antara lain: 3,6,8,11 1. Konduktivitas termal yang rendah 2. Kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah 3. Ketahanan terhadap abrasi yang rendah 4. Adanya monomer sisa dapat menyebabkan reaksi alergi Sifat-Sifat Sifat bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis, dan sifat biologis. 1,9, Sifat Mekanis Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan energi dan kekuatan serta efeknya terhadap benda. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatigue, crazing, dan kekerasan. 1,22,24

31 15 a. Kekuatan Tensil Kekuatan tensil merupakan kekuatan yang sering menyebabkan terjadinya retak pada basis gigi tiruan. Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa (8000 psi). Salah satu kekurangan utama resin akrilik adalah kekuatan tensil resin akrilik yang rendah. 8,20,24 b. Kekuatan Impak Kekuatan impak merupakan kekuatan yang menyebabkan suatu bahan menjadi patah akibat benturan yang tiba-tiba. Kekuatan impak basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah 15 J/m. Kekuatan impak basis gigi tiruan RAPP relatif rendah. 4,5,22 c. Fatique Fatique merupakan kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigi tiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang terlalu lama. 1,22 d. Crazing Crazing muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigi tiruan. 1 e. Kekerasan permukaan Nilai kekerasan permukaan basis gigi tiruan RAPP adalah 20 VHN atau 15 kg/nm 2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa RAPP relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan RAPP cenderung menipis. 1, Sifat Fisis Sifat fisis merupakan sifat bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas ekspansi termal, massa jenis, porositas, kekasaran permukaan dan stabilitas dimensi. 1,11

32 16 a. Ekspansi Termal Koefisien ekspansi termal adalah jumlah energi yang diabsorpsi suatu benda ketika dipanaskan. Koefisien ekspansi termal untuk resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar (81 x 10-6 ) 0 C. 4,8 b. Massa Jenis Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,15 1,19 gr/cm 3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hidrogen. 1,9,22 c. Porositas Salah satu masalah yang sering terjadi pada basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah adanya porositas atau gelembung selama proses manipulasi. Porositas pada permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas dapat terjadi secara internal dan eksternal. 4,22 d. Kekasaran Permukaan Kekasaran permukaan basis gigi tiruan merupakan salah satu sifat bahan yang harus ditentukan sebelum digunakan dalam mulut karena permukaan yang kasar dapat menyebabkan perubahan warna dari basis gigi tiruan, menjadi sumber ketidaknyamanan kepada pasien dan juga dapat menyebabkan perlekatan mikroorganisme dan pembentukan biofilm. Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles memiliki permukaan yang lebih halus daripada nilon termoplastik. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007 µm. 10 e. Stabilitas Dimensi dan Akurasi Stabilitas dimensi merupakan kemampuan resin akrilik polimerisasi panas untuk mempertahankan bentuknya baik setelah pemrosesan maupun sebelum

33 jam. 1,25 b. Pembentukan Koloni Bakteri 17 pemrosesan. Besarnya penyusutan yang terjadi selama polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,97% volume Sifat Kemis Sifat kemis adalah suatu sifat bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna. 1 a. Penyerapan Air Besarnya penyerapan air RAPP adalah 0,6 mg/cm 2 sedangkan besar kelarutan dalam cairan adalah 0,02 mg/cm 2. 1,8 b. Stabilitas Warna Resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. Stabilitas warna pada resin akrilik dikaitkan dengan lama pemakaian basis gigi tiruan Sifat Biologis Sifat biologis merupakan syarat utama dari seluruh bahan yang digunakan di bidang kedokteran gigi. Idealnya, suatu bahan yang baik digunakan dalam rongga mulut yaitu tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak karsinogen ataupun tidak menimbulkan reaksi alergi. 1 Sifat biologis basis gigi tiruan RAPP terdiri dari biokompatibilitas dan pembentukan koloni bakteri. a. Biokompatibilitas Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang biokompatibel, tetapi monomer sisa yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2%. Jumlah monomer sisa akan berkurang hingga 0,4% atau bahkan lebih kecil apabila dikuring pada suhu 70 o C dan dipanaskan dengan air mendidih selama 3 Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan basis gigi tiruan RAPP berkaitan dengan penyerapan air, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik

34 18 polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang tinggi dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi Nilon Termoplastik Nilon merupakan nama suatu polimer termoplastik yang dikenal secara generik dan tergolong dalam kelas poliamida yang ditemukan pertama kali pada tahun 1935 oleh Wallace Carothers di DuPont. Nilon mulai digunakan sebagai basis gigi tiruan pada tahun Nilon dibentuk dari hasil kondensasi kopolimer yang dibentuk dari reaksi antara diamine NH 2 -(CH 2 ) 6 -NH 2 dan dicarboxylic CO2H-(CH 2 ) 4 - COOH. Terdapat perbedaan utama dalam hal sifat antara resin akrilik dan nilon, yaitu nilon merupakan polimer crystalline sedangkan akrilik merupakan polimer amorphous. 6,11 Nilon adalah polimer semi-crystalline sehingga pada keadaan solid, nilon memiliki ikatan rantai yang lebih teratur karena adanya tekanan yang kuat antar rantai. Sifat crystalline ini mengakibatkan nilon memiliki sifat yang tidak dapat larut dalam pelarut, tahan terhadap panas, dan memiliki kekuatan tensil yang tinggi. 3,6 Nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan karena memiliki kelebihan antara lain estetis yang memuaskan, bersifat hipoalergenik sehingga menjadi alternatif perawatan bagi pasien yang alergi atau sensitif terhadap resin akrilik, serta tidak terdapat monomer sisa karena penggunaan injection moulding. 6,11,14,22 (Gambar 2)

35 19 Gambar 2. Basis gigi tiruan nilon termoplastik Komposisi Nilon merupakan suatu resin yang dihasilkan dari reaksi kondensasi antara diamine dan dibasic acid yang memberikan variasi dari poliamida dengan sifat fisis dan mekanis yang tergantung pada ikatan antara asam dan amida. Nilon memiliki ikatan linear (ikatan polimer tunggal) yang mengandung hexamethylenadiamine dan asam karboksilik di dalam nilon termoplastik yang akan membentuk ikatan poliamida yang panjang. Ikatan linear menyebabkan bahan nilon termoplastik menjadi fleksibel dan dapat dibentuk kembali. Ikatan linear dalam nilon termoplastik ini lebih lemah dibandingkan dengan ikatan polimer yang bercabang (cross-link) pada resin akrilik. 20, Manipulasi Nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan mengisi mold dengan teknik biasa, tetapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Nilon dimasukkan dalam satu cartridge dan dilelehkan pada suhu 248,8-265,5 o C dengan furnace elektrik. Selanjutnya nilon

36 20 yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger di bawah tekanan yang diberikan oleh pres hidrolik atau manual. Tekanan injection-moulding dijaga pada tekanan 5 bar selama 3 menit kemudian kuvet beserta cartridge segera dilepaskan. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit sebelum dibuka Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan Kelebihan dari basis gigi tiruan nilon termoplastik: 6,20,26,27 1. Estetis lebih baik karena bersifat translusen sehingga dapat menggambarkan warna jaringan yang berada di bawahnya 2. Tidak mengandung monomer sisa, sehingga aman digunakan untuk pasien yang alergi terhadap metil metakrilat 3. Elastisitas lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas 4. Ketepatan mengisi cetakan lebih baik dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas 5. Tidak menggunakan cangkolan logam 6. Hampir tidak memiliki porositas 7. Kekuatan tensil jauh lebih besar daripada resin akrilik 8. Daya tahan terhadap impak dan fatique tinggi 9. Lebih tipis dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas Kekurangan Kekurangan penggunaan basis gigi tiruan nilon termoplastik: 6,12,20,27 1. Sulit diperbaiki bila terjadi kerusakan 2. Proses pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium 3. Sulit dipoles karena memiliki titik leleh yang rendah 4. Kekerasan nilon termoplastik lebih kecil dibandingkan RAPP 5. Penyerapan air tinggi 6. Stabilitas warna rendah

37 21 7. Tidak menghantarkan panas dan dingin seperti metal. 8. Proses pembuatannya lebih mahal Sifat Sifat Sifat dari suatu bahan basis gigi tiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis, dan sifat biologis Sifat Mekanis a. Kekuatan Tensil Kekuatan tensil nilon termoplastik adalah 98 N/mm 2. Nilai kekuatan tensil tersebut lebih besar dibandingkan resin akrilik. 20 b. Kekuatan Impak Kekuatan impak merupakan seberapa besar energi yang dapat diterima oleh bahan sebelum mengalami kerusakan. Nilai kekuatan impak nilon termoplastik adalah kg/mm 3 1, 28. c. Fatique Fatique adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban berulang di bawah batas tahanan bahan. Fatique dapat mengakibatkan terjadinya fraktur gigi tiruan. Pada nilon termoplastik, daya tahan terhadap fatique merupakan salah satu kelebihan utama nilon termoplastik. 1,6 d. Crazing Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan yang dapat melemahkan basis gigi tiruan. Crazing dapat muncul pada permukaan gigi tiruan akrilik, namun tidak dapat terjadi pada basis gigi tiuan nilon. 1 e. Kekerasan Kekerasan nilon adalah 14,5 VHN. Nilai kekerasan tersebut lebih kecil dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki kekerasan sebesar 20 VHN. 1

38 Sifat Fisis a. Massa jenis Massa jenis yang rendah merupakan sifat yang menguntungkan karena gaya gravitasi yang menyebabkan lepasnya gigi tiruan atas berkurang. Massa jenis nilon adalah 1,14g/cm b. Perubahan dimensi Parvizi dkk (2004) membandingkan stabilitas dimensi basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan RAPP yang diproses secara konvensional, dan dimanipulasi dengan injection moulding. Hasil penelitian menunjukkan penyusutan tertinggi terjadi pada basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan persentase 2,5% pada lengkung dimensinya yaitu 2,8 kali lebih besar dibandingkan dengan RAPP. 12 c. Porositas Nilon hampir tidak memiliki porositas. Porositas pada nilon disebabkan masuknya udara selama prosedur pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat berbentuk pada basis gigi tiruan. 4,22 d. Kekasaran permukaan Kekasaran merupakan sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan. 10,13 Nilon termoplastik merupakan bahan yang sulit untuk dipoles sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar. Hal ini disebabkan karena nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon termoplastik menjadi sulit dipoles. Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan bahwa nilai kekasaran nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm. 6,11, Sifat Kemis a. Penyerapan air Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon. Penyerapan air yang tinggi pada nilon dikarenakan adanya ikatan amida pada

39 23 rantainya yang bersifat hydrophilic. Semakin tinggi konsentrasi amida pada rantainya, semakin tinggi nilai penyerapan airnya. 23,30 b. Stabilitas warna Stabilitas warna adalah kemampuan segala jenis bahan untuk mempertahankan warnanya. Ada dua faktor penyebab perubahan warna, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Penyerapan warna secara ekstrinsik menyebabkan diskolorasi pada nilon. Jika dibandingkan dengan RAPP, nilon memiliki stabilitas warna yang lebih rendah. 12, Sifat Biologis a. Biokompatibilitas Biokompatibilitas nilon termoplastik sangat baik. Nilon tidak memiliki monomer sisa dan hampir tidak memiliki porositas karena diproses dengan teknik injection moulding. Nilon termoplastik merupakan bahan yang menjadi alternatif perawatan bagi pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam dan monomer dari resin akrilik. 1,4,26 b. Pembentukan Koloni Bakteri Pembentukan koloni bakteri pada permukan gigi tiruan dipengaruhi oleh penyerapan air, kekerasan permukaan dan kekasaran permukaan. Nilon termoplastik memiliki permukaan yang lebih kasar daripada resin akrilik polimerisasi panas sehingga dapat memudahkan perlekatan sisa-sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan setiap hari dapat menjadi tempat akumulasi plak Kekasaran Permukaan Pengertian Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah di proses akhir dan dipoles serta diukur dengan satuan mikrometer (µm). Nilai ini merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar dan apabila deviasi kecil, maka permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan

40 24 yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang pendek. 31 Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang akan terjadi setelah pemakaian gigi tiruan beberapa bulan. Kekasaran permukaan adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan sehingga apabila basis gigi tiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan bakteri. Ural C dkk (2011) mengutip pendapat Williams dan Lewis menyimpulkan bahwa kekasaran permukaan dapat meningkatkan perlekatan mikroorganisme dan secara tidak langsung dapat mencederai jaringan. 32 Hasil beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa jika suatu basis gigi tiruan dengan kekasaran permukaan yang melebihi 0,2 µm dapat meningkatkan level perlekatan kolonisasi bakteri. 13 Hilgenberg SP dkk (2008) yang mengutip pendapat Quirynen dkk dan Bollen dkk menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 (µm) atau kurang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Permukaan a. Teknik pemolesan Kekasaran permukaan merupakan faktor penting karena secara langsung dapat mempengaruhi retensi plak, staining, kesehatan rongga mulut dan kenyamanan pasien. Teknik proses akhir dan pemolesan bertujuan untuk mengangkat bahan yang berlebihan dan menghaluskan permukaan yang kasar. Gungor dkk (2012) menyatakan pemolesan yang baik serta permukaan basis gigi tiruan yang halus, dapat lebih memudahkan pasien pengguna gigi tiruan dalam menjaga oral hygiene. 13 Ada dua metode yang sering digunakan dalam pemolesan yaitu pemolesan mekanis dan kemis. 10 Pemolesan secara mekanis menggunakan bahan abrasif, untuk menghasilkan pengikisan yang terkendali pada permukaan basis agar mengurangi kekasaran permukaan. Olivera dkk (2008) dan Al-Kheraif AAA (2014) menyatakan pemolesan secara mekanis lebih menghasilkan permukaan yang halus dibandingkan pemolesan secara kemis. 34

41 25 Menurut penelitian Alandia-Roman dkk (2013) terdapat peningkatan kekasaran semua bahan yang dievaluasi dan diamati bahwa jenis finishing yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap perubahan kekasaran komposit, dengan perbedaan yang signifikan antara prosedur finishing. 35 Menurut penelitian Mahross HZ dkk (2015) basis gigi tiruan yang dibuat dari bahan RAPP memiliki peningkatan kekasaran permukaan setelah terpapar asap rokok, tetapi basis gigi tiruan yang dibuat dari bahan resin akrilik polimerisasi sinar menunjukkan sedikit peningkatan kekasaran permukaan yang secara statistik tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena permukaan spesimen yang halus tidak memungkinkan perlekatan substansi dari rokok dan lebih mudah dicuci dengan air destilasi. Sehingga proses akhir dan pemolesan yang lebih akurat dapat mengurangi perlekatan substansi pada basis gigi tiruan. 10 b. Metode pembersihan Gigi tiruan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis atau kombinasi. Cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan yaitu secara mekanis dilakukan dengan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif dalam menghilangkan plak, tetapi jika teknik penyikatan dilakukan dengan kasar dapat menyebabkan gigi tiruan abrasif dan terjadi kekasaran permukaan. Metode pembersihan gigi tiruan secara kemis yang paling sering dilakukan dengan cara merendam basis gigi tiruan dalam bahan pembersih. Kelebihanya yaitu bahan pembersih kemis dapat mencapai seluruh permukaan gigi tiruan sehingga memberikan pembersihan secara menyeluruh. Metode kombinasi merupakan metode gabungan mekanis da kemis, salah satu contohnya adalah unit ultrasonik dengan komponen vibrasi. Walaupun teknik ini efektif, tetapi tidak adekuat dalam menghilangkan plak dari permukaan basis gigi tiruan. 36 c. ph Constantinescu dkk. (2007) membandingkan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva buatan dengan ph 5,5 dan 6,8, dan menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva yang lebih asam menunjukkan kekasaran yang lebih tinggi. Dari penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa keasaman saliva meningkatkan kekasaran permukaan basis

42 26 gigi tiruan resin akrilik. 37 Saliva merupakan cairan biologis yang pertama terpapar asap rokok sehingga dapat mempengaruhi perubahan laju alir dan ph saliva. Terdapat perbedaan ph saliva antara perokok dengan bukan perokok, dimana tingkat keasaman saliva perokok lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Khan dkk (2010) yang menyatakan ph saliva lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. 38 Tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok mengandung senyawa karbohidrat. Beberapa jenis karbohidrat yang dapat ditemukan yaitu pati, pektin, selulosa dan gula pada tembakau dapat diragikan oleh bakteri yang terdapat pada rongga mulut seseorang sehingga akan membentuk asam dan dapat menurunkan ph saliva. Selain karena pengaruh tembakau, penurunan laju alir saliva juga mempengaruhi ph dengan mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi ion bikarbonat dan hal ini juga menyebabkan penurunan ph saliva. Hal ini sesuai dengan penelitian Kanwar A dkk (2013) menyatakan bahwa laju alir saliva yang menurun menyebabkan ph saliva menjadi asam. 39 Menurut Mathias P dkk (2010) asap rokok yang bercampur dengan saliva akan menghasilkan larutan dengan ph asam yang dapat merusak keutuhan permukaan bahan serta dapat juga karena efek termal dari merokok. 10,19 d. Porositas Porositas pada resin akrilik terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi dengan polimer selama proses pencampuran. Porositas pada basis gigi tiruan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan, estetik dan kebersihan basis gigi tiruan. Beberapa faktor penyebab terjadinya porositas diantaranya adalah perbandingan monomer dan polimer yang salah, pengisian adonan resin akrilik pada fase yang tidak tepat dan waktu kuring yang tidak tepat Alat Uji dan Cara pengukuran Perangkat alat uji yang digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan adalah profilometer. Perangkat ini dilengkapi dengan analisis permukaan (sharp stylus) untuk melacak ketidakteraturan pada permukaan. Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode sentuhan (contact method) dan metode

43 27 tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer. 31 Metode tanpa sentuhan menggunakan profilometer optik dan dapat memberikan informasi yang sama seperti profilometer berbasis stylus. Ada banyak teknik yang berbeda untuk menggunakan metode tanpa sentuhan ini seperti laser triangulation (sensor triangulasi), confocal microscopy (digunakan untuk objek yang sangat kecil), low coherence interferometry digital dan holography Rokok Rokok merupakan sejenis produk tembakau yang paling umum diproduksi. Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Menurut lembaga survei WHO 2008, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai jumlah perokok terbesar di dunia. 15 Perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang sekitarnya. 40 Rokok berbentuk silinder dan merupakan gulungan bahan tembakau yang dibalut atau bahan non-tembakau. Sebatang rokok berdiamter 10 mm dan mempunyai ukuran panjang sekitar mm (bervariasi tergantung negara). Struktur rokok terdiri dari tembakau dan komponen non-tembakau yang merupakan filter dan kertas pembalut rokok. Pada ujung pegangan rokok, ada filter yang biasanya terbuat dari asetat selulosa yang bertujuan untuk menyaring nikotin dan tar sampai batas tertentu sesuai dengan standar International Organization for Standardization (ISO). Filter berperan untuk menyediakan ventilasi yang akan mengurangkan inhalasi nikotin dan tar dari rokok. 17,41 Asap rokok merupakan suatu aerosol yang terdiri dari partikel padat yang tersuspensi dalam gas. Merokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang terdiri dari gas dan bahan yang diendapkan saat diisap. Saat pembakaran, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen partikel dan komponen gas. Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti merokok

44 28 karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok. 40, Klasifikasi Perokok Menurut Conrad (2011), perokok dibagi atas tiga kelompok yaitu perokok aktif, perokok pasif (secondhand smoker) dan thirdhand smoker. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap tembakau dari rokok yang diisapnya bisa dalam bentuk rokok putih, cerutu, kretek dan sebagainya. Perokok aktif dapat diklasifikasikan menurut kemampuannya menghisap rokok, antara lain perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan merupakan perokok yang merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang adalah perokok yang menghisap batang rokok per hari sedangkan perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Perokok pasif (secondhand smoker) adalah orang yang terpapar dan menghirup asap rokok yang dihembuskan langsung dari perokok aktif. Thirdhand smoker adalah orang yang terhirup residual dari asap rokok secara tidak langsung. Residu dari sisa pembakaran rokok dapat menempel di berbagai tempat seperti pakaian, rambut, karpet dan lainnya meskipun rokok tersebut telah dimatikan. 42 Paparan akut dari perokok aktif dipengaruhi oleh banyaknya tembakau yang dikonsumsi, jenis produk yang menggunakan tembakau, cara merokok atau produk dari tembakau itu digunakan, serta tipe dan merk dari tembakau yang dikonsumsi Jenis Rokok Rokok Tembakau Menurut peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicoliana tabacum, nicoliana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. 43 (Gambar 3) Terdapat banyak jenis rokok,

45 29 rokok putih dan rokok kretek merupakan jenis rokok yang paling banyak diproduksi di Indonesia. 17,43 Gambar 3. Komponen rokok Rokok Putih Rokok putih merupakan rokok yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Rokok putih ialah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok putih adalah rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau lainnya tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI. Filter berguna untuk mengurangi bahan-bahan kandungan rokok yang mengganggu kesehatan manusia. 17 Persentase perokok di Indonesia yang mengkonsumsi rokok putih sebesar 3,7%. 43 (Gambar 4)

46 30 Gambar 4. Rokok Putih Rokok Kretek Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas sigaret dan boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah. 17 Rokok kretek merupakan rokok khas Indonesia karena kandungan yang dimiliki oleh rokok ini terdiri dari tembakau yang dicampur dengan campuran cengkeh sehingga memiliki bau yang khas. Rokok kretek mengandung 60-70% tembakau, 30-40% cengkeh serta bahan campuran lainnya. Sekitar 85-90% rokok yang beredar di Indonesia adalah rokok kretek. 44 (Gambar 5) Gambar 5. Rokok Kretek

47 Rokok Elektrik Rokok elektrik merupakan salah satu terapi pengganti nikotin yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap. Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya. Rokok elektrik mengandung kadar nikotin lebih rendah dibandingkan rokok tembakau, serta tidak menghasilkan tar. 45 Secara umum terdapat tiga bagian dari rokok elektrik, yaitu meliputi baterai, atomizer (tempat pemanasan dan penguapan nikotin), dan cartridge (wadah nikotin). 46 (Gambar 6) Gambar 6. Bagian-bagian rokok elektrik 46 Produk standar dari rokok elektrik mengandung nikotin, propilen glikol, perasa (memberikan sensasi rasa tembakau), dan air. Rokok elektrik awalnya digunakan sebagai NRT (nicotine replacement therapy) untuk mengurangi jumlah pecandu rokok, namun rokok elektrik gagal mengurangi pecandu karena setelah pecandu rokok mengonsumsi rokok elektrik, orang tersebut cenderung untuk mengonsumsi rokok tembakau untuk memenuhi kadar nikotin yang tidak terpenuhi oleh rokok elektrik. 45,46

48 Kandungan Asap Rokok Tembakau Asap rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbeda-beda. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85%) dan komponen padat atau partikel (15%). 17 Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbondioksida, hidrogen sianida, ammonia, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Sedangkan komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium dan lain-lain. Filter yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan beberapa tar dan partikel rokok yang berasal dari rokok yang diisap. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah diisap. Beberapa bahan kimia yang terdapat di dalam rokok mampu memberikan efek yang menggangu kesehatan antara lain nikotin, tar dan karbon monoksida Nikotin Nikotin terdapat di dalam asap rokok dan juga tembakau yang tidak dibakar. Nikotin juga memiliki efek adiktif sehingga seseorang menjadi perokok dan selalu ingin merokok atau ketagihan terhadap rokok. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk cairan, tidak bewarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin terserap dengan cepat dalam tubuh, dan mencapai otak dalam detik. Nikotin sering dianggap sebagai penyebab adiksi rokok pada perokok. Kadar nikotin pada rokok putih adalah 4-5 mg, sedangkan pada rokok kretek adalah 5 mg. 17, Tar Tar adalah sebuah zat yang dihasilkan dalam pembakaran tembakau rokok ketika seseorang merokok. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lain yang dibakar. 17 Sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel. Sewaktu rokok diisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan

49 33 gigi, saluran nafas, dan paru-paru. Tar yang mengendap pada gigi dapat menimbulkan masalah estetik dan juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga mudah melekatnya plak. 17,18,41 Standar yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 38/2000, yang menyatakan bahwa standar kadar tar untuk rokok kretek filter maksimum 20 mg/batang atau 1,5%. Kadar tar pada rokok kretek lebih banyak dibandingkan rokok putih Karbon Monoksida Ketika rokok dibakar, karbon monoksida akan dibentuk sebagai komponen gas dalam asap. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau kandungannya didalam asap rokok adalah 26%. Gas karbon monoksida ini mengikat hemoglobin dalam darah sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen yang diperlukan sel-sel tubuh dalam proses respirasi Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Bahan baku utama pembuatan rokok adalah tembakau yang didalam kandungannya terdapat tar, nikotin, karbon monoksida, ammonia, nikel, dan arsenik. Kandungan substansi racun dari rokok bisa berasal dari tanaman tembakau itu sendiri ataupun saat sedang dibakar. 10,41 Kandungan dari asap rokok dapat menyebabkan kekasaran permukaan bahan basis gigi tiruan. Menurut penelitian Mahross H dkk (2015) menunjukkan bahwa paparan asap rokok terhadap spesimen RAPP meningkatkan kekasaran permukaan, hal ini disebabkan pengendapan zat rokok pada permukaan spesimen RAPP. Sewaktu rokok dibakar, asap yang dihasilkan mengandung beberapa substansi, seperti karbon monoksida, formaldehid, radioaktif polonium, ammonia, nikel, arsenik, nikotin tar dan cadmium. 10 Peningkatan kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP menyebabkan rokok yang melekat tidak dapat hilang hanya dengan dibersihkan di bawah air mengalir, sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan kekasaran. 47 Peningkatan kekasaran permukaan pada spesimen resin akrilik dikaitkan dengan perlekatan zat

50 34 rokok yang tidak benar-benar dihilangkan saat dibersihkan hanya dengan air mengalir. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan bahan pembersih gigi tiruan untuk menghilangkan deposit tersebut secara efektif. Hal ini sesuai dengan Ayaz E dkk (2014) menemukan peningkatan kekasaran permukaan pada bahan gigi tiruan resin akrilik yang diuji setelah terpapar asap rokok dan penurunan total nilai kekasaran permukaan setelah direndam dengan menggunakan bahan pembersih gigi tiruan (Protefix; Queisser Pharma) 47 Menurut Mathias P dkk (2010) tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik dapat melarutkan permukaan bahan polimer. Sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel. Sewaktu rokok diisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat. Selain itu, asap rokok dapat bercampur dengan saliva yang menghasilkan ph asam yang dapat merusak integritas permukaan bahan basis gigi tiruan dan karena efek termal dari merokok. 10,18,47 Permukaan yang kasar dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan menjaga oral hygine, karena debris makanan dan plak dapat melekat dengan mudah. Kekasaran permukaan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan akibat akumulasi mikroorganisme. Mikroorganisme ini akan meningkatkan prevalensi denture stomatitis, halitosis, discomfort, dan tingkat stain pada basis gigi tiruan. Basis gigi tiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan bakteri. 11,13,14 Nilai kekasaran permukaan yang dapat diterima secara klinis pada bahan basis gigi tiruan 0,2 µm seperti yang dianjurkan oleh Bollen dkk (1997). Berdasarkan hal tersebut, tidak ada akumulasi plak yang terjadi dibawah nilai tersebut, akan tetapi peningkatan plak bisa terjadi jika nilainya lebih besar dari angka tersebut. 11,33

51 Kerangka Teori Basis Gigi Tiruan Rokok Logam Non Logam Tembakau Elektrik Termoplastik Termoset Polikarbonat Asetal Akrilik Nilon Kelebihan & Kekurangan Mekanis Komposisi Sifat Manaipula si Kemis Fisis Biologi s Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sifat Komposis i Vulkanit Swapolimerisas i manipulasi Fenol Formaldehid Polimerisasi Sinar Kelebihan & Kekurangan Kretek Asap Rokok Kandungan Kimia berupa Tar Putih Kekasaran Permukaan Fisis Biologis Kemis Mekani s

52 Kerangka Konsep Basis Gigi Tiruan Rokok Tembakau Rokok kretek Resin Akrilik Polimerisasi Panas Nilon Termoplastik Rokok Kretek Asap Rokok Jumlah Rokok 10 dan 20 batang Lama isapan atau lama merokok 10 menit / batang Sifat Fisis Kekasaran Permukaan Tar Nikotin Karbon Monoksida Tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik yang bersifat lengket dan menempel Sewaktu rokok diisap tar sebagai uap padat dan setelah dingin akan menjadi padat Pengendapan pada permukaan sampel

53 Hipotesis Penelitian 1 a. H o : Tidak ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas. b. H a : Ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas. 2 a. H o : Tidak ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. b. H a : Ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik.

54 38 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris dengan menggunakan desain post test only control group. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel penelitian untuk kekasaran permukaan terhadap RAPP menggunakan sampel yang berasal dari model induk yang terbuat dari logam tembaga berbentuk batang berukuran 50 mm x 20 mm x 3 mm berdasarkan spesifikasi International Organization For Standardization ,49 (Gambar 7) 20 mm 50 mm 3 mm Gambar 7. Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas Sampel penelitian untuk kekasaran permukaan terhadap nilon termoplastik menggunakan sampel yang berasal dari model induk yang terbuat dari logam kuningan berbentuk silinder berdiameter 50 mm dengan ketebalan 2 mm berdasarkan spesifikasi ADA no (Gambar 8)

55 39 50 mm 2 mm Gambar 8. Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan nilon termoplastik Besar Sampel Penelitian Besar sampel penelitian berdasarkan rumus federer sebagai berikut: (t-1) (r-1) 15 Keterangan: t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok sampel untuk pengujian terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik, maka t = 3 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : - Kelompok A : Sampel berbahan resin akrilik polimerisai panas a. Kelompok A1 : Resin akrilik polimerisasi panas tidak dipapar asap rokok b. Kelompok A2 : Resin akrilik polimerisasi panas yang dipaparkan asap rokok sebanyak 10 batang rokok c. Kelompok A3 : Resin akrilik polimerisasi panas yang dipaparkan asap rokok sebanyak 20 batang rokok - Kelompok B : Sampel berbahan nilon termoplastik a. Kelompok B1 : Nilon termoplastik tidak dipapar asap rokok b. Kelompok B2 : Nilon termoplastik yang dipaparkan asap rokok sebanyak 10 batang rokok

56 40 c. Kelompok B3 : Nilon termoplastik yang dipaparkan asap rokok sebanyak 20 batang rokok Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut: ( t 1 ) ( r 1 ) 15 ( 3 1 ) ( r 1 ) 15 2( r 1 ) 15 2r r r 17 r 8,5 r = 10 Besar sampel yang dibutuhkan adalah 60 yang terdiri dari kelompok A resin akrilik polimerisasi panas sebanyak 30 sampel dan kelompok B nilon termoplastik sebanyak 30 sampel, dengan perlakuan setiap kelompok adalah 10 sampel. 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Klasifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas Asap rokok yang dihasilkan dari: - 10 batang rokok - 20 batang rokok Variabel Terikat a. Kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP b. Kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik Variabel Terkendali a. Ukuran Sampel b. Perbandingan adonan gips keras

57 41 c. Waktu pengadukan gips keras d. Perbandingan polimer : monomer e. Tekanan pengepresan f. Suhu dan waktu kuring g. Suhu dan waktu pemanasan h. Teknik pemolesan i. Perendaman dengan saliva buatan j. Jenis rokok k. Jumlah rokok l. Isapan Rokok m. Waktu terpapar asap rokok Variabel Tidak Terkendali - Tekanan saat pemolesan Definisi Operasional Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas No Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat ukur Asap rokok 10 batang Asap yang dihasilkan dari 10 batang rokok merk - - Surya yang dipaparkan 1 pada permukaan sampel dan setiap rokok dibakar dalam waktu standar 10 menit, sehingga waktu paparan satu sampel sekitar 100 menit melalui isapan dari alat simulasi merokok Asap rokok 20 batang Asap yang dihasilkan dari 20 batang rokok merk Surya yang dipaparkan

58 42 pada permukaan sampel dan setiap rokok dibakar dalam waktu standar 10 menit, sehingga waktu paparan satu sampel sekitar 200 menit melalui isapan dari alat simulasi merokok Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat No Variabel Terikat Definisi Operasional Skala 1 2 Kekasaran RAPP Kekasaran nilon termoplastik permukaan permukaan Ukuran ketidakteraturan dari permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm) Ukuran ketidakteraturan dari permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm) Ukur Ratio Ratio Alat Ukur Profilometer Profilometer Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali No Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur 1 Ukuran sampel Ukuran dari sampel - Kaliper kelompok A resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang dengan ukuran 50x20x3 mm dan kelompok B nilon termoplastik berbentuk

59 43 silinder berdiameter 50 mm dan tebal 2 mm Perbandingan adonan gips Perbandingan antara - Gelas ukur keras jumlah gips keras : air yang dan wadah digunakan untuk menanam air sampel dalam kuvet, yaitu: 2 - Kelompok A = 200 gram gips keras : 100 ml air - Kelompok B = 100 gram gips keras : 30 ml air 3 Waktu pengadukan gips keras Waktu yang dibutuhkan untuk megaduk gips - Stopwatch selama 15 detik Perbandingan monomer Perbandingan antara - Sendok takar dan polimer jumlah polimer: dan wadah monomer resin akrilik air polimerisasi panas yang 4 digunakan pada penelitian, yaitu 2 gram polimer : 1 ml monomer (sesuai petunjuk pabrik) 5 Tekanan pres Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas yaitu 1000 psi untuk pengepresan pertama dan 2200 psi untuk pengepresan kedua Suhu dan waktu kuring Suhu dan waktu kuring dengan waterbath yaitu fase I 70 o C selama 90 - Stopwatch

60 44 menit dan fase II 100 o C selama 30 menit Suhu dan waktu pemanasan Suhu yang digunakan untuk melunakkan - Stopwatch bahan nilon pada alat furnace, yaitu 248, ,5 o C dengan waktu pemanasan bahan nilon pada furnace selama 10 menit Teknik pemolesan Cara pemolesan sampel - - dengan teknik pemolesan mekanis dan 8 hanya dilakukan pada salah satu permukaan sampel Perendaman dengan saliva Sampel direndam dalam - - buatan saliva buatan untuk 9 mengikuti kondisi rongga mulut Jenis Rokok Rokok yang digunakan yaitu rokok kretek merk gudang garam surya dengan kandungan tar sekitar 31 mg Jumlah rokok Jumlah batang rokok yang diisap yaitu 10 batang dan 20 batang Isapan rokok Isapan rokok dengan menggunakan bantuan alat vacum pump yang disambugkan pada alat Vacum Pump

61 45 simulasi merokok 13 Waktu terpapar asap rokok Setiap rokok dibakar dalam waktu standar 10 menit - Stopwatch Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali No Variabel Tidak Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur Tekanan saat pemolesan Tekanan yang diberikan selama sampel dipoles pada alat rotary grinder 3.4 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pembuatan Sampel 1. Unit Jasa Industri Dental FKG USU 2. Laboratorium Mesin Politeknik Medan Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Mesin Politeknik Medan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat untuk Menghasilkan Sampel 1. Kelompok A (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)

62 46 a) Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China) b) Rubber bowl dan spatula c) Model induk terbuat dari logam dengan ukuran 50 mm x 20 mm x 3 mm d) Lekron (Smic, China) e) Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk dari porselen f) Pres Hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) g) Vibrator (Pulsar-2 Filli Manfredi, Italy) h) Waterbath (Fili Manfredi, Italy) i) Mikromotor (Strong, Korea) j) Straight Handpiece (Strong, Korea) k) Fraser bur l) Polishing Motor (M2V Filli Manfredi, Italy) m) Brush (Scotch-Brite) n) Rotary Grinder (Metaserv, England) (Gambar 9) Gambar 9. Rotary grinder 2. Kelompok B (Nilon Termoplastik) a) Injection Flask (Gambar 10) b) Rubberbowl dan spatula

63 47 Gambar 10. Injection Flask c) Model induk terbuat dari logam berbentuk silinder dengan ukuran 50x20 mm d) Timbangan digital (KrisChef EK9150, China) e) Plugger f) Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italy) (Gambar 11) Gambar 11. Vibrator

64 48 g) Cartridge (Gambar 12) Gambar 12. Cartridge h) Fraser bur i) Rotary grinder (Metaserv, England) j) Furnace (Gambar 13) Gambar 13. Furnace

65 49 k) Injector (Gambar 14) Gambar 14. Injector l) Polishing Motor (M2V Filli Manfredi, Italy) m) Scotch-Brite Brush (Gambar 15) Gambar 15. Scotch-Brite Brush

66 50 n) Disc Pemotong o) Straight Handpiece (Olympia, Japan) p) Stopwatch q) Gunting/ pisau/ cutter Alat untuk Menguji Sampel a) Profilometer (Gambar 16) Gambar 16. Profilometer b) Alat Simulasi Merokok (Gambar 17) Gambar 17. Alat Simulasi Merokok a. Vacum pump b. Tabung pengasapan

67 Bahan Penelitian a) Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC 20, England) b) Nilon termoplastik (Valplast) (Gambar 18) c) Gips keras (Moldano, Germany) d) Vaselin untuk bahan separasi Gambar 18. Nilon termoplastik e) Malam spru (Gambar 19) Gambar 19. Malam spru

68 52 f) Cincin plastik g) Malam h) Alumunium foil i) Cold Mould Seal sebagai bahan separasi (QC 20, England) j) Plastik Selopan k) Kertas Pasir waterproof (Atlas) ukuran 600, 800, 1200 l) Coarse pumice m) Rokok Kretek (Gudang Garam Surya) n) Saliva Buatan (Gambar 20) Gambar 20. Saliva Buatan 3.6 Cara Penelitian Persiapan Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Model induk dibuat dari logam tembaga berbentuk batang dengan ukuran 50 x 20 x 3 mm (ISO ) untuk pembuatan mold sampel resin akrilik polimerisasi panas dan model induk dibuat dari kuningan berbentuk silinder dengan diameter 50 mm dan ketebalan 2 mm berdasarkan spesifikasi ADA no.12 untuk pembuatan mold sampel nilon termoplastik.

69 Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Sampel Kelompok A (Resin Akrilik Polimerisasi Panas) A. Penanaman Model Induk dalam Kuvet dan Pembuatan Mold 1. Seluruh bagian dalam kuvet bawah diolesi dengan vaselin, kemudian membuat adonan gips dengan perbandingan untuk satu kuvet 200 gram gips : 100 ml air. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik kemudian dilanjutkan dengan vacum mixer sampai tercampur homogen selama 30 detik dan adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah diletakkan di atas vibrator. 2. Model induk diolesi dengan vaselin setipis mungkin, kemudian diletakkan pada adonan gips di dalam kuvet bawah sampai permukaan model induk sama rata dengan gips, satu kuvet berisi 3 buah model induk. Kemudian diamkan sampai gips mengeras selama 60 menit Setelah adonan gips agak mengeras, rapikan gips yang berlebihan.(gambar 21) 3. Permukaan gips pada kuvet bawah diolesi dengan vaselin dan kuvet atas diletakkan diatas kuvet bawah, lalu diisi adonan gips dengan perbandingan 200 gram gips : 100 ml air. Setelah gips mengeras, kuvet dibuka dan model induk diangkat, kemudian mold yang didapat disiram dengan air panas sampai bersih untuk membuang vaselin yang tersisa dan dibiarkan hingga kering. Gambar 21. Model induk pada kuvet

70 54 B. Pengisian Resin Akrilik pada Mold 1. Polimer dan monomer dituangkan ke dalam pot porselen dengan perbandingan 2 gram polimer : 1 ml monomer sampai semua monomer teresap oleh polimer (sesuai petunjuk pabrik). 2. Adonan diaduk dengan spatula semen sampai monomer dan polimer tercampur baik dan homogen. 3. Permukaan mold diolesi dengan bahan cold mould seal. (Gambar 22) 4. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan pabrik, sampai mencapai tingkat dough stage dan tidak menempel pada dinding pot porselen kemudian diisi ke dalam mold. 5. Letakkan plastik selopan diantara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan dipres dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm 2 ) menggunakan pres hidrolik. 6. Kuvet atas dibuka, plastik selopan dilepas dan akrilik yang berlebihan dipotong menggunakan lekron. 7. Kuvet atas ditutup kembali lalu dilakukan pres akhir secara perlahan-lahan sampai tekanan 2200 psi dan dibiarkan pada suhu ruangan selama 30 menit. 8. Kemudian baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah tetap rapat dan dibiarkan pada selama 15 menit. Gambar 22. Mold yang diolesi dengan bahan cold mould seal

71 55 C. Kuring Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath, mula-mula suhu dan waktu kuring diatur yakni 70 o C selama 90 menit. Kemudian suhu dan waktu kuring dinaikkan menjadi 100 o C selama 30 menit, setelah itu kuvet dibiarkan sampai dingin pada suhu kamar. D. Proses Akhir dan Pemolesan Sampel dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan fraser bur. Sampel kemudian dihaluskan salah satu permukaannya dengan kertas pasir waterproof ukuran 600, 800 dan 1200 yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 5 menit dengan kecepatan 500 rpm. Untuk mencegah terlepasnya sampel pada saat pemolesan maka sampel diletakkan pada pemegang sampel yang terbuat dari resin akrilik. Kemudian dilanjutkan dengan Scotch-Brite brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan coarse pumice selama 5 menit hingga mengkilat. (Gambar 23) Gambar 23. Proses akhir dan pemolesan Pembuatan Sampel Kelompok B (Nilon Termoplastik) A. Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah 1. Penanaman model dengan teknik injection moulding dilakukan dengan menggunakan kuvet khusus untuk injeksi 2. Kuvet diolesi dengan bahan separasi vaselin

72 56 3. Adonan gips keras dibuat dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air 4. Adonan gips keras diaduk hingga homogen kemudian dituang ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator 5. Model induk dari logam dengan diameter 50 x 2 mm dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet, satu kuvet berisi satu model induk 6. Adonan gips dibiarkan selama 20 menit hingga mengeras B. Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas 1. Spru terbuat dari malam yang digunakan sebagai jalan masuk nilon diletakan pada tepi model induk (Gambar 24) 2. Olesi seluruh permukaan gips keras dengan vaselin 3. Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat 4. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air 5. Adonan gips diaduk hingga homogen dan dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang pengisian pada kuvet di atas vibrator 6. Tunggu gips mengeras selama 60 menit Gambar 24. Pemasangan spru

73 57 C. Pengangkatan Model Induk dan Pembuangan Spru 1. Setelah gips mengeras, kuvet atas dan kuvet bawah dibuka dan model induk dikeluarkan (Gambar 25) 2. Setelah itu kuvet atas dan bawah dipasang kembali 3. Spru dibuang dengan cara dipanaskan dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa spru pada gips Gambar 25. Mold yang berasal dari model induk yang sudah dikeluarkan D. Pengisian Nilon pada Mold 1. Siapkan cartridge untuk pengisian butiran nilon termoplastik kemudian potong alumunium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge 2. Nilon termoplastik ditimbang dengan timbangan digital sebanyak 12 gram, kemudian nilon dimasukkan ke dalam cartridge. 3. Sebelum cartridge dimasukkan ke furnance, furnance dipanaskan terlebih dahulu selama 20 menit 6. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon termoplastik dipanaskan dalam alat furnance pada suhu 248,8-265,5 o C selama 10 menit 7. Setelah nilon termoplastik meleleh, lapisi plugger penutup cartridge dengan cincin plastik dan tempatkan pada cartridge dan dipasangkan pada alat injector

74 58 8. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan nilon diinjeksikan ke dalam mold kemudian dibiarkan di bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras E. Proses Akhir dan Pemolesan Sampel dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan fraser bur. Sampel kemudian dihaluskan salah satu permukaannya dengan kertas pasir waterproof ukuran 600, 800 dan 1200 yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 5 menit dengan kecepatan 500 rpm. Untuk mencegah terlepasnya sampel pada saat pemolesan maka sampel diletakkan pada pemegang sampel yang terbuat dari resin akrilik. Kemudian dilanjutkan dengan Scotch-Brite brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan coarse pumice selama 5 menit hingga mengkilat Pengujian Sampel Penelitian Pemberian Paparan Asap pada Sampel a. Sebelum sampel dilakukan pengujian, setiap sampel di rendam dalam saliva buatan sekitar 5 menit untuk mengikuti kondisi rongga mulut lalu dilanjutkan dengan pemberian paparan asap rokok. b. Sampel dalam kelompok perlakuan diberikan paparan asap rokok di ruang pengasapan buatan yang mensimulasikan proses merokok secara in-vitro (Gambar 26) c. Sampel ditempatkan di tabung yang telah disesuaikan dengan template sehingga permukaan yang telah dipoles berkontak langsung dengan asap rokok d. Tutup tabung sampai rapat menggunakan tutupnya kemudian rokok dipasang di tabung e. Alat pengasapan disambung dengan alat pompa vakum yang menyebabkan tekanan negatif untuk aspirasi asap yang dikeluarkan oleh rokok f. Setiap rokok dibakar dalam waktu standar 10 menit

75 59 g. Waktu aspirasi/ tekanan dikontrol dan diprogram dengan pressure, switch dan timer h. Sampel dikeluarkan dari tabung (Gambar 27) i. Kemudian spesimen dibersihkan dengan sikat gigi di permukaan sampel dan dikeringkan dengan udara Gambar 26. Perlakuan dengan rokok Gambar 27. Sampel yang telah terpapar Pengukuran Kekasaran Permukaan 1. Nilai kekasaran permukaan (Rα) dari sampel diukur menggunakan profilometer, dengan kalibrasi cut-off filter 0,8 µm, evaluation length 4,00 µm, range

76 60 5,1 µm. Stylus bergerak melintasi permukaan spesimen dan tiga garis scanning dicatat dengan jarak 1 mm antara setiap garis. 2. Sampel diletakkan di atas meja sejajar alat profilometer dan alat dijalankan. (Gambar 28 a dan b) 3. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali pada permukaan sampel yang dipoles. Pengukuran pertama dimulai dari salah satu tepi permukaan yang telah ditandai dengan spidol, kemudian alat dijalankan dan membentuk suatu garis lurus melewati titik tengah sampel. Setelah hasil pengukuran pertama dicatat, sampel diputar 90 o dan alat dijalankan sehingga garis pengukuran kedua tegak lurus dengan garis pengukuran pertama. Hasil pengukuran kedua dicatat dan rata-rata dari kedua hasil pengukuran dihitung dan dicatat dengan satuan µm. (a) (b) Gambar 28. Pengukuran kekasaran permukaan dengan profilometer a. Resin akrilik polimerisasi panas b. Nilon termoplastik

77 Kerangka Operasional Penelitian Pembuatan Sampel RAPP Flasking Packing Kuring Deflasking Pembuatan Sampel Nilon Penanaman model induk pada kuvet bawah Pemasangan spru Pemasangan kuvet atas Sisa spru dibuang dan model induk diangkat Pemanasan furnace dan persiapan cartridge Nilon termoplastik dimasukkan ke dalam cartridge Penyelesaian Akhir dan Pemolesan RAPP dan Nilon Rendam dengan saliva buatan 5 sampel RAPP tidak dipapar asap rokok 5 sampel RAPP diberikan paparan asap rokok 10 batang pada alat simulsi merokok selama 10 menit 5 sampel RAPP diberikan paparan asap rokok 20 batang pada alat simulasi merokok selama 10 menit 5 sampel nilon termoplasti k tidak dipapar asap rokok 5 sampel nilon termoplastik diberikan paparan asap rokok 10 batang pada alat simulsi merokok selama 10 menit 5 sampel nilon termoplastik diberikan paparan asap rokok 20 batang pada alat simulsi merokok selama 10 menit Sampel dibersihkan secara mekanis dan dikeringkan dengan udara Sampel dibersihkan secara mekanis dan dikeringkan dengan udara Pengukuran kekasaran permukaan dengan profilometer Pengumpulan data Analisis data Hasil

78 Analisis data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Uji Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masingmasing kelompok. b. Uji one way ANOVA untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.

79 63 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok. Nilai kekasaran permukaan ketiga kelompok resin akrilik polimerisasi panas dari kelompok kontrol (A1) yaitu tidak terpapar asap rokok, kelompok yang terpapar asap rokok sebanyak 10 batang (A2), kelompok yang terpapar asap rokok sebanyak 20 batang (A3) diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran dari setiap sampel kelompok A1, A2 dan A3 yang diukur dengan menggunakan alat uji kekasaran permukaan yaitu profilometer dan dinyatakan dalam satuan µm. Hasil penelitian menunjukkan nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok A1 adalah 0,139 µm dan nilai terkecil adalah 0,110 µm, nilai terbesar kekasaran permukaan pada kelompok A2 adalah 0,170 µm dan nilai terkecil adalah 0,129 µm, dan nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok A3 adalah 0,225 µm dan nilai terkecil adalah 0,173 µm. Berdasarkan hasil analisis univarian diperoleh nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok A1 adalah 0,121 ± 0,008, nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok A2 adalah 0,144 ± 0,012, nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok A3 adalah 0,199 ± 0,014 (Tabel 5).

80 64 Tabel 5. Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas No. Sampel yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok Kelompok A1 (Tidak terpapar asap rokok) Kekasaran Permukaan (µm) Kelompok A2 (Terpapar asap rokok 10 batang) Kelompok A3 (Terpapar asap rokok 20 batang) 1 0,120 0,135 0, ,116 0,155 0, ,127 0,129** 0,225* 4 0,110** 0,149 0, ,128 0,132 0, ,118 0,170* 0, ,139* 0,134 0,173** 8 0,124 0,151 0, ,123 0,145 0, ,110 0,141 0,205 ±SD 0,121 0,0087 0,144 0,0126 0,199 0,0140 Keterangan : * nilai terbesar ** nilai terkecil Nilai kekasaran permukaan ketiga kelompok nilon termoplastik dari kelompok kontrol (B1) yaitu tidak terpapar asap rokok, kelompok yang terpapar asap rokok sebanyak 10 batang (B2), kelompok yang terpapar asap rokok sebanyak 20 batang (B3) diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran dari setiap sampel kelompok B1, B2 dan B3 yang diukur dengan menggunakan alat uji kekasaran permukaan yaitu profilometer dan dinyatakan dalam satuan µm. Hasil penelitian menunjukkan nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok B1 adalah 0,153 µm dan nilai terkecil adalah 0,107 µm, nilai terbesar kekasaran permukaan pada kelompok B2 adalah 0,192 µm dan nilai terkecil adalah 0,163 µm, dan nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok B3 adalah 0,247 µm dan nilai terkecil adalah 0,210 µm. Berdasarkan hasil analisis univarian diperoleh nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok B1 adalah 0,136 ± 0,013, nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok B2 adalah 0,174 ± 0,008, nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi kelompok B3 adalah 0,222 ± 0,010 (Tabel 6).

81 65 Tabel 6. Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik yang tidak No. Sampel terpapar dan terpapar asap rokok Kelompok B1 (Tidak terpapar asap rokok) Kekasaran Permukaan (µm) Kelompok B2 (Terpapar asap rokok 10 batang) Kelompok B3 (Terpapar asap rokok 20 batang) 1 0,132 0,178 0, ,124 0,167 0,210** 3 0,138 0,172 0, ,144 0,163** 0,247* 5 0,153* 0,175 0, ,146 0,184 0, ,107** 0,171 0, ,145 0,192* 0, ,135 0,179 0, ,137 0,168 0,223 ±SD 0,136 0,0130 0,174 0,0086 0,222 0,0107 Keterangan : * nilai terbesar ** nilai terkecil 4.2 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas. Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan analisis statistik ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa sebaran data normal. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai p = 0,731 untuk kelompok A1, nilai p = 0,454 untuk kelompok A2, nilai p = 0,918 untuk kelompok A3 (p>0,05). Hal ini menunjukkan data yang diperoleh normal. Setelah itu, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,888 dengan p = 0,423 (p>0,05). Hal ini menunjukkan data yang diperoleh homogen. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p = 0,0001 (p<0,05) hal ini menunjukkan terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas (Tabel 7).

82 66 Tabel 7. Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas Kelompok n Kekasaran Permukaan (µm) X ±SD P A1 (tidak terpapar asap rokok) A2 (terpapar asap rokok 10 batang) A3 (terpapar asap rokok 20 batang) ,121 0,0087 0,144 0,0126 0,199 0,0140 0,0001* Keterangan : * signifikan 4.3 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan nilon termoplastik diperoleh dengan analisis statistik ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa sebaran data normal. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai p = 0,321 untuk kelompok B1, nilai p = 0,849 untuk kelompok B2, nilai p = 0,183 untuk kelompok B3 (p>0,05). Hal ini menunjukkan data yang diperoleh normal. Setelah itu, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,337 dengan p = 0,717 (p>0,05). Hal ini menunjukkan data yang diperoleh homogen. Dari hasil uji ANOVA diperoleh p = 0,0001 (p<0,05) hal ini menunjukkan terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik (Tabel 8).

83 67 Tabel 8. Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik Kelompok n Kekasaran Permukaan (µm) X ±SD p B1 (tidak terpapar asap rokok) B2 (terpapar asap rokok 10 batang) B3 (terpapar asap rokok 20 batang) ,1361 0,0130 0,1749 0,0086 0,2222 0,0107 0,0001* Keterangan : * signifikan

84 68 BAB 5 PEMBAHASAN Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Dalam penelitian eksperimental laboratoris, peneliti melakukan suatu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkap pengaruh atau suatu gejala yang timbul akibat manipulasi tertentu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah post test only control group design, artinya nilai kekasaran permukaan sampel penelitian berperan sebagai variabel terikat yang diberikan perlakuan akhir tanpa terlebih dahulu diberikan perlakuan awal. Penelitian ini menyelidiki pengaruh dari suatu perlakuan terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibandingkan dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan berbeda. 5.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok Tabel 5 menunjukkan bahwa kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas terbesar pada kelompok A1 adalah 0,139 µm dan nilai terkecil adalah 0,110 µm, nilai terbesar kekasaran permukaan pada kelompok A2 adalah 0,170 µm dan nilai terkecil adalah 0,129 µm, nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok A3 adalah 0,225 µm dan nilai terkecil adalah 0,173 µm. Hasil tersebut didapatkan nilai kekasaran permukaan yang bervariasi pada setiap sampel dalam satu kelompok, walaupun masih dalam cakupan data yang homogen berdasarkan uji homogenitasnya (Uji Levene). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah pada waktu proses pembuatannya yaitu pencampuran antara monomer dan polimer bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak dilakukan secara bersamaan untuk semua sampel dan teknik pengadukan yang dilakukan secara manual menyebabkan kecepatan pengadukannya tidak dapat dikendalikan dengan sempurna.

85 69 Pengadukan antara bubuk dan cairan kurang homogen serta tekanan saat proses pengepresan yang kurang dapat menyebabkan porositas eksternal. 4 Adanya porositas pada basis gigi tiruan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan. Selain itu, perbedaan tekanan yang diberikan pada setiap sampel saat dilakukan pemolesan pada alat rotary grinder. Adanya tekanan yang diberikan tidak dapat terkontrol sehingga mengakibatkan perbedaan tinggi puncak alur yang terbentuk. Apabila tekanan sedikit diberikan, maka akan mengakibatkan pengikisan pada permukaan bahan tidak terjadi secara menyeluruh, akan tetapi apabila tekanan yang diberikan terlalu besar, maka semakin banyak bagian dari puncak dan lembah alur yang terbuang sehingga rata-rata kekasaran permukaan yang dihasilkan akan semakin kecil bahkan dapat menyebabkan pengikisan yang terlalu berlebihan pada permukaan bahan. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan sebanyak tiga kali dan diperoleh hasil dari pengukuran pertama, kedua dan ketiga pada sampel yang sama dapat menunjukkan nilai yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan garis yang dilewati stylus pada setiap pengukuran. Setiap pengukuran, stylus melewati garis yang berbeda dengan kedalaman alur yang berbeda juga, dimana semakin dalam alur yang terbentuk yang dilewati stylus setelah pemolesan maka nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan akan semakin besar. Menurut ISO yang dimaksud dengan kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata-rata profil, sehingga semakin dalam alur yang terbentuk pada profil maka akan semakin besar nilai rata-rata penyimpangan yang dihasilkan. Nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi resin akrilik polimerisasi panas kelompok A1 adalah 0,121 ± 0,008, kelompok A2 adalah 0,144 ± 0,012, dan kelompok A3 adalah 0,199 ± 0,014. Hasil yang diperoleh dari kelompok A1 didapatkan nilai rerata kekasaran permukaan yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahross H dkk (2015) dengan nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah dipoles adalah 0,135 ± 0,026 µm. 33 Selain itu, Abuzar dkk (2010) dengan nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan pemolesan adalah 0,046 ± 0,007 µm. 11

86 70 Perbedaan nilai kekasaran permukaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan teknik pemolesan dan merk resin akrilik yang digunakan. Nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas pada tabel 5 menunjukkan perbedaan dari masing-masing kelompok, pada kelompok A2 dan A3 yang diberi perlakuan asap rokok memiliki nilai rerata kekasaran yang lebih tinggi dibandingkan kelompok A1, sehigga semakin banyak terpapar asap rokok maka kekasaran permukaan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahross H dkk (2015) menunjukkan nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang terpapar asap rokok lebih tinggi daripada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang tidak terpapar asap rokok. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa kekasaran permukaan nilon termoplastik terbesar pada kelompok B1 adalah adalah 0,153 µm dan nilai terkecil adalah 0,107 µm, nilai terbesar kekasaran permukaan pada kelompok B2 adalah 0,192 µm dan nilai terkecil adalah 0,163 µm dan nilai kekasaran permukaan terbesar pada kelompok B3 adalah 0,247 µm dan nilai terkecil adalah 0,222 µm. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kekasaran permukaan yang bervariasi pada setiap sampel, sama dengan kelompok A, kelompok B juga dilakukan pengukuran kekasaran permukaan dan pemolesan manual oleh operator, sehingga tekanan pemolesan menghasilkan nilai yang berbeda-beda tiap sampel dalam satu kelompok. Nilon temoplastik merupakan salah satu bahan yang sulit pada proses manipulasinya dan pemolesannya karena memiliki titik leleh yang rendah sehingga nilon memiliki permukaan yang lebih kasar. Hasil dari penelitian ini, nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi nilon termoplastik kelompok B1 adalah 0,136 ± 0,013µm. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abuzar MA dkk (2010) dengan nilai rerata kekasaran permukaan nilon termoplastik setelah dilakukan pemolesan adalah 0,146 µm ± 0, Selain itu, Mekkawy dkk (2015) melakukan pengukuran kekasaran permukaan pada poliamida setelah dilakukan pemolesan dan hasil yang didapatkan adalah 0,119 µm ± 0,017. Perbedaan nilai kekasaran permukaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan teknik pemolesan dan merk bahan nilon termoplastik yang digunakan. 14

87 71 Nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi nilon termoplastik kelompok B1 adalah 0,136 ± 0,013, kelompok B2 adalah 0,174 ± 0,008, dan kelompok B3 adalah 0,222 ± 0,010. Pada kelompok B2 dan B3 nilai rerata kekasaran permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan B1. Hal ini dikarenakan pada kelompok B2 dan B3 diberi perlakuan asap rokok sedangkan B1 tidak diberi perlakuan asap rokok. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang diisap, lamanya merokok, dan jenis rokok yang diisap. Berdasarkan hal tersebut, semakin banyak jumlah rokok yang diisap maka semakin lama waktu merokok sehingga substansi berupa tar semakin banyak mengendap maka kekasaran permukaan semakin besar. Berdasarkan hasil beberapa penelitian in vitro bahwa jika suatu bahan basis gigi tiruan dengan kekasaran permukaan yang melebihi 0,2 µm dapat meningkatkan level perlekatan kolonisasi bakteri. Radford dkk (1998) dan Taylor dkk (1998) menyatakan perlekatan bakteri lebih banyak terdapat permukaan yang kasar. Perlekatan bakteri pada basis gigi tiruan dapat mengakibatkan bau mulut, denture stomatitis, dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pemakaian gigi tiruan. Selain itu, permukaan yang kasar dari suatu restorasi juga dapat mengakibatkan perubahan warna pada basis gigi tiruan, ketidaknyamanan pada pasien dan kesulitan menjaga oral hygiene. 11,13, Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 7, nilai kekasaran permukaan pada kelompok A1 yaitu sebesar (0,121 ± 0,008 µm), kelompok A2 (0,144 ± 0,012 µm), kelompok A3 ( 0,199 ± 0,014 µm). Berdasarkan hasil uji ANOVA satu arah diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p>0,05), hal ini berarti ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahross H dkk (2015) menemukan bahwa terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi

88 72 panas. Sewaktu rokok dibakar, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel. Komponen gas terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida hidrogen sianida, amoniak dan lain sebagainya. Sedangkan komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, cadmium, dan lain sebagainya. Komponen asap rokok yang paling berpengaruh terhadap kekasaran permukaan adalah komponen partikel yang berupa zat tar. Tar merupakan sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel. Adanya pigmen berwarna sebanyak 0,2% pada setiap batang rokok dan dilakukan pengasapan secara terus menerus diduga semakin banyak pula pengendapan yang terjadi. Endapan yang dihasilkan secara terus menerus akan menebal dan membuat basis gigi tiruan akan meningkatkan kekasaran. 10,18 Menurut Mathias P dkk (2010) tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik yang dapat melarutkan permukaan bahan polimer. Bahan polimer tidak dapat larut dalam cairan rongga mulut tetapi larut dalam beberapa tingkatan aromatik hidrokarbon. 10,19 Jenis rokok dapat mempengaruhi kekasaran permukaan, karena setiap jenis rokok memiliki kadar tar yang berbeda-beda. Rokok yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis rokok kretek yang memiliki kadar tar yang lebih tinggi dibandingkan dengan rokok putih. Penelitian ini menggunakan rokok kretek dengan kandungan tar sekitar 31 mg dan menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP yang terpapar sebanyak 20 batang adalah 0,199 µm sedangkan penelitian Mahross H dkk (2015) menunjukkan nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang terpapar asap rokok putih sebanyak 20 batang adalah 0,168 µm. Rokok kretek merupakan rokok khas Indonesia dan sekitar 85-90% beredar di Indonesia. 17,43

89 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 8, nilai kekasaran permukaan pada kelompok B1 yaitu sebesar (0,136 ± 0,013 µm), kelompok B2 (0,174 ± 0,008 µm), kelompok B3 (0,222 ± 0,010). Berdasarkan hasil uji ANOVA satu arah diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p>0,05), hal ini berarti ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan asap rokok terhadap permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik meningkatkan nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan, hal ini mungkin disebabkan karena pengendapan zat rokok pada permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Sebagaimana sewaktu rokok dibakar, asap yang dihasilkan mengandung beberapa komponen, seperti karbon monoksida, karbondioksida, nikotin, ammonia, nikel, arsenik, tar dan logam berat seperti cadmium. Menurut Mathias P dkk (2010) tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik sehingga dapat melarutkan permukaan bahan polimer. Penjelasan lain bahwa tar merupakan sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel. 10,18 Zat tar ini, melekat pada permukaan basis gigi tiruan, yang secara terus-menerus terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan nilai kekasaran permukaan. Nilon termoplastik memiliki permukaan yang lebih kasar daripada resin akrilik polimerisasi panas sehingga kemungkinan asap rokok yang dipaparkan pada permukaan sampel nilon termoplastik akan lebih mudah melekatkan komponen partikel berupa tar. Bila terpapar secara terus menerus maka dapat meningkatkan nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan. Selain itu, asap rokok yang bercampur dengan saliva akan menghasilkan larutan dengan ph asam yang dapat merusak keutuhan permukaan bahan serta dapat juga karena efek suhu dari merokok. 10 Kelemahan penelitian ini perbedaan tekanan yang tidak bisa dikendalikan selama proses pemolesan saat menggunakan polishing motor. Hal ini dapat mempengaruhi nilai kekasaran permukaan setiap sampel pada kelompok yang sama

90 74 oleh karena perbedaan jumlah pengikisan yang terjadi pada permukaan bahan. Kelemahan lain dari penelitian ini adalah pengukuran kekasaran permukaan menggunakan profilometer dengan ujung stylus yang berkontak langsung dengan sampel saat dilakukan pengukuran. Pemakaian yang secara terus menerus akan membuat ujung stylus menjadi datar dan aus. Jika ujung stylus membulat maka stylus tidak bisa menelusuri bentuknya dengan benar karena lebar alur goresan lebih sempit dari ujung stylus. Bentuk stylus yang berbeda ini akan mempengaruhi hasil pengukuran karena akan menghasilkan profil gelombang yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu penggunaan mikroskop elektron (scanning electron microscope) untuk memberikan perbandingan secara visual. Selain itu, penelitian in vitro mungkin tidak dapat menyerupai kondisi mulut sebagaimana keadaan asap rokok di rongga mulut seperti yang bisa dilakukan dalam sebuah penelitian in vivo (seperti kehadiran saliva yang memiliki efek buffering dan membersihkan zat asap yang mungkin dapat mengurangi efek termal asap pada bahan basis gigi tiruan.

91 75 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi pada basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang tidak terpapar asap rokok adalah 0,121 0,008, yang terpapar asap rokok sebanyak 10 batang adalah 0,144 0,012 dan yang terpapar asap rokok sebanyak 20 batang adalah 0,199 0, Nilai rerata kekasaran permukaan dan standar deviasi pada basis gigi tiruan nilon termoplastik yang tidak terpapar asap rokok adalah 0,136 ± 0,013, yang terpapar asap rokok sebanyak 10 batang adalah 0,174 ± 0,008, yang terpapar asap rokok sebanyak 20 batang adalah 0,222 ± 0, Ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). 4. Ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Pada penelitian ini terlihat bahwa terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin banyak terpapar asap rokok semakin meningkat pula nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan. 6.2 Saran 1. Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh asap rokok terhadap stabilitas warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik.

92 76 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya paparan asap rokok kretek ditambah periode waktu paparannya untuk melihat pengaruhnya dalam waktu yang lebih lama. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik secara in vivo. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik yang tidak terpapar maupun terpapar asap rokok menggunakan mikroskop elektron (scanning eclectron microscope).

93 77 DAFTAR PUSTAKA 1. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials.9 th ed. London: Blackwell Munksgaard, 2008: Gunadi A. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: Hipokrates, 2012: Salman M, Saleem S. Effect of different denture cleanser solutions on some mechanical and physical properties of nylon and acrylic denture base materials. J Bagh College Dentistry 2011; 23: Manappalil JJ. Basic dental material 3 th ed. India :Jaypee Brothers Medical Publisher, 2010: , 391-9, Anusavice KJ. Phillip s Science of dental materials. 11 th ed. Florida: Elsevier, 2003: Kohli S, Bhatia S. Polyamides in dentistry. Int J of Scientific Study 2013; 1(1): Tandon R, Gupta S, Agarwal SK. Denture base materials: from past to future. Indian J od Dental Science 2010; 2(2): Sitorus Z, Dahar E. Perbaikan sifat fisis dan mekanis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca. Dentika dent J 2012; 17(1): Zarb GA, Hobkirk JA, Eckert SE, dkk. Prosthodontic treatment for edentulous patients: complete dentures and implant-supported prostheses. 13 th ed. United States: Elsevier, 2013: Mahross HZ, Mohamed MD, Hassan AM, Baroudi K. Effect of cigarette smoke on surface roughness of different denture base materials. J Clin Diagn Res 2015; 9(9): Abuzar MA, Bellur S, Duong N, et al. Evaluating surface roughness of a polyamide denture base material in comparison with poly (methyl methacrylate). Journal of Oral Science 2010; 52(4): Vojdani M,Giti R. Polyamide as a denture base material: A Literature Review.J Dent Shiraz Univ Med Sci 2015; 16 (l): 1-9.

94 Gungor H, Gundogdu M, Duymus ZY. Investigating of the effect of different polishing techniques on the surface roughness of denture base and repair material. J Prosthet Dent 2014; 112: Mekkawy MA, Hussein LA, Alsharawy MA.Comprative study of surface roughness between polyamide, thermoplastic polymethyl methacrylate and acetal resin flexible denture base materials before and after polishing. Life Science J 2015; 12(10): Patil SS, Dhakshaini MR, Gujjari AK. Effect of cigarette smoke on acrylic resin teeth. J Clin Diagn Res 2013; 7(9): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS Jakarta: Litbang Depkes RI, 2013: Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2000: Kusuma ADRP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. (4 Februari 2017) 19. Mathias P, Costa L, Saraiva TA, Cavalcanti AN, da Rocha Nogueira-Filho G. Morphologic texture characterization allied to cigarette smoke increase pigmentation in composite resin restoration. J Esthet Restor Dent. 2010; 22(4): Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base material. Thesis. Mahidol, Thailand: Mahidol University, 2008: Veeraiyan DN, Ramalingam K, Bhat V, Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers;2007: 4-6, 101, Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. London: Elsevier, 2007: Sakaguchi RL, Powers JM. Craig's Restorative dental materials 13 th ed. Philadelphia, PA: Elsevier mosby, 2012: 171,192.

95 Kostoulas I, Kavoura VT, Frangou MJ, Polyzois GL. Fracture force, deflectionand toughness of acrylic denture repairs involving glass fiber reinforcement.journal of Prosthodontics 2008; 17: Herman F Mark. Encyclopedia of polymer science and technology. John Wiley & Sons Inc 2014: Sharma A, Shashidhara HS. A review: flexible removable partial dentures. J of Dental and Medical Sciences 2014; 13(12): Nengrutiu M, Sinescu C, Romanu M, dkk. Thermoplastic resins for flexible framework removable partial denture. TMJ 2005; 55 (3): Borntreger Information Technology Services. Picasso dental studios: removable appliances. (5 Maret 2017) 29. Kutsch VK,Whitehouse J, Schermerhorn C, dkk. The evolution and advancement of dental thermoplastics.. DentalTown Magazine 2003: Takabayashi Y. Characteristic of denture thermoplastic resin for non-metal claspdenture. Dental Material Journal 2010; 29(4): Anonymous. Surface roughness - Wikipedia the free encyclopedia. (5 Februari 2017). 32. Ural C, Sanal FA, Cengiz S. Effect of different denture cleanser on surface roughness of denture base materials. Clinical Dentistry and Research 2011; 35(2): Hilgenberg SP, Orellana-Jimenez EE, Sepȗlveda-Navarro WF, Arana-Correa BE, Alves DCT, Campanha NH. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins for provisional prosthesis. Material Research 2008; 11(3): Al-Kheraif AAA. The effect of mechanical and chemical polishing techniques on the surface roughnes of heat-polymerized and visible light polymerized acrylic denture base resin. Saudi Dent J 2014; 26:

96 Alandia-Roman CC, Cruvinel DR, Sousa AB, Pires-de-Souza FC, Panzeri H. Effect of cigarette smoke on colour change of dental composites. J Dent. 2013; 41: Sartori EA, Schmidt CB, Walber LF, Shinkai RSA. Effect of microwave disinfection on denture base adaptation and resin surface roughness. Braz Dent J 2006: 17(3): Constantinescu IR, Ursache M, Mardarez D. Effect of ph on the surface roughness of heat cured denture base acrylic resins. Rev Med Chir Soc Met Nat Iasi 2007; 111(2) Khan GJ, Javed M, Ishaq M. Effect of smoking on salivary flow rate. Gomal J of Med Sci 2010; 8(2): Kanwar A, Sah K, Grover N, Chandra S, Singh RR. Long-term effect of tobacco on resting whole mouth salivary flow rate and ph: an institutional based comparative study. European J of General Dent 2013; 2(3): Ramdhani M. Penerapan teknik control diri untuk mengurangi rokok pada kategori perokok ringan. Malang. J sains dan Praktik Psikologi 2013; 1(3): Geiss O, Kotzias D. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. A Report to the European Institute of Health and Consumer Protection. Italy: Luxembourg, 2007:1-10,20-2,30, Bernhard D. Ciggarette smoke toxicity. Austria: Wiley-VCH, 2011: Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Pengaman Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta,2003: Global Adult Tobacco Survey. GATS: Indonesia Report Jakarta: World Health Organization, 2012: Tanuwihardja RK, Susanto AD. Rokok elektronik (Electronic cigarette). J Respir Indones 2012 ; 32(1): Electronic Cigarette Association. The facts about electronic cigarette [Internet]. Available from: (21 Februari 2017).

97 Ayaz EA, Altintas SH, Turgut S. Effect of cigarette smoke and denture cleansers on the surface roughness and colour stability of different denture teeth. J Prosthet Dent. 2014; 112: Anonymous. Cigarette components. British American tobacco AXG42. (20 Februari 2017) 49. International Organization for Standardization 2008, Dentistry - Base Polymers - part 1: denture base polymers, ISO : 2008, International Organization for Standardization, Geneva. 50. Onwubu SC, Vahed A, Singh S, Kanny KM. Reducing the surface roughness of dental acrylic resins by using an eggshell abrasive material. J Prosthet Dent 2016; 117(2):

98 Lampiran 1 Surat Keterangan Ethical Clearance

99 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU

100 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan

101 Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU

102 Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin termoplastik merupakan material yang telahdigunakan pada kedokteran gigi selama lebih dari 50 tahun.resin termoplastik dapat secara berulang dilelehkan melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, dan berbagai polimer. 26 Perkembangan yang pesat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang proses polimerisasinya dengan pengaplikasian panas. Energi

Lebih terperinci

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI E MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI Disusun oleh: KELOMPOK E (040001500082) IgaEldita (040001500093) Jonathan Morgan (040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang berada di antara gigi dan rahang serta merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan sehingga

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B. PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASISGIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANASDENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA DENGANDAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik merupakan resin sintetis yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Resin akrilik terdiri dari powder dan liquid yang dicampurkan. Powder mengandung

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung elemen gigitiruan. 1,2,20 Basis

Lebih terperinci

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2010 Trisna Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Nilon Dengan Resin Akrilik Polimerisasi Panas xiv + 70 Halaman Daya tahan, penampilan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah derivatif dari etilen dan mengandung gugus vinynl dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah golongan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin akrilik merupakan suatu polimer dalam kedokteran gigi yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembuatan gigitiruan lepasan, reparasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan merupakan bagian gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak mulut, terutama pada daerah kehilangan gigi. Basis gigitiruan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946. Sebanyak 98% dari semua basis gigi tiruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan hal yang normal dari proses menua, dan dapat dianggap sebagai suatu penyakit biasa. Meningkatnya usia dengan penyakit gigi dan mulut serta

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik : Manipulasi Resin Akrilik Aktivasi Panas (Heat Cured) Grup : A2a Tgl. Pratikum : Selasa, 20 Maret 2012 Pembimbing : Sri Yogyarti,drg., MS Penyusun: 1. Ivan Indra

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas merupakan pilihan bahan basis gigi tiruan pada saat ini dan diperkenalkan di bidang kedokteran gigi sejak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Basis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus kehilangan gigi terjadi pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 1,8%, pada usia 55-64 tahun sebesar 5,9%,

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP KEBERSIHAN GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan gigigigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi tiruan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berada di atas linggir sisa yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan bermacam polimer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, basis gigitiruan juga digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan, dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan pasien untuk meningkatkan estetika semakin tinggi. Bagi kebanyakan orang, gigi yang putih dan bersih menjadi

Lebih terperinci

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin Lampiran 1 Kerangka Teori PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN KOPI Bahan basis gigitiruan resin Resin akrilik Polimerisasi panas Swapolimerisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris.Kegiatan percobaan yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari tentang pemulihan, pemeliharaan fungsi mulut, kenyamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat penting keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik. Dalam berbagai keadaan dan alasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan fungsi jaringan rongga mulut yaitu dengan mempertahankan efisiensi pengunyahan, meningkatkan fungsi bicara dan estetis dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian gigi asli yang hilang dan dapat dilepas dan dipasang sendiri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik, terpengaruh oleh cairan oral, dan mengalami perubahan dimensi selama proses pembuatan dan

Lebih terperinci

VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN

VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : KOH SHENG ZHE NIM :120600173

Lebih terperinci

Gambar1. Sifat polimer crystallinedan amorphous 7

Gambar1. Sifat polimer crystallinedan amorphous 7 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Termoplastik Resin termoplastik adalah bahan yang dapat dilunakkan dengan pemanasan dan diubah menjadi bentuk solid tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Resin termoplastik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Basis Gigi Tiruan 2.1.1. Pengertian Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA PASIEN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan.

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control. 3.2 Sampel dan Besar

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik merupakan turunan etilen dan mengandung gugus vinil dalam rumus strukturalnya. Resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kebutuhan masyarakat terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat, salah satunya adalah pembuatan gigi tiruan. Gigi tiruan merupakan protesa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian dan

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan basis gigi tiruan dalam dunia kedokteran gigi merupakan suatu hal yang sangat umum kita dengar, bahkan ada yang kita gunakan. Basis gigi tiruan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Resin komposit merupakan salah satu material yang paling populer dalam dunia kedokteran gigi karena sifat estetisnya yang sangat baik, kekuatan yang adekuat, dan kemampuannya

Lebih terperinci

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI 1 PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memeproleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL 0 PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh

Lebih terperinci

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon 43 Lampiran 1. Kerangka Teori Resin akrilik Pengertian Klasifikasi Polimerisasi kimia Polimerisasi panas Polimerisasi sinar Komposisi Waterbath Manipulasi microwave Metil metakrilat Kelebihan dan kekurangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Daniati Tri Erikawati NIM

SKRIPSI. Oleh : Daniati Tri Erikawati NIM PERBANDINGAN DESINFEKTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN EKSTRAK JAHE MERAH 100% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP PERUBAHAN WARNA PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED SKRIPSI Oleh : Daniati Tri Erikawati

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK

EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: SILVIA NIM: 090600139

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun seluruh gigi asli yang hilang dan jaringan di sekitarnya. Tujuan dari pembuatan gigi tiruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini digunakan resin akrilik polimerisasi panas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigi Tiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigi tiruan didefinisikan sebagai bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi merupakan keadaan satu atau lebih gigi yang hilang atau lepas dari soketnya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor penyakit dan bukan penyakit. Faktor

Lebih terperinci

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi di bidang kedokteran gigi telah menghasilkan berbagai macam inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti dkk., 2006).

Lebih terperinci