SKRIPSI. Oleh Tutik Muchasanah NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh Tutik Muchasanah NIM"

Transkripsi

1 PENINGKATANKEMAMPUANMOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENEMPEL MENGGUNAKAN TEHNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B2 TAMAN KANAK-KANAK ABA KRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Tutik Muchasanah NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIADINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2015 i

2

3

4

5 MOTTO Man jadda wajjada artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil ( peneliti) v

6 PERSEMBAHAN Seiring rasa syukur kehadirat Allah SubhaanahuWaTa alaa, karya ini saya persembahkan kepada: 1. Ibunda dan Ayah tercinta yang selalu memberikan semangat dan tidak hentihentinya mendoakanku. 2. Suamiku tercinta yang menyayangiku dan selalu memberikan dukungan. 3. Negeriku Indonesia tercinta. vi

7 PENINGKATANKEMAMPUANMATORIKHALUSMELALUIKEGIATANMENE MPELMENGGUNAKANTEKNIK MOZAIKPADA ANAK KELOMPOK B 2TAMAN KANAK-KANAK ABAKRICAK KIDUL 61 YOGYAKARTA Oleh Tutik Muchasanah NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan matorik halus Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta.Aspek motorik halus yang diteliti antara lain, kerapian, ketepatan, keluwesan jari-jari tangan ketika menempel. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Subyek dalam penelitian ini adalah 23 anak kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul dengan usia 5-6 tahun. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Teknik pengumpulan dataobservasi. Analisis data penelitian ini menggunakan deskritif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kemampuan motorik halus anaak meningkat menjadi 76. Kemampuan anak dalam menempel dengan kain perca 30 dan meningkat pada siklus 1 menjadi 51 kemudian kembali meningkat pada siklus II dengan memperoleh rata-rata sebesasr 76 sehingga mencapai kriteria keberhasilan yang di inginkan. Keyword : Peningkatan kemampuan motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menempel Dengan Tehnik Mozaik. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kekuasaan-nya, kasih sayang dan atas segala nikmat-nya, sehingga penulis dapat melalukan penelitian dan menyelesaikan laporan skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel dengan Tehnik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, motivasi, bantuan, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas NegeriYogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian demi terselesaikannya tugas akhir ini. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, pengarahan,dan bimbingan yang bermanfaat demi terselesaikannya skripsi. 4. Ibu Nelva Rolina, M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang selalu sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. viii

9

10 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... Xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Pembatasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian... 9 G. Definisi Operasional... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 tahun Pembagian Perkembangan Motorik Anak a. Perkembangan Motorik Anak.... b. Perkembangan Motorik Kasar Anak x

11 2. Pengertian Motorik Halus Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus Karakeristik Perkembangan Motorik Halus Faktor faktor dan Fungsi Motorik Anak Pendekatan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini B.Kegiatan Menempel Dengan Teknik Mozaik Pengertian Menempel atau Kolaase Menempel Untuk Anak Usia Dini Pengertian Mozaik Tujuan Dan Manfaat Teknik Mozaik Menempel Media Kain Perca Denagn Teknik Mozaik C. Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Pengertian Belajar Hakikat Pembelajaran Taman Kanak-Kanak Pembelajaran di TK Karakteristik Program Pembelajaran D. Kain Perca E. Kerangka Berpikir 41 F. Hipotesis Tindakan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu Penelitian C. Subyek Penelitian D. Prosedur Penelitian Siklus I Siklus II E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian F. Teknik Analisis Data xi

12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..... A. DeskripsiObyek penelitian B. Sejarah Berdirinya TK ABA Kricak Kidul Kecamatan Tegal Rejo. 55 C. Hasil Penelitian Karakteristik Responden Siklus I Siklus II Perbedaan Kemampuan Motorik Halus anak D. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. 73 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kisi-kisiInstrumen Tabel 2. Instrumen cheklist peningkatan kemampuan motorik halus Tabel 3. Rubrik penilaian kerapian mengelem Tabel 4. Rubrik penlaian ketepatan menempel Tabel 5. Rubrik penilaian keluwesan jari jari tangan ketikamenempel Tabel 6 Kategori Skor Hasil Observasi hal xiii

14 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. SkemaKerangkaPikir Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart. 39 Gambar 3. Contoh Media Benda Konkret padasiklus I dan II Gambar 4. Gambar 5. GrafikPeningkatanKemampuanMembilang... Grafik sebelum dan sesuah tindakan membilang banyak benda dan membilang dengan menunjuk benda-benda xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Anak Kelompok A Lampiran 2 Rencana Kegiatan Harian(RKH) Lampiran 3. Contoh instrument penilaian Lampiran 4. Instrument hasil kegiatan dikelas berupa LKA dan Observasi Lampiran 5 Foto dokumentasi 137 Lampiran 6 Perhitungan rata-rata Lampiran 7. Grafik table sebelum dan sesudah tindakan 141 Lampiran 8 Surat validasi penelitian Lampiran 9 Surat keterangan. 143 Lampiran 10 Surat ijin Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulasi, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulasi dengan baik dan sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bisa bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain. Santoso (2007: 29), menyatakan bahwa anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Anak usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan 1

17 yang sama tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambat keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya. Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting. Menurut Susanto (2011 : 164) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp (steples) untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. 2

18 Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Pada anak usia prasekolah 4 6 tahun akan digunakan sebagai dasar berpijak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak PAUD yaitu harus memiliki rasa ingin tahu dan inisiatif yang sangat besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Usia anak prasekolah ideal usia emas atau golden age karena ini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Di antaranya dapat dilakukan dengan kegiatan menempel. Menempel dapat mengembangkan motorik halus anak dan daya cipta anak. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi contoh menempel pola gambar yang sudah disediakan Suyanto (2005: 51) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Menurut Soemarjadi dkk (1992: 207) Mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemenelemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar atau desain. 3

19 Manfaat yang dapat diambil dari upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik adalah 1) Bagi anak didik yang terlibat sebagai subjek penelitian mempunyai implikasi langsung terhadap perubahan dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak, 2) untuk meningkatkan kreatifitas dan ide-ide yang baru dalam menciptakan suasana dan minat belajar peserta didik, 3) sebagai sarana untuk menambah koleksi media-media atau alat pembelajaran di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta, 4) sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berilmu pengetahuan yang tinggi, Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan dan inspirasi bagi peneliti lain yang tertarik meneliti hal yang sama dengan aspek yang berbeda di masa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan yang peneliti temui di lapangan, tepatnya dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta dalam pelaksanaan kegiatan belum berkembangnya motorik halus anak seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat/media dalam pengembangan motorik halus anak. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal. Selain it juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang belum bisa menulis dengan rapi, bahakan 4

20 masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar, hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik. Selain itu masalah yang terjadi di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta, pada saat pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan Real (PPL-Real) tahun 2014, ada lima bidang pengembangan yang dikembangkan di TK tersebut. Kelima bidang pengembangan itu adalah bidang pengembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, moral agama, dan motorik (motorik kasar dan motorik halus). Peneliti menemukan bahwa perkembangan kemampuan motorik halus masih rendah. Hambatan yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar yang dimaksud adalah menggambar dengan berbagai teknik seperti menggambar dengan teknik mozaik atau dengan teknik kolase. Kesulitan yang dialami guru dalam hal menggambar yaitu disebabkan oleh karakteristik anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Media yang kurang menarik juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Meskipun guru telah menjelaskan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, tetapi masih banyak anak-anak yang kurang mampu mengikuti dengan baik sehingga standar pencapaian perkembangan anak masih kurang memuaskan. Kurangnya standar pencapaian motorik halus anak dilihat dari 13 orang anak, 8 orang anak yang masih belum berkembang dimana masih kurang dari standar pencapaian, 3 orang anak mulai berkembang, dan 2 orang anak 5

21 berkembang sesuai harapan. Hal tersebut menggambarkan hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak masih kurang memuaskan. Kurangnya standar pencapaian yang dicapai oleh anak juga di pengaruhi oleh faktor psikologis dari anak. Faktor psikologis tersebut yaitu, anak-anak masih gelisah dalam mengerjakan tugas, anak merasa cepat bosan dan anak-anak masih merasa takut sehingga tangannya masih perlu dipegang. Faktor psikologis tersebut menyebabkan tugas yang diberikan kepada anak tidak dapat terselesaikan. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta masih kurang dari standar pencapaian yang diharapkan. Banyak cara untuk meningkatkan motorik halus anak misalnya dapat dilakukan dengan kegiatan menempel dengan teknik mozaik. Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak diuji dalam kegiatan menempel jika kegiatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak sudah meningkat dengan baik. Peneliti berusaha membantu para peserta didik anak (PAUD) menemukan makna dari kemampuan motoriknya yang bermanfaat bagi dirinya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nariasih, Wirya dan Asril (2014) dengan judul Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik 6

22 halus anak dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam pada siklus I sebesar 61,90% yang berada pada kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,45% tergolong pada kriteria tinggi. Peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55%. Sedangkan Wiranti (2015) dengan judul upaya pengembangkan motorik halus anak dengan menggunakan teknik mozaik kelompok B di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Sewon Bantul. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa menempel gambar melalui teknik mozaik dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak TK kelompok B1 di TK Pertiwi 57 Bangunharjo Sewon Bantul. Indikator keberhasilan ini terlihat dari kecermatan dan kemandirian anak sebelum dan sesudah pemberian tindakan yaitu berupa kegiatan menempel gambar dengan teknik mozaik yang menggunakan berbagai media dari alam dan buatan. Berdasarkan permasalahan diatas, diharapkan teknik mozaik ini dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Oleh karena itu menarik perhatian peneliti untuk mengangkat judul yaitu: Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel menggunakan Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak- Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. 7

23 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus belum maksimal. 2. Motorik halus anak dalam kegiatan menempel masih kurang. 3. Anak belum tertarik kegiatan menempel dengan tehnik mozaik 4. Kurangnya alat/media dalam pembelajaran untuk pengembangan motorik halus anak 5. Anak belum terbiasa menempel menggunakan teknik mozaik C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi fokus penelitian dengan meneliti tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik pada anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta? 8

24 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian pada penelitian ini adalah : Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Menambahkan pengetahuan tentang upaya untuk peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta 2. Bagi Lembaga Prasekolah/TK Mengoptimalkan peningkatan kemampuan matorik halus anak melalui kegiatan menempel dengan teknik mozaik. 3. Bagi Anak/Siswa Kegiatan menggambar dengan menggunakan teknik mozaik dapat meningkatan kemampuan matorik halus anak dan harus di gunakan sejak dini kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal perkembangan otak anak 9

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun 1. Pembagian Perkembangan Motorik Anak Pada dasarnya perkembangan motorik pada prasekolah meliputi perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. (Depdiknas, 2007: 3). a. Perkembangan Motorik Halus Anak Motorik halus anak adalah gerakan yang menggunakan otototot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, menggambar, dan sebagainya. Sujiono, dkk (2007: 37) menyatakan bahwa koordinasi gerak halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk dengan tanah liat plastisin, menggambar, mewarnai dan menggunting. Kemampuan gerak motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan memegang pensil secara benar dan kesiapan menulis. Kemampuan daya lihat juga merupakan gerakan halus lain yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kanan dan kiri. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses pertumbuhan motoriknya. Perkembangan pengendalian 10

26 jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat dan otot-otot yang terkoordinasi, sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otototot yang ada pada tubuhnya. Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut. Motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat, sementara gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya diinginkan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat (Syaudih, 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik halus adalah sebagai berikut : 1) Beda Anak Beda Pencapaiannya Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Anak perempuan cenderung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus, terutama soal kecekatannya, sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam melangkah, melempar bola, menaiki atau menuruni tangga. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. 2) Pencapaian Kemampuan 11

27 Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Untuk meningkatkan perkembangan motorik halus, yang perlu dilakukan orang tua antara lain: 1) Bersabar 2) Ajari anak menyelesaikan kegiatan belajarnya. 3) Berikan anak kesempatan memilih belajar apa yang disukainnya. b. Perkembangan Motorik Kasar Anak 1) Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Perkembangan Motorik Kasar Anak adalah suatu proses pematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial dan emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya yaitu tangan, kaki, dan anggota tubuhnya (Hurlock, 1998:39). 12

28 Sukamti (2007:15) menyatakan bahwa perkembangan motorik suatu proses kematangan motorik atau gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses syaraf yang menjadikan seseorang mamppu menggerakkan anggota tubuhnya. 2) Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak Motorik kasar anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan anak berkaitan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan dan lingkungan ikut berperan dan mendukungnya. Hurlock (1998: ) menegaskan bahwa prinsip-prinsip perkembangan motorik kasar anak di antaranya : a) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf b) Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang c) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik e) Perbedaan individu dalam perkembangan motorik 13

29 Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan anak. Alasan tentang fungsi perkembangan motorik anak berdasarkan usia (Depdiknas. 2007:2) adalah : a) Karena tubuh anak lebih lentur daripada tubuh anak remaja, sehingga amat mudah menerima pelajaran. b) Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbentuk. 3) Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak Keterampilan anak tidak akan berkembang melalui kematangan saja melainkan keterampilan tersebut harus dipelajari. Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan anak menurut (Sukamti, 2007:2-3) yaitu sebagai berikut : a) Kesiapan belajar anak-anak yang sudah memiliki kesiapan belajar akan lebih unggul dibanding anak yang belum memiliki kesiapan belajar. b) Kesempatan belajar, banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau bisa saja orang tua merasa takut akan melukai anaknya. 14

30 c) Kesempatan berpraktek, anak harus diberi kesempatan untuk dapat berpraktek semaksimal mungkin kualitas praktek lebih penting dari kuantitasnya. d) Modal yang baik, anak dalam mempelajari keterampilan motorik suka meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk dapat mempelajari keterampilaan seharusnya mendapatkan model yang baik pula e) Bimbingan, untuk dapat meniru model yang betul maka membutuhkan bimbingan, bimbingan dapat membantu anak membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan terlanjur melekat dan dipelajari. f) Motivasi, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kelompok sebayanya, serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain. Motivasi bias datang dari diri sendiri juga dari orang lain di sekitarnya. g) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan gerak anak berbeda-beda dan keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga harus dipelajari secara individu misal memegang sendok. 15

31 h) Keterampilan sebaiknya dipelajari secara bertahap dan satu persatu sehingga tidak membosankan dan hasil maksimal. Dengan demikian hal-hal yang penting dalam mempelajari keterampilan anak, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini adalah setiap keterampilan atau kemampuan motorik anak perlu dievaluasi, agar guru dapat mengetahui dan memantau tingkat perkembangan kemampuan motorik anak 2. Pengertian Motorik Halus Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya (Hurlock, 1999 : 25). Menurut Nursalam (2005: 45) perkembangan motorik halus adalah Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga. Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007) keterampilan motorik halus yang paling utama adalah: 16

32 a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara subtansi sudah mengalami kemajuan dan gerakanya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna. c. Pada usia 5 tahun, koordinasi pada motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. d. Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagai mana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti ke trampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan dan tangan yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia PAUD, antara lain adalah anak mulai bisa menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motoric kasar anak belajar menggerakan seluruh atau bagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus pada anak belajar ketepatan koordinasi 17

33 tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak dan anak belajar bekreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Santrock (2012:50), menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan motorik halus pada anak usia dini misalnya kegiatan menggambar, melipat, meronce, membentuk, menggunting yang memerlukan keterampilan jari-jari dan pergelangan tangan. Motorik halus juga memerlukan kecermatan dan koordinasi dalam bergerak. Susanto dalam Indraswari (2012:1:10), menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus yang berbeda-beda sehingga perkembangan motorik halusnya juga berbeda. 18

34 Suyanto dalam Indraswari (2012:12-13), mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Gerakan-gerakan tersebut berkembang melalui latihan-latihan yang tepat, sehingga anak-anak menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk penyesuaian dirinya. Menurut Hilgard (2002:14-15), anak usia PAUD 3-6 telah memilih kemampuan koordinasi motorik yang baik, koordinasi motorik halus antara tangan dan mata dikembangkan melalui permainan seperti membentuk tanah liat, melipat, mewarnai, meronce, mengunting dan bermain plastisin. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan menulis anak, melatih kegiatan motorik halus anak sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat merupakan kegiatan motorik halus yang dapat melatih kemampuan melihat ke arah kiri dan kanan yang sangat diperlukan dalam persiapan membaca. Pengembangan keterampilan motorik pada dasarnya merupakan kegiatan yang mengaktualisasikan seluruh potensi berupah sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan peribadi yang sesuai dengan cita-cita kemanusian atau diri seseorang. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan motorik halus dapat diartikan sebagai bagian dari 19

35 pendidikan terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan pengembangan anak secara menyeluruh (Sumantri, 2002:109). Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil seperti gerakan jari jemari tangan yang sering berhubungan atau berkaitan dengan koordinasi panca indera terutama mata dengan tangan (Pramareta, 2013:20). Dari definisi di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan mengontrol otot-otot kecil atau halus seperti jari-jemari yang menggunakan kecermatan gerak melalui pengindraan mata. Selain itu juga perkembangan motorik merupakan perubahan keterampilan motorik dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan keterampilan motorik. 3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus Menurut Vela (2009:21) ada beberapa tujuan pengembangan motorik halus pada usia 3-6 tahun yaitu : a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. b. Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari. c. Mampu koordinasi indera mata dan aktivitas tangan. Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini 3-6 tahun adalah agar anak dapat menunjukan kemampuan 20

36 menggerakkan anggota tubuhnya terutama tangan dan jari-jemari. Sedangkan, fungsi pengembangan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti pengembangan kognitif, bahasa, seni, sosial emosional dan aspek moral agama karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak terdapat atau mempunyai kesamaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. 4. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam Depdiknas (2007: 10) adalah sebagai berikut : a. Pada saat anak berusia tiga tahun Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk. b. Pada usia empat tahun Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna. c. Pada usia lima tahun Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan 21

37 melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek. d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan motorik halus anak terbagi atas 4, yaitu : pada umur 3 tahun, pada umur 4 tahun, pada umur 5 tahun dan pada umur 6 tahun 5. Faktor-Faktor Meningkatkan Motorik Dan Fungsi Motorik Anak Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat di lakukan oleh guru : a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya. b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan. c. Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk bermain dan bergembira sambil menggerakan anggota tubuh. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembanganya. 22

38 Fungsi Perkembangan Motorik Halus Menurut Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu : a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpenness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya. c. Melalui keterampilan Motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. 6. Pendekatan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini Ada beberapa prinsip yang hendak diperhatikan dalam pendekatan perkembangan motorik halus sebagai berikut : a. Belajar sambil bermaian Upaya stimulasi yang diberikan seorang pendidik terhadap anak usia dini 3-6, hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi. b. Kreatif dan Inovatif Kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dengan melakukan pembaharuan adalah aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, 23

39 membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal- hal baru. c. Berorentasi pada kebutuhan anak Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorentasi pada kebutuhan anak. d. Lingkungan kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga anak akan betah dalam bermain dan belajar. e. Tema Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak. f. Pengembangkan keterampilan hidup Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup, penggembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help) disiplin dan sosialisasi. g. Kegiatan berorentasi pada prinsip Perkembangan anak. 1) Siklus belajar anak selalu berulang. 2) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya. 24

40 3) Anak akan belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara pisikologis. 4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya. 5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual (Semiawan, 2001:46-48). B. Kegiatan Menempel dengan Teknik Mozaik 1. Pengertian Menempel atau Kolase Kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut collage dan berasal dari kata coller dalam bahasa Perancis yang berarti merekat. Alwi, dkk. (2001: 1168) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian menempel adalah melekat jika tidak dilem atau melekatkan sesuatu jika menggunakan lem. Susanto (dalam Sasrina, 2009) menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya. Ida (dalam Sasrina, 2009) mengatakan bahwa unsur-unsur seni rupa pada kolase meliputi: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan cahaya. Menempel atau kolase merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan 25

41 sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi (Christianti, 2010). Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik menempelkan bentuk bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola. Montase adalah menempel benda benda konkrit dalam sebuah gambar. Mozaik adalah menempel bentuk bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang digunakan, dapat juga diartikan menabur. Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan kreativitas. Selain itu keberanian anak untuk memilih bahan dan benda-benda yang digunakan untuk menempel juga dapat mengajarkan anak untuk berani mengambil keputusan dan berusaha untuk memecahkan masalah (Christianti, 2010). Berdasarkan berbagai penjelasan di depan, maka pengertian kolase/menempel adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak, yaitu dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, 26

42 bahan bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi. 2. Menempel untuk anak usia dini Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspek perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam` mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah digunakan anak untuk menempel. Bahan yang didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung, buah, biji-bijian, tutup botol, perca, serbuk gergaji, dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak atau sudah 27

43 tersedia. Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan. 3. Pengertian Mozaik Menurut Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4), menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan-lempengan, kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahanbahan yang bermacam- macam menjadi karya. Menurut Munandar (2005:23), mozaik adalah karya gambar atau desain yang dibuat dari susunan potongan-potongan, batuan- batuan, kaca berwarna, porselin, dalam perkembangannya mozaik telah memperkaya keragaman karya seni rupa seperti lukisan dinding (Fresco), karya seni kaligrafi, benda-benda kerajinan tangan, dekorasi, seni bangunan dan lainnya. Dari definisi mozaik di atas dapat disimpulkan bahwa mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang 28

44 menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. 4. Tujuan dan Manfaat Teknik Mozaik Ada beberapa tujuan dan manfaat teknik mozaik menurut (Yohana 20013:35): a. Tujuan Mozaik Bagi Anak 1) Agar anak mampu menggerakan fungsi motorik halus untuk menyusun potongan-potongan bahan (kain, kertas, kayu dan bij - bijian) dan merekatnya pada pola atau gambar. 2) Anak dapat mempraktikkan langsung. b. Manfaat Mozaik Bagi Anak 1) Dapat meningkatkan kreativitas seni pada anak 2) Dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan 3) Dapat meningkatkan daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa keindahan menempel mozaik. 5. Menempel Media Kain perca dengan Teknik Mozaik Setelah guru sudah membuat rencana gambar di atas bidang datar. Guru memperagakan cara menempel kain perca pada gambar topi, seperti warna merah, kuning, hijau. Pertama-tama guru membagikan gambar atau pola yang disediakan guru, membagikan kain perca itu 29

45 diberi lem kemudian tempelkan kain perca pada pola agak ditekan biar lebih lengket. Tetapi pada waktu anak memberi lem pada pola ibu guru harus memberi tahu langkah langkah membuatnya. Sesuai dengan gambar topi yang disediakan oleh guru dan warna kain perca. Pada saat anak mengerjakan itulah guru mulai memberi nilai/pengamatan dan tidak lupa memberi pujian dorongan serta memotivasi anak dapat menghasilkan kerja yang lebih baik lagi. Pelatihan Keterampilan menempel bagi kelompok B2 menurut Muharam (1992 : ) antara lain: a. Merencanakan gambar Mengingat kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang sangat lemah maka kegiatan menggambar ini dilakukan oleh peneliti. Gambar yang dibentuk dapat berupa gambar bangun datar, binatang atau benda lain yang sederhana. Gambar ini dilukis di atas kertas tebal (karton). b. Menyiapkan alat latihan keterampilan menempel Beberapa alat yang harus disiapkan antara lain : 1) Kertas karton yang sudah bergambar. 2) Perekat (lem). 3) Kain Perca yang telah diberi pewarna. 4) Menjelaskan urutan latihan. 30

46 Urutan dalam latihan keterampilan kolase tersebut adalah : a) Menjimpit kain perca yang telah diberi pewarna. b) Memberi perekat pada kain perca yang telah diberi pewarna. c) Menempelkan kain perca yang telah diberi pewarna pada gambar yang sudah disiapkan oleh peneliti. d) Melatih keterampilan kolase. Menurut Rullyramdhansyah (2010:4), Sebelum mulai melakukan latihan, terlebih dahulu persiapkan bahan dan alat yang diperlukan agar memudahkan proses kerja anda. Langkah kerja yang memerlukan persiapan khusus adalah mengumpulkan bahan sebagai material untuk kegiatan menempel. Bahan yang akan anda gunakan terlebih dahulu perlu disortir atau dipilih jenis warna, bahan dan teksturnya. Keterampilan menempel dengan urutan kerja diatas dilakukan siswa dengan bimbingan peneliti. Kain perca ini telah diberi pewarna dulu sebelumnya. Warna kain perca yang berwarna-warni akan menarik perhatian siswa, dengan demikian siwa merasa senang dan bersedia mengikuti kegiatan dengan baik dan tidak cepat bosan. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga motorik halus anak akan terlatih dengan baik. Persyaratan keterampilan menempel menurut Susanto (2002:65), bahwa keterampilan menempel harus mencakup 3 perlakuan yaitu 31

47 menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan sehingga secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil. Menurut standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul (2004 : 26) terdapat indikator keberhasilan dalam meningkatkan motorik halus anak yaitu : 1) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 2) Ketepatan menempelkan pada bagian gambar, 3) Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel C. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Belajar Menurut Omar Hamalik (2002:154), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. 32

48 Menurut Gadne yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan. Morgan yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Witherington yang dikutip Purwanto (2003:84) bahwa Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang berulang-ulang. 33

49 2. Hakekat Pembelajaran Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar (Hasanah, 2012 : 85). Menurut (Hasanah, 2012 : 87), secara garis besar, ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat raga. Kedua, pola (guru dan alat bantu) dengan siswa, ketiga, pola (guru)+(media) dengan siswa. Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan. Berdasarkan pola-pola pembelajaran diatas, maka pembelajaran bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi. Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar (Hasanah, 2012 : 86) 3. Taman Kanak-kanak Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian 34

50 rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu : 1) TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun, 2) TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun. Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK. 4. Pembelajaran di TK Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam pembelajaran tersirat adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjana (1995:5), pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan disengaja untuk menciptakan terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu anak-anak 35

51 (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Adapun proses pembelajaran pada hakekatnya terbagi dalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan yaitu proses belajar yang dilakukan oleh anak TK dan proses belajar yang dilakukan oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih dalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Bermain pada dasarnya mementingkan proses dari pada hasilnya. Menurut Pendapat Bredekamp yang dikutip oleh Masitoh (2003: 5) play is a important vehicle for children, social, emotional, and cognitive development. Artinya bermain merupakan wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan. Berbeda dengan pendapat Piaget yang dikutip oleh Masitoh (2003:5) bahwa, bermain merupakan wahana yang penting yang dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak. Belajar yang paling efektif untuk pendidikan anak usia dini/taman kanak-kanak adalah melalui suatu kegiatan yang konkrit dan pendekatan yang berorientasi bermain. Bermain sebagai suatu bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain kreatif anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak 36

52 lebih banyak belajar dari melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap obyek-obyek dan pengalamannya. Sebab anak dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh secara kognitif menuju berpikir verbal. Pada saat belajar anak melakukan kegiatan yang aktif membangun pengetahuan berinteraksi dengan lingkungan atau mempraktekkan langsung. Pengetahuan muncul bukan dari obyek atau anak, akan tetapi dari interaksi antara anak dengan obyek. Dalam memperoleh pengalaman seorang anak harus berinteraksi langsung dengan obyek, lingkungan atau sumber belajar sehingga dapat memanipulasi, menjelajah, menyelidiki, mengamati atau berbuat sesuatu dengan obyek tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di TK seperti yang dikemukakan oleh Masitoh (2003: 6): a. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan awal, pendidikan sekolah yang dikenal oleh anak, oleh karana itu Taman Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan menyenangkan. b. Sifat kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan seharihari seperti menjaga kebersihan dan keamanan mandiri, sopan santun, berani bertanggung jawab dan penggendalian diri. 37

53 c. Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak, oleh karena itu pengetahuan terhadap dunia sekitar merupakan alat yang dipilih oleh guru untuk penngembangan kemampuan dasar. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah dasar pembelajaran bagi anak. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip belajar yang berorientasi perkembangan dan bermain yang menyenangkan, didasarkan pada minat dan pengalaman anak, mendorong terjadinya komunikasi baik secara individual maupun kelompok, dan bersifat fleksibel. Masitoh (2003: 7) mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia dini sebagai berikut: a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi yang menyenangkan. b. Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat. c. Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual. d. Mendorong anak untuk mengambil resiko dan belajar dari kesalahan. e. Memperhatikan prinsip perkembangan anak. f. Bersifat fleksibel. 38

54 Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak peran guru lebih bersifat sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Guru perlu menyiapkan lingkungan, bahan-bahan, kegiatan yang menantang dan dapat menstimulasi anak agar terlaksananya pembelajaran yang optimal tidak terlepas dari karakteristik perkembangan anak, prinsip belajar dan kurikulum yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran di TK, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Tema yang dipilih sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum, dan menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas dan sesuai sub tema antara lain: a. Diri sendiri (Aku dan Panca Indera) b. Lingkunganku (Keluargaku, Rumah dan Sekolah) c. Kebutuhanku (Makanan, Pakaian, Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan) d. Binatang e. Tanaman f. Rekreasi (Kendaraan, Pesisir dan Pegunungan) g. Pekerjaan h. Air, Udara, dan Api 39

55 i. Alat Komunikasi j. Tanah airku (Negaraku, Kehidupan dikota dan didesa) k. Alam Semesta (Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, Langit dan Gejala Alam) Tema-tema ini kemudian disesuaikan dengan hasil belajar atau indikator pada bidang pengembangan dalam program semester. Perencanaan program semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis, olokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Penyusunan silabus pembelajaran dituangkan dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan harian. 5. Karakteristik Program Pembelajaran Pengembangan program pembelajaran pendidikan taman kanakkanak memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Program pembelajaran di taman kanak-kanak dilaksanakan secara terpadudengan memperhatikan kebutuhan terhadap kesehatan, gizi, stimulasi sosial dan kepentingan terbaik bagi anak. b. Program pembelajaran di tamman kanak-kanak dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan. c. Program pembelajaran di taman kanak-kanak berdasarkan prinsip belajar melalui bermain memperhatika perbedaaan individual, 40

56 minat, dan kemampuan masing-masing anak, soial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyrakat (Pedoman Pengembangan Proram Pembelajaran Di TK : 2010) D. Kain perca Kain perca adalah kain sisa guntingan yang berasal dari pembuatan pakaian,kerajinan atau produk tekstil lainya. Kain perca yang sudah terbuang ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dalam membuat topi. Sebelum melakukan penempelan kain perca yang belum diberi warna ini direndam kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air, kain perca direndam selama kedalam pasta makanan yang sudah dicampur dengan air, kain perca direndam selama dua hari agar warna yang dinginkan terlihat jelas, setelah selesai direndam kain perca dijemur agar mudah dalam proses menempelkannya di kertas yang sudah diberi pola.( perca) E. Kerangka berpikir Pada proses pembelajaran di Taman kanak-kanak ABA Kricak Kidul 61 yogyakarta khsusnya kelompok B2 dalam pelaksanaan kegiatanya belum berkembang motorik halus anak baru melakukan seperti menggambar sebuah gambar yang sederhana, memegang pensil, menggunting, dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat atau media dalam pengembangan motorik 41

57 halus anak. Motivasi yang di berikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan juga belum maksimal. Selain itu juga masih ada kemampuan motorik halus anak belum berkembang atau meningkat dengan baik ini terbukti masih ada anak yang belum bisa menulis dengan rapi, bahkan masih ada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar. Hal ini dipengaruhi karena motorik halus anak belum meningkat dengan baik. Banyak cara untuk meningkatkan motorik halus anak yaitu dengan cara menempel dengan tehnik mozaik di kelompok B2 ABA kricak Kidul 61 yogyakarta. Teknik mozaik merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada kemampuan motorik halus anak, karena anak dilatih dalam kegiatan menempel jika kegatan anak dapat menempel dengan baik, dan bersih, maka motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. Salah satu media untuk menempel menggunakan teknik mozaik adalah menggunakan media kain perca. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Upaya Peningkatan Morotik Halus Anak Kegiatan Menenmpel dengan Kain Perca Menggunakan Teknik Mozaik Gambar 1. Kerangka Berpikir 42

58 F. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan meruakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Jawaban sementara tersebut baru di dasarkan atau teori yang relevan belum di dasarkan pada fakta empiris di peroleh dari pengumpilan data. Dari uraian diatas maka di ajukan hipotesis tindakan sebagai berikut, bahwa kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di kelompok B2 Tk ABA Kricak kidul 61 Yogyakarta. 43

59 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2012:24) menyatakan, penelitian tindakan kelas atau Clasroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan menurut Wardhani & Wihardit (2008:1.4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. B. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 dalam penentuan waktu yang disesuaikan dengan kalender pendidikan di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta C. Subjek Penelitian 44

60 Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah subjeknya yaitu, 23 orang dengan 18 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. D. Prosedur Penelitian Adapun, prosedur pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1) Membuat RKH sesuai dengan tema 2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak 4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan 1) Kegiatan awal (30 menit) a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas. b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga 45

61 untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang. c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema tanaman dan subtema tanaman hias. d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru. e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: membuat bunga dengan teknik mozaik media kain perca. 2) Kegiatan Inti (60 menit) Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari b) Guru meminta anak didik menyebutkan kembali bahan mozaik kain perca Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola gambar yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan Anak mengerjakan tugas yang diberikan c) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi 46

62 d) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi e) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Istirahat / makan Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta berdoa sebelum dan sesudah makan. 4) Kegiatan akhir / penutup (± 30 menit) a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa e) Salam dan pesan. c. Observasi Mengamati semua prilaku anak dalam melaksanakan kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca. d. Refleksi Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik dengan untuk meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus I. Apabila hasilnya belum cukup maksimal, maka diatasi dengan dilakukannya perbaikan pada siklus II. 47

63 2. Siklus II Siklus II dilaksanakan melakukan perubahan pada bagian tertentu yang didasarkan pada refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sama halnya dengan siklus I yaitu: a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan yang dilaksanakan guru adalah: 1) Membuat tema 2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak 4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan 1) Kegiatan awal (± 30 menit ) a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas. b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang. c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema topi 48

64 d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru. e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: menempel topi dengan teknik mozaik 2) Kegiatan Inti (± 60 menit) Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan langkahlangkahnya sebagai berikut: a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari b) Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola topi yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan c) Anak mengerjakan tugas yang diberikan d) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi e) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi f) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Istirahat atau makan Bermain di luar ruangan, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta berdoa sebelum dan sesudah makan. 49

65 4) Kegiatan akhir (± 30 menit) a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa e) Salam dan pesan c. Observasi dan Evaluasi Mengamati semua perilaku anak dalam melaksanakan kegiatan dan pengamatan terhadap kreativitas seni anak dalam menempel bentuk topi dengan teknik mozaik kain perca d. Refleksi Hasil dari observasi guru melalui kegiatan mozaik untuk meningkatkan motorik halus anak dihimpun dan dirangkum untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus II. E. Teknik Pengumpulan Data dan Istrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada saat melakukan penelitian adalah: a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung dan ikut terlibat dalam pengamatan 50

66 yang dilakukan secara khusus yang ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. b. Portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil kerja anak yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran (James, 2006:84). 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta melalui menempel dengan teknik mozaik adalah Lembar Observasi. Lembar pengamatan pada penelitian ini berupa checklist angket yang telah dikembangkan peneliti menurut teori Raudhotul (2004; 26). Angket tersebut dijadikan pedoman peneliti dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik. Pada penelitian ini peningkatan kemampuan motorik anak pada kegiatan menempel antara lain yaitu 1) Ketepetan menggunting bagian gambar, 2) Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar, 3) Ketepatan menempelkan pada bagian gambar, 4) Kekuatan dan keluwesan jari-jari tangan ketika membuat guntingan. Sebelum menyusun lembar pengamatan, peneliti hendaknya menyusun kisi-kisi instrument terlebih dahulu agar mudah dalam menyusun lembar pengamatan. 51

67 Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian Indikator Kemampuan motorik Kerapian dalam halus anak pada mengelem dan kegiatan menempel menambahkan menggunakan teknik mozaik gambar Ketepatan menempelkan pada bagian gambar Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel No Tabel 2. Instrumen Checklist Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Nama Kriteria Penilaian Total Skor Anak Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar Ketepatan menempelkan pada bagian gambar Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel Keterangan : 1 = Tidak Mampu, 2 = Cukup mampu, 3 = Mampu 52

68 Tabel 3. Rubrik Penilaian Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar No Kriteria Skor Deskripsi 1 Tidak Mampu 1 Anak tidak mampu menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar 2 Cukup Mampu 2 Anak cukup mampu menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar 3 Mampu 3 Anak dapat menjaga kerapian dalam mengelem kain perca dan menambahkan gambar Tabel 4. Rubrik Penilaian Ketepatan menempelkan pada bagian gambar No Kriteria Skor Deskripsi 1 Tidak Mampu 1 Anak tidak mampu menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar 2 Cukup Mampu 2 Anak cukup mampu menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar 3 Mampu 3 Anak dapat menempelkan kain perca pada bagian gambar di kertas sesuai pola gambar 53

69 Tabel 5. Rubrik Penilaian Keluwesan jari-jari tangan ketika menempel No Kriteria Skor Deskripsi 1 Tidak Mampu 1 Anak tidak mampu luwes dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar 2 Cukup Mampu 2 Anak cukup mampu luwes dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar 3 Mampu 3 Anak dapat luwes dealam menempel kain perca sesuai dengan gambar F. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan akan diolah dengan cara memberi makna pada data tersebut dan dipergunakan persentase. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu persentase dengan (Sudjiono, 2008:43) rumus: X = (γ / n) * 100% Keterangan : X : Persentase γ : Jumlah anak yang berhasil n : Jumlah seluruh anak Tabel 6. Kategori Skor Hasil Observasi Persentase keberhasilan belajar Kriteria 76 % % Mampu 60 % - 75 % Cukup mampu 0% - 59% Tidak Mampu 54

70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK ABA Kricak Kidul yang beralamat di Kricak Kidul Tr RT 34 Rw.08 Kelurahan Kricak,Kecamatan Tegalrejo,Yogyakarta,kodepos dengan luas tanah 316 M2 dan luas bangunan TK 25*10 M2 status kepemilikan milik sendiri dan mulai operasi 16 februari 1987 type TK A izin operasional 053/N 13/H/1988 Akreditas Depdiknas A jumlah ruang kelas 9 kelas. B. Sejarah Berdirinya TK ABA Kricak Kidul Kecamatan Tegalrejo Semua berawal ketika pada tahun 1987 pimpinan ranting Aisyiah Kricak Kidul mempunyai gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak prasekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yatim piatu. Maka pada tanggal 16 februari 1987 didirikan TK ABA kricak kidul, kemudian diresmikan tanggal 6 agustus Waktu itu tk ABA kricak Kidul mempunyai 30 siswa dengan 3 pengajar.hingga tahun 1999 atau kurang lebih 14 tahun lamanya TK ABA Kricak kidul menggunakan gedung yang merupakan rumah yang dipinjam dari salahsatu tokoh masyarakat setempat.akhirnya padabulan November 1999 tempat belajar mengajar TK ABA Kricak Kidul menempati gedung baru yang beralokasi tidak jauh dari TK lama. Pembelian tanah dan pembangunan gedung baru ini adalah hasil sumbangan dan gotongroyong masyarakat sekitarnya 55

71 Setelah menempati lokasi dan gedung baru, maka makin banyak masyarakat yang mempercayakan pendidikan anak-anaknya di TK ABA Kricak Kidul. Menyadari hal ini juga merupakan tanggung jawab dalam pendidikan, maka TK ABA Kricak Kidul berpikiran untuk meneruskan dan menyempurnakan pembangunan gedung yang belum selesai (lantai 2) dan sedang terbengkalai pembangunannya. Dalam proses belajar mengajar masih menggunakan media dan sarana pembelajaran yang sangat sederhana, mengingat pendanaan yang sangat terbatas, meskipun TK ABA Kricak Kidul sering mendapatkan bantuan dari komite sekolah C. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Jumlah subyek penelitian ini adalah 23 responden. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi status usia, jenis kelamin Tabel 7. Distribusi karakteristik responden No Karakteristik N % 1 Jenis Kelamin Laki-laki 15 65,22 Perempuan 8 34,78 2 Umur > = 6 Tahun 18 78,26 < 6 Tahun 5 21,74 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 responden (55,22%), sedangkan sebagian besar responden mempunyai usia > = 6 Tahun sebanyak 18 respnden (78,26%) 56

72 2. Siklus I Untuk mendapatkan gambaran yang jelas hasil penelitian pada siklus I peneliti menjelaskan sebagai berikut : a. Perencanaan Adapun langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : 1) Membuat RKH sesuai dengan tema 2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak 4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi b. Pelaksanaan Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah : 1) Kegiatan awal a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas. b) Anak harus aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang. c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema tanaman dan subtema tanaman hias. 57

73 d) Anak harus aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru. e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: membuat bunga dengan teknik mozaik media kain perca. 2) Kegiatan inti Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari b) Guru meminta anak didik menyebutkan kembali bahan mozaik kain perca Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola gambar yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan Anak mengerjakan tugas yang diberikan c) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi d) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi e) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Kegiatan penutup a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran 58

74 b) Guru menilai hasil kerja anak didik c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa e) Salam dan pesan c. Observasi Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Ketika proses pembelajaran berlangsung, observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas setiap siswa dalam keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar mulai sampai kegiatan pembelajaran selesai. d. Hasil Kemampuan motorik Halus Anak Tabel 8. Siklus I Daftar Nilai Kemampuan motorik Halus Anak Responden Item1 Item2 Item3 Jumlah

75 Jumlah Mean Median Modus Dari tabel di atas, hasil total dari kegiatan menempel siklus I nilai tertinggi 8 dan terendah 3. Untuk nilai mean pada item1 adalah 1,5, item2 adalah 2 dan item3 adalah 1,7. Untuk nilai median pada item1 adalah 1, item2 adalah 2 dan item3 adalah 3, sedangkan untuk nilai dan modus pada item1 sampai item3 adalah 1. Dari hasil di atas di dapatkan bahwa kemampuan motoriuk halus anak dalam kegiatan menempel pada siklus I masih kurang baik. Mean adalah rata-rata dari jumlah skor data siswa,median adalah nilai yang sering timbul, dan Modus adalah nilai tengah dari nilai. e. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan hasil kemampuan motorik halus anak yang telah dilakukan dalam perbaikan pembelajaran ini masih dijumpai kekurangan baik dari guru maupun dari siswa. 60

76 Guru dalam menjelaskan materi masih belum terlalu fokus, sehingga pemahaman terhadap materi kurang maksimal. 3. Siklus II a. Perencanaan Adapun langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : 1) Membuat tema menggambar 2) Mempersiapkan dan membuat media pembelajaran 3) Menyiapkan lembar kerja anak 4) Menentukan alokasi waktu yang akan digunakan 5) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi 6) Guru menerangkan secara lebih jelas tentang materi pelatihan b. Pelaksanaan Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan perbaikan pembelajarannya adalah : 1) Kegiatan awal a) Anak diajak berbaris sebelum masuk kelas, guru menyapa memberi salam dan mengajak berdoa sebelum memulai aktivitas. b) Anak aktif ikut bernyanyi bersama sambil olahraga mengikuti irama lagu, melakukan kegiatan olahraga untuk pemanasan dengan kegiatan motorik, yaitu melempar bola sedang. 61

77 c) Menerangkan tema dan tujuan pelajaran hari ini, yaitu tema topi d) Anak aktif menyimak dan mendengarkan penjelasan dari Guru. e) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: menggambar topi dengan teknik mozaik 2) Kegiatan inti Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak dengan menggunakan media kain perca, langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Guru menjelaskan bahan-bahan mozaik dalam kehidupan sehari-hari b) Guru meminta anak didik mengambil bentuk pola topi yang akan dilakukan dengan teknik mozaik yang telah disediakan c) Anak mengerjakan tugas yang diberikan d) Guru menyuruh anak didik menempel kain perca menjadi bentuk topi e) Anak menempel kain perca yang telah diwarnai menjadi bentuk mozaik topi f) Guru memberi pujian kepada semua anak 3) Kegiatan penutup a) Guru dan anak didik menyimpulkan hasil pembelajaran b) Guru menilai hasil kerja anak didik 62

78 c. Observasi c) Guru membahas kegiatan dipertemuan selanjutnya d) Bernyanyi stelah itu dilanjutkan berdoa Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi peningkatan kemampuan matorik halus melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik di Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Ketika proses pembelajaran berlangsung, observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas setiap siswa dalam keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar mulai sampai kegiatan pembelajaran selesai. d. Hasil Kemampuan motorik Halus Anak Tabel 9 Siklus II Daftar Nilai Kemampuan motorik Halus Anak Responden Item1 Item2 Item3 Jumlah

79 Jumlah Mean Median Modus Dari tabel di atas, hasil total dari kegiatan menempel siklus II nilai tertinggi 9 dan terendah 7. Untuk nilai 2,4. Untuk nilai median pada item1 adalah 3, item2 adalah 3 dan item3 adalah 2, sedangkan untuk nilai dan modus pada item1 sampai item3 adalah 2. Dari hasil di atas di dapatkan bahwa kemampuan motoriuk halus anak dalam kegiatan menempel pada siklus II udah sangat bagus dan memuaskan. e. Refleksi Rencana perbaikan sudah dilaksanakan dengan baik. Guru lebih terarah dalam mengelola kelas, sehingga siswa lebih cepat menempatkan diri dan mengikuti pelajaran dengan baik. Dari beberapa indikator kemampuan motorik halus siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II baik dari kerapian dalam mengelem, ketepatan menempel pada bagian gambar dan keluwesan jari-jari tangan ketika menempel. 64

80 4. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tabel 10. Kenaikan Nilai peningkatan kemampuan matorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta melalui kegiatan menempel Responden Siklus I Siklus II Peningkatan (%) ,00% ,33% ,33% ,00% ,67% ,00% ,00% ,00% ,67% ,33% ,00% ,00% ,00% ,33% ,00% ,00% ,00% ,57% ,50% ,00% ,00% ,00% ,00% Jumlah 118,0 174,0 12,7 Mean 5,1 7,6 55,34% Median 5,0 7,0 60,00% Modus 3,0 57,0-12,50% Dari tabel di atas, hasil rata-rata siklus I dan siklus II adalah 5,1 dan 7,6. sedangkan untuk nilai median dan modus untuk siklus I adalah 5 dan 3, sedangkan siklus II nilai median dan modus adalah 3 dan 7. 65

81 Siklus II lebih meningkat dari pada siklus I karena kelompok siklus II menggunakan metode mozaik dalam proses pembelajarannya, sementara siklus I menggunakan metode mozaik dalam proses pembelajaran secara berkelompok, tetapi siswa belum sepenuhnya paham terhadap teknik mozaik itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari ratarata total kenaikan sebesar 12,7% pada siklus I. D. Pembahasan Berdasarkan hasil olah data di dapatkan bahwa hasil total dari kegiatan menempel siklus I nilai tertinggi 8 dan terendah 3. Untuk nilai mean pada item1 adalah 1,5, item2 adalah 2 dan item3 adalah 1,7. Untuk nilai median pada item1 adalah 1, item2 adalah 2 dan item3 adalah 3, sedangkan untuk nilai dan modus pada item1 sampai item3 adalah 1. sedangkan hasil total dari kegiatan menempel siklus II nilai tertinggi 8 dan terendah 7. Untuk nilai 2,4. Untuk nilai median pada item1 adalah 3, item2 adalah 3 dan item3 adalah 2, sedangkan untuk nilai dan modus pada item1 sampai item3 adalah 2. Untuk hasil rata-rata siklus I dan siklus II adalah 5,1 dan 7,6. Siklus II lebih meningkat dari pada siklus I karena kelompok siklus II menggunakan metode mozaik dalam proses pembelajarannya, sementara siklus I menggunakan metode mozaik dalam proses pembelajaran secara berkelompok tetapi siswa belum sepenuhnya paham terhadap teknik mozaik itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata total kenaikan sebesar 12,7% 66

82 pada siklus I. Nilai median dan modus untuk siklus I adalah 5 dan 3, sedangkan siklus II nilai median dan modus adalah 3 dan 7. Berdasarkan hasil di atas di dapatkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan matorik halus anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta melalui kegiatan menempel menggunakan teknik mozaik menggunakan kain perca. Menurut Christianti (2010), menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, menempel adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan bahan bertekstur dan benda benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi. Kain percadengan aneka warna termasuk dalam bahan-bahan bertekstur untuk digunakan sebagai bahan untuk menempel. Santrock (2012), menyatakan bahwa gerakan yang diatur secara halus disebut sebagai gerakan motorik halus. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus yaitu salah satunya kegiatan menggambar mozaik. Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4) menyatakan bahwa, elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang disebut sebagai mozaik. Media gambar dengan teknik mozaik memerlukan kecermatan dan koordinasi antara mata dan jari- 67

83 jemari anak, karena media gambar dengan teknik mozaik menggunakan oto-otot kecil. Media gambar dengan teknik mozaik dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Hal ini terlihat pada pelaksanaan kegiatan menggambar dengan teknik mozaik dari bahan alam, anak-anak menjadi lebih terampil dan berani menggunakan jari-jemarinya. Hal ini tampak dimana anak-anak menjadi lebih terampil dalam menempelkan bahan dan lebih terampil dalam mengoleskan lem. Anakanak juga terlihat lebih berani mengambil bahan yang disediakan secara satu-persatu dan menempelkan pada gambar dengan teliti. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Indraswari (2012), yang menjelaskan bahwa kegiatan mozaik ini merupakan salah satu dari banyak cara untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan membuat anak lebih terlatih motorik halusnya. Penelitian ini telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik. Kegiatan pembelajaran pada Siklus I dilakukan pada kompetensi dasar anak mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan menempel kain perca aneka warna secara berkelompok. Selama kegitan pelaksanaan pembelajaran secara berkelompok dengan menggunakan media kain perca aneka warna belum muncul ide-ide baru dan kolaborasi warna karena anak ingin mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri. Begitu juga dengan variasi ide anak belum berkembang secara maksimal sehingga tidak mendapatkan hasil karya yang memuaskan. 68

84 Kegiatan pembelajaran pada Siklus II dilakukan pada kompetensi dasar anak mampu meningkatkan kreativitas dengan kegiatan menempel kain percaaneka warna secara berkelompok secara peorangan. Dalam penelitian ini peneliti mengamati prilaku anak selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi anak. Penempelan kain perca aneka warna pada berbagai bentuk gambar,serta cara anak menggunakan lem, cara anak memilih warna kain perca, cara menempelkan kain perca pada pola gambar, mengkombinasi warna,membuat ide-ide baru dalam menempel sudah mulai sempurna dan terlihat jelas karena dilaksanakan perorangan, guru membimbing dan mengawasi anak dengan perhatian yang tinggi. Terdapat perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran Siklus I dengan Siklus II. Pada Siklus I, guru kurang jelas menerangkan tentang cara menempel kain perca dan manfaat kain perca bila sudah menjadi suatu hasil karya, tidak memberikan motivasi, anak-anak mengerjakan secara berkelompok sehingga hasil karya yang dibuat anak tidak maksimal karena masing-masing ingin menempel sesuai dengan keinginannya sehingga sering juga terjadi keributan serta guru tidak memberikan bimbingan dan bantuan serta pujian kepada anak. Pada Siklus II guru menjelaskan kembali kepada anak bahwa kegiatan menempel kain perca aneka warna akan menjadi suatu karya seni yang indah dan menarik. Guru memberikan motivasi pada anak agar lebih mandiri dan kreatif dalam menyelesaikan tugasnya sampai selesai tanpa 69

85 bantuan guru atau bimbingan bagi yang mengalami kesulitan. Pada saat anak-anak mengerjakan tugasnya secara perorangan sehingga motirik halus anak akan muncul lebih nyata sesuai yang diharapkan, dan guru selalu memberi pujian kepada semua anak yang hasil karyanya selesai dengan baik. Selain itu juga tangan anak-anak menjadi lebih lentur, terstimulasi untuk memegang dan mengoleskan lem sehingga kemampuan motorik halus anak dapat berkembang sesuai dengan harapan. Berdasarkan hal tersebut, bahwa kegiatan menggambar dengan teknik mozaik sangat erat hubungannya dengan kemampuan motorik halus karena menggunakan otototot kecil atau otot-otot halus. Kegiatan menempel dengan media kain perca dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan menciptakan sesuatu dengan berbagai media dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, salah satunya yaitu kegiatan menggambar dengan teknik mozaik. Kegiatan menciptakan sesuatu dengan berbagai media memerlukan keterampilan tangan serta cara berpikir yang kreatif sehingga anak dapat menciptakan suatu karya. Misalnya anak menciptakan berbagai bentuk menggunakan daun, kertas, batu-batu kecil, biji-bian dll. Tetapi dalam menciptakan sesuatu dengan berbagai media, tidak menutup kemungkinan adanya suatu faktor yang mempengaruhi anak kurang mampu menyelesaikan kegiatan. Faktor-faktor tersebut seperti anak kurang terampil dalam menggunakan jari-jemarinya karena koordinasi antara mata dan 70

86 tangannya kurang baik. Capain perkembangan menempel gambar dengan tepat serta menggambar sesuai gagasan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti kegiatan menggambar bebas dan kegiatan membuat gambar dengan teknik mozaik. Kegiatan- kegiatan tersebut memerlukan keterampilan dan koordinasi yang baik antara mata dan jari-jemari anak. Apabila koordinasi antara mata dengan tangan tersebut tidak baik, maka kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak dapat terselesaikan atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Kelenturan tangan anak dalam memegang atau menggunakan alat atau bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal lain yang mempengaruhi keterlambatan anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran mengenai motorik halus seperti kegiatan menciptakan sesuatu dengan berbagai media, menempel gambar dengan tepat, serta menggambar sesuai gagasan juga dipengaruhi oleh karakteristik anak yang berbeda. Potensi serta perkembangan anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya juga memepengaruhi hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, berarti bahwa Kegiatan menempel dengan menggunakan media kain perca dengan teknik mozaik dari bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di Taman Kanak-Kanak ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta. Maka dari itu, strategi 71

87 pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. 72

88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Teknik Mozaik melalui kegiatan menempel dengan kain perca dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B2 TK ABA Kricak Kidul 61 Yogyakarta dari skor 5,1 dengan kategori rendah meningkat menjadi skor 7,6 pada siklus II dengan kategori tinggi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diusulkan beberapa saran yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Diharapkan untuk meningkatkan motorik halus anak bisa menggunakan kegiatan menempel dengan teknik mozaik dengan kain perca yang polos maupun dengan corak warna-warni sehingga anak akan lebih tertarik dan menyenangkan dalam suasana belajarnya dalam bentuk gambar sesuai dengan tema. 2. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini hanya pada pengembangan motorik halus anak dengan tehnik mozaik, maka untuk selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan variasi metode serta kegiatan motorik halus anak yang lebih menantang dan belum pernah dilakukan oleh sekolah tersebut agar hasil yang diperoleh lebih meningkat lagi. 73

89 DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal Alwi, Hasan.dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakart Balai Pustaka Christianti, Martha Menempel untuk Anak Usia Dini. Bahan Kuliah Bab VII, diunduh dari pada tanggal 5 Maret 2015 Depdiknas Kreteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta : Permendiknas No 58 Depdiknas Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak. Jakarta Djamarah dan Zain, Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Omar Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hasanah, Aan Pengembangan Profesi Keguruan, Pustaka Setia: Bandung Hilgard Perkembangan Anak II. Jakarta: Rineka Cipta Hurlock Perkembangan Anak Julid 1 (edisi 6). Jakarta : Erlangga Indraswari, L Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik di Taman Kanak-kanak Pembina Agam. Pesona PAUD. Volume 1, Nomor 1(hlm.1-13). James Evaluasi Pembelajaran PAUD. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Masitoh Pembelajaran Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Masnur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Renika Cipta Mudjito Model Pembelajaran Bidang Pengembangan Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Munandar Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Renika Cipta 75

90 Mutiah, D Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Nariasih, Ni Wayan., Wirya, I Nyoman., Asril, Nice Maylani Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Pamadhi, Hajar & Evan Sukardi S Seni Keterampilan Anak, Jakarta : Universitas Terbuka Pramareta Anggiawati Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Melalui Latihan Melipat dengan Media Kertas Origami dan Baju. Bengkulu: UNIB Purwanto, Ngalim Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Rohani, Ahmad Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Sagala, Saiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta Sanjaya, Wina Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Santock, J. W Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Sasrina, Dewi Pembuatan Gambar dari Kertas Bekas dengan Teknik Kolase di Kelas III SD. Universitas Negeri Padang Semiawan Perkembangan Motorik AUD 5-6 Tahun. Jakrta: Erlangga Slameto Media Pembelajaran. Jakarta: Tiga Serangkai Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja. Rosdakarya Sugiarti Pembelajaran Pendidikan Usia Dini dengan Pola Sentra. Jakarta: Universitas Terbuka Sumanto Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Depdiknas Sumantri Konsep Dasar PAUD. Jakarta: Tiga Serangkai Sudjiono Pengantar Sstatistik Pendidikan. Jakarta: Erlangga 76

91 Sujiono, Yuliani Nurani Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Suyadi Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia UUD No 20 Tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Vela Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Melalui Latihan Membuat Bola dari Koran Bekas. Bengkulu: UNIB Wiyani, Novan Ardy & Barnawi, 2012, Format PAUD Konsep, Karakteristik & Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Yohana Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Melalui Teknik Kolase Ampas Kelapa. Bengkulu: UNIB Yulindrasari. H.(2011). Current Issues in Early Chilhood The 2011 international Early Chilhood Studies Conference. Program studi PG PAUD Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Website :.( perca, di unduh pada tanggal 10 Agustus 2015 jam 14.25) 77

92 RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok : B 2 Semester : II Hari Tanggal :senin 2. Maret 2015 Tema/Subtema : rekreasi/alat-alat rekreasi Indikator Mentaati peraturan yang ada Kegiatan Pembelajaran Berbaris didepan kelas Alat/Sumber Anak langsung Penilaian Observasi - Berdoa sebelum dan sesudah belajar - Senam Fantasi Seuai dengan irama musik Membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai berbagai media (kertas, ampas, serbuk kayu, biji-bijian, kain perca dan serutan pensil) 1. Kegiatan awal (30 menit) - Doa sebelum dan Sesudah belajar - Menirukan gerakan lagu nyanyaian Topi saya bundar 2. Kegiatan inti (60 menit) Latihan membuat topi dengan teknik mozaik media kain perca 3. Istirahat/Makan (30 menit) - Bermain diluar - Cuci tangan sebelum makan - Berdoa sebelum makan 4. Kegiatan Penutup (30 Menit) - Diskusi kegiatan hari ini dan besok Anak dan Guru Anak langsung Pola gambar topi, lem, kain perca, pasta Anak Langsung Air, Serbet Anak Langsung Anak dan Guru Anak dan guru Observasi Observasi Hasil karya Observasi Observasi Observasi

93 - Doa, Salam, Pesan, Pulang.

94 ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (PRAKTIK MENGAJAR) SIKLUS 2 Nama : TUTIK M Hari/Tanggal : senin 2, Maret 2015 Tema/Subtema : rekreasi/alat-alat rekreasi Petunjuk: Nilailah Kemampuan mahasiswa dalam menyusun RKH Dengan cara melingkari skalah penilaian dibawah ini: 0 = Kurang sekali 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat baik Kemampuan Yang Dinilai Kegiatan Awal 1. Memberi salam 2. Menyapa anak 3. Berdoa 4. Menyanyi diawal kegiatan 5. Menyampaikan hari/tanggal/bulan/tahun 6. Menjelaskan pendekatan pengajaran 7. Menyampaikan tema 8. Menjelaskan materi sesuai dengan tema Kegiatan Inti 1. Keterampilan membimbing sisiwa 2. Kemampuan memotivasi memberi penguatan 3. Kesesuaian dan ketepatan AFE 4. Pengelola kelas 5. Variasi kegiatan/kemampuan siswa 6. Antusisi mengajar 7. Komonikasi dengan siswa Penilaian

95 8. Variasi bernyanyi sesuai dengan tema 9. Kesesuaian kegiatan dengan rencana 10. Keterampilan penilaian selama kegiatan 11. Keterampilan penilaian hasil 12. Keterampilan membimbing disiplin Istirahat/Makan 1. Cara Melakukan kegiatan istirahat 2. Keterampilan melaksanakan kegiatan makan (persiapan doa, sebelum dan sesudah makan) Kegiatan penutup 1. Keterampilan melakukan diskusi 2. Kemampuan melakukan umpan balik 3. Keterampilan mengakhiri kegiatan (menyampaikan kegiatan besok, pesan, nyanyi, doa, dan salam) Jumlah Rata-Rata

96 ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (PENILAIAN RKH) SIKLUS 2 Nama : Tutik M Hari/Tanggal : senin 2, Maret 2015 Tema/Sub tema : rekeasi/alat-alat rekreasi Petunjuk: Nilailah Kemampuan mahasiswa dalam menyusun RKH Dengan cara melingkari skalah penilaian dibawah ini: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat baik Kemampuan Yang Dinilai Penilaian Kesesuaian antara tema dengan kompetensi dasar, indikator, dan kegiatan Penyusunan prosedur pembelajaran (Pembukaan, inti, istirahat, penutup) Kesesuaian tema dengan kegiatan awal Kesesuaian tema dengan ragam kegiatan di setiap area atau kelompok Kesesuaian kegiatan dengan AFE yang Dirancang Perencanaan organisasi kelas (klasik,area,kelompok,individu) Rancangan variasi metode pembelajaran Ketetapan Metode pembelajaran dalam setiap kegiatan Rencana variasi AFE Kesesuaian perencana waktu dengankegiatan(awal,inti,istrhat,penutup) Rencana penilaian proses Rencana penilaian hasil Ketetapan rencana penilaian dengan kemampuan yang ingin dicapai Hasil Rata-rata

97 RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok : B 2 Semester : II Hari Tanggal :jumat 6. Maret 2015 Tema/Subtema : rekreasi/alat-alat rekreasi Indikator Mentaati peraturan yang ada Kegiatan Pembelajaran Berbaris didepan kelas Alat/Sumber Anak langsung Penilaian Observasi - Berdoa sebelum dan sesudah belajar - Senam Fantasi Seuai dengan irama musik Membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai berbagai media (kertas, ampas, serbuk kayu, biji-bijian, kain perca dan serutan pensil) 1. Kegiatan awal (30 menit) - Doa sebelum dan Sesudah belajar - Menirukan gerakan lagu nyanyaian Topi saya bundar 2. Kegiatan inti (60 menit) Latihan membuat topi dengan teknik mozaik media kain perca 3. Istirahat/Makan (30 menit) - Bermain diluar - Cuci tangan sebelum makan - Berdoa sebelum makan 4. Kegiatan Penutup (30 Menit) - Diskusi kegiatan hari ini dan besok Anak dan Guru Anak langsung Pola gambar topi, lem, kain perca, pasta Anak Langsung Air, Serbet Anak Langsung Anak dan Guru Anak dan guru Observasi Observasi Hasil karya Observasi Observasi Observasi

98 - Doa, Salam, Pesan, Pulang.

99 ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (PRAKTIK MENGAJAR) SIKLUS 2 Nama : TUTIK M Hari/Tanggal : jumat 6, Maret 2015 Tema/Subtema : rekreasi/alat-alat rekreasi Petunjuk: Nilailah Kemampuan mahasiswa dalam menyusun RKH Dengan cara melingkari skalah penilaian dibawah ini: 0 = Kurang sekali 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat baik Kemampuan Yang Dinilai Kegiatan Awal 1. Memberi salam 2. Menyapa anak 3. Berdoa 4. Menyanyi diawal kegiatan 5. Menyampaikan hari/tanggal/bulan/tahun 6. Menjelaskan pendekatan pengajaran 7. Menyampaikan tema 8. Menjelaskan materi sesuai dengan tema Kegiatan Inti 1. Keterampilan membimbing sisiwa 2. Kemampuan memotivasi memberi penguatan 3. Kesesuaian dan ketepatan AFE 4. Pengelola kelas 5. Variasi kegiatan/kemampuan siswa 6. Antusisi mengajar 7. Komonikasi dengan siswa Penilaian

100 8. Variasi bernyanyi sesuai dengan tema 9. Kesesuaian kegiatan dengan rencana 10. Keterampilan penilaian selama kegiatan 11. Keterampilan penilaian hasil 12. Keterampilan membimbing disiplin Istirahat/Makan 1. Cara Melakukan kegiatan istirahat 2. Keterampilan melaksanakan kegiatan makan (persiapan doa, sebelum dan sesudah makan) Kegiatan penutup 1. Keterampilan melakukan diskusi 2. Kemampuan melakukan umpan balik 3. Keterampilan mengakhiri kegiatan (menyampaikan kegiatan besok, pesan, nyanyi, doa, dan salam) Jumlah Rata-Rata

101 ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (PENILAIAN RKH) SIKLUS 2 Nama : Tutik M Hari/Tanggal : jumat 6, Maret 2015 Tema/Sub tema : rekeasi/alat-alat rekreasi Petunjuk: Nilailah Kemampuan mahasiswa dalam menyusun RKH Dengan cara melingkari skalah penilaian dibawah ini: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat baik Kemampuan Yang Dinilai Penilaian Kesesuaian antara tema dengan kompetensi dasar, indikator, dan kegiatan Penyusunan prosedur pembelajaran (Pembukaan, inti, istirahat, penutup) Kesesuaian tema dengan kegiatan awal Kesesuaian tema dengan ragam kegiatan di setiap area atau kelompok Kesesuaian kegiatan dengan AFE yang Dirancang Perencanaan organisasi kelas (klasik,area,kelompok,individu) Rancangan variasi metode pembelajaran Ketetapan Metode pembelajaran dalam setiap kegiatan Rencana variasi AFE Kesesuaian perencana waktu dengankegiatan(awal,inti,istrhat,penutup) Rencana penilaian proses Rencana penilaian hasil Ketetapan rencana penilaian dengan kemampuan yang ingin dicapai Hasil Rata-rata

102

103

104

105

106

107

KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014

KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B PAUD AL-ISRA KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN MELALUI TEKNIK MOZAIK DENGAN BIJI PADI DAN KULIT KACANG KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014

Lebih terperinci

Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam. Lolita Indraswari ABSTRAK

Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam. Lolita Indraswari ABSTRAK 1 Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam Lolita Indraswari ABSTRAK Kemampuan motorik halus anak di Taman kanak-kanak Pembina Agam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek

Lebih terperinci

BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk

BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI A. Pendahuluan Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Menempel sering disebut kolase.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU RAODATUL MUNAWARA 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah apakah ada hubungan kegiatan montase dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah anak usia nol sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM. 1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM Effi Kumala Sari ABSTRAK Perkembangan Motorik Halus anak di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang A. Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keterampilan Motorik Halus 1.1.1 Pengertian Keterampilan Motorik Halus Menurut Sumantri (2005) keterampilan motorik halus anak adalah pengorganisasian pengunaan sekelompok otot-otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT ARTIKEL untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Marliza

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Raudlatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Raudlatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raudlatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal di bawah pengelolaan Kementerian

Lebih terperinci

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I1 LANDASAN TEORI BAB I1 LANDASAN TEORI 2.1 KETERAMPILAN MOTORIK HALUS 2.1.1 Pengertian Motorik Halus Sumantri (2005), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik halus Menurut Bambang Sujiono dkk, 2005: 1.11) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini perlahan sudah mulai di perhatikan oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah, sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Femi Latama Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MENGANYAM PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI MRISEN III KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Ilmiah, diajukan sebagai salah satu persyaratan

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak terlahir sebagai manusia yang unik dengan berbagai anugrah, sifat dan bakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Walaupun terlahir dari orang tuanya,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1 NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1 NAMBANGAN KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun Oleh : DHONA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada BAB I PENDAHULUAN l.1 Latar Belakang Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada anak karena pada masa itu kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Usia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A Indah Putri Murdhani Nurul Khotimah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS (Disampaikan Pada Pelatihan Kader PAUD Se-Kelurahan Sidoagung Godean Sleman) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH NINING DENGO NIM : 153 411 097 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SRI MULYATI ARIFAH NIM.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak usia dini pada jalur formal anak usia 4-6 tahun. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah membantu

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN Idrawati Abstrak Kemampuan motorik kasar anak di TK Melati Kabupaten Solok Selatan masih

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Disusun oleh : ITA PURNAMA SARI A 520 090

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang berpotensi dalamkecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang, sehingga usia dini sering disebut sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang 0 HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL Judul : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang Nama : Khairi Angraini NIM : 2009/51100 Jurusan : Pendidikan Guru

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM:

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM: MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE DENGAN MEDIA KERANG LAUT PADA ANAK KELOMPOK B TK CEMERLANG DESA SUKOREJO KEC. SUDIMORO KAB. PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL PENELITIHAN

Lebih terperinci

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU 1 PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU ARIFAH ANANDA RIZKI D.KANDUPI ABSTRAK Masalah pokok dalam tulisan ini adalah perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, keterampilan serta pengembangan diri secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan activities otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata,tangan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd. JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMANFAATAN BAHAN BEKAS PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA 02 KARANGTALUN KALIDAWIR TULUNGAGUNG IMPROVED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR Isnanizar Tanjung Guru TK Al-Kausar Surel : tanjung.isnanizar@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan periode perkembangan yang sangat cepat seiring dengan terjadinya perubahan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci