BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur lainya. Pada tahun 2014, tingkat pertumbuhan tahunan untuk penduduk berumur 60 tahun atau lebih hampir tiga kali lipat tingkat pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Secara global, proporsi usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih meningkat dari 9 persen pada tahun 1994 menjadi 12 persen pada 2014, dan diperkirakan mencapai 21 persen pada tahun 2050 (WHO, 2014). Proyeksi penduduk Indonesia menurut proporsi penduduk yaitu penduduk berumur tahun meningkat dari 66,2% pada tahun 2010 meningkat menjadi 67,9% pada tahun Dan mereka yang berumur 65 tahun ke atas naik dari 5,0% pada tahun 2010 menjadi 10,7% persen pada tahun 2035 (Badan Pusat Statistik, 2012). Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 (enam puluh) tahun ke atas. Pasien Geriatri adalah pasien usia lanjut dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin (Permenkes RI, 2014). Peresepan obat pada pasien geriatri merupakan tantangan dikarenakan perubahan fisiologis dapat mempengaruhi respon pengobatan, Pada usia lanjut akan mengalami penurunan mekanisme homeostatis system kardiovaskular dan 1

2 2 sistem saraf pusat, penurunan kemampuan metabolisme dan eskresi obat, perubahan komposisi jaringan dan volume distribusi obat serta perubahan sensitivitas reseptor obat (Kimble, 2009). Hal ini menjadikan pasien usia lanjut lebih rentan terkena adverse drug events (ADEs) daripada kelompok pasien lainnya. ADEs yang paling sering terjadi pada pasien usia lanjut adalah bradikardia akibat obat penghambat beta dan digoksin, hipoglikemi akibat insulin dan obat golongan sulfonilurea, jatuh akibat obat antidepresan, serta perubahan status mental akibat obat benzodiazepin dan antikonvulsan (Marcum dkk., 2012; Moriarty dkk., 2015). Untuk meningkatkan keamanan dan keefektifan obat pasien geriatri, maka diperlukan suatu alat yang tervalidasi sebagai panduan untuk mengidentifikasi ketidaktepatan peresepan obat pada pasien geriatri (O Mahony dkk., 2010). Salah alat skrining untuk mengidentifikasi potentially inappropriate prescribing yaitu kriteria STOPP (Screening Tool of Older Person s potentially inappropriate Prescriptions). Kriteria STOPP merupakan hasil konsensus 18 ahli farmakoterapi geriatri, digunakan untuk mereview pengobatan pada kelompok umur lebih dari 65 tahun dengan melihat risiko dan manfaatnya. Kriteria STOPP adalah alat untuk mengidentifikasi potentially inappropriate prescriptions (PIP) sering juga disebut potentially inappropriate medications (PIM) (Gallagher dkk., 2008). Suatu penelitian yang dilakukan di Cork University Hospital, Irlandia. Potentially inappropriate medications berhubungan dengan adverse drug events dan menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit. Potentially inappropriate

3 3 prescription yang terjadi dianalisa dengan kriteria Beers dan kriteria STOPP. Hasilnya PIP yang dianalisa dengan kriteria STOPP secara signifikan berhubungan dengan ADEs dibandingkan dengan kriteria Beers (Hamilton dkk., 2011). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ADEs pasien geriatri yaitu umur, jenis kelamin, indeks komorbiditas, regimen obat yang banyak, penggunaan PIP, penurunan status fungsional (Trivalle dkk., 2011). Penelitian lainya dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Yogaykarta terhadap pasien geriatri rawat inap yang di diagnosa osteoarthritis dengan mengambil data secara retrospektif dari tahun , hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan obat yang tidak tepat (PIM) sebesar 38,9% (Syuaib dkk., 2015). Penelitian tentang PIP yang dihubungkan dengan kejadian ADEs yang terjadi pada pasien geriatri belum pernah dilakukan di RSU PKU Yogyakarta, maka perlu dilakukan penelitian tentang profil potentially inappropriate prescription dan profil adverse drug events pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa besar angka kejadian dan seperti apa gambaran potentially inappropriate prescription pada pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Apakah ada hubungan antara penggunaan obat potentially inappropriate prescription dengan kejadian adverse drug events pada pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 3. Faktor apa yang signifikan berhubungan dengan kejadian adverse drug events? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui angka kejadian dan gambaran potentially inappropriate prescription pada pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2. Mengetahui hubungan antara potentially inappropriate prescription dengan adverse drug events pada pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 3. Mengetahui faktor yang signifikan berhubungan dengan kejadian adverse drug events

5 5 D. Keaslian Penelitian Beberapa jurnal tentang potentially inappropriate prescription dan adverse drug events pada pasien geriatri telah dipublikasikan dan penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa penelitian tersebut. 1. Potentially Inappropriate Prescribing and Adverse Health Outcomes in Community Dwelling Older Patients(Cahir dkk., 2014). Metode penelitian kohort retrospektif, jumlah sampel 931 pasien berumur 70 tahun di 15 praktik umum di Irlandia pada tahun Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PIP menggunakan kriteria STOPP sebesar 42%. Pasien dengan 2 indikator kriteria STOPP memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kejadian ADEs. Jumlah obat dan kepatuhan mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian ADEs. 2. Risk factors associated with adverse drug events among older adults in emergency department emergency department (Chen dkk., 2014). Metode penelitian case-control prospektif dilakukan pada Maret Februari Subjek penelitian pasien yang masuk rumah sakit usia >65 tahun. ADEs diidentifikasi dengan alogaritma Naranjo. Hasil penelitian faktor yang mempengaruhi ADEs yang menyebabkan pasien masuk dirawat di rumah sakit adalah jumlah obat dan peningkatan serum kreatinin.

6 6 3. Prevention of adverse drug events in hospitalized older patients: A randomised controlled trial using STOPP/START criteria (M. O Connor dkk., 2012). Metode penelitian randomised controlled trial, subjek penelitian pasien umur 65 tahun sejumlah 720 orang. Tujuan penelitian untuk membuktikan hipotesis bahwa skrining resep pasien umur 65 tahun menggunakan kriteria STOPP dan START pada saat masuk kerumah sakit dapat menurunkan kejadian ADEs. Hasil penelitian, skrining resep pasien umur 65 tahun menggunakan kriteria STOPP dan START pada saat pasien masuk kerumah sakit secara signifikan dapat menurunkan kejadian ADEs 4. Application of the STOPP/START criteria: a systematic review of the prevalence of potentially inappropriate prescribing in older adults, and evidence of clinical, humanistic and economic impact (Hill-Taylor dkk., 2013). Kesimpulan review kriteria STOPP dan START telah digunakan untuk meninjau profil penggunaan obat di masyarakat, pada perawatan akut, perawatan jangka panjang pada pasien usia lanjut di Eropa, Asia dan Amerika. Studi observasional tersebut melaporkan prevalensi dan prediktor PIP. Kriteria STOPP dan START lebih sensitif dibandingkan dengan kriteria Beers versi 2002.

7 7 5. Potentially inappropriate medication defined by STOPP criteria and the risk of adverse drug events in older hospitalized patients (Hamilton dkk., 2011). PIM dianalisis menggunakan kriteria Beers dan kriteria STOPP, ADEs di analisa dengan kriteria WHO-UMC. Metode penelitan prospektif dengan subjek penelitian 600 pasien umur 65 tahun. Hasil penelitian prevalensi kejadian ADEs 26,3%. Analisa PIM menggunakan kriteria STOPP signifikan berhubungan dengan kejadian avoidable ADEs yang menyebabkan pasien dirawat dirumah sakit. 6. nggunaan potentially inappropriate medications (PIMs) pada pasien geriatri rawat inap osteoarthritis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (Syuaib dkk., 2015). Penelitian retrospektif menggunakan kriteria Beers 2012, metode analitik observasional dengan studi cross, data diambil dari tahun , hasilnya 38,9% pasien mendapatkan obat PIMs. Penelitian tentang penggunaan obat potentially inappropriate prescription menggunakan kriteria STOPP serta hubungannya dengan kejadian adverse drug events pada pasien geriatri di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum pernah dilakukan. Maka dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara kejadian potentially inappropriate prescription dengan kejadian adverse events menggunakan kriteria STOPP, dan alogaritma Naranjo. Subjek penelitian adalah pada pasien geriatri rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, menggunakan metode non eksperimental observasional dengan studi cross sectional.

8 8 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi klinisi dan institusi pelayanan kesehatan sebagai salah satu sumber informasi tentang potentially inappropriate prescription dan adverse drug events yang terjadi pada pasien geriatri rawat inap di rumah sakit. 2. Bagi klinisi dapat dijadikan referensi dalam memilih terapi yang tepat dan aman pada pasien geriatri dengan mempertimbangkan potentially inappropriate prescription dan kejadian adverse drug events. 3. Memberikan kontribusi pada kemajuan ilmu farmasi tentang potentially inappropriate prescription dan adverse drug events pada pasien geriatri rawat inap di rumah sakit, serta dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian lanjutan.