BAB II LANDASAN TEORI. A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan. thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan. thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan 1. Metode Pendidikan Secara etimologi, metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. 1 Secara terminologi, para ahli mendefenisikan metode sebagai berikut, menurut Hasan Langgulung, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Abdul Al-Rahman Ghunaimah metode adalah caracara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran. 2 Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka metode adalah cara dan jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h Ibid., h

2 18 mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 3 Jadi, metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dengan maksud tercapainya tujuan pendidikan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap, mental, dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik. 4 Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Oleh sebab itu, para ahli pendidikan sepakat bahwa seorang pendidik yang ditugaskan mengajar di sekolah haruslah yang profesional, yaitu pendidik yang antara lain ditandai oleh penguasaan prima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif, dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat. 5 3 Undang-Undang SISDIKNAS 2003, (UU RI No. 20 Th. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 2 4 Ramayulis, op cit., h Ramayulis, Op cit., h.274

3 19 Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergatung kepada kepentingan peserta didik, pendidik hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem yang cenderung mengarah kepada peserta didik sebagai pusat pembelajaran, hal ini menyebabkan para pendidik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik untuk belajar dan diberikan kebebasan, sedangkan pembentukan karakter kurang menjadi perhatian pendidik. 6 Upaya pendidik dalam memilih metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus disesuaikan pula dengan tuntunan agama. Jadi dalam berhadapan dengan peserta didik Ia harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya mudah diterima, tidaklah cukup dengan bersikap lemah lembut saja, tetapi juga harus memikirkan metode yang akan digunakannya. Seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik, efektivitas penggunaan metode dan sebagainya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Seperti bercerita, mendemonstrasikan, mencobakan, 6 Rada dan Soleha, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 156

4 20 memecahkan masalah, mendiskusikan yang digunakan oleh ahli pendidikan Islam di zaman dahulu sampai sekarang mempelajari prinsipprinsip metodologi dalam ayat al-qur an dan hadis Rasulullah. 7 Dengan demikian, pendidikan Islam akan mampu menciptakan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, bebas dari ketakutan, mandiri, bebas berekspresi, inovatif, dan bebas untuk menentukan arah kehidupannya. Oleh karena itu, menurut Abuddin Nata proses belajar-mengajar juga harus dilakukan dan diarahkan dari pasif ke aktif. Sejalan dengan pentingnya proses belajar mengajar yang aktif dan kreatif, maka berbagai metode pengajaran yang lebih melibatkan peserta didik aktif, mengubah paradigma teaching menjadi learning, sehingga proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara pendidik dengan peserta didik. 8 Melihat gagasan belajar mengajar atau metode pengajaran yang dikemukakan Abuddin Nata di atas, maka dapat dipahami bahwa metode pengajaran yang diinginkan adalah terbangunya suasana belajar yang harmonis dan menyenangkan, peserta didik tidak merasa tertekan dan memberi peluang peserta didik untuk melakukan pemahaman secara kritis. Dengan demikian, keberadaan paradigma pembelajaran adalah berfungsi membantu peserta didik memperoleh informasi, gagasan yang diekspresikan mereka. Karena itu, posisi seorang pendidik adalah mengajar peserta didik bagaimana cara belajar. Dalam jangka panjang 7 Ibid., h Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 33

5 21 seorang pendidik dalam proses pembelajaran harus menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik meningkatkan kemampuan pembelajaran yang lebih bermakna dan efektif. 2. Macam-Macam Metode Pendidikan Berbicara tentang macam-macam metode pendidikan, berarti berbicara tentang berapa jumlah metode pendidikan. Masing-masing sumber mengatakan jumlah metode pendidikan itu berbeda-beda. Menurut Prof. Dr. H. Ramayulis, ada sepuluh macam metode Pendidikan yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, diataranya metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode domonstrasi, metode eksperimen, metode kerja kelompok, metode kisah, metode amsal, dan metode targhib dan tarhib. 9 Namun dalam hal ini, penulis akan menguraikan macam-macam metode pendidikan yang penulis kutip dari buku karangan Abuddin Nata dengan judul perspektif Islam tentang strategi pembelajaran, macam-macam metode tersebut, diantaranya: a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung dihadapan peserta didik. 10 Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan 9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h Ibid., h. 181

6 22 disajikan dengan bahan yang telah disajikan. 11 Metode ceramah termasuk yang paling banyak digunakan, karena biasanya cukup mudah dilakukan dan memungkinkan banyaknya materi yang dapat disampaikan, adanya kesempatan bagi pendidik untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat dilakukan dengan cara sederhana. Kekurangan metode ceramah ini antara lain cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan hanya mengandalkan ingatan pendidik, kemungkinan adanya materi pelajaran yang tidak dapat diterima sepenuhnya oleh peserta didik, kesulitan dalam mengetahui tentang seberapa banyak materi yang dapat diterima oleh peserta didik. Untuk itu sebaiknya ceramah ini dilakukan dengan persiapan yang matang, pendidik yang benar-benar menguasai materi pelajaran dengan baik, dilengkapi dengan penggunaan media pengajaran serta mengkombinasikannya dengan metode tanya jawab, penugasan dan sebagainya. 12 Melalui ceramah ini target pengajaran lebih banyak pada aspek kognitif. Mengajar melalui metode ceramah ini dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak digunakan oleh pendidik. Namun usaha-usaha peningkatan teknik mengajar tersebut berjalan terus, dan para ahli menemukan beberapa kelemahannya, yaitu: 11 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h Ibid., h. 290

7 23 1). Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian hanya terpusat pada pendidik, dan pendidik dianggap selalu benar oleh peserta didik. Disini terlihat pendidik lebih aktif dari pada peserta didik. 2). Peserta didik diharuskan mengikuti apa kemauan pendidik, meskipun ada peserta didik yang kritis, namun semua jalan fikiran pendidik dianggap benar oleh peserta didik. 13 Jadi dalam penggunaan metode ceramah ini, ada beberapa kelemahannya, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai maka keprofesionalan seorang guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang sangat dibutuhkan dalam hal ini. b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan, yang dikemukakan pendidik yang harus dijawab oleh peserta didik. Dalam praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak lanjut. Berbagai pertanyaan yang dituangkan dalam bahan tanya jawab tersebut dapat dirumuskan dengan fokus pada ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan aspek-aspek lainnya yang terdapat 13 Ibid.,

8 24 dalam ranah kognitif. 14 Metode tanya jawab banyak digunakan karena dapat menarik perhatian, merangsang daya pikir, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara dan berfikir secara teratur, serta sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara objektif. Namun demikian, metode tanya jawab ini sering menimbulkan rasa takut pada peserta didik, sulitnya membuat pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, banyak membuang-buang waktu, tidak tersedianya waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk bertanya 15. Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut: 16 1). Pertanyaan harus singkat, jelas, dan memancing peserta didik untuk berfikir. 2). Sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan peserta didik yang menerima pertanyaan. 3). Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian, kecuali yang bersifat objektif tes, yang dapat menggunakan ya atau tidak. Jadi, metode tanya jawab merupakan metode mengajar yang bisa digunakan oleh pendidik di kelas maupun di luar kelas. Yang mana dalam menggunakan metode ini seorang pendidik menggunakan h Abuddin Nata, op cit., h Abuddin Nata, op cit., h Hafni Ladjid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Padang: IAIN Press, 1999),

9 25 pertanyaan yang diajukan kepeda peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemehaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Dengan menggunakan metode ini peserta didik akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena dapat merangsang daya pikir peserta didik, dan juga dapat membangun keberanaian dalam mengemukakan pendapat, serta melatih kemampuan berbicara peserta didik. c. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya. 17 Metode demonstrasi ini banyak digunakan dalam rangka mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pengaturan dan pembuatan sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, serta membandingkan suatu cara dengan cara lain. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan pertimbangan adanya tingkat perkembangan berfikir yang berbeda-beda yang dimulai dari yang konkrit kepada yang abstrak. Selain itu, metode demonstrasi ini didasarkan pada asumsi bahwa mengerjakan dan melihat langsung lebih baik dari pada hanya 17 Ibid.,

10 26 sekedar mendengar, adanya perbedaan pada sifat pelajaran yang antara lain adanya pelajaran yang mengharuskan peragaan, serta adanya perbedaan tipe belajar peserta didik. Tipe belajar itu, ada yang tipe visual, auditif, motorik, dan campuran. Dengan metode demonstrasi ini pengajaran menjadi semakin jelas, mudah diingat dan dipahami, proses belajar lebih menarik, didorong kreativitas peserta didik, dan sebagainya. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan, antara lain memerlukan keterampilan guru secara khusus, keterbatasan peralatan, tempat, waktu, dan biaya yang terbatas, serta adanya persiapan yang lebih matang dan terencana. Untuk itu, pelaksanaan metode demonstrasi ini harus dimulai dengan perencanaan dan persiapan yang matang, pelaksanaannya yang sistematis, konsisten dan sungguh-sungguh, serta adanya tindak lanjut dan evaluasi atas pelaksanaan demonstrasi. 18 d. Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah cara penyajian pelajaran, dengan membawa siswa keluar untuk mempelajari berbagai sumber belajar yang terdapat di luar kelas. 19 Metode karyawisata ini sering dinilai sebagai bentuk pengajaran yang modern, yaitu bahwa pengajaran bukan hanya berlangsung di ruang kelas, melainkan juga di luar kelas. Pelaksaan karyawisata ini didasarkan pada pandangan, bahwa pendidikan yang terdapat di sekolah tidak dapat dilepaskan dari h Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2008),

11 27 berbagai kemajuan yang terdapat dimasyarakat. Dengan karyawisata ini, para peserta didik mendapatkan wawasan dan pengalaman yang luas dan selajutnya dapat digunakan untuk memperkaya pengajaran yang terdapat di sekolah. Karyawisata dinilai sebagai metode pengajaran yang memiliki banyak kelebihan, yang antara lain menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran menjadikan apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan, dapat merangsang kreativitas anak didik, memperluas informasi sebagai bahan pengajaran, serta mendorong siswa untuk mencari dan mengolah sendiri bahan pengajaran. Karyawisata juga dapat membuat siswa lebih senang dan menyegarkan kembali dari kejenuhan yang terjadi sebagai akibat belajar terus-menerus di dalam kelas. 20 Sedangkan kekurangannya antara lain memerlukan waktu yang panjang, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, koordinasi yang terkadang tumpang-tindih, sering lebih didominasi oleh unsur kreasinya, kesulitan dalam mengatur para siswa dalam perjalanan, pemondokan dan sebagaianya, serta memerlukan tanggung jawab, biaya, dan perhatian yang lebih besar. 21 Guna terlaksananya kegiatan karyawisata yang baik ini memerlukan tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut, dan evaluasi yang harus dijabarkan secara detail dan terperinci. 20 Ibid., 21 Ibid., h. 34

12 28 Dari segi pelaksanaannya karyawisata terkadang memerlukan waktu yang singkat (1sampai 2 hari), dan terkadang pula memerlukan waktu yang panjang (5 sampai 6 hari, bahkan sampai 2 minggu), hal ini tergantung kepada kebutuhannya. 22 e. Metode Penugasan Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Penugasan yang diberikan tersebut sebagai bentuk latihan agar suatu saat para peserta didik dapat malaksanakan tugas yang sesungguhnya di masyarakat. Tugas-tugas tersebut antara lain membuat laporan, ringkasan beberapa halaman dari topik pembahasan, membuat makalah, menjawab pertanyaan, mengadakan observasi, atau wawancara, mengadakan latihan, mendemonstrasikan sesuatu, atau menyelesaikan pekerjaan tertentu. 23 Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memberikan tugas antara lain memberikan penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan, menjelaskan tugas yang harus dikerjakan secara kelompok atau perorangan, seorang pendidik hendaknya memberikan bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, karena boleh jadi terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut, serta memberikan dorongan serta semangat agar para peserta didik dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik. 22 Ibid., h Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 235

13 29 Tahap terakhir dilakukan dengan memberikan pertanggungjawaban berupa laporan tertulis, laporan mendemonstrasikan, dan kemudian memberikan penilaian. 24 Hal ini penting dilakukan, karena sebagai manusia yang hidup di masyarakat, ia tidak akan terlepas dari tugas-tugas yang harus dipecahkan. Keterampilan dalam melaksanakan untuk memecahkan masalah yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Metode pengajaran dengan penugasan memiliki kelebihan yang antara lain sebagai bentuk pengajaran modern, dapat lebih merangsang dan menumbuhkan kreativitas para peserta didik, mengembangkan kemandirian, memberikan keyakinan tentang apa yang dipelajari di kelas, membina kebiasaan peserta didik untuk selalu mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, membuat peserta didik lebih bergairah dalam belajar, membina tanggungjawab dan disiplin para peserta didik. 25 Sedangkan kelemahan metode penugasan ini antara lain kesulitan dalam mengontrol para peserta didik, apalagi yang jumlahnya banyak, pelaksanaan tugas kelompok, terkadang hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja, sedangkan yang lainnya tidak melakukan tugas apa-apa, kesulitan dalam memberikan tugas kepada peserta didik yang berbeda-beda kemampuannya Ibid., h Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h Ibid., h. 186

14 30 f. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya sebagai kegiatan belajar peserta didik. 27 Permasalahan tersebut dirumuskan dari pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran. Metode pemecahan masalah tersebut dapat berupa kesenjangan antara yang seharusnya dengan realita, sesuatu yang apabila dibiarkan akan menimbulkan kerugian, dan sesuatu yang membutuhkan penjelasan dengan cara melakukan penelitian secara seksama. Metode pemecahan masalah ini memiliki kelebihan antara lain dapat membuat situasi pengajaran di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. Khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja, dapat membiasakan peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, serta dapat merangsang kemampuan berfikir secara kreatif, dan menyeluruh. Sedangkan kekurangannya antara lain terkadang masalah yang diajukan topik pembahasan tidak sesuai tingkat kesulitannya dengan tingkat berfikir peserta didik, untuk mengubah kebiasaan belajar dengan cara mendengarkan, menjadi cara belajar dengan berfikir dan memecahkan masalah. 28 h Ibid., h Hafni Ladjid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Padang: IAIN Press, 1999),

15 31 g. Metode Diskusi Metode diskusi adalah salah satu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang dapat berbentuk pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 29 Diskusi terjadi apabila ada masalah dalam bentuk kesenjangan antara yang diharapan dengan kenyataan, apabila dibiarkan akan menimbulkan kerugian yang lebih besar, serta menuntut adanya berbagai kemungkinan jawaban sebagai pemecahan serta hal-hal lainnya sebagaimana dikemukakan di atas. Sebagaimana halnya metode lainnya, metode diskusi ini memiliki kelebihan antara lain dapat merangsang kreativitas peserta didik, membiasakan peserta didik untuk bertukar pikiran, serta melatih agar terampil dalam mengemukakan pendapat, memperluas wawasan serta menghasilkan jawaban dan pemecahan yang lebih kuat. 30 Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu, kesulitan dalam menentukan masalah yang sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik yang beragam, terjadinya dominasi pembicaraan oleh hanya beberapa orang saja, memerlukan waktu yang lama, kadangkadang terjadi pembicaraan yang tidak fokus pada masalah yang dibahas, dan terkadang terdapat pula pembicaraan yang emosional dan kurang terkontrol yang berakhir dengan keributan Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h Ibid., 31 Hafni Ladjid, op cit., h. 109

16 32 h. Metode Simulasi Metode simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam proses belajar, dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Dalam praktiknya metode simulasi dapat mengambil bentuk bermain peran, seperti seorang peserta didik perempuan bermain peran sebagai seorang ibu, atau peserta didik laki-laki bermain peran sebagai seorang ayah. Selain itu, simulasi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing-masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Simulasi tersebut kemudian dianalisis bersama untuk deketahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya dan disimpulkan. 32 Sebagai sebuah metode pengajaran, simulasi memiliki kelebihan antara lain dapat memupuk daya cipta, menimbulkan minat dan gairah belajar, sebagai bekal mental dan keterampilan untuk menghadapi masalah yang sebenarnya, terbiasa dalam menanggapi dan bertindak secara spontan, memupuk keberanian dan kemantapan dalam penampilan, memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman langsung, berkesempatan untuk menyalurkan perasaan, 32 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 192

17 33 bakat dan hobi yang terpendam, serta belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain. 33 Sedangkan kekurangan metode simulasi ini antara lain pegalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya, terjadinya perubahan fungsi belajar menjadi alat hiburan ketimbang alat pengajar, terkadang menimbulkan kesan kaku, timbulnya hambatan emosional pada peserta didik seperti rasa malu, ragu-ragu, dan takut mengharuskan adanya guru yang lebih terbuka dan demokratis, menuntut imajinasi peserta didik dan guru yang memadai, serta memerlukan pengelompokkan peserta didik yang lebih fleksibel. i. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan cara menugaskan peserta didik, untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri tentang sesuatu yang dipelajari. Melalui metode eksperimen ini, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengamati proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 34 Metode eksperimen ini hendaknya diterapkan bagi pelajaranpelajaran yang belum diterangkan atau diajarkan oleh metode lain, sehingga terasa benar fungsinya. Karena setelah diadakan percobaan, 33 Ibid., h Ibid., h. 194

18 34 barulah pendidik memberikan penjelasan dan bila perlu diadakan diskusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan dalam eksperimen tersebut. 35 j. Metode Penemuan Metode penemuan adalah, cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan peserta didik dalam proses mental, dalam rangka menemukan sesuatu yang diperlukan untuk pengembangan, penyempurnaan, dan perbaikan konsep. 36 Untuk dapat melaksanakan metode penemuan ini diperlukan langkah persiapan, antara lain penemuan masalah yang akan ditemukan, peralatan yang diperlukan, laboratorium, petugas pendamping, instruksi, dan sebagainya. 37 Kelebihan dari metode ini, yaitu dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan bagi pendidik dan peserta didik, karena telah menemukan sesuatu yang dapat disumbangkan bagi kepentingan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain adanya kekurangsiapan pada pendidik dan peserta didik, peralatan yang terbatas, biaya yang besar, waktu yang lebih luas, serta kemampuan teknis lainnya. k. Metode Proyek Yaitu penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan, 35 Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h Ibid., 37 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 371

19 35 sehingga pemecahannya dapat dilakukan secara keseluruhan dan bermakna. Adapun kelebihan dari metode proyek ini yakninya dapat memberikan wawasan yang luas dan medalam kepada para peserta didik tentang sesuatu masalah, mendidik berfikir sistematis dan mendetail, melatih kesabaran dalam menemukan masalah. Sedangkan kekurangannya antara lain, adanya peserta didik yang kurang siap baik secara mental maupun teknis, banyak membutuhkan waktu, biaya, sarana dan prasarana dan sebagainya yang terkadang kurang dapat dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan. Dengan adanya berbagai kendala ini, maka metode proyek ini sekarang jarang digunakan. 38 l. Metode Perumpamaan Metode perumpamaan yaitu, suatu cara mengajar dimana seorang pendidik menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat contoh melalui perumpaan. 39 Salah satu kelebihan dari metode ini adalah memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Jika menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran, maka materi yang disampaikan harus pendidik umpamakan dengan hal lainnya yang semakna atau yang relevan dengan materi tersebut. Dan kelemahan dari metode ini adalah pendidik lebih aktif dibandingkan peserta didik, sehingga proses pembelajaran lebih berpusat kepada pendidik. 38 Ibid., h Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141

20 36 B. Penggunaan Metode dalam Pendidikan Islam Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Ada metode yang tepat digunakan terhadap peserta didik yang jumlahnya besar, dan ada pula yang tepat digunakan terhadap peserta didik yang jumlahnya kecil. 40 Ada yang tepat digunakan didalam kelas, ada pula yang tepat digunakan diluar kelas. Terkadang pendidik mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah dibanding memberi kebebasan kepada peserta didik. Ada pula suatu bahan pengajaran lebih baik disampaikan dengan kombinasi beberapa metode, dibandingkan hanya satu metode. Atas dasar itu, tugas pendidik adalah memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan proses belajar mengajar. Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait efektivitas pengajaran, dan efektivitas ini dapat dipelajari. Ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: Tujuan Pembelajaran Faktor pertama yang hendaknya dikaji oleh pendidik, dalam rangka menetapkan metode mengajar adalah tujuan pembelajaran. Tujuan 2014), h. 87 dijadikan tumpuan perhatian karena akan memberikan arah dalam memperhitungkan efetivitas suatu metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan tindakan sia-sia. Setiap tujuan pembelajaran memberi petunjuk bagi penetapan metode. Petunjuk tersebut akan diperoleh apabila tujuan telah dirumuskan secara jelas, 40 Ibid., h Taufik Abdillah Syukur, Pendidikan Karakter Berbasis Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers,

21 37 sehingga memperlihatkan tingkat kemampuan yang diharapkan. 42 Yang dimaksud tujuan yang jelas ialah hasil belajar yang akan dicapai, sementara yang dimaksud tingkat kemampuan ialah deskripsi tentang bentuk-bentuk hasil belajar tersebut. Dengan memanfaatkan petunjuk di atas, pendidik mencari metode yang tepat. 2. Pendidik Setiap pendidik memiliki sifat keguruan yang unik, tidak ada dua pendidik yang memiliki sifat keguruan yang sama. Metode yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama ditangan pendidik yang berbeda. Suatu metode, bagi sebagian pendidik, dianggap kurang baik, mungkin bagi sebagian lain justru metode dianggap yang sangat baik. Sebaliknya, suatu metode yang dianggap baikpun akan menjadi buruk bila dilakukan pendidik yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya. Pendidik harus menyadari sepenuhnya tentang pengguasaan yang lebih baik, dalam menggunakan metode yang sesuai dengan kepribadian. Kesadaran atas penguasaan yang lebih baik, akan lebih membuahkan hasil dan memberikan kepuasan bagi dirinya 43. Dalam menetapkan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebaiknya pendidik terlebih dahulu mempertimbangkan kepribadian dan penguasaannya terhadap suatu metode. Dialah yang mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya dalam menggunakan metode apapun. 42 Ibid., 43 Ibid., h

22 38 3. Peserta Didik Metode mengajar merupakan alat untuk menggerakkan peserta didik agar dapat mempelajari bahan pelajaran dan juga digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, baik secara kelompok maupun secara individual. Peserta didik memiliki latar belakang kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecenderungan yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan. Latar belakang keadaan peserta didik yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam memilih metode pengajaran. Seharusnya pendidik memaksimalkan gaya belajar yang dimiliki peserta didik dengan mempergunakan berbagai metode mengajar, sehingga setiap peserta didik tidak akan dirugikan. Dalam konteks kelas besar, sebaiknya pendidik menetapkan berbagai metode mengajar sehingga dapat mengaktifkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Namun dalam konteks kelas kecil, harus berusaha mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan kepribadian dan gaya mengajar masing-masing. Selain itu, kesanggupan yang dimiliki peserta didik memiliki peran penting dalam upaya mencapai hasil optimal dari metode mengajar Bahan Pengajaran Dalam menetapkan metode mengajar, hendaknya pendidik memperhatikan bahan pengajaran, baik isi, sifat, maupun cakupannya. 44 Ibid., h. 90

23 39 Selain itu mampu menguraikan bahan pengajaran kedalam unsur-unsur secara terperinci. 45 Dari unsur-unsur tersebut akan terlihat apakah bahan itu hanya bersifat fakta dan kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental dan penguasaan secara motorik. Ataukah bahan itu mencakup berbagai hal, atau hanya beberapa hal, atau bisa jadi hanya satu hal. Pada satu sisi, ciri atau unsur yang telah diuraikan dari bahan pengajaran, akan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, dan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pendidik untuk menetapkan metode mengajar pada sisi lain Fasilitas Sekolah tentu saja memiliki fasilitas, hanya saja ada sekolah yang memiliki fasilitas lengkap sesuai kebutuhan proses belajar mengajar, dan ada pula sekolah yang memiliki fasilitas minim. Metode-metode yang ada, sebagian dapat digunakan dengan fasilitas minim, sementara sebagian lain membutuhkan fasilitas memadai yang tidak dapat digunakan bila tidak didukung fasilitas tertentu. Sebagai pendidik, hendaknya memperhitungkan peran fasilitas tersebut dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakannya. 47 Oleh sebab itu, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh oleh pendidik: a. Sebaiknya mengetahui semua fasilitas yang tersedia disekolahnya, dan mengetahui bagaimana memperoleh dan menggunakannya. 45 Ibid., 46 Ibid., 47 Ibid., h

24 40 b. Pendidik yang kurang pandai menggunakan fasilitas tertentu atau tidak mampu menerapkannya dengan metode yang sesuai, meski fasilitas memadai, tentu ia akan mengalami kendala dalam melaksanakan proses belajar mengajar. 6. Situasi Belajar Mengajar Situasi belajar mengajar mencakup suasana dan keadaan kelas yang berdekatan, keadaan peserta didik seperti kondisi semangat atau lelah dalam belajar, keadaan cuaca, keadaan pendidik seperti sedang menghadapi masalah. 48 Semua itu bisa menganggu proses belajar mengajar, baik di lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang berbeda-beda. C. Hadis dan Kedudukannya dalam Pendidikan 1. Pengertian Hadis Pengertian hadis dapat ditinjau dari dua segi, dari segi etimologi dan terminologi. Hadis secara etimologi berarti al jadid artinya sesuatu yang baru, lawan dari al-qadim (lama) yang artinya menunjukkan kepada waktu yang berdekatan atau singkat. 49 Jadi hadis secara bahasa adalah suatu perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang disandarkan kepeda nabi Muhammad SAW. 50 Hadis dari segi terminologi, para ulama bervariasi dalam mengemukakan defenisinya, diantaranya: 48 Taufik Abdillah Syukur, Pendidikan Karakter Berbasis Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h Munzier Suparta, Ilmu hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1 50 Abul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2

25 41 Menurut Ibnu Hajar, yang dimaksud dengan hadis dalam pengertian syar i adalah Artinya: sesuatu yang disandarkan kepada nabi. 51 Menurut Al-Sakhawi, hadis adalah Artinya: Perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat sampai gerak dan diam, dalam terjaga dan tidur yang disandarkan kepada nabi. 52 Menurut Ibn Al-Suyuti, bahwa hadis adalah Artinya: Ilmu yang mencakup perkataan, perbuatan persetujuan dan sifat Nabi SAW serta periwayatan, ketepatan, dan penulisan lafazlafaznya. 53 Melalui pengertian hadis yang dikemukakan oleh para ulama, maka dapat dipahami bahwa hadis merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik itu perkataan, perbuatan, dan persetujuannya. Hadis merupakan sinonim sunnah, namun hadis pada umumnya digunakan untuk istilah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW 51 Bukhari M, Kajian Kritis Ilmu Hadis I, (Padang: Azka, 2009), h Ibid., h Ibid., h. 5

26 42 setelah diutus menjadi Rasul. 54 Beberapa defenisi di atas memberikan pengertian, bahwa hadis mempunyai tiga komponen, yakni: a. Hadis yang berkaitan dengan perkataan Nabi SAW disebut dengan hadis qauli, misalnya sabda Nabi berikut ini: Artinya: Dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah al-kitab (HR. Muslim). 55 b. Hadis yang berkaitan dengan perbuatan Nabi SAW disebut dengan hadis fi li, misalnya shalatnya sahabat Nabi. Artinya: Dari Malik bin Huwairits ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: lakukanlah shalat sebaiamana kamu melihat aku shalat (HR. Bukhari). 56 Nabi berbuat dalam posisinya sebagai Rasul merupakan contoh tauladan bagi setiap umat Islam. Demikian pula, perkataan beliau, ketika Nabi berkata sebagai pendidik selalu melalui perkataan yang baik, sehingga peserta didik dapat menerimanya dengan mudah, demikian pula dengan perbuatan beliau berbuat dengan maksimal. c. Hadis yang berkaitan dengan persetujuan atau ketetapan Nabi disebut dengan hadis taqriri, yaitu suatu perbuatan atau perkataan diantara 54 Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtasar Shahih Al Imam Al Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Dar Kutub Al Ilmiah, 2008), h. 80

27 43 para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya pada suatu ketika Nabi bersama Khalid bin Walid berada dalam suatu jamuan, dan makanan yang dihidangkan adalah daging biawak. Nabi tidak menegur atas jamuan dari daging biawak tersebut, dan tatkala Nabi dipersilahkan untuk memakannya, beliau bersabda: Maafkan, berhubung binatang ini tidak ada di kampung kaumkku, maka aku tidak menyukainyai (HR. Bukhari) 57 Kata Khalid segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah SAW melihat padaku. (HR. Bukhari). 58 Berdasarkan uraian diatas maka pengertian hadis itu sendiri adalah segala sesuatu yang datangnya dari Nabi, baik itu perkataan, perbuatan, maupun ketetapan beliau setelah diangkat menjadi Rasul. 2. Kedudukan Hadis dalam Pendidikan Hadis merupakan jalan atau cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, hadis qauli yaitu yang berisi ucapan Nabi SAW. Kedua hadis fi li yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi. Ketiga hadis taqriri yaitu persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi Muhammad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h Ibid., 59 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), cet. 1, h. 97

28 44 Sebagaimana yang diketahui keberadaan Nabi SAW di tengahtengah masyarakat sebagai contoh tauladan, baik dari segi perkataan ataupun dari segi perbuatan, karena perkataan dan perbuatan Nabi itu tidak ada yang tercela. Dalam kata lain, perkataan dan perbuatan Nabi baik semua, sehingga pantas dijadikan contoh dan tauladan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-ahzab ayat 21. Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-ahzab:21) Kehidupan Nabi di tengah-tengah masyarakat dapat dikategorikan kepada dua hal. Pertama sebagai manusia biasa, kedua sebagai Rasulullah. Ketika beliau berbuat sebagai manusia biasa, tidak dianjurkan untuk mentauladani beliau, lalu ketika Beliau berbuat sebagai Rasulullah semua umat Islam dituntut untuk mengikuti dan mentauladaninya. Nabi sebagai Rasulullah SAW, berarti Nabi sebagai utusan Allah kepada semua umat untuk menyampaikan ajaran Islam. Nabi tidak hanya sebagai penyampai pesan tetapi juga sebagai pendidik ditengah-tengah umat. Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan bermacam-

29 45 macam metode. Hal itu dilakukan untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah: a. Metode ceramah. b. Metode dialog, misalnya dialog anatara Rasulullah dengan Mu adz ibnu Jabal ketika Mu adz akan diutus sebagai kadi di negeri Yaman. c. Metode diskusi, misalnya antara Rosulullah dan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar. d. Metode demonstrasi, misalnya hadis Rasulullah shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. Berikut dikemukakan beberapa contoh Nabi sebagai pendidik, melalui hadis beliau sendiri: Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya (dalam jalur lain: maka hendaklah dia bersilaturahmi). Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari). 60 Dari hadis ini yang dapat dipahami adalah pendidikan tentang menerima tamu, berkata baik, dan tidak menyakiti tetangganya. Nabi memberi penegasan bahwa seseorang yang telah diakui imannya kepada 60 Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Al Imam Al Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), h. 147

30 46 Allah dan kepada hari akhir, buktikanlah dengan menerima tamu secara baik, berkata sopan, serta berlaku baik dan menyenangkan tetangga.. Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baikku? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ayahmu. (HR. Bukhari). 61 Demikian pula hadis tentang pendidikan terhadap orang tua. Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi tentang orang yang paling baik menjadi teman yang selalu didampingi, Nabi menjawab ibumu, ibumu, ibumu, dan bapakmu. Nabi mengulang-ulang ibumu sampai tiga kali kemudian baru bapakmu. Pada diri ibu terdapat perbedaan dengan bapak dari beberapa hal. Dari segi fisik, biasanya perempuan lebih cepat menurunnya kekuatan, sedangkan laki-laki tidak seperti itu. Demikian pula dari segi lainnya, ibu lebih banyak penderitaan dengan anaknya dibanding dengan bapak. Seperti dalam keadaan hamil, melahirkan, dan menyusui. Oleh sebab itu, seorang anak dituntut lebih memperhatikan ibunya demikian pula kepada bapaknya. 61 Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Dar Kutub Al Ilmiah, 2008), h. 682

31 47 Ajaran agama Islam sangat berkaitan erat dengan pendidikan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hadis memberikan motivasi dan dorongan agar seseorang lebih giat dalam menuntut ilmu. Yang pada hakikatnya didapatkan melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi melaksanakan proses pembelajaran, juga metode yang digunakan, sehingga dalam waktu singkat pembelajaran yang diberikan oleh Nabi mampu diserap oleh para sahabat, wibawa serta pribadi yang harus ada di dalam diri setiap pendidik telah ditunjuk oleh Nabi, sampai kepada cara Nabi menempatkan posisi peserta didiknya. Kesemua hal itu merupakan figur yang ada pada diri Rasulullah SAW dan menjadi contoh bagi seluruh aktivitas manusia sebagai uswatun hasanah yang telah dibimbing langsung oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan bagian yang tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang terus menerus berkembang membawa manusia pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus mengembangkan diri agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dosen merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal karena bagi mahasiswa dosen sering kali dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran. untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran. untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs BAB V PEMBAHASAN A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs Sultan Agung Jabalsari Tulungagung. Sebagai upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut sebagai akibat dari berbagai usaha pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia untuk memiliki suatu pengetahuan tertentu. Peranan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : [ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan manusia tentu akan mengarah kepada kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mujadilah ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mujadilah ayat 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah yang merupakan peningkatan dari mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah meliputi al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah Kebudayaaan Islam. 1 Perbedaannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya termasuk mengenyam pendidikan. Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bukan semata persoalan menceritakan! Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi kedalam benak siswa namun belajar memerlukan keterlibatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Perkembangan kemajuan ini ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah lama memprogramkan wajib belajar pendidikan dasar 6 tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan Madrasah Ibtidaiyah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia untuk membentuk insane yang dapat memecahkan permaslahan dalam kehidupannya. Tiga tempat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara perspektif member

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. dan dokumentasi di MAN Rejotangan. Pada uraian ini peneliti akan mengungkap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. dan dokumentasi di MAN Rejotangan. Pada uraian ini peneliti akan mengungkap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan ini akan di lakukan peneliti dengan merujuk pada hasil temuan penelitian yang di peroleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi di MAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Sejalan dengan kemajuan tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan era globalisasi membuat dunia pendidikan mengalami kemajuan di segala bidang, sehingga banyak kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, begitu pentingnya pendidikan bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Mata Pelajaran Fiqh siswa MTs Darul Hikmah

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Mata Pelajaran Fiqh siswa MTs Darul Hikmah BAB V PEMBAHASAN A. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqh siswa MTs Darul Hikmah Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu lembaga, maka diperlukan kerja yang sungguh-sungguh serta berdasarkan peraturan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar, pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam suatu kehidupan mempunyai peran yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat. Usaha untuk mencapai suatu pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kata yang sudah umum didengar oleh karena itu, boleh dikatakan setiap orang mengenal istilah pendidikan. Masyarakat awam mempersiapkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidak tahuan, ketidak mampuan,ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ketidak tahuan, ketidak mampuan,ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup, melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan A. Kerangka Teoretis BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas dalam mendidik yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Interaksi antara pendidik dengan peserta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara. 1 Dalam mewujudkan kecerdasan bangsa yaitu dengan belajar, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zainal Arifin mengatakan bahwa arti pendidikan secara istilah adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dengan begitu cepat telah menjadi kebutuhan seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM HADIS - SUNNAH Etimologis: Hadis : perkataan atau berita. Sunnah : jalan yang dilalui atau tradisi yang dilakukan. Sunnah Nabi: jalan hidup Nabi. Terminologis Hadis:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pendewasaan peserta didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan mengfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci