ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENA FANANI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENA FANANI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA"

Transkripsi

1 ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENA FANANI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yeni Luki Ristiyanti NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017 i

2 ii

3 iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Yeni Luki Ristiyanti NIM : program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau teman orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, 29 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan, Yeni Luki Ristiyanti iv

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO 1. Barang siapa menempuh suatu jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (H. R. Muslim). 2. Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi lebih indah dan dengan agama hidup menjadi terarah. Kurang pandai dapat diatasi dengan belajar, kurang terampil dapat diatasi dengan latihan. Tetapi, kurang jujur sulit sekali mengatasinya (Moh. Hatta). 3. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela). PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda ketulusan dan bakti kepada: 1. Bapakku Kuwatno dan Ibuku Sukarti tercinta, yang telah membimbing dengan penuh pengorbanan, kasih sayang, perhatian, bekerja keras dan doa yang tulus demi keberhasilanku; 2. Kakakku, Joko Supriyadi yang selalu memberiku motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. v

6 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat dan hidayah-nya skripsi dengan judul Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA dapat penulis selesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi kesulitan. Namun, atas bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi kesulitan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Muhammadiyah Purworejo dari awal sampai akhir studi; 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; 3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini; vi

7 4. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. selaku pembimbing I dan Joko Purwanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berterima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi dorongan, masukkan, dan semngat dalam penyusunan skripsi; 6. Teman-teman seperjuanganku khususnya anak-anak PBSI 8A dan sahabatku, Shendy Icca, Yeni Charnia, Yuli Nirwanti, Maryani yang selalu menemani dalam keadaan susah, senang serta memberikan dukungan dan bantuan selama ini di bangku perkulihan; dan 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada ilmunya. Purworejo, 29 Agustus 2017 Penyusun, Yeni Luki Ristiyanti vii

8 ABSTRAK Ristiyanti, Yeni Luki Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi (1) unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir; (2) aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA. Subjek penelitian adalah novel Kubah di Atas Pasir. Objek penelitian adalah aspek sosiologi sastra novel. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik, aspek-aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan teknik catat. Teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian hasil disajikan dengan teknik informal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir meliputi enam aspek, yaitu (a) tema meliputi tema minor: masalah pendidikan dan ekonomi, sedangkan tema mayor: kegigihan seorang wanita untuk mengembangkan pendidikan, (b) alur: campuran, (c) latar tempat: desa Ngurawan, dalam rumah, yayasan Ar-Rahmah; latar waktu: pagi, siang, sore, dan malam; latar suasana: kebahagiaan, kecemasan, ketengangan, (d) tokoh dan penokohan; tokoh utama: Fatikha (selalu bersyukur, suka menolong dan berbagi); tokoh tambahan: Mahali (rendah hati, keras kepala dan berkeinginan tinggi, dan kurang dalam menepati janji), Hiram (peduli, pintar dan penolong), (e) sudut pandang: orang ketiga serba tahu dia atau ia ; dan (f) amanat: jangan menyesal dengan masa lalu karena dari masa lalu dapat dijadikan semangat kita menuju masa depan yang baik; (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi (a) aspek kekerabatan meliputi: kekerabatan orang tua dengan anak dan kekerabatan dengan sahabat, (b) aspek cinta kasih meliputi: cinta kasih terhadap keluarga: Mahali dengan Fatikha, Fatikha dengan Hiram; cinta kasih terhadap lawan jenis: Mahali dengan Fatikha, Ngadrim dengan Fatikha, Hiram dengan Eleina, (c) aspek pendidikan meliputi: pendidikan yang didapatkan dari bangku SD sampai kuliah, mengajar mengaji di yayasan, (d)aspek keagamaan meliputi: ibadah shalat, berdoa, bersyukur, berserah diri kepada Allah, dan perbedaan agama, (e) aspek perekonomian: ekonomi sederhana, dan (f) aspek kebudayaan: tradisi nyekar: (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir di kelas XII SMA metode pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kompetensi Dasar: menganalisis isi dan kebahasaan novel. Langkah-langkah pembelajarannya: (1) kegiatan awal: guru memberi salam, mengabsen dan memberi motivasi serta menyampaikan materi; (2) kegiatan inti:guru memberikan materi tentang unsur-unsur intrinsik novel dan aspek-aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel, siswa ditugaskan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari ± 5 siswa, kemudian siswa mempresentasikan di depan kelas secara perwakilan dan kelompok lawan untuk menanggapi; (3) kegiatan penutup: guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran, guru mengucapkan salam penutup. Kata kunci: sosiologi sastra, novel, pembelajarannya di SMA. viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian... 9 G. Penegasan Istilah H. Sistematika Skripsi TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian B. Objek Penelitian C. Fokus Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Teknik Penyajian Hasil Analisis PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. PENYAJIAN DATA PENELITIAN Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir di SMA ix

10 B. PEMBAHASAN DATA Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir a. Tema b. Alur c. Latar d. Tokoh dan Penokohan e. Sudut Pandang f. Amanat Aspek-aspek yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir a. Aspek Kekerabatan b. Aspek Cinta Kasih c. Aspek Pendidikan d. Aspek Kepercayaan e. Aspek Perekonomian f. Aspek Kebudayaan Rencana Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani di SMA BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 4.1: Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir Tabel 4.2: Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di AtasPasir Tabel 4.3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Sampul Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Lampiran 2: Sinopsis Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Lampiran 3: Biografi Pengarang Lampiran 4: Kartu Pencatat Data Lampiran 5: Silabus Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 7: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 8: Kartu Bimbingan Skripsi xii

13 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan beberapa subbab: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi. A. Latar Belakang Masalah Karya sastra pada dasarnya tercipta dari realitas kehidupan masyarakat yang terjadi dan diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dijadikan alat intropeksi diri dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta suasana yang harmonis antaranggota masyarakat. Karya sastra juga dapat dikatakan sebagai cerminan kehidupan masyarakat, karena di dalam karya sastra memuat unsur-unsur kehidupan sosial, cinta kasih, ekonomi, hubungan sosial, hukum, moralitas, dan sebagainya. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomenal yang ada. Kurniawan (2012: 6) menjelaskan bahwa karya sastra hakikatnya adalah sebuah bentuk refleksi keadaan, nilai, dan kehidupan masyarakat yang menghidupi pengarangnya, atau paling tidak pernah mempengaruhi pengarangnya. Pengarang sebagai anggota masyarakat memotret kehidupan masyarakat tersebut sesuai dengan sastra dimediasi oleh pengarangnya. Namun, mediasi ini seringkali bersifat imajinasi dan pandangan dunia, tetapi hakikat tetap mempresentasikan kondisi masyarakat. Hal ini, menegaskan 1

14 2 bahwa pengarang sebagai anggota masyarakat mempengaruhi bahkan menjadi faktor utama dalam dunia yang digambarkan dalam sastra. Kemampuan pengarang dalam melihat kenyataan hidup, merenungi, dan membawa pembaca untuk memahami dan menghayati masalah-masalah kehidupan yang ditampilkan dalam dunia baru yang berwujud karya sastra, menjadikan pengalaman intelektualitas pengarang berperan dalam karya sastra merasa ikut menyatu dalam persoalan-persoalan yang disuguhkan dalam karya sastra sebagaimana hanya kehidupan yang dialaminya. Sastra merupakan hasil pengalaman, pemikiran, ide, keyakinan manusia yang dituangkan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona bagi yang membacanya. Sastra wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada disekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Iswanto (2000: 45) menjelaskan bahwa sebuah karya sastra dapat dinilai dari berbagai aspek baik dari dalam karya sastra itu sendiri atau intrinsik maupun unsur dari luar karya sastra atau ekstrinsik yang juga mempengaruhi sebuah karya sastra maupun aspek genetik sastra yaitu, asalusul karya sastra, dalam hal ini asal-usul karya sastra yaitu pengarang dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah karya sastra. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goldman (Faruk, 2014: 57-58), yaitu terdapat suatu korelasi atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian antarmanusia komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara manusia dengan sesama masyarakat.

15 3 Hauser menyatakan bahwa karya sastra memberikan lebih banyak kemungkinan dipengaruhi oleh masyarakat, daripada mempengaruhinya (Ratna, 2013: 63). Sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat, sebenarnya kaitannya erat dengan kedudukan pengarang sebagai anggota masyarakat, sehingga secara langsung atau tidak langsung daya khayalnya dipengaruhi oleh pengalaman manusiawinya dalam lingkungan hidupnya. Pengarang hidup dan berelasi dengan orang lain di dalam komunitas masyarakatnya maka tidaklah heran apabila terjadi interaksi dan interelasi antara pengarang sebagai anggota masyarakat. Novel merupakan sebuah karya fiksi yang mengungkapkan kehidupan manusia dengan konflik-konflik yang terjadi secara kompleks. Abrams menyatakan kata novel berasal dari bahasa Italia novella dan novelle yang secara harfiah yang berarti sebuah karya fiksi yang panjang cukupan, tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2015: 11-12). Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Alwi, dkk. 2015: 969). Lewat tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita, pembaca diharapkan memunculkan ide-ide atau pemikiran yang positif sehingga mereka peka terhadap kondisi sosial yang ada dilingkungannya. Dalam memahami suatu karya sastra khususnya novel berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan juga dapat memberikan suatu nilai-nilai seperti nilai pendidikan,

16 4 nilai moral, nilai sosial, dan nilai religius. Pembahasan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek sosiologi yang terdapat dalam sebuah karya sastra, yaitu novel. Hubungan antara sastra dengan nilai sosial dapat diamati pada hasil sastra, yaitu bagaimana intensitas nilai sosial yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra tersebut. Ratna (2013: 1) mengungkapkan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul dan perkembangan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sementara itu, Swingewood menyatakan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan proses-proses sosial (Faruk, 2010: 1). Sosiologi berusaha menjawab mengenai bagaimana masyarakat itu bertahan hidup. Melalui penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis karya sastra untuk mengetahui strukturnya, yang kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra. Damono

17 5 menyatakan bahwa analisis sosiologi sastra dalam karya sastra dilakukan untuk memahami dan mamaknai struktur sosial masyarakat di luarnya. Oleh karena itu, jika struktur sosiologi dalam karya sastra sudah ditemukan, maka langkah selanjutnya, adalah merelevasikan acuan struktur sosial karya sastra dengan struktur sosial masyarakat yang sebenarnya. Kemudian, kita harus menganalisis hubungan-hubungan yang terbangun antara struktur sosial karya sastra dengan struktur sosial masyarakat (Kurniawan, 2012: 13). Penulis membaca novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani tahun 2015 sebagai subjek penelitian. Penulis tertarik menganalisis novel Kubah di Atas Pasir karena menyajikan persoalan kehidupan yang beraneka ragam. Persoalan perjuangan hidup, derajat hidup, keagamaan, pendidikan, perekonomian, kebudayaan, dan cinta kasih. Pada novel Kubah di Atas Pasir banyak mengandung nilai-nilai sosial yang tinggi yang berhubungan dengan kehidupan nyata di dalam masyarakat. Selain itu, dalam novel Kubah di Atas Pasir diceritakan tentang kehidupan seorang ibu yang membesarkan dan memperjuangkan anaknya yang bernama Hiram. Hiram sejak kecil tidak tahu siapa ayahnya karena waktu Hiram di dalam kandungan, ayahnya meninggal dunia. Kematian ayahnya disebabkan oleh warga dengan cara di bunuh. Sejak itu, Hiram dan ibunya banyak mendapat halangan. Zhaenal Fanani telah menerbitkan kurang dari 13 novel (Madame Kalinyama, Dunia Tanpa Matahari, Jejak Darah di Senja Asyura, Gerbang Dunia, Kebangkitan Queen Templart, Ark of Covenant, Anak-Anak Langit, Senja di Alexandria, Haseki Sultan, Damarwulan, The Eye of Horus, Ken

18 6 Arok: Cinta dan Takhta, Ken Arok: Sumelang Gandring). Sebelum menjadi penulis novel, ia juga menulis serial silat diantaranya: Pendekar Mata Keranjang (12 episode, Cinta Media, Jakarta), Joko Sableng (93 episode, Cinta Media, Jakarta dan ditayangkan di SCTV), dan Pendekar Seribu Bayangan (18 episode, Karya Anda, Surabaya). Kaitannya dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pengarang memiliki kelebihan dalam menyusun dan mengolah karyanya menjadi sebuah karya sastra yang menarik untuk di baca. Terbukti dengan hasil karyanya yang terdahulu dari Madame Kalinyama sampai yang terakhir saat ini, yakni novel Kubah di Atas Pasir, dan masing-masing novel tersebut mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca. Dalam novel Kubah di Atas Pasir juga banyak memiliki kelebihan, yakni dilihat dari segi tata tulis, bahasa, alur atau plot, latar atau setting, dan konflik itu menjadi sebuah bumbu yang sangat lezat untuk dinikmati. Karya sastra khususnya novel mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik karena pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam memahami dan mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik. Melalui pembelajaran sastra, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik peserta didik. Dengan pembelajaran tersebut, peserta didik diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengambil nila-nilai yang baik untuk dicontoh. Keterkaitan novel dengan pembelajaran di SMA ini terdapat dalam silabus. Pada bagian tersebut, terdapat kompetensi dasar untuk menganalisis novel.

19 7 Materi yang dijadikan sebagai bahan ajar adalah menganalisis unsur intrinsik novel. Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta menujang pembentukan watak. Selain itu, tujuan pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah pembelajaran sastra. Dari tujuan tersebut, sastra memang sangat perlu diajarkan di sekolah dalam pembelajaran sastra di SMA. Novel Kubah di Atas Pasir diharapkan dapat menambahkan khasanah tentang arti perjuangan dalam hidup dan dapat mengambil nilai positif dalam upaya pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dalam analisis sosiologi sastra dan pembelajarannya di SMA dengan alasan sebagai berikut: dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, penulis meneliti novel tersebut dari segi sosiologi sastra, karena dalam novel tersebut mempunyai daya pikat yang baik untuk diketahui. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. kehidupan masyarakat mengalami penurunan dalam hal berinteraksi sosial di lingkungan masyarakat;

20 8 2. belum dilakukannya penelitian mengenai unsur intrinsik pada novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 3. pembelajaran mengenai aspek-aspek sosial melalui analisis novel masih jarang diajarkan di sekolah; 4. belum dilakukannya penelitian mengenai analisis novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai bahan atau materi pembelajaran sastra di SMA. C. Batasan Masalah Batasan masalah berfungsi sebagai alat untuk membatasi penelitian, agar penelitian ini lebih mendalam dan detail. Dalam penelitian ini batasan masalahnya adalah analisis Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di Kelas XII SMA. D. Rumusan Masalah Suatu karya sastra tidak akan terlepas dari persoalan-persoalan yang diungkap oleh pengarang. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani? 2. Bagaimanakah aspek-aspek sosial yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani?

21 9 3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 2. aspek sosial yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 3. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA. F. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini ada dua macam, yaitu secara teoretis dan secara praktis. Berikut ini manfaat penelitian secara teoritis dan secara praktis yaitu: 1. Secara Teoretis Secara teoretis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut. a. hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian serta wawasan kepada pembaca sastra terutama dalam bidang sosiologi sastra dan pembelajarannya di SMA;

22 10 b. mengembangkan dan memantapkan pemahaman tentang sosiologi sastra yang terdapat dalam novel; c. memberi gambaran yang jelas tentang sosiologi sastra yang terdapat dalam novel yang diteliti. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut. a. Bagi Penulis Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi metode yang lebih efektif dan bervariasi dalam peningkatan kualitas pendidikan sastra novel. b. Bagi Guru Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi serta salah satu alternatif guru untuk mengatasi kesulitan pembelajaran sastra novel yang lebih efektif dan bervariatif sesuai dengan pendidikan berkarakter tentang aspek/ nilai sosial pada peserta didik. c. Bagi Peserta Didik Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan memudahkan peserta didik dalam memahami unsur intrisnik dan aspek/nilai sosial serta dapat dengan mudah mengaplikasikan dalam kehidupan seharihari.

23 11 d. Bagi Sekolah Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan prestasi tentang pembelajaran sastra novel serta kaitannya dengan pendidikan karakter. e. Bagi Peneliti Berikutnya Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian berikutnya. G. Penegasan Istilah Penelitian ini berjudul Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA. Berkaitan dengan judul tersebut, penulis akan menjabarkan istilah-istilah yang ada hubungannya dengan hal-hal yang dikaji agar mendapatkan gambaran yang jelas. 1. Analisis Depdiknas (2015: 58) menjelaskan bahwa analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebabmusabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Penelaah yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks.

24 12 2. Sosiologi Sastra Endraswara (2013: 77) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Antara sosiologi dan sastra, ada kesamaan terhadap fakta kemanusiaan. Sosiologi mencoba mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik, dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial kita untuk mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing. 3. Novel Abrams menjelaskan bahwa secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2012: 9). 4. Kubah di Atas Pasir Kubah di Atas Pasir adalah sebuah judul novel Indonesia karya Zhaenal Fanani yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai, cetakan pertama tahun 2015, tebal 360 halaman. Novel ini digunakan sebagai objek penelitian. 5. Zhaenal Fanani Zhaenal Fanani adalah nama pengarang novel Kubah di Atas Pasir yang lahir di Dampit, Malang, Jawa Timur pada tanggal 7 Maret.

25 13 6. Pembelajaran di SMA Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir di SMA. Berdasarkan penegasan istilah di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa judul Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA adalah analisis tentang karya sastra yang ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya dengan meliputi unsur intrinsik, aspek-aspek sosiologi sastra, dan kesesuaian novel dalam pembelajarannya di kelas XII SMA. H. Sistematika Penulisan Skripsi ini berjudul Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian isi, dan (3) bagian akhir. Pada bagian awal skripsi, penulis menyajikan judul skripsi, pengesahan, prakata, daftar isi, daftar lampiran, moto dan persembahan, serta abstrak. Pada bagian isi, penulis menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab, yang tersusun sebagai berikut. Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan masalah, serta sistematika skripsi.

26 14 Bab II tinjauan pustaka dan kajian teoretis berisi tentang teori-teori yang dijadikan landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian. Kajian teoretis ini pada akhirnya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pembahasandata hasil penelitian. Bab III berisi metode penelitian meliputi sumber penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai data penelitian yang diambil dari novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani terutama mengenai nilai sosial dan pembelajarannya di kelas XII SMA. Bab V penutup berisi simpulan dan saran. Bab ini penulis menyimpulkan secara singkat mengenai pembahasan data dan memberikan saran-saran yang relevan dengan simpulan tersebut. Selain itu, penulis juga melampirkan daftar pustaka, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sampul novel, sinopsis novel, biografi pengarang, kartu bimbingan, dan surat keputusan dosen pembimbing.

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Bab ini terdiri atas dua subbab, yaitu tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan diteliti, sedangkan kajian teoretis meliputi unsur intrinsik novel, nilai sosial dalam novel, dan pembelajaran di SMA. A. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, ada dua hal yang dibahas pada tinjauan pustaka yaitu, kajian buku dan hasil penelitian yang relevan. 1. Kajian Buku Ada beberapa buku yang memuat tentang aspek sosiologi sastra pada novel. Dalam kajian pustaka ini, penulis menyajikan beberapa buku yang dijadikan rujukan penelitian ini, yaitu buku berjudul Teori Pengkajian Fiksi karya Nurgiyantoro (2015) yang berhubungan dengan unsur intrisnik. Buku Teori Pengkajian Fiksi berisi tentang: (1) tema; (2) alur; (3) tokoh dan penokohan; (4) latar; (5) sudut pandang; dan (6) bahasa. Buku Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia karya Nurhayati Ginanjar (2012) berisi tentang (1) tema; (2) alur/plot; (3) tokoh dan penokohan; (4) latar; (5) sudut pandang; dan (6) bahasa. Buku Pengajaran Sastra karya 15

28 16 Esti Ismawati (2013). Buku ini berisi tentang (1) tokoh; (2) tema; (3) latar/setting; (4) plot; dan (5) amanat. Buku yang berhubungan dengan sosiologi sastra adlah buku Paradigma Sosiologi Sastra karya DR. Nyoman Kutha Ratna (2013). Buku Paradigma Sosiologi Sastra berisi tentang: (1) hakikat sosiologi; (2) sejarah sosiologi; (3) sosiologi sastra Indonesia; dan (4) teori-teori sosiologi sastra. Permasalahan yang sama dapat dibaca pula pada buku Pengantar Sosiologi Sastra karya Faruk (2014). Buku tersebut berisi tentang (1) sosiologi sebagai cara pandang; (2) teori-teori tentang masyarakat; (3) sastra sebagai bahasa; (4) sastra sebagai karya fiktif-imajinatif; (5) karya sastra sebagai ekspresi jiwa; (6) karya sastra dan dunia sosial; dan (7) beberapa definisi sosiologi mengenai sastra. Buku lain yang dapat dibaca pula pada buku Sosiologi Suatu Pengantar karya Soejarno Soekanto (2014). Buku tersebut berisi tentang (1) definisi sosiologi dan sifat hakikatnya; (2) objek sosiologi; (3) gambaran ringkas tentang sejarah teori-teori sosiologi; (4) metodemetode dalam sosiologi; (5) mazhab-mazhab dan spesialisasi dalam sosiologi; dan (6) unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya. Selain itu, buku yang berhubungan dengan pembelajaran sastra pada buku Pengajaran Sastra karya Esti Ismawati (2013). Buku Pengajaran Sastra berisi tentang (1) pengertian pengajaran sastra; (2) fungsi sastra dan fungsi pengajaran sastra; (3) tujuan pengajaran sastra;

29 17 (4) situasi pengajaran sastra yang dicita-citakan; dan (5) pengembangan bahan ajar. Buku Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif karya Sukirno (2009) berisi tentang (1) komponen silabus; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi dasar; (4) indikator pencapaian; (5) materi pokok; (6) pengalaman belajar; (7) penilaian; (8) sumber belajar; dan (9) media belajar. 2. Hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa penilitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu Ana Wahyu Lestari (2014), Yulianto (2015), dan I Wayan Mika (2013) dijelaskan sebagai berikut. Lestari (2014) meneliti dengan judul Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA. Dalam penelitian tersebut peneliti menyimpulkan tentang aspek-aspek sosial seperti: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, ekonomi. Lestari mengkaji (1) unsur intrinsik meliputi: tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat, (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, dan perekonomian, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran Novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA.

30 18 Penelitian Lestari memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, sama-sama mengkaji (1) unsur intrinsik meliputi: tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat; dan (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, dan perekonomian. Perbedaannya yaitu mengkaji novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian Lestari (2014) dan penelitian ini adalah penelitian Yulianto (2015). Yulianto tahun 2015 menulis skripsi yang berjudul Analisis Sosiologi Sastra Novel Lontara Rindu Karya S. Gegge Mappangewa dan Pembelajarannya di SMA. Penelitian Yulianto mengkaji (1) aspek sosial novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, (2) hubungan antaraspek sosial yang terdapat pada novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, dan (3) pembelajaran novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa di SMA. Penelitian Yulianto memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini. Persamannya yaitu sama-sama mengkaji (1) aspek sosial dalam novel; dan (2) pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di SMA. Perbedaanya, Yulianto mengkaji novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.

31 19 Selain penelitian Lestari (2014) dan Yulianto (2015), penelitian lain yang relevan adalah skripsi Mika (2013) yang berjudul Analisis Sosiologi Sastra Novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda. Permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan aspek-aspek sosial dalam novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek agama, aspek magis, aspek percintaan, dan aspek teknologi. Penelitian Mika memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama mengkaji aspek-aspek sosial dalam novel. Perbedannya, penelitian Mika mengkaji novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Dari beberapa penelitian di atas, peneliti mengucapkan banyak terima kasih karena telah memberikan acuan tentang aspek sosiologi sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam melakukan penelitian. Penelitian mengenai aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sepengetahuan penulis belum ada. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih judul tersebut dan meneliti novel tersebut berdasarkan aspek sosiologi sastra, unsur intrinsik novel, dan pembelajarannya di SMA.

32 20 B. Kajian Teoretis Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang digunakan oleh peneliti yang memuat beberapa kumpulan materi dari berbagai sumber untuk dijadikan bahan acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Suatu penelitian ilmiah agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah hendaknya juga mengacu pada dasar sebuah analisis tertentu, yaitu sebuah teori. Kajian teoretis dalam penelitian ini meliputi hakikat novel, unsur intrinsik dalam novel, sosiologi sastra, aspek-aspek sosiologi dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Di bawah ini, adalah paparan mengenai teori-teori tersebut. 1. Hakikat Novel Abrams menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Itali, juga dari bahasa Latin yakni novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenisjenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini kemudian muncul. Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2015: 11-12). Selain itu, Ginanjar (2012: 5) menjelaskan bahwa novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Terjadinya

33 21 konflik-konflik di dalam novel yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. Novel hadir layaknya karya sastra lain bukan tanpa arti. Novel disajikan di tengah-tengah masyarakat mempunyai fungsi dan peranan sentral dengan memberikan kepuasan batin bagi pembacanya lewat nilainilai yang terdapat didalamnya. Novel pada hakikatnya adalah cerita dan terkandung juga didalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Wellek dan Werren (Nurgiyantoro, 2015: 4) menyatakan bahwa membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan sebuah karya fiksi harus tetap sebuah cerita yang menarik, dan mempunyai tujuan yang estetik. Nurgiyantoro (2015: 14) menyatakan bahwa membaca sebuah novel bagi sebagain (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya ingin mendapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca novel yang kelewat panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-kali baca, dan setiap kali baca hanya selesai beberapa episode, akan memaksa kita senantiasa mengingat kembali cerita yang telah kita baca sebelumnya. Pemahaman secara keseluruhan cerita novel dengan demikian seperti terputus-putus dengan cara mengumpulkan sedikit demi sedikit per episode.

34 22 Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang menggambarkan kehidupan seseorang melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mengubah nasib tokoh yang diceritakan. Cerita fiksi tidak hanya sebagai cerita khayalan saja, tetapi sebuah imajinasi pengarang adalah fenomena atau realitas yang dilihat dan dirasakan. 2. Unsur Intrinsik Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa masih banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian walau pembagian itu tidak benar-benar sama. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik atau ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya. Nurgiyantoro (2015: 29-30) menjelaskan bahwa unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antara berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagaian saja misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan,

35 23 tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lainlain. Selain itu, Ginanjar (2012: 10-21) menguraikan unsur-unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan bahasa. Sebagai cipta sastra yang kompleks, fiksi mengandung berbagai unsur, antara lain keindahan, kontemplasi yang berhubungan dengan nilainilai atau renungan, media pemaparan, dan unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan ciri fiksi sebagai suatu teks sastra yang meliputi tokoh, tema, latar, plot, amanat (Ismawati, 2013: 70-73). Stanton menyatakan bahwa karya sastra terdiri atas unsur fakta cerita, tema, dan sarana sastra (dalam Ginanjar, 2012: 9). Fakta secara terdiri dari tiga unsur: tokoh, plot (alur), dan latar. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur fiksi dan secara faktual dapat dibayangkan peristiwa dan eksistensinya dalam sebuah novel. Oleh karena itu, tokoh, plot, dan latar sering pula disebut sebagai struktur faktual sebuah cerita. Berdasarkan uraia di atas, unsur-unsur pembangun prosa fiksi dikelompokkan menjadi enam bagian yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. a. Tema Setiap prosa fiksi mengandung gagasan pokok yang lazim disebut tema. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun yang lebih banyak ialah melalui proses pembacaan karya sastra yang mungkin perlu

36 24 dilakukan beberapa kali, karena belum cukup dilakukan dengan sekali baca. Waluyo menyatakan bahwa tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan, dan sebagainya (Tarigan, 2012: 10). Selain itu, Brooks, Purser, dan Warren menyatakan bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan, 2015: 125). Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-sub tema ke dalam karya fiksi sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema. Tema berangkat dari masalah-masalah yang menjadi permasalahan cerita sehingga membentuk keseluruhan isi cerita. Masalah-masalah yang menjadi permasalahan isi cerita sangat mendukung tema (Nurgiyantoro, 2015: 119). Berdasarkan pendapat Waluyo, Nurgiyantoro, dan Brooks penulis menyimpulkan bahwa tema adalah ide gagasan yang memunculkan sebuah cerita.

37 25 b. Tokoh dan Penokohan Wibowo menyatakan bahwa tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Novel-novel Indonesia adalah novel tokohan, yakni segala persoalan berasal, berpijak, dan berujung pada sang tokoh (Ginanjar, 2012: 15). Ambrams menyatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan delam tindakan (Nurgiyantoro, 2015: 247). Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh sebab sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Sudijman menyatakan bahwa tokh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Ismawati, 2013: 70). Jones menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015: 246). Lebih lanjut, Sukirno (2016: 85) menjelaskan bahwa karakter tokoh dapat diketahui melalui dua cara, yaitu secara naratif dan

38 26 dramatik. Secara naratif karakter itu diceritakan oleh pengarangnya, sedangkan secara dramatik karakter itu diketahui melalui cara berpikir, cara berbicara, tata rias, tata busana, dan perilaku atau perbuatan pelaku itu. Menurut Nurgiyantoro (2015: ), tokoh dibedakan menjadi beberapa yaitu: tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonsi dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, tokoh tipikal dan tokoh netral. 1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering muncul dalam cerita. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang intensitas keluarnya lebih sedikit dibanding tokoh utama dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atapun tidak langsung. 2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan pengejawantahan dari norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi para pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang selalu menyebabkan terjadinya konflik pada tokoh protagonis.

39 27 3) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal kemunculannya sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalamai perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan. 4) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati diri. 5) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang sedikit ditampilkan keadaannya individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kualitas kebangsaannya, atau sesuatu yang bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengambil simpulan bahwa tokoh dan penokohan adalah pelaku cerita dalam suatu karya sastra. Dalam suatu karya sastra khususnya novel, terdapat beberapa pelaku atau tokoh yang ada novel itu mempunyai ciri-ciri dan karakter yang berbeda antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya.

40 28 c. Alur atau Plot Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat (Stanton, 2012: 26). Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot juga dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalambertindak berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang dihadapi. Ginanjar (2012: 12) mengemukakan bahwa alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Nurgiyantoro (2015: ) menyatakan bahwa alur memang peranan penting dalam sebuah cerita rekaan. Selain itu sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan mempermudahkan pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan. Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur atau plot dibedakan menjadi tiga macam. Uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Plot Lurus (plot maju atau plot progesif) Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa yang tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama kali diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Cerita umum dimulai dari tahap wala sampai tahap akhir. 2) Plot Sorot-Balik (plot flash back) Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya).

41 29 3) Plot Campuran Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot regresif. Tafsir (dalam Nurgiyantoro, 2015: ) membedakan plot menjadi lima bagian yaitu (1) tahap penyituasian atau situation; (2) tahap permunculan konflik atau generating circumstances; (3) tahap peningkatan klimaks atau rising acation; (4) tahap klimaks atau climax; dan (5) tahap penyesuaian atau denouement. 1) tahap penyituasian (situation), tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya; 2) tahap permunculan konflik (generating circumstances), tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya; 3) tahap peningkatan klimaks (rising acation), tahap ini berisi masalah yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang; 4) tahap klimaks (climax), tahap ini bermasalah atau bertentangan yang dialami tokoh cerita saat sampai titik puncaknya; 5) tahap penyesuaian (denouement), tahap ini berisi cara penyelesaian konflik yang sedang terjadi.

42 30 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. d. Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan watak, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Ginanjar, 2012: 17). Kadang-kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi penokohan dan kadang membentuk tema. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012: 35). Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 302) menyatakan bahwa latar adalah landasan tumpu, menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (2015: ) menyatakan bahwa latar dibagi menjadi tiga unsur, yaitu: 1) Latar Tempat Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra. Pendekripsian tempat secara teliti dan realistis penting untuk memberikan kesan pada pembaca,

43 31 seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi, yaitu di tempat seperti yang diceritakan. 2) Latar Waktu Latar waktu yaitu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah kapan tersebut biasanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. 3) Latar Sosial-Budaya Latar sosial-budaya yaitu menunjukkan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah suatu lingkungan atau tempat terjadinya peristiwaperistiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial-budaya. e. Sudut Pandang Menurut Abrams (dalam Ginanjar, 2012: 17) mendefinisikan sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 338) mengungkapkan bahwa sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan

44 32 pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya. Sudut pandang terdiri atas (1) sudut pandang orang pertama (akuan sertaan), pengarang sebagai pelaku utama; (2) sudut pandang kedua (akuan taksertaan), posisi pengarang ikut terlibat dalam cerita, tetapi bukan sebagai pelaku utamanya; (3) sudut pandang orang ketiga (diaan mahatahu), pengarang mengetahui semua peristiwa yang terjadi; dan (4) sudut pandang ketiga terbatas (diaan terbatas), pengarang memosisikan tidak serba tahu peristiwa yang terjadi (Sukirno, 2016: 89). f. Amanat Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Sukirno (2016: 90) menyatakan bahwa amanat adalah pesan moral pengarang yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa. Oleh karena itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah ditangkap pembaca. Dengan demikian, jika dalam sebuah karya sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tindakanlah berarti

45 33 bahwa pengarang menyarankan kepada para pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian. 3. Sosiologi Sastra Sosiologi sastra merupakan kajian ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyrakat, mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi mengkaji struktur sosial dan proses sosial didalamnya perubahanperubahan sosial yang mempelajari lembaga sosial, agama, ekonomi, politik dan sebagainya yang secara bersama membentuk struktur sosial untuk memperoleh bagaimana cara-cara manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kebudayaan dan kemasyarakatan. Endraswara (2013: 79) berpendapat bahwa sosiologi sastra adalah suatu penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena suatu karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya berdasarkan imajinasi dan perasaan. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah sebuah ilmu yang mengulas tentang masalah manusia dalam masyarakat, lembaga, dan ilmiah tentang manusia dalam suatu masyarakat serta perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam masyarakat tertentu. Sorokin (dalam Soekanto, 2015: 17) mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi

46 34 dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya). Ratna (2013: 1) mengungkapkan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul dan perkembangan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dengan masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam suatu masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa masyarakat sendiri adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, memiliki adat istiadat, norma-norma, hukum, serta turan yang mengatur semua pola tingkah laku, terjadi kontinuitas salam waktu, dan diikat dengan rasa identitas yang kaut mengikat warganya. Analisis sosiologi sastra berkaitan dengan analisis sosial terhadap karya sastra, baik ideologi sosial pengarang, pandangan dunia pengarang, pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial sastra (Kurniawan, 2012: 4-6). Ian Watt (dalam Kurniawan, 2012: 11) mengklasifikasikan tiga jenis pendekatan dalam sosiologi sastra, yaitu: a) Konteks sosial pengarang, berhubungan dengan posisi pengarang di dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Hal-hal iang dibahas dalam konteks sosial pengarang yaitu (1) bagaimana

47 35 pengarang mendapatkan mata pencahariannya, (2) profesionalisme dalam kepengarangan, yaitu sejauh mana pengarang menganggap pekerjannya sebagai suatu profesi, dan (3) masyarakat apa yang dituju pengarang ini menentukan bentuk dan isi karya sastra. b) Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya ialah sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secara cermat dan tidak dapat menggambarkan manusia secara teliti tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui kedaan masyarakat. c) Fungsi sosiologi sastra, dalam sosiologi sastra ada tiga hal yang menjadi perhatian (1) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (2) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja. Wellek dan Warren menyatakan tiga jenis pendekatan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu: a) Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosio yang menyangkut pengarang sebagai pengarang atau penghasil karya sastra. b) Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. c) Sosiologi yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya (Kurniawan, 2012: 11).

48 36 Berdasarkan klarifikasi masalah sosiologi karya sastra tersebut, penulis lebih menekankan pada masalah yang kedua, yaitu tentang sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri. Pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra. Penelitian sosiologi sastra khususnya teks sastra, penulis mengkaji karya sastra dengan menekankan pada aspek sosial yang meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, dan aspek perekonomian yang ada dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 4. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Aspek sosial merupakan sesuatu yang memperhitungkan nilai penting antara sastra dan masyarakat, sehingga untuk memahami permasalahan dalam suatu karya sastra, akan berhubungan dengan realitas sosial yang terdapat dalam masyarakat. Aspek-aspek dalam karya sastra meliputi aspek ekonomi, politik, pendidikan, agama, tradisi, moral, etika, cinta kasih, kekerabatan, dan lain-lain merupakan salah satu bahasan dalam sosiologi sastra. Menurut Ratna (2015: 29) sosiologi sastra tidak cukup dipahami dengan memanfaatkan kedua ilmu, tetapi juga memerlukan sejarah, agama, ekonomi, hukum, psikologi, dan kebudayaan pada umumnya. Selanjutnya, Soekanto (2014: 45) menjelaskan pada dewasa ini terdapat sosiologi yang dipusatkan pada orientasi masalah-masalah politik, agama, hukum, keluarga, pendidikan, dan akhir-akhir ini juga pada ekonomi,

49 37 terutama ekonomi pembangunan. Kemudian, Widhagdho, dkk (2010: 25-30) menjelaskan bahwa aspek-aspek sosiologi sastra dapat dibedakan menjadi lima yaitu, aspek kekerabatan, cinta kasih, politik, keagamaan, pendidikan. Selain itu, Damono (2010: 36-42) juga menjelaskan bahwa aspek-aspek sosiologi dapat dibedakan menjadi enam yaitu, aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek perekonomian, aspek pendidikan, aspek keagamaan, dan aspek kebudayaan. Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek sosiologi sastra ada delapan yaitu, aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek perekonomian, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek kebudayaan, aspek politik, dan aspek hukum. a. Aspek Kekerabatan Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang berarti dekat (pertalian keluarga) sedarah sedaging. Kata kerabat mendapat awalan ber- menjadi berkerabat yang berarti masih menjadi hubungan dalam satu keluarga (Alwi, dkk, 2015: ). Jadi, kekerabatan dalam penelitian ini adalah hubungan dekat antara tokoh-tokoh cerita dengan keluarga atau masyarakat selama kisah berlangsung. b. Aspek Cinta Kasih Cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain. Alwi, dkk (2015: 268) menjelaskan bahwa cinta berarti suka sekali atau senang sekali. Kasih adalah perasaan sayang (Alwi,

50 38 dkk, 2015: 361). Jadi, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain. Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak sesuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak (Soekanto, 2014: 231). Rasa cinta biasanya telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Bentuk cinta kasih ada beberapa macam yakni, cinta kasih kepada sesama, dan cinta kasih sepasang manusia karena rasa asmara. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain, baik cinta kasih orang tua kepada anaknya atau sebaliknya, cinta kasih kepada sesama, dan cinta kasih sepasang manusia karena rasa asmara. Dalam penelitian ini aspek cinta kasih tergambar dari perasaan yang ada antara tokoh utama dalam novel Kubah di Atas Pasir. c. Aspek Perekonomian Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan (Alwi, dkk, 2015: 355). Selain itu, dengan ekonomi, berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan

51 39 menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi yang tertentu (Soekanto, 2014: 233). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distributor. Aspek ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini tergambar dari keadaan perekonomian tokoh utama dalam novel Kubah di Atas Pasir. d. Aspek Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan, mendidik (Alwi, dkk, 2015: 326). Ginanjar (2012: 57) menyatakan bahwa pendidikan adalah sifatsifat atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini, nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek). Macam-macam nilai pendidikan antara lain:

52 40 (1) Nilai Pendidikan Agama Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga diri pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius (Ginanjar, 2012: 58). (2) Nilai Pendidikan Moral Widhagdho menyatakan bahwa moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Ginanjar, 2012: 59). (3) Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan (Ginanjar, 2012: 104). (4) Nilai Pendidikan Adat/ Budaya Koentjaraningrat menyatakan bahwa adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Wujud itu disebut tata kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi ialah bila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa sodaliritas yang benar (Ginanjar, 2012: 60).

53 41 Pendidikan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pendidikan formal dan nonformal yang ada dalam tokoh utama novel Kubah di Atas Pasir. e. Aspek Keagamaan Keagamaan adalah getaran jiwa yang menyebabkan manusia berlaku religius. Ginanjar (2012: 58) menjelaskan bahwa agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk religius. Religi erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan, yaitu suatu keyakinan terhadap Tuhannya. Alwi, dkk (2015: 1159) menyatakan bahwa, religi atau kepercayaan dapat diartikan sebagai harapan atau keyakinan terhadap apa yang diyakininya, atau sebutan religious bagi Tuhannya. Kewajiban beragama merupakan hak asasi setiap manusia di bumi. Dengan agama kita menjadi tahu mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku yang kita lakukan di dunia akan mendapat balasan sesuai dengan amal ibadah kita di dunia. f. Aspek Kebudayaan Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Alwi, dkk, 2015: 215). Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia untuk belajar (Koentjaraningrat, 2009: 180). Hal tersebut

54 42 berarti bahwa seluruh masyarakat manusia dalam masyarakat memiliki beberapa tindakan yaitu tindakan naluri reflek, tindakan akibat proses fisiolog. Meskipun demikian, persoalan kebudayaan dan tindakan kebudayaan yang harus dibiasakan manusia untuk belajar. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia berupa segala sesuatu yang sifatnya telah lama dan menjadi suatu kebanggaan disuatu daerah tertentu. g. Aspek Politik Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya antara lain dengan menyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah (Soekanto, 2014: 233). h. Aspek Hukum Hukum adalah suatu peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah (Alwi, dkk, 2015: 510). Selain itu, Soekanto (2014: 232) mengemukakan bahwa penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan serta kekuatan militer di dalam melaksanakan kekuasaanya. 5. Pembelajaran Sastra di SMA Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sungguh-sungguh

55 43 sastra tersebut. Dengan adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, besar kemungkinan untuk dijadikan salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati sesuai dengan kemampuan setiap individu. Pembelajaran sastra dengan bahan ajar novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, diharapkan dapat membantu siswa menemukan jati diri yang kuat dan mempunyai moral yang baik sesuai dengan ajaran sosial. a. Pengertian Pembelajaran Sastra Ismawati (2013: 1) menyatakan bahwa pembalajaran sastra adalah pembelajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan dan Apesiasi Sastra. Apresiasi sastra dimaknai sebagai kegiatan menggauli, menggeluti, memahami, dan menikmati cipta sastra hingga tumbuh pengetahuan, pengertian, kepekaan, pemahaman, penikmatan, dan penghargaan terhadap cipta sastra. Dari kelima aspek tersebut, aspek apresiasi sastra yang paling sulit diajarkan, karena apresiasi sastra menekankan pada aspek afektif yang menyangkut dengan rasa, dan nurani nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah suatu proses yang memperkenalkan nilai-

56 44 nilai yang terkandung dalam karya sastra, serta mengajak siswa untuk mempelajari pengalaman yang ada dalam karya sastra tersebut. Hamalik (2011: 57) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra peserta didik tidak hanya diberi materi saja. Akan tetapi, juga mengutamakan peningkatan daya apresiasi peserta didik terhadap karya sastra, mampu mengkritik dan menciptakan karya sastra sesuai daya kreatif dan imajinasi peserta didik. Menurut Mulyasa (2006: 255), pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, sehingga terciptalah perubahan sikap menjadi lebih baik. Dengan kata lain, pembelajaran sastra merupakan penyajian karya sastra dalam satuan pembelajaran di kelas yang bertujuan guna menambah sikap positif seseorang terhadap karya sastra dengan mewujudkan pemahamannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra merupakan bidang ilmu yang luas karena sastra sendiri memiliki arti yang sangat beragam. Pembelajaran sastra juga mencakup keseluruhan dalam arti fungsi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia itu sendiri, yang sesuai dengan kedudukan bahasa Indonesia.

57 45 b. Fungsi Pembelajaran Sastra Ismawati (2013: 3) menyatakan bahwa pembahasan karya sastra yang terkait dengan kehidupan diarahkan pada pengajaran apresiasi sastra dan bagaimana menggunakan media yang berupa puisi, novel, cerpen, dan drama ini untuk mengungkapkan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan tema-tema di dalam karya-karya tersebut. Sehingga fungsi pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra yang dibelajarkan, dalam suasana yang kondusif di bawah bimbingan guru dan dosen. c. Tujuan Pembelajaran Sastra Ismawati (2013: 30) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran sastra dapat dipilah menjadi dua bagian yaitu: 1) Tujuan pengajaran sastra jangka pendek adalah agar siswa mengenal cipta sastra dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Di samping itu siswa dapat memberi tanggapan, menanyakan, tentang cipta sastra yang dibacanya, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra, mengunjungi kegiatan sastra dan memilih kegiatan sastra diantara kegiatan lain yang disediakan. 2) Tujuan pengajaran sastra jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah dalam setiap

58 46 fase kehidupannya sebagaimana pepatah mengatakan dengan seni (sastra) hidup menjadikan lebih indah. d. Situasi Pembelajaran Sastra yang dicita-citakan Ismawati (2013: 33-34) menjelaskan bahwa pengajaran sastra yang ideal harus bermuara pada kegiatan apresiasi sastra. Apresiasi langsung sangat sulit dilakukan di dalam jam tatap muka yang terbatas di kelas. Oleh karena itu, guru atau dosen pengajar sastra harus mampu mensiasati kondisi ini sehingga pengajarannya dapat sampai pada tujuan apresiasi yang ideal. Proses menuju apresiasi sastra yang ideal dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yakni tingkat menggemari cipta sastra, tingkat mereaksi, yakni menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dibacanya, dan tingkat produksi yakni menghasilkan citpa sastra. Pengajaran sastra yang ideal tidak menekankan pada penugasan aspek kognitif semata tetapi pada aspek penghayatan dan pemahaman terhadap cipta sastra (aspek afektif). Pengajaran sastra yang ideal mensyaratkan adanya guru atau dosen sastra yang dapat dijadikan model, teladan, contoh, bagi peserta didiknya dalam hal yang terkait dengan apresiasi sastra. e. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa haruslah sesuai dengan kemampuan dari siswa tersebut. Dengan demikian,

59 47 pemilihan bahan ajar yang sesuai dan tepat dapat tercapai tujuan pembelajaran yang dilakukan. Ismawati (2013: 35) menjelaskan bahwa bahan pembelajaran adalah sesuatu yang mengandung pesan yang akan disajikan dalam proses belajar mengajar. Bahan belajar yang ideal adalah bahan yang autentik, artinya benar-benar berupa karya cipta sastra. Alwi, dkk (2015: 115) menjelaskan bahwa bahan pembelajaran adalah bahan untuk mengajar bagi guru. Bahan belajar atau pembelajaran merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian seorang guru. Dengan bahan itu, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar (Hamalik, 2015: 51). Oleh karena itu, guru hendaknya juga menentukan materi yang tepat dan sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa agar juga dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan pola pikirnya. Mengenai latar belakang kebudayaan siswa, guru haruslah mampu untuk menentukan bahan ajar yang dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan.

60 48 f. Pembelajaran Novel dalam Kurikulum Pembelajaran novel di sekolah, khususnya SMA dapat dikatakan sama dengan jenis sastra prosa lainnya seperti cerpen dan novel. Pembelajaran sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan strategi belajar. Pemerintah sudah membuat buku panduan baik panduan guru maupun panduan peserta didik. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan rencana pembelajaran dalam kurikulum 2013, guru tidak perlu lagi mengembangkan perencanaan tertulis yang berbelit-belit, karena sudah ada pedoman dan pendampingnya. Kurikulum yang digunakan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah kurikulum 2013 yang sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum yang baru ini nantinya dapat berperan penting dalam memajukan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Adapun susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu: 1. Kompetensi Inti Mulyasa (2013: ) mengemukakan bahwa kompetensi dasar merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan sebagai integration horizontal antar mata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran

61 49 adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti. 2. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu (Sukirno, 2009: 104). Cakupan materi pada kompetensi dasar lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi. Kompetensi dasar yang dikembangkan dalam standar kompetensi dalam pembelajaran sastra khususnya menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang terkandung di dalam novel Indonesia. 3. Indikator Majid (2013: 53) mengemukakan bahwa indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat intrument penelitiannya. Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih spesifik. Indikator merupakan acuan dalam menentukan penelitian. Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku siswa (Sukirno, 2009: 105).

62 50 4. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan muridnya. Tujuan dalam pembelajaran sastra yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. 5. Materi Pembelajaran Materi belajar atau pembelajaran merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian seorang guru. Dengan materi itu, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar (Hamalik, 2015: 51). Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih materi pembelajaran yang tepat untuk diberikan kepada siswa. 6. Metode Pembelajaran Asih (2016: 87) menjelaskan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, Kurniasih (2014: 56) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran sastra ada beberapa macam disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan guru, penulis memilih dua metode yang tepat, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode resitasi atau penugasan. Keempat

63 51 metode tersebut akan saling menunjang dan melengkapi dalam pembelajaran sastra. 1) Metode Ceramah Metode ceramah dilaksanakan dengan penjelasan konsep, prinsip, dan fakta oleh guru di hadapan siswa-siswanya yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa (Hamdani, 2011: 156). Metode ini digunakan jika pelajaran tersebut banyak mengandung informasi atau bahan-bahan yang memerlukan penjelasan guru. Melalui ceramah, guru dapat mengawasi atau melihat sejumlah anak secara menyeluruh dan dapat memberi pelajaran yang sama kepada siswa di kelas. 2) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Tanya jawab ini dapat dilakukan pada awal, tengah-tengah, atau pada akhir kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran yang sedang atau telah dibahas itu dipahami siswa (Hamdani, 2011: 275). 3) Metode Diskusi Metode diskusi merupakan interaksi antarsiswa atau interaksi siswa dengan guru dalam rangka menyatukan pendapat dengan cara mufakat atau musyawarah tentang topik atau permasalahan tertentu (Hamdani, 2011: 159). Dalam metode ini,

64 52 semua siswa diajak aktif berpikir untuk membicarakan pemecahan sesuatu soal secara gotong royong. Pemecahan tersebut nantinya membutuhkan dan meminta persetujuan dari gurunya. 4) Metode Resitasi atau Penugasan Menurut Ismail (2009: 21) metode resitasi (penugasaan) adalah suatu cara dalam proses pembelajaran bilamana guru memberikan tugas dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. 7. Model Pembelajaran Joyce dan Weill (Huda, 2016: 73) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materimateri intruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas yang berbeda. Model pembelajaran merupakan suatu cara untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Berdasarkan pengertian

65 53 di atas, terdapat beberapa macam-macam model pembelajaran yaitu: a) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Perencanaan dengan tipe investigasi kelompok (Group Investigation) adalah kelompok yang dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan anggota 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih topik dari keseluruhan materi yang akan diajarkan, dan membuat laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil laporan kepada seluruh kelas, untuk saling tukar pendapat dan informasi tentang hasil laporan masing-masing kelompok (Rusman, 2012: 220). (1) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Rusman (2012: 233) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

66 54 (a) Seleksi topik: siswa memilih subtopik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Selanjutnya, dibentuk ke dalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. (b) Perencanaan kerja sama: siswa dan guru merencanakan sebagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada langkah sebelumnya. (c) Implementasi: siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan varian yang luas. Pada tahap ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. (d) Analisis dan sintesis: siswa menganalisis dan membuat sintesis atas berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, lalu berusaha

67 55 meringkasnya menjadi suatu penyajian yang menarik di depan kelas. (e) Penyajian hasil akhir: semua kelompok menyajikan presentasinya atas topik-topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tertentu. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. (f) Evaluasi: siswa dan guru melaksanakan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok, atau keduanya (Huda, 2016: ). (2) Kelebihan dan Kelemahan Model (Group Investigation) Model Group Investigation memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut. (a) Meningkatkan kemampuan kreativitas siswa yang ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara ekspisit mendukung kreativitas. (b) Meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah.

68 56 (c) Membangun keterampilan komunikasi antarkelompok. Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut. (a) Tidak cocok untuk siswa yang kurang aktif dalam komunikasi, karena dalam model pembelajaran ini sangat membutuhkan keterampilan berkomuniakasi. (b) Mengutamakan emosional daripada intelektual. b) Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Model pembelajaran jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa harus bekerja sama dengan siswa lain dalam pembelajaran. Metode ini dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam model jigsaw, guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna. 1) Langkah-Langkah Model Pembelajaran jigsaw Model pembelajaran tipe jigsaw dapat dilihat langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut. (a) Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/subtopik.

69 57 (b) Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstroming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. (c) Peserta didik dibagi ke dalam 4 kelompok yang disesuaikan dengan subtopik yang dibahas. Kemudian, siswa menerima bagian kelompok masing-masing sesuai dengan subtopik kelompok (d) Setelah selesai mengerjakan bagian mereka, peserta didik saling berdiskusi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing bersama rekan-rekan satu anggotanya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. (e) Khusus untuk kegiatan membaca, guru dapat membagi bagian-bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada masing-masing siswa. (f) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut. Diskusi ini bisa dilakukan

70 58 antarkelompok atau bersama seluruh kelompok (Huda, 2016: ). Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang tepat digunakan semua materi atau pelajaran. Dari setiap metode pasti ada beberapa kelemahan dan kelebihan, maka metode satu ini, dengan metode yang lainnya saling melengkapi. Berikut ini beberapa kelemahan dan kelebihan metode jigsaw, diantaranya yaitu: 2) Kelemahan Model Pembelajaran jigsaw sebagai berikut: (a) kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran jigsaw; (b) jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan perhatian; (c) guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya beberapa orang menguasai area kelas yang lain hanya sebagai penonton. 3) Kelebihan Model Pembelajaran jigsaw sebagai berikut: (a) dapat dilaksanakan disemua kelas (kelas rendah maupun tinggi); (b) dapat dilaksanakan untuk semua mata pelajaran seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia; (c) dapat dilaksanakan di kelas yang memiliki fasilitas yang sederhana, karena metode pembelajaran jigsaw

71 59 hanya membutuhkan buku dan kerjasama antarkelompok. c) Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD), siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan dilakukan, ada sintak empat langkah yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes, dan tekognisi. a. Pengajaran: guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah-diskusi. b. Tim studi: para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru. c. Tes: setiap siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. d. Rekognisi: setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata tim (Huda, 2016: 202).

72 60 d) Model Pembelajaran Tipe Numbered-Head Together (NHT) Numbered-Head Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. 1) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe Numbered- Head Together (NHT) Langkah-langkah pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya sebagai berikut. a. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok. b. Masing-masing peserta didik dalam kelompok diberi nomor. c. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya. d. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. e. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

73 61 f. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. e) Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Strategi ini memperkenalkan gagasan tentang waktu tunggu atau berpikir pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons peserta didik terhadap pertanyaan. Manfaat TPS antara lain adalah: (1) meningkatkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan partisipasi peserta didik; dan (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. 1) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share Langkah-langkah yang umumnya dibutuhkan dalam strategi TPS adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan paraphrasing. a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/peserta didik. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok. c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

74 62 d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya. 8. Alokasi Waktu Alokasi waktu pembelajaran adalah durasi waktu yang digunakan pada waktu proses pembelajaran itu dimulai sampai berakhir proses pembelajaran itu. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sastra dapat diatur sesuai dengan kesulitan materi yang diajarkan. Seorang guru harus dapat mengatur dan menggunakan waktu sesuai dengan kedalaman dan keluasan materi. 9. Alat Belajar Alat belajar atau disebut juga dengan media belajar merupakan alat yang berfungsi sebagai alat bantu belajar mengajar yang efektif. Alat belajar yang baik disesuaikan dengan tujuan dan isi materi pelajaran (Sukirno, 2009:108). 10. Sumber Pembelajaran Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih dan

75 63 diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai (Sukirno, 2009: 108). Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran dapat sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku teks, buku pendamping, koran, majalah, brosur, dan lain sebagainya. 11. Penilaian Penilaian adalah prosedur dan cara menilai pencapaian setiap indikator oleh siswa. Penilaian dapat diberikan pada saat proses pembelajaran masih berlangsung dan dapat diberikan secara khusus (Sukirno, 2009: 106). Dalam penilaian terdapat tiga jenis penilaian yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Adapun pemaparannya sebagai berikut. a) penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan penilaian jurnal; b) penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan; c) penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan tes praktik.

76 BAB III METODE PENELITIAN Metode penilitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010: 203). Di bawah ini akan dipaparkan rincian metode penelitian yaitu sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. A. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Selain itu, Sugiyono (2016: 60-61) menjelaskan bahwa subjek penelitian adalah orang atau benda atau hal yang melekat pada variabel penelitian. Subjek penelitian ini berupa novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Novel ini mempunyai tebal 360 halaman dan diterbitkan oleh Tiga Serangkai, Solo, cetakan pertama tahun B. Objek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013: 161). Objek penelitian ini adalah aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 64

77 65 C. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2016: ). Penelitian ini difokuskan pada (1) unsur-unsur intrinsik dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat; (2) aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek keagamaan/religi, aspek perekonomian, aspek kebudayaan; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA. D. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2016: 308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Selanjutnya, Arikunto (2013: 193) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, dan teknik catat. Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber tertulis. Selain itu, teknik catat adalah teknik dengan mencatat data-data yang telah ditemukan ke dalam nota/buku catatan.

78 66 Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan data yaitu: 1. menentukan sumber data tertulis berupa novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 2. membaca novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani secara kritis dan teliti; 3. mengidentifikasi unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang terdiri atas tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat; 4. mencatat unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang terdiri atas tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat; 5. mengidentifikasi aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek perekonomian, dan aspek kebudayaan; 6. mencatat aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek perekonomian, dan aspek kebudayaan.

79 67 E. Validitas Data Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono, 2015: 117). Dalam penelitian ini, digunakan triangulasi teoritis dan triangulasi data. Triangulasi teoritis, yaitu pembahasan masalah dengan menggunakan beberapa perspektif teoretis yang berbeda karena dalam penelitian ini selain menggunakan teori sosiologi juga menggunakan teori strukturalisme. Sementara itu, triangulasi data yaitu pembahasan masalah dengan menggunakan beberapa data untuk mengumpulkan data yang sama karena data dirasakan belum cukup valid jika hanya diperoleh dari satu jenis data (Sugiyono, 2011: 273). F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yang digunakan peneliti agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 192). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis dibantu kartu pencatat data. Adapun form kartu pencatat data yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 berikut ini.

80 68 Tabel 3.1 Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir No Unsur Intrinsik Data Halaman 1. Tema 2. Tokoh dan Penokohan 3. Alur 4. Latar 5. Sudut Pandang 6. Amanat Tebel 3.2 Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir No Aspek Sosiologi Data Halaman 1. Aspek Kekerabatan 2. Aspek Cinta Kasih 3. Aspek Pendidikan 4. Aspek Keagamaan/Religi 5. Aspek Perekonomian 6. Aspek Kebudayaan G. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik content analysis atau metode analisis isi. Menurut Arikunto (2013: 53-54) teknik analisis isi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengkaji dan membahas seluruh isi teks secara kritis dan teliti. Teknik analisis isi ini membahas data

81 69 dengan mengkaji isi novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani berdasarkan teori sosiologi sastra yang memfokuskan tentang data yang konkret. Adapun langkah-langkah yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 2. menganalisis aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; 3. menyusun hasil analisis dalam kartu pencatat data. H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal merupakan perumusan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang dan tanda (Sudaryanto, 2015: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data dalam hal ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang. Selanjutnya, dengan metode informal penulis menyajikan hasil analisis yang berupa aspek-aspek sosiologi meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek perekonomian, dan aspek kebudayaan.

82 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN Bab ini berisi dua subbab. Kedua subbab tersebut adalah penyajian data penelitian dan pembahasan data penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA. A. Penyajian Data Penelitian Sebelum melakukan analisis aspek-aspek sosiologi sastra, penulis menyajikan data-data tentang unsur intrinsik dan aspek-aspek sosiologi sastra yang berupa kutipan-kutipan langsung dari objek penelitian. Berikut ini disajikan data yang penulis ambil dai penelitian. 1. Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Unsur intrinsik dalam novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani terdiri atas tema dan masalahnya, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan amanat yang disajikan dalam bentuk tabel. Data selengkapnya dapat dilihat dari Tabel 4.1 berikut ini. 70

83 71 Tabel 4.1 Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir No Unsur-Unsur Intrinsik Data Halaman 1. Tema a. Tema mayor Kegigihan seseorang 57 dan 59 wanita untuk mengembangkan pendidikan b. Tema minor 1) Pendidikan 59 dan 174 2) Ekonomi 58 dan Alur Campuran 1. Tahap Penyituasian 10, 11, 17, dan Tahap Permunculan Konflik 58, 59-60, 65, dan Tahap peningkatan Konflik , dan Tahap Klimaks , dan Tahap Penyelesaian Tahap Permunculan 261 Konflik 7. Tahap Peningkatan Klimaks , dan Tahap Klimaks 334, dan Tahap Penyelesaian 350, 357, dan Latar a. Latar Tempat Desa Ngurawan 7, 32-33, dan 34 Dalam Rumah 7, 99, 111, 119, dan 153 Yayasan Ar-Rahmah 40 dan Halaman Pesantren 67 dan 69 Aula Sekolah 232 Balai Desa 114 Teras Mushala Area Penambang 45-47, 87,dan 261 Kantor Polisi

84 72 b. Latar Waktu Pagi 66-67, 113, 125, 129, 143, 208, 276, 282, 295, 340, 343, dan 347 Siang 7, 9, 38, 55, 62, 66, 67, 69, 94, 235, 260, 285, dan 301 Sore 227, 244, 246, 248, 261, 264, 273, 276, dan 289 Malam 10, 12, 21, 24, 25, 29, 37, 41, 44, 51, 63, 65-66, 96, 98, 108, 113, 122, 126, 138, 153, , 159, , 179, , 186, , 193, 200, 219, , 265, 306, , 329, 339, dan c. Latar Suasana Kebahagiaan 19 dan Kecemasan 138, 141, 157, 198, , 259, 291, dan 325 Ketegangan 114 Kekaguman 19 dan 284 Kemarahan 117 Kekecewaan 198, 263, 315, 354, dan 356 Kekhawatiran 238, 258, 292, dan 338 Keterkejutan 252 dan Tokoh dan Penokohan a. Tokoh Utama dan Penokohan Fatikha (Selalu bersyukur, suka menolog dan berbagi, 52, 54, 57, 65-66, dan 93

85 73 dan pekerja keras) b. Tokoh Tambahan dan Mahali (Rendah hati, keras 25, 30-31, 38-39, dan 116 Penokohan kepala dan berkeinginan tinggi, dan kurang dalam menempati janji) Hiram (Peduli, pintar dan penolong) 81, 90, 100, , , dan 357 Pak Karim (Tegas, bijaksana, dan 24-25, 68, dan lembut) Ngadiredjo (Suka meremehkan pendapat orang lain) Ngadrim (Tidak ikhlas, dan selalu , 255, dan curiga dengan orang lain) Ngartidjo (Pemaksa dan serba , 110, dan 111 tahu) Sariyeh (Baik hati) 45 Mat Halil 202 (Selalu mengakui kesalahannya yang telah dilakukan) Muarip (Baik hati) 10 Umbu Dantak (Tegas) 135 Sumairah (Lugu) 207 dan 215 Ngatmodir (Tegas) Eleina Markov 259 dan 275 (Pintar dan lembut) Czarina Pavlo & Katya 281 Sashenka (Sayang anak kecil) Mr. Servey Mitryuskin 353 dan 355 (Berwibawa dan tegas) 5. Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu 8 dan 16 Dia 6. Amanat Jangan menyesal dengan masa lalu karena masa lalu dapat dijadikan semanat kita menuju masa depan yang baik. 336

86 74 2. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Aspek-aspek sosiologi sastra dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani terdiri atas, aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek keyakinan/religi, aspek perekonomian, dan aspek kebudayaan. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir No Aspek-Aspek Sosiologi Penyajian dalam Data Sastra Halaman 1. Aspek kekerabatan Orang tua dengan 14 dan anak Sahabat Aspek cinta kasih a. Cinta kasih terhadap keluarga Mahali dengan Fatikha 54-55, 61, dan 146 Fatikha dengan 237 Hiram b. Cinta kasih Mahali dengan 20 dan terhadap lawan jenis Fatikha Ngadrim dengan 192 Fatikha Hiram dengan 276 dan 290 Eleina 3. Aspek pendidikan Pendidikan yang didapatkan dari bangku SD 18-19, 24, 29, 90, 91, 98, dan 357 sampai kuliah Mengajar mengaji di yayasan 4. Aspek keagamaan/ religi Ibadah shalat 119, 280, dan 340 Berdoa 85, 143, dan 320 Bersyukur 61, 70, 169, 229,dan 356 Berserah diri kepada Allah 79, 80, 136, 156, dan 164

87 75 Perbedaan agama , 300, 324, dan Aspek perekonomian Ekonomi 58 dan 78 sederhana 6. Aspek kebudayaan Tradisi nyekar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir di Kelas XII SMA Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir di kelas XII SMA berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, alokasi waktu, aspek karakter, sumber atau media pembelajaran, dan penilaian. Data selengkapnya terdapat dalam tabel berikut ini. Tebel 4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Analisis Sosiologi Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Kelas XII SMA No Komponen Deskripsi 1. Kompetensi Inti KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

88 76 2. Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel 3. Indikator 1) Menganalisis unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 2) Menganalisis nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 4. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 2) Siswa mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 5. Alokasi Waktu 4 x 45 menit (2x pertemuan) 6. Materi Pembelajaran 7. Metode Pembelajaran 8. Model Pembelajaran 9. Media Pembelajaran 1) Pengertian novel; 2) Pengertian unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat); 3) Nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat yang terkandung dalam novel (nilai kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, religi, dan perekonomian). 1. Ceramah; 2. Tanya jawab 3. Diskusi; 4. Pemberian tugas. Investigasi Kelompok (Group Investigation) 1. Power point materi mengenai pengertian, unsur intrinsik, dan sosiologi sastra pada novel. 2. Laptop dan proyektor. 10. Sumber Belajar 1. Novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.. 2. Buku-buku yang berhubungan dengan unsur intrinsik novel. 3. Buku-buku yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat. 11. Langkah-Langkah Pembelajaran a. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal a. Guru memberikan salam pembuka. b. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

89 77 b. Pertemuan Kedua c. Guru memberikan motivasi pada siswa. d. Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang telah dibaca sebelumnya sebagai tugas. 2. Kegiatan Inti a. Guru memberikan materi tentang unsur-unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. b. Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. c. Beberapa siswa maju ke depan untuk menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan dapat berupa sebutkan tiga macam latar?. d. Siswa menyebutkan tiga macam latar. e. Siswa lainnya memberikan tanggapan. f. Guru memberikan materi mengenai unsur intrinsik novel dan nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat yang terdapat dalam novel. g. Guru menyuruh sisiwa untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari ± 5 orang. h. Guru menyediakan subjek penelitian (Kubah di Atas Pasir) dan menyuruh siswa untuk membaca novel. Waktu yang dibutuhkan guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Tugasnya, yakni membaca kemudian menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat pada novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. i. Guru membatasi waktu penyelesaian tugasnya. 3. Kegiatan Penutup a. Guru bersama siswa menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah dipelajari. b. Guru mengucapkan salam penutup. 1. Kegitan Awal a. Guru memberikan salam pembuka,

90 Penilaian Hasil Belajar memimpin doa, mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas. b. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus di capai oleh siswa. c. Guru memberikan motivasi kepada siswa. d. Guru mengkondisikan siswa agar siap belajar. 2. Kegiatan Inti a. Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya. b. Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah dibahas dengan cara memantau keaktifan siswa. c. Siswa membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari ± 5 siswa. d. Siswa mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. e. Kelompok yang tidak maju bertugas untuk menanggapinya. f. Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa dalam menerima material dalam bentuk penghargaan. 3. Kegiatan Penutup a. Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi. b. Menutup pembelajaran dengan salam. Tes esai dan lisan a. Tes esai digunakan untuk menilai proses berpikir sehingga tidak sembarangan dalam menjawab pertanyaan dan lebih mengembangkan tingkat kreatifitas siswa mengolah kata-kata. b. Tes lisan digunakan untuk menilai pemahaman siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.

91 79 B. Pembahasan Data Penelitian 1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Sebelum menganalisis aspek-aspek sosiologi sastra, penulis akan melakukan analisis unsur-unsur intrinsik dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam melakukan analisis berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Dengan demikian, hasil analisis unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir merupakan langkah awal dalam melakukan pembahasan dari segi sosiologi sastra. a. Tema Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Novel merupakan makna dari keseluruhan cerita. Tema digolongkan menjadi dua, yaitu tema mayor (makna pokok) dan tema minor (makna tambahan). Tema minor bersifat mendukung atau mencerminkan tema mayor, sebaiknya tema mayor bersifat merangkum tema minor. Dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani terdapat beberapa tema minor yang mendukung tema mayor, antara lain masalah pendidikan, dan masalah ekonomi. 1) Pendidikan Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian seseorang untuk menjadikannya manusia yang berpendidikan atau berilmu. Masalah pendidikan yang terjadi dalam novel Kubah di Atas Pasir terjadi ketika membicarakan kepada Ngadiredjo untuk

92 80 mendirikan tempat belajar semacam sanggar. Tetapi desa Ngurawan tidak memiliki anggaran untuk mengaji guru. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Mungkin untuk sementara bisa diatasi dengan mendirikan tempat belajar, semacam sanggar, ujar Fatikha. Ia tahu, untuk mendirikan tempat belajar, Ngurawan memiliki banyak tanah kosong atau mungkin juga bisa menggunakan balai desa. Ngartidjo mengangkat bahu. Kami tidak punya anggaran untuk mengaji guru. Aku sendiri hanya di beri upah tanah berupa bengkok. Saya bersedia membantu tanpa di gaji. Ngartiredjo menilai wajah Fatikha. Permasalahannya, maukah warga menyuruh anak-anaknya datang ke sekolah? Aku rasa mereka lebih senang menyuruh anak-anaknya membantu perkebunan atau menambang di sungai. (Kubah di Atas Pasir: 59) Kutipan di atas menjelaskan bahwa desa Ngurawan ingin memiliki tempat belajar semacam sanggar. Tetapi, Ngadiredjo tidak memiliki anggaran untuk mengaji guru karena kepala desa hanya diberi tanah garap. Fatikha bersedia membantu mengajar tanpa digaji. Namun, kepala desa takut anak-anak Ngurawan lebih memilih membantu di perkebunan atau menambang di sungai. Kaitannya dengan kehidupan yaitu di Indonesia masih banyak wilayah yang memiliki pendidikan masih rendah. Pendidikan di tanah Papua hingga kini masih tertinggal, hal itu akibat masih minimnya perhatian Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat dalam mengelolah pendidikan. Sarana pendidikan yang minim, tunjangan guru berupa insentif dan jatah makan tidak disalurkan dengan baik.

93 81 2) Ekonomi Ekonomi merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Masalah ekonomi dalam novel Kubah di Atas Pasir terjadi ketika ekonomi masyarakat Ngurawan sangat minim. Warga hanya mengandalkan panghasilan dari upah buruh. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Teori mudah diucapkan, tapi sulit dijalankan, kata Ngadiredjo menanggapi pembicaraan fatikha menyangkut pendidikan anak-anak Ngurawan. Ekonomi masyarakat Ngurawan sangat minim. Mereka mengandalkan penghasilan dari upah buruh di perkebunan, manambang pasir, dan memecah batu. Masalah lainnya, sekolah terdekat jaraknya sangat jauh. (Kubah di Atas Pasir: 58) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ngurawan sangat minim dalam ekonomi. Warga Ngurawan hanya mengandalkan penghasilan dari upah buruh di perkebunan, manambang pasir, dan memcah batu. Masalah lainnya, sekolah terdekat sangat jauh dari Ngurawan. Kaitannya dengan kehidupan, yaitu kehidupan seperti di daerah pegunungan. Dareah pegunungan masyarakatnya tidak jauh denganwarga Ngurawan dalam novel tersebut. Perbedaannya hanya mengenai pendidikan yang ada. Di Ngurawan pendidikan masih sangat tertinggal dan di pengunungan tidak tertinggal. Selain itu, novel Kubah di Atas pasir karya Zhaenal Fanani juga terdapat beberapa tema mayor, yang mendukung tema minor yaitu kegigihan seorang wanita untuk mengembangkan pendidikan.

94 82 Tema mayor novel tersebut tergambar dari Fatikha merupakan warga pendatang di Ngurawan yang ingin membagikan ilmu dengan warga Ngurawan tetapi ia ingin mengetahui bagaimana karakter masyarakat Ngurawan terlebih dahulu. Sebagaian besar masyarakat Ngurawan kurang memahami makna pendidikan, hanya saja mereka memiliki anggapan bahwa pendidikan kurang penting dan hanya membuang-buang waktu serta biaya. Sebelum bertindak Fatikha membicara hal tersebut dengan Pak Karim. Ia juga memiliki niat untuk mengajar mengaji tanpa upah. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Beberapa bulan sebelum menikah, Fatikha menemuinya. Ia nyaris tidak percaya mendengar niat fatikha hendak membantu dengan mengajar mengaji anak-anak. tapi, yayasan tidak punya dana untuk menggajimu, Fatikha, kata Pak Karim saat itu. Dana dari para donatur hanya cukup untuk kebutuhan makan, keperluan harian anak-anak, dan perawatan gedung. Saya tidak mengharapkan gaji, Pak. Saya hanya ingin berbagi dengan anak-anak yayasan. (Kubah di Atas Pasir: 57) Dari kutipan di atas terlihat bahwa, sebelum menikah Fatikha menemui Pak Karim untuk mengatakan niatnya membantu mengajar mengaji anak-anak di yayasan. Keterbatasan yayasan yang tidak memiliki dana untuk mengaji Fatikha. Dana yang turun dari donatur ke yayasan hanya cukup untuk makan, keperluan sehari-hari, dan sebagai perawatan gedung-gedung yang ada di yayasan. Tetapi, Fatikha tetap tidak mundur dengan keinginannya bahkan ia tidak mengharapkan gaji. Ia hanya ingin berbagi ilmu

95 83 dengan anak-anak yayasan. Selain itu, masalah tema mayor terlihat dalam kutipan di bawah ini. Mungkin untuk sementara bisa diatasi dengan mendirikan tempat belajar, semacam sanggar, ujar Fatikha. Ia tahu, untuk mendirikan tempat belajar, Ngurawan memiliki banyak tanah kosong atau mungkin juga bisa menggunakan balai desa. Ngadiredjo mengangkat bahu. Kami tidak punya anggaran untuk menggaji guru. Aku sendiri hanya diberi upah berupa tanah bengkok. Saya bersedia membantu tanpa digaji. (Kubah di Atas Pasir: 59) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha merasa prihatin dengan kondisi desa dan Kepala Desa Ngurawan. Fatikha membicarakan pendidikan anak-anak Ngurawan dengan Pak Ngadiredjo sebagai kepala desa. Pak Ngadiredjo juga memiliki alasan bahwa ekonomi warga sangat minim, mereka hanya mengandalkan dari upah buruh di perkebunan, menambang pasir, dan memecah batu serta jarak rumah ke sekolah sangat jauh sehingga warga tidak menyekolahkan anaknya. Namun, Fatikha memiliki usul dengan pak Ngadiredjo, untuk sementara waktu alasan tersebut dapat diatasi dengan mendirikan tempat belajar seperti sanggar. Pak Ngadiredjo mengungkapkan kalau desa tidak memiliki biaya untuk mengupah Fatikha jika didirikan sebuah tempat belajar. Tetapi Fatikha bersedia untuk membantu tanpa digaji. Kaitannya dengan kehidupan, seperti perjuangan R.A. Kartini untuk merintis perubahan bagi kaum wanita. Beliau tidak

96 84 b. Alur segan-segan turun ke bawah berbaur dengan masyarakat biasa untuk mengembangkan ide dan cita-citanya hendak merombak status sosial kaum wanita. Hal tersebut, seperti yang dialami Fatikha dalam memperjuangkan pendidikan. Alur merupakan cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita. Alur dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di bagi atas sembilan tahap, yaitu: tahap penyituasian, tahap permunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, tahap penyelesaian, tahap permunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. 1) Tahap Penyituasian Tahap penyituasian ini, diceritakan tentang latar belakang keluarga Fatikha sadar Hiram sudah waktunya masuk pesantren. Fatikha juga tidak memaksakannya masuk di pesantren. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha sadar, Hiram sudah berumur tujuh tahun dan sudah waktunya masuk sekolah. Fatikha ingin Hiram masuk sebuah pesantren. Menurutnya, pesantren bisa membekali Hiram dengan ilmu pengetahuan yang tidak memaksakan kehendaknya. Ia menawarkan pilihan pada Hiram antara pesantren atau sekolah dasar. Ia juga selalu membicarakannya dengan Hiram di waktu luang atau di sela dongeng-dongengnya menjelang Hiram tidur. (Kubah di Atas Pasir: 10)

97 85 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha menyadari Hiram sudah berusia tujuh tahun dan sudah waktunya untuk masuk sekolah. Fatikha menginginkan Hiram masuk ke pesantren karena menurutnya pesantren dapat membekali ilmu pengetahuan untuk Hiram. Sebelum Fatikha mengambil keputusan, ia memberikan kebebasan dalam memilih sekolah di pesantren atau sekolah dasar. Fatikha juga mengetahui bahwa anaknya bukan anak bodoh. Hal ini terdapat pada kutipan di bawah ini. Fatikha tahu, Hiram bukan anak bodoh. Tapi, ia berharap, ceritanya menyadarkan Hiram bahwa banyak tantangan yang dihadapi seseorang dalam mencari ilmu. (Kubah di Atas Pasir: 11) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha tahu anaknya bukan anak yang bodoh. Dari cerita Fatikha ia ingin menyadarkan Hiram bahwa banyak tantangan dalam mencari ilmu. Selain itu, Fatikha juga tidak menyesali pertemuannya dengan Mahali. Fatikha dan Mahali dari yayasan yatim piatu. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha tidak pernah menyesali pertemuannya dengan Mahali. Ia mengenal Mahali sejak kanak-kanak. Mereka dipertemukan di sebuah yayasan yatim piatu. Keduanya berangkat dari garis hidup yang nyaris sama, tanpa orang tua, tanpa sanak saudara, dan tanpa jejak masa lalu. (Kubah di Atas Pasir: 17) Penghuni yayasan yatim piatu Ar-Rahmah sering mengatakan dirinya adalah anak lelaki yang keras kepala dan kukuh pendirian. Ia sering memberontak anturan lembaga itu jika tidak sesuai dengan keinginannya. Ia lebih suka dihukum daripada harus mengalah dengan aturan-

98 86 aturan baku yang dirasa membelenggu dan menelikung kemerdekaannya. kamu hidup di yayasan, Mahali. Kata Pak Karim lembaga yayasan Ar-Rahmah, di sebuah malam. Yayasan berbeda dengan tempat lain di luar sana. Di sini, aturan-aturan yang ada harus dipatuhi. (Kubah di Atas Pasir: 23) Dari uraian di atas menjelaskan bahwa Fatikha tidak menyesali pertemuannya dengan Mahali. Mereka di pertemukan di yayasan yatim piatu. Mereka juga berangkat dari garis hidup yang hampir sama tanpa orang tua, sanak saudara, dan jejak masalalu. Mahali adalah lelaki yang keras kepala dan kukuh dalam pendirian. Ia sering melanggar aturan yang ada di yayasan. Kaitannya dengan kehidupan, yaitu tidak ada paksaan dalam memilih bangku sekolah. Sebagai orang tua memberi kebebasan kepada anaknya dengan tujuan agar anak tidak merasa terbebani dengan pilihan orang tua. Sekolah pesantren sangat bagus karena mereka lebih banyak belajar mengenai agama agar memperdalam ilmu agama kita. 2) Tahap Permunculan Konflik Tahap permunculan konflik ini, diceritakan tentang masyarakat Ngurawan yang belum tergugah dalam pendidikan. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini. Tak terasa, satu tahun terlewati sejak Mahali menikahi Fatikha. Sepanjang itu, Fatikha berusaha mendekati warga Ngurawan dengan menyelami keinginan mereka. Tetapi, masyarakat Ngurawan belum tergugah. Dibutuhkan terobosan tersendiriuntuk menyingkirkan nilai-nilai warisan leluhur yang sekian lama tertanam dalam benak mereka.

99 87 Warga Ngurawan tetap menganggap bekerja lebih penting daripada hal lainnya. Bahkan, mereka berpikir pendidikan bukan sesuatu yang menjanjikan dan hanya membuangbuang waktu. Yang membuat Fatikha prihatin, Kepala Desa Ngurawan seperti tidak berupaya untuk memberikan penyandaran dan seolah-olah membenarkan kerangka berpikir warganya. (Kubah di Atas Pasir: 58) Lupakan niatmu. Kata Mahali mengomentari cerita Fatikha. Ngurawan bukan tempat yang mudah diubah. Semula, aku punya pemikiran sepertimu. Tapi, banyak hambatan yang mengadang. Pasti ada solusinya. Kita... Kita hanya warga pendatang, sela Mahali Kita harus berterima kasih karena diberi tempat di sini. Aku tidak mau terjadi hal-hak yang tidak kita inginkan. Fatikha memejamkan mata. (Kubah di Atas Pasir: 59-60) Uraian di atas menjelaskan bahwa Fatikha berusaha untuk mendekati warga Ngurawan. Masyarakat Ngurawan belum bisa tergugah dalam nilai-nilai warisan leluhur yang tertanam sejak dulu. Ia prihatin dengan Kepla Desa yang tidak berupaya untuk menyadarkan warganya. Fatikha disuruh untuk melupakan niatnya untuk mengubah pola pikir warga Ngurawan karena ia hanya sebagai warga pendatang. Kaitannya dengan kehidupan, yaitu tinggal di daerah pedalaman dengan pemikiran yang berbeda dengan kita sangat sulit untuk menerima kenyataan. Daerah pedalaman biasanya masih dangkal dalam hal pemikiran dan mengenai pendidikan. Mungkin juga, karena hal biaya yang menghambat mereka untuk

100 88 mementingkan ilmu sehingga mereka lebih mementingkan bekerja daripada sekolah. Selain itu, Fatikha merasa cemas dengan Hiram ketika ia akan tinggal di sebuah pesantren. Hiram akan di antar ke pesantren guna untuk menuntut ilmu. Hal itu dilihat pada kutipan di bawah ini. Kecemasan berbalut ketengangan di sekitar api unggun berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Fatikha. Malam ini, Fatikha sedang memeluk Hiram yang tertidur pulas. Seharian tadi, Fatikha menyiapkan segala keperluan Hiram sebuah tas agak besar berisi pakaian dan kecil berisi peralatan mandi. Hiram sudah berusia tujuh tahun. Fatikha sudah mendaftarkan Hiram ke sebuah pesantren anak-anak di kota Singasari. Besok pagi, Fatikha akan mengantar Hiram. Dan itu berarti, Fatikha harus berpisah dengan anak lelakinya itu. Fatikha berusaha tegar walau hatinya tercabik-cabik. Perpisahan dengan Hiram bukan hal yang mudah. Sejak kematian Mahali, Fatikha dipaksa membesarkan Hiram sendirian. Awalnya Fatikha limbung dan nyaris terjebak dalam kesedihan panjang. Untungnya, Pak Karim dan beberapa sahabatnya di yayasan selalu memberikan semangat dan perhatian hingga ia mampu berdiri kembali mengahapi kenyataan. (Kubah di Atas Pasir: 65) Dari kutipan di atas menjelaskan di sekitar api unggun Fatikha merasa cemas. Fatikha memeluk Hiram yang sedang tidur pulas, sebelum ia mendaftarkan di pesantren anak-anak di kota Singasari. Sejak kematian Mahali, ia dipaksa untuk membesarkan Hiram sendirian. Awalnya ia merasa bimbang dan hampir saja terjebak dalam kesedihan yang panjang. Untung saja ada Pak

101 89 Karim yang selalu memberi semangat. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Sebelum menemui Hiram, Fatikha berbicara dengan para pengurus pesantren. Sebenarnya pihak pesantren masih memberikan kelonggaran. Namun, Fatikha sudah angkat tangan. Sayabelum punya kekuatan untuk membiayai Hiram, katanya tegar tanpa memperlihatkan kecanggungan. (Kubah di Atas Pasir: 81) Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan, bahwa sebelum menemui Hiram, Fatikha menemui pengurus pesantren terlebih dahulu. Dari pihak pesantren masih memberikan kelonggaran biaya Hiram. Tetapi, Fatikha memilih untuk angkat tangan. Kaitannya dengan kehidupan, yaitu dalam hal pendidikan di Pulau Jawa memang sangat menonjol. Namun seperti di wilayah Papua, mengenai pendidikan masih minim. Di Pulau Jawa pun masih ada minimnya ekonomi yang membuat anak tidak lulus dalam menuntut ilmu karena masalah biaya. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan masyarakat dengan ekonomi yang sederhana agar anak-anak dapat menikmati pendidikan. 3) Tahap Peningkatan Konflik Tahap peningkatan konflik ini, diceritakan tentang Fatikha keberatan dengan Ngartidjo yang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah desa Ngurawan dirumahnya. Ngartidjo yang mengungkit-ungkit pembagian lahan tanah peninggalan

102 90 leluhur. Serta Mahali khawatir dengan Ngartidjo dan Ngadiredjo. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini. Semula, Fatikha senang dan tidak berkeberatan dengan kedatangan warga Ngurawan dirumahnya. Namun, Fatikha mulai gelisah ketika mendengar para tamunya, terutama Ngartidjo, membicarakan hal-hal berkaitan dengan sejarah desa Ngurawan. Sebenarnya, pihak PTP di sini telah mengambil hak-hak tanah milik warga, kata Ngartidjo di sebuah malam. Itu terjadi setelah peristiwa G-30S/PKI tahun Kalian pasti tahu sumur windu di kebun kopi. Sumur windu itu merupakan tempat pembangunan mayat orang-orang yang terlibat partai terlarang. Aku salah satu saksi sejarah enam puluh lima tahun. Tapi, tidak ada petunjuk kepemilikan tanah, Kang..., sahut Surawi. Usia lelaki ini lima puluh tahunan, lebih tua beberapa tahun dari Ngartidjo. Menurutnya, ketika meletus peristiwa tahun 1965, ia berusia lima belas tahun. Ngartidjo menyeringai. Zaman dahulu tidak ada surat kepemilikan tanah. Yang ada Petok D. Dan dari yang kudengar, surat-surat Petok D earga Ngurawan dirampas oleh pihak perkebunan. Aku hendak meminta kembali tanah leluhurku! kata Ngartidjo. Suaranya meninggi. Ekspresi wajahnya berapiapi. Kita sudah mendengar, warga di wilayah perkebunan di kawasan timur telah menerima hak mereka. Dan pihak perkebunan tidak bisa menolak! (Kubah di Atas Pasir: ) Apa yang dikhawatirkan Mahali benar-benar terjadi. Dan tampaknya Ngardiredjo sudah tahu rencana Ngartidjo. Terbukti, balai desa sudah dipenuhi puluhan lelaki pendukung Ngadiredjo, sehingga sejak awal telah terjadi ketengangan. Kini, balai desa dipenuhi para lelaki yang terbagi dalam dua kelompok. Ngartidjo berada di satu kubu dan Ngadiredjo di kubu yang lain. Yang membuat Mahali merasa tidak enak, pandangan Ngadiredjo selalu tertuju kepadanya. (Kubah di Atas Pasir: 114) Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Ngartidjo membicarakan sejarah desa Ngurawan di rumah Fatikha. Ngartidjo

103 91 mengetahui semua mengenai hak tanah milik warga. Bahkan ia juga mengetahui zaman dahulu belum ada surat kepemilikan tanah dan warga Ngurawan akan meminta kembali tanah leluhurnya. Hingga apa yang dikhawatirkan Mahali terjadi. Ketika Mahali sampai di balai desa sudah dipenuhi oleh puluhan warga pendukung Ngadiredjo. Semenjak Mahali datang pandangan Ngadiredjo mulai tertuju kepadanya hingga ia mengetahui rencana Ngartidjo. Kaitannya dengan kehidupan, yaitu warga Ngurawan seperti adat Dayak yang masih kental dengan suku yang berbeda. Jika di Ngurawan menggunakan istilah kubu, namun artinya sama dengan suku. Dengan perbedaan hal itu, dapat memisahkan warga satu dengan warga lain yang berbeda dengan suku mereka. 4) Tahap Klimaks Tahap klimaks ini, diceritakan tentang Ngartidjo marahmarah dengan Ngadiredjo. Ngatiredjo juga merusak lahan kopi dan coklat milik Ngadiredjo. Mahali yang menjadi tersangka dalam adu mulut. Hal itu dilihat dalam kutipan berikut ini. Sudah! Sudah! Mat Halil melerai. Tetapi, kemarahan Ngartidjo sudah tak bisa dibendung. Ia terus bicara memaki Mahali. Mahali, bisik Mat Halil, jangan ditanggapi! Mahali mengangguk. Meski kata-kata Ngartidjo menyudutkan dan memerahkan telinga, Mahali berusaha menyabarkan diri. Ia diam tidak menanggapi umpatan Ngartidjo. Di tengah jalan, tiba-tiba Ngartidjo berhenti. Matanya mengawasi area dihadapannya sebuah lahan yang

104 92 ditanami kopi dan coklat milik Ngadiredjo. Ini tanah warga yang dikuasai Ngardiredjo! teriaknya. Ini tanah kalian yang dirampas! dan entah siapa yang memulai, tiba-tiba kelompok Ngartidjo memasuki area lahan itu. Beberapa saat kemudian, terjadi hal yang tak diduga. Dengan menggunakan kayu, bambu, dan alat lain, mereka merusak lahan kopi dan cokelat milik Ngadiredjo. Mahali berusaha mencegah. Tetapi, suaranya tertelan oleh sorak-sorai dan amukan warga pendukung Ngartidjo. Mereka sudah sulit dikendalikan. Yang mencemaskan, mereka mulai memasuki area lain di sekitar lahan milik Ngadiredjo. Mahali mencekal tangan Mat Halil, satu-satunya orang yang tidak terpancing mengikuti ajakan Ngatirdjo. Sebaiknya kitapergi dari sini, ajaknya. Mat Halil mengangguk. Keduanya meninggalkan kelompok warga pendukung Ngartidjo yang kian membabi buta. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kemarahan Ngadiredjo tidak bisa dibendung dan ia semakin memaki-maki Mahali. Hingga dipertengahan jalan, Ngartidjo berhenti dan matanya mengawasi di area taman kopi dan cokelat milik Ngadiredjo. Warga semakin membabi buta merusak lahan kopi dan cokelat milik Ngadiredjo menngunakan kayu, bambu, dan alat lainnya. Dengan kemarahan mereka sebenarnya Mahali mencegah perbuatan mereka, suaranya yang kalah dengan suara mereka, suaranya yang kalah dengan suara sorak-sorai dan terikan mereka yang membuat Mahali kalah dengan suara mereka. Dan Mat Halil bersama dengan Ngartidjo meninggalkan mereka di kebun milik Ngadiredjo.

105 93 Jika dikaitkan dengan kehidupan, yaitu adanya perbedaan kubu yang membuat kelompok satu dengan yang satunya, tidak akan bersama-sama. Namun, semakin jauh dengan yang lainnya. Selain itu, Mahali datang ke rumah Ngadiredjo. Berhubungan tidak ada sahutan dari dalam rumah, ia memutuskan untuk balik pulang. Tetapi, Mahali keburu diketahui oleh warga yang dikira maling. Hal tersebut dilihat pada kutipan di bawah ini. Mahali menoleh terkejut. Dalam kegelapan, ia menyaksikan beberapa sosok tubuh bergerak kearahnya. Karena tak ingin kehadirannya diketahui warga, Mahali mengabaikan tertegun. Ia meneruskan langkah, berusaha menghindari. Berhenti! Mahali mengabaikannya. Ia mempercepat langkah. Maling! Maling! Terdengar teriakan-teriakan. Beberapa sosok tubuh berlari mengejar. Mahali tersentak. Sesaat ia berpikir untuk berhenti dan menjelaskan maksudnya. Tetapi, karena tak ingin keberadaannya diketahui warga, Mahali memutuskan untuk berlari. Suara-suara teriakan terus terdengar dan kian lantang. Sepi malam berubah riuh rendah. Mahali tidak peduli. Kini ai berlari kencang melintasi jalanan menurun menuju jembatan bambu. Tetapi malang, suasana gelap membuat Mahali tergelincir. Tubuhnya oleng sebelum akhirnya jatuh dan terguling-guling ke bawah. Tubuhnya baru berhenti ketika terantuk tiang penopang jembatan. (Kubah di Atas Pasir: 160) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mahali datang ke rumah Pak Ngadiredjo untuk menjabutnya dari tahanan. Ia sudah sampai di rumah pak Ngadiredjo tetapi tidak ada yang menyahut dari dalam rumah, ia berniat akan pulang. Namun, Mahali keburu

106 94 diketahui oleh warga yang dikira ia maling. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Mahali tidak tahu berapa lama dirinya berjuang keras untuk bertahan. Satu hal, Mahali merasa tubuhnya seperti menyesap susut. Pandangannya dipenuhi cahaya-cahaya putih. Menyilaukan. Dan sesaat kemudian tergantikan oleh kegelapan pekat. Pikiran Mahali mulai membubung menjelajahi kekosongan. Tak ada suara, tanpa suara. Kesunyian melingkari dirinya. Sekujur tubuhnya terasa membesar. Lalu, perlahan tetapi pasti, sesuatu dalam dirinya mulai terangkat untuk membebaskan diri. Dunia fisiknya terdegradasi oleh alam yang asing. Semesta dihadapannya mulai menjauh. Mahali memejamkan mata. Ia merasa batas waktunya sudah tiba. Mahali menahan napasnya yang mulai tersengal, lalu manta diri untuk mengucapkan dua kalimah suci yang biasa ia lantunkan dalam tahiyah sholatnya. Bacaan yang menghabiskan dirinya bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Rasul Muhammad adalah utusan Allah. Dan, bersamaan dengan usainya lantunan dua kalimah suci, napas Mahali terhenti. (Kubah di Atas Pasir: ) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mahali berjuang dari kejaran warga, hingga ia bisa lolos dari mereka. Ia tidak tahu berapa lama waktunya untuk berjuang keras. Tubuhnya yang mulai melemah, pandangannya yang mulai dipenuhi cahaya putih. Pikirannya yang mulai kosong. Yang ada disampingnya hanya kesunyian dan sekujur tubuhnya terasa membesar. Ia memejamkan mata dan merasakan batas waktunya sudah tiba. Ia berusaha menahan napasnya yang mulai tersengal dan menata dua kalimah suci. Dengan kalimat tersebut napas Mahali mulai berhenti.

107 95 Kaitannya dengan kehidupan, sebagai anak yatim harus semangat menuntut ilmu untuk membuktikan kepada warga yang mengolok-olok. Namun, sayangnya pedidikan di Indonesia masih kurang dalam peraturan pendidikan yang ada. Dengan biaya yang mahal, dan anak tersebut memiliki daya pikir yang bagus sebaiknya peraturan pendidikan bisa menolong anak yang pintar dengan keterbatasan ekonomi orang tua mereka yang sederhana. 5) Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian konflik ini, diceritakan tentang Fatikha kehilangan kesadaran setelah Mahali meninggal. Pak Karim yang memberi dukungan untuk Fatikha. Pak Karim yang tak berhenti menuntun kesadaran Fatikha dalam hidupnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut ini. Sudahi sedihmu. Tunjukkan dirimu tidak seperti yang mereka pikirkan! Perlihatkan dirimu sanggup melewati cobaan ini. Pandang ke depan. Mahali adalah masa lalumu. Hiram adalah fakta kehidupan. Pelahan tetapi pasti, Fatikha mulai menyingkirkan hal-hal di luar kewajaran yang membuatnya merasa tak terpisahkan dari Mahali, sebuah dunia semu yang selama ia menutup pendengarannya dari sebuah nasihat; sebuah area yang menuntun dirinya melupakan semua orang, termasuk Hiram. Melihat perubahan Fatikha, Pak Karim tampak senang. Lupakan segala masalah yang berkaitan dengan Mahali. Biarkan Allah yang mengurusnya, katanya di sebuah pagi. Fatikha mengangguk seraya mengusap kepala Hiram yang duduk dipangkuannya. Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha. Maafkan jika sekian waktu saya tidak mendengarkan nasihat Pak Kasrim. Pak Karim tersenyum. Tidak ada yang harus dimaafkan. Sedih dan bahagia adalah karunia. Tinggal bagaimana

108 96 manusia meletakkan dirinya di atas kesedihan dan kebahagiaan. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha mulai menemukan kesadarannya kembali. Ia mulai menyingkirkan halhal yang di luar kewajarannya. Fatikha mulai berubah yang membuat Pak Karim merasa senang. Pak Karim dan sahabat yayasan yang memberi dukungan setelah Mahali meninggal. Kaitannya dengan kehidupan, dengan kehidupan yang sederhana hingga larut dalam kesedihan setelah di tinggal orang yang kita sayangi. Seperti halnya, kehidupan yang dialami oleh Fatikha. Ia harus membesarkan anak sendiri dengan pekerjaan yang memiliki penghasilan tidak banyak pasti memiliki rasa bahwa tidak bisa hidup tanpa seorang suami untuk membesarkan anak sendiri. Jika kita optimis, kita bisa melewati kelak-kelok jalan kehidupan yang telah dilukiskan oleh Sang Pencipta. 6) Tahap Permunculan Konflik Tahap ini merupakan awal permulaan konflik dan konflik itu sendiri berkembang dan dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Konflik in berawal ketika dari pihak desa akan membuat aturan mengenai jual beli di penambang. Penambang tidak boleh menjual dengan pihak lain. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Mulai besok, aku menetapkan beberapa aturan.

109 97 Ngadrim melanjutkan. Pertama, hasil penambangan harus dijualkepda desa. Kalian dilarang melalukan jual beli dengan pihak lain. Kedua, jika ada yang melanggar aturan ini, saksinya adalah teguran hingga larangan menambang. (Kubah di Atas Pasir: 261) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Ngadrim membuat aturan untuk penambang Ngurawan. Jika warga melarang aturan yang ditetapkan oleh pihak desa, mereka akan mendapatkan saksinya berupa teguran hingga larangan menambang. Kaitannya dengan kehidupan, banyak atasan desa seperti pemimpin desa yang semena-mena dalam membuat aturan kerena mereka seakan-akan bangga dengan jabatan yang dimiliki. Sebaiknya sebagai orang tua di desa harus membimbing warganya bukan menyusahkan warganya dengan aturan yang berat di terima oleh masyarakat. Seperti Ngadrim dalam membuat aturan kepada warga Ngurawan yang beranggapan warga harus mengikuti aturan yang ada. 7) Tahap Peningkatan Konflik Pada tahap ini, konflik yang terjadi mulai berkembang dan semakin mencapai klimaks. Tahap peningkatan konflik ini, terlihat ketika Eleina menyampaikan hasil penelitiannya yang berhubungan dengan penambang bahwa sebaiknya penambang ditutup karena sudah tercemar. Tetapi warga salah terima hingga warga tidak setuju. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Lalu, dengan pemilihan kata yang mudah dipahami, Eleina menjelaskan bahwa saat ini sungai Ngurawan yang berhulu

110 98 pada Gunung Semeru sudah mengalami pencemaran akibat kurangnya kesadaran warga Ngurawan. Selama ini, warga Ngurawan membuangsampah dari sisa pelapah dan kulit kopi, cokelat, hasil perkebunan, serta daun-daun kering di sungai. Pencemaran kian diperparah ketika warga mulai membuang sampah keluarga ke sungai. Dan akibat dari penambangan yang berkelanjutan, kuran sungai Ngurawan melebar hingga beberapa meter ke samping. Debit air sungai berkurang, apalagi di musim kemarau panjang. Beberapa varian makhluk hidup ikan lele, sepat, mujair, dan uadang yang dulu mudah didapatkan di sepanjang sungai Ngurawan, kini mulai langka dan sulit ditemukan. Dahulu, warga Ngurawan mencari ikan dengan cara memancing. Tetapi, sekarang warga mulai menggunakan bahan-bahan kimia. Demi kelangsungan dan kesejahteraan generasi di masa mendatang, dengan berat hati harus kami sampaikan, sudah waktunya area penambang ini ditutup. Kami... Tiba-tiba Mat Halil berdiri. Enak saja kau bicara! Kau pikir siapa dirimu yang hendak menutup area penambagan? teriaknya lantang. (Kubah di Atas Pasir: ) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Eleina menyampaikan kepada warga Ngurawan mengenai pencemaran sungai yang berhulu pada Gunung Semeru mulai tercemar akibat kurangnya kesadaran warga Ngurawan. Dengan berat hati mereka menyampaikan hasil penelitian menyatakan sudah waktunya area penambangan ditutup. Tetapi Mat Halil salah paham hingga ia tidak setuju dengan hasil tersebut. Kaitannya dengan kehidupan, warga Ngurawan seperti kehidupan di daerah pantai. Jika di Ngurawan menambang pasir di sungai, sedangkan di daerah pantai sebagai penambang pasir mereka mengambil pasir di pinggir pantai yang dapat merusak keindahan pantai dan merusak kadar besi yang terdapat pada pasir

111 99 pantai. Hal tersebut, yang merusak keindahan alam disekitar kita sebagian besar dari tangan manusia. 8) Tahap Klimaks Tahap klimaks adalah bagian cerita yang dilukiskan mencapai puncak. Ngadrim marah-marah datang ke rumah Hiram. Kedatangan kepala desa untuk meminta pertanggungjawaban dari Hiram atas area penambang akan ditutup. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Suruh Hiram keluar! Pinta Ngadrim. Dia harus bertanggungjawab atas tindakannya! Apa yang dilakukan Hiram? Tentu kau tidak tahu! Saya bukan orang yang tahu segala urusan! Kulit wajah Ngadrim tertarik. Anak lelakimu itu, dia pikir siapa dirinya? Beraninya dia hendak menutup penambangan! Hiram tidak melakukan apa yang Bapak tuduhkan! Seharusnya Bapak mendengar penjelasan dari para gadis itu atau meminta keterangan dari warga penambang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. (Kubah di Atas Pasir: ) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ngadrim minta pertanggungjawaban dengan Hiram atas hasil penelitian yang mengatakan bahwa area penambang sebaiknya ditutup. Hal itu, yang membuat warga dan kepala desa tidak setuju dengan pendapat tersebut. Kaitannya dengan kehidupan, jika terjadi salah paham di masyarakat sangat wajar. Namun jika salah paham tetapi mereka beranggapan bahwa mereka itu paling benar sebaiknya jangan

112 100 memiliki pemikiran yang seperti itu. Seperti halnya, yang terjadi pada Hiram. Hiram di tuduh oleh kepala desa dengan kesalah pahaman yang terjadi pada Hiram dan Ngadrim. 9) Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian ini berisi tentang Fatikha dan Hiram di usir dari rumahnya. Ketika akan beranjak pergi, Ngadrim menahannya agar mereka tidak pergi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Fatikha menggeleng. Matanya menatap berkeliling, Sudah cukup apa yang kalian lakukan terhadap kami! Kami akan pergi, bukan karena kami melakukan kesalahan, tapi lebih karena kami tak bisa hidup di lingkungan yang pernah orang-orang keras kepala! Kami yakin, Allah menyiapkan bumi lain untuk kehidupan baru kami! Selesai bicara, Fatikha memberi isyarat kepada Hiram untuk masuk rumah. Sementara itu, raungan sirine kian mendekat. Tunggu! teriak Ngadrim ketika Fatikha dan Hiram hendak memutar tubuh. ada tamu dari Jakarta yang hendak menemui kalian! (Kubah di Atas Pasir: 350) Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Ngadrim akan mengusir Hiram dan Fatikha. Fatikha juga bersedia jika mereka disuruh keluar dari rumah mereka. Tetapi sebelum diusir Fatikha meminta sendiri jika mereka akan pergi dari rumah mereka. Namun, Ngadrim menahan kepergian mereka karena akan ada tamu dari Jakarta yang akan menemui Fatikha dan Hiram. Kaitannya dengan kehidupan, dengan kegigihan seorang wanita dalam mempertahankan ilmu yang ia miliki tidak sia-sia. Seperti halnya pada zaman R. A. Kartini yang benar-benar

113 101 memperjuangkan pendidikan. Di zaman era modern tidak ada batasan untuk menuntut ilmu, laki-laki dan perempuan sama saja dalam hal menuntut ilmu. c. Latar atau Setting Latar atau setting adalah ruang dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar berkaitan dengan keterangan tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra. Latar berfungsi sebagai gambaran suasana tempat, kejadian yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, pengarang menampilkannya sebagai bentuk keindahan yang membuat pembaca menjadi berimajinasi ketika membacanya. Di bawah ini disajikan pembahasan data latar tempat, waktu, dan suasana yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 1) Latar Tempat Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Kejadian-kejadian dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani ini terdapat banyak tempat, sehingga latar tempat dalam novel tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Secara garis besar dalam novel Kubah di Atas Pasir, latar berkisar di Desa Ngurawan, di dalam rumah, di yayasan yatim piatu Ar-Rahmah, di halaman pesantren, dan aula sekolah.

114 102 (1) Di Desa Ngurawan Latar tempat di desa Ngurawan yang berada di selatan Kota Malang, Jawa Timur, tempat Fatikha tinggal. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Siang itu, hujan mengguyur bumi Ngurawan sebuah lingkungan yang termarginalkan, sebuah desa yang jauh dari lingkar batas kota, sebuah area yang riuh oleh para lelaki penambang pasir dan perempuan pemecah batu. (Kubah di Atas Pasir: 7) Terletak 55 kilometer menjorok ke selatan dari kota Malang, Ngurawan dikelilingi hutan dan perkebunan yang berada di bawah pengawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII. Posisinya yang agak tinggi membuat suhu Ngurawan lebih tinggi dari seda lain. (Kubah di Atas Pasir: 32-33) Ngurawan ialah area yang masih perawan dari sentuhan ambisius para amtenar kota. Menatap wilayahnya yang hijau layaknya memandang kedalaman laut. Saat bulan memundar, Ngurawan serupa bantangan kain sutra yang dipermainkan angin. Ketika pagi menjelang, matahari seperti balon yang mengudara disisi gunung. Panoramanya yang menjauh hingga lereng Gunung Semeru membuat Ngurawan laksana kanvas atraktif. Ngurawan adalah karunia spesial bagi penghuninya. (Kubah di Atas Pasir: 34) Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa Ngurawan merupakan sebuah desa yang jauh dari batas kota terletak 55 kilometer menjorok ke selatan dari kota Malang. Ngurawan disebut juga desa yang masih perawan belum tersentuh oleh orang luar. Sebagian besar masyarakat Ngurawan bekerja

115 103 sebagai penambang pasir bagi lelaki dan perempuan bagi pemecah batu. Jika dikaitkan dengan kehidupan yang ada disekitar kita, hal tersebut seperti kehidupan di daerah pergunungan. Di daerah ketinggian dari dataran rendah, dengan suasana yang sejuk dengan pemandangan yang sangat rindang dan hijau dapar memanjakan mata kita untuk menikmati kehidupan yang ada disekitar kita. (2) Di dalam Rumah Latar tempat di dalam rumah, tempat Hiram dan Fatikha sebagai tempat untuk berteduh. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Hiram berdiri di belakang jendela rumahnya yang tidak terbingkai. Ia menatap hujan, seakan tengah menghitung jumlah titik-titik salur yang menukik dari semesta langit. Hiram mendengar suara panggilan dari dapur, tetapi mengabaikannya. Tak selang lama, ia mendengar langkah-langkah mendekat. Ia tahu, itu emaknya: Fatikha. (Kubah di Atas Pasir: 7) Berdasarkan kutipan di atas membuktikan bahwa, Hiram berada di dalam rumah yang sedang berdiri di belakang jendela rumahnya. Ia menatap hujan seakan-akan sedang menghitung jumlah titik-titik air hujan dari semesta langit. Hal tersebut, seperti di sekitar kita dengan keterbatasan segalanya. Mulai dari wawasan pengetahuan, rumah yang kita tempati, dan lain-lain. Dengan keadaan rumah Hiram, dapat

116 104 digambarkan bahwa ia dari orang sederhana di keekonomiannya dengan jendela yang tidak terbingkai. Namun, hal tersebut juga tidak dapat disalahkan. (3) Di Yayasan Yatim Piatu Ar-Rahmah Latar tempat di yayasan yatim piatu Ar-Rahmah merupakan tempat Mahali dan Ftikha tinggal sejak kecil yang tidak mempunyai orang tua, sanak saudara. Mereka melaksanakan acara reuni di yayasan. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Seperti biasa, acara reuni dimanfaatkan oleh para mantan penghuni yayasan untuk membuka kembali perjalanan yang pernah mereka lalui di lembaga tersebut. Lalu,dilanjutkan dengan cerita masing-masing tentang kisah mereka setelah meninggalkan yayasan. Ketika tengah berbincang dengan beberapa sahabatnya, tidak sengaja mata Mahali berhenti pada sosok gadis berjilbab yang menyudut dengan dua orang temannya. Mahali berusaha menginggat. Ia yakin gadis itu pernah menghuni yayasan. Tapi, jeda membuat ia sulit mengenalinya lagi. (Kubah di Atas Pasir: 40) Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa, acara reuni yang dilaksanakan oleh para mantan penghuni yayasan untuk membuka kembali perjalanan mereka. Selain itu, juga bisa menikmati berbincang-bincang dengan teman atau sahabat waktu tinggal di yayasan. Dengan bertemunya teman lama kita akan membuat hati menjadi senang. Kesenangan tersebut tergambarkan saat kita bisa berbincang-bincang dengan teman lama yang tidak

117 105 dapat berjumpa kembali. Hingga dapat juga dijadikan ajang penemuan jodoh dalam reuni dengan teman dulu seperti halnya Mahali dengan Fatikha. (4) Di Halaman Pesantren Latar tempat di halaman pesantren merupakan tempat Fatikha mengantarkan Hiram menuntut ilmu dan sebagai tempat tunggu. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. pagi itu, Fatikha mengantar Hiram ke pesantren anakanak. Setelah memenuhi semua syarat adminitrasi, Fatikha mengajak Hiram duduk di depan ruang pengurus pesantren. Tampak oleh mereka beberapa anak seusia Hiram sedang berbincang dengan orang tua mereka. (Kubah di Atas Pasir: 67) Tiba di pesantren, Fatikha duduk menunggu di ruangan khusus, tempat yang disediakan pihak pesantren bagi kunjungan keluarga. Di ruang itu tampak puluhan orang tua yang juga tengah mengunjungi anak-anak mereka. Mereka terlihat berbincang akrab. Sesekali terdengar suara tawa. Ruang tunggu ini serupa dermaga bagi kerinduan. Tempat perjumpaan bagi jiwa-jiwa yang mendamba perjumpaan. (Kubah di Atas Pasir: 69) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa, Fatikha mengantar Hiram mendaftar di pesantren anak-anak. Fatikha mengajak Hiram duduk di depan ruang pengurus pesantren. Ketika Fatikhaberkunjungke pesantren. Ia menunggu di raung tunggu yang sudah disediakan. Di ruang tunggu ia bisa melepaskan kerinduannya dengan Hiram.

118 106 Jika dikaitkan dengan kehidupan yaitu, di usia dini sebaiknya anak lebih baik dikenalkan dengan pendidikan. Walaupun lingkungan kita tidak mengutamakan pendidikan dengan alasan membuang-buang biaya. Jika orang tua dapat menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya, sebagai orang tua pasti bangga dengan prestasi yang diraih oleh anaknya. (5) Di Aula Sekolah Latar tempat aula sekolah merupakan tempat yang digunakan untuk acara resmi di sekolah. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Seketika, aula sekolah riuh oleh suara tepuk tangan. Sejenak, ketengangan yang membekukan itu mencair. Ini, sebuah prestasi yang membanggakan. Atas nama sekolah, kami mengucapkan selamat dan terima kasih. Kami akan meningkatkan kinerja dan memperbaiki segala kekurangan hingga tahun depan sekolah ini dapat melahirkan kembali siswa berprestasi. (Kubah di Atas Pasir: 232) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa aula sekolah riuh oleh suara tepuk tangan ketika sekolah mengumumkan anak yang berprentasi dan membanggakan nama sekolah. Dengan keterbatasan yang dimiliki sebagai warga yang memiliki ekonomi sederhana, kita tidak boleh pantang menyerah. Dengan anak mendapatkan prestasi dengan baik, harkat dan martabat orang tua dapat diangkat oleh prestasi

119 107 yang diperoleh anaknya. Dan tentu saja mereka dibanjiri oleh pujian-pujian yang anggun dan indah. (6) Balai Desa Latar tempat balai desa merupakan warga Ngurawan kumpul. Tempat pertemuan antara pengurus desa dengan masyarakat. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Apa yang dikhawatirkan Mahali benar-benar terjadi. Dan tampaknya Ngadiredjo sudat tahu rencana Ngartidjo. Terbukti, balai desa sudah dipenuhi puluhan lelaki pendukung Ngadiredjo, sehingga sejak awal telah terjadi ketengangan. Kini, balai desa dipenuhi para lelaki yang berbagi dalam dua kelompok. Ngartidjo berada di satu kubu dan Ngadiredjo di buku yang lain. Yang membuat Mahali terasa tidak enak, pandangan Ngadiredjo selalu tertuju kepadanya. (Kubah di Atas Pasir: 114) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa yang dikhawatirkan Mahaliterjadi. Ngadiredjo tampaknya sudah tahu apa yang direncanakan oleh Ngartidjo. Ketika Mahali datang ke balai desa, sudahnya banyak puluhan lelaki memnuhi balai desa. Warga Ngurawan terbagi menjadi dua kubu yang tidak saling akrab dan tidak bersatu. Jika adanya perbedaan kubu atau suku,tidak akan nyaman tinggal di daerah yang seperti itu.dimana masyarakat pun akan memilih-milih dalam berteman dengan warga yang satu dengan yang lainnya. Solidaritasnya pun masih kurang jika ada kubu atau suku-suku.

120 108 (7) Teras Mushala Latar teras mushala merupakan tempat Fatikha beristirahat dan melamunkan angannya ketika berada di polsek untuk menunggu hasil dari kepolisian karena kasus Mahali. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha duduk sendirian di teras mushala. Hiram ia biarkan bermain di halaman tempat beribadah itu. Fatikha berusaha melarut dalam hening, mengabaikan segenap hal yang mengoyak pikirannya. Lalu, perlahanlahan ia menyapa Tuhannya, Ya Allah..., jika semua ini cobaan-mu, hamba ikhlas menerimanya. Tapi mohon, berikan hamba kepastian agar hamba tidak tenggelam dalam prasangka buruh terhadap suami hamba. Ya Allah..., kalau semua itu teguran-mu, hamba mohon ampunan-mu. Karuniai hamba petunjuk dan kekuatan untuk memperbaiki kesalahan. Hamba percaya, Engkau satu-satu Penguasa Yang Maha Adil. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Fatikha berusaha malarut dalam hening, mengabaikan segenap hal yang berusaha mengoyakkan pikirannya. Di teras mushala dengan lamunannya ia menyapa Tuhannya lewat berdoa dalam hati. Kaitannya dengan kehidupan, kebanyakan dari seorang wanita memiliki hati yang lemah lembut dan mudah terjatuh dalam hal merasa sakit hati. Kelemah-lembutannya dapat dilihat disekitar kita, jika seorang wanita sedang sedih pasti mereka akan murung dan hanya memanjatkan doa-doa yang dikeluarkan dari hati mereka dan mulut mereka.

121 109 (8) Area Penambang Latar tempat area penambang merupakan tempat bekerja warga Ngurawan sehari-harinya. Di tempat tersebut, sebagai tempat pemecah batu dan penambang pasir. Hal itu terlihat padakutipan di bawah ini. Beberapa gadis pemecah batu saling pandang, lalu berbisik-bisik. Biasanya, setiap kali lewat gubuk-gubuk terbuka tempat para perempuan mengais rupiah dengan memecah batu-batu besar, Mahali selalu menyempatkan diri untuk menyapa, bahkan menggoda mereka dengan gegurauan segar. Tapi kini, kebiasaan itu lenyap. (Kubah di Atas Pasir: 45-47) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa, gadis pemecah saling pandang ketika Mahali lewat di depan gubukgubuk terbuka tempat para perempuan Ngurawan mengais rupiah dengan memecah batu tanpa menyapa mereka. Memiliki kehidupan sebagai pemecah batu dan penambang pasir sangatlah berat untuk mereka. Sebagai pemecah batu dan penambang pasir hanya mendaptkan upah yang tidak sebanding dengan tenaga yang mereka keluarkan. Bahkan hasil bekerja satu hari hanya dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. (9) Kantor Polisi Latar tempat kantor polisi merupakan tempat tahanan yang ada di Kota Blumbang. Kantor polisi sektor Blumbang

122 110 berada dalam satu komplek dengan kantor koramil dan kantor kecamatan. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Kantor polisi Sektor Blumbang berada dalam satu komplek dengan kantor koramil dan kantor kecamatan. Ketiganya berada di tengah jantung kota Blumbang yang membawahi tiga puluh empat desa, termasuk Ngurawan. Fatikha dan Sariyeh turun dipersimpangan, kemudian berjalan lima ratus meter sebelum tiba di kantor sektor Blumbang. Seorang petugas berseragam polisi menyongsong kedatangan Fatikha dan Sariyeh ketika dua perempuan itu tergesa-gesa memasuki halaman polsek. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha dan Sariyeh berjalan lima ratus meter sebelum tiba di kantor polsek Blumbang. Kantor polsek Blumbang berada dalam satu komplek dengan kantor koramil dan kantor kecamatan. Sesampai di kantor polsek Fatikha dan Sariyeh mendekati petugas berseragam polisi. Kaitannya dengan kehidupan, desa Ngurawan masih sangat jauh dari kota dan tergolong lingkungan yang sangat pelosok, yang pastinya jauh dari sebuah kota. Dengan keadaan yang seperti itu, warganya pun tertinggal sangat jauh apa yang dilihat dari Ngurawan dengan kehidupan di kota. 2) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fisik. Latar waktu dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal

123 111 Fanani dimulai dari pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari. Hal tersebut terbukti dari kutipan di bawah ini. Menjelang dini hari, Fatikha baru tertidur. Namun, beberapa saat kemudian, ia sudah terjaga. Dan untuk kesekian kalinya, matanya menatap wajah Hiram. Dadanya bergemuruh. Sejenak, melintas keinginan untuk mengurungkan niatnya. Tetapi, ia buru-buru menyingkirkan godaan itu. Ini demi kebaikan dan masa depanmu, Hiram. Lagi pula, bukankah tiap setengah bulan sekali kita bisa bertemu? Fatikha bicara sendiri dan akhirnya tersenyum. Pagi itu, Fatikha mengantar Hiram ke pesantren anak-anak. (Kubah di Atas Pasir: 66-67) Dari kutipan di atas tergambar bahwa, Fatikha merasakan gelisah dengan niatnya untuk mengantarkan Hiram ke pesantren anak-anak pagi itu. Tetapi, demi kebaikan dan masa depan Hiram.fatikha tidak jadi mengurungkan niatnya. Jika seorang ibu harus berpisah dengan anaknya pasti mereka akan merasakan sangat berat. Namun, bagaimana lagi jika sang anak pergi untuk menuntut ilmu mau tidak mau orang tua juga ikhlas melepas anaknya untuk mencari ilmu diluar rumah sebanyak-banyaknya. Selain pagi hari, latar waktu dalam novel Kubah di Atas Pasir juga terjadi pada siang hari. Hal tersebut terbukti dalam kutipan dibawah ini. Siang itu, hujan mengguyur bumi Ngurawan sebuah lingkungan yang termarginalkan, sebuah desa yang jauh dari lingkar batas kota, sebuah area yang riuh oleh para lelaki penambang pasir dan perempuan pemecah batu. (Kubah di Atas Pasir: 7)

124 112 Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa setiap siang desa Ngurawan yang jauh dari lingkar batas kota diriuhkan oleh para penambang pasir dan pemecah batu sebagai pekerjaan sehari-hari masyarakat Ngurawan. Daerah yang jauh dari batas kota khususnya Ngurawan sehari-harinya diramaikan oleh penambang pasir dan pemecah batu di area penambang sebagai pekerjaan mereka. Jika tidak begitu mereka tidak memiliki pendapatan untuk biaya sehari-hari mereka. Latar waktu dalam novel Kubah di Atas Pasir juga terjadi pada sore hari. Hal tersebut terbukti dalam kutipan di bawah ini. Sore itu, Fatikha tidak sepenuhnya bisa mengikuti prosesi pernikahan Ngadrim. Sorak sorai dan suara riuh warga sama sekali tidak mengunggah dirinya untuk memanjangkan leher melihat apa yang tengah tersaji di depan sana. Tibatiba, ia merasa tak berkawan. Fatikha ingin waktu segera berlalu. (Kubah di Atas Pasir: 227) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha datang di acara pernikahan Ngadrim, tetapi ia tidak bisa mengikuti sepenuhnya acara tersebut. Suasana sorak-sorai dan suara riuhwarga menggugah Fatikha untuk melihat apa yang disajikan di depan sana. Perasaan tidak enak pasti ada jika orang yang cinta dengan kita menikah dengan orang lain. Bukan berarti kita tidak ikhlas atau yang lainnya. Namun, merasa jika mereka melihat kita nantinya

125 113 kita jadikan bahan topik pembicaraan. Hal tersebutlah yang sering terjadi dikehidupan masyarakat. Latar waktu dalam novel Kubah di Atas Pasir juga terjadi pada malam hari. Hal tersebut terbukti dalam kutipan di bawah ini. Malam harinya, ketika keduanya berbaring di atas ranjang, Fatikha bertanya. Kamu mau masuk pesantren? Fatikha sadar, Hiram sudah berumur tujuh tahundan sudah waktunya masuk sekolah. Fatikha ingin Hiram masuk sebuah pesantren. Menurutnya, pesantren bisa membekali Hiram dengan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan oleh pendidikan di sekolah dasar. Tapi, Fatikha tidak memaksakan kehendaknya. Ia menawarkan pilihan pada Hiram antara pesantren atau sekolah dasar. Ia juga selalu memberikannya dengan Hiram di waktu luang atau di sela dongeng-dongengnya menjelanh Hiram tidur. (Kubah di Atas Pasir: 10) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha akan memasukkan Hiram ke pesantren. Menurutnya pesantren akan membekali ilmu pengetahuan yang berbeda dengan sekolah dasar. Tetapi, Fatikha akan menawarkan pilihan pada Hiram antara pesantren dan sekolah dasar sebelum ia mendaftarkannya ke pesantren. Berdasarkan paparan kutipan-kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar waktu dalam novel Kubah di Atas Pasir ini adalah pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang tidak secara jelas kapan waktu terjadinya suatu peristiwa pada novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Pagi hari ketika Fatikha merasakan gelisah dengan niatnya untuk menghantarkan Hiram ke pesantren anak-anak. Siang

126 114 hari ketika desa Ngurawan yang jauh dari lingkar batas kota diriuhkan oleh para penambang pasir dan pemecah batu sebagai pekerja sehari-hari masyarakat Ngurawan. Sore hari ketika Fatikha datang di acara pernikahan Ngadrim, tetapi ia tidak bisa mengikuti sepenuhnya acara tersebut. Malam hari ketika Fatikha akan memasukkan Hiram ke pesantren. 3) Latar Suasana Latar suasana menggambarkan suasana yang mendukung peristiwa dalam cerita. Latar suasana dalam Novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dimulai dari suasana kebahagiaan, kecemasan, ketengangan, dan keharuan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. a) Suasana Kebahagiaan Latar suasana kebahagiaan tergambar ketika Fatikha bersua dengan Mahali menjelang Ramadhan. Ia juga bahagia melihat tingkah Hiram yang lucu. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Di sebuah waktu, menjelang Ramadhan, ketika umat muslim di seluruh dunia bersiap menyambut hadirnya bulan penuh rahmat itu, Fatikha larut dalam kebahagiaan tersendiri. Ia bersua kembali dengan Mahali di acara reuni yayasan. Ia tidak hanya bersuka cita, tapi juga merasakan getaran aneh ketika matanya saling tatap dengan mata Mahali. Lelaki muda itu benar-benar berbeda dengan sosok yang penuh dikenalnya beberapa tahun silam. (Kubah di Atas Pasir: 19)

127 115 Melihat keceriaan Hiram, Fatikha tersenyum dan menghapus air matanya. Tiba-tiba, ia seperti mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan spesial yang bisa mengeluarkan dirinya dari seluruh problematika dihadapannya. Tingkah lucu, gelak tawa, dan celotehan Hiram sanggup membuat dirinya merdeka dari area gelap yang menekan batinnya. Kau benarbenar karunia tak tergantikan, gumamnya sambil memandangi wajah Hiram. Ya Allah..., apapun takdir- Mu, mohon jangan pisahkan hamba dengan Hiram. Beri hamba kekuatan untuk menjaga dan menemani amanah- Mu ini. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha merasakan kebahagiaan waktu ia bertemu dengan Mahali menjelang ramadhan dan ia merasakan getaran aneh ketika matanya saling tatap dengan mata Mahali. Selain itu, ia juga merasa bahagia dengan tingkah Hiram yang lucu. Hiram adalah karunia yang tak tergantikan. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan kehidupan ialah, tidak ada batasan mengenai rasa bahagia seseorang. Kebahagiaan seseorang memang berbeda-beda, jika tidak bida dijadikan patokan. Seperi halnya ketika Mahali bertemu dengan Fatikha mereka pasti memiliki rasa bahagia. b) Suasana Kecemasan Latar suasana kecemasan tergambar ketika Fatikha cemas dengan kejadian yang terjadi di balai desa. Fatikha cemas Mahali belum pulang. Mat Halil sudah keluar dari tahanan. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

128 116 Fatikha berusaha mendiamkan kegusarannya. Gute! Ceritakan padaku apa yang terjadi di kantor polsek! Mengapa kang Mahali belum pulang? Mat Halil tampak salah tingkah dan berkesan kekuatan. Ia melirik istrinya, lalu berpaling pada Fatikha. Tapi, ia tidak mengucap apa-apa. Gute! Bicaralah! desak Fatikha. Sabarlah..., mahali pasti pulang. Fatikha ingin mempercayai ucapan Mat Halil. Tapi, benaknya justru menolak. Seketika Fatikha seperti menyiksakan area yang tertutup oleh warna kesamaran. Ironisnya, semakin hendak di buka, area itu kian diselimuti. Dia menyembunyikan sesuatu dariku? Apa sebenarnya yang terjadi? Fatikha mendesak. Ia lalu maju satu langkah. Kini, matanya menatap nanar pada Mat Halil. Gute, tolong jawab pertanyaanku. Mengapa kang Mahali belum pulang? Mat Halil tidak menjawab. Fatikha berpaling pada Sariyeh. Perempuan itu hanya menatap cemas tanpa buka suara. (Kubah di Atas Pasir: 138) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha diselimuti rasa cemas ketika kang Mahali belum pulang ke rumah dan Mat Halil sudah pulang. Mahali di tahan di polsek setelah kejadian di balai desa. Peraturan hukum yang ada di daerah kita memang masih kurang bagus, karena kebanyakanyang ada dalam aturan tidak sesuai dengan aturan. Sebagai contoh, dalam aturan yang salah akan di hukum atau dipenjara namun nyatanya kebanyakan di sekitar kita yang salah akan dibebaskan dan yang tidak salah dijadikan tersangka.

129 117 c) Suasana Ketengangan Latar suasana ketegangan menggambarkan di balai desa terasa suasana tegang. Balai desa dipenuhi oleh para lelaki. Ngurawan memiliki dua kubu yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Apa yang dikhawatirkan Mahali benar-benar terjadi. Dan tampaknya Ngadiredjo sudah tahu rencana Ngartidjo. Terbukti, balai desa sudah dipenuhi puluhan lelaki pendudkung Ngadiredjo, sehingga sejak awal telah terjadi ketegangan. Kini, balai desa dipenuhi para lelaki yang terbagi dalam dua kelompok. Ngartidjo berada di satu kubu dan Ngadiredjo di kubu yang lain. Yang membuat Mahali merasa tidak enak, pandangan Ngadiredjo selalu tertuju kepadanya. (Kubah di Atas Pasir: 114) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa, susasana di balai desa mulai menegang. Dengan suasana tegang Mahali merasa tidak enak karena pandangan Ngadiredjo tertuju pada Mahali. Pasti kita memiliki perasaan tidak enak jika sebagai warga pendatang, namun disekitar warga dijadikan tersangka dan dituduh yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Contohnya seperti Mahali yang dijadikan tersangka secara tidak langsung. d) Suasana Kekaguman Latar suasana kekaguman tergambar ketika Fatikha dapat bersua kembali dengan Mahali menjelang Ramadhan di acara

130 118 reuni yayasan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini. Di sebuah waktu, menjelang Ramadhan, ketika umat muslim di seluruh dunia bersiap menyambut hadirnya bulan penuh rahmat itu, Fatikha larut dalam kebahagiaan tersendiri. Ia bersua kembali dengan Mahali di acara reuni yayasan. Ia tidak hanya bersuka cita, tapi juga merasakan getaran aneh ketika matanya saling tatap dengan mata Mahali. Lelaki muda itu benar-benar berbeda dengan sosok yang penuh dikenalnya beberapa tahun silam. Fatikha terpesona. (Kubah di Atas Pasir: 19) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha mulai terpesona dengan Mahali ketika bersua di yayasan dan saling tatap-tatapan. Fatikha tidak hanya merasakan sukacita, tetapi juga merasakan getaran aneh. Hingga membuat Fatikha terpesona dengan Mahali. Seorang muslim yang ditunggu-tunggu ialah bulan suci ramadhan. Dimana bulan penuh ampunan. Kebiasaan seorang muslim menyambut bulan suci tersebut pasti mereka memainkan petasan sebagai ciri-ciri khas yang ada di pulau Jawa menjelang bulan ramadhan dan di bulan ramadhan itu sendiri. e) Suasana Kemarahan Latar suasana kemarahan tergambar ketika Ngadiredjo menyulut kemarahan Ngartidjo. Ngadiredjo mendengus marah dengan ucapan Ngartidjo. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

131 119 Ucapan Ngadiredjo kembali menyulut kemarahan Ngartidjo. Jika awalnya tampak ketakutan, kini Ngartidjo tak bisa menahan diri. Keberaniannya mengemuka. Dari dulu kau tidak berubah! Kau lelaki pengecut! Beraninya mengandalkan bantuan! Ngadiredjo mendengus marah. Ia bangkit. Ngartidjo tak mau kalah. Ia berdiri. (Kubah di Atas Pasir: 117) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwangartidjo marah dengan Ngadiredjo. Kemarahan tersebut terjadi ketika Ngartidjo mengatakan Ngadiredjo adalah lelaki pengecut dan beraninya hanya mengandalkan bantuan orang lain. Manusia di ciptakan oleh Allah tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan tersebut hanya milik Allah. Sebagai makhluk yang lemah pasti membutuhkan bantuan tenaga dari orang lain. Sebagai contoh jika kita tidak butuh bantuan orang lain, pasti kita tidak dapat menyelesaikan semuanya sendirian. Ada juga karena kesalah pahaman, saudara, teman, sahabat bisa menjadi musuh jika kita salah mencerna pembicaraan lawan bicara. f) Suasana Kekecewaan Latar suasana kekecewaan tergambar ketika Fatikha menolak Ngadrim untuk dijadikan suami. Penolakan Fatikha bukan karena Mahali. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Ngadrim tampak kecewa. Apakah penolakanmu karena masalah Mahali? Jujur, aku tidak tahu apa-apa soal Mahali. Dan jika kamu bersedia menjadi istriku, aku bisa menjelaskan pada keluarga besarku. (Kubah di Atas Pasir: 198)

132 120 Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Ngadrim merasa kecewa dengan Fatikha ketika Fatikha menolak Ngadrim yang bersedia sebagai suaminya. Penolakan Fatikha bukan karena Mahali. Sebagai manusia pasti memiliki rasa kecewa dengan orang lain. Ada juga seseorang yang merasa kecewa hingga ia tidak bisa menerima kenyataan hidupnya. Sebagai contoh yang ada disekitar kita ialah merasa kecewa jika kita ditolak cewek hingga kita melupakan kewajiban kita sampai ia terjatuh sakit. g) Suasana Kekhawatiran Latar suasana kekhawatiran tergambarketika Fatikha ingat Hiram lulus dari madrasah dan tsanawiyah, ia terlihat antusias memilih jenjang pendidikan selanjutnya. Tetapi, Fatikha tidak melihat kegairahan Hiram menyongsong tahapan berikutnya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha mulai khawatir. Ia masih ingat, ketika lulus dari madrasah dan tsanawiyah, Hiram terlihat antusias memilih jenjang pendidikan selanjutnya. Tetapi, kali ini, ia tidak melihat luapan kegairahan Hiram menyongsong tahapan berikutnya. Fatikha tidak melihat lembaranlembaran pamflet tentang perguruan tinggi. Tiba-tiba Hiram serupa gelombang di perairan dangkal, tentang dan tidak menghayutkan. (Kubah di Atas Pasir: 238) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha mulai khawatir ketika Hiram tidak terlihat antusias dalam memilih jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Hiram mulai tidak

133 121 menunjukkan kegairahannya setelah lulus dari madrasah dan tsanawiyah. Ia bagaikan gelombang di perairan yang rendah, tenang dan tidak menghanyutkan. Sebagai orang tua pasti memiliki kekhawatiran dengan anak kita jika dulunya semangat dalam mencari pendidikan dan sangat antusias. Namun, berhubung ia mengetahui begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan jika ia sudah mengetahui hal tersebut ia mengurungkan niatnya. Tetapi, ada juga anak yang tidak mau tahu yang penting harus kuliah dan lain sebagainya. Mereka tidak mautahu bagaimana keadaan ekonomi orang tua. h) Suasana Keterkejutan Latar suasana keterkejutan tergambar ketika Hiram terkejut dengan Fatikha bahwa Fatikha sudah mendengar aturan jual beli pasir dan batu yang akan diambil alih oleh pihak desa. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini. Emak mendengar pihak desa akan mengambil alih sistem jual beli pasir dan batu di area penambang. Hiram terkejut. Ia heran mengapa emaknya lebih tahu. Selama ini, ia tidak mendengar apapun soal pengambilalihan sistem jual beli pasir dan batu. emak bisa menjelaskan? Para penambang diharuskan menjual hasil tambangannya kepada pihak desa. Tidak boleh ada transaksi langsung antara penambang dengan pembeli. Hiram kembali terkejut. (Kubah di Atas Pasir: 252)

134 122 Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Hiram merasa terkejut dengan emaknya ketika emaknya sudah mendengar sistem jual beli pasir dan batu yang tidak boleh dilakukan transaksi langsung antara penambang dan pembeli. Banyak warga yang merasa terkejut dengan sistem jual beli pasir di Ngurawan. Sebaiknya tidak ada aturan mengenai jual beli pasir dan batu yang tidak diperolehkan transaksi langsung antara penambang dan pembeli. Entah itu, area desa atau bukan sebaiknya dari pihak desa hanya diperlakukan membayar uang kas desa saja. d. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Sedangkan istilah penokohan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Jenis tokoh yang terdapa dalam novel Kubah di Atas Pasir yaitu sebagai berikut. 1. Tokoh Utama Tokoh utama novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani adalah Fatikha karena tokoh Fatikha muncul di setiap cerita, kemunculannya memegang peranan yang penting dan mempengaruhi alur cerita. Fatikha juga berhubungan dengan tokoh lainnya.

135 123 Wanita tersebut yaitu Fatikha. Fatikha adalah perempuan yang luar biasa. Ia lahir tanpa sejarah dan asal-usul. Ia berasal dari yayasan yatim piatu Ar-Rahmah. Pengarang menggambarkan tokoh Fatikha sebagai tokoh yang berwatak selalu bersyukur, suka menolong dan berbagi, dan pekerja keras. Fatikha memiliki watak yang selalu bersyukur. Hal ini, terlihat ketika Fatikha membuka amplop penghargaan dari Dirjen Pendidikan Dasar atas prestasi Hiram. Dengan heran Fatikha membuka amplop. Dan seketika ia terenyak. Fatikha melihat lembaran-lembaran lima puluh ribuan. Didalamnya juga terselip lipatan kertas. Saat membuka dan membacanya, Fatikha baru tahu, uang itu merupakan penghargaan dari Dirjen Pendidikan Dasar atas prestasi Hiram. Fatikha langsung menumpahkan kebahagiaannya dengan sujud syukur. Ia berbicara panjang dengan Tuhannya. Air mata haru membasahi sajadahnya. (Kubah di Atas Pasir: 93) Dalam kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha penasaran. Kemudian ia membuka amplop yang berisikan uang dan surat dari Dirjen Pendidikan Dasar. Fatikha merasa kaget ketika menerima uang penghargaan atas prestasi Hiram. Dengan rasa syukur, ia langsung menumpahkan sebuah kebahagiaan itu kepada Allah. Fatikha juga memiliki watak suka menolong dan berbagai. Hal ini terlihat pada kutipan ketika ia ingin membagikan ilmunya di yayasan tanpa upah di bawah ini. Setelah menjadi istrimu, kamu mengizinkan aku untuk keluar membagikan sedikit ilmu yang kumiliki? Tindakan mulia. Aku mendukung dan mengizinkanmu.

136 124 Fatikha gembira. Wajahnya berbinar. Ia sempat ragu dengan permintaannya. Terima kasih, ujar lembut. (Kubah di Atas Pasir: 52) Beberapa bulan sebelum menikah, Fatikha menemuinya. Ia nyaris tidak percaya mendengar niat Fatikha hendak membuat dengan mengajar mengaji anak-anak yayasan. Tapi, yayasan tidak punya dana untuk menggajimu, Fatikha, kata Pak Karim saat itu. Dana dari para donatur hanya cukup untuk kebutuhan makan, keperluan harian anakanak, dan perawatan gedung. Saya tidak mengharap gaji, pak. Saya hanya ingin berbagi dengan anak-anak yayasan. (Kubah di Atas Pasir: 57) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha suka menolong dan berbagi. Ia lebih suka berbagi ilmu yang pernah ia terima kemudian diajarkan dengan orang lain tanpa mengharapkan imbalan entah itu berupa barang atau upah mengajar. Ia ikhlas mengajar anak-anak dengan ilmu yang pernah ia terima waktu hidup di yayasan. Selain memiliki watak selalu bersyukur, suka menolong dan berbagi, juga memiliki watak pekerja keras. Ia salah satu perempuan yang tidak mengenal lelah dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Seperti janjinya pula, Fatikha tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri memasak, mencuci, dan menyediakan keperluan Mahali. Setelah sarapan bersama, Fatikha pergi ke gubuk yang telah didirikan oleh Mahali. Ia membantu Mahali menjadi salah satu pekerja pemecah batu. (Kubah di Atas Pasir: 54) Walau Mahali sudah tiada, Fatikha terus menjalani aktivitas rutinnya. Fatikha memulai harinya dengan pekerja sebagai

137 125 buruh pemecah batu. Menjelang pukul 13.30, Fatikha meninggalkan pekerjaannya. Tak lama kemudian, ia bersama Hiram sudah berada di atas truk pasir yang akan membawa mereka ke yayasan. (Kubah di Atas Pasir: 65-66) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha adalah seorang perempuan yang pekerja keras. Ia yang tidak perlu melupakan tugas seorang istri dan membantu suaminya sebagai pemecah batu. Setelah suaminyameninggal, ia bekerja sendiri sebagai pemburuh pemecah batu. Sosok Fatikha seperti sosok R.A. Kartini semangat dalam hal pendidikan dan memiliki cita-cita mengangkat harkat martabat sosok perempuan. Di zaman R.A. Kartini seorang perempuan tidak diperbolehkan menuntut pendidikan berbeda dengan zaman sekarang. Menuntut ilmu tidak ada aturan seorang perempuan tidak boleh menuntut ilmu. Sekarang lelaki dan perempuan sama saja dalam hal mencari ilmu. 2. Tokoh Tambahan Sementara itu tokoh tambahan adalah tokoh yang permunculannya sebagai pelengkap bagi tokoh utama saja. Namun, kehadiran tokoh tambahan ini sangat mempengaruhi adegan-adegan yang dilakukan oleh tokoh utama. Berikut ini tokoh-tokoh tambahan yang ada dalam novel Kubah di Atas Pasir beserta kutipannya.

138 126 1) Mahali Mahali adalah salah satu penghuni yayasan yatim piatu Ar-Rahmah yang tidak memiliki sejarah dan asal-usul dalam hidupnya. Pengarang menggambarkan tokoh Mahali sebagai tokoh yang berwatak rendah hati, keras kepala, berkeinginan tinggi, dan terkadang tidak menepati janji. Mahali memiliki watak rendah hati. Hal tersebut dapat dilihat ketika Mahali bertemu dengan Pak Karim di sebuah toko dan sedang berbicara dengan Pak Kepala Desa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini. Kau baik-baik saja, Mahali? Alhamdulillah..., saya baik, Pak Karim. Keduanya berjalan menyisi keluar toko. Kamu tampak dewasa dan lebih kekar. Tapi, kulitmu lebih hitam, kata Pak Karim seraya tertawa. Mahali tersenyum. Saya harus bergelut dengan matahari, Pak. Lalu Mahali bercerita tentang aktivitas selama ini. Apapun pekerjaanmu, kamu telah menenangkan hidup. Bapak bangga. Suara Pak Karim terdengar serak oleh keharuan. Ia menatap wajah Mahali. Matanya berkacakaca. (Kubah di Atas Pasir: 38-39) Kini, Mahali memandang kepada Kepala Desa. Sebelumnya saya minta maaf. Ada beberapa hal yang harus saya luruskan. Mahali diam sejenak menata katakata. Rumah saya memang menjadi tempat berkumpulnya teman-teman. Sebagai warga Ngurawan, saya tidak bisa menolak kedatangan mereka di rumah saya. Tapi, sejauh ini saya tidak punya niat untuk mempermasalahkan tanah di Desa Ngurawan. Dan kedatangan saya ke sini bukan untuk mendukung siapapun. Sejak awal saya berharap persoalan ini diselesaikan secara kekeluargaan.

139 127 Mahali diam lagi sebelum menerusakan. Saya juga berterima kasih telah diberi tempat dan lahan pekerjaan di Desa Ngurawan. Itu sebab saya tidak ingin terlibat urusan tanah warga Ngurawan. (Kubah di Atas Pasir: 116) Dalam kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Mahali memiliki watak yang rendah hati saat berbicara dengan orang lain dan bertingkah laku sopan. Mahali juga memiliki watak keras kepala dan berkeinginan tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Saya ingin melakukan pilihan saya, Pak. Kamu bisa melakukannya juga di pesantren, kata Pak Karim. Mahali menggeleng. Banyak alasan yang ingin ia utarakan. Namun, ia menguatkan diri untuk tidak mengatakannya. Ia tak ingin berdebat dengan kepala yayasan yang telah membesarkan dirinya. Kamu takut dengan peraturan pesantren? tanya Pak Karim seakan membaca apa yang menjadi keberatan Mahali. Tidak, Pak. Saya sudah punya janji dengan seorang kepala tamir masjid. (Kubah di Atas Pasir: 30-31) Mahali tidak pernah mengerti mengapa temantemannya di yayasan terkesan takut menghadapi kejutankejutan baru di depan mereka. Mereka seperti khawatir dengan ruang-ruang di luar yayasan. Mereka seolah belum siap menantang problem kehidupan. Kau hanya anak yayasan! Apa yang bisa kau lakukan? pertanyaan itu sering dilontarkan parapenghuni yayasan. Aku memang anak yayasan. Tapi, apakah keliru bila aku ingin menjadi orang besar? (Kubah di Atas Pasir: 30) Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Mahali laki-laki yang keras kepala dan berkeinginan tinggi. Sikap keras

140 128 kepala saat Mahali akan menentukan pilihannya setelah keluar dari yayasan. Ia akan mendengarkan apa yang disarankan oleh Pak Karim. Ia juga memiliki keinginan tinggi saat ia akan dihadapkan dengan problem kehidupan kedepannya untuk menjadi orang besar. Selain itu, Mahali juga memiliki watak yang kurang dalam menempati janjinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Saya berjani, kata Mahali, Ini pelanggaran yang terakhir. Pak Karim tersenyum. Bapak tidak ingin mendengar jawaban kata-kata. Kamu sudah berulang kali mengucapkan janji. Dan terbukti, kamu masih melakukan pelanggaran. Bapak ingin tindakan. Kamu paham maksud Bapak? Mahali mengangguk. Bagus. Kamu boleh kembali ke kamarmu. (Kubah di Atas Pasir: 25) Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Mahali merupakan tokoh yang kurang dalam menempati janjinya. Mahali sering mengucapkan janji tapi pada akhirnya ia melupakan janjinya dan mengingkari pada janjinya. 2) Pak Karim Pak Karim adalah kepala lembaga yayasan Ar-Rahmah. Dalam novel Kubah di Atas Pasir pengarang menggambarkan tokoh pak Karim sebagai tokoh yang berwatak tegas, bijaksana, dan lembut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

141 129 Area di luar yayasan membuat Mahali sadar bahwa kehidupannya tidak disangga oleh tonggak yang kukuh. Ia dipaksa meraba-raba dalam kesamaran. Ia ditekan untuk menentukan masa depannya tanpa pertimbangan orang lain. Ia serupa penumpang kapal yang karam di tengah samudra. Bapak harap, ini pelanggaranmu yang terakhir, kata Pak Karim malam itu. Mahali mengangkat pandangannya. Ia tahu, meski Pak Karim tidak mengucapkan sanksi, kata-katanya mengundang ancaman. (Kubah di Atas Pasir: 24-25) Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa sifat Pak Karim yang tegas dalam memberi pengarahan kepada Mahali. Sikapnya yang memberikan pengarahan pada anak-anak yayasan secara tegas menggambarkan watak Pak Karim dalam menyikapi situasi. Ini kenyataan hidup. Sebagai manusia biasa, sedih bukanlah tindakan tabu. Tapi, sedih berkepanjangan hingga melupakan kewajibanmu merawat Hiram bukan tindakan bijaksana. Hidupmu belum berakhir. Ada hal besar yang harus kamu lakukan selain meratapi kepergian Mahali, kata Pak Karim di sebuah siang. Seperti biasa, Fatikha hanya diam. Apakah dengan tindakan ini masalahmu selesai? Fatikha berpaling. Ini terlalu berat, Pak... Allah sudah menakarnya. Allah tahu, kamu pasti mampu melewatinya. Kamu merasa terlalu berat karena kamu tidak bersandar kepada Allah. Kamu mengukurnya dengan kacamata manusia. Kamu punya tempat untuk melepaskan beban, mengapa kamu tidak melakukannya? Mereka jahat, Pak. Kang Mahali tidak melakukannya! Saya percaya Kang Mahali! Pak Karim tersenyum. Kamu punya tempat untuk mengadu. Mengapa kamu mengadu kepada manusia? Aku dan siapapun di dunia ini hanya makhluk yang tidak memiliki wadah untuk menampung selain mendengarkan pengaduan. Sementara Allah? Dia memiliki wadah besar sekaligus bisa mengeluarkan dirimu dari impitan ini.

142 130 Percayalah, dunia hanya satu titik. Ada dunia lain yang lebih besar, tempat segala keadilan akan diperlihatkan. Dalam hal ini, kamu lebih mengerti daripada Bapak. (Kubah di Atas Pasir: ) Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa watak Pak Karim yang bijaksana dalam memberi nasihat pada Fatikha setelah di tinggal suaminya meninggal dunia. Fatikha harus menerimanya dengan rasa ikhlas segala sesuatunya telah direncanakan oleh Allah. Oleh karena itu, Fatikha harus percaya bahwa di balik itu semua pasti akan ada hikmahnya. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha? sebuah suramengejutkan Fatikha. Berpaling, Fatikha mendapati Pak Karim sudah berdiri disampingnya. Kamu baik-baik saja? tanya Pak Karim. Fatikha memaksakan senyum dan mengatur napas. Saya baik-baik saja, Pak. Pak Karim tertawa. Bapak tidak melihat kamu seperti itu. Saya baru mengatar Hiram ke pesantren. (Kubah di Atas Pasir: 68) Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan tokoh Pak Karim yang lembut. Sikap lembut Pak Karim terlihat ketika Pak Karim menyapa Fatikha dengan suara yang mengejutkan. 3) Hiram Hiram adalah putra laki-laki dari Mahali dan Fatikha. Hiram merupakan anak satu-satunya yang sekolah di desa Ngurawan. Bagi teman-temannya ia sumber ilmu bagi mereka. Pengarang menggambarkan tokoh Hiram sebagai tokoh yang

143 131 memiliki sikap peduli, pintar, dan penolong. Hal tersebut dapat di lihat dari kutipan di bawah ini. Hiram..., emak tidak mampu membayar biaya di tempat ini. Jadi, kamu harus... Pindah ya, Mak? sela Hiram. Fatikha mengangguk. Walau sudah berusaha tidak menangis, Fatikha tak sanggup membendung air matanya. Maafkan Emak. Ini kesalahan Emak. Di luar dugaan, Hiram memutar dirinya dan kini tegak menghadap emaknya. Sesaat kemudian tangan mungilnya bergerak mengusap air mata Fatikha. Jangan menangis, Mak. Ini bukan salah Emak. Aku mau pindah dari sini. (Kubah di Atas Pasir: 81) Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan tokoh Mahali yang berwatak memiliki sikap peduli dengan orang yang ada disekitarnya. Mahali sangat peduli dengan emaknya yang sedang menangis untuk mengusap air mata emaknya. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Hari-hari berlalu dengan cepat. Tanpa terasa Fatikha sudah menemani Hiram selama enam tahun melintasi kehidupan di yayasan. Kini, Hiram telah menjelma sebagai bocah tanggung; sosok yang beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 6 madrasah. Mulai kelas 2 hingga kelas 5, Hiram selalu dinobatkan sebagai murid berprestasi dengan menduduki rangking satu. Sebuah prosesi yang membanggakan dan mengantarnya meraih beasiswa hingga ia bisa bersekolah tanpa biaya. (Kubah di Atas Pasir: 90) Hiram membacanya dengan seksama, lalu berpaling dan menatap Eleina. Hari ini, ia merasa menerima hal-hal yang tak masuk akal dan tak pernah dibayangkan sebelumnya. Tak mungkin, Eleina. Aku tak bisa menerima ini. Eleina tersenyum. Kesempatan tak pernah datang dua kali. Ambillah kesempatan itu atau kamu akan menyesal.

144 132 Fatikha memperhatikan dengan mimik bertanya-tanya. Mak, panggil Eleina. Hiram mendapat beasiswa dan diterima di sebuah Universitas di Rusia. (Kubah di Atas Pasir: 357) Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan tokoh Hiram yang berwatak pintar. Hiram merupakan anak yang pintar. Hiram merupakan anak yang pintar. Yang menunjukkan Hiram anak pintar ketika ia mendapatkan rangking satu dari kelas 2 sampai kelas 5 dan mendapatkan beasiswa. Selain itu, ia juga di terima di sebuah Universitas di Rusia dan mendapatkan beasiswa juga. Kutipan tersebut dapat dilihat di bawah ini. Hiram kembali menggelang. Aku ingin membantu Emak. Hasilnya bisa emak kumppulkan untuk biaya sekolahku. Lalu, bagaimana waktu mengajimu? Aku belajar mengaji setelah Emak pulang dari yayasan. Kamu akan lelah di perjalanan. Hiram tertawa. Aku kuat, Mak. Sambil menyahut, Hiram menyingsingkan lengan bajunya, lalu menekuk tangan kanannya hingga bagian atas lengannya membuat tonjolan. Lihat, Mak...! (Kubah di Atas Pasir: 100) Hiram, kau punya waktu untuk membantu mereka? Hiram diam sebentar. Saya akan meluangkannya, Pak? Aku minta bantuanmu. Insya Allah, Pak. Temui aku di kantor desa besok pagi. (Kubah di Atas Pasir: ) Aku harap kau membantu dengan mengikuti kegiatan mereka. Laporkan kepadaku jika mereka bertindak di luar yang diizinkan. Hiram bisa melihat sikap curiga Sang Kepala Desa. Tetapi, ia tak mau membicarakannya. Maaf, Pak. Saya hanya bisa membantu setelah menambang. (Kubah di Atas Pasir: )

145 133 Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan tokoh Hiram memiliki watak penolong. Hiram anak yang memiliki sifat suka menolong. Ia membantu emaknya bekerja untuk mencari uang yang akan digunakan untuk digunakan sekolah. Ia juga suka menolong kepala desa ketika kedatangan tamu dari Rusia untuk melaksanakan tugasnya di Ngurawan. Ia mendapat amanah dari pak kepala desa untuk mengikuti kegiatan mereka yang akan dilaksanakan di Ngurawan. 4) Ngadiredjo Ngadiredjo adalah keturunan pendiri Ngurawan. Ia juga sebagai kepala desa Ngurawan yang dihormati oleh warganya. Ia memiliki sifat yang suka meremehkan pendapat orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Teori mudah diucapkan, tapi sulit dijalankan, kata Ngadiredjo menanggapi pembicaraan Fatikha menyangkut pendidikan anak-anak Ngurawan. Ekonomi masyarakat Ngurawan sangat minim. Mereka mengandalkan penghasilan dari upah buruh di perkebunan, menambang pasir, dan memecah batu. Masalah lainnya, sekolah terdekat jaraknya sangat jauh. Mungkin untuk sementara bisa diatasi dengan mendirikan tempat belajar, semacam sanggar, ujar Fatikha. Ia tahu, untuk mendirikan tempat belajar, Ngurawan memiliki banyak tanah kosong dan mungkin juga bisa menggunakan balai desa. Ngadiredjo mengangkat bahu. Kami tidak punya anggaran untuk menggaji guru. Aku sendiri hanya diberi upah tanah bengkok (tanah garapan). Saya bersedia membantu tanpa digaji. Ngadiredjo menilai wajah Fatikha. Permasalahannya, maukah warga menyuruh anak-anaknya datang ke sekolah? Aku rasa mereka lebih senang menyuruh anak-

146 134 anaknya membantu di perkebunan atau menambang di sungai. Jika Bapak yang meminta, warga akan mematuhinya, sanggah Fatikha. Ngadiredjo tertawa. Aku bukan orang yang suka memaksa. Aku lahir dan besar di sini. Aku mengenal karakter masyarakat Ngurawan. Jika mereka dipaksa oleh siapapun mereka akan melawan! Lelaki itu menatap Fatikha dengan pandangan aneh. Aku sarankan kau tidak memaksakan diri mengubah garis masyarakat Ngurawan. Aku ragu kau akan berhasil melakukannya. Aku justru khawatir, niatmu akan menuai perlawanan. Dan aku tak ingin terjadi kekisruhan di desa ini. (Kubah di Atas Pasir: 58-59) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ngadiredjo memiliki sifat yang suka meremehkan pendapat orang lain ketika Fatikha mempunyai pendapat ingin mendirikan tempat belajar di Ngurawan. Pendapat Fatikha yang diremehkan oleh Ngadiredjo bahwa ia ingin mendirikan tempat belajar semacam sanggar di Ngurawan kemungkinan tidak bisa dilaksanakan. 5) Ngadrim Ngadrim adalah pengganti Ngadiredjo sebagai kepala desa Ngurawan setelah Ngadiredjo purna tugas. Ngadrim adalah salah satu keturunan pendiri Ngurawann. Pengarang menggambarkan Ngadrim yang memiliki sifat bersikap tidak ikhlas dan selalu curiga dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Dia benar-benar menolakku! desisnya singin. Apa yang kurang dariku? Apa yang dicari Fatikha? Ngadrim menggeleng sendiri. Ia menduga, jabatan kepala desadan harta warisan adalah jembatan untuk

147 135 mendapatkan apapun yang diinginkan, termasuk perempuan. Maka ia menganggap penolakan Fatikha berlebihan dan tak masuk akal. Dia pikir siapa dirinya? Ngadrim menyeringai. Tiba-tiba ia merasa Fatikha menempatkan dirinya pada posisi yang rendah. Ngadrim merasa harkat kelelakiannya dicampakkan. Perlahan, rasa kecewanya berubah menjadi sebuah kemarahan. Kalau aku tidak mendapatkan Fatikha, tidak seorangpun bisa mengambilnya sebagai istri! Ngadrim dikenal sebagai sosok yang selalu menanggapi olok-olok warga Ngurawan dengan gelak tawa. Tetapi, penolakan Fatikha benar-benar membantunya tersinggung dan terhina. Ngadrim mengepal tangan. Aku tidak mau dianggap sebagai laki-laki yang tak laku! Lelaki yang mengiba cinta pada perempuan! Aku akan menunjukkan bahwa Ngadrim bisa mendapatkan perempuan! Perempuan yang lebih cantik dari Fatikha. (Kubah di Atas Pasir: ) Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan sifat Ngadrim yang bersikap tidak ikhlas. Ngadrim bersikap tidak ikhlas ketika ia di tolak oleh Fatikha. Ia merasa tersinggung dan terhina dengan Fatikha. Selain memiliki sifat yang bersikap tidak ikhlas, ia juga memiliki sifat selalu curiga dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini. Ngadrim berusaha memahami penjelasan Hiram. Baru sekarang ada kegiatan semacam ini di Ngurawan, katanya terdengar tidak senang. Apa kegiatan mereka tidak menganggu? Tidak, Pak. Justru mereka membantu untuk melestarikan potensi sumber daya alam dan masyarakat Ngurawan. Ngadrim seperti tidak mendengarkan penjelasan Hiram. Benaknya dihinggapi pertanyaan-pertanyaan. Apa mereka tidak salah memilih tempat? Mengapa harus Ngurawan?

148 136 Ngadrim menyeringai dingin. Aku pikir Ngurawan tidak butuh mereka. Aku khawatir kedatangan mereka akan merusak apa yang selama ini dijaga warga Ngurawan. Ngadrim mendesah berat. Aku sudah direpotkan dengan menyediakan tempat tinggal untuk mereka. (Kubah di Atas Pasir: 255) Aku harap kau membantu dengan mengikuti kegiatan mereka. Laporkan kepadaku jika mereka bertindak di luar yang diizinkan. Hiram bisa melihat sikap curiga Sang Kepala Desa. Tetapi, ia tak mau membicarakannya. Maaf, Pak. Saya hanya bisa membantu setelah menambang. Ngadrim memiringkan kepala. Ia tampak hendak bicara. Namun, suara juga tidak terdengar. Hiram tersenyum. Bapak bisa meminta salah satu staf desa untuk mengikuti kegiatan mereka. Staf desa tidak bisa diandalkan untuk masalah seperti ini. Meski awalnya tidak mau membahas, akhirnya Hiram tak punya pilihan. Sebenarnya mereka tidak perlu diikuti. Bapak tidak harus curiga kepada mereka. Tujuan mereka baik. Mereka sudah berkoordinasi dengan Kementrian Lingkungan Hidup. aku bukan orang yang mudah percaya! Hiram tak ingin berdebat. Aku curiga, mungkin mereka tahu kalau aku hendak mengubah pengelolaan penambangan di Ngurawan. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas pengarang menjelaskan bahwa, sifat Ngadrim yang selalu curiga dengan orang lain. Sifat Ngadrim yang selalu curiga dengan orang lain ketika Ngurawan kedatangan tiga tamu dari Rusia untuk melaksanakan penelitian. Sebagai kepala desa Ngurawan, ia curiga jika tiga gadis itu melakukan hal-hal yang aneh dan mengubah pengelolaan penambang di Ngurawan.

149 137 6) Ngartidjo Ngartidjo adalah salah satu keturunan pendiri Ngurawan. Ia sebagai salah satu kerabat kepala desa Ngurawan. Pengarang menggambarkan tohok Ngartidjo yang memiliki sifat pemaksa dan serba tahu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sebenarnya, pihak PTP di sini telah mengambil hak-hak tanah milik warga, kata Ngartidjo di sebuah malam. Itu terjadi setelah peristiwa G-30S/PKI tahun Kalian pasti tahu sumur windu di kebun kopi. Sumur windu itu merupakan tempat pembangunan mayat orang-orang yang terlibat partai terlarang. Aku salah satu saksi sejatah tahun enam puluh lima. Tapi, tidak ada petunjuk kepemilikan tanah, Kang..., sahut Surawi. Usia lelaki ini lima puluh tahunan, lebih tua beberapa tahun dari Ngartidjo. Menurutnya, ketika meletus peristiwa tahun 1965, ia berusia lima belas tahun. Ngartidjo menyeringai. Zaman dulu tidak ada surat kepemilikan tanah. Yang ada Petok D. Dan dari yang kudengar, surat-surat Petok D warga Ngurawan dirampas oleh pihak perkebunan. (Kubah di Atas Pasir: ) Ngartidjo menatap tajam pada Mahali. Kau tidak tahu apa-apa tentang Ngurawan. Mahali diam. Ia tidak ingin berdebat. Mahali menyadari posisinya sebagai warga pendatang. Ia tidak tahu seluk beluk sejarah awal Ngurawan. Aku baru mendengar, kata Ngartidjo mengebu, Ada kongkalikong antara Ngadiredjo dengan pihak perkebunan. Mereka melakukan rekayasa soal tanahtanah warga. Ini harus diusut tuntas! Ngurawan butuh reformasi! suaranya membahana. Dalam beberapa pekan, tampaknya Ngartidjo belajar beberapa diksi yang dulu tidak dikenal dan tidak pernah diucapkan. (Kubah di Atas Pasir: 110) Dari kutipan di atas pengarang menjelaskan bahwa, sifat Ngartidjo yang serba tahu. Ngartidjo tahu asal-usul tanah

150 138 Ngurawan pada zaman dulu. Ia juga mengetahui bahwa Ngadiredjo dan pihak perkebunan melakukan rekayasa mengenai tanah warga. Selain itu, tokoh Ngartidjo juga memiliki sifat pemaksa. Ia menginginkan Mahali untuk datang di Balai Desa. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Hingga pada satu malam, Ngartidjo memberi tahu tentang kesiapannya mendatangi kepala desa. Besok pagi kita ke balai desa! Semua orang menyahut dengan antusias, kecuali Mahali. Ngartidjo menatap Mahali. Aku minta kau ikut ke balai desa! pintanya. Insya Allah. Tapi kalau ikut, saya... Pokoknya kau harus ikut! sergah Ngartidjo tenpa memberikan kesempatan kepada Mahali untuk meneruskan ucapannya. (Kubah di Atas Pasir: 111) Dari kutipan di atas pengarang menjelaskan bahwa, sifat Ngartidjo yang memiliki sifat pemaksa. Ngartidjo memaksa Mahali untuk ikut di balai desa tanpa memberi kesempatan Mahali untuk meneruskan ucapannya akan ikut atau tidak ikut. 7) Mat Halil Mat Halil adalah warga pendatang di Ngurawan. Ia berasal dari Madura. Pengarang menggambarkan tokoh Mat Halil sebagai lelaki yang mempunyai sifat selalu mengakui kesalahannya yang telah dilakukan. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini.

151 139 Mat Halil menghela napas. Ia tampak canggung dan kesulitan untuk mengutarakan maksudnya. Aku minta maaf. Fatikha menyerngit. Minta maaf? fatikha tertawa kecil. Gute tampak aneh. Apa yang harus dimaafkan? Soal Mahali... Fatikha langsung terdiam. Mendadak, ia teringat sikap Mat Halil ketika baru dibebaskan dari kantor polsek puluhan tahun silam. Mat Halil mendesah. Matanya berubah menghindar dari Fatikha. Mahali tidak bersalah. Aku yang bersalah. Meski dadanya sesak, Fatikha berusaha tidak menagis. Sudahlah, Gute. Semua sudah berlalu. Tidak ada gunanya dibicarakan lagi. Aku sudah memaafkan siapapun yang menuduh Kang Mahali. Aku sudah menyerahkan semuanya kepada Allah. Tapi... Aku menganggap semuanya sudah selesai, Gute! sela Fatikha. Tidak ada yang bisa mengembalikan Kang Mahali kepadaku. (Kubah di Atas Pasir: 202) Pada kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Mat Halil dengan sifat selalu mengakui kesalahannya yang telah dilakukan ketika Mat Halil mengetahuisemua masalah yang barada di kantor polisi sebelum Mahali meninggal. Setelah Fatikha menyadari bahwa suaminya meninggal, lama-lama ia merasa ikhlas. 8) Muarip Muarip adalah teman Hiram di Ngurawan. Ia adalah anak lelaki Mat Halil dan Sariyeh. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Apa pesantren bisa bercerita seperti emak? Bercerita tentang pelangi, laut, binatang, matahari, kereta api, dan pesawat terbang? tanya Hiram. Tentu..., malah ceritanya lebih banyak.

152 140 Kata Muarip, kalau masuk pesantren, Hiram tidak boleh pulang ke rumah. Muarip mengatakan begitu? seru Fatikha dengan mimik gelisah. Muarip adalah salah satu teman bermain Hiram anak lelaki Mat Halil. (Kubah di Atas Pasir: 10) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha merasa gelisah dengan pendapat Muarip jika masuk pesantren tidak boleh pulang ke rumah. 9) Sariyeh Sariyeh adalah istri Mat Halil. Sariyeh istri yang mudah berbaur dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Menunggu surat, Mahali? tanya Sariyeh, istri Mat Halil. Iya, jawabannya singkat tanpa intonasi sambil terus jalan. (Kubah di Atas Pasir: 45) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sariyeh bertanya pada Mahali yang sedang menunggu surat dari seseorang, tetapi ia menjawab dengan nada datar tanpa intonasi. 10) Umbu Dantak Umbu Dantak adalah lelaki yang tegas dengan badan kekar. Ia bekerja di Kapolsek Blumbang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Lelaki kekar berseragam polisi itu mengangguk. Matanya menyapu berkeliling. Saya Umbu Dantak, Kapolsek Blumbang. Saya sudah berbicara dengan Bapak Kepala Desa Ngurawan. Semalam, saya juga telah berbicara dengan perwakilan dari PTP dan pabrik.

153 141 Kesimpulannya, kami berharap peristiwa di desa Ngurawan adalah kejadian terakhir di wilayah Blumbang. Kita harus menjaga persatuan dan tidak mudah terhasut oleh isu-isu yang tidak benar. Kapolsek Umbu Dantak diam beberapa saat. Lalu ia menyambung. Kami pihak kepolisian akan membantu jika ada warga Ngurawan yang merasa tanahnya diambil alih oleh pihak PTP. Silahkan datang ke polsek dengan membawa bukti-bukti surat kelengkapan. Jangan bertindak sendiri atau mengumpulkan pendukung untuk melakukan tindak kekerasaan. (Kubah di Atas Pasir: 135) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Umbu Dantak orany yang tegas. Ketegasannya terlihat saat Umbu Dantak menyampaikan pesan untuk warga Ngurawan. 11) Sumairah Sumairah adalah gadis berwajah cantik dan sebagai kembang desa Ngurawan. Sumairah atau sering disebut Mairah ialah gadis yang lugu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Ngadrim memejamkan mata. Ia beberapa kali bertemu dengan Sumairah di kantor desa. Ngadrim mengakui, Sumairah pantas menjadi perpincangan para pemuda Ngurawan. Muda, bertubuh jangkung, berkulit bersih, dan dengan bola mata bulat berbulu letik, Sumairah adalah zamrud alamiah yang tersimpan di ujung desa. (Kubah di Atas Pasir: 207) Mariah, kepala desa hendak meminangmu. Sumairah tersentak. Wajahnya menunduk dan berubah. Sulit baginya memercayai ucapan bapaknya. Namun, Sumairah percaya, bapaknya tidak sedang bergurau. (Kubah di Atas Pasir: 215)

154 142 Pada kutipan di atas terlihat bahwa Sumairah adalah gadis kembang desa yang cantik. Ia adalah gadis yang lugu ketika ia tersentak dengan Ngadrim datang kerumahnya dengan tujuan meminangnya. 12) Ngatmodir Ngatmodir adalah adik dari bapaknya Ngadrim. Ia berwatak tegas. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Ngatmodiro tersenyum. Kedatanganku ada hubungannya dengan Sumairah. Tugiran berusaha menahan diri dan menunggu. Kau tentu tahu, keponakanku, Ngadrim, belum menikah. Dan pagi tadi, dia memintaku untuk menemuimu. Tugiran menyimak setiap kata Ngatmodiro dengan seksama. Dadanya mulai berdebar. Tetapi, ia belum sepenuhnya mengerti. Ngatmodiro tersenyum sekali lagi. Aku datang atas nama keluarga dan mewakili Ngadrim untuk meminta Sumairah. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Ngatmodiro adalah lelaki yang tegas dalam berbicara. Ia tegas dalam membicarakan tujuannya datang ke rumah Sumairah dengan tujuan akan melamar Sumairah sebagai istri Ngadrim. 13) Eleina Markov Eleina Markov adalah gadis asal Rusia yang datang ke Ngurawan guna untuk penelitian. Ia juga ikut bergabung dalam komunitas ekowisata. Pengarang menggambarkan tokoh Eleina

155 143 memiliki watak pintar bersikap lembut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Bagaimana dengan para turis itu? Fatikha mengalihkan pembicaraan. Mereka dari komunitas ekuturisme, maka komunitas dalam kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, dan aspek pembelajaran serta pendidikan. (Kubah di Atas Pasir: 259) Hiram tertawa. Setiap sore, Emak pergi ke yayasan dengan menumpang truk pengangkut pasir. Eleina tersentak nyaris tak percaya. Benarkah? Ada yang aneh? Hiram balik bertanya. Berapa gaji yang diterima Ibumu? Hiram kembali tertawa. Tidak ada gaji. Wow..., insiring. Aku ingin tahu lebih jauh tentang Ibumu. Aku akan memperkenalkanmu. Terima kasih. Eleina mengalihkan pandangannya ke arah anak-anak yang tengah berbincang dengan Czarina dan Katya. Mereka tampak akrab. Czarina dan Katya terlihat dalam benaknya keinginan untuk lebih mendekat dan membaur di tempat itu. Eleina merasa banyak hal baru yang belum pernah ia temukan di tempat lain. (Kubah di Atas Pasir: 275) Pada kutipan di atas terlihat bahwa watak Eleina yang pintar dan lembut. Ia gadis yang pintar masuk di komunitas ekuturisme dan ia memiliki sifat yang lembut ketika bertanya mengenai Fatikha kepada Hiram. 14) Czarina Pavlo dan Katya Sashenka Czarina Pavlo dan Katya Sashenka adalah gadis Rusia yang bisa berbahasa Indonesia. Mereka memiliki sifat sayang

156 144 dengan anak kecil. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Eleina baru berbalik ketika dikejutkan suara anak-anak para penambang yang mengajaknya bergabung untuk bermain di atas pesir. Ia melihat dua sahabatnya, Czarina dan Katya, telah berbaur dengan anak-anak. Eleina tidak menolak. (Kubah di Atas Pasir: 281) Pada kutipan di atas terlihat bahwa Czarina dan Katya yang dapat membuat anak-anak para penambang lebih senang dengan kedatangan ketiga gadis dari Rusia, karena mereka merasa terhibur dengan Czarina dan Katya. 15) Mr. Sergey Mitryuskin Mr. Sergey Mitryuskin adalah seorang Duta Besar di Rusia. Mr. Sergey adalah ayah Eleina Markov. Mereka berkunjung ke Ngurawan untuk memberi tahu bahwa area penambang akan di tutup. Pengarang menggambarkan tokoh Mr. Sergey Mitryuskin sebagai tokoh yang memiliki sifat berwibawa, tegas. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Staf dari gubenur itu memperkenalkan Sang Duta Besar kepada Ngadrim. Perkenalkan, Mr. Sergey Miitryuskin, Duta Besar Rusia untuk Indonesia. Ngadrim menjabat tangan lelaki berpostur tinggi itu dengan tangan gemetar. Wajahnya berkeringat. (Kubah di Atas Pasir: 353) Sergey Mitryushkin berjalan mendekati Fatikha dan Hiram lalu menjabat tangan keduanya. Saya telah mengenal Anda berdua lewat Eleina. Terima kasih telah

157 145 e. Sudut Pandang menerima Eleina seperti keluarga. Bahasa Indonesianya sangat fasih. (Kubah di Atas Pasir: 355) Pada kutipan di atas terlihat bahwa ia adalah seorang yang tegas dan berwibawa. Ketegasannya terlihat ketika ia menjabat tangan Hiram dan Fatikha serta mengucapkan berterima kasih. Sebagai orang yang berwibawa ia diperkenalkan kepada warga Ngurawan dengan postur tubuhnya yang tinggi oleh staf gubenur. Sudut pandang pengarang, dalam hal ini adalah teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita itu yang menggambarkan tokoh, tindakan, latar atau peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Sudut pandang (point of view) dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani merupakan sudut pandag orang ketiga. Hal tersebut terbukti dalam cerita terdapat kata ganti Ia. Pengarang melibatkan diri dalam cerita novel, sebagai tokoh Fatikha. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini. Fatikha mengikuti arah pandangan Hiram. Ia tersenyum. Ia sangat mengenal karakter anak laki-laki itu. Walau usianya baru tujuh tahun, Hiram adalah sosok yang suka bertanya dan selalu ingin tahu akan segala hal. (Kubah di Atas Pasir: 8) Kesadaran itulah yang menyentak dan mengeluarkan dirinya dari dunia halimu. Harmonika jiwanya kembali berdenting. Ia mulai bangkit. Ia menyibak kesendiriannya. Ia menguak kebisuan. Ya..., aku memiliki Hiram! Aku harus melewati ini bersama Hiram! Dan aku bisa melewatinya tanpa Mahali!

158 146 seolah ingin menyakinkan diri, ia mengulang ucapan itu beberapa kali. (Kubah di Atas Pasir: 16) Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani penulis mengisahkan dirinya sendiri sebagai tokoh orang ketiga maha tahu yang disebut Ia atau Dia. Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga karena cerita yang ada di dalam novel merupakan pengalaman kehidupan yang pernah terjadi di desa Ngurawan. Anak yang memiliki sikap aktif dalam hal bertanya, bagus untuk diperkembangkan. Hal tersebut terjadi pada Hiram yang suka bertanya kepada ibunya mengenai apa yang ia lihat disekitar mereka. f. Amanat Amanat yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yaitu banyak menyampaikan kebaikan dalam kehidupan. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Buktikan apa kesalahan saya! Dan jangan kaitkan urusan ini dengan masalah pribadi! teriak Fatikha. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, melainkan lebih karena marah. Malam ini, rasa takut sudah lenyap dari dirinya. Puluhan tahun ia berusaha diam menahan kesabaran. Fatikha mencoba ikhlas dengan kematian Mahali dan menerimanya sebagai takdir. Tetapi sekarang, kesabarannya habis. Terlebih, Fatikha merasa tuduhan Ngadrim bukan disadari oleh fakta, tetapi dilatarbelakangi sakit hati akibat lamarannya ditolak. Selain itu, Fatikha menyadari, pemerintahan sekarang berbeda dengan pemerintaham masa lalu. Kran informasi telah terbuka. Media telah menjauh dari aturan yang membungkam. Setiap orang bebas berteriak menyuarakan pendapatnya. (Kubah di Atas Pasir: 336)

159 147 Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa jangan menyesal dengan masa lalu karena masa lalu dapat dijadikan semangat kita menuju masa depan yang baik. Jika dikaitkan dengan kehidupan, ialah masa lalu dijadikan pelajaran karena masa depan masih jauh lebih penting. Jika kita hanya memikirkan masa lalu pemikiran kita tidak akan maju, yang terjadi hanyalah semakin dangkal dalam hal berpikir. 2. Aspek-aspek yang Terdapat dalam Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Dalam skripsi ini penulis hanya menganalisis novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dengan kajian sosiologi sastra yang memfokuskan pada aspek atau nilai-nilai yang terdapat dalam novel. Aspek atau nilai yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir meliputi (a) aspek kekerabatan, (b) cinta kasih, (c) pendidikan, (d) kepercayaan, (e) perekonomian, dan (f) kebudayaan/adat. Hal tersebut akan diuraikan dibawah ini. a. Aspek Kekerabatan Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya yang dekat (pertalian saudara). Kekerabatan yaitu perihal berkerabat. Kekerabatan yang akan dibahas dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani adalah orang tua dengan anaknya dan Mahali dengan sahabat.

160 148 1) Kekerabatan Orang Tua dengan Anak Kekerabatan antara orang tua dengan anak sangat erat dalam novel ini. Hubungan erat Fatikha dan Hiram terlihat dalam kutipan di bawah ini. Bagi Fatikha, Hiram adalah air bening. Ia tak ingin air itu dikotori oleh lumpur dan kerak yang menimbulkan sikap benci Hiram kepada mendiang bapaknya. Hiram adalah dermaga, tempat ia berharap doa-doanya kelak saat dirinya sudah tiada. Hiram merupakan rembulan dan mataharinya. Hiram adalah suaka dari segala kekhawatiran akan masa depannya. (Kubah di Atas Pasir: 14) Di dalam dekapan Fatikha, Hiram tampak meronta dan ingin turun. Fatikha berusaha menenangkan, tetapi Hiram justru menangis. Akhirnya, Fatikha menurunkan Hiram dari gendongannya. Hiram banyak senang. Ia tertawa lepas ketika tubuh munggilnya terhuyung-huyung akibat guncangan kendaraan. Sesekali ia jatuh terduduk di atas pasir. Bukannya menangis, Hiram malah tertawa bergelak. Melihat keceriaan Hiram, Fatikha tersenyum dan menghapus air matanya. Tiba-tiba ia seperti mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan spesial yang bisa mengeluarkan dirinya dari seluruh problematika dihadapannya. Tingkah lucu, gelak tawa, dan celoteh Hiram sanggup membuat dirinya merdeka dari area gelap yang menekan batinnya. Kau benarbenar karunia tak tergantikan, gumamnya sambil memandang wajah Hiram. Ya Allah..., apapun takdir-mu, mohon jangan pisahkan hamba dengan Hiram. Beri Hamba kekuatan untuk menjaga dan menemani amanah-mu ini. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Fatikha sangat menyayangi Hiram. Hiram pun sangat dekat dengan Fatikha setelah Mahali meninggal. Ia juga menghormati dan menyayangi Ibunya. Jika dikaitkan dengan kehidupan, Hiram adalah anak yang sopan dan patuh dengan orang tua. Seorang ibu yang dipaksa untuk

161 149 membesarkan anaknya sendirian. Dengan kasih sayang seorang ibu terhadap anak juga mereka masih semangat menghadapi lika-liku kehidupan di Ngurawan. 2) Kekerabatan Mahali dengan Sahabat Kekerabatan terhadap sahabat dalam novel Kubah di Atas Pasir adalah kekerabatan hubungan Mahali dengan sahabat kecilnya di yayasan yang bernama Rahadi. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Mahali tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Ia menyentuh lengan Rahadi, sahabat kecilnya di yayasan. Kau tahu siapa gadis itu? tanyanya setengah berbisik. Rahadi memandang ke arah yang ditunjuk Mahali. Gadis berjilbab ungu? tanyanya sambil mengangkat bahu. Mahali mengangguk. Fatikha...,adik kelas kita. Mahali tersenyum. Wajahnya benar-benar berubah... aku nyaris tidak mengenalinya. Tertarik? ujar Rahadi dengan mimik serius. Mahali tertawa tanpa memberikan jawaban. (Kubah di Atas Pasir: 40-41) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Mahali bertemu dengan sahabat kecilnya di yayasan. Ia bertanya gadis adik kelasnya dengan Rahadi. Kaitannya dengan kehidupan ialah mulai dari rasa penasaran hingga berubah menjadi rasa suka. Beruntung jika memiliki teman yang mau dijadikan batu lompatan mengenai perkenalan dengan seorang cewek yang cantik. Seperti halnya yang dialami oleh Mahali dalam kutipan di atas.

162 150 b. Aspek Cinta Kasih Aspek cinta kasih dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani digolongkan menjadi tiga macam yaitu cinta kasih terhadap keluarga, dan cinta kasih terhadap lawan jenis. 1) Cinta Kasih Terhadap Keluarga Cinta kasih terhadap keluarga digambarkan saat Hiram meminta permintaannya kepada Fatikha bahwa ia memantau emaknya bekerja dan tidak ingin melanjutkan menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hal ini terlihat dari kutipan dibawah ini. Aku ingin membantu Emak. Fatikha tertawa. Bukankah selama ini kamu sudah membantu Emak? Hiram diam sesaat. Maksudnya..., aku ingin membantu Emak sepenuhnya. Kening Fatikha berkerut. Ia benar-benar belum mengerti maksud Hiram. Jelaskan pada Emak apa sebenarnya keinginanmu. Aku ingin seperti para lelaki Ngurawan. Menghidupi keluarga. Dan Emak tidak perlu lagi menjadi buruh pemecah batu. (Kubah di Atas Pasir: 237) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Hiram lebih suka membantu emaknya bekerja agar emaknya tidak menjadi buruh pemecah batu lagi. Hiram ingin seperti lelaki Ngurawan yang lainnya. Kaitannya dengan kehidupan ialah Hiram sebagai sosok lelaki yang mandiri dan memiliki pemikiran yang dewasa. Ia sosok yang sayang dengan keluarga khususnya ibunya yang sudah membesarkannya. Seperti contohnya seorang anak yang rela

163 151 meninggalkan pendidikannya demi membantu orang tuanya yang sudah menyayangi kita sejak dalam kandungannya. Selain itu, Fatikha juga ingin membantu Mahali untuk bekerja sebagai pemecah batu di area penambang. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Seperti janjinya pula, Fatikha tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri memasak, mencuci, dan menyediakan keperluan Mahali. Setelah sarapan bersama, Fatikha pergi ke gubuk yang telah didirikan oleh Mahali. Ia membantu Mahali menjadi salah satu pekerja pemecah batu. Sebenarnya, Mahali keberatan. Ia ingin Fatikha di rumah sebagai ibu rumah tangga. Tetapi, Fatikha bersikeras. Izinkan aku membantumu. Tapi aku tidak bisa seperti mereka-mereka yang bekerja hingga sore hari. Aku harus menyediakan waktu untuk anak-anak yayasan. Dan Mahali tidak bisa menolak. (Kubah di Atas Pasir: 54-55) Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Fatikha tidak akan lupa tugas seorang istri walaupun ia membantu Mahali menjadi salah satu pekerja pemecah batu. Sebagai suami, ia merasa keberatan ketika istrinya minta izin untuk bekerja. Tetapi, ia juga tidak bisa menolaknya. Cinta kasih terhadap keluarga juga ditunjukkan oleh Mahali dan Fatikha. Kebahagiaan Fatikha terjadi ketika ia hamil setelah menikah dengan Mahali. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Mahali tercengang. Untuk waktu yang lama, ia mencoba menduga-duga. Lalu, tiba-tiba tubuhnya bereaksi dengan bergerak memutar. Kamu... kamu... banyak kata yang ingin diucapkan Mahali. Tetapi, semua kata seperti sirna oleh deruan napas. Fatikha mengangguk. Aku hamil...

164 152 Ya Allah..., terima kasih atas karunia-mu ini! pekik Mahali saraya memeluk tubuh Fatikha. Ia mencium kening istrinya lama sekali. Kebahagiaannya mengudara seperti hempasan gelombang yang tak henti membahana di atas samudera. Ini hadiah yang sekian lama,kuimpikan. Ujarnya serak. Fatikha memejamkan mata. Ia merasakan air hangat membasahi keningnya. Ia pun tak mampu membendung kebahagiaan. Ia terisak di dada Mahali. (Kubah di Atas Pasir: 61) Mahali tegak terkejut melihat keberadaan Fatikha di ruangan itu. Ia maju mendekati Fatikha. Fatikha menurunkan Hiram dari pangkuannya. Fatikha tegak memandang Mahali. Keduanya bertatapan sekian lama tanpa ada yang berucap. Detik selanjutnya, Mahali merengkuh tuhub Fatikha, memeluknya erat. Fatikha membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Mahali. Di antara helaan napas lelaki yang dicintainyaitu, Fatikha merasa bersandar pada sosok yang lebih kurus daripada yang diingatnya. Maafkan aku, bisik Mahali. Suaranya bergetar. Aku tidak mengindahkan saranmu. Cinta selalu memaafkan, sahut Fatikha datar. Tapi aku perlu penjelasaan Kang Mahali. Mahali melepaskan pelukannya. Saat itulah mata Mahali menangkap mata Hiram yang menatap sendu kearahnya. Mahali buru-buru mengangkat bocah itu dan di peluknya eraterat. Mahali menghujani Hiram dengan ciuman panjang. (Kubah di Atas Pasir: 146) Dari kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Mahali terkejut ketika Fatikha hamil. Dengan rasa bahagia ia memeluk Fatikha hingga meneteskan air mata. Cinta kasih yang lain terjadi ketika Mahali masih berada di tahanan. Ia terkejut dengan keberadaan Fatikha yang berada di ruangan. Hingga Fatikha tenggelam dalam pelukan Mahali. Pelukan itu terlepas karena Mahali melihat Hiram anak laki-lakinya.

165 153 Kaitannya dengan kehidupan ialah, seorang yang menjadi korban pengkambinghitaman dan menjadi tersangka. Selain itu, juga terjadi seorang pasangan suami istri yang saling menghargai satu sama lain. Hal tersebut, dapat dijadikan contoh untuk kita mengenai rasa saling menghargai satu sama lain dan saling percaya dengan pasangan kita. 2) Cinta Kasih Terhadap Lawan Jenis Cinta kasih anatara laki-laki dengan perempuan dalam novel Kubah di Atas Pasir yaitu cinta Mahali dengan Fatikha, cinta Ngadrim kepada Fatikha, dan cinta Hiram kepada Eleina. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Mahali mulai merenung dalam setiap embusan napas dan detak jantungnya. Mahali layaknya danau beratap senja merah yang tak berhenti menuangkan panorama spektakuler. Bersediakah kamu menikah denganku, Ikha? tanya Mahali pada pertemuan keempat mereka. (Kubah di Atas Pasir: 20) Aku mendirikan rumah sederhana, Ikha. Rumah hasil dari pekerjaanku sebagai penambang pasir, jelas Mahali sembari tersenyum. Fatikha terdiam. Rumah ini menanti kedatanganmu, Ikha. Fatikha kesulitan bicara. Memang hanya rumah sederhana. Tapi, kita akan mengubahnya menjadi surga... Fatikha memejamkan mata. Aku bersedia menjadi istrimu. Bisiknya lirih. Air bening membasahi wajahnya. (Kubah di Atas Pasir: 21-22)

166 154 Dari kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Mahali menyatakan cinta terhadap Fatikha tetapi mengajak Fatikha kepelaminan. Fatikha menjawab pertanyaan dari Mahali, ia bersedia menjadi istrinya. Perasaan cinta dirasakan oleh Ngadrim kepada Fatikha. Semenjak Fatikha janda dengan Mahali, Ngadrim menaruh hati pada Fatikha. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Fatikha... akhirnya Ngadrim angkat suara. Lelaki itu mulai menemukan dirinya kembali. Ngadrim berhasil mengingat kata-kata yang sudah disiapkan. Sebagai lelaki, aku terlambat memilih pasangan hidup. Tapi aku yakin, suatu saat aku menemukan jodohku. Aku tidak melihat seorang perempuan dari kecantikan, umur, atau lainnya. Aku menginginkan pasangan yang berpikir dewasa dan bisa diajak membenahi desa ini agar menjadi lebih baik. Fatikha mulai meraba-raba arah pembicaraan Ngadrim, tetapi ia memilih tidak menanggapi. Selama ini, aku mengenal banyak perempuan. Ngadrim melanjutkan bicara. Tapi aku melihat kamu berbeda dibandingkan mereka. Fatikha menahan napas. Kini semuanya mulai jelas. Ngadrim menatap wajah Fatikha. Aku berharap kamu bersedia menjadi pendampingku. Suaranya mengandung tekanan yang berbeda. Fatikha menundukkan wajah. Ia mendengar semua ucapan Ngadrim. Tetapi, hatinya tidak bersentuh. Bahkan, mendadak bayangan wajah Mahali bertebaran di lantai ubin dibawahnya. (Kubah di Atas Pasir: 192) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ngadrim menyampaikan rasa cinta kepada Fatikha untuk dijadikan pendamping hidup. Tetapi Fatikha tidak menjawab pertanyaan tersebut yang ada bayangan wajah Mahali bertebaran di lantai. Selain itu, perasaan cinta dirasakan oleh Hiram kepada Eleina. Semenjak Eleina datang ke Ngurawan untuk melaksanakan penelitian,

167 155 ia mulai menaruh hati pada gadis pirang asal Rusia. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Sesaat, Eleina dan Hiram saling pandang. Walau hanya sejenak, mereka merasakan sesuatu yang berbeda, asing dan tak mudah dimengerti. Dalam beberapa detik, keduanya seperti terbius dan masuk dalam lingkaran yang aneh. Dan hingga tiga gadis itu meninggalkan area penambang pasir, Hiram tetap berdiri layaknya terhipnotis. Eleina meninggalkan area penambangan dengan senyum yang berbeda. Ia merasakan sesuatu yang asing, tetapi membuatnya bahagia. Ia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata. Ia hanya bisa menggambarkannya dengan bahasa tubuh dan indranya. (Kubah di Atas Pasir: 276) Sepasang mata Eleina berbinar. Mumtaz Mahal? Hiram mengangguk. Hadiah cinta Shah Jahan untuk permasurinya, Mumtaz Mahal. Seorang lelaki yang mendedikasikan seluruh sisa hidupnya untuk memperlihatkan cintanya kepada sang permaisuri, sahut Eleina. Ini untukmu, kata Hiram. Eleina menunduk. Wajahnya terasa hangat. Terims kasih, Hiram. Tangannya menunjuk pada meniatur hasil karya tangannya. Ini juga untukmu. Hiram menguatkan diri meredakan debaran dadanya. Aku akan selalu mengingatnya. Terima kasih. Keduanya duduk dengan mata masing-masing menatap dua miniatur pasir di hadapan mereka. Meski tidak ada penjelasan apapun, keduanya dapat merasakan bahwa dua miniatur pasir itu adalah ungkapan yang mewakili hati mereka. Keduanya sama-sama ingin mempersembahkan sebuah bangunan cinta. (Kubah di Atas Pasir: 290) Dari kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Hiram menaruh harapan pada Eleina gadis pirang dari Rusia. Sejak pertemuan pertamalah ia merasakan rasa yang aneh dalam diri mereka. Jika dikaitkan dengan kehidupan ialah, tidak ada salahnya jika kita mencintai dan memiliki rasa dengan lawan jenis. Tetapi dengan

168 156 rasa tersebut tidak bisa dipaksakan apa yang sedang terjadi. Munculnya rasa tersebut tidak dapat dipaksa karena datangnya dengan sendiri. c. Aspek Pendidikan Aspek pendidikan merupakan aspek yang berhubungan dengan proses pembentukan kepribadian seseorang untuk menjadikannya manusia yang berpendidikan atau berilmu. Pendidikan yang terkandung dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yaitu pendidikan yang didapatkan dari bangku SD sampai kulaih dan mengajar mengaji di yayasan. 1) Pendidikan dari Bangku SD sampai Kuliah Pendidikan dari bangku SD sampai kuliah didapatkan oleh Hiram. Fatikha dalam novel ini, hanya mendapatkan pendidikan sampai di pesantren setelah di yayasan. Fatikha adalah anak yatim piatu tanpa sejarah dan asal-usulnya. Sejak kecil ia dibesarkan di yayasan Ar- Rahmah yang di kelola oleh Pak Karim. Namun, ia masih bisa menikmati sekolah. Pendidikan yang ia tempuh di Sekolah Dasar dan melanjutkan di pondok pesantren. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut. Satu-satunya hal yang membuat Fatikha bersyukur adalah ketika dirinya diterima di sebuah pesantren. Waktu itu, ia baru menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Keterbatasan finansial yayasan membuat lembaga tempat bernaungnya itu hanya sanggup menampung dan membiayai sekolahnya hingga tamat SD. Pesantren telah memberikan kebebasan kepadanya untuk menetap dan berlindung. Sebagian besar penghuninya adalah

169 157 anak-anak yang tengah melanjutkan pendidikan di kota. Untuk menompang hidup, ia membantu mencuci, menyetrika, berbelanja kebutuhan dapur, hingga memasak untuk penghuni pesantren. (Kubah di Atas Pasir: 18-19) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Fatikha setelah menyelesaikan sekolah dasar melanjutkan ke pesantren. Baginya pesantren sudah memberikan kebebasan untuk menetap dan berlindung. Mahali merupakan salah satu siswa di yayasan yatim piatu Ar- Rahmah. Di tempat itu, ia dapat memperoleh ilmu. Ia sebagai siswa yang berprestasi di sekolah sejak menjadi penjual koran, karena waktu belajarnya banyak tersita oleh rutinitas dan aktivitas yang ada di luar yayasan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini. Kamu hidup di yayasan, Mahali, kata Pak Karim, kepala lembaga yayasan Ar-Rahmah di sebuah malam. Yayasan berbeda dengan tempat lain di luar sana. Di sini, aturan-aturan yang ada harus dipatuhi. Mahali terdiam dan menunduk. Ini bukan pertama kali ia dipanggil kepala yayasan. Kamu sudah kelas enam. Sebentar lagi kamu akan meninggalkan tempat ini. Maka bapak minta kamu bisa menjaga dan memenuhi aturan-aturan yayasan, sambung Pak Karim. Memang tidak mudah, tetapi inilah yang harus kamu jalani. (Kubah di Atas Pasir: 24) Mahali bukan anak yang berprestasi di sekolah. Ia rangking dua saat duduk di bangku kelas tiga. Tapi, setelah menjadi penjual koran, prestasinya tidak menonjol. Waktu belajarnya banyak tersisa oleh rutinitas dan aktivitas di luar yayasan. (Kubah di Atas Pasir: 29) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Mahali saat itu duduk di kelas enam yang membuat masalah dengan Pak Karim sebagai ketua lembaga yayasan Ar-Rahmah. Ketika ia duduk di bangku

170 158 kelas tiga pernah mendapat rangking dua. Tetapi, semenjak menjadi penjual koran prestasinya tidak menonjol lagi. Hiram adalah anak prestasi asal Ngurawan. Di usia tujuh tahun, ia masuk di pesantren anak. Setelah itu, Fatikha tidak bisa membiayai sekolah di pesantren anak. Akhirnya dipindah di madrasah. Sejak kelas dua sampai kelas lima di madrasah selalu dinobatkan sebagi siswa berprestasi. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini. Hari-hari berlalu dengan cepat. Tanpa terasa Fatikha sudah menemani Hiram selama enam tahun melintasi kehidupan di yayasan. Kini, hiram telah menjelma sebagai bocah tanggung; sosok yang beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 6 madrasah.mulai kelas 2 hingga kelas 5, Hiram selalu dinobatkan sebagai murid berprestasi dengan menduduki rangking satu. Sebuah prosesi yang membanggakan dan mengantarnya meraih beasiswa hingga ia bisa bersekolah tanpa biaya. (Kubah di Atas Pasir: 90) Setelah ujian akhir kelas enam, Hiram dinyatakan lulus. Pada acara pelepasan siswa, untuk sekian kalinya, Hiram diumumkan sebagai peraih nilai tertinggi, bukan saja di sekolah, melainkan juga tertinggi tingkat kabupaten. Fatikha naik ke atas panggung dengan mata berkaca-kaca. Ketika menerima penghargaan, Fatikha memejamkan mata. Di dalam kegelapan pandangannya, ia tak henti mengucapkan syukur. (Kubah di Atas Pasir: 91) Pada kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Hiram anak yang pandai. Kepandaiannya terlihat dari prestasi yang ia dapat. Setelah Hiram lulus ia melanjutkan di madrasah tsanawiyah negeri dan mendapat beasiswa serta diterima di sebuah Universitas di Rusia. Hel ini terlihat dalam kutipan berikut ini. Beberapa hari kemudian, Fatikha bersujud syukur atas karunia kebahagiaan yang diberikan Tuhan. Secara resmi Hiram di

171 159 terima di madrasah tsanawiyah negeri. Kini dengan tenang ia dan Hiram bisa leluasa melewatkan liburan akhir tahun pelajaran di Ngurawan. Sepanjang itu, Fatikha menyiapkan segala keperluan sekolah Hiram mulai dari peralatan tulis, tas, seragam, sepatu, dan buku-buku penunjang. Yang menyenangkan, semua itu dibeli Fatikha dengan uang penghargaan yang diperoleh Hiram. Inilah untuk pertama kalinya Fatikha menuntun Hiram masuk beberapa toko dengan membawa uang lebih. Tetapi, Fatikha tetap mengedepankan sikap sederhanaan. Fatikha sadar, perjalanan Hiram masih cukup panjang. Ia harus cermat menghitung pengeluaraan. (Kubah di Atas Pasir: 98) Hiram membacanya dengan seksama, lalu berpaling dan menatap Eleina. Hari ini, ia merasa menerima hal-hal yang tak masuk akal dan tak pernah dibayangkan sebelumnya. Tak mungkin, Eleina. Aku tak bisa menerima ini. Eleina tersenyum. Kesempatan tak pernah datang dua kali. Ambillah kesempatan itu atau kamu akan menyesal. Fatikha memperhatikan dengan mimik bertanya-tanya. Mak, panggil Eleina, Hiram mendapat beasiswa dan diterima di sebuah Universitas di Rusia. (Kubah di Atas Pasir: 357) Dari beberapa kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Hiram melanjutkan ke madrasah tsanawiyah negeri. Sejak diterima di madrasah tsanawiyah negeri, ia bersama Fatikha sibuk mempersiapkan segala kebutuhan sekolah baru. Setelah itu, ia terkejut dengan bundel lembaran yang berisi ia mendapatkan beasiswa dan diterima di sebuah Universitas di Rusia berkat Eleina. Jika dikaitkan dengan kehidupan ialah prestasi dalam dunia pendidikan sangat penting. Dengan biaya yang tidak murah, sebaiknya mereka menyadari hal tersebut. Hiram adalah sosok anak yang pintar, tidak sombong. Sosok Hiramlah yang perlu dicontoh agar kita menjadi

172 160 orang berprestasi dan mendapatkan beasiswa hingga dapat diterima di Universitas. 2) Mengajar Mengaji di Yayasan Mengajar mengaji yang dilakukan Fatikha di yayasan sebelum menikah. Sekarang Fatikha menjadi guru mengaji tanpa upah. Ia mengajak Eleina, Czarina, dan Katya ke yayasan untuk menemaninya mengajar. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Sebelum menemui anak-anak di yayasan, Fatikha menuntun Eleina, Czarina, dan Katya mengelilingi yayasan dan bercerita tentang tempat penampungan anak-anak yatim piatu itu. Tak lupa, Fatikha memperkenalkan mereka pada Pak Karim. Ketika akhirnya mereka menemui anak-anak, para bocah penghuni yayasan itu menyambut dengan semangat yang berbeda. Kemarin, mereka sudah diberi tahu oleh Fatikha bahwa mereka akan kedatangan tamu dari Rusia. Bergantian, Eleina, Czarina, dan Katya berdiri di depan anakanak. Mereka adalah gadis-gadis muda yang cerdas dan memiliki segudang pengalaman hingga mereka tidak menemukan kesulitan berbagi dan menyuntikkan motivasi kepada anak-anak yayasan. Mereka pun menyadari tengah beraudiens dengan anak-anak. Maka mereka memilih cara dan kalimat-kalimat yang mudah dipahami anak-anak. Tak jarang pula, pemilihan kata dan pengucapan konsonan yang terdengar berbeda membuat suasana semarak oleh gelakan tawa. (Kubah di Atas Pasir: ) Berdasarkan kutipan di atas tergambar bahwa dengan kedatangan 3 gadis Rusia, ia ingin ikut ke yayasan tempat Fatikha mengajar. Sampai di yayasan Fatikha mengajar berkeliling area yayasan dan bercerita tentang yayasan. Ketika akhirnya mereka bertemu dengan anak-anak mereka menyambutnya dengan semangat. Kedatangan tiga gadis Rusia untuk memberikan motivasi.

173 161 Sebagai guru ngaji di sebuah pesantren tanpa gaji, ia ikhlas melakukannya. Dalam kehidupan nyata sangat jarang jika ada seorang guru tanpa ada upah untuk menggajinya. Namun, ia mampu melakukannya. Hal tersebut, sangat baik jika di contoh dan diterapkan dalam kehidupan kita. d. Aspek Kepercayaan atau Religi Aspek kepercayaan (religi) dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani terlihat dari hubungan religius yang ditunjukkan dengan ibadah shalat, berdoa kepada Allah, dan perbedaan agama. 1) Ibadah Shalat Ibadah shalat dalam novel Kubah di Atas Pasir ditunjukkan oleh pengarang ketika Fatikha tidak pernah lupa dalam melaksanakan kewajibannya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut. Hubungan kepercayaan/religi yang ditunjukkan dengan ibadah shalat dalam novel yaitu ketika Mahali dan Fatikha shalat serta ketika Fatikha shalat sendiri. Hal ini dilihat dalam kutipan di bawah ini. Ketika Mahali dan Fatikha berjamaah shalat magrib, mereka mendengar suara ketukan di pintu. Setelah menyelesaikan shalat, Mahali beranjak ke depan. Saat membuka pintu, Mahali tercengang. Ia mendapati empat lelaki berseragam polisi. (Kubah di Atas Pasir: 119) Berdasarkan kutipan di atas tergambar bahwa Fatikha dan Mahali shalat magrib berjamaah sebelum terdengar ketukkan pintu rumah. Ketika mendengar suara ketukan pintu Mahali segera beranjak

174 162 ke depan. Saat pintu di buka ternyata Mahali tercengang dengan keberadaan empat laki-laki yang mengenakan seragam polisi. Eleina berjalan menjahui dinding. Tiba-tiba ia mendengar Fatikha mengucapkan kata-kata yang tak ia pahami. Eleina mendekat. Kini, dari tempatnya, ia menyaksikan Fatikha berdiri di atas hamparan sajadah. Eleina tidak beranjak dari tempatnya, mengawasi setiap gerakan dan mendengarkan setiap ucapan Fatikha. Ketika Fatikha selesai menunaikan shalat dan duduk melafalkan kalimat-kalimat tasbih, Eleina berjongkok mendengarkan. Saat Fatikha mengangkat kedua tangannya berdoa, Eleina merasakan dadanya berdebar. Ia merasa ada sesuatu yang menarik dirinya. Ia tidak mengerti apa yang diucapkan Fatikha, tetapi Eleina bisa merasakan sensasi spektakuler yang belum pernah dirasakan di sepanjang hidupnya. Dan tanpa sadar, manakala Fatikha mengusap wajah dengan kedua tangannya, ia berbisik lirih menirukan kalimat terakhir Fatikha. Amiin... (Kubah di Atas Pasir: 280) Eleina mendengar Fatikha mengucapkan kata-kata yang tidak dipahami. Eleina mendekat dan menyaksikan Fatikha berdiri di hamparan sajadah. Setelah selesai shalat, kemudian duduk menghafal kalimat-kalimat tasbih yang membuat Eleina berjongkok. Ketika Fatikha mengangkat tangannya untuk memanjatkan doa, Eleina merasakan sebuah getaran didadanya dan ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Bahkan, Eleina tidak mengerti apa arti yang telah diucapkan Fatikha. Setelah shalat magrib, Fatikha terpaku diam di belakang jendela salah satu ruang yayasan. Tampak olehnya anak-anak mulai belajar di aula yayasan. Fatikha menarik napas dan mengalihkan perhatiannya. Langit sudah gelap. Tiba-tiba Fatikha berharap Eleina muncul di halaman yayasan dan tergopoh-gopoh mencari dirinya. Tetapi, halaman yayasan tetap lengang. Yang terdengar adalah suara gemerisik anak-anak yayasan yang tengah belajar. (Kubah di Atas Pasir: 340)

175 163 Berdasarkan kutipan di atas Fatikha terpaku di belakang jendela ruangan yayasan setelah shalat magrib. Fatikha menarik sebuah napas dan mengalihkan perhatiannya. Fatikha tiba-tiba berharap Eleina muncul di halaman yayasan dan tergopoh-gopoh mencari dirinya. Tetapi, halaman yayasan tetap terlihat lengang. Dalam keadaan apapun, sebagai orang muslim wajib melaksanakan ibadah shalat. Jika seorang muslim satu kali tidak melakukan shalat maka ia berdosa besar. Sosok Fatikha yang tidak pernah meninggalkan shalat mampu dijadikan contoh untuk umat muslim yang lainnya. 2) Berdoa kepada Allah Berdoa merupakan sarana media komunikasi dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat ditunjukkan ketika Fatikha memohon kepada Allah untuk mengadu segala keluh kesahnya. Fatikha sering menatap wajah Hiram saat tertidur. Ia kerap terdiam ketika melihat wajah Hiram baginya Hiram sudah menggantikan apa yang sudah diambil oleh Allah. Dalam munajatnya ia memohon agar dapat menjadi makhluk yang tunduk atas perintah-nya. Hal ini terlihat dari kutipan sebagai berikut. Saat Hiram tertidur, Fatikha sering menatap wajah anak lelakinya itu. Ia kerap tertegun, betapa kuasa Tuhan menggoreskan wajah suaminya pada wajah Hiram.untuknya, Hiram telah mengembalikan apa yang sudah diambil oleh Allah. Saat demikian, Fatikha tak habis bermunajat. Ya Allah..., terima kasih telah Engkau titipkan wajah yang sama pada wajah anak hamba. Hamba merasa inilah kreasi keagungan-mu agar hamba selalu bersyukur. Hamba percaya, takdir-mu adalah jalan teraik yang Engkau pilihkan untuk hamba. Ya Allah, terima kasih telah Engkau pilihkan untuk hamba. Ya Allah, terima

176 164 kasih telah Engkau amanahkan Hiram kepada hamba. Terima kasih telah Engkau kirimkan makhluk terindah-mu kepada hamba... Hamba akan menjaga agar ia menjadi makhluk yang tunduk kepada perintah-mu. (Kubah di Atas Pasir: 14) Di malam-malam sepinya, Fatikha sering menumpahkan segala penyesalannya. Ya Allah, ampuni hamba yang telah berpaling dari wajah-mu. Ampuni hamba dengan cara-mu. Hamba percaya, ini adalah bentuk cinta-mu. Hamba yakin, Engkau selalu punya rencana yang lebih baik. (Kubah di Atas Pasir: 16) Fatikha sering menatap wajah Hiram saat tidur. Ia kerap terdiam ketika melihat wajah Hiram baginya Hiram sudah menggantikan apa yang sudah diambil oleh Allah. Dalam munajatnya ia memohon agar dapat menjadi makhluk yang tunduk atas perintah-nya. Ketika berada di suasana sepi dan malam-malam yang sepi, Fatikha sering menumpahkan segala penyesalannya kepada-nya serta memohon ampun kepada Allah. Fatikha mengajak Hiram meninggalkan rumah Pak Karim. Saat hendak memasuki ruangan di yayasan, Fatikha melihat Pak Karis bergegas meninggalkan rumahnya. Fatikha menatap sosok lelaki itu hingga lenyap di tikungan. Fatikha memejamkan mata. Ya Allah..., panjangkan usia Pak Karim hingga hamba dapat membalas semua kebaikannya. (Kubah di Atas Pasir: 85) Melihat keceriaan Hiram, Fatikha tersenyum dan menghapus air matanya. Tiba-tiba, ia seperti mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan spesial yang bisa mengeluarkan dirinya dari seluruh problematika dihadapannya. Tingkah lucu, gelak tawa, dan celoteh Hiram sanggup membuat dirinya merdeka dari area gelap yang menekan batinnya. Kau benar-benar karunia tak tergantikan, gumamnya sambil memandangi wajah Hiram. Ya Allah..., apapun takdir-mu, mohon jangan pisahkan hamba

177 165 dengan Hiram. Beri hamba kekuatan untuk menjaga dan menemani amanah-mu ini. (Kubah di Atas Pasir: ) Fatikha mengajak Hiram meninggalkan rumah Pak Karim saat masuk ruangan di yayasan. Ia melihat Pak Karim meninggalkan rumahnya hingga Fatikha menatap sosok lelaki itu lenyap ditikungan. Fatikha tersenyum dan menghapus air matanya ketika melihat Hiram ceria. Ia merasa seperti mendapatkan kebahagiaan tersendiri. Dari tingkah lucunya, gelak tawanya, dan celotehannya yang sanggup membuat dirinya merdeka dari area gelap yang menekan batinnya. Dari tempatnya, Fatikha bisa mendengar suara Eleina memanggil namanya. Ia pun bisa melihat gadis itu melambaikan tangan. Ya Allah, jika kehendak-mu akan mempertemukan kembali Eleina dengan Hiram, mohon berikan hamba-mu kepada gadis itu. Hamba mencintainya. Tapi, hamba tahu, Engkau memberikan batasan untuk cinta. Fatikha menengadah. Hatinya terpadati oleh desiran. Ya Allah, mohon buka batasan itu untuk hamba, untuk Hiram, dan untuk Eleina. (Kubah di Atas Pasir: ) Fatikha melepas kepergian eleina di bawah temaran langit Ngurawan. Fatikha bisa mendengar suara Eleina memanggil namanya dan ia bisa melihat gadis itu melambaikan tangannya. Perpisahan itu membuat Fatikha berdoa agar Sang Pencipta segera mempertemukan Hiram dengan Eleina kembali. Hal ini jika dikaitkan dengan kehidupan maka seorang umat muslim juga berdoa kepada Allah sebagai tempat mengadu segala masalah, rasa, hal yang menjangal pikiran dan hati kita. Tak ada tempat

178 166 lain umat islma untuk mengadu segala masalah yang telah dialami selain kepada Allah. 3) Bersyukur Bersyukur merupakan sebuah ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah diberikan. Dalam novel Kubah di Atas Pasir terlihat saat Mahali bersyukur kepada Allah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Fatikha mengangguk. Aku hamil... Ya Allah..., terima kasih atas karunia-mu ini! pekik Mahali seraya memeluk tubuh Fatikha. Ia mencium kening istrinya lama sekali. Kebahagiaannya mengudara seperti hempasan gelombang yang tak henti membahana di atas samudera. Ini hadiah yang sekian lama kuimpikan, ujarnya serak. (Kubah di Atas Pasir: 61) Dari kutipan di atas, tergambar bahwa Mahali bersyukur kepada Allah ketika mendengar kabar Fatikha hamil. Kabar gembira itu dijadikan hadiah terindah dari Sang Pencipta. Selain itu, Fatikha juga bersyukur dengan adanya Hiram dalam kehidupannya. Dan ia juga bersyukur kepada Allah. Hal tersebut terlihat dari kutipan di bawah ini. Fatikha segera menjawab. Ia seakan tengah terpesona dengan perubahan Hiram. Ia memberikan roti kepada Hiram, lalu memandangi bocah itu. Ya Allah..., betapa dia benar-benar berubah. Rembulanku ini begitu anggun, bisik hatinya. (Kubah di Atas Pasir: 70) Fatikha berhenti di pinggiran sungai di dekat rumahnya. Ia menegadah mengucap syukur bahwa Allah telah mempertemukan Ngadrim kepada Sumairah. Kehadiran Sumairah di sisi Ngadrim telah memutuskan dirinya dari kepanikan-kepanikan yang selalu menghantui benaknya.

179 167 Keberadaan Sumairah akan mengeluarkan dirinya dari dunia yang menempatkan sosoknya sebagai perempuan yang tak henti menjadi pergunjingan. Kini, Fatikha tak lagi didera kegelisahan dengan kemunculan Ngadrim dirumahnya. (Kubah di Atas Pasir: 229) Di tempatnya, Fatikha tak bisa membendung air matanya. Ia mendongkak. Ya Allah..., hari ini kau tunjukkan kuasa-mu. Kau perlihatkan bahwa rekayasa-mu adalah yang terbaik. Terima kasih atas anugerah spesial ini, Ya Allah... (Kubah di Atas Pasir: 356) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas tergambar bahwa Fatikha terpesona melihat perubahan Hiram selama di pesantren. Fatikha bersyukur kepada Allah karena Ngadrim telah dipertemukan dengan Sumairah. Di setiap rasa dan keadaan apapun, ia selalu bersyukur kepada Allah. Sebagai umat muslim yang patuh, dalam keadaan apapun itu sebaiknya kita harus bersyukur dengan apa yang terjadi pada kita. Hanya dengan ini sebagai muslim muslimah yang dapat dilakukan entah itu sedih, kecewa, dan senag kita diharapkan harus bersyukur. 4) Berserah Diri kepada Allah Berserah diri merupakan segala perubahan yang telah dilakukan kemudian menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Allah. Hal ini terlihat ketika Fatikha memohon kepada Allah dan menyerahkan semua keputusan yang Allah berikan tentang permasalahannya. Ya Allah..., beri hamba petunjuk agar bisa melewati cobaan- Mu ini dengan ikhlas. Jika memang Kau takdirkan Hiram tetap berada di pesantren, turunkan kuasa-mu. Kalau kau tulis pesantren menjadi persinggahan sementara bagi Hiram, beri hamba maklumat jalan-mu. Hamba percaya, Kau penentu yang

180 168 bijaksana, bisik Fatikha tanpa mengalihkan pandangannya dari lingkaran langit. (Kubah di Atas Pasir: 79) Hingga menjelang hari yang ditentukan, Fatikha tidak menemukan solusi untuk melunasi biaya Hiram. Malam hari sebelum keberangkatannya ke pesantren, Fatikha mengakhiri doanya. Ya Allah..., hamba telah berusaha. Tapi kau belum menjawab. Bagi hamba, mungkin ini syarat-mu. Hamba tahu apa yang harus hamba lakukan. (Kubah di Atas Pasir: 80) Ketika dalam keadaan susah, ia selalu berserah diri kepada Allah. Seperti saat Fatikha tidak bisa melunasi sekolah Hiram di pesantren anak-anak hingga menjelang hari yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Fatikha duduk sendirian di teras mushala. Hiram ia biarkan bermain di halaman tempat ibadah itu. Fatikha berusaha melarut dalam hening, mengabaikan segenap hal yang mengoyak pikirannya. Lalu, perlahan-lahan ia menyapa Tuhannya. Ya Allah..., jika semua ini cobaan-mu, hamba ikhlas menerimanya. Tapi mohon, berikan hamba kepastian agar hamba tidak tenggelam dalam prasangka buruk terhadap suami hamba. Ya Allah..., kalau semua ini teguran-mu, hamba mohon ampunan- Mu. Karuniai hamba petunjuk dan kekuatan untuk memperbaiki kesalahan. Hamba percaya, Engkau satu-satu Penguasa Yang Maha adil. (Kubah di Atas Pasir: ) Ya Allah..., Engkau pemilik segalanya. Hamba hanyalah makhluk yang menjalani semua titah-mu. Hamba mohon, selamatkan suami hamba dari segenap ujian-mu. Hamba percaya, Engkau tidak akan menguji seorang hanba kecuali dia mampu menanggungnya. (Kubah di Atas Pasir: 156)

181 169 Fatikha membiarkan Hiram bermain di halaman teras mushala saat Fatikha duduk. Fatikha berusaha melarutkan diri dalam heningnya dan mengabaikan segala hal yang menganggu pikirannya. Hanya berserah diri juga yang dapat dilakukan oleh umat muslim. Dengan keadaan apapun itu, kita harus berserah diri kepada Allah. 5) Perbedaan Agama Hubungan religi dengan perbedaan agama yang ditunjukkan dalam novel. Ketika Eleina mulai suka dengan Hiram tetap berbeda kepercayaan. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini. Siapa idolamu? tiba-tiba Eleina memecahkan keheningan di antara mereka. Hiram tersenyum, menyikirkan kecemasannya. Rasul Muhammad. Eleina mengeryit. Rasul Muhammad? Hiram merendahkan pandangan. Seorang utusan Tuhan dalam kepercayaanku. Seorang nabi pembawa risalah. Seorang rasul yang sangat mencintai umatnya, jelasnya. Dia juga mengajarkan tentang cinta? Hiram mengangguk. Cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama, dan cinta kepada alam. Ceritakan, bagaimana kepercayaanmu memandang cinta? Cinta adalah anugerah agung. Cinta diciptakan bersamaan dengan diciptakannya dua manusia pertama, Adam dan Hawa. Cinta merupakan area sakral yang didalamnya mengalir konsensus ketuhanan hingga pantang dicemari oleh keinginankeinginan yang membuta. Cinta bukan saja penyatuan, melainkan juga khazanah yang mengajarkan keikhlasan, pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan. Jika segala hal dilandasi cinta, kedamaian dan kebahagiaan akan hadir. Bagaimana agamamu memandang orang yang berlainan agama? Kami menghormatinya. Dan kami punya landasan, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Kami dilarang memaksa. Rsul Muhammad menyebarkan Islma dengan bahasa cinta seperti yang diajarkan Tuhan dalam firman-riman-nya.

182 170 Eleina terdiam tampak merenungkan ucapan Hiram. Aku akan memberimu beberapa buku tentang Islam, kata Hiram. Terima kasih. (Kubah di Atas Pasir: ) Hiram berbincang-bincang dengan Eleina mengenai kecintaannya dengan Tuhan, Rasul, Muhammad, sesama manusia, dan kepada alam. Hingga Hiram akan meminjamkan buku bacaan Islam kepada Eleina karena mereka berdua berbeda keyakinan. Hiram menengadah. Percayalah, cinta selalu punya cara. Eleina memindahkan tatapannya. Ada yang mengusik dalam buku itu. Hiram menoleh. Ia melihat wajah Eleina berubah murung. Tibatiba ia merasa tak nyaman. Mungkin aku bisa menjelaskan. Seorang muslim tidak boleh menjalin cinta dengan... Segala sesuatu selalu dibatasi, sela Hiram. Termasuk cinta? Hiram mengangguk. Tapi, batasan ini merupakan cara untuk meletakkan cinta di tempat yang semestinya. Batasan itu juga untuk mengukur sejauh mana cinta seseorang kepada Tuhan- Nya.cinta adalah anugerah terbesar Tuhan. (Kubah di Atas Pasir: 300) Eleina gadis terbaik yang pernah Emak kenal. Tapi kamu harus ingat, kita berbeda keyakinan dengan Eleina. Hiram kian tidak mengerti dan binggung. Fatikha tidak peduli. Meski hanya sekali dalam hidupnya, ia pernah jatuh cinta. Ia tahu bagaimana sikap-sikapnya, Fatikha menangkap bahwa Hiram mulai menyukai Eleina, begitu pula sebaliknya. Kini, saatnya ia meningkatkan sebelum semuanya terlanjur. Fatikha tak ingin Hiram dibutakan oleh cinta hingga melupakan segalanya, termasuk keyakinannya. (Kubah di Atas Pasir: 324) Fatikha memperhatikan sekali lagi. Dan ia terpengarah. Foto itu memperlihatkan Eleina menengadahkan wajah dalam balutan jilbab berlatar Kakbah. Awalnya, Fatikha mengira latar belakang foto itu berupa lukisan. Tetapi, setelah diperhatikan dengan

183 171 seksama, Fatikha yakin, latarnya bukan lukisan. Kau mengunjungi Makkah? Duganya. Fatikha tidak tahu apa maksud Eleina memberikan foto itu, hingga akhirnya ia menemukan tulisan di balik foto. 17 Januari 2014 Ikrar syahadat di depan rumah Allah: Kakbah. Fatikha memejamkan mata. Tubuhnya mengigil gemetar. Air matanya tumpah. Perlahan, Fatikha menekuk tubuhnya, lalu bersujud di atas tanah. (Kubah di Atas Pasir: 358) Dari kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa Hiram dengan Eleina berbeda keyakinan. Dengan perbedaan keyakinan, Fatikha khawatir jika Hiram melupakan aturan yang ada dalam agama islam sehingga ia menginggatkan pada Hiram. Tanggal 17 Januari 2014 Eleina menjadi seorang gadis muslim yang telah mengucapkan ikrar syahadat di depan rumah Allah: Kakbah. Perbedaan agama jika dikaitkan dengan kehidupan maka umat islam membatasi. Jika umat muslim dengan umat nasrani melakukan hubungan maka dalam agama islam dilarang karena bukan sesama agama. Jika mereka ingin melakukan pernikahan maka salah satu dari mereka ada yang mau pindah agama. e. Aspek Perekonomian Ekonomi diartikan sebagai data cara hidup masyarakat dari berbagai golongan dan status ekonominya. Aspek ekonomi dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yaitu sederhana ekonomi. Dimana warga Ngurawan yang hanya bekerja sebagai penambang pasir dan pemecah batu. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini.

184 172 Teori mudah diucapkan, tapi sulit dijalankan, kata Ngadiredjo menanggapi pembicaraan Fatikha menyangkut pendidikan anakanak Ngurawan. Ekonomi masyarakat Ngurawan sangat minim. Mereka mengandalkan penghasilan dari upah buruh di perkebunan, menambang pasir, dan memecah batu. Masalah lainnya, sekolah terdekat jaraknya sangat jauh. (Kubah di Atas Pasir: 58) Sebagai buruh pemecah batu, Fatikha sudah berusaha keras agar memenuhi target, setidaknya bisa untuk membayar biaya Hiram di pesantren. Akan tetapi keadaan Fatikha sekarang tidak sama dengan ketika Mahali masih bekerja sebagai penambang. Saat itu, selain menambang pasir, Mahali juga menambang batu. Pekerjaan memecah batu dilakukan sendiri oleh Fatikha hingga hasil dari batu yang dijual sepenuhnya menjadi milik mereka. (Kubah di Atas Pasir: 78) Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa warga Ngurawan mempunyai golongan ekonomi menengah bawah. Warganya yang hanya bekerja sebagai penambang pasir dan pemecah batu hanya cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari sehingga anak-anak Ngurawan tidak ada yang sekolah kecuali Hiram. Hiram adalah satu-satunya anak Ngurawan yang sekolah. Tetapi, ketika Hiram sekolah pun Fatikha sempat mengalami kesulitan membiayai Hiram untuk sekolah. Perekonomian yang sederhana jika dikaitkan dengan kehidupan maka sangat memprihatinkan karena desa seharusnya memiliki tempat untuk menuntut ilmu. Entah itu berupa sangar atau yang lainnya. Namun, memang pola pikir warga juga yang tidak mau untuk dirubah. Di era yang serba maju ini seharusnya tidak ada hal seperti itu yang terjadi dalam kehidupan nyata.

185 173 f. Aspek Kebudayaan/Adat Kebudayaan merupakan adat-istiadat yang menjadikan ciri khas daerah untuk membedakan daerah satu dengan yang lainnya. Aspek kebudayaan atau adat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yaitu warga Ngurawan melaksanakan upacara tradisi nyekar. Tradisi nyekar yang dilakukan oleh warga Ngurawan saat bulan Maulud untuk memanjatkan doa. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. Di bulan Maulud, penghuni Ngurawan melakukan upacara tradisi nyekar ke makam Kepatihan. Mereka memanjatkan doa agar Ngurawan diberi berkah dan selamat dari bencana. Pada awalnya, Ngurawan sebatas dihuni olwh generasi yang lahir di Ngurawan. Tapi, seiring waktu, hadir para pendatang yang mencoba mengadu nasib sebagai penambang pasir. Kehadiran para pendatang bukan saja mewarnai kolektivitas warga Ngurawan, melainkan juga menambah kultur budaya warga. (Kubah di Atas Pasir: 34-35) Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa Ngurawan memiliki tradisi dari nenek moyang yang turun temurun hingga waktu itu. Dimana ketika di bulan Maulud warga Ngurawan melaksanakan tradisi nyekar ke makam Kepatihan guna untuk memanjatkan doa agar Ngurawan diberi berkah dan selamat dari sebuah bencana. Kaitannya dengan kehidupan ialah, tradisi nyekar menjelang bulan maulid memang masih berjalan hingga saat ini dibeberapa wilayah. Tradisi kejawen yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita. Dan bersyukur tradisi tersebut masih digunakan oleh beberapa wilayah yang masih mempercayai tradisi nyekar untuk memohon keselamatan dan lain-lainnya.

186 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani di Kelas XII SMA Dalam pembelajaran di SMA, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas. Dengan demikian, guru dapat mengajarkan sastra dengan baik dan diharapkan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Selain memiliki pengetahuan yang laus seorang guru juga harus memiliki pengalaman yang luas tentang karya sastra dan pengetahuan menganalisis sebuah karya sastra khususnya novel. Supaya nantinya seorang guru dapat mengenalkan karya sastra dan menerapkan teori-teori tersebut untuk mengapresiasi karya sastra. Sebuah apresiasi karya sastra dapat menimbulkan perasaan, penalaran, daya imajinasi serta kepekaan masyaakat terhadap budaya, agama, dan lingkungan yang ada disekitarnya. Dalam proses belajar mengajar di kurikulum 2013 siswa di tuntun untuk aktif dan kreatif. Selain itu, guru juga dituntut untuk mampu membimbing dan mengerahkan siswa supaya nanti siswa dapat aktif,dan kreatif ketika mengikuti pembelajaran. Bahan pembelajaran siswa harus memahami latar belakang siswa yang akan diajarkan materi sastra. Sesuai dengan silabus kelas XII SMA semester genap yaitu standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. a. Kompetensi Inti

187 175 Pembelajaran sastra khususnya novel sesuai dengan kompetensi inti yang terdapat di dalam silabus, yaitu KI 3 memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humainora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian ilmu spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Berkaitan dengan pembelajaran sastra khususnya novel yang penulis kaji adalah novel Indonesia yang berjudul Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. Dalam certia ini terdapat nilai-nilai sosiologi sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran oleh siswa dengan mengambil nilai positif yang terdapat dalam novel tersebut. b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar pembelajaran sastra ini adalah menganalisis isi dan kebahasaan novel. c. Indikator Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui berapa besar pencapaian pembelajaran yang diajarkan. Indikator berfungsi sebagai tanda yang menunjukkan

188 176 terjadinya perubahan perilaku siswa. Indikator pembelajaran sastra ini, yaitu: 1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 2. Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. d. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan indikator di atas, tujuan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, yaitu. 1. Siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. 2. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat yang meliputi nilai kekerabatan, nilai cinta kasih, nilai pendidikan, nilai kepercayaan (religi) dan nilai perekonomian dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. e. Alokasi Waktu Sesuai dengan silabus, waktu yang disediakan untuk pembelajaran novel, yaitu 2 x 45 menit untuk 2x pertemuan. f. Materi Pembelajaran Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra. Materi pembelajaran nilai sosiologi dalam novel Kubah di Atas Pasir disesuaikan dengan indikator yang terdapat dalam

189 177 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disajikan di bawah ini. 1) Novel Novel berasal dari bahasa Itali, juga dari bahasa Latin yakni novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini kemudian muncul. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 11-12) menjelaskan bahwa kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Selain itu, Ginanjar (2012: 5) mengatakan bahwa novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Terjadinya konflik-konflik di dalam novel yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. 2) Unsur Intrinsik Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalias itu, di samping unsur formal bahasa masih banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam

190 178 unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian walau pembagian itu tidak benar-benar sama. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur pembangun prosa fiksi dikelompokkan menjadi enam bagian yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandag, dan amanat. (a) Tema Tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra. (b) Tokoh dan Penokohan Tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Penokohan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh dibedakan menjadi beberapa yaitu: tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, dan tokoh tipikal dan tokoh netral. (c) Alur Alur adalah cerita berisi urutan kejadian yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat. Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadi peristiwa yang lain.

191 179 Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1. Plot lurus (plot maju); 2. Plot sorot-balik (plot flash back); dan 3. Plot campuran. Plot dibedakan menjadi lima bagian yaitu (1) tahap penyituasian atau situation; (2) tahap permulaan konflik atau generating circumstances; (3) tahap peningkatan klimaks atau ring action; (4) tahap klimaks atau climax; dan (5) tahap penyesuaian atau denoument. (d) Latar Latar adalah landasan tumpu, menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan sejarah waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dibagi menjadi tiga unsur yaitu: 1. Latar tempat; 2. Latar waktu; dan 3. Latar sosial-budaya. (e) Sudut Pandang Sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya. Sudut pandang terdiri atas (1) sudut pandang orang pertama (akuan sertaan), pengarang sebagai pelaku utama; (2) sudut pandang kedua (akuan taksertaan), posisi pengarang ikut terlibat dalam cerita, tetapi bukan sebagai pelaku utamanya; (3) sudut pandag orang ketiga (diaan mahatahu), pengarang mengetahui semua peristiwa yang terjadi; (4) sudut pandang ketiga

192 180 terbatas (diaan terbatas), pengarang memosisikan tidak serba tahu peristiwa yang terjadi. (f) Amanat Amanat adalah pesan moral pengarang yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa. Oleh karena itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah ditangkap pembaca. 3) Nilai-Nilai Sosiologi Sastra (a) Nilai Kekerabatan Kekerabatan dalam penelitian ini adalah hubungan dekat antara tokoh-tokoh cerita dengan keluarga atau masyarakat selama kisah berlangsung. (b) Nilai Cinta Kasih Cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain baik cinta kasih orang tua kepada anaknya dan sebaliknya, cinta kasih kepada teman, dan cinta kasih sepasang manusia karena rasa asmara. (c) Nilai Perekonomian Perekonomian adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distributor.

193 181 (d) Nilai Pendidikan Pendidikan adalah sifat-sifat atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini, nilai adalah sesuatu yanh berhubungan dengan etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek). (e) Nilai Keyakinan (Religi) Religi atau kepercayaan dapat diartikan sebagai harapan atau keyakinan terhadap apa yang diyakininya, atau sebutan religious bagi Tuhannya. g. Metode Pembelajaran Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra yang masih menunjang untuk dipakai untuk pembelajaran sastra adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Karena dengan menggunakan metode tersebut dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. h. Model Pembelajaran Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus memilih metode pembelajaran sastra sesuai dengan bahan ajar yang disajikan. Di dalam proses belajar mengajar apresiasi sastra, guru dapat menggunakan metide

194 182 yang beragam, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigation kelompok (Group Investigation). Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation karena peserta didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan lebih aktif di dalam kelas. i. Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan yaitu, (1) power point materi mengenai pengertian novel, unsur-unsur intrinsik, dan sosiologi sastra pada novel; (2) laptop dan proyektor. Dengan menggunakan media pembelajaran di atas, akan mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dalam menyampaikan materi tersebut, guru dapat menggunakan sarana seperti laptop dan proyektor. j. Sumber Kegiatan Sumber kegiatan dalam pembelajaran menggunakan (1) novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani; (2) buku-buku yang berhubungan dengan unsur intrinsik novel; dan (3) buku-buku yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Dengan menggunakan novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, buku-buku yang berkaitan dengan unsur intrinsik dan nilai-nilai kehidupan manusia dalam bermasyarakat digunakan sebagai bahan mengajar seorang guru di dalam kelas.

195 183 k. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dari materi pembelajaran dalam pembelajaran sastra khususnya pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dijelaskan sebagai berikut. (Pertemuan Pertama) 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal pertemuan pertama yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani adalah sebagai berikut ini. (a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin berdoa, mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas. (b) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. (c) Guru memberikan motivasi pada siswa. (d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani yang telah dibaca sebelumnya sebagai tugas. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti pertemuan pertama yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani adalah sebagai berikut ini.

196 184 (a) Guru memberikan materi tentang unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. (b) Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. (c) Beberapa peserta didik maju ke depan untuk menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan dapat berupa sebutkan tiga macam latar? (d) Peserta didik menyebutkan tiga macam latar. (e) Peserta didik lainnya memberikan tanggapan. (f) Guru memberikan materi mengenai unsur intrinsik novel dan aspek sosiologi yang terdapat dalam novel. (g) Guru menyuruh peserta didik untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari ± 5 orang. (h) Guru menyediakan subjek penelitian dan menyuruh siswa untuk membaca novel. Waktu yang dibutuhkan guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Tugasnya yakni membaca kemudian menganalisis unsur intrinsik dan aspek sosiologi pada novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. (i) Guru membatasi waktu penyelesaian tugasnya. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai berikut ini.

197 185 (a) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah dipelajari. (b) Guru mengucapkan salam penutup. (Pertemuan Kedua) 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal pertemuan kedua dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek pendidikan moral novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai berikut ini. (a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, mengabsen peserta didik, dan mengkondisikan kelas. (b) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. (c) Guru memberi motivasi kepada siswa. (d) Guru mengkondisikan siswa agar siap belajar. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti pertemuan kedua dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek pendidikan moral novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai berikut ini. (a) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya. (b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah dibahas dengan cara memantau keaktifan peserta didik. (c) Peserta didik membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari ± 5 orang.

198 186 (d) Peserta didik mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani. (e) Kelompok yang tidak maju bertugas untuk menanggapinya. (f) Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa dalam menerima material dalam bentuk penghargaan. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup pertemuan kedua dalam proses pembelajaran unsur intrinsik dan aspek pendidikan moral novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai berikut ini. (a) Guru bersama peserta didik menyimpulkan kembali materi. (b) Menutup pembelajaran dengan salam. l. Penilaian Hasil Belajar Dalam melakukan penilaian pembelajaran ini terdapat dua tes yaitu, tes subjektif dengan bentuk tes uraian, dan tes lisan yakni menjawabnya dilakukan secara lisan. Penilaian proses dari hasil belajar di SMA dapat berlangsung melalui kegiatan, baik lisan maupun tulisan. Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar mengajar. Penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan mendalami materi yang telah dijelaskan oleh guru. Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani secara tertulis dengan menggunakan tes pilihan ganda dan uraian.

199 BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukkan penulis yang berkaitan dengan hasil penelitian. A. Simpulan Berdasarkan pembahasan dari data bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani mengandung aspek-aspek sosiologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah ini, diuraikan simpulan dari pembahasan bab IV. 1. Unsur intrinsik novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani meliputi (1) tema meliputi tema minor: masalah pendidikan dan masalah ekonomi, sedangkan tema mayor: kegigihan seorang wanita untuk mengembangkan pendidikan; (2) alur: alur campuran; (3) latar meliputi, (a) latar tempat: di Desa Ngurawan, dalam rumah, Yayasan Ar-Rahmah, halaman pesantren, dan aula sekolah; (b) latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari; (c) latar suasana: kebahagiaan, kecemasan, ketegangan, kekaguman, kemarahan, kekecewaan, kekhawatiran, dan keterkejutan; (4) tokoh dan penokohan, meliputi: tokoh utama Fatikha (selalu bersyukur, suka menolong dan berbagi, dan pekerja keras); tokoh tambahan antara lain: Mahali (rendah hati, keras kepala dan berkeinginan tinggi, kurang 187

200 188 menempati janji), Hiram (peduli, pintar dan penolong), Pak Karim (tegas, bijaksana, dan lembut), Ngadiredjo (suka meremehkan pendapat orang lain), Ngadrim (tidak ikhlas, dan selalu curiga dengan orang lain), Ngartidjo (pemaksa dan serba tahu), Sariyeh (baik hati), Mat Halil (selalu mengakui kesalahannya yang telah dilakukan), Muarip (baik hati), Umbu Dantak (tegas), Sumairah (lugu), Ngatmodir (tegas), Eleina Markov (pintar dan lembut), Czarina Palov dan Katya Sashenka (sayang anak kecil), dan Mr. Servey Mitryushkin (berwibawa dan tegas); (5) sudut pandang pengarang yang ada di dalam novel adalah persona ke tiga serba tahu dia atau ia ; dan (6) amanat yang terkandung dalam novel adalah jangan menyesal dengan masa lalu karena dari masa lalu dapat dijadikan semangat menuju masa depan yang lebih baik. 2. Aspek-aspek sosiologi yang terdapat pada novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani digolongkan menjadi lima, yaitu (1) aspek kekerabatan, meliputi: orang tua dengan anak dan sahabat; (2) aspek cinta kasih, terdiri dari (a)cinta kasih terhadap keluarga, meliputi: Mahali dengan Fatikha dan Fatikha dengan Hiram; (b) cinta kasih terhadap lawan jenis, meliputi: Mahali dengan Fatikha, Ngadrim dengan Fatikha, dan Hiram dengan Eleina; (3) aspek pendidikan, yaitu pendidikan yang didapatkan dari bangku SD sampai Kuliah dan mengajar mengaji di yayasan; (4) aspek kepercayaan atau religi, meliputi: ibadah shalat, berdoa, bersyukur, berserah diri kepada Allah, dan perbedaan agama; (5) aspek

201 189 perekonomian, ekonomi sederhana; dan (6) aspek kebudayaan yaitu tradisi nyekar. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dalam pembelajaran di kelas XII SMA digunakan sebagai acuan Kurikulum 2013 dengan (a) kompetensi dasar KI 3 memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humainora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan; (b) langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: (1) kegiatan awal: guru memberi salam pembuka, menyampaikan kompetensi dasar, memberi motivasi, dan siswa bertanya tentang novel tersebut; (2) kegiatan inti: guru memberikan materi tentang unsur-unsur intrinsik novel dan aspek-aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel, kemudian siswa mempresentasikan di depan kelas secara perwakilan dan kelompok lawan untuk menanggapi; (3) kegiatan penutup: guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran, guru mengucapkan salam penutup; (c) metode pembelajaran yang digunakan di atas adalah ceramah, tanya jawab,

202 190 diskusi, dan pemberian tugas; (d) model pembelajaran yang digunakan adalah novel, buku yang berhubungan dengan unsur intrinsik, dan buku yang berhubungan dengan unsur intrinsik, dan buku yang berhubungan dengan aspek-aspek sosiologi sastra. B. Saran Dari pembahasan dan simpulan di atas, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut ini. 1. Bagi pendidik, novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk diajarkan kepada peserta didik. 2. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan menambah wawasan siswa dalam karya sastra. 3. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refesensi atau pembanding untuk melakukan penilitian yang serupa.

203 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Damono, Sapardi Djoko Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Djamarah, Syaiful Bahri, dkk Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi Metodelogi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CPAS. Fanani, Zhaenal Kubah di Atas Pasir. Solo: Tiga Serangkai. Faruk Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ginanjar, Nurhayati Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta: Cakrawala Media. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka. Hamdani Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Setia. Huda, Miftahul Model-Model Pengajaran dan Pengembangan Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismawati, Esti Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. Kurniasih, Esti Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP. Kata Pena. Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lestari, Ana Wahyu Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Majid, abdul Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 191

204 192 Mika, I Wayan Analisis Sosiologi Sastra Novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Udayana. Bali. Mulyasa, E Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Bandung: Rosda. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Stanton, Robert Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukirno Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP Press. Sukirno Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: CV Angkasa. Widagdho, Djoko, dkk Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Yulianto Analisis Sosiologi Sastra Novel Lontara Rindu Karya S. Gegge Mappangewa dan Pembelajarannya di SMA. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

205 LAMPIRAN 193

206 Lampiran 1 Sampul novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani 194

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Riris Karisma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Meyin Mulyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Novi Asriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Febri Rizki Ananda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Diah Retnosari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Basuseno Sugeng Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Evi Tri Purwanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Laeli Nur Rakhmawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA Oleh: Nur Panca Pramudiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Anang Famuji Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Hidayatik, Sukirno, Bagiya Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SAVIOR KARYA ASHARA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SAVIOR KARYA ASHARA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SAVIOR KARYA ASHARA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA Oleh: Septi Waningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Tri Sugiarti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Patria Endah Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Dewi Pujawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eka Suwandi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Orang dapat mengetahui nilai-nilai

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Rahmat Hidayat Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dayattwins@gmail.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH NOVEL AYAT SUCI YANG MENARI KARYA GARINA ADELIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH NOVEL AYAT SUCI YANG MENARI KARYA GARINA ADELIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH NOVEL AYAT SUCI YANG MENARI KARYA GARINA ADELIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Yuli Lestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus Universitas Negeri Gorontalo, khususnya pada Jurusan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Beni Purna Indarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian terhadap karya sastra penting dilakukan untuk mengetahui nilainilai yang terkandung dalam karya sastra. Sebuah karya sastra pada dasarnya mencerminkan

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL AIR BASUHAN KAKI IBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI SMA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL AIR BASUHAN KAKI IBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI SMA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL AIR BASUHAN KAKI IBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Nur Cholidah PendidikanBahasadanSastra Indonesia UniversitasMuhammadiyahPurworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Heni Purwatiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal

Lebih terperinci