TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: Yacinta Eka Febrianingsih PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN Ada tiga cara pintar untuk dilakukan: 1. Melalui pemikiran, itu yang paling mulia 2. Melalui contoh/meniru, itu yang paling mudah 3. Melalui pengalaman, itu yang terpahit Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Esa, Untuk orang tua yang selalu mendukungku, Untuk pendamping hidupku, dan untuk adik-adikku iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman Yacinta Eka Febrianingsih Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2010 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran pada bulan Maret Sampel penelitian ini sebanyak 64 orang. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dianalisis dengan uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig. = 0,574 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig. = 0,413 > α = 0,05); (3) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05). vii

8 ABSTRACT LEVEL OF TEACHER S UNDERSTANDING TOWARDS THE STANDARD OF EDUCATION ASSESSMENT PERCEIVED FROM THE DURATION OF SERVICES, TEACHER S PROFESIONALISM, AND THE LEVEL OF EDUCATION A Case Study On Teachers of Senior High Schools and Islamic Senior High Schools in District Ngaglik, Sleman Yacinta Eka Febrianingsih Sanata Dharma University Yogyakarta 2010 The purpose of this research is to find out the different level of teacher s perception towards the standard of education assessment perceived from the duration of services, professionalism of teachers, and education level. The research was conducted in one and two Ngaglik State Senior High Schools, and Sunan Pandanaran Islamic Senior High Schools in March The samples of this research were 64 teachers. Data collected by questionnaire method and analyzed by ANOVA test. The results shows that: (1) there isn t any different level of teacher s understanding towards the standard of education assessment perceived from duration of services (sig. = > α = 0.05); (2) there isn t any different level of teacher s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from professionalism (sig. = > α = 0.05); (3) there isn t any different level of teacher s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from education level (sig. = > α = 0.05). viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Studi kasus pada guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, dan masukan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan selama penulis menyusun skrispsi ini. 4. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya. 5. Ag. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya. ix

10 x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... i ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan Masalah... 4 C. Rumusan Masalah... 4 xi

12 D. Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian... 7 B. Guru... 9 C. Masa Kerja D. Profesionalisme Guru E. Tingkat Pendidikan F. Kerangka Berpikir G. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Subjek dan Objek Penelitian D. Populasi Penelitian E. Variabel Penelitian dan Pengukuran F. Teknik Pengumpulan Data G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas H. Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 1 Ngaglik B. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 2 Ngaglik C. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum MA Sunan Pandanaran BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN xii

13 A. Deskripsi Data B. Analisis Data C. Pembahasan BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel III.1 Operasionalisasi variabel Tabel III.2 Skoring Skala Likert Tabel III.3 Pengukuran Variabel Masa Kerja Tabel III.4 Pengukuran Variabel Profesionalisme Tabel III.5 Pengukuran Variabel Tingkat Pendidikan Tabel III.6 Uji Bartlett Tabel III.7 Rumus Unsur Persiapan Anova Tabel V.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel V.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme Tabel V.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 63 Tabel V.4 Deskripsi Pemahaman Guru Tabel V.5 Pengujian Normalitas Masa Kerja Tabel V.6 Pengujian Normalitas Profesionalisme Guru Tabel V.7 Pengujian Normalitas Tingkat Pendidikan Tabel V.8 Hasil Pengujian Homogenitas Tabel V.9 Uji Anova Masa Kerja xiv

15 Tabel V.10 Uji Anova Profesionalisme Tabel V.11 Uji Anova Tingkat Pendidikan DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3 Uji Normalitas, Homogenitas, Uji Anova Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian Lampiran 5 Data Penelitian xv

16 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Agar penilaian mampu mencerminkan prestasi peserta didik yang sesungguhnya, maka dalam melaksanakan aktivitas penilaian komunitas guru dan calon guru hendaknya memahami isi pedoman standar penilaian. Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian, standar penilaian pendidikan menjadi hal penting bagi kalangan guru maupun calon guru karena di dalamnya termuat tujuan, prinsip, teknik dan instrumen, mekanisme dan prosedur pendidikan, penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah, serta penentuan kelulusan siswa oleh satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ujian

17 2 tengah semester, ujian akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru maupun calon guru untuk memahami standar penilaian pendidikan dalam rangka mengendalikan standar mutu pendidikan. Pada kenyataannya, penilaian yang dilakukan oleh guru kadang tidak mencerminkan prestasi peserta didik yang sesungguhnya. Ada guru yang hanya memandang peserta didik dari satu segi saja. Misalnya, ada peserta didik yang dalam kesehariannya mempunyai perilaku kurang rajin maka nilai yang telah diperolehnya pada suatu mata pelajaran tertentu dikurangi dengan alasan karena peserta didik yang bersangkutan tidak rajin. Dari contoh kasus ini apakah pantas dan adil bila peserta didik tersebut mendapat perlakuan yang semacam itu? Apakah penilaian yang tercermin dalam rapor dapat menggambarkan kompetensi peserta didik yang sesungguhnya? Apabila kasus semacam itu terus berkembang di kalangan guru maka rapor yang bertujuan untuk melaporkan hasil belajar peserta didik kepada wali murid tersebut akan menjadi kabur. Dalam hal lain peserta didik akan merasa bahwa dirinya kurang mendapat apresiasi dalam belajar. Pemahaman para guru terhadap standar penilaian pendidikan diduga berbeda dari latar belakang guru, seperti dalam hal masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. Perbedaan masa kerja akan

18 3 mempengaruhi guru dalam memberikan penilaian. Semakin lama guru bekerja, guru akan mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang standar penilaian pendidikan. Pengetahuan tentang penilaian tersebut dapat diperoleh guru melalui seminar atau sosialisasi penilaian yang diikuti. Pada aspek profesionalisme guru, secara umum guru yang lulus dalam uji sertifikasi dianggap dan diyakini telah mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta didik. Dengan demikian guru yang sudah lulus uji sertifikasi diduga mempunyai tingkat pemahaman dan profesionalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum lulus uji sertifikasi tentang standar penilaian pendidikan. Pada aspek tingkat pendidikan, tingkat pendidikan guru akan menunjukkan pengetahuan yang telah diperoleh. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi tentang standar penilaian pendidikan dibandingkan dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan rendah atau dibawahnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk menyelidiki tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Secara spesifik penelitian ini mengambil judul penelitian Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan ditinjau dari Masa Kerja, Profesionalisme Guru, dan Tingkat Pendidikan. Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran.

19 4 B. Batasan Masalah Dari permasalahan yang ada yaitu tentang penilaian yang dilakukan guru maka hendaknya guru benar-benar memahami standar penilaian pendidikan, sehingga penilaian yang dilakukan mampu memenuhi tata cara atau prosedur penilaian, dengan demikian penilaian mampu digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik dan mampu memberi gambaran tentang prestasi peserta didik itu sendiri. Secara umum, tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil masa kerja guru, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan yang telah ditempuh guru. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan? 2. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru? 3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru? 4. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru?

20 5 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru. 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. 4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk melakukan penilaian yang sesuai dengan standar penilaian pendidikan. 2. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang pentingnya standar penilaian dalam dunia pendidikan.

21 6 3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu literatur atau referensi penelitian sejenis. Di samping itu dapat menjadi referensi ilmiah sebagai hasil kajian empiris tentang pemahaman mahasiswa terhadap standar penilaian pendidikan.

22 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENILAIAN 1. Pengertian Penilaian Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik, penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Penilaian merupakan istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik (Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2004). Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian menyadur pendapat Griffin & Nix, 1991). a. Penilaian merupakan kegiatan menafsir data hasil pengukuran. b. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

23 8 berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. c. Penilaian proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. d. Penilaian adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai tehnik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, maupun menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. e. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan (menganalisis dan menafsirkan) data tentang proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam menentukan tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik. Jadi penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan beragam alat penilaian untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar dan perkembangan belajar. 2. Tujuan dan Fungsi Penilaian Tujuan penilaian hasil belajar ( a. Tujuan umum: 1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik 2) Memperbaiki proses pembelajaran 3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa 4) Menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana 5) Mengecek kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran 6) Untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran 7) Menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan atau belum.

24 9 b. Tujuan Khusus: 1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa 2) Mendiagnosis kesulitan belajar 3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar 4) Penentuan kenaikan kelas 5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. Sedangkan, fungsi Penilaian ( a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar c. Meningkatkan motivasi belajar siswa d. Evaluasi B. GURU 1. Pengertian Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Istilah profesional dalam pengertian tersebut adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Pihak-pihak penyelenggara pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan

25 10 pendidikan pada jalur pendidikan formal. Penyelenggaraan pendidikan pada jalur formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan dilaksanakan pada satuan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan terdapat perjanjian kerja atau kesepakatan kerja yang berupa perjanjian tertulis antara guru dan dosen dengan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaan pendidikan terdapat adanya pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja yaitu pengakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama guru dan dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara guru dan dosen dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kualifikasi akademik ditentukan dari ijazah jenjang pendidikan yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Selain kualifikasi akademik, guru juga harus memiliki kompetensi, yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pengukuran keprofesionalan guru dapat dilihat dari lulus atau tidaknya dalam proses sertifikasi. Yang dimaksud sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk

26 11 guru dan dosen yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Proses sertifikasi ini dilaksanakan oleh suatu organisasi profesi guru yaitu perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru. Dalam proses sertifikasi terdapat lembaga pendidikan tenaga kependidikan, lembaga ini merupakan perguruan tinggi yang diberi kepercayaan tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab dengan pendidikan yaitu masyarakat, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Pemerintah, yang dimaksud dengan pemerintah yaitu pemerintah pusat. Mencakup pula pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota, dan menteri yaitu menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan nasional.

27 12 2. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kedudukan, fungsi dan tujuan guru adalah sebagai berikut: a. Kedudukan Guru Sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Fungsi Guru Untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. c. Tujuan Guru Bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

28 13 3. Prinsip Profesionalitas Guru (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005) a. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan 9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

29 14 b. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. c. Kualifikasi 1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. d. Kompetensi Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi: a. Kompetensi pedagogik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi sosial d. Kompetensi profesional e. Sertifikasi 1) Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. 2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

30 15 3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. f. Hak dan Kewajiban 1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak: a) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; b) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; d) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; e) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

31 16 f) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan; g) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; h) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; i) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan j) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau k) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. 2) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

32 17 c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa cakupan penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pada jenjang perguruan tinggi adalah sebagai berikut : 1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan c) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah 2) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi diatur oleh masingmasing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33 18 Selain menjelaskan tentang cakupan penilaian pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dijelaskan pula tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Untuk penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui dua cara yaitu, melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik serta melakukan ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui dua cara yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dan

34 19 sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik dan ulangan dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik, sama halnya dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, semua mata pelajaran yang dimaksud mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan yang merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian akhir yang dilakukan juga mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik. Untuk penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah guna menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah peserta didik harus mendapatkan

35 20 nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. Untuk pelaksanaan ujian nasional pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan. Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Fungsi dari hasil ujian nasional antara lain untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, sebagai penentuan kelulusan peserta

36 21 didik dari program dan/atau satuan pendidikan, dan sebagai pembinaan serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Untuk setiap peserta didik wajib mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya. Peserta didik pendidikan formal dapat mengikuti ujian nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP. Setelah itu peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Pada jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Untuk program paket A, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran sama halnya pada jenjang SD/MI/SDLB ditambah dengan Ilmu Pengtahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan. Lalu untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada program paket B untuk mata pelajaran yang diujikan sama halnya pada jenjang SMP/MTs/SMPLB ditambah dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional

37 22 mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Untuk jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan. Untuk kelulusan, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan, lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lulus ujian nasional. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Yang

38 23 dimaksud dengan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan mencakup ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah/madrasah, dan ujian nasional/un. Yang dimaksud dengan ulangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan semua KD pada semester tersebut. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan

39 24 yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan KD pada semester tersebut. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah. Sedangkan yang dimaksud dengan ujian nasional/un adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan menteri tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan adanya kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan pula mengenai prinsip penilaian. Penilaian

40 25 hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

41 26 9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Selain dijelaskan mengenai prinsip-prinsip penilaian, dalam Peraturan Menteri Nomor 20 tahun 2007 dijabarkan pula tentang teknik dan instrumen penilaian sebagai berikut, penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan antara lain substansi adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, konstruksi adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan bahasa adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi,

42 27 bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah, dan antar tahun. Mekanisme dan prosedur penilaian menurut Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah sebagai berikut, penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan. Untuk Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik. Sedangkan untuk penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan

43 28 kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut, yang pertama menyusun kisi-kisi ujian, mengembangkan instrumen, melaksanakan ujian, mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, yang terakhir melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. Pada penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Untuk penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai masyarakat dan warga negara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh Pembina kegiatan dan kepala sekolah/madrasah. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada

44 29 peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bekerjasama dengan instansi terkait. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. Lalu hasil analisis data UN tersebut disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut, menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester, mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran, mengembangkan

45 30 instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih, melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan, mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik, mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik, memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran, melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh, dan melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut, menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik; mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas; menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik; menentukan kriteria program pembelajaran bagi

46 31 satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah; menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN; melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan serta melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. Pihak satuan pendidikan juga menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai kriteria berikut: telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan,

47 32 lulus ujian sekolah/madrasah, dan lulus UN. Satuan pendidikan menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. Serta menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah menurut Peraturan Menteri Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. UN yang dilaksanakan didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan. Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya dan hasil UN digunakan sebagai penentu kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh Menteri berdasarkan rekomendasi BSNP.

48 33 C. MASA KERJA Menurut Sondang (2000:60), masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan, Susilo Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan di samping kemampuan intelegensinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah ukuran lamanya seseorang yang telah menekuni atau menjalani profesi tertentu. Dalam penelitian ini penggolongan masa kerja atau klasifikasi masa kerja mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:51): Masa Kerja (Tahun) > 31 tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 8 10 tahun 5 7 tahun < 4 tahun

49 34 D. PROFESIONALISME GURU Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia berarti pekerjaan (Hasan Shadily, 2003:449). Profesi juga diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif. Pengertian profesionalisme adalah pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui keahlian khusus. Jadi profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Dari pernyataan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah sikap guru yang berkompeten dan

50 35 mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah lulus dalam uji sertifikasi guru. E. TINGKAT PENDIDIKAN Andrew E Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Sedangkan Hariandja (2002:169) menyatakan tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kompetensi. Dalam penelitian ini penggolongan tingkat pendidikan mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:49): Tingkat Pendidikan SLTA D I D II D III/Sarjana Muda S 1 /D IV S - 2 S - 3

51 36 F. KERANGKA BERPIKIR 1. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan layak untuk dipahami guru dan dilaksanakan dalam kegiatan penilaian di sekolah. Mengingat setiap guru memiliki masa kerja yang berbeda, penulis menduga bahwa guru dengan masa kerja yang lebih lama maka akan memiliki tingkat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum lama mengajar. Hal ini disebabkan guru dengan masa kerja yang lama, maka guru akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam melakukan penilaian sehingga mereka dapat melaksanakan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip penilaian. 2. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. Profesionalisme guru adalah sikap guru yang berkompeten dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah lulus dalam uji sertifikasi guru. Penulis menduga bahwa, guru yang memiliki profesionalisme tinggi maka akan mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula terhadap standar penilaian pendidikan. Begitu juga sebaliknya, guru yang memiliki profesionalisme rendah

52 37 mempunyai pemahaman yang kurang terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang lebih profesionalisme memiliki sikap kepribadian yang matang dan berkembang, mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat, mempunyai ketrampilan yang mampu mengembangkan intelektual peserta didik, dan mempunyai pengembangan terhadap kemampuan profesional. 3. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kompetensi. Peneliti menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka akan semakin memperkuat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan guru maka akan memperlemah pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kematangan secara intelektual malalui berbagai pengalaman yang telah diperolehnya. G. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kajian hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir, maka didapatkan hipotesis, sebagai berikut:

53 38 1. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja. 2. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. 3. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

54 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi Kasus adalah penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu atau sekelompok individu. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru SMA Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan pada tiga sekolah yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran.

55 40 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan, masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. D. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi penelitian ini adalah guru-guru di sekolah Kecamatan Ngaglik. Jumlah populasinya 110 guru, dengan rincian populasi SMA N 1 Ngaglik berjumlah 40 guru, SMA N 2 Ngaglik berjumlah 40 guru, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran berjumlah 30 guru. E. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan:

56 41 Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan Dimensi Prinsip Penilaian Teknik dan Instrumen Penilaian Indikator 1. Penilaian berdasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Penilaian berdasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik. 4. Penilaian yang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. 7. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap. 8. Penilaian berdasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan. 1. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. 2. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa. 3. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan satuan pendidikan memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki validitas empirik. 4. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, memiliki validitas empirik, dan menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, daerah, dan tahun.

57 42 Mekanisme dan Prosedur Penilaian 1. Penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. 2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 3. Ujian sekolah dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan. 4. Penilaian hasil belajar peserta didik berupa UN dan ujian sekolah/madrasah dilakukan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. 5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran estetika, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik. 6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah. 7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: a) menyusun kisi-kisi ujian, b) mengembangkan instrumen, c) melaksanakan ujian, d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. 8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. 9. Penilaian kepribadian dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber yang relevan. 10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan. 11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh Pembina kegiatan dan

58 43 kepala sekolah/madrasah. 12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya sehingga peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi. 13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar. 14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) 15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait. 16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. 17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian oleh Pendidik 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan. 2. Bertujuan memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil. 3. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. 4. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran. 5. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. 6. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. 7. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

59 44 8. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik. 9. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh. 10. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik. Penilaian oleh satuan pendidikan 1. Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. 2. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. 3. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik. 4. Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik. 5. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik. 6. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah. 7. Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian

60 45 sekolah/madrasah sesuai POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. 8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan. 9. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. 10. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan, c) lulus ujian sekolah/madrasah, d) lulus UN. 11. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. 12. Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. Penilaian oleh pemerintah 1. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. 3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan. 4. Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pemberian bantuan kepada satuan

61 46 pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 5. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. 6. Hasil UN digunakan sebagai satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh Menteri berdasarkan rekomendasi. Pengukuran variabel pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini. Kriteria Jawaban Tabel III.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif BENAR 1 0 SALAH Variabel Masa Kerja Masa kerja atau pengalaman kerja ukuran waktu seseorang yang telah menekuni atau menjalani profesi tertentu. Klasifikasi masa kerja dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:51):

62 47 Tabel III.3 Pengukuran Variabel Masa Kerja Masa Kerja (Tahun) Skor > 31 tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 2 < 4 tahun 1 3. Variabel Profesionalisme Guru Profesionalisme guru adalah sikap guru yang berkompeten dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah lulus dalam uji sertifikasi guru. Pengukuran variabel profesionalisme dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel III.4 Pengukuran Variabel Profesionalisme Kriteria Skor Sudah Sertifikasi 1 Belum Sertifikasi 0 4. Variabel Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kompetensi. Pengukuran variabel tingkat pendidikan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:49):

63 48 Tabel III.5 Pengukuran Variabel Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Skor SLTA 1 D I 2 D II 3 D III/Sarjana Muda 4 S 1/D IV 5 S S F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data serta keterangan yang diperlukan adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun secara tertulis berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Pengujian Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus (Arikunto, 2000:225):

64 49 r xy = { N N( XY ) ( X )( Y ) X ( X ) }{ N Y ( Y ) 2 } Keterangan : N = Total responden Y = Total item X = Total dari setiap item r xy = Koefisien korelasi antara variabel tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan dan masa kerja, profesionalisme guru, tingkat pendidikan Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya nilai koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel dengan dk = n-2. Jika nilai r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya. 2. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2000:236): r 2 k = σ b ( ) 2 k 1 σ t 11 1 Dimana : r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan σ = jumlah varian butir 2 b

65 50 2 σ t = varian total Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2001:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0, 60, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya. H. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Statistik Deskriptif Pengujian statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian tentang pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan, masa kerja, profesionalisme, dan tingkat pendidikan responden. Pendeskripsian data dilakukan berdasarkan PAP II dan dilengkapi dengan perhitungan mean, modus, median, dan standar deviasinya. 2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data masing masing variabel berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga F o (X i ) S N terbesar dinamakan deviasi maksimum. Adapun rumus uji

66 51 Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas sebagai berikut (Ghozali, 2002:36): D = Max F o ( Xi) S ( Xi) N Keterangan: D = Deviasi maksimum F o (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan S N (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Pengambilan keputusan berdasarkan hasil tersebut adalah sebagai berikut : 1) Jika nilai asymp. sig < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal. 2) Jika nilai asymp. sig > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal. b. Uji Homogenitas Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus (Sudjana, 2002:263): χ 2 = (ln 10) {B (ni 1) log Si 2 } Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini seperti uji Bartlett (Sudjana, 2002:261). Beberapa satuan yang diperlukan untuk mengerjakan pengujian tes adalah: a. Disusun daftar seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

67 52 TABEL III.6 Sampel ke- Derajat kebebasan UJI BARTLETT 2 2 1/dk S i Log S i (dk) Log S i 2 1 n 1 1 1/(n 1 1) S 1 2 Log S 1 2 (n 1-1)Log S n 2 1 1/(n 2 1) S 2 2 Log S 2 2 (n 1-1)Log S 2 2 K n k - 1 1/(nk 1) S k 2 Log S k 2 (n 1-1)Log S k 2 Jumlah n 1 ( 1) n ( n 1) i LogS b. Mencari varians gabungan dari semua sampel dengan rumus: 2 ( n 1) / S ( n ) S = 1 i c. Mencari satuan B dengan rumus: ( log S 2 ) ( ni ) B = 1 i d. Menghitung harga chi-kuadrat dengan rumus: 2 χ = ln10 i 2 { B ( n i 1) log S } Dimana 1n10 = 2,3026 merupakan bilangan tetap yang disebut logaritma asli dari bilangan 10. Jadi rumus dapat ditulis: 2 χ 2 { B ( n i 1) log S } = 2,3026 i Jika χ 2 < taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima atau tidak ada perbedaan varians antara sampel-sampel yang diambil. Apabila χ 2 taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis ditolak atau terdapat perbedaan varians antara sampel-sampel yang diambil. i

68 53 3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pertama mengenai pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme, dan tingkat pendidikan dilakukan dengan langkah-langkah: a. Perumusan hipotesis 1 Ho 1 : Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja. Ha 1 : Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja. b. Pengujian hipotesis 1 Dalam penelitian ini, pengujian hipotesisnya menggunakan analisis varians satu arah (one way Anova). One way Anova digunakan untuk mengolah data yang hanya mengenal satu variabel saja. Berikut ini disajikan rumus unsur tabel persiapan Anova: Tabel III.7 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anova Derajat Sumber Jumlah Kuadrat (JK) Kebebasan Variasi (SV) (db) Mean Kuadrat (MK) F Kelompok (K) JK K 2 2 ( X K ) ( X T ) d. b K = K 1 = n N K JK MK K = db K K MKK F o = MK d Dalam (d) JK JK JK db d = N K d T K JK MK D = db D d Total (T) JK T ( = X X N 2 2 T ) T db T = N 1

69 54 Keterangan: n k = jumlah subyek dalam kelompok K = banyaknya kelompok N ( X T ) = jumlah subyek seluruhnya = faktor koreksi yang muncul berkali-kali 2 N JK T JK k JK d db k db d db T MK k MK d = jumlah kuadrat total = jumlah kuadrat kelompok = jumlah kuadrat dalam = derajat kebebasan kelompok = derajat kebebasan dalam = derajat kebebasan total = mean kuadrat kelompok = mean kuadrat dalam Jika harga F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan untuk pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. Begitu pula sebaliknya, jika harga F hitung < F tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan untuk pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. Catatan: Perumusan dan pengujian hipotesis 2 hingga 4 serta pengambilan kesimpulannya dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.

70 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 1 Ngaglik SMA N 1 Ngaglik awal berdirinya bernama SMA Negeri Donoharjo. 1. SMA Negeri 1 Ngaglik di Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta dibuka terhitung mulai tanggal 2 Februari 1986 dengan nama SMA Negeri Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman. Dan jabatan Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak R. Sukar. Dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 28 Agustus 1974, nomor 0219/O/1974 terhitung mulai 1 Juli 1974 berubah menjadi SMA Negeri Donoharjo. 2. Untuk sementara waktu pengelolaan dan pembinaan SMA Negeri Donoharjo diserahkan SMA Negeri Sleman yang saat itu dikepalai oleh Bapak R. Sukar. 3. Untuk pelaksanaan proses belajar mengajar saat itu SMA Negeri Donoharjo menempati gedung milik kelurahan Donoharjo. Berkat bantuan dari pemerintah melalui proyek peningkatan gedung sekolah dan bantuan dari anggota BPPP dan masyarakat sekitarnya, SMA Negeri Donoharjo telah memiliki gedung sendiri walaupun sampai saat ini gedung tersebut menempati tanah milik desa Donoharjo. Letak geografis SMA N 1 Ngaglik terletak di Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya di

71 56 Dusun Kayunan jalan Yogya Puluh Watu, dari arah Monumen Yogya Kembali ke utara kurang lebih 7 km. B. Gambaran Umum SMA N 2 Ngaglik Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 9 November 1983, nomor 0473/C/1983, dengan surat persetujuan MenPAN nomor B.748/I/MENPAN/9/1983, merupakan bukti otentik lahir dan berdirinya SMA Negeri 2 Ngaglik, yang di kala itu bernama SMA Negeri Ngaglik. Dengan berbagai pertimbangan, tanggal terbitnya surat tidak dijadikan tanggal kelahiran, namun tanggal 31 Juli 1983 lah yang dianggap sebagai hari atau tanggal kelahiran. Tahun 1983, di awal berdiri, SMA Negeri 2 Ngaglik bernaung pada SMA Negeri 1 Ngaglik yang pada saat itu bernama SMA Negeri Donoharjo, di bawah pimpinan Bapak Soewarno, BA. Karena tidak tersedianya ruangan, SMA Negeri 2 Ngaglik ditempatkan di sebuah barak penampungan korban Gunung Merapi di dusun Balong Donoharjo, jarak sekolah induk dengan sekolah ampuan cukup jauh, yakni kurang lebih 1 kilometer. Tempat tersebut kondisinya tidak layak untuk dihuni, apalagi untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Pendek kata sangat memprihatinkan. Tiga kelas sebagai awal Tahun Ajaran 1983/1984, dengan jumlah siswa 120 orang dengan menggunakan bangku dan tempat duduk seadanya untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Seluruh guru masih

72 57 diambil dari tambahan guru-guru SMA Negeri Donoharjo, karena baru ada seorang guru yang berstatus Nota Tugas untuk SMA Negeri 2 Ngaglik, yaitu Bapak Drs. Sugiyana. Sedangkan karyawan hanya ada seorang petugas sekolah yang berstatus honorer, yaitu Bapak Ngadi yang mempunyai tugas multi, sebagai penjaga sepeda, tukang kebun, dan pesuruh. Keadaan ini bertahan selama satu semester Tahun Ajaran 1983/1984. Baru pada semester kedua, masih berstatus pinjam, karena kebutuhan sudah dipandang sangat mendesak, SMA Negeri 2 Ngaglik pindah tempat ke Sukoharjo, Ngaglik, Sleman yang notabene memang tempat peruntukannya. Dikarenakan saat itu pembangunannya belum selesai sehingga masih belum diserahterimakan. Tempat ini berlokasi di Jl. Besi Jangkang, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta atau kira-kira berjarak 2,5 kilometer arah timur Jl. Kaliurang Km 12 Besi. Kepindahan tempat ini membawa akibat munculnya kepemimpinan ganda dalam satu sekolah. Kepala Sekolah yang masih tetap dijabat Bapak Soewarno, BA tidak bisa mengawasi langsung kegiatan operasional sehari-hari, sehingga ditunjuklah seorang guru yang bernama Bapak Drs. I. M. Sugeng sebagai pelaksana harian. Dari waktu inilah boleh dibilang SMA Negeri 2 Ngaglik bagaikan bayi yang baru mulai belajar merangkak, dengan segala keterbatasan, baik fasilitas maupun tenaga atau sumber daya manusianya, dengan tempat yang masih baru, baik gedung maupun lingkungannya. Bahkan fasilitas kantor dan anggaran pun belum punya.

73 58 Halaman dan lingkungan masih berupa hamparan tanah kosong dan gersang dengan sisa puing-puing bangunan. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas m2 milik Pemerintah Desa Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, yang diserahkan kepada Pimpinan Proyek Peningkatan SMA DIY guna pembangunan SMA Negeri 2 Ngaglik. C. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran Penggunaan nama Sunan Pandan Aran sebagai nama Pondok Pesantren mempunyai tujuan untuk mengenang jasa Sunan Pandan Aran di dalam perjuangan untuk melaksanakan misi suci penyebaran agama Islam di Tembayat Klaten. Selain tujuan tersebut penggunaan nama Sunan pandan Aran sebagai nama pesantren baru ini adalah untuk bertafa ul, berusaha untuk meniru, dan mengikuti kegigihan, serta mewarisi semangat Sunan Pandan Aran, dalam menjalankan misi islam sampai ke pelosok pedesaan. Tujuan ini tidak lepas dari peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai kader pemimpin Islam yang rela berjuang demi kejayaan Islam. Penggunaan nama Sunan Pandan Aran bagi pondok pesantren yang berada di dusun Candi, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini berharap akan mampu mengikuti kerelaan Sunan Pandan Aran dalam usahanya memakmurkan Islam dan umat Islam. Selain itu, pesantren ini bertujuan untuk berusaha melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh Sunan Pandan Aran.

74 59 Kalau saja pada awal berdirinya PPSPA hanya memiliki satu bidang pengkajian yaitu tahaffudzul qur an (menghafal al-qur an), maka pada usia yang ke-30 ini PPSPA telah merebak menebarkan sayap perjuangannya. Kini PPSPA telah mempunyai lembaga-lembaga pendidikan yang beragam, seiring dengan perkembangan masyarakat. Tidak kurang dari enam lembaga pendidikan yang ada di PPAPA. Pada dasarnya santri yang ada PPAPA terbagi menjadi tiga bagian: 1. Santri yang khusus mempelajari pengetahuan agama atau menghafal al-qur an 2. Santri yang belajar di sekolah formal dalam lingkungan pesantren 3. Santri yang belajar di pesantren dan belajar di sekolah umum yang ada di luar pesantren. Rincian dari ketiga bagian tersebut merupakan unit-unit pendidikan yang sekarang dimiliki oleh PPSPA, yaitu: 1. Takhassus tahaffudz al-qur an putra dan putri, yang merupakan cikal bakal pendidikan pertama yang ada di PPSPA, sehingga sampai sekarang orang lebih mengenal PPSPA sebagai pondok Al-Quran. Betapapun sesungguhnya PPSPA sudah jauh mengembangkan diri dengan menambah unit dan lembaga pendidikan lainnya. 2. Takhassus Diniyah yang direalisasikan dalam bentuk: a. Madrasah Diniyah Nahariyah Diperuntukkan buat para santri yang memang datang ke PPSPA ini guna mempelajari masalah diniyah secara khusus.

75 60 b. Madrasah Diniyah Lailiyah Diwajibkan buat para santri yang kebetulan pada pagi dan siang harinya harus belajar di madrasah/sekolah umum masing-masing c. Musyawarah Dewan Guru Pengajian kitab secara bandungan, baik yang diwujudkan dalam bentuk musyawarah, maupun yang langsung disampaikan oleh Bapak Kyai, dengan kitab maroji. 3. Madrasah Aliyah Mengikuti kurikulum Depag RI, dengan ujian persamaan lewat KKM MAN Maguwoharjo. Saat ini sudah memiliki dua jurusan, yaitu MAK dan MAU. 4. Madrasah Tsanawiyah Mengikuti kurikulum Depag RI dan ikut ujian lewat KKM MTsN Ngemplak. 5. Pendidikan santri cilik Semua santrinya merupakan pelajar sekolah. Pagi sampai siang mereka belajar di SD masing-masing, dan di luar jam sekolah mereka memasuki madrasah untuk belajar ilmu agama. 6. Taman kanak-kanak Mengikuti kurukulum Depdikbud RI yang diasuh oleh tenaga guru profesional dari luar PPSPA.

76 61 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Jumlah subjek penelitian ini adalah 64 guru. Subjek penelitian tersebar pada 3 Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah di kecamatan Ngaglik. Jumlah responden yang mengisi kuesioner penelitian secara lengkap adalah 64 guru (response rate = 100%). Berikut ini disajikan deskripsi responden dan data penelitiannya. 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel V.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja No Masa Kerja (tahun) Frekuensi (guru) Frekuensi Relatif (%) 1 > 31 tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun < 4 tahun 8 13 Jumlah Sumber: Data Primer

77 62 Tabel V.1 menunjukkan bahwa asal responden penelitian ini adalah sebagai berikut: guru dengan masa kerja > 31 tahun sebanyak 2 orang (3%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 7 orang (11%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 5 orang (8%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 9 orang (14%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 3 orang (5%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja tahun sebanyak 2 orang (3%), guru dengan masa kerja 8 10 tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja 5 7 tahun sebanyak 10 guru (16%), dan guru dengan masa kerja < 4 tahun sebanyak 8 orang (13%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah guru dengan masa kerja 5 7 tahun. 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme Tabel V.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme No Profesionalisme Guru Frekuensi 1 Sudah sertifikasi 35 2 Belum sertifikasi 29 Jumlah 64 Sumber: Data Primer Kategori Profesional Tidak/belum profesional

78 63 Tabel V.2 menunjukkan bahwa profesionalisme responden penelitian ini adalah sebagai berikut: Guru yang sudah sertifikasi 34 orang (53%) dan guru yang belum sertfikasi 30 orang (47%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah guru yang sudah menempuh program sertifikasi. 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel V.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi SLTA D I D II D III/Sarjana Muda S 1/D IV S 2 S Frekuensi Relatif (%) Jumlah Sumber: Data Primer Tabel V.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden penelitian ini adalah sebagai berikut: guru dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 0 orang (0%), guru dengan tingkat pendidikan D I sebanyak 0 orang (0%), guru dengan tingkat pendidikan D II sebanyak 0 orang (0%), guru dengan tingkat pendidikan D III/Sarjana Muda sebanyak 3 orang (5%), guru dengan tingkat pendidikan S I/D IV sebanyak 57 orang (89%), guru dengan

79 64 tingkat pendidikan S 2 sebanyak 4 orang (6%), guru dengan tingkat pendidikan S 3 sebanyak 0 orang (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini dengan tingkat pendidikan S 1/D IV. 4. Deskripsi Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan No Tabel V.4 Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Interval Kelas ke bawah Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Jumlah Sumber: Data Primer, data diolah berdasarkan pedoman PAP tipe II Kategori Sangat Baik Baik Cukup Tidak Baik Sangat Tidak Baik Tabel V.4 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan adalah sebagai berikut: 1) 10 guru (16%) termasuk dalam kategori sangat baik. Dari 10 guru tersebut, guru dengan masa kerja 12 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 21 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 7 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 8 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 3 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 16 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 20 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 6 tahun sebanyak 1 orang, masa kerja 22 tahun sebanyak 1 orang dan masa kerja 25 tahun sebanyak 1 orang. Dari kesepuluh guru tersebut 5 diantaranya sudah sertifikasi dan

80 65 kesemuanya mempunyai tingkat pendidikan yang sama yaitu S I/D IV. 2) 39 guru (61%) termasuk dalam kategori baik. Dari 55 guru tersebut, guru dengan masa kerja 1 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 2 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 3 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 4 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 5 tahun sebanyak 3 orang, guru dengan masa kerja 6 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 7 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 9 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 10 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 13 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 14 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 15 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 16 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 18 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 20 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 21 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 22 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 23 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 24 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 25 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 26 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 27 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 28 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 29 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 30 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 31 tahun sebanyak 3 orang, guru dengan masa kerja 32 tahun sebanyak 1 orang dan guru dengan masa kerja 34 tahun

81 66 sebanyak 1 orang. Dari ke-39 guru tersebut 22 diantaranya sudah sertifikasi, dengan tingkat pendidikan 3 guru lulusan D III/Sarjana Muda, 32 guru lulusan S I/D IV, dan 4 guru lulusan S 2. 3) 14 guru (21%) termasuk dalam kategori cukup. Masa kerja dari ke-14 guru bervariasi yaitu guru dengan masa kerja 18 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 26 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 6 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 14 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 8 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 1 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 9 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 5 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 2 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 21 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 26 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 24 tahun sebanyak 1 orang dan guru dengan masa kerja 20 tahun sebanyak 1 orang. Dari ke-14 guru tersebut 7 diantaranya sudah sertifikasi, timgkat pendidikan dari ke-14 guru tersebut adalah S I/D IV. 4) 1 guru (2%) termasuk dalam kategori tidak baik. Dengan masa kerja 17 tahun, sudah sertifikasi dengan tingkat pendidikan S I/D IV. B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Pengujian Persyaratan Analisis Data a. Pengujian Normalitas

82 67 Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dikerjakan dengan bantuan SPSS 11.0 for Windows. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas sebaran data penelitian. 1) Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan Ditinjau Dari Masa Kerja Tabel V.5 Pengujian Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Masa Kerja(Tahun) >31 N Mean Normal Parameter Most Extreme different Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Std Dev Absolute Positive Negative Keterangan: a. Test distribution is normal b. Calculated from data Dari tabel V.5 diketahui bahwa nilai asymptotic significance (asymp. Sig.) untuk distribusi data pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja 4 tahun adalah 0.280, masa kerja 5-7 tahun adalah 0.932, masa kerja 8-10 tahun adalah 0.985, masa kerja tahun adalah 0.999, masa kerja tahun adalah 0.979, masa kerja tahun adalah 0.804, masa kerja tahun adalah

83 , masa kerja tahun adalah 0.608, masa kerja tahun adalah 0.770, masa kerja tahun adalah 0.731, dan masa kerja > 31 tahun adalah 0,999. Keseluruhan nilai asymp.sig masa kerja untuk ke-11 kategori lebih besar dari (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut adalah normal (lampiran 3 halaman 94). 2) Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan Ditinjau Dari Profesionalisme Guru Tabel V.6 Pengujian Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Profesionalisme Belum Sertifikasi Sudah Sertifikasi N Normal Parameter Mean Std Dev Most Extreme different Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan: a. Test distribution is normal b. Calculated from data Dari tabel V.6 diketahui bahwa nilai asymptotic significance (asymp. Sig.) untuk distribusi data pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut: belum sertifikasi dengan nilai

84 dan sudah sertifikasi nilainya Keseluruhan nilai asymp.sig untuk 2 kategori profesionalisme guru lebih besar dari (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut adalah normal (lampiran 3 halaman 99). 3) Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Tabel V.7 Pengujian Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Tingkat Pendidikan D - III S - 1 S - 2 N Normal Parameter Mean Std Dev Most Extreme different Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig. (2- tailed) a. Test distribution is normal b. Calculated from data Absolute Positive Negative Dari tabel V.7 diketahui bahwa nilai asymptotic significance (asymp. Sig.) untuk distribusi data pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan adalah sebagai berikut: tingkat pendidikan D III/Sarjana Muda nilainya 0.907, S 1 nilainya 0.951, dan S 2 nilainya Keseluruhan nilai asymp.sig untuk ke-3 kategori tingkat pendidikan lebih besar dari (α) = 0,05. Dengan

85 70 demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut adalah normal (lampiran 3 halaman 100). b. Pengujian Homogenitas Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan Levene Statistic Test dan dikerjakan dengan bantuan SPSS 11.0 for Windows. Berikut ini disajikan hasil pengujian homogenitas. Tabel V.8 Hasil Pengujian Homogenitas No 1 Variable Masa Kerja Levene Statistic df1 df2 Sig Profesionalisme Guru Tingkat Pendidikan Dari tabel V.8 diketahui bahwa nilai asymptotic significance (asymp. Sig.) untuk kesamaan varians data pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan menunjukkan nilai sig. masing-masing sebagai berikut: masa kerja nilainya 0.841, profesionalisme guru nilainya 0.202, tingkat pendidikan nilainya keseluruhannya memiliki nilai sig > dari (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan varians populasi penelitian ini (lampiran 3 halaman 101).

86 71 2. Analisis Data a. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja 1) Rumusan Hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja H1= Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja 2) Pengujian Hipotesis Between Groups Tabel V.9 ANOVA Sum of df Squares Mean Squares F Sig Within Groups Total Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig. = 0,574 > α = 0,05) (lampiran 3 halaman 101). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak didukung oleh data hasil penelitian. Artinya guru dengan masa kerja yang berbeda, pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan sama.

87 72 b. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru 1) Rumusan Hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. H1 = Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. 2) Pengujian Hipotesis Between Groups Within Groups Total Tabel V.10 ANOVA Sum of Mean df Squares Squares F Sig Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig 0,413 > α = 0,05) (lampiran 3 halaman 102). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak didukung oleh data hasil penelitian. Artinya guru dengan profesionalisme yang berbeda, pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan sama.

88 73 c. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan 1) Rumusan Hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan H1 = Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar peniliaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan 2) Pengujian Hipotesis Between Groups Within Groups Total Tabel V.11 ANOVA Sum of Squares df Mean Squares F Sig Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05) (lampiran 3 halaman 102). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian tidak didukung oleh data hasil penelitian. Artinya guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda, pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan sama.

89 74 C. Pembahasan a. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai 0,574 lebih besar dari α = 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan awal penelitian ini. Dugaan awal penelitian ini bahwa guru dengan masa kerja yang lebih lama maka akan memiliki tingkat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum lama mengajar. Hal ini disebabkan guru dengan masa kerja yang lama, maka guru akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam melakukan penilaian sehingga mereka dapat melaksanakan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip penilaian. Hal hal yang diduga kuat menyebabkan hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Guru baik yunior maupun senior sebelumnya telah memiliki pengalaman melalui keikutsertaan mereka dalam seminar tentang standar penilaian pendidikan ataupun seminar yang membahas tentang penilaian. Kepala sekolah mewajibkan para guru senior maupun yunior untuk mengikuti seminar tentang penilaian yang diadakan oleh sekolah maupun oleh Dinas Pendidikan. Para guru

90 75 senior maupun yunior sudah menerapkan penilaian sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang ada dalam standar penilaian pendidikan. 2. Latar belakang pendidikan guru yang sama-sama berasal dari keguruan/fkip. Dengan latar belakang pendidikan yang sama maka guru senior maupun yunior mendapatkan mata kuliah yang sama yang membahas tentang proses penilaian yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian, misal dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. b. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai 0,413 lebih besar dari α = 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan awal penelitian ini. Dugaan awal penelitian ini guru yang memiliki profesionalisme tinggi maka akan mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula terhadap standar penilaian pendidikan. Begitu juga sebaliknya, guru yang memiliki profesionalisme rendah mempunyai pemahaman yang kurang terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang lebih profesional memiliki sikap kepribadian yang matang dan berkembang, mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat, mempunyai

91 76 ketrampilan yang mampu mengembangkan intelektual peserta didik, dan mempunyai pengembangan diri terhadap kemampuan profesional. Hal hal yang diduga kuat menyebabkan hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Latar belakang pendidikan guru yang sama-sama berasal dari keguruan/fkip. Dengan latar belakang pendidikan yang sama maka guru senior maupun yunior mendapatkan mata kuliah yang sama yang membahas tentang proses penilaian yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian, misal dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. 2. Program sertifikasi yang telah ditempuh guru tidak membedakan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan dibanding dengan guru yang belum menempuh program sertifikasi. Hal tersebut disebabkan oleh program sertifikasi tidak secara khusus menekankan pada aspek penilaian saja namun program sertifikasi tersebut untuk menilai prestasi guru secara keseluruhan. Maka dari itu, hasil penelitian menunjukkan antara guru yang sudah sertifikasi maupun belum sertifikasi mempunyai pemahaman yang sama terhadap standar penilaian pendidikan. c. Pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari

92 77 tingkat pendidikan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai 0,877 lebih besar dari α = 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian ini. Dugaan awal peneliti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka akan semakin memperkuat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan guru maka akan memperlemah pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kematangan secara intelektual melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Hal hal yang diduga kuat menyebabkan hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Sebagian besar guru dalam penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan D III, S 1/D IV, dan S 2. Dan dari hasil penelitian, guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda ternyata memiliki tingkat pemahaman yang sama terhadap standar penilaian pendidikan. Guru senior maupun yunior mempunyai bekal yang sama dalam melakukan penilaian melalui mata kuliah yang membahas tentang penilaian dan dalam penerapannya guru senior maupun yunior telah sesuai dengan prosedur penilaian.

93 78 BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan 1. Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig. = 0,574 > α = 0,05) 2. Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig. = 0,413 > α = 0,05) 3. Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05) B. Keterbatasan Penelitian Sumber data penelitian ini dikumpulkan berdasarkan metode kuesioner. Ada kemungkinan bahwa responden-responden penelitian menjawab itemitem pernyataan kurang sungguh-sungguh, meskipun hal tersebut telah diantisipasi oleh peneliti dengan memberikan arahan kepada guru agar kuesioner diisi berdasarkan kondisi yang sesungguhnya mereka alami. Keterbatasan lainnya adalah kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data bukan merupakan instrumen yang sudah terstandar. Namun demikian peneliti telah berusaha menempuh prosedur penyusunan kuesioner yang benar agar diperoleh kuesioner yang memiliki validitas isi.

94 79 C. Saran 1. Hasil penelitian pertama, kedua dan ketiga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru dan tingkat pendidikan. Peneliti menyarankan pengalaman yang telah diperoleh guru melalui seminar ataupun pengembangan diri lainnya diterapkan sebaik mungkin dalam memberikan penilaian kepada siswa, sehingga penilaian yang dilakukan guru sungguh-sungguh menunjukkan tingkat kemampuan siswa. Proses sertifikasi yang telah ditempuh guru hendaknya memberikan nilai tambah dari sisi intelektual, sehingga guru mampu melakukan proses penilaian yang telah sesuai dengan standar penilaian pendidikan. Tingkat pendidikan guru yang telah diperoleh mampu menunjukkan kualitas diri, sehingga guru mampu berupaya untuk meningkatkan kualitas diri siswa-siswanya. 2. Saran untuk peneliti selanjutnya bisa menggunakan metode lain dalam pengumpulan data sehingga data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya misal menggunakan metode wawancara. Apabila menggunakan metode kuesioner, Instrumen dalam kuesioner dibuat dengan cara lebih memperhatikan lagi prosedur penyusunan kuesioner yang benar agar diperoleh kuesioner yang memiliki validitas isi sehingga mampu mengumpulkan data yang sebenarnya.

95 80 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, S. (2000). Metode Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional (2003), Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Penilaian Kelas, Jakarta: Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas. Ghozali, I. (2002). Analisis Multivariate. Semarang: Universitas Diponegoro. Hariandja, Marihot T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Mangkunegara, Anwar Prabu. (2003). Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama. Pedoman Penyusunan Portofolio. (2009). Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sondang P. Siagian. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Susilo Martoyo. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 3. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Sudjana. (2003). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2004, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas, Edisi Revisi.

96 81 LAMPIRAN

97 82 LAMPIRAN 1 KUESIONER

98 83 Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Bapak/Ibu guru di Kecamatan Ngaglik Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Saya bermaksud mengadakan kegiatan penelitian dengan judul TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN. Kegiatan penelitian ini merupakan pengumpulan data untuk menyusun tugas akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden penelitian ini. Saya berharap Bapak/Ibu berkenan untuk menjawab keseluruhan pernyataan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sejalan dengan etika penelitian, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu dan memastikan bahwa jawaban Bapak/Ibu hanyalah semata mata untuk mencapai tujuan penelitian ilmiah ini. Saya menyadari bahwa pengisian kuesioner ini sedikit banyak mengganggu aktivitas Bapak/Ibu. Oleh sebab itu, saya mohon maaf sebelumnya. Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Yogyakarta, Februari 2010 BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Masa kerja (Tahun) :... a. > 31 tahun g tahun b tahun h tahun c tahun i tahun d tahun j. 5 7 tahun e tahun k. < 4 tahun f tahun 3. Tingkat Pendidikan : a. SLTA e. S 1/D IV b. D I f. S 2 c. D II g. S 3 d. D III/Sarjana Muda 4. Apakah Bapak/Ibu sudah lulus program sertifikasi a. Sudah b. Belum Catatan : Berilah tanda silang untuk alternatif yang sesuai!

99 84 BAGIAN II STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN No. PERNYATAAN PENDAPAT Standar nasional pendidikan berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah penilaian yang dimaksudkan untuk penentuan nilai rapor peserta didik. Ulangan adalah proses yang dilakukan oleh pendidik untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Standar Kompetensi (SK). Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian indikator untuk keseluruhan kompetensi dasar pada semester tersebut. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester B S B B B B B B S S S S S S genap Ujian Sekolah (US) merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompotensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk keseluruhan mata pelajaran Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh Dinas Pendidikan tempat satuan pendidikan berada Penilaian yang sahih merupakan penilaian yang menekankan aspek pencapaian kompetensi dasar yang ditetapkan Penilaian yang bersifat obyektif merupakan penilaian yang menekankan aspek prosedur dan kriteria yang jelas dalam penilaian Penilaian yang adil merupakan penilaian yang menekankan perlunya dilakukannya pembedaan dalam penilaian terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik berbeda Penilaian pendidik merupakan bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran peserta didik Prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan penilaian oleh pendidik secara terbuka boleh diketahui oleh siswa B B B B B B B B S S S S S S S S

100 Penilaian oleh pendidik harus mencakup semua aspek kompetensi dan dimaksudkan untuk memantau perkembangan siswa Penilaian yang sistematis merupakan penilaian yang menekankan hubungan antar materi dan bukan pada tahap/langkah baku penilaian Penilaian seharusnya didasarkan pada ukuran pencapaian tingkat kelulusan yang ditetapkan sekolah Penilaian harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik berupa tes, observasi, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik Teknik tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja B S Teknik observasi atau pengamatan hanya dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik harus memenuhi persyaratan substansi dan konstruksi meskipun dari sisi bahasa tidak harus tersajikan dalam bahasa yang baku Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian B S B B B B B B B B S S S S S S S S sekolah/madrasah harus diujicobakan terlebih dahulu agar instrumen memiliki bukti validitas empirik Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN wajib memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah, dan antar tahun Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, komite sekolah, satuan pendidikan, dan pemerintah Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ulangan Tengah Semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan Penilaian hasil belajar peserta didik pada semua mata pelajaran dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi diselenggarakan oleh sekolah dan menjadi persyaratan kelulusan siswa Penilaian hasil belajar mata pelajaran Penjaskes dan mata pelajaran Estetika ditentukan melalui rapat dewan guru Penilaian akhir hasil belajar mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan dan B S B B B B B B S S S S S S

101 kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan tanpa harus mempertimbangkan hasil ujian sekolah untuk mata pelajaran lainnya Kegiatan ujian sekolah dilakukan dengan urutan langkah: a) pengembangan instrumen, b) penyusunan kisi kisi, c) melaksanakan ujian, d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah, dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian Penilaian akhlak mulia merupakan penilaian aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan Penilaian kepribadian adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pengembangan diri meskipun dibuktikan dengan surat keterangan yang sah tidak dapat menjadi salah satu pertimbangan nilai akhir siswa Sebelum diadakan ulangan harian berikutnya, hasil ulangan harian sebelumnya tidak harus diinformasikan kepada peserta didik Hasil penilaian oleh satuan pendidikan harus disampaikan dalam bentuk satu nilai B S B B B B B B S S S S S S pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar Kegiatan penilaian dilakukan oleh pemerintah melalui UN dengan langkah langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan bukan oleh Dinas Pendidikan Hasil Ujian Nasional (UN) merupakan satusatunya syarat kelulusan siswa dan menjadi bahan pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan Pendidik memiliki kewajiban menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat hasil dan kriteria penilaian pada awal semester Pendidik mengembangkan indikator KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran Pendidik tidak harus mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian yang ditentukannya Pendidik berkewajiban melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan pendidik Pendidik berkewajiban mengolah hasil penilaian untuk diperbandingkan dengan hasil B S B B B B B B B B S S S S S S S S

102 penilaian pendidik lain untuk pelajaran yang berbeda Pendidik seharusnya memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran B S Pendidik harus mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik tanpa harus menyertainya dengan balikan/komentar tertentu atas pekerjaan itu Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik tidak harus disertai deskripsi singkat pencapaian kompetensi Kategori penilaian akhlak dan kepribadian adalah sangat baik, baik, atau kurang B S Guru menentukan KKM untuk setiap mata pelajaran melalui rapat dewan pendidik B S Pihak sekolah mengatur ulangan harian yang dilakukan oleh para guru B S Kriteria kenaikan kelas ditetapkan melalui rapat dewan pendidik bersama orang tua/wali B S Kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester (SKS) ditetapkan melalui rapat dewan pendidik Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran Estetika dan mata pelajaran Penjaskes ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan Penentuan nilai akhir mata pelajaran agama dan kewarganegaraan dilakukan melalui rapat dewan pendidik B B B B B S S S S S Penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah dan penentuan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah tidak harus sesuai dengan POS nya Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada akhir semester tidak harus disajikan secara tertulis kepada orang tua/wali siswa Pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan dilaporkan secara langsung kepada DEPDIKNAS bukan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan didasarkan hasil rapat dewan pendidik B S Surat keterangan hasil UN diterbitkan oleh sekolah bagi peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional Ijazah diterbitkan bagi peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan penyelenggara UN B S Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Akhir Semester B S Sekolah memiliki kewajiban menjamin mutu dan kerahasiaan soal UN B S Pemerintah membuat dan menganalisis pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan kemudian menyampaikannya kepada pihak yang berkepentingan Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan B S Hasil Ujian Akhir Semester merupakan salah satu pertimbangan untuk masuk jenjang pendidikan berikutnya B B B B B B S S S S S S

103 UN adalah satu satunya kriteria penentu kelulusan siswa B S Catatan : Selesai mengerjakan telitilah kembali dan pastikan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner ini telah semuanya dijawab TERIMA KASIH

104 89 LAMPIRAN 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

105 90 PENGUJIAN VALIDITAS Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ Butir_ Butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_

106 91 butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ butir_ Reliability Statistics PENGUJIAN RELIABILITAS Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

107 92 LAMPIRAN 3 Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Anova

108 93 UJI NORMALITAS 1. Uji Normalitas Masa Kerja NPar Tests masa_kerja = 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 8 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.350 Differences Positive.350 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.991 Asymp. Sig. (2-tailed).280 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 1 masa_kerja = 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 10 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.171 Differences Positive.171 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.541 Asymp. Sig. (2-tailed).932 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 2

109 94 masa_kerja = 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 6 Normal Parameters(a,b) Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.187 Positive.187 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.458 Asymp. Sig. (2-tailed).985 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 3 masa_kerja = 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 2 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.260 Differences Positive.260 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.368 Asymp. Sig. (2-tailed).999 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 4

110 95 masa_kerja = 5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 6 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.192 Differences Positive.171 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.471 Asymp. Sig. (2-tailed).979 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 5 masa_kerja = 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 3 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.371 Differences Positive.371 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.642 Asymp. Sig. (2-tailed).804 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 6 masa_kerja = 7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 9 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.234 Differences Positive.170 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.703 Asymp. Sig. (2-tailed).706 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 7

111 96 masa_kerja = 8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 5 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.340 Differences Positive.218 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.761 Asymp. Sig. (2-tailed).608 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 8 masa_kerja = 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 6 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.271 Differences Positive.271 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.664 Asymp. Sig. (2-tailed).770 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 9

112 97 masa_kerja = 10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 7 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.260 Differences Positive.150 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.688 Asymp. Sig. (2-tailed).731 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 10 masa_kerja = 11 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 2 Normal Mean Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.260 Differences Positive.260 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.368 Asymp. Sig. (2-tailed).999 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c masa_kerja = 1

113 98 2. Uji Normalitas Profesionalisme NPar Tests Prof = 0 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 29 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.148 Differences Positive.148 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.796 Asymp. Sig. (2-tailed).550 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c Prof = 0 Prof = 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 35 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.139 Differences Positive.106 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.824 Asymp. Sig. (2-tailed).505 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c Prof = 1

114 99 3. Uji Normalitas Tingkat Pendidikan NPar Tests tk_pend = 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 3 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.326 Differences Positive.326 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.565 Asymp. Sig. (2-tailed).907 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c tk_pend = 4 tk_pend = 5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 57 Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.069 Differences Positive.058 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.518 Asymp. Sig. (2-tailed).951 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c tk_pend = 5

115 100 tk_pend = 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test(c) no_resp N 4 Normal Mean Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute.183 Differences Positive.160 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.365 Asymp. Sig. (2-tailed).999 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c tk_pend =6 UJI HOMOGENITAS DAN ANOVA 1. Uji Homogenitas dan Anova Masa Kerja pemahaman Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig pemahaman ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Uji Homogenitas dan Anova Profesionalisme pemahaman Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig

116 101 pemahaman ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Uji Homogenitas dan Anova Tingkat Pendidikan Test of Homogeneity of Variances pemahaman Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA pemahaman Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

117 102 LAMPIRAN 4 SURAT IJIN PENELITIAN

118 103

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas, yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai Peta Konsep Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai Perbandingan antara kompetensi dengan hasil yang telah dicapai Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN GURU EKONOMI TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN STATUS SEKOLAH Survei:Guru Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Sleman SKRIPSI DiajukanuntukMemenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

MKF403: S1 PTI & PTE Pertemuan ke-2

MKF403: S1 PTI & PTE Pertemuan ke-2 MKF403: S1 PTI & PTE Pertemuan ke-2 Baca permendiknas KOGNITIF DAN/ATAU PSIKOMOTORIK TEKNIK PENILAIAN TES OBSERVASI PENUGASAN TES TULIS PERORANGAN TES LISAN KELOMPOK TES PRAKTIK memiliki bukti validitas

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. PROSEDUR KERJA 4 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

ainamulyana.blogspot.co.id ainamulyana.blogspot.co.id

ainamulyana.blogspot.co.id ainamulyana.blogspot.co.id SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK DAN SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali A. Arti Penilaian Istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi, seringkali digunakan dalam dunia pendidikan. Ketiga kata tersebut memiliki persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya. Untuk

Lebih terperinci

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA PENILAIAN PEMBELAJARAN Disusun Oleh: KELOMPOK 1 Riza Gustia (A1C109020) Janharlen P (A1C109044) Zunarta Yahya (A1C109027) Widi Purwa W (A1C109030) Dewi

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS ~ 1 ~ SALINAN Menimbang BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK

Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN 009 Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK Matriks GY A Y O M AT E M A T AK A R Shadiq, M.App.Sc. DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011 Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA Jl. Palabuhanratu Km.29 Desa/Kec.Warungkiara Telp/Fax (0266)320248 Website:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1382, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pendidikan Madrasah Penyelenggaraan. Pendidikan Formal. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP LATAR BELAKANG BSNP SECARA FILOSOFIS: - PROSES PEND PROSES MENGEMBANGKAN POTENSI SISWA MENJADI KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN TTT. SISWA SIPERLAKUKAN DAN DINILAI SEC. ADIL tidak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Peraturan Akademik DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA : Jl. Raya Solo Jogya Km 13, Pucangan, Kartasura, ( 0271 ) 780593

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BIMBINGAN AKREDITASI SMK Oleh : A L M A N

STANDAR PENILAIAN BIMBINGAN AKREDITASI SMK Oleh : A L M A N STANDAR PENILAIAN BIMBINGAN AKREDITASI SMK Oleh : A L M A N 2011 Bukti fisik nomor 165 : Guru menginformasikan rancangan dan kriteria penilaian yang ada dalam silabus mata pelajaran kepada siswa pada awal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 422 / 042 / SMPN 19 Tentang PERATURAN AKADEMIK A. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN 1. Proses Pembelajaran dilaksanakan dalam tahun pelajaran. 2. Satu Tahun Pelajaran dibagi

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171 PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp. 022-426481112 fax. 022-4264881 Bandung 40171 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2006 Materi : Wawasan Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**)

SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN Menimbang : a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 41, 2005 IPTEK. Standar Nasional.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH/PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan ; setiap

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci