HUBUNGAN PHBS DENGAN KEADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 TESIS. Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PHBS DENGAN KEADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 TESIS. Oleh"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PHBS DENGAN KEADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 TESIS Oleh SARIMAWATI SITOHANG /IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

2 HUBUNGAN PHBS DENGAN KEADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Oleh SARIMAWATI SITOHANG /IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

3 Judul Tesis : HUBUNGAN PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 Nama Mahasiswa : Sarimawati Sitohang Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Menyetujui Komisi Pembimbing (Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M) Ketua (Dra. Syarifah, M.S) Anggota Ketua Program Studi S2 Dekan (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) Tanggal Lulus : 8 Agustus 2016

4 Telah diuji Pada Tanggal : 8 Agustus 2016 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M : 1. Dra. Syarifah, M.S 2. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes

5 PERNYATAAN HUBUNGAN PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HUTABAGINDA KECAMATAN TARUTUNG TAHUN 2016 TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 8 Agustus 2016 Penulis Sarimawati Sitohang /IKM

6 ABSTRAK Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor tingkungan yang meiiputi sarana air bersih (SAB), sanitasi lingkungan, jamban, dan kondisi rumah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun 2016 Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan studi kasus kontrol.populasi kasus adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang mengalami diare dari bulan November 2015 hingga Januari 2016 diwilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung. Populasi kontrol adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang tidak mengalami diare sebanyak 342 orang. Jumlah sampel kasus 67 responden dan sampel kontrol berdasarkan matching jenis kelamin dan kelompok umur dengan kasus. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian roenunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun berpengaruh terhadap kejadian diare. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare adalah cuci tangan pakai sabun dengan koefisien regresi 1,962. Balita yang diare berpetuang sebesar 7,114 kali tidak mencuci tangan dengan sabun dibanding balita yang tidak diare. Diharapkan ibu membiasakan diri mencuci tangan pakai sabun, menggunakan air bersih yang bebas dari kuman penyakit dalam sehari-hari, memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan memberikan makanan pendamping ASI tepat pada waktunya usia 6-24 bulan dan menyediakan jamban yang sehat yang bermanfaat untuk menjaga lingkungan yang bersih, sehat dan tidak berbau. Kata Kunci: Diare, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

7 ABSTRACT Diarrhea usually attacks babies and balita. One of the risk factors that is often studied is the environmental factor which includes SAB, environmental sanitation, latrines, and home condition. The objective of the research was to analyze the correlation between the indicator of PHBS with the prevalence of diarrhea in balita in Hutabaginda Puskesmas, Tarutung Subdistrict, in The research was observational with case-control study design. The population was all women who had balita with diarrhea in the working area of Hutabaginda Puskesmas, Tarutung Subdistrict, from November, 2015 until January, Control population consisted of 342 women who had balita with no diarrhea. Case samples consisted of and control 67, based on matching sex and age with cases. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression analysis. The result of the research showed that breastfeeding with exclusive ASI, the use of clean water, the use of healthy latrines, and washing hands with soap influenced the incidence of diarrhea. The variable which had (he most dominant influence on the incidence of diarrhea was washing hands with soap at the regression coefficient of and not washing hands with soap of times. It s recommended that women get used to washing their hands with soap, using clean water which is free from bacteria in their daily life, breastfeed 0-6 month-old babies with exclusive ASI, give food supplement besides ASI to month-old babies, ami provide healthy latrines which are used to keep environment clean, healthy, sand odorless. Keywords: Diarrhea, Clean and Health Life Behavior (PHBS)

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Hubungan PHBS Dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk raenyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Prornosi Kesehatan dan llmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penuhsmengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 llmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 4. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M dan Dra. Syarifah, M.S selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

9 meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan tesis ini selesai. 5. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M, dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Komisi Penguji yang telah banyak membenkan arahan dan masuk demi kesempumaan penulisan tesis ini. 6. Bupati Tapanuli Utara dan Bapak Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tapanuli Utara serta seluruh staf yang telah memberikan dukungan materil dan moril serta bantuan iainnya sejama penulis daiarn proses pendidikan. 7. Kepala Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung yang telah memberikan data yang diperlukan terkait tesis ini, 8. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermaniaat seiama penulis mengikuti pendidikan. 9. Secara khusus terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada suami Ferdinan Sitinjak, ST, MT dan anak-anakku tercinta Leonard, Jonathan dan Loisa dan kedua orangtua yang senantiasa menjadi sumber inspirasi yang memberikan doa dan dukungan sehingga terselesainya tesis ini. 10. Kepada sahabat-sahabatku seperjuangan di S2 FKM USU Delfin, Lambok, Eka, dan teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 11. Seluruh teman-teman satu angkatan 2014 yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempumaan tesis ini.

10 Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Tuhan yang Maha Esa untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan. Medan, 8 Agustus 2016 Penulis Sarimawati Sitohang /IKM

11 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Sarimawati Sitohang dilahirkan di Kota Doloksanggul pada tanggal 20 November 1975 beragama Katolik, penulis anak keempat dari sembilan bersaudara dengan status sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Bertempat tinggal di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Dolok Sanggul tahun 1988, tahun 1991 menamatkan pendidikan SLTP HKBP di Dolok Sanggul, tahun 1994 menamatkan SLTA Negeri 1 Doloksanggul, tahun 1997 pendidikan Akper Medistra Lubuk Pakam, tahun 2002 pendidikan D4 Keperawatan USU, tahun tugas Belajar di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Medan. Penulis memulai karir sebagai Dosen di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mulai tahun 2003 sampai Januari 2016 dan Pebruari 2016 bekerja di Instansi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sampai saat ini.

12 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii RIWAYAT HIDUP... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan masalah Tujuan Umum Hipotesis Manfaat Penelitian... 8 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tujuan Peningkatan PHBS Manfaat PHBS Sasaran PHBS Indikator PHBS di Rumah Tangga Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Diare Etiologi Patologenesis Cara Penularan dan Faktor Risiko Jenis-Jenis Diare Tanda dan Gejala Diare Pencegahan Diare pada Balita Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare pada Balita Landasan Teori Kerangka Konsep BAB 3. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Populasi Kasus... 37

13 Populasi Kontrol Sampel Kasus Sampel Kontrol Teknik Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel dan Definisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Metode Pengukuran Metode Analisa Data BAB 4. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Responden Variabel PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Pengaruh PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung BAB 5. PEMBAHASAN Pemberian ASI Eksklusif Penggunaan Air Bersih Penggunaan Jamban Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun... 64

14 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 76

15 DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen Aspek Pengukuran Variabel Penelitian Distribusi Frekuensi Umur Ibu, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Umur Balita dan Jenis Kelamin Distribusi Frekuensi PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) di Wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Hasil Uji Regresi Logistik dengan Memasukkan Seluruh Variabel Kandidat dalam Model... 50

16 DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 2.1. Bagan Teori S-O-R menurut Skinner Kerangka Konsep Penelitian... 35

17 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian Master Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Output Statistik Dokumentasi Penelitian Surat Izin Penelitian Surat Balasan Penelitian

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, yang sebagian besar disebabkan oleh sumber makanan dan air minum yang terkontaminasi disamping sanitasi lingkungan yang kurang baik. Di seluruh dunia terdapat 780 juta orang tidak memiliki sanitasi yang baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang. Sebagian besar orang meninggal akibat diare karena dehidrasi berat dan kehilangan cairan (WHO, 2013). Data dari World Gastroenterology Organisation Global Guideline (2012), terdapat sekitar dua miliar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahun. Jumlah ini adalah 18% dari semua kematian anak di bawah lima tahun dan berarti bahwa lebih dari 5000 anakanak meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak akibat diare, 78% terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data WHO tahun 2010, pada Weekly Morbidity and Mortality Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa, Pakistan, dilaporkan pada tanggal 29 Mei hingga 4 Juni 2010 dari semua jumlah kunjungan pasien, didapatkan 12% diantaranya menderita penyakit diare dan dari semua jumlah pasien yang menderita diare, 23% pasien adalah balita, dimana yang menderita penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.

19 Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%). Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per penduduk (Kajian Morbiditas Diare 2012). Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. (Kemenkes RI, 2015) Situasi KLB Diarae secara nasional Tahun 2014 menempati posisi pertama adalah Provisinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 79 kasus diare dan meninggal sebanyak 2 kasus. Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat 78 kasus dan meninggal sebanyak 2 orang, disusul Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Enrekang sebanyak 44 kasus diare dan sebanyak 1 orang meninggal. Provinsi Lampung Kabupaten Pesawaran didapatkan 1 kasus diare meninggal, di Provinsi NTT di Kabupaten Timor Tengah Selatan didapatkan kasus diare dan diantaranya 23 orang meninggal dunia, selanjutnya Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Pasuruan didapatkan 258 kasus dan tidakada ditemukan meninggal dunia. Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian

20 secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai target program (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, dari perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per penduduk, Dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus yaitu Samosir (18,33%), Nias Utara (17,66%) dan Karo (12,73). Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Sergei yaitu 0,52% dan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 7,61% (Dinkes Provsu, 2012). Berdasarkan data di Tarutung didapatkan terdapat 121 balita yang mengalami diare setiap bulannya (Dinkes Kabupaten Tapanuli Utara, 2015) Penyakit diare pada bayi dan anak dapat menimbulkan dampak yang negatif yaitu menghambat proses tumbuh kembang anak sehingga dapat menurunkan kualitas hidup anak (Astuti, dkk., 2011). Keadaan abnormal berak dengan frekuensi tiga kali atau lebih dengan konsistensi cair, lembek dengan atau tanpa adanya darah lender dalam feses disebut diare (Rompas, dll., 2013). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi lingkungan, jamban, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa

21 kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri e.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Kontaminasi bakteri e.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini sehingga mengakibatkan masalah kesehatan (Laila, 2012). Perilaku merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga ber-phbs (Proverawati & Rahmawati, 2012). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat, akibat faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri. penyebab diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2011). Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu

22 mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik nyamuk). Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima provinsi dengan pencapaian PHBS di atas angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%). Sedangkan provinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah Papua (24,4%),Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan 10 indikator PHBS di rumah tangga yang berhubungan dengan kejadian diare adalah bayi diberi ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun, dan menggunakan jamban sehat (Proverawati & Rahmawati, 2012). Penelitian Sitinjak (2011), tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige, menyatakan bahwa adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu menggunakan air bersih, menggunakan air minum, menggunakan jamban dan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Penelitian lain juga dilakukan Devita M, Maria A (2013) menyimpulkan terdapat pengaruh personal hygiene ibu yang tidak baik berhubungan dengan peningkatan kejadian diare pada balita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riki Nur Pratama mengenai hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal

23 hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sumu Rejo Kecamatan gunung pati, Semarang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kondisi tempat sampah, mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sumu Rejo, Semarang (Nur pratama, 2013). Penelitian Kusumaningrum, Hepiriyani, & Nurhalinah (2011), tentang Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang yaitu ada hubungan yang bermakna antara variabel pemberian penggunaan air bersih (p = 0,006; OR = 4,021), penggunaan jamban sehat (p = 0,024; OR = 3,043), kebiasaan mencuci tangan (p = 0,000; OR = 7,667), dan PHBS (p = 0,000; OR = 9,750) dengan Kejadian Diare Balita. Hasil survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung didapatkan sebanyak 25 balita menderita diare perbulannya. Hal ini disebabkan karena sanitasi lingkungan yang masih kurang baik. Di wilayah kerja puskesmas ini masih ditemukan banyak ditemukan jamban tidak sehat seperti tidak dilegkapi saptitank, tidak dilengkapi dinding hanya ditutup dengan sesek bambu dan tidak ada atap pelindung dimana tinja yang dibuang langung mengalir ke sungai, terdapat jamban umum tetapi kondisi kotor dan bau, ada juga masyarakatnya masih membuang tinja di sawah. Sumber air bersih masyarakatnya masih banyak yang menggunakan sumur terbuka. Cakupan PHBS di Desa Pardangguran hanya mencapai 27%. Kendala tercapainya PHBS karena kebiasaan masyarakat yang sulit dirubah akibat masih belum memiliki pengetahuan pentingnya PHBS, terkhususnya dapat

24 mencegah penyakit yang berhubungan dengan perilaku. Indikator PHBS yang paling banyak bermasalah adalah ASI eksklusif, dan penggunaan jamban. Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Pardangguran pada dua ibu yang balitanya mengalami diare didapatkan bahwa balitanya hanya mendapatkan ASI hanya sampai usia 1 tahun, dan ibu yang kedua menyatakan anaknya sampai saat ini masih diberi ASI tetapi tidak diberi ASI eksklusif. Kedua ibu ini menyatakan bahwa keluarga mereka menggunakan air sumur untuk memasak dan juga jamban mereka tidak dilengkapi septitank. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Indikator PHBS dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Perumusan Masalah Dari latar belakang di penyakit diare merupakan masalah yang cukup penting karena angka kesakitannya yang tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian tersebut adalah sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung masih belum menerapkan PHBS dengan baik, oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada hubungan Indikator PHBS dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Tujuan Umum

25 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan air minum, penggunaan jamban sehat, dan cuci tangan pakai sabun) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan PHBS (pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan air minum, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun) terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan dan sosialisasi upaya pencegahan kejadian diare serta menurunkan angka kejadian diare yang termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan. 2. Bagi masyarakat, merupakan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan diare terhadap lingkungan sekitar dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengatasi kejadian diare di Rumah Tangga.

26 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menurut Permenkes RI No.2269/MENKES/PER/XI/2011 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Dibidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktekkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggukan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolahan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Dibidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktekkan perilaku meminta pertolongan meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi aseptor keluarga berencana dan lain-

27 lain. Dibidang gizi dan farmasi harus dipraktekkan perilaku makan dengan giji seimbang, minum tablet tambah darah selama hamil, memberi bayi ASI esklusif, mengkonsumsi garam beryodium danlain- lain. Sedangkan dibidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktekkan perilaku ikut serta dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat atau (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas pelayan kesehatan lain dan lain-lain. (Depkes, 2011) Tujuan Peningkatan PHBS Membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat bagi perorangan, keluarga/kelompok, masyarakat umum, meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2011). Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat sebagai berikut (Maryunani, 2013) : 1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. 2. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. 3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan. 4. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan untuk pencapaian PHBS di rumah tangga.

28 2.1.2 Manfaat PHBS 1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga: a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit b. Anak tumbuh sehat dan cerdas. c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. 2. Manfaat PHBS bagi masyarakat: a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat. b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain Sasaran PHBS

29 Tatanan Rumah Tangga, sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam: 1. Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah). 2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor terkait, PKK3. 3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan lain-lain Indikator PHBS di Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat. Indikator PHBS di Rumah Tangga (Dinkes, 2006) dalm Maryunani (2013): 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal

30 terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. 2. Memberi ASI Eksklusif Adalah bayi pada usia 0 6 bulan hanya diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan, tidak diberi makanan tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air putih untuk minum obat saat bayi sakit. Asi banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan sehingga mampu melindungi bayi dari alergi. 3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu. Setelah balita di timbang di buku KIA maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik. Naik, bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS. Tidak naik, bila garis pertumbuhannya menurun. Bila balita mengalami gizi kurang maka akan dijumpai tanda tanda: a. Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut turut, badannya kurus b. Mudah sakit c. Tampak lesu dan lemah d. Mudah menagis dan rewel

31 e. Mencuci tangan dengan air dan sabun 4. Mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan atau tanpa air, cairan lain dan sabun dengan tujuan membersihkan tangan daripada kotoran dan mikroorganisme. Tujuan tindakan mencuci tangan adalah untuk membersihkan tangan dari patogen (termasuk bakteri dan virus) dan zat-zat kimiawi yang dapat membahayakan dan mengancam kesehatan. Kebiasaan ini harus diterapkan kepaa seluruh masyarakat karena tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran patogen adalah dengan mencuci tangan dengan benar. Mencuci tangan tidak dapat mencegah penyakit yang bersifat dropletdan airborne seperti campak, influenza dan tuberkulosis. Jenis penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan cara mencuci tangan adalah infeksi yang ditularkan secara fekal-oral serta kontak fisik, Selain menggunakan air dan sabun, tindakan mencuci tangan juga boleh dilakukan dengan menggunakan alkohol yang juga efektif membunuh patogen patogen tertentu. Misalnya: mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, mencuci tangan sesudah buang air besar dengan sabun, karena sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman akan masih tertinggal. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan : a. Setia kali tangan kita kotor ( setelah memegang uang, binatang dan berkebun) b. Setelah buang air besar c. Setelah membersihkan kotoran bayi d. Sebelum memegang makanan e. Sebelum makan dan menyuapi makanan

32 f. Sebelum menyusui bayi g. Sebelum menyuapi anak h. Setelah bersin, batuk dan membuang ingus Langkah-langkah mencuci tangan yang benar a. Basahi tangan dengan air dibawah kran atau air mengalir. b. Ambil sabun secukupnya untuk seluruh tangan. Jenis sabun yang lebih baik digunakan adalah sabun yang mengandung antiseptik. c. Gosokkan kedua telapak tangan sampai ke ujung jari. d. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri dan sebaliknya dengan jarijari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri, lakukan sebaliknya. e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci, usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan gerakan berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. f. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan dan berputar, lakukan sebaliknya. g. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar, lakukan pula untuk tangan kiri. h. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir lalu keringkan tangan dengan handuk atau tisu (CDC, 2010). 5. Menggunakan air bersih

33 Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari. Air bersih baik secara fisik tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainya. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penyakit Diare, Kolera, Thypus, Kecacingan, Penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan (Proverawati, 2012). Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih). Menjaga kebersihan sumber air bersih merupakan hal yang penting. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter. Sumber mata air harus dilindung dari pencemaran. Air yang sehat harus mempunyai persyartan sebagai berikut: Syarat syarat air minum yang sehat agar air inum itu tidak menyebabkan penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut:

34 a. Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. b. Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri. Terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudahmemenuhi kesehatan c. Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. (Maryuni 2013) 6. Menggunakan jamban sehat Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/ WC dengan tangki septic atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. Misalnya buang air besar di jamban dan membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban mencegah pecemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga memiliki syarat seperti tidak mencemari

35 sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan dan penerangan dan ventilasi yang cukup. Penggunaan jamban yang bersih dan sehat dapat juga mencegah terjadinya pencemaran air yang ada dilingkungan sekolah serta juga dapat menghindari adanya lalat dan serangga yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit diare, demam tifoid, serta kecacingan (Evayanti, 2012). 7. Rumah bebas jentik Adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dirumah satu kali seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air, vas bunga, pot bunga/ alas pot bunga, wadah penampungan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas dan barang-barang bekas/ tempat-tempat yang bisa menampung air. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M (menguras. Menutup dan mengubur plus menghindari gigitan nyamuk) 8. Makan buah dan sayur setiap hari Pilihan buah dan sayur yang bebas peptisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya cirri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap segar. Adalah anggota keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik

36 dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. 10. Tidak merokok di dalam rumah Adalah anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah. Tidak boleh merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatankarena dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar bahan kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan carbonmonoksida (CO) Strategi Perilaku hidup Bersih dan Sehat Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS, yaitu: 1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attiude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). 2. Bina Suasana (Social Support) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

37 Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada. Oleh karena itu untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan masyarakat umum. 3. Pendekatan Kepada Pemutus Kebijakan dan Penentu Kebijakan (Advocacy) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu : a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. 2.2 Diare Menurut Depkes RI (2011), diare merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair disertai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut Sunoto dalam Juffrie (2010), diare adalah buang air

38 besar pada bayi atau anak dengan frekuensi lebih dari empat kali perhari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair baik dengan maupun tanpa disertai lendir dan darah. Untuk bayi baru lahir yang minum ASI dikatakan diare bila frekuensi BAB nya lebih dari empat kali sehari. Hal ini terjadi karena adanya intoleransi laktosa akibat belum sempurnanya sistem saluran cerna bayi. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang 14 hari. Menurut Navaneethan dan Ralph (2011), diare secara umum didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi dari buang air besar dan bentuk tinja yang tidak normal atau cair. Pada keadaan normal makanan yang terdapat didalam lambung dicerna menjadi bubur kimus kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat gizi diresorpsi oleh villi kedalam darah, sisa kimus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair Suharyono (2008). Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, diamana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008).

39 2.2.1 Etiologi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor (Ahlquist dan Camilleri, 2005) yaitu : 1. Faktor Infeksi a. Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans). b. Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. 2. Faktor Malabsorbsi a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

40 b. Malabsorbsi protein 3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. 5. Faktor Pendidikan Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak. 6. Faktor umur balita Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur bulan. 7. Faktor lingkungan Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

41 8. Faktor Gizi Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = , kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB. 9. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan). (Ahlquist dan Camilleri, 2005) Patogenesis Maryunani (2010), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. 1. Faktor Infeksi (Suharyono, 2008)

42 Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat. 2. Faktor Malabsorbsi (Sudarti, 2010) Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. 3. Faktor Makanan Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. 4. Faktor Psikologis. Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare Cara Penularan dan Faktor Risiko Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak

43 langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah: 1. Faktor perilaku a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan Pakai Sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis 2. Faktor lingkungan a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

44 2.2.4 Jenis-jenis Diare Menurut Suryono (2008) ada beberapa jenis diare : 1. Diare cair akut Diare cair akut memiliki ciri utama : gejalanya dimulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari 75% orang yang terkena diare mengalami diare cair akut. 2. Disentri Disentri memiliki dua ciri utama : adanya darah dalam tinja, mungkin desertai kram perut, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang cepat. Sekitar 10-15% anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) mengalami disentri. 3. Diare yang menetap atau persisten Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama : pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan. Diare kronis adalah istilah yang digunakan bagi diare yang berulang atau berlangsung lama. Hal ini tidak disebabkan oleh infeksi apapun, tetapi sering kali akibat gangguan pencernaan. Diare jangka panjang yang disebabkan oleh infeksi disebut diare persisten. Diare menyebabkan terjadinya kerusakan morphologi usus yang mengakibatkan zat gizi terutama protein hilang secara langsung. Penderita penyakit diare kronis akan mengalami kekurangan enzim pencernaan dan kerusakan mukosa usus halus yang mengakibatkan terjadinya intoleransi terhadap karbohidrat dan

45 enteropati karena sensitive terhadap protein makanan. Disamping itu villus usus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dengan baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak diserap akan meningkatkan tekanan usus sehingga terjadi hiperperistaltik usus yang menyebabkan kotoran keluar melalui anus (Juffrie, 2010). Penderita akan mengalami kegagalan pertumbuhan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan dan sosial yang kompleks dan dapat mengakibatkan kematian Tanda dan Gejala Diare Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin menigkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat sering defekasi, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lamamakin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus (Sodikin 2011). Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan tugor kulit berkurang, dan selaput kering pada mulut bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan yang hilang (Sodikin 2011)

46 2.2.6 Diare pada Balita Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004). Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan (Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2012). Insiden tertinggi pada golongan umur 6-35 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping dan anak mulai aktif bermain. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya risiko diare pada anak usia 6-35 bulan antara lain penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terpapar bakteri tinja dan kontak lansung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak (SDKI, 2007). Penelitian tentang aspek epidemiologi dan klinis pasien dilakukan di Brazil oleh Cameiro, et.al menemukan bahwa 87 % anak dirawat dengan gastroenteritis berumur kurang dari empat tahun. Diare pada balita diawali bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair

47 dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. (Mansjoer, 2009) Ada beberapa aspek yang dapat menjadi faktor resiko diare yang ada pada anak, terutama yang berusia kurang dari dua tahun. Tidak diberikan ASI Eksklusif, status imunisasi yang tidak lengkap, status gizi yang rendah, tidak diberikan vitamin A dan penyakit yang diderita balita Pencegahan Diare Pada Balita Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) dalam Maryunani (2013) adalah sebagai berikut: 1. Pemberian ASI

48 ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. 2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006). 3. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). 4. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

49 menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006). 5. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). 6. Membuang Tinja Bayi yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar 7. Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). 2.3 Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare Pada Balita Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan diare. Perilaku sehat seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan antara lain pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta kebersihan lingkungan.

50 Keadaan kesehatan yang tidak baik mempengaruhi terhadap terjadinya penyakit diare dibandingkan dalam kesehatan yang baik (Suriadi 2001). Penelitian yang dilakukan Hajar (2013) menyatakan Berdasarkan hasil analisis hubungan antara PHBS dengan kejadian diare didapatkan bahwa balita dengan PHBS keluarga kurang lebih banyak pada balita yang mengalami diare yaitu sebesar 48,3%. Sedangkan PHBS keluarga baik lebih banyak pada balita bukan diare yaitu sebesar 41,7%. Hasil uji statistic berdasarkan uji Chi-Square Test dengan nilai kemaknaan α=0,05, dimana hasil penelitian diperoleh p=0,0001 yang menunjukkan α>p atau 0,05>0,000. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara PHBS keluarga dengan kejadian diare pada balita di Desa Mattiro Dolangeng wilayah Puskesmas Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu upaya dalam pencegahan diare pada balita, dengan menerapkan indikator PHBS seperti memberikan ASI Eksklusif, menggunakan air bersih sesuai dengan standart mutu air, penggunaan air minum yang sesuai dengan standart, penggunaan jamban sehat dan mencuci tangan akan mengurangi resiko terjadinya diare pada balita. ASI Ekslusif mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya, ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol (Supriasa, 2002)

51 Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinthamurniaty (2006) menemukan bahwa ada hubungan antara kebersihan sumber air bersih dengan kejadian diare, penelitian Kusumaningrum, dkk (2011) menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Menurut Budiyono dan Wuryanto (2007) menyatakan bahwa ada hubungan antara sumber air minum yang digunakan sehari-hari dengan kejadian diare di Kelurahan Bandarharjo dengan nilai p = 0,032 (p <0,05). Penelitian Amaliah (2010) yang menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan air minum dengan kejadian diare pada balita Desa Toriyo. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitas akan meningkatkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003). Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit diare. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Penelitian WHO menunjukkan bahwa mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 45%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Nur Alam dan Hamzah, dkk (2012) bahwa memcuci tangan mempunyai pengaruh atau hubungan terhadap kejadian penyakit diare. penelitian

52 Kusumaningrum, dkk (2011) yang menemukan bahwa ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan baik, balitanya kecil kemungkinan untuk terkena diare dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan kurang baik. Begitu pula penelitian Kusumawati, dkk (2011) menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan kejadian diare pada balita. 2.4 Landasan Teori Infeksi Air Bersih Lingkungan Jamban Diare Air Minum Makanan Malnutrisi Gambar 2.1 Kerangka Teori Ahalguit Camillery Tahun 2005

53 2.5 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen Variabel Dependen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) a. Pemberian ASI Eksklusif b. Penggunaan Air Bersih c. Penggunaan Air Minum d. Penggunaan Jamban Sehat e. Cuci Tangan Pakai sabun Kejadian Diare pada Balita Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

54 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan studi kasus kontrol. Rancangan studi kasus kontrol tanpa penyetaraan yaitu untuk mempelajari hubungan faktor risiko dengan. terjadinya diare pada balita. dengan cara membandingkan kelompok kasus (diare) dan. kelompok kontrol (balita yang berkunjung ke puskesmas tidak menderita diare di wilayah kerja di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung) berdasarkan status paparannya. Kelompok studi yaitu anak balita yang menderita diare yang di diagnosa oleh perawat/dokter yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung. Kelompok kontrol yaitu anak balita yang tidak menderita diare tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan kasus (Sastroasmoro, 2008). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung. Hal ini disebabkan ditemukan banyak kasus diare yaitu 25 balita tiap bulannya dan PHBS masyarakat yang masih kurang.

55 3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita usia >1 tahun - <60 bulan yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung sebanyak 342 balita Populasi Populasi Kasus Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang mengalami diare dari bulan November 2015 hingga Januari 2016 di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung Populasi Kontrol Seluruh ibu yang memiliki balita yang tidak mengalami diare bulan November 2015 hingga Januari 2016 di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung sebanyak 342 orang Sampel Kasus Sampel kasus adalah ibu yang memiliki balita yang mengalami diare dari bulan November 2015 hingga Januari 2016 di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung Sampel Kontrol Sampel kontrol adalah ibu yang memiliki balita yang tidak mengalami diare bulan November 2015 hingga Januari 2016 di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung dan dipilih berdasarkan matching jenis kelamin dan kelompok umur dengan interval 1-<2 tahun; 2-<3 tahun; 3-<4 tahun; dan 4-<5 tahun dengan

56 kasus. Penentuan besarnya sampel penelitian mengacu kepada hasil Odds Ratio (OR) dari penelitian Kusumaningrum, Hepiriyani, & Nurhalinah (2011) tentang Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang. Untuk memenuhi jumlah sampel minimal maka, dengan menggunakan OR pemberian penggunaan air bersih (p = 0,006; OR = 4,021) dari penelitian tersebut dilakukan penghitungan besar sampel dengan rumus sebagai berikut (Lameshow et.al. 1997): n = n = 67 Keterangan: OR = Odds ratio (4,021) P1 = Perkiraan proporsi faktor risiko pada kasus (0,917) P2 = Perkiraan proporsi faktor risiko pada kontrol (0,734) n = Jumlah sampel

57 Z1-α/2 = 1,96 (untuk α = 0,05) Z1-β = 0,842 (untuk β = 80%) Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh jumlah sampel kasus 67 responden dan sampel kontrol 67 responden sehingga total sampel 134 responden Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk sampel kasus dan kontrol adalah purposive sampling yang diambil berdasarkan data Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tarutung dari bulan November 2015 hingga Januari Sampel kontrol diambil secara simple random sampling dengan cara tabel random. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti melakukan wawancara langsung terhadap ibu-ibu yang memiliki balita. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Pengumpulan data primer dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan menyebar kuesioner dan observasi langsung meliputi karakteristik responden dan bayi, pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan air minum, penggunaan jamban, cuci tangan pakai sabun dan penyakit diare.

58 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan dan catatan mengenai kejadian diare pada balita usia bulan dari data puskesmas di wilayah kerja Hutabaginda Kecamatan Tarutung. 3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner a. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan nilai corrected item total correlation (r), dengan ketentuan jika nilai corrected item total correlation > dari nilai r tabel (=0,361) pada α= 5%, dan df= 28 maka dinyatakan valid dan jika nilai corrected item total correlation (r) < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010). Sampel pada uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30 orang dengan karakteristik yang sama yang dilakukan di Puskesmas Siatas Barita. b. Uji Reliabilitas Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah menggunakan Cronbach Alpha. Jika hasil uji memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka variabel tersebut dikatakan reliabel (Nursalam, 2008).

59 Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen Variabel Corrected Item Cronbach`s Status Total Correlation Alpha Status Air besrih 1 0,620 Valid 0,829 Reliabel Air besrih 2 0,491 Valid Air besrih 3 0,716 Valid Air besrih 4 0,392 Valid Air besrih 5 0,608 Valid Air besrih 6 0,608 Valid Air besrih 7 0,477 Valid Air besrih 8 0,563 Valid Air minum 1 0,655 Valid 0,855 Reliabel Air minum 2 0,552 Valid Air minum 3 0,736 Valid Air minum 4 0,735 Valid Air minum 5 0,655 Valid Air minum 6 0,506 Valid Air minum 7 0,505 Valid Jamban 1 0,755 Valid 0,835 Reliabel Jamban 2 0,698 Valid Jamban 3 0,559 Valid Jamban 4 0,606 Valid Jamban 5 0,473 Valid Jamban 6 0,404 Valid Jamban 7 0,617 Valid Cuci tangan 1 0,413 Valid 0,832 Reliabel Cuci tangan 2 0,709 Valid Cuci tangan 3 0,665 Valid Cuci tangan 4 0,546 Valid Cuci tangan 5 0,665 Valid Cuci tangan 6 0,665 Valid Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa seluruh variabel air bersih, air minum, jamban dan cuci tangan pakai sabun mempunyai nilai corrected item total correlation > 0,361 dan nilai cronbach alpha > 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel independen valid dan reliabel.

60 3.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan air minum, penggunaan jamban, dan cuci tangan pakai sabun. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita usia bulan di wilayah kerja Hutabaginda Kecamatan Tarutung Definisi Operasional Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka defenisi opersional yang meliputi: 1. Pemberian ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan tanpa diberi tambahan cairan lain dan makanan padat kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Dikategorikan menjadi diberikan ASI Eksklusif dan tidak ASI Eksklusif 2. Penggunaan air bersih adalah air yang digunakan ibu untuk keperluan sehari-hari meliputi sumber air bersih yang digunakan, mencuci peralatan makan dan membersihkan tempat penampungan air bersih. 3. Penggunaan air minum adalah air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh meliputi sumber air minum, keadaaan penyimpanan air minum, dan membersihkan tempat penampungan air. 4. Penggunaan jamban sehat adalah tempat pembuangan kotoran (tinja) yang dimiliki keluarga meliputi jenis jamban, keadaan jamban dan letak jamban.

61 5. Cuci tangan pakai sabun adalah tindakan ibu untuk membersihkan tangan dengan menggunakan sabun saat menyiapkan makanan dan menyuapi anak. 6. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair 3.7 Metode Pengukuran Metode Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian Variabel Alat ukur Jumlah Pertanyaan Kategori a. ASI eksklusif Kuesioner 3 0. Tidak ASI Eksklusif 1. ASI Eksklusif b. Penggunaan air Kuesioner Tidak baik (skor < bersih 70%) 1. Baik (skor 70%) c. Penggunaan air minum d. Penggunaan jamban Kuesioner 9 0. Tidak baik (skor < 70%) 1. Baik (skor 70%) Kuesioner 8 0. Tidak baik (skor < 70%) 1. Baik (skor 70%) Kuesioner 6 0. Tidak (skor < 70%) 1. Ya (skor 70%) e.cuci tangan pake sabun f. Diare Kuesioner 2 0. Ya 1. Tidak Hasil Skala Ukur Ukur - Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 0-3 Ordinal Ordinal 3.8 Metode Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Analisis univariat yaitu analisis gambaran tentang distribusi frekuensi dari variabel penelitian independen yaitu pemberian ASI ekslusif, penggunaan air bersih, penggunaan air

62 minum, penggunaan jamban, dan cuci tangan pakai sabun serta variabel terikat yaitu kejadian diare. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masingmasing variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariat diuji secara bersama-sama terhadap variabel dependen menggunakan uji Regresi Logistik ganda (multiple logistic regression) pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) (Hidayat, 2010).

63 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Tarutung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sipoholon b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siatas Barita c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sipahutar d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Adiankoting Puskesmas Hutabaginda terletak di Jln. Dr. TB. Simatupang No. 380 Keluarahan Hutatoruan VII Kecamatan Tarutung, yang terdiri dari 7 kelurahan dan 24 desa dengan luas wilayah 107,68 Km 2. Jumlah penduduk Kecamatan Tarutung adalah jiwa ( KK) dimana jumlah penduduk yang menerima kartu JKN jiwa dan yang rujukan jiwa. Penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari jiwa dan perempuan jiwa.

64 4.2. Karakteristik Responden Distribusi umur ibu, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, umur balita dan jenis kelamin balita, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Umur Balita dan Jenis Kelamin Variabel Kasus Kontrol n % n % Umur Ibu 35 tahun 46 68, ,7 <35 tahun 21 31, ,3 Pendidikan Rendah 39 58, ,7 Tinggi 28 41, ,3 Pekerjaan PNS/TNI/POLRI ,0 Swasta 4 6,0 7 10,4 Karyawan/buruh 4 6,0 7 10,4 Ibu rumah tangga 15 22, ,4 Petani 44 65, ,7 Penghasilan >UMP (Rp ,00) 8 11, ,9 UMP (Rp ,00) 15 22, ,8 <UMP (Rp ,00) 44 65, ,3 Umur Balita 1-<2 tahun 13 19, ,4 2-<3 tahun 22 32, ,8 3-<4 tahun 21 31, ,3 4-<5 tahun 11 16, ,4 Jenis Kelamin Laki-laki 34 50, ,7 Perempuan 33 49, ,3

65 Dari Tabel 4.1 diketahui pada kelompok kasus bahwa umur ibu paling banyak 35 tahun, demikian juga pada kelompok kontrol. Pendidikan ibu paling berpendidikan rendah, baik kelompok kasus maupun kontrol. Lebih banyak ibu bekerja sebagai petani, baik kelompok kasus maupun kontrol. Penghasilan pada kelompok kasus banyak yang <UMP (Rp ,00), demikian juga pada kelompok kontrol. Umur balita dan jenis kelamin matching baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu lebih banyak umur balita pada interval 2-<3 tahun dan berjenis kelamin laki-laki Variabel PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun 2016 Distribusi variabel pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan air minum, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Variabel Kasus Kontrol n % n % Pemberian ASI Eksklusif Tidak ASI eksklusif 45 67, ,3 ASI eksklusif 22 32, ,7 Penggunaan Air Bersih Tidak baik 42 62, ,3 Baik 25 37, ,7 Penggunaan Air Minum

66 Tabel 4.2 (Lanjutan) Tidak baik 30 44, ,3 Baik 37 55, ,7 Penggunaan Jamban Sehat Tidak baik 39 58, ,9 Baik 28 41, ,1 Cuci Tangan Pakai Sabun Tidak 48 71, ,7 Ya 19 28, ,3 Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif lebih banyak yang tidak ASI ekslusif (67,2%) pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol (37,3%). Penggunaan air bersih pada kelompok kasus lebih banyak yang tidak baik (62,7%) dibanding kelompok kontrol (31,3%). Penggunaan air minum lebih banyak yang baik (55,2%) pada kelompok kasus, demikian juga dengan kelompok kontrol. Penggunaan jamban sehat lebih banyak tidak baik (58,2%) pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol (29,9%). Cuci tangan pakai sabun pada kelompok kasus banyak yang ya, demikian juga pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 67 kelompok kasus dan 67 kelompok kontrol dengan menanyakan tentang pemberian ASI ekslusif, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah pada saat bayi sebelum berusia 6 bulan, apakah ibu memberian susu formula jika ASI tidak mencukupi (pertanyaan nomor 3) sebanyak 38 orang (56,7%), sedangkan pada kelompok kontrol pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan (pertanyaan nomor 1) sebanyak 42 orang (62,7%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

67 Tabel 4.3 Distribusi Item Pertanyaan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung No. ASI 1. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan 2. Apakah ibu memberikan makanan tambahan (madu, bubur, jus) selain ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan 3. Pada saat bayi sebelum berusia 6 bulan, apakah ibu memberian susu formula jika ASI tidak mencukupi Kasus Kontrol Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % 23 34, , , , , , , , , , , ,1 Berdasarkan hasil pengukuran tentang penggunaan air bersih terhadap 67 orang kelompok kasus dan 67 orang kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah ibu mencuci peralatan makanan dan minum dengan air bersih sebelum digunakan (pertanyaan nomor 8) sebanyak 48 orang (71,6%), sedangkan pada kelompok kontrol pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah sumber air bersih di rumah Air PDAM (pertanyaan nomor 1) sebanyak 51 orang (76,1%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

68 Tabel 4.4 Distribusi Item Pertanyaan Penggunaan Air Bersih di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung No. Penggunaan Air Bersih 1. Sumber air bersih di rumah Air PDAM 2. Jika sumber air bersih dari sumur, apakah jarak sumur anda dengan sumber pencemaran > 10 meter 3. Jika sumber air berasal dari sumur keadaan sumur memiliki cincin dan lantainya kedap air 4. Sumber air berasal dari sumur, keadaan lantai sumur kedap air 5. Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berasap) 6. Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berwarna) 7. Ibu mencunci peralatan makan dan minum dengan sabun 8. Ibu mencuci peralatan makanan dan minum dengan air bersih sebelum digunakan 9. Air bersih yang tersedia mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari 10. Ibu membersihkan tempat penampuangan air bersih sekali seminggu 11. Ibu selalu mencuci peralatan makan bayi/balita (piring, botol susu, dan lain-lain) dengan air bersih Kasus Kontrol Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % 19 28, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 Hasil pengukuran tentang penggunaan air minum terhadap 67 orang kelompok kasus dan 67 orang kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah ibu memasak air sampai mendidih sebelum diminum (pertanyaan nomor 7) sebanyak 41 orang (61,2%), sedangkan pada

69 kelompok kontrol pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah sumber air minum di rumah dari Air PDAM (pertanyaan nomor 1) sebanyak 52 orang (77,6%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Item Pertanyaan Penggunaan Air Minum di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung No. Penggunaan Air Minum 1. Sumber air minum di rumah dari Air PDAM apabila tidak sebutkan apa yang menjadi sumber air minum Jika sumber air berasal dari sumur, apakah jarak sumur anda dengan sumber pencemaran > 10 meter 3. Jika sumber air berasal dari sumur, keadaan sumur memiliki cincin dan lantainya kedap air 4. Sumber air berasal dari sumur, keadaan lantai sumur kedap air 5. Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berasa) 6. Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berwarna) 7. Ibu memasak air sampai mendidih sebelum diminum 8. Keadaan tempat penyimpanan air minum bersih, bertutup, dan menggunakan gayung khusus untuk mengambil air 9. Ibu membersihkan tempat penampungan air minum sekali seminggu Kasus Kontrol Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % 16 23, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2

70 Hasil pengukuran tentang penggunaan jamban terhadap 67 orang kelompok kasus dan 67 orang kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah jamban/wc mempunyai ventilasi (pertanyaan nomor 7) sebanyak 33 orang (49,3%), sedangkan pada kelompok kontrol pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah jenis jamban/wc di rumah ibu leher angsa (pertanyaan nomor 1) sebanyak 61 orang (91,0%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.6 Distribusi Item Pertanyaan Penggunaan Jamban Sehat di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung No. Penggunaan Jamban 1. Jenis jamban/wc di rumah ibu leher angsa, apabila jenis jamban/wc tidak leher angsa, sebutkan. Kasus Kontrol Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % 22 32, , ,0 6 9,0 2. Jamban/wc mempunyai septictank 31 46, , , ,4 3. Seluruh anggota menggunakan 28 41, , , ,4 jamban/wc. Jika tidak ke mana anggota keluarga buang air besar (BAB). 4. Pada jamban/wc tersedia air yang 31 46, , , ,3 cukup 5. Jamban/wc mempunyai ventilasi 33 49, , , ,3 6. Lantai jamban bersih 32 47, , , ,8 7. Dinding jamban bersih 30 44, , , ,8 8. Ibu membersihkan jamban/wc sekali seminggu 29 43, , , ,3 Hasil pengukuran tentang cuci tangan pakai sabun terhadap 67 orang kelompok kasus dan 67 orang kelompok kontrol, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan untuk bayi/balita ibu (pertanyaan

71 nomor 1) sebanyak 32 orang (47,8%), sedangkan pada kelompok kontrol pernyataan yang paling banyak dijawab ya adalah ibu menyediakan sabun di rumah untuk cuci tangan anggota keluarga (pertanyaan nomor 3) sebanyak 44 orang (65,7%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.7 Distribusi Item Pertanyaan Cuci Tangan Pakai Sabun di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung No. Cuci Tangan Pakai Sabun 1. Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan untuk bayi/balita ibu 2. Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar 3. Ibu menyediakan sabun di rumah untuk cuci tangan anggota keluarga 4. Ibu selalu mencuci tangan pakai sabun setelah menceboki anak BAB 5. Ibu selalu mencuci tangan sebelum memegang bayi atau anak balita 6. Ibu selalu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan Kasus Kontrol Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % 32 47, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang diare lebih banyak tidak ASI eksklusif sebesar 67,2% dibandingkan balita yang tidak diare sebesar 37,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001 ada hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.

72 Pada variabel penggunaan air bersih terlihat bahwa balita yang diare lebih banyak penggunaan air bersih yang tidak baik sebesar 62,7% dibandingkan balita yang tidak diare sebesar 31,3%. Hasil analisis tabulasi silang diperoleh p=<0,001 artinya ada hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare. Hasil tabulasi silang terlihat bahwa balita yang diare lebih banyak penggunaan air minum yang tidak baik sebesar 44,8% dibandingkan balita yang tidak diare sebesar 40,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,600 artinya tidak ada hubungan bermakna antara penggunaan air minum dengan kejadian diare. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001 artinya ada hubungan bermakna antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare. Dari tabel silang terlihat bahwa balita yang diare lebih banyak penggunaan jamban sehat yang tidak baik sebesar 58,2% dibandingkan balita yang tidak diare sebesar 29,9%. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,013 artinya ada hubungan bermakna antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Dari tabel silang terlihat bahwa balita yang diare lebih banyak tidak cuci tangan pakai sabun sebesar 71,6% dibandingkan balita yang tidak diare sebesar 50,7%.

73 Tabel 4.8 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Diare Variabel Independen Ya Tidak n % n % Pemberian ASI Ekslusif Tidak ASI eksklusif 45 67, ,3 ASI eksklusif 22 32, ,7 Jumlah , ,0 Penggunaan Air Bersih Tidak baik 42 62, ,3 Baik 25 37, ,7 Jumlah , ,0 Penggunaan Air Minum Tidak baik 30 44, ,3 Baik 37 55, ,7 Jumlah , ,0 Penggunaan Jamban Sehat Tidak baik 39 58, ,9 Baik 28 41, ,1 Jumlah , ,0 Cuci Tangan Pakai Sabun Tidak 48 71, ,7 Ya 19 28, ,3 Jumlah , ,0 p 0,001 <0,001 0,600 0,001 0, Pengaruh PHBS (Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan Air Bersih, Penggunaan Air Minum, Penggunaan Jamban Sehat dan Cuci Tangan Pakai Sabun) terhadap Kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji chi-square variabel PHBS yang masuk dalam analisis multivariat adalah variabel pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun. Selanjutnya keempat variabel

74 penelitian tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi logistik untuk menentukan apakah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita dengan menggunakan metode Backward LR yaitu mengeluarkan variabel yang tidak berpengaruh secara bertahap (step by step) secara komputerisasi. Table 4.9 Hasil Uji Regresi Logistik dengan Memasukkan Seluruh Variabel Kandidat dalam Model Variabel B Sig. OR 95%Cl Pemberian ASI eksklusif 0,987 0,017 2,683 1,190-6,047 Penggunaan Air Bersih 1,842 0,001 6,309 2,187-18,201 Penggunaan Jamban Sehat 0,884 0,035 2,422 1,066-5,502 Cuci Tangan Pakai Sabun 1,962 <0,001 7,114 2,452-20,641 Constant -2, Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat diketahui lima variabel penelitian, yaitu pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun berpengaruh (p<0,05) terhadap kejadian diare. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian diare pada balita adalah cuci tangan pakai sabun karena memiliki nilai koefisien regresi (B) yang paling besar yaitu 1,962 dengan nilai OR sebesar 7,114 (95%CI 2,452-20,641), artinya balita yang diare berpeluang sebesar 7,114 kali tidak mencuci tangan dengan sabun dibanding balita yang tidak diare. Nilai Overall Percentage Correct diperoleh sebesar 74,6 yang artinya variabel pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci

75 tangan pakai sabun pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita sebesar 74,6%, sedangkan sisanya sebesar 25,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini. Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun yang memengaruhi kejadian diare pada balita adalah sebagai berikut: p Keterangan: ( y) 2,752 0,987( X ) 1,842( X ) 0,884( X 3) 1,962( X 4)) 1 e 1 ( 1 2 P : Probabilitas diare X 1 : Pemberian ASI eksklusif, koefisien regresi 0,987 X 2 : Penggunaan Air Bersih, koefisien regresi 1,842 X 3 : Penggunaan Jamban Sehat, koefisien regresi 0,884 X 4 : Cuci Tangan Pakai Sabun, koefisien regresi 1,962 a : Konstanta -2,752 Dari persamaan di atas diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun kemungkinan kejadian diare sebesar 95%.

76 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Balita yang diare berpeluang tidak ASI eksklusif sebesar 3,436 kali dibanding balita yang tidak diare. Sejalan dengan penelitian Kasaluhe dkk (2014) diperoleh nilai p=0,002 yang menunjukkan bahwa perilaku pemberian ASI merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang yang menunjukkan bahwa kejadian diare pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Galman dan Wahyuni (2014) tentang kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI terhadap kejadian diare dengan nilai p=0,009. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare (Kemenkes, 2011). Angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hal itu

77 dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi. Menurut Masri (2004), diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Purwanti (2004) menambahkan, pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum sempurna. Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung siga, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi. IgA sekretoris yang didapatkan bayi dari ASI sangat membantu kemampuan tubuhnya dalam menghalang mikroorganisme dan menjauhkan dari jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup, dimakan ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk bersifat spesifik pada agen penyakit, sehingga dapat melindungi bayi pada minggu-minggu pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak seperti antibodi lain pada umumnya. IgA sekretorik melawan penyakit tanpa menyebabkan proses inflamasi yang dapat melukai jaringan sehat. Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat

78 membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya ( Soetjiningsih,2001). Selain itu, menurut penelitian Matondang,dkk (2008) ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 5.2 Penggunaan Air Bersih Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penggunaan air bersih dengan kejadian diare. Balita yang diare sebesar 1,776 kali perkiraan kemungkinannya penggunaan air bersih tidak baik dibanding dengan balita yang tidak diare. Sejalan dengan penelitian Kusumaningrum, Hepiriyani, & Nurhalinah (2011), tentang Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga

79 Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang yaitu ada hubungan yang bermakna antara variabel pemberian penggunaan air bersih (p = 0,006; OR = 4,021), penggunaan jamban sehat (p = 0,024; OR = 3,043), kebiasaan mencuci tangan (p = 0,000; OR = 7,667), dan PHBS (p = 0,000; OR = 9,750) dengan Kejadian Diare Balita. Sejalan dengan penelitian Wati (2015) bahwa ada hubungan antara indikator PHBS menggunakan air bersih dan air minum dengan kejadian diare (p-value 0,003) maka p-value (0,003) < α (0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinthamurniaty (2006) menemukan bahwa ada hubungan antara kebersihan sumber air bersih dengan kejadian diare, penelitian Kusumaningrum, dkk (2011) menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Menurut Budiyono dan Wuryanto (2007) menyatakan bahwa ada hubungan antara sumber air minum yang digunakan sehari-hari dengan kejadian diare di Kelurahan Bandarharjo dengan nilai p = 0,032 (p <0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Vera dkk (2007) yang menyebutkan bahwa klastering kasus diare terjadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilihat dari penggunaan jamban keluarga, penggunaan air bersih, pembuangan sampah dan kebiasaan mencuci tangan. Sejalan dengan penelitian Kasaluhe dkk (2014) didapatkan nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa perilaku menggunakan air bersih merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wandansari (2013) tentang

80 kualitas sumber air minum dan pemanfaatan jamban keluarga dengan keadian diare nilai p=0,008 artinya terdapat hubungan antara kualitas sumber air minum dengan kejadian diare. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Anwar (2009) pengaruh akses penyediaan air bersih terhadap kejadian diare pada balita menunjukkan bahwa pengaruh kekeruhan air terhadap kejadian diare adalah 1,22 (OR=1,22), dimana balita yang menggunakan air keruh mempunyai risiko menderita diare 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang menggunakan sumber air jernih/tidak keruh. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan masalah utama dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini dipicu oleh multifaktor, diantaranya tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, kurangnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan yang baik, kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan lingkungan dan masih kurangnya kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang mendukung peningkatan kualitas kesehatan lingkungan ini (Anies, 2005). Keadaa sehat merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya yang serasi dan dinamis. Lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan diketahui merupakan faktor timbulnya gangguan kesehatan masyarakat. Diare merupakan salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan hygiene dan sanitasi lingkungan. Kurangnya kebersihan lingkungan ini menyebabkan angka kejadian diare semakin meningkat. Berarti semakin baik kondisi lingkungan seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya diare.

81 Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit 10 meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan untuk minum harus dimasak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. 5.3 Penggunaan Jamban Sehat Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare. Balita yang diare berpeluang sebesar 2,375 kali dengan penggunaan jamban sehat yang tidak baik dibanding balita yang tidak diare. Sejalan dengan penelitian Kusumaningrum, Hepiriyani, & Nurhalinah (2011), tentang Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang yaitu ada hubungan yang bermakna antara variabel penggunaan jamban sehat (p = 0,024; OR = 3,043) dan PHBS (p = 0,000; OR = 9,750) dengan Kejadian Diare Balita. Sejalan dengan penelitian Wati (2015) bahwa ada hubungan antara indikator PHBS menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare (p-value 0,002 ) maka pvalue (0,002) < α (0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Vera dkk (2007) yang menyebutkan bahwa klastering kasus diare terjadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilihat dari penggunaan jamban keluarga, penggunaan air bersih,

82 pembuangan sampah dan kebiasaan mencuci tangan. Sejalan dengan penelitian Kasaluhe dkk (2014) didapatkan nilai p=0,002 yang menunjukkan bahwa perilaku menggunakan jamban merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang Hasil penelitian yang dilakukan Wandansari (2013) tentang kualitas sumber air minum dan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare dengan nilai p=0,005 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di Desa Karangmangu Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Hasil penelitian yang dilakukan Lindayani (2013) tentang hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kabupaten Tulungagung menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana pembuangan kotoran manusia dengan kejadian diare pada balita nilai p=0,047. Keadaan jamban sehat yang kurang memenuhi syarat kesehatan karena dengan observasi bisa dilihat adanya di saluran air di tepi jalan, hal ini didukung fakta bahwa masih banyak yang tidak memiliki jamban sehat, karena smua jamban tanpa septic tank. Dan sebagian juga membuang air besar ke sungai. 5.4 Cuci Tangan Pakai Sabun Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kejadian diare pada balita adalah cuci tangan pakai sabun karena

83 memiliki nilai koefisien regresi (B) yang paling besar yaitu 1,999. Balita yang diare berpeluang sebesar 7,383 kali tidak mencuci tangan dengan sabun dibanding balita yang tidak diare. Sejalan dengan penelitian Kusumaningrum, Hepiriyani, & Nurhalinah (2011), tentang Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang yaitu ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan mencuci tangan (p = 0,000; OR = 7,667) dan PHBS (p = 0,000; OR = 9,750) dengan Kejadian Diare Balita. Sejalan dengan penelitian Wati (2015) bahwa ada hubungan antara indikator PHBS mencuci tangan dengan air dan sabun dengan kejadian diare (p-value 0,001 ) dengan nilai α (0,005). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Nur Alam dan Hamzah, dkk (2012) bahwa mencuci tangan mempunyai pengaruh atau hubungan terhadap kejadian penyakit diare. penelitian Kusumaningrum, dkk (2011) yang menemukan bahwa ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan baik, balitanya kecil kemungkinan untuk terkena diare dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan kurang baik. Begitu pula penelitian Kusumawati, dkk (2011) menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan kejadian diare pada balita. Sejalan dengan penelitian Evayanti (2014) bahwa ada hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita yang berobat ke RSU Tabanan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Vera dkk (2007)

84 yang menyebutkan bahwa klastering kasus diare terjadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilihat dari penggunaan jamban keluarga, penggunaan air bersih, pembuangan sampah dan kebiasaan mencuci tangan. Juga penelitian dari Ali Rosidi dkk (2010) yang menyebutkan bahwa ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare dan tidak ada hubungan sanitasi makanan dengan kejadian diare. Sejalan dengan penelitian Kasaluhe dkk (2014) nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa perilaku mencuci tangan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Kemenkes, 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taosu dan Azizah (2013) tentang hubungan sanitasi dasar rumah dan perilaku ibu rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Desa Bena Nusa Tenggara Timur yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan kejadian diare pada balia. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamza, dkk (2012) tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo tahun 2012 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air dan sabun dengan kejadian diare pada balita

85 (p=0,009). Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa kuman penyebab penyakit. Risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku hygiene, seperti cuci tangan pakai sabun pada waktu penting. Kebiasaan mencuci tangan adalah merupakan salah satu tindakan pencegahan yang menjadi perilaku sehat. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan. CTPS adalah cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit. Sebab, ada beberapa penyakit penyebab kematian yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar, seperti penyakit Diare dan ISPA yang sering menjadi penyebab kematian anak-anak. Usaha promotif dan preventif adalah merupakan aspek pokok pada kesehatan

86 masyarakat. Salah satu aspek yaitu Promotif memiliki sasaran promosi kesehatan yaitu bagi kelompok orang yang sehat, maksudnya disini agar orang-orang yang sehat tidak mengalami keadaan yang namanya sakit, karena derajat kesehatan seseorang itu dinamis, meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetapi perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya. Peningkatan dan pembinaan kesehatan bisa dimulai dari diri sendiri, kemudian ke orang lain (keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar), salah satunya yaitu dengan Penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan peilaku hidup bersih dan sehat. Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ketubuh manusia. Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan

87 penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku sangat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci tangan diterapakan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja anak. Orang tua yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar terkena diare dan juga mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan mencuci tangan ibu dengan kejadian diare pada balita dan anak.

88 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Ada pengaruh PHBS (pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, dan cuci tangan pakai sabun) terhadap kejadian diare pada balita. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejad ian diare pada balita adalah cuci tangan pakai sabun dengan koefisien regresi 1,962. Balita yang diare berpeluang sebesar 7,114 kali tidak mencuci tangan dengan sabun dibanding balita yang tidak diare. Angka kejadian diare pada balita yang mencuci tangan pakai sabun lebih sedikit dibandingkan dengan balita yang tidak mencuci tangan pakai sabun. Hal itu dikarenakan kebiasaan ibu saat berinteraksi dengan balita tidak selalu mencuci tangan pakai sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan. 6.2 Saran Disarankan agar puskesmas dan pemerintah setempat dapat bekerja sama untuk melakukan 3 strategi promosi kesehatan melalui advokasi, bina suasana dan pemberdayaan (penyuluhan dan sosialisasi) kepada masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun, sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare..

89 DAFTAR PUSTAKA Anies Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Elex Media Komputindo. Jakarta Amaliah, S., Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Faktor Budaya dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Prosiding Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah Jurnal : Unimus Astuti, W. P., Herniyatun, Yudha, H. T., Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperwatan. 7 (3) : Dinas Kesehatan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara Departemen Kesehatan RI Buku Saku Diare Edisi Jakarta Departemen Kesehatan RI.2011 (b). Panduan Pembinaan dan Penilaian PHBS di Rumah Tangga Melalui Tim Penggerak PKK, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta. Hajar, I., Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Mattiro Dolangeng Wilayah Puskesmas Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Jurnal Vo; 2 nomer 2Stikes Hasanuddin Hintamurniwaty Faktor-Faktor Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang), Skripsi : UNDIP Juffrie, M., Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit IDAI. Kemenkes RI Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kemenkes RI Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Riskesdas Kemenkes RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun Jakarta Laila K., Suhartono S., Nur E., W., (2012). Hubungan Praktek Personal Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur. Jurnal: Undip Kusumaningrum, A. dan Hepiriyani dan Nurhalinah (2011) Pengaruh Phbs Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita Di Kelurahan Gandus Palembang. In: 71

90 Seminar Nasional Keperawatan I Universitas Riau, Oktober 2011, Hotel Ibis Pekanbaru. Mansjoer, A., Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI press.pp Maryunani, A Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta Maryunani, A Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS). Trans Info Media. Jakarta Navaneethan, U., dan Ralph, A.G. (2011). Definition, Epidemiology, Pathophysiology, Clinical Classification, and differential Diagnosis of Diarrhea. Farmington: Humana Press. Halaman 3. Nur Alam, F., Hamzah, Asmaripa. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di KecamatanBelawa Kabupaten Wajo. Jurnal Nur, P., hubungan antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Sumu Rejo Kecamatan gunung pati, Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013 Volime 2 No 1 Semarang. Proverawati, E.R., Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Rompas, M. J., Tuda,J., Ponidjan, T., Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SD GMIM 2 Kecamatan Tareran. ejournal Keperawatan. 1 : pp 1-8. Sitinjak, L. H Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun Fakultas Ilmu Keperawatan :. Sodikin Asuhan Keperawatan Pada Anak Gangguan System Pencernaan Dan Hepatobiliier, Jakarta, Salemba Medika. Subagyo B., Santoso N.B., Diare Akut Pada Anak.Surakarta: uns press pp.2-33 Sudarti Kelainan dan Penyakit Pada Bayi & Anak. Yogyakarta : Nuha Medika. Suharyono, 2008, Diare Akut, Jakarta : Gramedia

91 Supariasa Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suraatmaja, S., Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto Suriadi dan Rita Y, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 1, CV. Agung Seto, Jakarta. Wati, W.W., Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Masyarakat di Desa Kediren Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun Jurnal Stikes Ngudi Waluyo Ungaran WHO Diarrhoeal Disease. diakses dari pada tanggal 25 Januari 2016 WHO, Pakistan: IDP hosting and crisis affected districts, Khyber, Pakhtunkhwa, week 21, May Weekly Morbidity and Mortality Report World Gastroenterology Organisation Acute Diarrhea in Adults and Children: A Global Perspective

92 Lampiran 1 : Kuesioner LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya bernama Sari adalah mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul Hubungan PHBS dengan kejadian Diare Pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui bagaimanakah p hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun dimana saya melakukan pengamatan langsung dengan menggunakan kuesioner. Untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara peneliti, kepala puskesmas dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Apabila siswa bersedia dan menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian ini, agar kiranya menandantangani formulir sebagai tanda persetujuan. Atas kerjasama yang baik dari semua pihak saya ucapkan terima kasih.

93 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, bersedia dan tidak merasa keberatan menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA atas nama : Sari dengan judul penelitian : hubungan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Tarutung, Mei 2016 Responden ( ) Nama dan Tanda Tangan

94 KUESIONER I. Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Pendidikan : 1. Pendidikan Tinggi ( SMP ) 2. Pendidikan Rendah ( SMP ) 5. Pekerjaan : 1. PNS/TNI/POLRI 2.Swasta 3.Karyawan/buruh 4. Lain-lain (Ibu rumah tangga) 6. Penghasilan : 1. > UMP (Rp ,00 ) 2. UMP (Rp ,00) 3. < UMP (Rp ,00) 7. Suku Bangsa : II. Kriteria Sampel 1. Nama Balita : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin :

95 A. Pemberian ASI Esklusif 1. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan? a. Ya b. Tidak 2. Apakah ibu memberikan makanan tambahan (madu, bubur, jus) selain ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan? a. Ya b. Tidak 3. Pada saat bayi sebelum berusia 6 bulan, apakah ibu memberian susu formula jika ASI tidak mencukupi? a. Ya b. Tidak B. Menggunakan Air Bersih (Wawancara dan Observasi) Petunjuk : Berilah tanda checklist ( ) pada pernyataan di bawah ini : No. Pertanyaan Ya Tidak 1 Sumber air bersih di rumah Air PDAM 2 Jika sumber air bersih dari sumur, apakah jarak sumur anda dengan sumber pencemaran > 10 meter 3 Jika sumber air berasal dari sumur keadaan sumur memiliki cincin dan lantainya kedap air 4 Sumber air berasal dari sumur, keadaan lantai sumur kedap air 5 Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berasap) 6 Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berwarna) 7 Ibu mencunci peralatan makan dan minum dengan sabun 8 Ibu mencuci peralatan makanan dan minum dengan air bersih sebelum digunakan 9 Air bersih yang tersedia mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari 10 Ibu membersihkan tempat penampuangan air bersih sekali seminggu 11 Ibu selalu mencuci peralatan makan bayi/balita (piring, botol susu, dan lain-lain) dengan air bersih

96 C. Menggunakan Air Minum (Wawancara dan Observasi) Petunjuk : Berilah tanda checklist ( ) pada pernyataan di bawah ini : No. Pertanyaan Ya Tidak 1 Sumber air minum di rumah dari Air PDAM apabila tidak sebutkan apa yang menjadi sumber air minum 2 Jika sumber air berasal dari sumur, apakah jarak sumur anda dengan sumber pencemaran > 10 meter 3 Jika sumber air berasal dari sumur, keadaan sumur memiliki cincin dan lantainya kedap air 4 Sumber air berasal dari sumur, keadaan lantai sumur kedap air 5 Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berbau, tidak berasa) 6 Air bersih yang digunakan memenuhi persyaratan kualitas fisik (tidak berwarna) 7 Ibu memasak air sampai mendidih sebelum diminum 8 Keadaan tempat penyimpanan air minum bersih, bertutup, dan menggunakan gayung khusus untuk mengambil air 9 Ibu membersihkan tempat penampungan air minum sekali seminggu D. Mengunakan Jawaban/WC (Wawancara dan Observasi) Petunjuk : Berilah tanda checklist ( ) pada pernyataan di bawah ini : No. Pertanyaan Ya Tidak 1 Jenis jamban/wc di rumah ibu leher angsa, apabila jenis jamban/wc tidak leher angsa, sebutkan. 2 Jamban/wc mempunyai septictank 3 Seluruh anggota menggunakan jamban/wc. Jika tidak ke mana anggota keluarga buang air besar (BAB). 4 Pada jamban/wc tersedia air yang cukup 5 Jamban/wc mempunyai ventilasi 6 Lantai jamban bersih 7 Dinding jamban bersih 8 Ibu membersihkan jamban/wc sekali seminggu

97 E. Cuci tangan Pakai Sabun (Wawancara) Petunjuk : Berilah tanda checklist ( ) pada pernyataan di bawah ini : No. Pertanyaan Ya Tidak 1 Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan untuk bayi/balita ibu 2 Ibu selalu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar 3 Ibu menyediakan sabun di rumah untuk cuci tangan anggota keluarga 4 Ibu selalu mencuci tangan pakai sabun setelah menceboki anak BAB 5 Ibu selalu mencuci tangan sebelum memegang bayi atau anak balita 6 Ibu selalu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan F. Diare 1. Apakah ada anggota keluarga terutama balita dalam 1-3 bulan terakhir ini terkena diare (BAB) lebih dari 3 kali dengan keadaan konsistensi cair? a. Ya b. Tidak 2. Jika mengalami diare saja perawatan yang dilakukan kepada bayi

98 Lampiran : Data Penelitian No. Cuci Umur Umur Jenis ASI Penggunaan Penggunaan Penggunaan Kejadian Tangan Kat. Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Jamban Pakai Ibu Balita Kelamin Eksklusif Air Bersih Air Minum Diare Sehat Sabun

99

100

101

102

103 Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Reliability Air Bersih Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N ab ab ab ab ab ab ab ab Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted ab ab ab ab ab ab

104 ab ab Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Reliability Air Minum Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N am am am am

105 am am am Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted am am am am am am am Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

106 Reliability Jamban Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N j j j j j j j Scale Mean if Item Deleted Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted j j j j j j j Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

107 Reliability Cuci Tangan Pakai Sabun Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N cb cb cb cb cb cb

108 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted cb cb cb cb cb cb Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

109 Lampiran : Hasil Output Statistik Kasus Frequency Table Analisis Univariat umurkat Valid >=35 tahun <35 tahun pendidikan Valid rendah tinggi pekerjaan Valid Swasta Karyawan/buruh Ibu rumah tangga Petani penghasilan Valid >UMP (Rp ,00) UMP (Rp ,00) <UMP (Rp ,00)

110 umur_balita Valid 1-<2 tahun <3 tahun <4 tahun <5 tahun J_kelamin Valid Laki-laki Perempuan Frequencies ASI1 Valid Tidak Ya ASI2 Valid Tidak Ya ASI3 Valid Tidak Ya

111 ASI Valid Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif Frequencies ab1 Valid Tidak Ya ab2 Valid Tidak Ya ab3 Valid Tidak Ya ab4 Valid Tidak Ya

112 ab5 Valid Tidak Ya ab6 Valid Tidak Ya ab7 Valid Tidak Ya ab8 Valid Tidak Ya ab9 Valid Tidak Ya ab10 Valid Tidak Ya

113 ab11 Valid Tidak Ya A_bersih Valid Tidak baik Baik Frequencies am1 Valid Tidak Ya am2 Valid Tidak Ya am3 Valid Tidak Ya am4 Valid Tidak Ya

114 am5 Valid Tidak Ya am6 Valid Tidak Ya am7 Valid Tidak Ya am8 Valid Tidak Ya am9 Valid Tidak Ya A_minum Valid Tidak baik Baik

115 Frequencies j1 Valid Tidak Ya j2 Valid Tidak Ya j3 Valid Tidak Ya j4 Valid Tidak Ya j5 Valid Tidak Ya j6 Valid Tidak Ya

116 j7 Valid Tidak Ya j8 Valid Tidak Ya jamban Valid Tidak baik Baik Frequencies ct1 Valid Tidak Ya ct2 Valid Tidak Ya ct3 Valid Tidak Ya

117 ct4 Valid Tidak Ya ct5 Valid Tidak Ya ct6 Valid Tidak Ya C_tangan Valid Ya Tidak Kontrol Frequency Table umurkat Valid >=35 tahun <35 tahun

118 pendidikan Valid rendah tinggi pekerjaan Valid PNS/TNI/POLRI Swasta Karyawan/buruh Ibu rumah tangga Petani penghasilan Valid >UMP (Rp ,00) UMP (Rp ,00) <UMP (Rp ,00) umur_balita Valid 1-<2 tahun <3 tahun <4 tahun <5 tahun J_kelamin Valid Laki-laki Perempuan

119 Frequencies ASI1 Valid Tidak Ya ASI2 Valid Tidak Ya ASI3 Valid Tidak Ya ASI Valid Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif Frequencies ab1 Valid Tidak Ya

120 ab2 Valid Tidak Ya ab3 Valid Tidak Ya ab4 Valid Tidak Ya ab5 Valid Tidak Ya ab6 Valid Tidak Ya ab7 Valid Tidak Ya

121 ab8 Valid Tidak Ya ab9 Valid Tidak Ya ab10 Valid Tidak Ya ab11 Valid Tidak Ya A_bersih Valid Tidak baik Baik

122 Frequencies am1 Valid Tidak Ya am2 Valid Tidak Ya am3 Valid Tidak Ya am4 Valid Tidak Ya am5 Valid Tidak Ya am6 Valid Tidak Ya

123 am7 Valid Tidak Ya am8 Valid Tidak Ya am9 Valid Tidak Ya A_minum Valid Tidak baik Baik Frequencies j1 Valid Tidak Ya j2 Valid Tidak Ya

124 j3 Valid Tidak Ya j4 Valid Tidak Ya j5 Valid Tidak Ya j6 Valid Tidak Ya j7 Valid Tidak Ya j8 Valid Tidak Ya

125 jamban Valid Tidak baik Baik Frequencies ct1 Valid Tidak Ya ct2 Valid Tidak Ya ct3 Valid Tidak Ya ct4 Valid Tidak Ya ct5 Valid Tidak Ya

126 ct6 Valid Tidak Ya C_tangan Valid Ya Tidak

127 Analisis Bivariat Crosstabs ASI * Diare Crosstab Diare Ya Tidak Total ASI Tidak ASI eksklusif Count % within ASI 64.3% 35.7% 100.0% % within Diare 67.2% 37.3% 52.2% % of Total 33.6% 18.7% 52.2% ASI eksklusif Count % within ASI 34.4% 65.6% 100.0% % within Diare 32.8% 62.7% 47.8% % of Total 16.4% 31.3% 47.8% Total Count % within ASI 50.0% 50.0% 100.0% % within Diare 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Value df Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 134 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,00. b. Computed only for a 2x2 table

128 A_bersih * Diare Crosstab Diare Ya Tidak Total A_bersih Tidak baik Count % within A_bersih 66.7% 33.3% 100.0% % within Diare 62.7% 31.3% 47.0% % of Total 31.3% 15.7% 47.0% Baik Count % within A_bersih 35.2% 64.8% 100.0% % within Diare 37.3% 68.7% 53.0% % of Total 18.7% 34.3% 53.0% Total Count % within A_bersih 50.0% 50.0% 100.0% % within Diare 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Value Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 134 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31,50. b. Computed only for a 2x2 table

129 A_minum * Diare Crosstab Diare Ya Tidak Total A_minum Tidak baik Count % within A_minum 52.6% 47.4% 100.0% % within Diare 44.8% 40.3% 42.5% % of Total 22.4% 20.1% 42.5% Baik Count % within A_minum 48.1% 51.9% 100.0% % within Diare 55.2% 59.7% 57.5% % of Total 27.6% 29.9% 57.5% Total Count % within A_minum 50.0% 50.0% 100.0% % within Diare 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Value Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square.275 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 134 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,50. b. Computed only for a 2x2 table

130 jamban * Diare Crosstab Diare Ya Tidak Total jamban Tidak baik Count % within jamban 66.1% 33.9% 100.0% % within Diare 58.2% 29.9% 44.0% % of Total 29.1% 14.9% 44.0% Baik Count % within jamban 37.3% 62.7% 100.0% % within Diare 41.8% 70.1% 56.0% % of Total 20.9% 35.1% 56.0% Total Count % within jamban 50.0% 50.0% 100.0% % within Diare 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Value Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 134 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29,50. b. Computed only for a 2x2 table

131 C_tangan * Diare Crosstab Diare Ya Tidak Total C_tangan Ya Count % within C_tangan 58.5% 41.5% 100.0% % within Diare 71.6% 50.7% 61.2% % of Total 35.8% 25.4% 61.2% Tidak Count % within C_tangan 36.5% 63.5% 100.0% % within Diare 28.4% 49.3% 38.8% % of Total 14.2% 24.6% 38.8% Total Count % within C_tangan 50.0% 50.0% 100.0% % within Diare 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0% Value df Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 134 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,00. b. Computed only for a 2x2 table

132 Analisis Multivariat Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases a N Percent Selected Cases Included in Analysis Missing Cases 0.0 Total Unselected Cases 0.0 Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Original Value Dependent Variable Encoding Internal Value Ya 0 Tidak 1 Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step Block Model Step -2 Log likelihood Model Summary Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square a a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than,001.

133 Classification Table a Predicted Diare Observed Ya Tidak Percentage Correct Step 1 Diare Ya Tidak Overall Percentage 74.6 a. The cut value is,500 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step ASI a A_bersih jamban C_tangan Constant a. Variable(s) entered on step 1: ASI, A_bersih, jamban, C_tangan. Block 0: Beginning Block Classification Table a,b Predicted Diare Observed Ya Tidak Percentage Correct Step 0 Diare Ya Tidak Overall Percentage 50.0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is,500 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant

134 Variables not in the Equation Score df Sig. Step 0 Variables ASI A_bersih jamban C_tangan Overall Statistics

135 Lampiran 5. Dokumentasi

136

137

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) 2.1.1. Pengertian PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/ menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1 Pengertian Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah 1) Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan akan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Elly Tetty Purba / 111121115, mahasisiwi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diare a. Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

PENGARUH MUTU PELAYANAN KIA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN SECARA NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2016 TESIS.

PENGARUH MUTU PELAYANAN KIA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN SECARA NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2016 TESIS. PENGARUH MUTU PELAYANAN KIA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN SECARA NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2016 TESIS Oleh NOVI AKLIMA 147032143/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PADA BALITA DI PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TESIS Oleh MARIA POSMA HAYATI 097032136/IKM

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

TESIS. Oleh ERLINA HAYATI / IKM

TESIS. Oleh ERLINA HAYATI / IKM PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN MP- ASI DI DESA PASAR MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MERAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2016 TESIS Oleh ERLINA

Lebih terperinci

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Surabaya, ehealth. Apakah anda merasa bahwa diri anda dan keluarga anda merupakan keluarga sehat? Mungkin mayoritas langsung menganggukkan kepala jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada

Lebih terperinci

T E S I S. Oleh FERRA YUSTISIA BR PURBA /IKM

T E S I S. Oleh FERRA YUSTISIA BR PURBA /IKM PENGARUH PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT TERHADAP PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN KEHAMILAN ISTRI DI KELURAHAN PINTU SONA KABUPATEN SAMOSIR T E S I S Oleh FERRA YUSTISIA BR PURBA 097032133/IKM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

KARMILA /IKM

KARMILA /IKM PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 TESIS Oleh KARMILA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,

Lebih terperinci

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroia yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Angka kesakitan 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Makanan Tambahan Dini a. Pengertian Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR Correlation between Basic Home Sanitation and Housewives Behavior with Diarrhea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya berkesinambungan, terpadu dan lintas sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah salah satu penyakit menular yang merupakan penyebab kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 5.000 anak yang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi abnormal yang dihubungkan dengan peningkatan frekuensi defekasi menjadi 3 kali dalam sehari (Navaneethan

Lebih terperinci

TESIS OLEH NURHAYATI KAMAL /IKM

TESIS OLEH NURHAYATI KAMAL /IKM HUBUNGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TES HIV (HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS OLEH NURHAYATI KAMAL 147032067/IKM PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN WANITA MENOPAUSE DALAM MENGHADAPI KELUHAN MENOPAUSE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PROVINSI ACEH TESIS Oleh : CUT YUNIWATI 097032146/IKM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS.

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS. HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS Oleh PUTRI RAMADHANI IRSAN 147032135 / IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS

HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS Oleh SYARIFAH RINA 127032016/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia. 7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : SERI ASTUTI HASIBUAN NIM. 101000322

Lebih terperinci