Bab I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Pariwisata Yogyakarta
|
|
- Johan Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pariwisata Yogyakarta Gambar 1. 1 Peta Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: data/peta_wisata_2015_uplod_ jpg Pariwisata adalah salah satu sektor yang menandakan sebuah daerah maju dan dikenal dari seluruh penjuru. Pariwisata juga merupakan devisa terbesar yang digunakan banyak daerah untuk mengembangkan daerahnya. Maka dari itu, banyak pemerintah daerah berlomba-lomba untuk melakukan perbaikan dan pengembangan daerah pariwisata masing-masing untuk mendapatkan devisa lebih dari tempat wisata tersebut. Perkembangan pariwisata pada saat ini sudah sangat pesat, pesatnya perkembangan tersebut tentu melibatkan banyak orang, baik kalangan masyarakat, industri pariwisata maupun kalangan pemerintah. Masyarakat maupun kalangan industri dan pengusaha pariwisata, keduanya tentu terkadang harus bergandengan tangan dalam menciptakaan kondisi yang baik dalam perkembangan industri pariwisata secara nasional maupun internasional. Banyak sekali objek wisata dan daya tarik wisata yang dimiliki Indonesia dan dapat dijadikan sebagai sarana pemicu keinginan wisatawan domestik ataupun 1
2 mancanegara untuk berkunjung. Objek wisata dan daya tarik wisata tersebut tersebar di seluruh tanah air dengan berbagai macam perbedaan kebudayaan dan keunikan yang dimiliki tiap-tiap daerah, salah satunya DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi di daerah selatan Pulau Jawa, salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di Kota Yogyakarta, kota yang terkenal dengan berbagai julukannya, seperti kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun ) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama ibu kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya seharihari, Yogyakarta biasa disebut juga dengan sebutan Jogja, Jogjakarta atau Ngayogyakarta. Kota budaya diberikan atas berkat dukungan Kraton Kesultanan Yogyakarta yang merupakan salah satu upaya dan pelindung kebudayaan tetap terjaga di provinsi ini. Biasanya pemerintah daerah tidak memiliki gerak yang cukup luas untuk mengatur daerahnya karena terkait dengan pemerintahan pusat, namun berbeda dengan Yogyakarta ini, bergerak di bawah pemerintahan istimewa membuat Sri Sultan Hamengku Buwono memiliki kekuasaan lebih terhadap pemerintahan yang dipimpinnya. Termasuk mencampur adukkan urusan kebudayaan dan pemerintahan Prospek Wisata Edukasi-Industri Tempe di Yogyakarta Gambar 1. 2 Tempe Kita, Rumah Tempe Indonesia Sumber: 2
3 Tahu dan tempe merupakan makanan warisan budaya bangsa Indonesia yang sangat terkenal di dunia. Kaya akan nilai gizi dan bermanfaat bagi kesehatan ini menyebabkan Tahu dan tempe menjadi makanan yang sangat tidak asing untuk dijumpai di meja makan di berbagai kesempatan di Indonesia. Makanan yang berbahan baku kedelai dengan kandungan nutrisi dan protein yang tinggi, harga yang murah, serta rasa yang enak ini menjadikan tahu dan tempe menjadi makanan favorit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tempe sudah dikenal di seluruh dunia sebagai makanan asli Indonesia, berbeda dengan tahu yang tidak asli Indonesia melainkan berasal dari Cina, namun dapat berkembang baik di Indonesia. Menurut pakar tempe dari Universitas Gadjah Mada, Mary Astuti, tempe benar-benar asli dari Indonesia (Jawa Kuno). Di dalam Bunga Rampai Tempe Indonesia, Mary Astuti mengemukakan bahwa tempe sudah dikenal dari abad 19. Hal itu diyakini kebenarannya karena ditemukannya kata tempe di dalam serat Centhini jilid ketiga. Di dalamnya menggambarkan perjalanan Cebolang dari candi Prambanan menuju Pajang, mampir di dusun Tembayat wilayah Kabupaten Klaten dan dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan lauk seadanya: brambang jae santen tempe asem sambel lethokan sambel lethok dibuat dengan bahan dasar tempe yang telah mengalami fermentasi lanjut. Pada jilid 12 kedelai dan tempe disebut bersamaan: kadhele tempe srundengan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tempe memang benarbenar berasal dari Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) 2006 tercatat bahwa terdapat pengrajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia. Dan industri tempe sendiri menyerap sekitar 2,2 juta ton kedelai/tahun. Namun, dari 2,2 juta ton kedelai/tahun tersebut hanya 600 ribu ton yang mampu dipenuhi oleh petani kedelai lokal. Sementara 1,6 juta ton lainnya harus diimpor dari Amerika Serikat (Survei Kementrian Pertanian, 2011). Dari 1,6 juta ton itu, kurang lebih 80% diolah menjadi tempe dan tahu, sementara 20% lainnya untuk makanan lain seperti susu kedelai. Dan dalam bentuk rupiah pun, industri tempe dapat menghasilkan hingga mencapai jumlah yang fantastis, sekitar Rp. 37 Triliun. Jumlah yang tidak bisa dianggap sedikit ini tentu cukup memberi nilai bagi perekonomian rakyat. Dari wilayah-wilayah penghasil kedelai di seluruh Indonesia yang merupakan bahan baku tempe, Yogyakarta merupakan salah satu penghasil kedelai terbanyak keenam di Indonesia setelah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dengan luas lahan panen kedelainya mencapai Ha 3
4 (Badan Pusat Statistik, 2015). Maka dari itu, Yogyakarta dapat menjadi salah satu komoditas kedelai yang dapat diandalkan di Indonesia Isu Industri Tempe Tradisional Gambar 1. 3 Grafik Luasan Panen Kedelai Sumber: Badan Pusat Statistika 2015 Dari pengrajin tempe yang tersebar di Seluruh Indonesia, hampir semuanya memproduksi dengan cara tradisional dan alat seadanya. Hal tersebut dikarenakan industri tempe merupakan industri skala kecil/rumahan. Dalam undangundang melalui Perpres No. 36 Tahun 2010 juga menyatakan bahwa industri tempe merupakan usaha yang dicadangkan bagi usaha mikro kecil dan menengah sehingga industri besar memang tidak memiliki izin untuk memproduksi tempe. Sesungguhnya peraturan tersebut merupakan sebuah kesempatan yang besar untuk UKM merajai pasaran tempe. Namun sayangnya, kuantitas produk dan kondisi UKM tempe sampai saat ini belum bisa optimal. Terkhusus untuk industri tempe tradisional karena mereka melakukan praktek produksi dengan seadanya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan baik dari segi lingkungan maupun dampak terhadap produk yang dihasilkannya sendiri. Seperti misalnya, Pengrajin tempe Tradisioal berskala kecil biasa menggunakan drum bekas oli atau minyak seadanya tanpa mempertimbangkan faktor kebersihan dan efisiensi. Belum lagi terdapatnya proses-proses yang kurang higienis seperti adanya proses penginjakan dengan kaki pegawai untuk membantu pengupasan kulit dengan sempurna atau hanya sekedar untuk menghaluskan kedelai setelah penggilingan. Atau kurangnya sistem penghawaan yang optimal sehingga membuat tempat bekerja menjadi sangat panas dan membuat para pekerja bertelanjang dada dalam melakukan pekerjaannya karena suhu ruangan sudah melampaui batas nyaman yang dianjurkan. Dan masalah ruangan produksi yang menjadi kumuh karena bahan bakar menggunakan 4
5 kayu sehingga menyebabkan ruangan menjadi penuh asap dan berwarna hitam pada atap dan dindingnya. Dan juga pencemaran udara yang dihasilkan akibat pembakaran kayu bakar berupa asap, debu, dan lingkungan yang tidak sehat bagi para pekerjanya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hal-hal tersebut tentu jauh dari standar produksi pangan. Proses Produksi yang tidak memenuhi standar produksi pangan tersebut menghasilkan kesan tempe Indonesia sebagai makanan masyarakat kelas bawah yang tidak higienis sehingga menyebabkan umur simpan tempe yang pendek pula Prospek Industri Tempe Modern Gambar 1. 4 Rumah Tempe Indonesia (Produksi Tempe Modern) Sumber: Rumah Tempe Indonesia. Profil Rumah Tempe Indonesia, Pusat Produksi Tempe Higienis dan Ramah Lingkungan Dampak-dampak merugikan dari proses produksi tempe yang tidak higienis ini menimbulkan keprihatinan para penggerak organisasi yang mengurusi perihal tempe di Indonesia ini. Berawal dari keprihatinan tersebut, tiga organisasi: Mercy Corps Indonesia, Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Kabupaten Bogor (KOPTI Kab Bogor) dan Forum Tempe Indonesia (FTI) mulai membangun Rumah Tempe Indonesia (RTI) di Bogor pada tahun 2011, yaitu sebuah industri tempe yang mengedepankan proses produksi yang higienis serta ramah lingkungan. Peralatan serba stainless steel, prosedur pengolahan yang mengikuti kaidah Good Hygienic Practices (GHP) serta pengolahan limbah menggunakan teknologi biogas dilakukan RTI Bogor untuk memujudkan tujuan awal dari dibangunnya industri tempe ini, yaitu Sebagai percontohan produksi tempe higienis dan ramah lingkungan, sebagai pusat pengembangan produk olahan berbasis tempe, sebagai fasilitas pendidikan dan 5
6 penelitian bagi produsen tempe, mahasisawa, pelajar dan masyarakat umum yang tertarik dengan tempe. Proses produksi tempe yang tidak higienis itu secara tidak langsung juga menjatuhkan citra tempe dan menyebabkan tempe tidak dapat berkembang untuk dijadikan industri besar dan disebarkan secara global karena tidak memenuhi standar yang ada. Dengan proses produksi tempe di RTI yang telah menerapkan standarstandar yang berlaku diharapkan dapat mendorong perubahan dan memperbaiki kualitas dan citra tempe di Indonesia sesuai visi dari Rumah Tempe Indonesia sendiri Industri Tempe Modern Sebagai Wisata Edukasi Tempe pernah diisukan telah diklaim hak patennya oleh Negara Sakura, Jepang. Padahal setelah ditelisik lebih lanjut, tempe merupakan makanan yang yang sudah akrab dengan kita, para penduduk Jawa bahkan Indonesia dan tetap diyakini berasal dari Indonesia. Jepang hanya mengklaim paten dari ragi Rhizopus oligosporus, ragi yang dipakai untuk tempe yang dibungkus plastik karena tempe sesungguhnya tidak bisa dipatenkan karena Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1). Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa sesuatu yang ingin mendapatkan paten harus memiliki penemu sedangkan tempe tidak memiliki terkait siapa yang menemukannya pertama kali. Yang kita ketahui hanyalah tempe merupakan sebuah hasil eksperimen dari fermentasi tahu, makanan asli cina yang sudah terlebih dahulu masuk dan berkembang di Indonesia. Isu paten tempe oleh Jepang itu tidak dapat kita abaikan begitu saja, karena secara tidak langsung hal itu telah menunjukkan ketidakpedulian kita sebagai warga Indonesia untuk menjaga produk lokal. Namun, tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah usaha, termasuk usaha untuk menanamkan rasa kepedulian dan rasa bangga terhadap produk lokal, salah satunya tempe dan produk olahannya. Galeri dan workshop Rumah Tempe Indonesia ini diharapkan mampu memberikan edukasi secara menarik terhadap siapapun yang datang. 6
7 1.2. Permasalahan Permasalahan umum (non arsitektur) 1. Kurangnya wawasan dan pemahaman mengenai tempe sebagai kuliner asli Indonesia, baik dari segi proses produksinya maupun hasil olahan maupun proses pengelolaan limbahnya 2. Rendahnya minat wisata edukasi sebagai tujuan wisata 3. Kurang adanya tempat wisata yang menyediakan berbagai macam tempat sekaligus, sehingga membutuhkan waktu lebih untuk mengunjungi semua tempat yang berkolerasi Permasalahan khusus ( arsitektur) 1. Bagaimana penerapan konsep arsitektural dari wisata edukasi, yang mengangkat tempe sebagai objek edukasinya 2. Bagaimana penerapan pendekatan biomimikri yang mencerminkan proses industri tempe dalam bangunan edukasi yang kompak dan berkesan 3. Bagaimana cara menerapkan lokalitas dan karakter dalam bangunan yang dapat dijadikan sebagai bangunan percontohan yang mengedukasi masyarakat 1.3. Tujuan & sasaran Tujuan Tujuan penulisan Wisata Edukasi Industri Tempe adalah sebagai upaya untuk memperkenalkan industri tempe modern, menaikkan citra tempe dan memberikan wisata edukasi yang dirangkum dengan konsep One Stop, untuk menggabungkan berbagai macam fungsi bangunan, dari mulai galeri, industri, workshop, hingga kafe sehingga see, do, play, and learn dapat diterapkan untuk memberikan wadah bermain dan belajar dalam satu tempat untuk lebih memaksimalkan pengetahuanpengetahuan yang didapat oleh pengunjung. Penerapan pendekatan biomimikri diharapkan agar kesan tempe lebih terasa dan mudah diingat oleh pelaku edukasi dan lokalitas sebagai ciri khas dari wisata edukasi tempe Gunung kidul Sasaran 1. Mempelajari olah ruang dan pola aktivitas pada wisata edukasi industri terkait konsep ruang dan kegiatan yang ingin dimunculkan 2. Mampu mengkobinasikan sisi rekreatif dan edukatif dari sebuah industri dalam sebuah alur wisata 3. Merumuskan sebuah konsep wisata industri tempe dengan alur cerita tertentu dengan metode penyampaian yang menarik 7
8 1.4. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan pada landasan konseptual perancangan dibatasi pada penyelesaian kebutuhan ruang bagi industri tempenya sendiri dan juga permasalahan arsitektural untuk menciptakan industri tempe modern berbasis wisata edukasi yang mencakup: konsep ruang, pola aktivitas, analisa kebutuhan dan program ruang, zonasi, konsep massa bangunan, alur sirkulasi, penataan lansekap, utilitas, dan konsep evaluasi Metode Pembahasan 1. Studi literatur Metode pengumpulan data melalui studi literatur merupakan proses pengumpulan data berdasarkan literatur, sumber sumber tertulis baik berupa desain, artikel dan teori dari berbagai sumber, baik buku, majalah, internet, dan lain lain. 2. Observasi dan Survei Lapangan Metode pengumpulan data melalui survei lapangan dan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat berupa data lokasi, foto, gambar untuk lebih jauh mendapatkan gambaran tentang lokasi site dan permasalahan dalam desain. 3. Analisis Data Analisis data adalah kegiatan pengolahan data dengan cara membandingakan dan mereview data yang didapat baik dalam studi literatur, observasi dan survei lapangan. 4. Sintesis Sintesis merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menemukan solusi mau pun kesimpulan dengan mencari fakta, menarik kesimpulan dari analisis, hingga mendapatkan poin poin untuk desain perancangan Sistematika Penulisan BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran dan lingkup pembahasan, metodelogi, sistematika penulisan, keaslian penulisan dan kerangka berfikir. BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini berisi penjelasan dan pembahasan tentang hasil studi literature, observasi dan data lapangan, pencarian data pustaka, dasar dasar teori yang akan digunakan dalam proses perancangan. 8
9 BAB 3 Tinjauan Lokasi Bab ini berisi pembahasan mengenai kondisi lokasi perancangan dari tinjauan skala makro, messo dan mikro. BAB 4 Analisis dan Pendekatan Konsep Bab ini berisi analisis mengenai tapak, pembahasan mengenai pendekatanpendekatan yang akan dilakukan dalam proses perencanaan dan perancangan berdasarkan tinjauan teori dan studi kasus yang telah dijabarkan. BAB 5 Konsep Perancangan Bab ini berisi penjelasan tentang gambaran konsep perencanaan dan perancangan desain Pusat Wisata Edukasi Industri Tempe terkait dengan bentuk, tata ruang luar dan dalam, program, sirkulasi dan sistem dalam bangunan Keaslian Penulisan Dengan ini Saya menyatakan bahwa substansi dalam penyusunan Pra Tugas Akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Tugas Akhir sebagai bagian dari kurikulum untuk mendapat gelar S-1 Sarjana Teknik Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta adalah sepenuhnya hasil pekerjaan saya sendiri, dan dalam karya tersebut tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memenuhi kurikulum yang serupa. Untuk menunjukkan keaslian pada penulisan proposal ini, maka dibawah ini terdapat perbandingan yang diambil dari beberapa penulisan yang berkaitan dengan tema yang ada pada proposal ini; 1. Museum Batik Sebagai Pusat Edukasi dengan Konsep One Stop Edutainment, DTAP FT UGM. 2. Febaranti, Dita (2013), Perancangan Museum Tanaman Obat di Tlogodlingo dengan pendeketan Experiental Learning 3. Pintaloka, Rindang (2012), Workshop dan Galeri Kerajinan Industri Furniture Sintetik Daur Ulang di Bantul Yogyakarta dengan Penekanan Ramah Lingkungan, DTAP FT UGM. 4. Rakhmanita, Anisa Yulia (2013), Zero Waste Education Park di TPA Suwung dengan Pendekatan Ecomimicry, DTAP FT UGM. Kekhususan Pra-Tugas Akhir dibandingkan dengan judul-judul ini adalah mengangkat produk kuliner tradisional tempe sebagai sarana wisata edukasi dengan 9
10 konsep One Stop dengan beragam fungsi bangunannya yang disediakan, terdiri atas lahan pertanian kedelai, industri modern pembuatan tempe, galeri, workshop, merchandise shop, restoran dan kafe, tempat orang menyantap hidangan-hidangan hasil olahan tempe yang hangat dan fresh ketika kelelahan setelah menjalani serangkaian wisata industri Yang dimana kesemua fungsi itu bertujuan sebagai media promosi untuk memberi informasi dan menambah nilai jual tehadap tempe itu sendiri Kerangka Berpikir Gambar 1. 5 Kerangka Berpikir Sumber: Analisis penulis,
Sumber: data pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang peran penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang serba bergerak cepat ini, manusia dituntut selalu aktif dan produktif untuk memenuhi tuntutan hidup. Kehidupan yang serba sibuk dengan rutinitas pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan bahan baku yang sangat diperlukan dalam pembuatan tahu, tempe, kecap, tauco dan lain-lain, yang merupakan sumber protein dan lemak nabati, karena
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI PARANGTRITIS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( L P 3 A ) HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: Nama : Lina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya
Lebih terperinciPUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN
PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta beberapa orang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, atau Yogya adalah kota yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Indonesia memiliki sumber daya pariwisata yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asean. Namun demikian kepemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Cincin Api Pasifik/ Ring of Fire. Sumber: https://media.nationalgeographic.org/assets/photos/000/284/28481.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Tingginya Potensi Bencana Alam di Indonesia, Khususnya D.I. Yogyakarta Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dilanda bencana alam, dikarenakan letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (sumber: www.kemenkopmk.go.id).
Lebih terperinciPUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang
Lebih terperinciPUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan
Lebih terperinci1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan
Lebih terperinciTabel 1.1. Sampah Dipilah. Dipilah kemudian dibuang (%)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Sampah Di Indonesia Permasalahan sampah merupakan masalah yang berkepanjangan dan belum terselesaikan dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jakarta merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis dan keuangan yang menyebabkan jakarta menjadi salah satu kota terpadat nomer enam sedunia. Kepadatan
Lebih terperinciSelain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) sangat potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku. Selain berpotensi sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami kemunduran, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Program Komputer Acuan Bahasa c 2010 Ferli Deni Iskandar
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Judul Pengertian Judul Pusat Wisata Kuliner Danau Toba dengan Pendekatan Eko Wisata menurut kamus 1 adalah : Pusat : tempat yang letaknya di bagian tengah ; titik yang di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. REKREASI DAN THEME PARK Rekreasi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin, re-create yang secara harfiah berarti membuat ulang, dan merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau dan merupakan Negara yang kaya akan keindahan alam, seni, maupun budaya. Tak sedikit wisatawan mancanegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia
Lebih terperinciPEKALONGAN BATIK CENTER
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEKALONGAN BATIK CENTER DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH : LARISSA ANGESTIA SARI L2B
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memasak adalah kegiatan mengolah atau membuat berbagai macam penganan, lauk-pauk, dan sebagainya (KBBI, 2016). Dalam kegiatan memasak dibutuhkan pengetahuan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasarn, batasan, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupkan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Kota Yogyakarta dikenal dengan berbagai julukan. Salah satu julukan yang terkenal mengenai kota tersebut, yaitu kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Restoran merupakan sebuah tempat yang didirikan dengan tujuan komersial yang melayani pelanggan serta menyajikan makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi. Makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di Jawa Tengah, wilayahnya meliputi 3.100 km 2 termasuk 105 km 2 daerah enclave yang masuk dalam wilayah Kesultanan Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif
Lebih terperinciPUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH: IGNASIUS
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan sektor yang dapat memberikan peranan besar bagi pembangunan suatu daerah sekaligus memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara
Lebih terperinciPusat Peragaan IPTEK Biologi Medan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara tertulis dalam sebuah artikel Dra. Ani M. Hasan menyebutkan bahwa abad ke-21 merupakan abad bagi Ilmu Pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka
BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah banyak berkontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional dan penyerapan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinding Gumbeng adalah salah satu kesenian musik tradisional tertua yang masih bertahan di masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alat-alat
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Lebih terperinciMUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG
TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang mempunyai potensi sebagai pusat ekonomi dan bisnis di Indonesia karena mempunyai beberapa fasilitas penunjang yang memadahi sehingga dapat memudahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jumlah petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran budaya, semua serba canggih, praktis, tersaji dengan cepat mungkin, seiring itu juga timbul masalahmasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam
Lebih terperinciLandasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul memiliki banyak industri kerajinan yang dapat ditawarkan menjadi objek wisata alternative meliputi bermacam wisata alam, budaya, pendidikan dan lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut berakibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN #Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata#
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1.#Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata# Lereng Gunung lawu merupakan salah satu tujuan wisata yang masih alami. Lereng gunung lawu ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal
Lebih terperinciPASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinciArang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan
Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Oleh : Endang Dwi Hastuti Siwi Tri Utami Arang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari hari. Arang merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari teknologi arang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan. Dilansir dari data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh United
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.2 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Pusat Rekreasi dan Edukasi Pertanian Kacang Tanah Kabupaten Pati. Untuk mengetahui perngertian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan Ring of Fire, dimana banyak gunung berapi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan beragamnya keadaan wilayah
Lebih terperinciSENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Tugas Akhir ini adalah Sentra Batik Tulis Lasem. Pengertian masing-masing kata dari maksud judul tersebut adalah sebagai berikut: Sentra : Sebuah tempat/pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Museum dalam Sejarahnya Keberadaan museum sampai sekarang dipandang sebagai lembaga-lembaga konservasi, ruangan-ruangan pameran atas peninggalan dan tempat-tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus berkembang baik dalam segi kehidupan masyarakatnya maupun segi tata ruangnya. Kota Yogyakarta pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada karya tulis ini merupakan kesimpulan penulis dari istilah-istilah dan tipologitipologi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Agro Village Agro Village belum menjadi istilah yang baku, sehingga definisi agro village pada karya tulis ini merupakan kesimpulan penulis dari istilah-istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan laporan ini. Serta akan diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan, metode penelitian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciPERANCANGAN PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR AN JONGGOL. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan BAB I PENDAHULUAN
PERANCANGAN PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR AN JONGGOL Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Umum Pendidikan merupakan pelayanan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang termasuk 5 (lima) kota besar yang ada di Indonesia. Kelebihan kota Bandung dibandingkan kota kota lainnya adalah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peningkatan kesejahteraan suatu bangsa tidak terlepas dari perkembangan ekonomi negara tersebut. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan teknologi berkembang secara pesat, sehingga permasalahan urbanisasi meningkat per tahunnya. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu
Lebih terperinci