PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA"

Transkripsi

1 PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA Bellakusuma Nurdianningrum 1, Yosef Purwoko 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang-Semarang 50275, Telp ABSTRAK Latar belakang : Semakin tinggi usia harapan hidup suatu negara menyebabkan semakin banyak pula jumlah lansia yang ada di negara tersebut. Hal tersebut diikuti dengan tingginya masalah kesehatan yang ada pada lansia, salah satunya adalah gangguan tidur. Lebih dari setengah populasi lansia sering mengeluhkan adanya gangguan tidur di malam hari. Senam lansia merupakan salah satu contoh aktivitas fisik yang direkomendasikan oleh WHO agar dapat dilakukan oleh lansia untuk memperbaiki kualitas tidurnya. Jenis senam lansia yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah Senam Lansia Menpora, Senam SKJ Lansia, Senam Lansia Tera, dan Senam Osteoporosis. Tujuan : Membandingkan kualitas tidur lansiayang rutin melakukan latihan senam lansia dan yang tidak rutin mengikuti latihan senam lansia Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang (cross-sectional). Sampel penelitian adalah 36 anggota kelompok Warga Lanjut Usia Nangka (WULANA) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih secara purposive sampling. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Distribusi data diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney untuk membandingkan kualitas tidur kelompok yang rutin dan tidak rutin melakukan senam lansia. Perbedaan dinyatakan bermakna jika p<0,05 Hasil : Rerata nilai kualitas tidur pada kelompok lansia yang rutin mengikuti senam lansia adalah 2,78 ± 0,88, sedangkan rerata nilai kualitas tidur pada kelompok lansia yang tidak rutin mengikuti senam lansia adalah 6,00 ± 2,70. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan tersebut bermakna (p=0,000) Kesimpulan : Rerata nilai kualitas tidur pada kelompok yang rutin melakukan senam lansia lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak rutin melakukan senam lansia. Kata kunci : kualitas tidur, senam lansia, PSQI, lansia. ABSTRACT THE INFLUNCE OF ELDERLY GYMNASTIC TOSLEEP QUALITY OF ELDERLY Background : The higher life expectancy of a country led to higher number of elderly that is also followed by higher existing health problems in elderly, one of this is sleep disorder. More than half of the elderly population often complain of sleep disturbances at night. Elderly gymnastics is one example of physical activity recommended by WHO to be undertaken by the elderly to improve sleep quality. These are some types of elderly gymnastics that is often done by Indonesian: Menpora elderly Gymnastic, SKJ elderly Gymnastics, Elderly Tera Gymnastics and Osteoporosis gymnastic Objective : To compare the sleep quality of elderly who regularly do elderly gymnastics and the sleep quality of elderly who do not routinely do gymnastics elderly 587

2 Methods : This research is an analytical observational study with cross sectional design. Subjects were 36 persons, members of Nangka elderly people citizen (WULANA) who fulfil the inclusion and exclusion criteria selected by purposive sampling. The sleep quality is measured by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire. Data distribution normality was tested with Shapiro-Wilk test. Hypothesis was tested by Mann-Whitney test to compare sleep quality of the group who were routine and non-routine did elderly gymnastics. The difference is expressed significant if p <0.05 Results : The average of sleep quality in older people who regularly did elderly gymnastics was 2.78 ± 0.88, while the average of sleep quality in older people who did not routinely do elderly gymnastics was 6.00 ± Statistical analysis showed that the difference was significant (p < 0.01) Conclusion : The averages of sleep quality in older people who regularly do elderly gymnastics were better than older people who did not routinely do elderly gymnastics significanttly. Keywords : sleep quality, elderly gymnastics, PSQI, the elderly PENDAHULUAN Umur harapan hidup menjadi salah satu ukuran keberhasilan suatu negara, khususnya di bidang kesehatan. 1 Hal itu dapat dilihat melalui adanya peningkatan jumlah orang lanjut usia (lansia) di negara tersebut. Di Indonesia pada tahun 2012, presentase populasi lansia adalah sekitar 7,56% dari total populasi. 2 Jumlah itu diproyeksikan akan meningkat hingga 21,4% dari total populasi pada tahun 2050 yang kira-kira mencapai 50 juta jiwa. 1, 2 Peningkatan jumlah lansia secara langsung maupun tidak akan memberikan pengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan kesehatan karena seiring bertambahnya usia seseorang akan terjadi pula proses penuaan. Dengan terjadinya proses penuaan tersebut pada orang yang telah lanjut usia akan mengalami kemunduran fungsi fisiologis yang akan menimbulkan berbagai keluhan, salah satunya adalah gangguan tidur. 3 Keluhan sulit tidur sering dianggap oleh masyarakat sebagai proses fisiologis yang biasa terjadi di masa tua. Walaupun waktu yang digunakan untuk tidur memang berkurang secara faali, penurunan waktu tidur yang terjadi seharusnya minimal. Hampir setengah dari populasi lansia melaporkan bahwa dirinya kesulitan memulai dan menjaga tidurnya. Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, di Indonesia diperkirakan 35%-45% orang dewasa mengeluhkan adanya gangguan tidur dan 25% diantaranya mengalami gangguan tidur yang cukup serius. 4 Sementara itu, WHO merekomendasikan secara global kepada dewasa tua untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit atau melakukan 588

3 intensitas berat selama 75 menit sepanjang minggu. 5 Berdasarkan hasil penelitian Melancon, et al, aktivitas fisik menunjukkan efek stimulatori pada aktivitas 5-hidroksi-triptamin (5-HT) atau serotonin baik di sentral (otak) atau perifer (darah) di subjek tua dan muda. Perlu diketahui bahwa pelepasan 5-HT ke diensefalon dan serebrum dipercaya sebagai peran inhibitor aktif untuk membantu menyebabkan tidur yang normal. 5-HT dapat menginduksi tidur melalui inhibisi aktif dari sistem non-5-htnergik supraspinal. 6 Di Indonesia, salah satu jenis olahraga yang dapat diterapkan adalah senam lansia. Senam lansia adalah olahraga yang mudah dilakukan, bersifat low impact, dan sesuai dengan fisik pada lansia. Senam lansia merupakan gabungan gerakan otot dan teknik pernapasan. Teknik pernapasan dilakukan secara sadar dan memungkinkan dada terangkat penuh. Teknik tersebut dapat memperlancar aliran darah dan meningkatkan aliran darah ke otak. Sekresi melatonin menjadi optimal sehingga dapat membantu peningkatan kualitas tidur pada lansia. 7 Beberapa jenis senam lansia yang sering dilakukan di Indonesia adalah senam lansia Menpora, senam lansia Tera, SKJ Lansia, dan senam Osteoporosis. Sebagian besar masyarakat melakukan tidak hanya 1 (satu) jenis senam lansia secara rutin dan berulang tetapi menggabungkan beberapa jenis senam lansia yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda agar tidak jenuh bila dilakukan secara rutin dan dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan sebagian besar penelitian sebelumnya hanya meneliti pengaruh 1 jenis senam lansia tersebut dan belum ada penelitian yang meneliti tentang pengaruh berbagai senam lansia terhadap kualitas tidur.hal tersebut yang menjadikan alasan pemilihan keempat jenis senam lansia tersebut menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Melalui studi ini diharapkan dapat diketahui perbandingan kualitas tidur antara kelompok lansia yang rutin dan yang tidak rutin melakukan senam lansia. METODE Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Penelitian dilakukan di RW II Nangka, Kelurahan Lamperkidul, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang pada periode awal Maret hingga Juni Sampel penelitian adalah orang lanjut usia yang pada periode penelitian menjadi anggota Perkumpulan Warga Lanjut Usia Nangka (WULANA) RW II, Kelurahan Lamperkidul, Kota Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dipilih secara purposive sampling. Subjek penelitian terbagi 589

4 menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin dan kelompok yang tidak rutin melakukan senam lansia. Kriteria inklusinya adalah lansia yang telah mengikuti latihan senam lansia selama 12 kali pertemuan bagi kelompok yang rutin mengikuti senam lansia, lansia yang telah mengikuti latihan senam lansia selama 4 kali pertemuan atau kurang bagi kelompok yang tidak rutin mengikuti senam lansia, dan bersedia menjadi subjek penelitian serta menandatangani informed consent. Kriteria eksklusinya adalah lansia yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengakibatkan responden mengalami kesulitan tidur dalam kurun waktu 1 bulan sebelum pengambilan data, seperti beta blocker, alpha blocker, antidepresan, antihistamin, dll, setelah dilakukan penilaian menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale dengan 15 pertanyaan (GDS-15) skor menunjukkan hasil 10 atau lebih, dan lansia yang menderita penyakit yang dapat mengakibatkan responden mengalami kesulitan tidur dalam kurun waktu 1 bulan sebelum pengambilan data, seperti asma, bronkhitis, rhinitis alergi, penyakit jantung, dll. Variabel bebas dari penelitian ini adalah latihan senam lansia yang terdiri dari latihan Senam Lansia Menpora, Senam Lansia Tera, Senam Osteoporosis, dan SKJ Lansia yang dipandu oleh pelatih. Senam dilakukan 1 kali seminggu. Setiap minggunya akan dilakukan satu jenis senam lansia dengan urutan: 1. Senam Lansia Menpora pada minggu pertama 2. SKJ Lansia pada minggu kedua 3. Senam Lansia Tera pada minggu ketiga 4. Senam Osteoporosis pada minggu keempat Kemudian minggu-minggu selanjutnya akan kembali ke senam lansia Menpora, dan seterusnya. Masing-masing senam tersebut berdurasi sekitar menit. Variabel terikat adalah kualitas tidur yang diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pada penelitian ini, subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan menandatangani informed consent sebagai tanda bersedia mengikuti penelitian, selanjutnya akan didata dan dinilai status psikologisnya dengan menggunakan kuesioner GDS-15. Apabila nilai kuesioner tersebut kurang dari 10, subjek akan diukur kualitas tidurnya menggunakan kuesioner PSQI. Selanjutnya kuesioner PSQI tersebut akan ditabulasi, diberi kode, dan dianalisis. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney untuk uji hipotesis dan uji 590

5 normalitas distribusi dilakukan dengan uji Saphiro-wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 (sampel kecil).nilai p dianggap bermakna apabila nilai p<0,05. Analisis data dilakukan dengan program komputer. Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Subjek telah diminta persetujuan untuk dikutsertakan dalam penelitian. Semua informasi dan data dalam penelitian ini hanya dipakai untuk keperluan ilmiah dan identitas subjek penelitian dijamin kerahasiannya. HASIL Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, skor kuesioner GDS-15 dan pekerjaan sesuai yang tertera dalam Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Rutin n (%) Tidak Rutin n (%) Jenis Kelamin - Pria - Wanita 7 (38,89%) 11 (61,11%) 8 (44,44%) 10 (55,56%) Pekerjaan - Pensiunan 18 (100%) 18 (100%) Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Rutin Tidak Rutin p Rerata±SB Rerata±SB (Min-Maks) (Min-Maks) Umur (tahun) 66,4 ± 5,99 (60-77) 65,8 ± 6,37 (60-82) 0,86* GDS-15 0,9 ± 1,11 (0-5) 2,6 ± 2,09 (0-8) 0,005* SB: Simpang Baku GDS-15 : skor hasil kuesioner Geriatric Depression Scale dengan 15 pertanyaan *uji Mann-Whitney 591

6 Pada tabel 2, rerata umur subjek penelitian yang rutin melakukan senam lansia adalah 66,4 ± 5,99 tahun, sedangkan rerata umur subjek penelitian yang tidak rutin melakukan senam lansia adalah 65,8 ± 6,37 tahun. Rerata skor hasil kuesioner GDS-15 subjek penelitian yang rutin melakukan senam lansia adalah 0,9 ± 1,11, sedangkan skor hasil kuesioner GDS-15 subjek penelitian yang tidak rutin melakukan senam lansia adalah 2,6 ± 2,09. Hasil uji Mann- Whitneyuntuk karakteristik umur menunjukkan hasil tidak bermakna dengan p>0,05, sedangkan hasil uji Mann-Whitney untuk skor GDS-15 menunjukkan hasil bermakna dengan p <0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan umur antar 2 kelompok penelitian tidak memengaruhi hasil penelitian, sedangkan perbedaan skor GDS-15 memengaruhi hasil penelitian. Rerata denyut nadi pada semua subjek penelitian sebelum melakukan senam lansia adalah 73,5 kali/menit, sedangkan rerata denyut nadi semua subjek penelitian sesudah melakukan senam lansia adalah 107,8 kali/menit. Apabila didapatkan hasil denyut nadi maksimal (220-usia) 154 kali/menit, maka dapat disimpulkan bahwa senam lansia termasuk dalam aktivitas fisik intensitas sedang. Pemeriksaan Kualitas Tidur Pemeriksaan kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dimana terdapat 7 komponen yang kemudian akan dijumlahkan menjadi 1 hasil skor total (global score). Hasil pemeriksaan kualitas tidur pada subjek yang rutin dan tidak rutin melakukan senam lansia tersebut ditampilkan pada tabel 3 dan 4. Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase Global PSQI Score berdasarkan kategori kualitas tidur Global PSQI Score Rutin Tidak Rutin n (%) n (%) 5 (kualitas tidur baik) 18 (100%) 12 (66,67%) >5 (kualitas tidur buruk) 0 (0%) 6 (33,33%) 592

7 Tabel 4. Perbedaan nilai kualitas tidur pada subjek yang rutin dan tidak rutin melakukan senam lansia (n=18) Komponen Rutin Tidak Rutin p Rerata±SB (Min-Maks) Rerata±SB (Min-Maks) Kualitas Tidur Subjektif 0,44 ± 0,51 (0-1) 1,06 ± 0,24 (1-2) <0,001 Latensi Tidur 0,28 ± 0,46 (0-1) 1,28 ± 0,96 (0-3) <0,001 Durasi Tidur 1,06 ± 0,87 (0-3) 1,50 ± 0,71 (1-3) 0,104 Penggunaan Obat Tidur 0 0,11 ± 0,32 (0-1) 0,151 Gangguan Tidur 1,00 ± 0,34 (0-2) 1,22 ± 0,43 (1-2) 0,097 Efisiensi Tidur 0 0,33 ± 0,69 (0-2) 0,037 Disfungsi Aktivitas 0 0,50 ± 0,71 (0-2) 0,004 Global Score 2,78 ± 0,88 (1-4) 6,00 ± 2,70 (4-12) <0,001 Uji Mann Whitney SB : Simpang Baku Tabel 3 dan 4 menunjukkan perbedaan nilai semua komponen dan skor kualitas tidur total kelompok yang rutin melakukan senam lansia lebih rendah daripada kelompok yang tidak rutin. Setelah dinilai distribusi datanya menggunakan uji Saphiro-wilk yang menunjukkan bahwa distribusi data seluruh komponen kuesioner PSQI dan skor total adalah tidak normal, kemudian dilakukan uji Mann Whitneydan didapatkan hasil tidak bermakna pada komponen durasi tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan tidur dengan nilai p>0,05, sedangkan pada komponen kualitas tidur subjektif, latensi tidur, efisiensi tidur, disfungsi aktivitas sehari-hari, dan global PSQI score menunjukkan hasil yang bermakna dengan p<0,05. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan global PSQI score yang bermakna pada subjek penelitian yang rutin dan yang tidak rutin melakukan senam lansia, dimana skor total subjek penelitian yang rutin melakukan senam lansia lebih rendah dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak rutin melakukan senam lansia. Perbedaan skor tersebut menunjukkan bahwa kualitas tidur subjek yang rutin melakukan senam lansia 593

8 lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan subjek yang tidak rutin melakukan senam lansia. Hal tersebut membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas tidur kelompok lansia yang rutin melakukan senam lansia lebih baik daripada kualitas tidur kelompok lansia yang tidak rutin melakukan senam lansia. Terdapat derajat kemaknaan yang berbeda pada 7 komponen yang membentuk global PSQI score. Berdasarkan uji statistik, perbedaan skor komponen durasi tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan tidur antara kelompok yang rutin dan yang tidak rutin melakukan senam lansia menunjukkan hasil yang tidak bermakna, sedangkan perbedaan skor komponen kualitas tidur subjektif, latensi tidur, efisiensi tidur, dan disfungsi aktivitas kedua kelompok tersebut bermakna. Hal ini disebabkan oleh 2 efek yang ditimbulkan oleh senam lansia, yaitu efek fisik dan efek psikologis. Efek fisik senam lansia terdiri dari beberapa mekanisme. Pertama, melalui aktivitas serotonin sentral di otak yang dapat membantu menginisiasi tidur. Senam lansia yang termasuk dalam aktivitas fisik intensitas sedang akan menstimulasi lipolisis yang meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam plasma. Asam lemak bebas tersebut berkompetisi dengan triptofan untuk berikatan dengan albumin agar dapat ditransport ke dalam darah. Karena solubilitas asam lemak bebas yang lemah, lebih dari 99% asam lemak bebas dapat berikatan dengan albumin. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah triptofan bebas dalam plasma. Triptofan merupakan salah satu prekursor pembentuk serotonin dalam otak. Selain itu, senam lansia juga menyebabkan level asam amino rantai cabang (valin, isoleusin, dan leusin) menurun. Asam amino rantai cabang tersebut memiliki carrier yang sama dengan triptofan di sawar darah otak. Perubahan rasio triptofan dengan asam amino rantai cabang tersebut berhubungan dengan sintesis serotonin yang kemudian akan dilepaskan ke diensefalon dan serebrum dan akan menginisiasi tidur dengan menginhibisi aktif jalur supraspinal lainnya. 6 Inisiasi tidur sendiri sangat berhubungan dengan komponen latensi tidur yang menilai waktu yang diperlukan seseorang untuk dapat jatuh tertidur di malam hari. Rata-rata waktu yang diperlukan subjek penelitian yang tidak rutin melakukan senam lansia untuk menanti sebelum tertidur adalah sekitar menit, sedangkan pada subjek penelitian yang rutin melakukan senam lansia, waktu yang diperlukan untuk menanti sebelum tertidur sekitar 5-15 menit. 594

9 Mekanisme yang kedua, senam lansia menyebabkan aktivitas inflamasi akan menurun sehingga marker inflamasi seperti IL-6, CRP, dan fibrinogen juga akan menurun. Ketiga, senam lansia akan memperlancar aliran darah, merangsang peningkatan aktivitas parasimpatis yang menyebabkan penurunan hormon katekolamin, adrenalin, dan norepinefrin. Dua hal tersebut membantu memperlancar relaksasi. 7 Peningkatan relaksasi ini akan meningkatkan kualitas tidur khususnya untuk komponen efisiensi tidur karena dapat membantu mempertahankan tidur. Komponen efisiensi tidur adalah komponen yang menilai perbandingan antara waktu tidur sebenarnya dan waktu yang dihabiskan di tempat tidur. Selain itu, aktivitas fisik juga meningkatkan proporsi tidur gelombang lambat yang termasuk dalam kategori tidur dalam dan mengindikasikan kualitas tidur yang baik. Hasil uji statistik pada skor kuesioner GDS-15 menunjukkan p=0,005 yang berarti perbedaan skor kuesioner GDS-15 bermakna dan dapat memengaruhi hasil penelitian. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa senam lansia juga dapat menimbulkan efek psikologis berupa meningkatnya mood dan perasaan seseorang sehingga ia merasa senang dan bahagia. Individu yang mengalami stres, kecemasan, atau depresi akan merespon situasi tersebut dengan terjaga sehingga cenderung menghabiskan fase REM lebih banyak atau berkurangnya fase tidur dalam (stadium NREM 3 dan 4). 8 Komponen kualitas tidur subjektif diduga berhubungan erat dengan hal ini. Kelompok lansia yang rutin melakukan senam lansia sebagian besar menilai kualitas tidur mereka sangat baik karena mempunyai tingkat stres psikologis yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lansia yang tidak rutin melakukan senam lansia yang menilai kualitas tidur mereka cukup baik. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan 9, 10 penurunan sindrom kecemasan dan depresi. Pada komponen durasi tidur, perbedaan yang terjadi tidak bermakna karena sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam teori, penurunan durasi tidur yang terjadi secara fisiologis pada lansia seharusnya hanya minimal, yaitu sekitar 6-7 jam. 11 Bila dibandingkan dengan durasi tidur pada dewasa muda yaitu 7-8 jam, hal tersebut tidak terlalu signifikan. Komponen durasi tidur sendiri juga erat kaitannya dengan komponen gangguan tidur yang terjadi akibat penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh lansia, seperti penyakit jantung atau penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan. Komponen gangguan tidur adalah keluhan-keluhan yang biasa disampaikan oleh lansia, seperti sering bangun di malam hari (biasanya untuk 595

10 berkemih), mendengkur keras, sesak napas, dan lain sebagainya. Hal tersebut sudah dikontrol dengan mengeksklusi subjek penelitian yang mempunyai penyakit-penyakit tersebut sehingga dapat berpengaruh terhadap perbedaan yang tidak signifikan antar 2 kelompok penelitian pada komponen durasi tidur dan gangguan tidur tersebut. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik umur pada dua kelompok subjek penelitian. Namun perbedaan yang didapatkan tidak bermakna sehingga tidak memengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini difokuskan pada latihan fisik berupa senam lansia. Pada penelitian ini terdapat 4 jenis senam lansia yang digunakan setiap minggunya sesuai jadwal dan diaplikasikan khusus pada orang lanjut usia. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan kepada masyarakat khususnya orang lanjut usia bahwa latihan fisik yang mudah dan ringan seperti senam lansia bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tidur. Kualitas tidur sendiri sangat penting karena berhubungan dengan risiko penyakit-penyakit lain seperti penyakit metabolik atau terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan fraktur yang sulit disembuhkan yang sering terjadi pada lansia, terutama pada lansia yang telah mengalami osteoporosis. Oleh karena itu, senam lansia sangat dianjurkan bagi mereka yang memasuki usia lansia (60 tahun ke atas). Keterbatasan penelitian ini hanya melakukan penelitian dalam satu waktu tanpa melakukan intevensi pada subjek penelitian. Selain variabel kualitas tidur, penelitian ini ternyata menemukan bahwa terdapat pula perbedaan skor GDS-15 yang menunjukkan tingkat depresi seseorang antara 2 kelompok subjek penelitan. Pemeriksaan kualitas tidur pada penelitian ini juga sangat subjektif karena menggunakan kuesioner dan hanya mengandalkan memori subjek penelitian selama 1 bulan terakhir. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut yang lebih objektif dan lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan rerata nilai kualitas tidur pada kelompok yang rutin melakukan senam lansia lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan kelompok yang tidak rutin melakukan senam lansia. 596

11 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan nilai kualitas tidur antara kelompok yang melakukan berbagai jenis senam lansia dengan kelompok yang hanya melakukan 1 jenis senam lansia atau penelitian menggunakan rancangan penelitian yang berbeda yaitu pretest-posttest experimental. Selain itu, dapat dilakukan pula penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap komponen-komponen kualitas tidur yang membentuk skor total dari kuesioner PSQI secara khusus, yaitu komponen kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, penggunaan obat tidur, disfungsi aktivitas siang hari, dan gangguan tidur. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada dr. Yosef Purwoko, M.Kes, Sp. PD yang telah memberikan saran dan bimbingannya dalam penyusunan karya tulis ilmiah, dr. Endang Ambarwati, Sp.KFR selaku ketua penguji dan Prof. Hardhono Susanto, PAK (K) selaku penguji atas saran dan kritiknya, Bp. Sediono, SH selaku Ketua Kelompok Warga Lanjut Usia Nangka (WULANA) dan seluruh anggota Kelompok Warga Lanjut Usia Nangka (WULANA) dan warga RW II Nangka, Kelurahan Lamperkidul, Semarang atas kerjasama dan partisipasinya yang sangat baik selama penelitian berlangsung. DAFTAR PUSTAKA 1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Triple Burden Ancam Lansia: [updated 10 Oktober 2013; cited November 2015]. 3. Boedhi Darmojo. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; p. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menyongsong Lanjut Usia Tetap Sehat dan Berguna 2010 [19 November 2015]. Available from: 597

12 5. World Health Oganization. Global Recommendations on Physical Activity for Health 65 Years and Above 2011 [20 November 2015]. Available from: 6. Melancon MO, Lorrain. D, Dionne. IJ. Exercise and sleep in aging: Emphasis on serotonin. Pathologoie Biologie 2014;62: Cahyono KH. Pengaruh Senam Lansia terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Division of Sleep Medicine at Harvard Medical School. External Factors that Influence Sleep 2007 [22 Desember 2015]. Available from: 9. Dunn AL, Trivedi MH, Kampert JB, Clark CG, HO C. Exercise treatment for depression : efficacy and dose response. Am J Prev Med. 2005:28: Herring MP, O'Connor PJ, Dishman RK. The effect of exercise training on anxiety symptoms among patients: a systematic review. Arch Intern Med. 2010:170: Abrams WB, Berkow R. The Merck Manual Geriatric, Jilid Satu. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA Publisher; p. 598

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum BELLAKUSUMA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum PERBEDAAN NILAI RANGE OF MOTION (ROM) SENDI EKTREMITAS ATAS SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING BANYUMANIK, SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Disiplin Ilmu yang terkait penelitian ini adalah ilmu kedokteran jiwa

BAB IV METODE PENELITIAN. Disiplin Ilmu yang terkait penelitian ini adalah ilmu kedokteran jiwa BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin Ilmu yang terkait penelitian ini adalah ilmu kedokteran jiwa 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitan ini telah dilakukan di Rukun Warga

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG YANG MENDAPAT PERAWATAN GIGI DAN TIDAK MENDAPAT PERAWATAN GIGI

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG YANG MENDAPAT PERAWATAN GIGI DAN TIDAK MENDAPAT PERAWATAN GIGI PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GERIATRI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG YANG MENDAPAT PERAWATAN GIGI DAN TIDAK MENDAPAT PERAWATAN GIGI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional (belah lintang), yaitu penilitian dengan cara mengobservasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua adalah proses fisiologis yang terjadi pada semua orang dimana berarti seseorang telah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu fisiologi khususnya neurofisiologi dan fisiologi geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG Lenny Widyawati Intan Sari 1, Yosef Purwoko 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. 1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP SKOR GERIATRIC DEPRESSION SCALE LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP SKOR GERIATRIC DEPRESSION SCALE LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP SKOR GERIATRIC DEPRESSION SCALE (Studi pada Lansia di Posyandu Lansia RW X Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik Kota Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun

Lebih terperinci

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG Rani Eka Saputri 1, Yosef Purwoko 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di lapangan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AMAZIA AURORA KUSUMA G0013023 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan jiwa. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kualitas Tidur dengan Kebiasaan Senam Lansia di Lembaga Lanjut Usia Indonesia Provinsi Jawa Barat Relationship Of Sleep Quality With Elderly Gymnastic

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencangkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut serta Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik, dengan desain cross-sectional. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya ilmu Obstetri Ginekologi dan ilmu Fisiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group.

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. Sebelum intervensi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental. Dipilihnya quasi eksperimental karena pertimbangan etis dan ada faktor yang tidak dapat dikendalikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA Studi Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan populasi (population aging) atau peningkatan proporsi penduduk usia tua dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Perubahan struktur demografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN Oleh : MELLISSA CYINTIA WILLIAM

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN Oleh : MELLISSA CYINTIA WILLIAM HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh : MELLISSA CYINTIA WILLIAM 090100184 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Gigi serta Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Gigi serta Ilmu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Gigi serta Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

SKRIPSI SENAM HAMIL MENURUNKAN GANGGUAN TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RUMAH SEHAT MADANI LARAS SURYA SORE RIANITA

SKRIPSI SENAM HAMIL MENURUNKAN GANGGUAN TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RUMAH SEHAT MADANI LARAS SURYA SORE RIANITA SKRIPSI SENAM HAMIL MENURUNKAN GANGGUAN TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RUMAH SEHAT MADANI LARAS SURYA SORE RIANITA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA

PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA Fenita Putri Saetikho 1, Endang Ambarwati 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI PERBEDAAN KUALITAS TIDUR ANTARA WANITA DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DAN TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran TRIA MULTI FATMAWATI G0012222 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data pengukuran tekanan darah dan mean arterial blood

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Subyek penelitian yang disertakan dalam penelitian ini dibagi menjadi kelompok senam dan kelompok kontrol. Kelompok senam terdiri dari lansia yang tinggal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA DAN PEMBESARAN GINGIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA DAN PEMBESARAN GINGIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA DAN PEMBESARAN GINGIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir Karya Tulis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG Anita Mayasari 1, Setyoko 2, Andra Novitasari 3 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, dewasa, hingga menjadi tua. Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode rancangan cross sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA Penyusun : Grady Kharisma Pribadi, 2016 Pembimbing I : Sylvia Soeng,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, Obstetri Ginekologi, dan Neurologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kedokteran Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember 2015. Dari 150 mahasiswa ini kemudian dinilai lama penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Semarang, pada bulan Juni 2015.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Semarang, pada bulan Juni 2015. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ginekologi. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu Obstetri dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Ilmu Kesehatan Anak dan Fisiologi. 3.2 Jenis penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF Latar belakang : Epidemi obesitas berkembang pesat dekade

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif komparasi (Notoatmodjo, 2010). Melalui pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif komparasi (Notoatmodjo, 2010). Melalui pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain non eksperimen dengan rancangan penelitian deskriptif komparasi (Notoatmodjo, 2010). Melalui pendekatan rancangan survei

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian usia (geriatri). Penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian lanjut 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu fisiologi khususnya ilmu fisiologi olah raga dan fisiologi otot. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam, khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GITA PUSPANINGRUM G0013103

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi Olahraga. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Respirologi, Alergi dan Imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. 4.1. Ruang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 59 Lampiran 2. Persetujuan Etik Penelitian 60 61 Lampiran 3. Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berhubungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG Syifa Fauziyah 1), Tanto Hariyanto 2), Wahidyanti Rahayu S 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI ROSEMARY TERHADAP ATENSI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH AROMATERAPI ROSEMARY TERHADAP ATENSI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH AROMATERAPI ROSEMARY TERHADAP ATENSI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persayaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum CIWI YOSHIKO

Lebih terperinci

SKRIPSI EFEK TAI-CHI QIGONG TERHADAP MOBILITAS FUNGSIONAL LANSIA YANG DIUKUR MENGGUNAKAN TIMED-UP AND GO TEST

SKRIPSI EFEK TAI-CHI QIGONG TERHADAP MOBILITAS FUNGSIONAL LANSIA YANG DIUKUR MENGGUNAKAN TIMED-UP AND GO TEST SKRIPSI EFEK TAI-CHI QIGONG TERHADAP MOBILITAS FUNGSIONAL LANSIA YANG DIUKUR MENGGUNAKAN TIMED-UP AND GO TEST DI GRIYA LANJUT USIA SANTO YOSEF SURABAYA Oleh : Nama : Bernadheta Ayu Andriani NRP : 1523013025

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran terutama bidang fisiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RUTI ANNISA KUSUMASTUTI G0012198 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci