PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA"

Transkripsi

1 PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA Yusak Arianto Putro ( ) ABSTRACT The supervision of Indonesian government is based on the internal government control system, which is stated in the government rules. The city inspectorate is an official department that controls and makes sure all rules and plans in certain city are properly performed. This research is aim to This research has three goals. The first goals is to review the effectiveness the work of government department in Salatiga. The second is to find out any issues that are encountered by the city inspectorate and to know any factors that inpact the effectiveness of the city inspectorate work Key words: Supervison of Indonesia Goverment, Government control system, Inspectorate s roles. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada saat ini terselenggaranya pemerintah yang baik dan benar adalah hal yang mutlak dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya. Sektor pemerintahan sangat diharapkan selalu dapat memperbaiki kinerjanya sehingga dapat mencapai pemerintahan yang good governance. Di dalam melaksanakan pemerintah yang good governance ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan. Pengendalian itu sendiri merupakan aturan tertentu, sanksi dan penghargaan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan. Pengawasan biasanya dilaksanakan oleh institusi yang merupakan bagian dari manajemen, 1

2 untuk pemerintahan daerah dilaksanakan oleh DPRD dan Inspektorat Kota. Sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh pihak eksternal. Dalam pelaksanaan organisasi baik pemerintah maupun swasta mungkin yang dapat dibutuhkan adalah fungsi manajemen. Fungsi manajemen sangat berperan dalam melaksanaan fungsi pemerintah yang baik, salah satunya adalah fungsi pengawasan. Tujuan dari fungsi pengawasan adalah supaya pekerjaan yang dilakukan tidak menyimpang dari yang direncanakan. Ada 2 tipe pengawasan yaittu ada yang bersifat internal dan eksernal. Pengawasan internal dilakukan oleh aparat internal organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh pihak luar baik itu lembaga resmi seperti BPK, Inspektorat Kota, LSM maupun oleh masyarakat sendiri. Perbedaan antara pengawasan bagi sektor publik dan swasta. Perbedaan ini muncul karena perbedaan tujuan dari kedua sektor tersebut. Sektor publik bertujuan untuk meningkatan pelayanan publik bagi masyarakat luas sedangkan sektor swasta bertujuan untuk mencari keuntungan bagi perusahaan atau organisasinya. Berbicara tentang pengawasan bagi sektor publik, bertujuan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik transparansi maupun akuntabilitas publik merupakan salah satu faktor yang akan menjadikan pemerintah yang good governance. Untuk memastikan terlaksananya 3E yaitu ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Pencapaian indikator kinerja Pemerintah daerah dilakukan berdasarkan 3 E tersebut. Kemudian untuk meminimalkan terjadinya kebocoran anggaran atau korupsi. Bahwa berdasarkan hasil survei Bank Dunia, terjadi kebocoran minimal 30% dari anggaran pengadaan barang dan jasa. Dan yang terakhir sebagai bagian dari perbaikan manajemen berkelanjutan. Menurut keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007, adalah sebagai berikut : (1) Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota. (2) Pemeriksaan kasus kasus pengaduan masyarakat yang disampaikan langsung oleh masyarakat dan yang diterima dari instansi maupun pelimpahan penanganan kasus dari instansi lain. (3) Pemeriksaan dalam rangka 2

3 berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah. (4) Pemeriksaan berkala atau sewaktuwaktu maupun pemeriksaan terpadu. (5) Pemeriksaan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (6) Pemeriksaan khusus untuk hal-hal tertentu Pengawasan dari Inspektorat Kota adalah perangkat yang ditunjuk untuk menjamin agar Pemerintahan kota dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta aturan Undang-undang yang telah ditetapkan Pemkot Salatiga melalui Inspektorat Kota, dipimpin oleh seorang Kepala Inspektorat Kota yang berkedudukan di bawah Walikota serta bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris Daerah. Inspektorat Kota Salatiga melakukan pengawasan fungsional dengan bentuk pengawasan preventif dan pengawasan Represif. Inspektorat Kota berfungsi melakukan perumusan kebijakan teknis sesuai dengan kewenangan yang dimiliki daerah. Dalam konteks penyelenggaraan otonomi daerah, Inspektorat Kota merupakan instrumen pengawasan yang dimiliki baik oleh provinsi maupun kabupaten atau kota. Dalam melaksanakan pemeriksaan Internal Auditor akan menyelidiki dan meneliti keefektifan sistem pengawasan yang ada. Dengan mengadakan penelitian terhadap pengawasan internal yang dilakukan oleh pihak Inspektorat Kota secara berkesinambungan yang dapat diketahui suatu instansi pemkot atau SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) telah melaksanakan fungsinya dengan baik atau belum. Jadi pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Inspektorat Kota adalah merupakan suatu alat pengawasan yang penting untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasanpegawasan yang ada di dinas atau selaku SKPD di Pemerintah kota Salatiga. Dalam melakukan tugasnya, Inspektorat Kota menggunakan SPIP sebagai acuan kerja. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian Pemerintah, bahwa SPIP merupakan upaya untuk menciptakan Pemerintah yang baik dan benar. Dimana dalam pemerintah mengharapkan seluruh instansi pusat maupun daerah, kementrian maupun lembaga supaya pada tahun yang akan datang mendapat predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) atas segala bentuk laporan yang diharapkan semua instansi dapat membuat laporanlaporan yang didasarkan SPIP. Di dalam SPIP terdapat lima unsur yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan 3

4 komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Penelitian ini mengambil unsur lingkungan pengendalian karena dari kelima unsur SPIP tersebut, Lingkungan Pengendalian adalah salah satu unsur yang sangat mempengaruhi kinerja dari pengawas Inspektorat Kota dalam kaitan audit internal. Dalam kenyataannya, kinerja Inspektorat Kota pada Dinas di Indonesia mulai dipertanyakan. Ada banyak kasus-kasus muncul mengenai kecurangan yang dilakukan oleh pegawai Dinas, contohnya seperti kasus korupsi jalan lingkar Salatiga yang menyertakan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum sebagai tersangkanya. Selain itu sedikitnya 15 pegawai negeri sipil di lingkungan pemkot Salatiga juga diperiksa. Dengan adanya kasus ini dapat menyebabkan kerugian dalam jumlah yang besar bagi pemerintah daerah Salatiga. Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia, penelitian tersebut meneliti tentang permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh internal audit di Malaysia (Ahmad, et al., 2009). Audit internal di Malaysia organisasi sektor publik dan swasta mengalami pertumbuhan sejak memperoleh pijakan dalam proses menajemen pada tahun 1970-an. Perkembangan pesat dalam infrastruktur dan industri diposisikan Malaysia di dalam globalisasi dan pasar dunia. Ini memperbesar peran penting audit internal untuk memastikan transparansi, integritas, kualitas dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap menjadi titik akhir dari setiap area proses. Penelitian ini mengeksplorasi pentingnya audit internal di sektor publik Malaysia. Data dikumpulkan dari responden yaitu kepada kepala auditor internal, auditor internal dan staf lain dari departemen audit internal dari kategori departemen dan badan-badan sektor publik di Malaysia. Studi ini menyimpulkan bahwa fungsi audit internal dalam sektor publik di Malaysia dibatasi oleh kekurangan pegawai, terhambat oleh dukungan memadai dari manajemen puncak, auditor jarang memperpanjang kerjasama penuh mereka. Para auditor kurang pengetahuan dan pelatihan yang tepat tentang pendekatan audit yang efektif. 1.2 Rumusan Masalah 4

5 1. Bagaimana persepsi pejabat Dinas-dinas terhadap praktek pengawasan internal audit oleh Inspektorat Kota pada Dinas-dinas di kota Salatiga? 2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh Inspektorat Kota sebagai auditor internal bagi Dinas-dinas di kota Salatiga? 2. Telaah Teoritis 2.1 Kinerja Pengawas Internal Kinerja adalah menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya mencapai hasil dan manfaat yang diinginkan (Mardiasmo,2002). Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d) kompetensi. Bastian (2006) memaparkan bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian suatu kegiatan atau program dalam mewujubkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain itu John Whitmore (1997 : 104) mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan. 2.3 Inspektorat Kota Inspektorat Kota adalah perangkat yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjamin agar pemerintahan kota atau kabupaten dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta aturan undang-undang yang telah ditetapkan. 5

6 Inspektorat Kota merupakan instrumen pengawasan yang dimiliki baik oleh provinsi maupun kabupaten/kota. Tugas Inspektorat Kota adalah mengawasi arus penerimaan dan pengeluaran di daerah yang bersangkutan. Dalam hal ini Inspektorat Kota harus mampu menterjemahkan berbagai kebijakan Kepala Daerah, khususnya yang berkaitan dengan anggaran daerah Bentuk Pengawasan dari Inspektorat Kota Berdasarkan obyek pengawasan, kita dapat membagi pengawasan terhadap pemerintah kabupaten menjadi tiga jenis, yaitu pengawasan terhadap: 1. Produk hukum dan kebijakan daerah. 2. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten serta produk hukum dan kebijakan. 3. Keuangan daerah Kinerja Inspektorat Kota Keberhasilan dalam pengawasan yang dicapai optimalnya sangat ditentukan oleh prestasi kerja para pengawasnya. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja para pemeriksa sangat mempengaruhi pula pada pada efektivitas pengawasan pula pada efektivitas pengawas Dasar dari manfaat Pengawasan Inspektorat Kota Dasar dari manfaat Inspektorat Kota bagi Dinas-dinas terkait adalah untuk membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi permasalahan dan mengawasi setiap kegiatan instansi di dinas SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dalam menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mengawasi segala kegiatan aparatur pemerintah dalam segala kegiatan serta memonitoring mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan dan tepat sasarannya dengan mencapai hasil yang efektif efesien dan ekonomis dimana inspektorat akan memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak 6

7 (independent), serta bekerja secara profesional dalam melakukan kegiatan pengawasan Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 53 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Pejabat Struktural pada Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, tugas pokok dan fungsinya Inspektorat Kota Salatiga dijabarkan sebagai berikut: 1. Inspektur Inspektur Kota Salatiga mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintah daerah. Sedangkan fungsinya adalah: a. Perencanaan Program pengawasan. b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan. c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. d. Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan daerah meliputi Wilayah I, Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV. e. Pelaksanaan pelayanan ke Sekertariatan Inspektorat. f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekertariat Sekertariat mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi pengawasan dan memberikan pelayanan teknis administrasi, meliputi urusan keuangan, umum dan kepegawaian, perencanaan dan evaluasi, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas Inspektorat. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, sekertariat mempunyai fungsi: a. Penyusunan rencana kegiatan kesekertariatan. 7

8 b. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program kerja pengawasan. c. Penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan laporan hasil pengawasan. d. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis fungsional. e. Penyusunan, penginventarisasian dan pengolahan data dalam rangka penatausahaan proses penanganan pengaduan. f. Penyiapan bahan pembinaan teknis pengawasan. g. Pengkoordinasian penyiapan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan tugas inspektorat. h. Pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, dan umum. i. Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas sekertariat. j. Pembinaan dan pengarahan kepada bawahan. k. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut di atas sekertariat terdiri dari: a. Subbagian Perencanaan dan evaluasi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan penyusunan, penghimpun, mengolah, menilai dan menyimpan laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional dan melakukan administrasi pengaduan masyarakat, serta menyusun laporan kegiatan pengawasan. b. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melakukan urusan kepegawaian, ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, perpustakaan, kehumasan dan protokol. c. Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan pengendalian, pembiayaan, pengelolaan administrasi keuangan serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi. 3. Inspektur Pembantu Wilayah 8

9 Inspektur Pembatu Wilayah mempunyai tugas pokok membantu inspektur dalam melaksankan pengawasan terhadap pengawasan terhadap penyelenggarakan urusan perintahan daerah dan kasus pengaduan di perangkatan daerah sesuai wilayah kerjanya. Untuk melakukan tugas pokok tersebut, Inspektur pembantu wilayah menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional pengawasan bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada wilayah kerjanya. b. Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja pengawasan pada wilayah kerjanya. c. Pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan. d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugastugas pengawsan di wilayah kerjanya. e. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya. f. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya. g. Pembinaan dan pengarahan tugas bawahan. h. Penilaian pelaksanaan tugas bawahan. i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut di atas, Inspektur Wilayah Pembantu terdiri dari: a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pembanguan, meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawsan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan. b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur pembantu dalam melakukan pengawasan 9

10 terhadap penyelenggaraan urusan Pemerintahan, meliputi pemeriksaan, pengusutan, penguian dan penilaian tugas pengawasan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan. c. Seksi pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur Pembantu dalam melakukan pengawasaan terhadap peyelenggaraan urusan Pemerintahan bidang kemasyarakat, meliputi pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan dan kasus atas pengaduan serta pelaporan. 4. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat sesuai dengan keahlian bidang masing-masing. 2.4 SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) SPIP sebagai yang tertuang dalam PP 60 Tahun 2008 bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, SPIP juga sebagai upaya menciptakan kondisi guna menciptakan prilaku positif dan kondusif, hal itu di karenakan penekanan SPIP pada soft control guna menciptakan pengendalian diri sendiri dan masyarakat, guna suksesnya pelaksanaan SPIP. Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan Pemerintahan diberbagai negara, yang meliputi: 1. Lingkungan pengendalian. Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. 2. Penilaian risiko. Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. 10

11 3. Kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. 4. Informasi dan komunikasi. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. 5. Pemantauan. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera ditindak lanjuti 3. Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Data primer diambil dari pengisian kuesioner kepada Kepala Dinas dan Kepala Bidang dinas-dinas terkait. Kuesioner yang digunakan berupa 3 bagian. Bagian pertama berisi item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian, bagian 2 berisi masalah utama yang dialami fungsi staf pengawas dan bagian ketiga berisi tentang faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini yang akan diteliti adalah seluruh pegawai dan staf Dinas-dinas Kota Salatiga yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Dinas Kesehatan. Dan sampel penelitian ini adalah Kepala Dinas dan Kepala Bidang pada Dinas-dinas tersebut. 11

12 3.3 Metode Pengumpulan Data 1. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun kuesioner yang diperoleh dari item-item SPIP dan dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia. 2. Penentuan respoden dilakukan dengan cara bertanya kepada anggota dinas-dinas terkait mengenai staf yang mengetahui praktek pengawasan pada Dinas-dinas Kota Salatiga. Kemudian memberikan penjelasan tentang isi dari kuesioner kepada responden. 3. Meminta responden menilai seberapa baiknya item-item informasi tersebut dengan cara memberi tanda contreng dengan skala penilaian 1-5 untuk setiap informasi yang ada dalam item-item SPIP. (skala 1 : sangat buruk; skala 5 : sangat baik) 4. Meminta responden untuk menilai setuju atau tidak dengan masalahmasalah yang dihadapi oleh pengawas. Informasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju) 5. Meminta responden untuk menilai setuju atau tidak dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi staf pengawas. Informasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju) 6. Dari hasil yang diperoleh pada point 3 sampai 5, tiap item informasi dihitung rata-ratanya. 7. Untuk melihat tingkat persepsi responden, maka digunakan rumus interval sebagai berikut: Dimana I K Max Min = Interval = Kategori jawaban = Nilai tertinggi = Nilai terendah 12

13 Range 1,00-1,80 1,81-2,60 2,61-3,40 3,41-4,20 4,21-5,00 Kriteria Sangat Tidak Setuju/Sangat buruk Tidak Setuju/buruk Netral/Cukup Setuju/Baik Sangat Setuju/Sangat baik 8. Dalam kuesioner ini juga diberikan ruang kosong untuk menampung informasi yang dianggap penting oleh responden faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas. 9. Setelah didapat data-data mengenai seberapa baiknya penerapan item-item SPIP tadi dilakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik deskriptif, untuk dapat memaknai data yang telah didapat dari hasil penelitian 4. Temuan dan Pembahasan 4.1. Gambaran secara umum responden penelitian Secara umum responden penelitian ini dibagi menurut jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama bekerja. Dari total 51 orang yang bersedia dan tidak berhalangan untuk mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 46 orang (90,20 %). Menurut jender penelitian ini didominasi oleh responden laki-laki daripada perempuan yaitu laki-laki berjumlah 32 orang dan perempuan berjumlah 14 orang. Menurut usia penelitian ini lebih banyak responden yang berusia di atas 50 tahun. Pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini hanya berkisar antara SMA, S1, dan S2, dan didominasi responden yang berpendidikan terakhir S1. Dalam penelitian ini masa jabatan responden dibagi menjadi tiga yaitu antara 1 sampai 10 tahun, 11 sampai 20 tahun dan 20 tahun ke atas, temuan menunjukkan 13

14 bahwa penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki masa jabatan lebih dari 20 tahun ( lihat lampiran 1, hal. 23) Penilaian responden terhadap item-item di dalam kuesioner Penilaian responden terhadap item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian No Item informasi Penyusunan dan Penerapan aturan perilaku Keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah Penegakan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur Penjelasan dan pertanggungjawaban adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern Penghapusan kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis Pengidentifikasi dan penetapan kegiatan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Penyusunan standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masingmasing posisi Penyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya Pemilihan pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah Pemberi keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Total Skor Rata-rata Persepsi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 14

15 11 Pemberian peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pemeliharaan dan peningkatan kualitas 12 tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pertimbangan resiko dalam pengambilan 13 keputusan Penerapan manajemen berbasis kinerja, 14 pendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP Perlindungan atas aset dan informasi dari 15 akses dan penggunaan yang tidak sah Interaksi secara intensif dengan pejabat 16 pada tingkatan yang lebih rendah Respon secara positif terhadap pelaporan 17 yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan Penyesuaian dengan ukuran dan sifat 18 kegiatan Instansi Pemerintah Pemberian kejelasan wewenang dan 19 tanggung jawab Pemberian kejelasan hubungan dan 20 jenjang pelaporan intern dalam Instansi Pemerintah Pelaksana evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi 21 sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis Penetapan jumlah pegawai yang sesuai, 22 terutama untuk posisi pimpinan Penetapan kebijakan dan prosedur sejak 23 rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai Penelusuran latar belakang calon pegawai 24 dalam proses rekrutmen Supervise periodik yang memadai 25 terhadap pegawai Sumber: Data Primer, Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 15

16 Berdasarkan hasil temuan diatas, dapat dilihat secara rata-rata bahwa setiap item-item SPIP telah diterapkan dengan baik oleh pengawas. Responden dalam hal ini anggota Dinas-dinas, secara rata-rata menilai setiap item dengan skor 3. Dilihat secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian yang dilakukan oleh seluruh anggota Dinas-dinas terhadap kinerja pengawas adalah baik, meskipun nilai yang diberikan secara rata-rata tidak tinggi. Kecenderungan yang timbul dari data di atas adalah anggota Dinas-dinas menilai bahwa item-item SPIP telah dilaksanakan dengan baik Penilaian responden tentang masalah utama yang dihadapi oleh staf pengawas. No Item informasi Total Skor Ratarata 1 Jumlah pengawas kurang Persepsi Tidak setuju 2 Fungsi pengawasan mendapat dukungan penuh dari pejabat tinggi Setuju 3 Kerjasama diantara pengawas/audit internal baik Setuju 4 Pelatihan teknis pengawasan/audit internal memadai Setuju 5 Fungsi pengawas bersifat independen Netral 6 Pengetahuan teknik staf pengawas memadai Netral 7 Pengalaman staf pengawas memadai Netral 8 Hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi Setuju 9 Posisi staf pengawas terhormat dalam organisasi Netral 10 Fungsi staf pengawas banyak dimusuhi Tidak setuju 11 Anggaran yang disediakan untuk fungsi pengawasan memadai Netral Sumber: Data Primer, 2012 Dari hasil pendapat responden secara rata-rata dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan yang dihadapi oleh pengawas dalam melakukan pengawasan di lingkungan Dinas-dinas. Secara rata-rata responden menilai bahwa jumlah pengawas memadai, fungsi pengawasan mendapat dukungan dari pejabat 16

17 tinggi, kerjasama fungsi pengawas baik, pelatihan teknis pengawas memadai, hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi, dan fungsi pengawasan tidak dimusuhi. Sedangkan untuk beberapa item (fungsi pengawas bersifat independen, pengetahuan teknik staf pengawas memadai, pengalaman staf pengawas memadai, posisi staf pengawas terhormat dalam organisasi dan anggaran yang disediakan untuk pengawasan memadai) secara rata-rata responden masih ragu untuk menyatakan item-item tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi oleh pengawas Penilaian responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas. Total No Item informasi Rata-rata Persepsi Skor 1 Kualitas Pengawas yang mengawasi Setuju SKPD 2 Dukungan dari Pimpinan SKPD Setuju 3 Kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai Setuju 4 Kerjasama diantara staf pengawas Setuju Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dilihat bahwa secara rata-rata anggota Dinas-dinas Kota Salatiga setuju dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas yang diajukan di dalam kuesioner. Para responden berpendapat bahwa kualitas pengawas yang mengawasi SKPD, dukungan dari Pimpinan SKPD, kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai dan kerjasama diantara staf pengawas sangat mempengaruhi efektivitas dari fungsi staf pengawas Perbandingan hasil persepsi responden yang dibedakan menurut atribut Selain pembandingan data secara keseluruhan, data-data yang telah didapat dari penelitian ini dapat dibandingkan berdasarkan atribut-atribut demografis yang dimiliki oleh responden Perbandingan rata-rata menurut pendidikan terakhir Dari data ( lihat lampiran 3, hal. 27 ) dapat dilihat bahwa menurut responden yang berpendidikan terakhir SMA, S1 dan S2, item-item SPIP di Lingkungan 17

18 Pengendalian telah diterapkan dengan baik oleh pengawas. Kemungkinan hal ini terjadi karena responden menganggap kalau item-item di Lingkungan Pengendalian di SKPD telah diterapkan dengan baik. Di dalam penilaian terhadap masalah utama yang dihadapi pengawas, responden yang berpendidikan SMA, S1 dan S2 memberikan penilaian yang sama, yaitu netral terhadap masalah yang dihadapi oleh pengawas. Kemungkinan hal ini terjadi akibat responden masih ragu apakah hal tersebut menjadi permasalahan di dalam praktik pengawasan di SKPD. Sedangkan dalam penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas responden yang berpendidikan SMA, S1 dan S2 memberikan penilaian yang sama bahwa faktor-faktor yang diajukan dalam kuesioner (kualitas pengawas yang mengawasi SKPD, dukungan dari Pimpinan SKPD, kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai dan kerjasama diantara staf pengawas) sangat mempengaruhi efektivitas dari fungsi staf pengawas. Kecenderungan ini mungkin terjadi karena tidak adanya perbedaan pengetahuan diantara responden yang berpendidikan SMA, S1 dan S2 terhadap isi dari kuesioner Perbandingan rata-rata nilai menurut usia Dari data ( lihat lampiran 4, hal. 31 ) dapat dilihat bahwa responden yang berusia kurang dari sama dengan 50 tahun dan responden yang berusia lebih dari 50 tahun, sama-sama menilai bahwa item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian telah diterapkan dengan baik. Kemungkinan hal ini terjadi karena responden menganggap kalau item-item Lingkungan Pengendalian di SKPD telah diterapkan dengan baik. Di dalam penilaian terhadap masalah utama yang dihadapi pengawas, responden yang berusia kurang dari sama dengan 50 tahun memberikan jawaban netral. Sedangkan responden yang berusia lebih dari 50 tahun memberikan jawaban bahwa tidak terdapat permasalahan yang dihadapi oleh pengawas di dalam melakukan fungsi pengawasan. Kemungkinan hal ini terjadi, karena responden yang berusia 50 tahun ke atas lebih paham mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas dibanding dengan responden yang berusia kurang dari sama dengan 50 tahun. Sedangkan dalam penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas responden yang berusia kurang dari 18

19 sama dengan 50 tahun dan responden yang berusia lebih dari 50 tahun memberikan penilaian yang sama bahwa faktor-faktor yang diajukan dalam kuesioner (kualitas pengawas yang mengawasi SKPD, dukungan dari Pimpinan SKPD, kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai dan kerjasama diantara staf pengawas) sangat mempengaruhi efektivitas dari fungsi staf pengawas Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan Secara umum responden penelitian ini telah menganggap bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi pengawas yang disebutkan dalam kuesioner telah mewakili pemikiran mereka. Namun demikian ada 7 (tujuh) responden yang memberikan pendapat adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi pengawas. Data berikut menunjukkan item-item yang menurut pendapat dan pemikiran pribadi responden (diluar bagian 3) yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengawasan. Tabel 1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pengawasan No Responden Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas 3 Peralatan pendukung dalam kegiatan pengawasan 5 Adanya perbedaan persepsi 5 Asumsi-asumsi dasar yang berbeda 5 Tujuan pengawasan 5 Kondisi ekternal dan internal 5 Pengaruh politik 8 Independensi pengawas 8 Kepribadian staf pengawas 19 Kurangnya pengetahuan pihak pengawas 19 Kurangnya kesiapan pihak yang diawasi 19 Pembekalan teknis dari atasan langsung pengawas 24 Intervensi pimpinan 28 Ketegasan di dalam melakukan tindakan 35 Pengawas harus mengetahui mengetahui pedoman umum tentang suatu kegiatan Sumber: Data Primer,

20 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang diberikan oleh responden sebagian besar menyangkut kondisi dari internal pengawas (seperti : Independensi pengawas, pembekalan teknis dari atasan, ketegasan di dalam melakukan tindakan dll). Persiapan sebelum melakukan pengawasan sangat mempengaruhi efektivitas dari pengawas itu sendiri. Responden berpendapat supaya di dalam pengawasan tidak ada intervensi dari pimpinan, sehingga pengawasan dapat berjalan secara transparan. Kedepannya yang mungkin harus diperhatikan oleh pengawas adalah kondisi dari internal dan ekternal yang akan diawasi, sehingga pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dapat berjalan dengan baik. 5. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara rata-rata, responden penelitian ini menilai isi yang terangkum dalam item-item SPIP di Lingkungan pengendalian telah dilakukan secara baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden menilai bahwa pengawas dalam praktek pengawasannya telah menerapkan item-item yang tercantum di dalam SPIP dengan baik. Responden menilai tidak terdapat permasalahan yang dihadapi oleh pengawas, hal ini tercermin dari persepsi mereka bahwa jumlah pengawas yang memadai, fungsi pengawasan mendapat dukungan dari pejabat tinggi, kerjasama diantara pengawas dianggap baik, pelatihan teknik pengawasan memadai. Kemudian hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi dan fungsi pengawasan tidak dimusuhi. Penelitian ini juga menemukan bahwa responden setuju bahwa item-item yang diajukan dalam kuesioner (kualitas pengawas yang mengawasi SKPD, dukungan dari pimpinan SKPD, kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai, kerjasama diantara staf pengawas) adalah faktorfaktor yang mendukung efektivitas fungsi pengawas. Selain faktor-faktor yang disebutkan dalam kuesioner, responden juga menambahkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas seperti peralatan pendukung dalam kegiatan 20

21 pengawasan, adanya perbedaan persepsi, asumsi-asumsi dasar yang berbeda, tujuan pengawasan, kondisi ekternal dan internal, pengaruh politik, independensi pengawas, kepribadian staf pengawas, kurangnya pengetahuan pihak pengawas, kurangnya kesiapan pihak yang diawasi, pembekalan teknis dari atasan langsung pengawas, intervensi pimpinan, ketegasan di dalam melakukan tindakan, dan pengawas harus mengetahui pedoman umum tentang suatu kegiatan. Penelitian ini juga menemukan adanya variasi persepsi terhadap praktik pengawasan, masalah yang di hadapi oleh fungsi staf pengawas dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengawasan berdasarkan atribut responden. Dengan melihat penilaian responden bahwa penerapan fungsi pengawasan telah dilakukan sesuai dengan SPIP, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan kinerja dari Inspektorat Kota sebagai pengawas di Lingkungan SKPD supaya pada tahun yang akan datang dapat mencapai hasil yang lebih baik lagi. Di dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, adanya beberapa responden yang tidak bersedia dan berhalangan di dalam pengisian kuesioner. Keseluruhan responden dari anggota Dinas-dinas Kota Salatiga adalah 51 orang, sedangkan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 46 orang (90,20 %). Kedua, kemungkinan terjadinya conflict of interest antara pengawas dan dinas-dinas yang diawasi. Untuk penelitian-penelitian yang akan datang sebaiknya dilakukan dengan lebih memperkaya rangkuman item-item SPIP, serta dapat dilakukan kajian statistik yang lebih mendalam (inferensial), sehingga bisa didapatkan analisis yang lebih mendalam. 21

22 Daftar Pustaka Ahmad, Halimah Nasibah; Othman, Radiah; Othman, Rohana; & Jusoff, Kamaruzman (2009) The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian Public Sector, Sep. 2009, Vol.5, No.9 (Serial No.52), Journal of Modern Accounting and Auditing, ISSN , USA Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta Erika, A.R Yulisman. (2011). Fungsi Badan Pengawas Daerah (Inspektorat Kota) Dalam Pelaksanaan Pemerintah Daerah Di Kabupaten Pesisir Selatan. 15 September Fabanyo, Suryanti. (2011). Pelaksanaan Fungsi Pengawasan di Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan. Makasar. Ihalauw, John J.O.I, (2000). Bangun Teori Edisi Milenium. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga Ihalauw, John J.O.I, (2003). Bangun Teori Edisi Milenium. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Pedoman Operasional Pengawasan Di Lingkungan Inspektorat Kota Salatiga Retno Utami, Mutamimah. (2011). Pengertian Kinerja September 2011 Rumudi, Sukandar. (2006). Metodologi Penelitian Petunjuk Praktik Untuk Peneliti Pemula. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Satrio Dewanto, R. Pandu. (2011). Persepsi Birokrat Kota Salatiga Terhadap Ukuran Kinerja Sektor Pendidikan Di Indonesia Dan Negara Maju. Skripsi program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 22

23 Santoso, Singgih. (2003). Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta. Supramono dan Intiyas Utami. (2003). Desain Proposal Penelitian, Cetakan 1. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga Wikipedia. (2012). Pengertian Kinerja April 2012 Perundang-undangan Republik Indonesia: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan 23

24 LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase (%) Laki Laki Perempuan Total Sumber: Data Primer, 2012 Tabel Gambaran umum responden berdasarkan usia Usia Jumlah Responden Prosentase (%) 50 tahun > 50 tahun Total Sumber: Data Primer, 2012 Tabel Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Prosentase (%) SMA S S Total Sumber: Data Primer, 2012 Tabel Gambaran umum responden berdasarkan periode menjabat sebagai anggota dari Dinas-dinas Lama Bekerja Jumlah Prosentase (%) 24

25 Responden 1-10 tahun tahun >20tahun Total Sumber: Data Primer, 2012 Lampiran Perbandingan rata-rata nilai menurut pendidikan terakhir Tabel Item yang ada di dalam item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian No Item informasi SMA S1 S2 1 Penyusunan dan Penerapan aturan perilaku Keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah Penegakan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur Penjelasan dan pertanggungjawaban adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern Penghapusan kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis Pengidentifikasi dan penetapan kegiatan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Penyusunan standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Penyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan

26 meningkatkan kompetensi pekerjaannya 9 Pemilihan pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah Pemberi keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pemberian peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pertimbangan resiko dalam pengambilan keputusan Penerapan manajemen berbasis kinerja, pendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP Perlindungan atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah Interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah Respon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan Penyesuaian dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah

27 19 Pemberian kejelasan wewenang dan tanggung jawab Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam Instansi Pemerintah Pelaksana evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis Penetapan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen Supervise periodik yang memadai terhadap pegawai Sumber: Data Primer, 2012 Rata-rata Tabel Item yang berasal dari masalah utama fungsi staf pengawas No Item informasi SMA S1 S2 1 Jumlah pengawas kurang Fungsi pengawasan mendapat dukungan penuh dari pejabat tinggi Kerjasama diantara pengawas/audit internal baik Pelatihan teknis pengawasan/audit internal memadai Fungsi pengawas bersifat independen

28 6 Pengetahuan teknik staf pengawas memadai Pengalaman staf pengawas memadai Hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi Posisi staf pengawas terhormat dalam organisasi Fungsi staf pengawas banyak dimusuhi Anggaran yang disediakan untuk fungsi pengawasan memadai Sumber: Data Primer, 2012 Rata-rata Tabel Item yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas No Item informasi SMA S1 S2 1 Kualitas Pengawas yang mengawasi SKPD Dukungan dari Pimpinan SKPD Kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai Kerjasama diantara staf pengawas Sumber: Data Primer, 2012 Rata-Rata Lampiran Perbandingan rata-rata nilai menurut usia responden Tabel Item yang ada di dalam item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian No Item informasi 50 tahun > 50 tahun 1 Penyusunan dan Penerapan aturan perilaku

29 Keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah Penegakan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur Penjelasan dan pertanggungjawaban adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern Penghapusan kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis Pengidentifikasi dan penetapan kegiatan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Penyusunan standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Penyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya Pemilihan pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah Pemberi keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas untuk pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pemberian peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Pertimbangan resiko dalam pengambilan keputusan Penerapan manajemen berbasis kinerja, pendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP Perlindungan atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah

30 16 Interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah Respon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan 18 Penyesuaian dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah Pemberian kejelasan wewenang dan tanggung jawab Pemberian kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam Instansi Pemerintah Pelaksana evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis 22 Penetapan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai 24 Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen Supervise periodik yang memadai terhadap pegawai Rata rata Sumber: Data Primer, 2012 Tabel Item yang berasal dari masalah utama fungsi staf pengawas No Item informasi 50 tahun > 50 tahun 1 Jumlah pengawas kurang Fungsi pengawasan mendapat dukungan penuh dari pejabat tinggi Kerjasama diantara pengawas/audit internal baik Pelatihan teknis pengawasan/audit internal memadai Fungsi pengawas bersifat independen Pengetahuan teknik staf pengawas memadai Pengalaman staf pengawas memadai Hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi

31 Posisi staf pengawas terhormat dalam 9 organisasi Fungsi staf pengawas banyak dimusuhi Anggaran yang disediakan untuk fungsi pengawasan memadai Rata-rata Sumber: Data Primer, 2012 Tabel Item yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas No Item informasi 50 tahun > 50 tahun 1 Kualitas Pengawas yang mengawasi SKPD Dukungan dari Pimpinan SKPD Kecukupan sumber daya manusia dan dana operasional yang memadai Kerjasama diantara staf pengawas Rata-rata Sumber: Data Primer,

32 Lampiran 4 R A H A S I A Kuesioner Penelitian Skripsi Kuesioner ini dibuat dalam rangka pengumpulan data penelitian tugas akhir (skripsi) Yusak Arianto Putro, Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga (Angkatan 2007), yang berjudul Persepsi Dinas-dinas terhadap Efektivitas Kinerja Inspektorat Kota di Kota Salatiga. Pada Kuesioner ini terdapat 3 bagian dimana bagian pertama menjelaskan tentang item-item SPIP di Lingkungan Pengendalian di Dinas-dinas Kota Salatiga. Bagian kedua menjelaskan tentang masalah utama yang dihadapi fungsi staf pengawas. Dan bagian ketiga menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas. Bapak/Ibu diharapkan dapat membantu dengan melengkapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam Kuesioner ini sejujur-jujurnya dan semaksimal mungkin, serta mengembalikannya sesegera mungkin guna dianalisis oleh peneliti. Semua data diri Bapak/Ibu di dalam Kuesioner ini akan dirahasiakan oleh peneliti. Data Diri Responden: (Data diri Responden akan dirahasiakan Mohon Diisi dengan HURUF KAPITAL) Nama : (boleh tidak diisi) Jenis kelamin : L / P (*Coret yang tidak perlu) Usia : Tahun Pendidikan terakhir : SMA / S1 / S2 / S3 Jabatan Lama bekerja :.. :.. 32

33 Bagian 1 No Pada Bagian 1 ini merupakan item item SPIP di Lingkungan Pengendalian Di Dinas dinas. Bapak/Ibu diharapkan dapat menjawab dengan memberi tanda (centang/contreng) sesuai dengan keadaan responden dan berdasarkan pemahaman responden dengan menilai menggunakan Skala Likert nilai 1 sampai 5. Nilai 1 berarti bahwa sangat buruk Nilai 2 berarti bahwa buruk Nilai 3 berarti bahwa cukup Nilai 4 berarti bahwa baik, dan Nilai 5 berarti bahwa sangat baik Menurut penilaian Bapak/Ibu : Lingkungan Pengendalian Penyusunan dan Penerapan aturan perilaku Keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah Penegakan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur Penjelasan dan pertanggungjawaban adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern Penghapusan kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis Pengidentifikasi dan penetapan kegiatan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas dan fungsi pada masing-masing posisi Skala penilaian

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA KERTAS KERJA

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA KERTAS KERJA PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA INSPEKTORAT KOTA DI KOTA SALATIGA Oleh : YUSAK ARIANTO PUTRO NIM : 232007009 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Fenomena yang terjadi dalam perkembangan audit internal di pemerintahan dewasa ini melaju cukup pesat yang menuntut auditor untuk

1. Pendahuluan Fenomena yang terjadi dalam perkembangan audit internal di pemerintahan dewasa ini melaju cukup pesat yang menuntut auditor untuk 1. Pendahuluan Fenomena yang terjadi dalam perkembangan audit internal di pemerintahan dewasa ini melaju cukup pesat yang menuntut auditor untuk lebih responsif terhadap kebutuhan manajemen. Audit internal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 32/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN, SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN DALAM PENERAPAN STANDAR AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 20 Tahun 2009 Lampiran : - TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pemerintahan pada suatu Negara, sangat dibutuhkan adanya suatu pengawasan. Pengawasan itu sendiri diterapkan pada seluruh elemen pemerintahan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT SALINAN NOMOR 24/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK INSPEKTORAT PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK INSPEKTORAT PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK INSPEKTORAT PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : WALIKOTA DUMAI, a. Bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG PROVINSJ KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STRUKTUR ORGANISAS1 DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Negara Republik Indonesia Nomor 4355); BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

- 1 - WALIKOTA GORONTALO, - 1 - PROVINSI GORONTALO KEPUTUSAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR : / / / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN (PKPT) INSPEKTORAT KOTA GORONTALO TAHUN 2016 WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Program

Lebih terperinci

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG Inspektorat Kota Serang Fungsi pengawasan di Kota Serang mulai diselenggarakan sejak tahun 2007. Sejalan dengan reformasi otonomi daerah yang didasarkan atas azas desentralisasi

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP PRAKTIK PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN SEMARANG

PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP PRAKTIK PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN SEMARANG PERSEPSI DINAS-DINAS TERHADAP PRAKTIK PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN SEMARANG Yehezkiel (232007158) ABSTRACT Supervision is one factor that is important to create good government. As well as the

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA, SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA PROBOLINGGO

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Pembentukan Kecamatan Alok Timur Kabuaten Sikka Kecamatan Alok Timur merupakan Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Alok

Lebih terperinci

BUPATI POSO PERATURAN BUPATI POSO NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POSO PERATURAN BUPATI POSO NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO PERATURAN BUPATI POSO NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : WALIKOTA DUMAI, a. Bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.107,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.60 tahun

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 34 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 34 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LANDAK, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 No. 10, 2008 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DUMAI

BERITA DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI BERITA DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 43 Tahun 2008 Seri : D Nomor 42 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 43 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci