EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BPHTB TUGAS AKHIR. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BPHTB TUGAS AKHIR. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan"

Transkripsi

1 EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BPHTB TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Oleh : Kharisma Aulina Nurjannah F PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 HALAMAN MOTTO Yang paling benar dari semua kebenaran adalah kematian, yang paling menipu dari semua penipu adalah dunia, yang paling beruntung diantara orang yang beruntung adalah orang yang berdakwah (Abdurrohman) Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (QS Al Ankabuut 64) Air mata boleh mengalir, hati boleh sedih, tetapi lisan hanya boleh mengucapkan apa yang membuat Alloh ridho (Muhammad oleh Abdul Mun im Muhammad Umar) Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat membuat semua orang bahagia, namun meminimalisir kekecewaan adalah hal yang terbaik (Penulis) vi

7 HALAMAN PERSEMBAHAN Penulis mempersembahkan karya sederhana ini kepada Alloh SWT Tuhan semesta alam Mama dan Papaku tercinta Adikku Tersayang Semua sahabat dan teman-temanku Seseorang yang selalu memotivasi dan menginspirasi Almamater vii

8 KATA PENGANTAR Bismillah, Puja serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BPHTB Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Ahli Madya pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh bantuan, dorongan, keterlibatan dari beberapa pihak baik materiil maupun spiritual, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas segala kemudahan dan nikmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. viii

9 4. Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 5. Bapak Suyanto, S.E., Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Bapak Ahmad Ridwan, S.E. selaku Pembimbing Akademik 7. Seluruh dosen dan staff pengajaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 8. Kepala DPPKA Kota Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian. 9. Kepada pegawai DPPKA dan staffnya, Ibu Maya, Bapak Effendi, Bapak Widi, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih telah membantu penulis untuk mendapatkan bahan-bahan penulisan Tugas Akhir. 10. Untuk Mama dan Papaku tercinta atas semua doa dan semangat yang diberikan. 11. Untuk adikku Madenatul Nuraini tersayang 12. Nisa, Harlez, Chika, Keti terima kasih untuk 6 semester yang terbaik ini, 7 Juni 2013 don t forget it girl!!! 13. Teman-teman magang di DPPKA Alim, Ardhie, Rindang, Litta, Yenny, Hendri, Amin, Linda, Lia, Erent, Wakit, Ani, Nana, Maria terima kasih untuk unforgettable magangnya. 14. Teman-teman Pajak 2008 kelas A dan B ix

10 Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Surakarta, 15 Juni 2011 penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 1 B. LATAR BELAKANG MASALAH C. RUMUSAN MASALAH D. TUJUAN PENELITIAN E. MANFAAT PENELITIAN F. METODE PENULISAN xi

12 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI B. PEMBAHASAN BAB III TEMUAN A. KELEBIHAN B. KELEMAHAN BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR LAMPIRAN 1. Tanda terima kuliah magang kerja 2. Perda No 13 tahun Data pemasukan BPHTB bulan Januari-Maret tahun SSPD-BPHTB 5. Kutipan UU No 28 tahun 2009 mengenai pajak BPHTB xiii

14 xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk baru dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganya belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahaan 9 kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September Pelaksana teknis pemerintah Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.& K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusanurusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut

16 dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak. Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan Dinas Baru. Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disingkat DIPENDA. Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan dibidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota

17 Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut: a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 Tahun b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No.11 Tahun c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 12 Tahun Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut: a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No.8 Tahun c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/ Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan

18 terbitnya Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II. Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian dipimpin oleh Kepala Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. 2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang

19 dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas; b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan; c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi; d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi; e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain; f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain; g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi; h. Pengelolaan aset barang daerah; i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah; j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah; k. Penyelenggaraan sosialisasi; l. Pembinaan jabatan fungsional; m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). 3. Struktur Organisasi DPPKA

20 Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masingmasing. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut: a. mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan, b. mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan, c. mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, d. menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Adapun susunan organisasi DPPKA Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: a. Kepala. b. Sekretariat membawahi: 1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; 2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi: 1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan; 2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. d. Bidang Penetapan, membawahi: 1. Seksi Perhitungan; 2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.

21 e. Bidang Penagihan, membawahi: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan; 2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain. f. Bidang Anggaran, membawahi: 1. Seksi Anggaran I; 2. Seksi Anggaran II. g. Bidang Perbendaharaan, membawahi: 1. Seksi Perbendaharaan I; 2. Seksi Perbendaharaan II. h. Bidang Akuntansi, membawahi: 1. Seksi Akuntansi I; 2. Seksi Akuntansi II. i. Bidang Asset, membawahi: 1. Seksi Perencanaan Aset; 2. Seksi Pengelolaan Aset. j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). k. Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masingmasing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing dipimpin

22 oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. 4. Deskripsi Tugas Jabatan a. Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah. Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan Daerah, 2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas, 3. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas. b. Sekretariat Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas, mengadakan monitoring dan pengendalian serta evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat membawahi subbagiansubbagian sebagai berikut: 1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.

23 Selain itu juga bertugas sebagai pelaksana/ melaksanakan monitoring dan pengendalian, analisa dan evaluasi dan serta menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. 2. Subbagian Keuangan Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan. 3. Subbagian Umum dan Kepegawaian Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan, perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris, pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi kepegawaian. c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai tugas yang penting yaitu menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengolahan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksiseksi sebagai berikut: 1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan

24 Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Pajak Retribusi Daerah (WRD). 2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah. d. Bidang Penetapan Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Perhitungan Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi. 2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), dan surat-surat ketetapan pajak lainnya. e. Bidang Penagihan

25 Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang penagihan dan keberatan serta pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya. 2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. f. Bidang Anggaran Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran penerimaan pajak, retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan instansi serta mengatur pengeluaranpengeluaran dana yang telah dianggarkan atau direncanakan. Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu sebagai berikut: 1. Seksi Anggaran I; 2. Seksi Anggaran II. g. Bidang Perbendaharaan

26 Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok seksi, yaitu: 1. Seksi Perbendaharaan I; 2. Seksi Perbendaharaan II. h. Bidang Akuntansi Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Akuntansi I; 2. Seksi Akuntansi II. i. Bidang Aset Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1. Seksi Perencanaan Aset Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah. 2. Seksi Pengelolaan Aset Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset tersebut. j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

27 UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta. k. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.

28 E. Tata Kerja DPPKA

29 Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut herarkis jabatan masing-masing. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Sekretariat/Kepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. F. Visi Misi DPPKA a. Visi DPPKA

30 Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. b. Misi DPPKA Misi DPPKA adalah sebagai berikut: 1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti. 2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah. 3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban. (DPPKA) B. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah sebagai pengganti dari UU No 22 tahun 1999 Otonomi Daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan (Suryono dkk, 2007). Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, saat ini diperlukan strategi yang baik untuk menunjang pembangunan daerah. Diantaranya mengumpulkan segenap potensi dari sumber-sumber penerimaan daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 1999 disebutkan bahwa sumber penerimaan daerah antara lain berupa: Pendapatan Asli Daerah, Pinjaman Daerah, Lain-Lain penerimaan yang sah. Salah satu unsur dalam pendapatan daerah yang mempunyai prosentase yang besar bagi peningkatan pendapatan daerah adalah pajak.

31 Pemerintah membuat kebijaksanaan dengan ditetapkannya Undang-Undang No 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang mengandung maksud bahwa pajak daerah dan retribusi daerah juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan agar pemerintah daerah dapat mengurusi kepentingan daerahnya dengan otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan PAD, pajak daerah diharapakan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Pajak daerah ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan dalam pembangunan daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggungjawab dengan titik berat pada kota/kabupaten. Salah satunya adalah dengan mengoptimalisasi pendapatan dari sektor pajak (Pratiwi, 2010). Untuk membiayai pembangunan, pemerintah pada saat ini memerlukan sumber pembiayaan yang memadai, terutama harus bersumber pada kemampuan dalam negeri yakni dari sektor pajak. Untuk itu maka pemerintah membuat Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (UU BPHTB No.20 Tahun 2000) dengan tujuan untuk menambah penerimaan negara pada kegiatan pendaftaran tanah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.10/1961 yang telah diubah dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No.24/1997. Dipilihnya self assessment dalam pemungutan pajak dengan pertimbangan karena biaya pemungutan relatif kecil, dan kepada wajib pajak diberi kewenangan, kepercayaan, serta tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri, besarnya pajak yang harus dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Dengan tata cara ini maka kegiatan pemungutan diletakkan pada aktivitas masyarakat sendiri (Sanyoto, 2002).

32 BPHTB merupakan salah satu unsur dari pajak daerah yang diharapkan memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. BPHTB adalah salah satu sumber PAD yang baru bagi pemerintah kota/kabupaten khususnya Kota Solo. Pemungutan BPHTB oleh Dinas Pengelolaan, Pendapatan, Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Surakarta baru dilakukan dalam tahun ini, karena sebelumya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ini adalah pajak yang dipungut oleh Negara yang menggantikan Ordonaso Bea Balik Nama Staatsblad 1924 No 291(Mardiasmo,2008). Belum diketahui potensi yang dimiliki oleh BPHTB ini, karena pengelolaan oleh Pemerintah Kota Solo baru dilakukan dalam tahun ini. Pelimpahan pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pusat ke pemerintah kota ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah, dan dilakukan mulai 1 Januari BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang selanjutnya disebut pajak, atau perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan (Wiryosaputro, 2007). Awalnya BPHTB adalah pajak daerah yang dikelola oleh propinsi, dan daerah hanya mendapat pemasukan melalui bagi hasil, setelah keluar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah maka pengelolaan BPHTB diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah. Mulai dari pemungutan hingga pengelolaannya. Karena masih dalam masa transisi, termasuk pembenahan sistem pascaperalihan, pembayaran di Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) masih

33 dilayani di satu loket. Masyarakat atau wajib pajak belum bisa melakukan pembayaran secara online di bank-bank maupun kantor pos seperti sebelumnya ketika masih dipegang kantor pajak. Belum semua daerah di Indonesia siap dalam memungut BPHTB secara mandiri. Sampai November 2010, baru 17 daerah yang siap melakukan penarikan Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Jumlah ini baru mewakili 10% dari 450 kabupaten/kota. Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) C. RUMUSAN MASALAH Dari Gambaran umum objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan penyusunan tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah: 1. Persiapan apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta? 2. Bagaimanakah prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta? 3. Apa sajakah hambatan dalam pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta? 4. Apa sajakah upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pemungutan BPHTB?

34 D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persiapan-persiapan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui hambatan dalam pengelolaan BPHTB di Kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan dalam pemungutan BPHTB. E. MANFAAT PENELITIAN Suatu penelitian akan lebih bernilai jika memberi manfaat bagi beberapa pihak. Adapun manfaat yang ingin diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis Sebagai sarana untuk mengetahui lebih dalam dan mempelajari secara praktek ilmu mengenai BPHTB yang diperoleh selama di bangku kuliah. 2. Bagi objek penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan, dan Aset Daerah Kota Surakarta agar lebih inovatif dalam pemungutan BPHTB. 3. Bagi pihak lain

35 Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada pembaca mengenai pembayaran BPHTB dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan kembali penelitian sejenis di masa yang akan datang. F. METODE PENULISAN 1. Sumber Data Menurut Loefland dalam buknya Moleong (2002) menyatakan bahwa sumber data yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. a. Sumber data berasal dari: 1) Data primer 2) Data sekunder 2. Teknik Pengumpulan Data: a. Observasi/ pengamatan Cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1983). Penulis mengambil data dengan cara terjun langsung ke lapangan dan mengamati bagaiman proses pemungutan BPHTB di kawasan Surakarta. b. Interview/ wawancara Cara mencari informasi atau keterangan yang diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 1983)

36 Penulis memperoleh informasi mengenai BPHTB dengan jalan langsung bertatap muka dengan pihak yang terkait. BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI a. Pengertian Pajak

37 Pengertian pajak menurut Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990) adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Brotodiharjo, 1991). Pajak menurut Prof S.I Djajadiningrat adalah pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman. Menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memlihara kesejahteraan umum (Munawir, 2003) A. Fungsi Pajak menurut Suandy dalam bukunya Hukum Pajak (2008): 1. Fungsi Budgeteir/Finansial Memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. 2. Fungsi Regulerend/Mengatur Pajak digunakan sebagai alat untuk baik masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

38 B. Penggolongan Pajak menurut Ilyas dan Burton dalam Hukum Pajak (2010) dibagi menjadi 3 golongan: 1. Menurut Sifatnya: a) Pajak Langsung: pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secata berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya PPh. b) Pajak Tidak Langsung: pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sasaran/Objeknya: a) Pajak Subjektif: jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tam memperhatikan keadaan pribadi WP (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul, apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya PPh. b) Pajak Objektif: jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan/ melihat objeknya, baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hokum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai. 3. Menurut Lembaga Pemungutannya a) Pajak Pusat: jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan

39 sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). b) Pajak Daerah: jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA). Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). C. System Pemungutan Pajak menurut wirawan B Ilyas dan Richard Burton dalam bukunya Hukum Pajak (2010) 1. Official assessment system Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang. 2. Semiself assessment system Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang. 3. Self assessment system Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang penuh kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. 4. Withholding system

40 Suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetorkan dan melaporkannya kepada fiskus. Pada system ini, fiskus dan WP tidak aktif. Fiskus hanya bertugas mengawasi saja pelaksanaan pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. D. Teori yang mendukung pemungutan pajak: Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut pajak dari rakyatnya adalah: 1. Teori asuransi Termasuk dalam tugas Negara untuk melindungi rakyat dan segala kepentingannya keselamatan dan keamanan jiwa, dan juga harta bendanya. 2. Teori kepentingan Pembagian beban harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. 3. Teori gaya pikul Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwa pajak harus sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut daya pikul seseorang. 4. Teori kewajiban pajak mutlak atau teori bakti

41 Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu Negara, maka timbullah hak mutlak untuk memungut pajak. 5. Teori asas daya beli Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa. Yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga Negara, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya kearah tertentu. E. Asas pemungutan pajak: Terdapat tiga asas pemungutan pajak: 1. Asas domisili (asas tempat tinggal) Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri. 2. Asas sumber Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3. Asas kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara (Resmi, 2005)

42 b. Pengertian Pajak Daerah Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.(waluyo, dan Ilyas, 2003) Menurut Undang-Undang No 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang mana hasilnya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Syafiqurrahman, dan Haryani, 2007). c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pengertian BPHTB menurut Suandy dalam bukunya Hukum Pajak (2008) a. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan yang selanjutnya disebut pajak. b. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakubatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan orang pribadi atau badan. c. Hak atas tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum yang mengatur pengenaan BPHTB adalah UU No 20/2000 tentang perubahan atas UU No 21/1997 tentang BPHTB.

43 BPHTB adalah pajak yang dibayar dalam rangka dan merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. (Widyastuti, 2010) Besarnya pokok BPHTB yang terutang: Tariff x (Dasar Pengenaan BPHTB-Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak) Nilai perolehan obyek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP): a. Besarnya NPOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp untuk setiap wajib pajak. b. Besarnya NPOPTKP dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, NPOPTKP ditetapkan paling rendah Rp c. NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Menurut aturan mengenai BPHTB dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi obyek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. A. Pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi: a. Pemindahan hak karena: 1. Jual beli 2. Tukar menukar 3. Hibah

44 4. Hibah wasiat 5. Waris 6. Pemasukan dalan perseroan atau badan hukum lainnya 7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan 8. Penunjukkan pembeli dalam lelang 9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap 10. Penggabungan usaha 11. Peleburan usaha 12. Pemekaran usaha 13. Hadiah b. Pemberian hak baru karena: 1. Kelanjutan pelepasan hak 2. Diluar pelepasan hak Hak guna atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan. B. Obyek pajak yang dikecualikan dalan BPHTB: 1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik 2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau unyuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum 3. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut

45 4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karene perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama 5. Orang pribadi atau badan karena wakaf 6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah 7. Yang menjadi subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. (Undang-Undang No 28 tahun 2009) B. PEMBAHASAN 1. Persiapan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta BPHTB adalah pajak yang dikenakan terhadap perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang selanjutnya disebut pajak, atau perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan (Wiryosaputro, 2007) Awalnya BPHTB adalah pajak daerah yang dikelola oleh propinsi, sedangkan daeran hanya mendapat pemasukan melalui bagi hasil. Setelah keluar Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah, maka pengelolaan BPHTB diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah.

46 BPHTB sepenuhnya dialihkan ke Kabupaten/ Kota mulai tanggal 1 Januari 2011, sehingga Undang-Undang No 21 tahun 2007 tentang BPHTB Stdd Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 (UU BPHTB) berlaku paling lama satu tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pemerintah Kota Surakarta sudah menyiapakan Perda (Peraturan Daerah) Nomor 13 tahun 2010 sebagai dasar hukum yang menguatkan pelaksanaan pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu Pemerintah Kota juga sudah menyiapkan Perwali (Peraturan Walikota) yang berisi mengenai ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, dan tempat pembayaran BPHTB. Namun Perwali sendiri hingga saat ini masih dalam proses persiapan. Perwakilan-perwakilan Pemerintah Kota Surakarta juga sudah dikirim untuk mengikuti diklat yang diadakan di balai perpajakan Jogjakarta. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan personil Pemerintah Kota Surakarta agar dalam pemungutannya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan sudah ada yang mengerti proses dan cara-cara pemungutannya. Perwakilan Pemerintah Kota Surakarta tidak hanya mengikuti diklat, namun juga mengikuti test yang diadakan untuk melengkapi rangkaian kegiatan yang diadakan balai perpajakan Jogjakarta. Sehingga dengan tes tersebut dapat terlihat seberapa siap perwakilan tersebut mengaplikasikan apa yang sudah diterima dalam pelatihan kedalam pemungutan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota masingmasing yang dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta sendiri telah pula menyiapkan hardware dan software yang digunakan untuk menunjang saat pembayaran dan pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai wajib pajak (WP). Misalnya mempersiapakan SSPD BPHTB (Surat

47 Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) yang digunakan untuk menyetor BPHTB. Disamping itu, dipersipakan pula software komputer yang digukan untuk menginput data penyetor pajak BPHTB yang kemudian di akhir tahun akan digunakan untuk laporan realisasi pendapatan pajak BPHTB dan dijadikan bahan untuk menetapkan target di tahun berikutnya. 2. Prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta Karena masih dalam masa transisi, termasuk pembenahan sistem pascaperalihan, pembayaran di Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) masih dilayani di satu loket. Masyarakat atau wajib pajak belum bisa melakukan pembayaran secara online di bank-bank maupun kantor pos seperti sebelumnya ketika masih dipegang kantor pajak. Pemungutan BPHTB menggunakan self assesment system yaitu menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak dan bersifat real time. Langkah-langkah yang harus dilakukan wajib pajak adalah menghitung sendiri besarnya pajak yang akan dibayarkan, dalam hal ini penghitungan didasarkan oleh harga perolehan pada transaksi yang terjadi. Kemudian wajib pajak menulis hasil penghitungan kedalam SSPD BPHTB (Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB). Selain di CSO, Pemerintah Kota Surakarta juga sudah bekerja sama dengan Perhimpunan Notaris Surakarta, sehingga SSPD BPHTB juga dapat diambil di notaris-notaris yang ada di Surakarta. Hal ini mempermudah masyarakat selaku wajib pajak dalam pengisian SSPD BPHTB karena dalam pengisian wajib pajak mendapat bantuan dari notaris. Setelah pengisian SSPD BPHTB dilakukan lalu wajib pajak langsung ke kantor kas daerah di

48 DPPKA untuk membayar pajak BPHTB terutang yang telah dihitung sendiri. Lalu wajib pajak ke CSO untuk pengecekan berkas-berkas yang diperlukan dalam pembayaran BPHTB. Dari CSO berkas-berkas dan SSPD BPHTB lalu masuk ke dafda (Pendaftaran dan Pendataan) untuk di input data. Langkah berikutnya adalah berkas dimasukkan ke bidang penetapan untuk pengecekan data, pada langkah ini dapat pula dilakukan cek lapangan jika dirasa perlu. Di bidang penetapan juga dilakukan validasi untuk menentukan adanya kurang atau lebih bayar dalam perhitungan yang dilakukan oleh wajib pajak. Apabila telah dilakukan validasi, maka berkas-berkas yang tadi disampaikan ke penetapan kemudian disampaikan kembali kepada wajib pajak yang kemudian berkasberkas SSPD BPHTB menjadi syarat untuk mengurus balik nama ke Badan Pertanahan Nasional (BPN). 3. Hambatan yang dialami dalam pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta Di dalam pemungutan BPHTB ada beberapa kendala yang dialami oleh Pemerintah Kota Surakarta, salah satunya adalah kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan data yang sebenarnya. Banyak sekali ditemukan wajib pajak yang melaporkan pajak BPHTB tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Disamping itu wajib pajak juga tidak jujur dalam menuliskan nilai perolehan yang ditetapkan. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Surakarta membutuhkan banyak personil untuk mengecek kondisi lapangan apakah yang dilaporkan oleh wajib pajak sudah benar atau belum. Namun kondisi ini juga menyebabkan hambatan dalam Pemerintah Kota Surakarta sendiri, karena personil yang diterjunkan masih kurang. Karena itu pengecekan lapangan masih belum optimal sehingga berpengaruh pada pendapatan Pemerintah Kota Surakarta yang

49 kurang maksimal. Selain personil yang kurang, Pemerintah Kota Surakarta juga belum memiliki peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengecekan di lapangan, sehingga untuk mengecek kebenaran ukuran di lapangan Pemerintah Kota Surakarta masih harus meminta tolong kepada pihak swasta. Pemungutan pajak BPHTB oleh Pemerintah Daerah juga belum disertai dengan sosialisasi yang cukup oleh Pemerintah Pusat, sehingga belum banyak Wajib Pajak yang mengetahui peralihan pemungutan pajak BPHTB. 4. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pemungutan BPHTB Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan data dan nilai perolehan dapat diatasi dengan pengechekan langsung yang dilakukan oleh personil dari Pemerintah Kota Surakarta. Perwakilan dari Pemerintah Kota Surakarta dapat melihat langsung kebenaran yang dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk mengetahui besarnya nilai perolehan saat terjadi transaksi jual beli Pemerintah Kota Surakarta dapat mencari data dari warga sekitar tempat obyek pajak tersebut. Disamping itu, Pemerintah Kota Surakarta mulai menyiapkan personil-personil lapangan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi pendapatan Pemerintah Daerah. BAB III TEMUAN

50 Pajak BPHTB merupakan pajak yang relative baru bagi Pemerintah Kota Surakarta. Karena sebelumnya merupakan pajak yang ditarik oleh pajak pusat, sedangkan Pemerintah Kota Surakarta sendiri hanya memperoleh pendapatan dari bagi hasil. Berdasar analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain: A. Kelebihan 1. Pendapatan Pemerintah Kota Surakarta dari sektor pajak BPHTB lebih tinggi, karena pendapatan dari pajak BPHTB 100% masuk kedalam pendapatan daerah. 2. Mempermudah WP yang akan melakukan balik nama sertifikat tanah, karena pemungutan pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengurusan pajak BPHTB B. Kelemahan 1. Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dalam mempersiapkan pemungutan pajak BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta lebih besar. 2. Peralatan yang belum memadai menghambat optimalisasi pemugutan pajak BPHTB. 3. Masih ada wajib pajak yang curang dalam melaporkan data di lapangan untuk perhitungan pajak BPHTB.

51 4. Masih ada persekongkolan antara wajib pajak dengan notaris untuk menghindari pembayaran BPHTB. 5. Pembayaran pajak BPHTB baru dilayani di satu kasir yaitu di kas daerah BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian, analisis, dan pembahasan serta keterangan dari Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persiapan-persiapan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta sudah mulai dijalankan, tetapi masih perlu pembenahan dan penambahan-penambahan dalam banyak hal.

52 2. Meskipun pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Kota Surakarta lebih tinggi dibanding saat pemungutan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, namun pendapatan yang diterima masih belum optimal karena data yang dilaporkan tidak benar. 3. Pembayaran pajak BPHTB hanya dilayani di satu kasir, sehingga mempersulit wajib pajak dalam membayar pajak BPHTB, ditakutkan ketika banyak wajib pajak yang datang untuk membayar terjadi antrean yang panjang. B. SARAN Dengan danya kelemahan-kelemahan, penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Surakarta mulai memikirkan penambahan personil di bagian lapangan. Karena banyaknya wajib pajak yang kurang sadar dalam melaporkan datadata yang sebenarnya kepada fiskus. 2. Melakukan pengadaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengechekan lapangan, sehingga pendapatan yang diterima Pemerintah Kota Surakarta lebih optimal karena tidak menggunakan tenaga dari swasta. 3. Melakukan pengechekan lapangan sesering mungkin, sehingga mengurangi tingkat kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak. 4. Bekerja sama dengan pihak tertentu sehingga mempermudah pembayaran pajak BPHTB. Misalnya dengan membuka kasir di UPTD atau bank, sehingga pembayaran dapat dilakukan di tempat-tempat yang mudah di jangkau.

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DPPKA KOTA SURAKARTA. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DPPKA KOTA SURAKARTA. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DPPKA KOTA SURAKARTA 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MASALAH. 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya

BAB III PEMBAHASAN MASALAH. 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN MASALAH A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah Proklamasi kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Sejarah dibentuknya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Surakarta. pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Surakarta. pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah. yang selanjutnya disebut BPPKAD merupakan salah satu dinas daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah. yang selanjutnya disebut BPPKAD merupakan salah satu dinas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota Surakarta Badan Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta 1. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DIPENDA SURAKARTA. Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 nomor 16/S-D yang

BAB I PENDAHULUAN 1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DIPENDA SURAKARTA. Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 nomor 16/S-D yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DIPENDA SURAKARTA Setelah Proklamasi kemerdekaan RI sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Gaya Pikul Menurut Siti Resmi (2011) yang dimaksud dengan Teori gaya pikul adalah, menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM PERAN ADMINISTRASI NOTARIS/PPAT DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN BPHTB TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI STUDI KASUS PADA KANTOR NOTARIS DAN PPAT IS HARIYANTO IMAM SALWAWI, SH JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES digilib.uns.ac.id EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali `BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali 1. Sejarah Singkat Mengenai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun

Lebih terperinci

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA

Lebih terperinci

PROSEDUR VERIFIKASI SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (SSPD-BPHTB) PADA DINASPENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PROSEDUR VERIFIKASI SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (SSPD-BPHTB) PADA DINASPENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER PROSEDUR VERIFIKASI SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (SSPD-BPHTB) PADA DINASPENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER (Verification Procedures of Payment Letter Region Tax

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG LEBONG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAPORAN PEMBUATAN AKTA ATAU RISALAH LELANG PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

5/3/2011 DASAR HUKUM BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) OBJEK BEA PEROLEHAN HAK ATAS PENGERTIAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS

5/3/2011 DASAR HUKUM BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) OBJEK BEA PEROLEHAN HAK ATAS PENGERTIAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS DASAR HUKUM BEA PEROLEHAN HAK ATAS (BPHTB) Ketentuan mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) diatur dalam UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Terakhir

Lebih terperinci

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat : : a. bahwa pajak daerah

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor...

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA A CEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN RANCANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah pemasukan. Warga masyarakat yang memiliki NPWP, yang memiliki kendaraan, yang memiliki usaha wajib

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi disegala bidang harus diikuti dengan persiapan sumber daya

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung. 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Diubah dengan Perwal Nomor 93Tahun 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MODUL PERPAJAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN

MODUL PERPAJAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN MODUL PERPAJAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN PENDAHULUAN Dengan berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), maka mulai tahun 2011, Bea Perolehan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

UPAYA MENGOPTIMALISASIKAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN PBB-P2 DI KABUPATEN BANYUWANGI

UPAYA MENGOPTIMALISASIKAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN PBB-P2 DI KABUPATEN BANYUWANGI UPAYA MENGOPTIMALISASIKAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN PBB-P2 DI KABUPATEN BANYUWANGI Optimalizatin Of PBB-P2 Rural and Urban Earth an Building Tax Billing Efforts in Banyuwangi

Lebih terperinci

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SALINAN NOMOR 41/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENERIMAAN KAS DARI SEKTOR PAJAK HOTEL SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI SISTEM PENERIMAAN KAS DARI SEKTOR PAJAK HOTEL SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA 1 EVALUASI SISTEM PENERIMAAN KAS DARI SEKTOR PAJAK HOTEL SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008-2012 TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti: PERTEMUAN 4 PEMBEDAAN PAJAK Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti: 1. Siapa yang membayar pajak; 2. Siapa yang pada akhirnya memikul beban pajak; 3. Apakah beban pajak

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 13 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK HOTEL DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK HOTEL DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK HOTEL DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER Procedures of Hotel Tax s Payment In The Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh DWI FITRIASTUTI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kebumen Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang sering di singkat DPPKAD

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan secara

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGHITUNGAN PENETAPAN PEMBAYARAN PAJAK AIR TANAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

PROSEDUR PENGHITUNGAN PENETAPAN PEMBAYARAN PAJAK AIR TANAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PENGHITUNGAN PENETAPAN PEMBAYARAN PAJAK AIR TANAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER (Procedur of Calculation, Determination, Payment o f Water Tax at Ground Revenue Departement Jember

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KABUPATEN KARANGANYAR SETELAH PELIMPAHAN KE PEMERINTAH DAERAH

EVALUASI PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KABUPATEN KARANGANYAR SETELAH PELIMPAHAN KE PEMERINTAH DAERAH digilib.uns.ac.id EVALUASI PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KABUPATEN KARANGANYAR SETELAH PELIMPAHAN KE PEMERINTAH DAERAH TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI 28 BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI A. Jenis-jenis Sistem Pemungutan Perpajakan Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

SISTEM PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK HIBURAN JENIS INSIDENTIL DI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA

SISTEM PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK HIBURAN JENIS INSIDENTIL DI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA SISTEM PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK HIBURAN JENIS INSIDENTIL DI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Umum Pajak Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA X KEBUN KERTOSARI JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci