CENGKEH - RIWAYATMU KINI. Oleh: Erna Zahro in. Cengkeh pernah jadi primadona, kini keberadaannya mengkhawatirkan karena serangan hama dan penyakit.

Transkripsi

1 CENGKEH - RIWAYATMU KINI Oleh: Erna Zahro in Cengkeh pernah jadi primadona, kini keberadaannya mengkhawatirkan karena serangan hama dan penyakit. Rempah Asli Indonesia Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr. et Perry) merupakan salah satu rempah-rempah asli Indonesia yang memiliki beragam manfaat. Tanaman cengkeh berasal dari beberapa pulau kecil bergunung api seperti Ternate, Tidore, Motir, Makian, Bacan, Halmahera dan meluas di Ambon dan Seram (Semangun, 2000). Bahkan pohon cengkeh tertua berada di Ternate bernama Cengkeh Afo yang sudah berumur ratusan tahun dan menjadi bagian sejarah panjang negeri Indonesia. Cengkeh sebagai salah satu jenis rempah asli Indonesia memiliki daya tarik bangsa asing Belanda dan Portugis datang menjajah Indonesia. Sejarahnya, pada saat Belanda ingin menguasai perdagangan rempah rempah, berusaha menghanguskan tanaman cengkeh. Tetapi ada keluarga Alfalat yang dapat menyelamatkan satu pohon, yang akhirnya pohon tersebut dikenal dengan pohon cengkeh Afo. Sampai saat ini generasi cengkeh Afo masih bisa dijumpai diwilayah Desa Air Tege Tege, Kelurahan Tabahawa, Ternate Tengah. Pohon cengkeh Afo generasi kedua ini rata rata berumur 200 tahun, terletak pada ketinggian 400 meter dpl, sedangkan pionernya Afo satu dahulu terletak lebih tinggi yaitu 600 meter dpl dan saat ini sudah tidak ditemukan keberadaannya ( Anonim, 2016). Cengkeh tak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, tetapi juga dimanfaatkan untuk kesehatan dan juga kecantikan. Tak heran jika harga cengkeh dipasaran saat ini terbilang tinggi. Hal ini berkaitan dengan tingginya permintaan, kualitas serta kegunaan dari cengkeh itu sendiri.

2 Harga cengkeh pada Maret 2017 ini, bisa dibilang lumayan tinggi. Cengkeh basah mencapai harga RP ,- sampai Rp ,-, sedangkan cengkeh kering mencapai Rp ,- sampai Rp ,- (Anonim, 2017). Cengkeh Saat Ini Sejak tahun 1996, petani gelisah karena produksi cengkeh mengalami penurunan yang drastis akibat ketidakpastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu inilah yang menyebabkan petani enggan memelihara tanamannya sehingga tanaman cengkeh menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit utama pada tanaman cengkeh antara lain A. Hama penggerek batang cengkeh (Nothopeus hemipterus) B. Bakteri pembuluh kayu cengkeh (BPKC) yang disebabkan oleh Pseudomonas syzygii Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman cengkeh. Penurunan produksi cengkeh akibat serangan hama dapat mencapai 10-15% (Badan Litbang Pertanian, 2011 cit. Rahayu, 2011). Serangan hama dapat menyebabkan tanaman terganggu, produksi menurun bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman. Untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, maka upaya pengendalian sangat diperlukan (Rahayu, 2011). A. Hama penggerek batang cengkeh (Nothopeus sp) Sampai saat ini Indonesia masih sebagai eksportir utama rempahrempah di dunia, diantaranya cengkeh. Kendala yang membatasi produktivitas cengkeh antara lain serangan hama utama penggerek batang Nothopeus sp. Gejala khas serangan hama ini selalu terdapat dua lubang yaitu lubang masuk dan lubang keluar. Ukuran lubang masuk dan keluar berbeda. Lubang keluar diameternya lebih besar sesuai dengan ukuran

3 imago yang keluar. Apabila kulit batang dibuka dan batang terserang dipotong tampak alur gerekan pada kulit, lapisan kambium, dan masuk kedalam kayu, merata disekeliling batang Alur-alur gerekan menujukan kerusakan sangat berat pada bagian kulit. Tanaman yang terserang hama ini akan merana pertumbuhannya, karena terganggunya aliran zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Kerusakan berat tersebut dapat menyebabkan tanaman meranggas dan dapat mangakibatkan kematian. Gambar 1. Lubang gerek Nothopeus sp. Pada batang cengkeh dan Gejala Serangan hama pada tanaman cengkeh

4 Serangan hama ini diwilayah kerja BBPPTP Surabaya digambarkan pada peta berikut: Gambar 2. Peta Tingkat Serangan Nothopeus hemipterus pada cengkeh di wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Triwulan II Tahun 2017 Serangan hama ini tinggi di Jawa Tengah dan Bali, sehingga butuh dilakukan tindakan pengendalian serta beberapa wilayah propinsi dapat melakukan pencegahan pengendalian. Menurut Wardhana (2010) Pengendalian penggerek batang cengkeh dapat dilakukan dengan cara : 1. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan telur penggerek yang menempel pada kulit batang dan menutup lubang gerekan dengan pasak kayu yang dikombinasikan dengan penggunaan insektisida maupun bioinsektisida misalnya jamur Beauveria bassiana maupun pestisida nabati berupa minyak cengkeh, yaitu produk olahan dari cengkeh itu sendiri. 2. Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan sanitasi kebun. Tanaman cengkeh akan tumbuh baik jika mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga akan lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

5 3. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan memasukkan insektisida/ racun pernapasan ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. lnsektisida yang dapat digunakan adalah : Akodan 35 EC 0,5-0,15 %, Curacron 500 EC 0,1-0,2 % dan Bestox 50 EC 0,25-0,50 %. Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif carbofuran (misalnya Furadan 3 G) dengan dosis g/pohon dan interval 3 bulan sekali B. Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) yang disebabkan Pseudomonas syzygii. Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzigii. Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa). Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong pohon sakit (Muttaqin, 2010 cit. BBPPTP Surabaya, 2013). Menurut Semangun (2000) gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah daun-daun gugur mendadak, ranting pada pucuk atau didekat pucuk mati. Seluruh tanaman akan mati dalam waktu kurun 2 tahun sejak timbulnya gejala. Perakaran akan mati sejalan dengan matinya bagian atas pohon. Jika kayu dipotong memanjang, akan terlihat garis kelabu kecoklatan pada akar dan batang. Pada bagian tanaman sakit akan terlihat adanya lendir bakteri/ooze yang keluar.

6 Gambar 3. Tanaman cengkeh terserang BPKC Gambar 4. Peta Tingkat Serangan P. syzygii pada cengkeh di wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Triwulan II Tahun 2017.

7 Serangan tinggi penyakit ini terdapat di Jawa Timur. Menurut Semangun (2000), pengendalian yang dapat dilakukan apabila tanaman terserang penyakit BPKC adalah: 1. Karantina, yaitu mencegah masuknya bibit dari daerah terserang ke daerah bebas penyakit. 2. Sanitasi dan eradikasi kebun, yaitu membongkar dan membakar tanaman terinfeksi yang dapat menjadi sumber penyakit. 3. Melakukan penyuntikan/infus dengan antibiotika oksitetrasiklin (OTC) pada serangan dini agar perkembangan penyakit terhambat. 4. Melakukan pemupukan lengkap untuk mempertahankan kondisi tanaman yang masih mampu berproduksi. 5. Pengendalian serangga vektor Hindola sp. dengan insektisida sihalotrin, monokrotofos, karbofuran dan asefat. PUSTAKA Anonim Ternyata Cengkeh Tertua di Dunia Terdapat Di Ternate. Diakses 11 April Anonim. 2017a. Harga Cengkeh Terbaru Hari Ini Maret Diakses 17 Maret BBPPTP Surabaya Bakteri Pseudomonas syzigii sebagai Penyebab Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC). Diakses tanggal 28 Oktober Rahayu, A.K Penggerek Batang Cengkeh (Nothopeus sp.) Pada Tanaman Cengkeh. Diakses tanggal 23 September Semangun, H Penyakit penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

8 Wardhana, R Nothopeus dan Hexamitodera (Coleoptera: Cerambycidae). othopeus-dan-hexamitodera-coleoptera.html. Diakses tanggal 29 Oktober 2013.