SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Munawaroh NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Munawaroh NIM"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Munawaroh NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

2

3

4

5 MOTTO 1. Nol adalah permulaan segalanya kalau kita tidak memulai apapun dari situ,kita juga tak akan dapat mencapai apapun. 2. Semua yang tidak mungkin adalah mungkin bagi orang yang percaya 3. Kegagalan hanya terjadi ketika kita menyerah v

6 PERSEMBAHAN skripsi ini dipersembahkan untuk : 1. Allah SWT atas segala anugerah dan nikmat-nya 2. Bapakku Turiyo dan Ibuku Manisah tercinta yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa hingga terselesaikan skripsi ini 3. Adikku Rafi Fauzi yang aku sayangi dan saudara-saudara yang telah memberikan doa dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Teman-teman semua terimakasih atas kebaikan, perhatian dan hari-hari bahagia yang kalian berikan. 5. Bapak dan Ibu dosen pembimbing yang telah membimbing saya hingga skripsi ini selesai. 6. Semua dosen dan karyawan Universitas Muhammadiyah Purworejo. 7. Kepala sekolah, Guru, Karyawan dan siswa-siswa SMA Negeri 2 Purworejo yang membantu diperolehnya data yang diperlukan dalam penelitian ini. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillahirobil alamin penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Tak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. Pada kesempatan ini penyusun mengambil judul skripsi yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh Karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Yuli Widiono, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan izin dan rekomendasi pelaksanaan penelitian ini. 2. Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd, Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan perhatian dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. 3. Siska Desy Fatmaryanti, M. Si. selaku pembimbing skripsi I yang selalu memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi selama penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. 4. Drs. H. Ashari, M. Sc. selaku pembimbing skripsi II yang selalu memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi selama penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. vii

8

9 ABSTRAK Munawaroh Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Pendidikan Fisika. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016 Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap 2015/2016 SMA Negeri 2 Purworejo. Banyaknya siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016 adalah 132 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive. Sampel yang digunakan adalah kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 27 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan tes keterampilan generik sains. Analisis data menggunakan teknik deskriptif. Uji analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t dengan signifikan α = 0,05 pada keterampilan generik sains sehingga diperoleh 0,000 < 0,05 yang artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing memberi pengaruh terhadap keterampilan generik sains siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016 pada materi termodinamika dari pada yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Kata Kunci : keterampilan generik sains, model pembelajaran inkuiri terbimbing ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 7 BAB II. KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS... 8 A. Kajian Teori... 8 B. Tinjauan Pustaka C. Kerangka Berikir D. Hipotesis Penelitian BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian B. Analisis Data C. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tabel 3 Pedoman Penskoran Tes Tabel 4 Kriteria Normal Gain Tabel 5 Data Awal Rata-Rata Pre test Keterampilan Generik Sains Tabel 6 Data Awal Keterampilan Generik Sains Siswa Tabel 7 Data Akhir Rata-Rata Post test Keterampilan Generik Sains Tabel 8 Data Akhir Keterampilan Generik Sains Siswa Tabel 9 Hasil Pretest Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 10 Hasil Posttest Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol Tabel 13 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Table 14 Hasil Uji-t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 15 Hasil Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir Gambar 2 Desain Penelitian Gambar 3 Perbandingan Nilai Pre test dan Post test Kelas Eksperimen Gambar 4 Perbedaan Pre test dan Post test Tiap Aspek Keterampilan Generik SainsKelas Eksperimen Gambar 5 Perbandingan Nilai Prestest dan Posttest Kelas Kontrol Gambar 6 Perbedaan Pretest dan Posttest Tiap Aspek Keterampilan Generik Sains Kelas Kontrol Gambar 7 Hasil Pre test Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Gambar 8 Hasil Post test Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Instrumen Penelitian a. Silabus Penelitian b. RPP Kelas Eksperimen c. Rpp Kelas Kontrol d. Lembar Jawab Siswa Kelas Eksperimen e. Lembar Jawab Siswa Kelas Kontrol f. Lembar Observasi Guru g. Lembar Observasi Siswa h. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika 101 i. Validasi j. Rebialitas k. Kisi-Kisi Instrumen Tes l. Lembar Soal Pretest dan Posttest Keterampilan Generik Sains m. Kunci Jawaban Lampiran 2 Data Penelitian a. Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen b. Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol c. Uji Normalitas Kelas Eksperimen d. Uji Normalitas Kelas Kontrol e. Uji Homogenitas f. Uji t g. Uji N-Gain Kelas Eksperimen h. Uji N-Gain Kelas Kontrol i. Analisis Indikator Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Eksperimen j. Analisis Indikator Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Kontrol k. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksprimen l. Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian a. Kelas eksperimen b. Kelas kontrol Lampiran 4 Administrasi Penelitian a. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi b. Surat Permohonan Izin Observasi c. Surat Permohonan Izin Penelitian d. Surat validasi e. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian f. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing I g. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan suatu wahana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah jalan yang dilalui siswa untuk mengembangkan potensi diri dalam proses pembelajaran, baik dalam pengetahuan, wawasan dan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan mereka. Guru merupakan fasilitator bagi siswa dalam proses pembelajaran. Belajar mengajar merupakan kegiatan yang berlangsung secara bersamaan. Belajar adalah upaya yang dilakukan agar memperoleh sesuatu. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang mengupayakan terjadinya proses belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Melalui proses belajar mengajar maka tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Di dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasioanal No. 20 Pasal 3 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

15 2 Pendidikan sekolah menengah atas, terdapat banyak mata pelajaran antara lain IPA. Pelajaran IPA adalah pelajaran yang berkaitan dengan alam. IPA merupakan bagian dari pendidikan yang tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan dan konsep-konsep, akan tetapi juga proses penemuan. IPA sendiri terbagi beberapa cabang ilmu yang salah satunya adalah ilmu fisika. Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Pada pembelajaran fisika, untuk dapat membangun pengetahuan diperlukan suatu keterampilan dasar tertentu yang harus dimiliki siswa. Keterampilan dasar tersebut yaitu keterampilan generik sains yang sangat berguna bagi siswa untuk memecahkan masalah fisika di lingkungan sekitarnya maupun saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Brotosiswoyo dalam Saptorini(2008: 191) keterampilan generik sains adalah sebagai keterampilan dasar yang bersifat umum, fleksibel dan berorientasi sebagai bekal mempelajari ilmu pengetahuan yang lebih tinggi atau melayani tugas-tugas bidang ilmu/pekerjaan yang lebih luas, yaitu tidak hanya sesuai bidang keahliannya tetapi juga bidang lain. Keterampilan generik sains merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Generik sains melatih siswa untuk terampil dalam memahami konsep dan menyelesaikan masalah dengan melakukan suatu eksperimen atau percobaan. Rendahnya generik sains siswa tersebut diantaranya

16 3 dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teachercentered). Pembelajaran yang cenderung bersifat teacher-centered dengan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang diperoleh. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan proses pembelajaran. Perubahan proses pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan dari pembelajaran yang bersifat teacher-centerd ke pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif (student-centered) salah satunya adalah dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Sanjaya (2006, 194) model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran inkuiri ini cocok untuk pelajaran fisika karena model ini menekankan siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran fisika tidak akan terpisahkan dari kegiatan praktikum. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum akan memberikan makna apabila kegiatan praktikum tersebut direncanakan dan dilakukan dengan baik. Praktikum yang baik memberi kesempatan untuk merancang,

17 4 mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Praktikum yang baik apabila praktikum tersebut dapat memberikan rasa senang dan nyaman kepada siswa. Model pembelajaran inkuiri ini mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sains dengan melakukan eksperimen atau praktikum tentunya dengan bimbingan dari guru, sehingga melatih keterampilan generik sains siswa dalam memecahkan suatu permasalahan sains. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Purworejo dengan Ibu Wuryaningsih selaku guru mata pelajaran fisika pada hari Jum at tanggal 20 November 2015, diperoleh bahwa secara umum keterampilan generik sains siswa kelas XI IPA masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil UTS siswa yaitu untuk kelas XI IPA 2 rataratanya 75,97, kelas XI IPA 3 rata-ratanya 67,90, kelas XI IPA 3 rataratanya 68,69. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keterampilan generik sains siswa yang masih di bawah nilai KKM sebesar 59,37%. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan dengan bimbingan dari guru, siswa mencari jawaban dari suatu permasalahan dengan mencari informasi dari berbagai sumber dan dibuktikan dengan praktikum atau eksperimen sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing di SMA Negeri 2 Purworejo belum secara maksimal dilaksanakan, karena belum

18 5 sepenuhnya langkah-langkah dalam inkuiri dilaksanakan secara maksimal. Proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Purworejo cenderung berpusat pada guru. Oleh karena itu, diperlukan perubahan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk keterampilan generik sains siswa dengan model pembelajaran inkuiri (Munawaroh dan Siska2015). Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang terkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran berpusat pada guru dan jarang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. 2. Kurangnya keterampilan generik sains siswa karena pembelajaran berpusat pada guru. C. Batasan Masalah Memperhatikan identifikasi masalah tersebut di atas tidak semua masalah dapat dibahas, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan generik sains

19 6 dalam pembelajaran fisika kelas XI IPA SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016. Selanjutnya dari batasan masalah tersebut, peneliti mengambil judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian penulis merumuskan masalah sebagai berikut, apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa pada pelajaran fisika? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung dan melatih untuk menganalisis suatu masalah dan mencari pemecahannya.

20 7 2. Bagi guru, dapat memberikan masukan dalam mengajarkan pelajran fisika melalui metode inkuiri, dan para guru diharapkan dapat menyusun rencana pengajaran sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam menunjang prestasinya. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasr ddalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan pihak sekolah menyarankan kepada para guru agar dapat menggunakan model dan metode yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar.

21 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Fisika a. Hakikat Pembelajaraan Fisika Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang memerlukan proses berupa pemikiran dan observasi untuk pembuktian empiris dari fakta yang telah ada sehingga menghasilkan konsep dan kumpulan pengetahuan. Sains atau IPA merupakan pengetahuan tentang dunia alamiah yang terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu : biologi, fisika, dan kimia. Menurut Bektiarso dalam I Ketut Mahardika (2012, 231) fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi. Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak hanya berisi teori dan rumus untuk dihafal, tetapi fisika memerlukan pengertian dan pemahaman konsep yang dititik beratkan pada proses terbentuknya pengetahuan melalui suatu penemuan dan penyajian data. Berdasarkan hal di atas, pembelajaran fisika sebagai bagian sains tidak hanya sebatas mengumpulkan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum tetapi juga pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan serangkaian kegiatan ilmiah 8

22 9 terhadap fenomena alam yang terjadi untuk menghasilkan pengetahuan yang baru. b. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMA Tujuan pembelajaran fisika SMA agar siswa memiliki kompetensi inti sebagai berikut. 1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa. 3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humani dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

23 10 4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah). Tujuan pembelajaran fisika yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Memahami, menerapkan, serta menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dengan berdasarkan pada rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan. 2) Menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah. 3) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak, sehingga diharapkan kemampuan generik sainssiswa dalam pembelajaran fisika lebih optimal. 2. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran fisika adalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun

24 11 sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membantu siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide sendiri, dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan (Anam, 2015 :13). Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194).Tujuan pembelajaran berbasis inkuiri untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi (Anam, 2015: 9). Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan metode pembelajaran yang memberikan ruang yang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing (Anam, 2015:12). Titik tekan utama pada pembelajaran berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada guru(teacher centered instruction) tetapi berpusat pada siswa (student centered approach). Pada pembelajaran sains dengan pembelajaran inkuiri, guru harus membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri. Atas dasar kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan, menurut W.R Romey dalam Anggi (2013: 14) membedakan inkuiri menjadi dua tingkat,

25 12 yang pertama inkuiri dengan aktivitas terstruktur, dalam inkuiri dengan aktivitas terstruktur siswa memperoleh petunjuk- petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu. Kedua, inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur. Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur, hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik kesimpulan.menurut Anam (2015: 15) kelebihan-kelebihan metode inkuiri adalah sebagai berikut: a. Real life skills: siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk melakukan, bukan hanya duduk, diam, dan mendengarkan. b. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja, buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio, dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak. c. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreatifitas hingga imajinasi. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban. d. Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari. 3. Keterampilan Generik Sains Fisika merupakan ilmu tentang gejala dan prilaku alam yang dapat diamati oleh manusia. Untuk dapat memahami gejala dan prilaku alam tersebut diperlukan suatu keterampilan dasar tertentu yang harus dimiliki siswa. Keterampilan dasar ini disebut keterampilan generik

26 13 sains, yang sangat berguna bagi siswa untuk dapat memecahkan masalah fisika di lingkungan sekitarnya maupun saat proses pembelajaran berlangsung(taufiq dan Ketang 2009 :643). Menurut Brotosiswoyo dalam Taufiq dan Ketang Wiyono (2009: 643) keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep. Makna dari setiap keterampilan generik sains tersebut adalah a. Pengamatan Langsung Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. b. Pengamatan Tak Langsung Dalam pengamatan tak langsung alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengamati keterbataan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu bahaya jika ada kontak langsung dengan tubuh manusia, seperti arus listrik. Untuk itu

27 14 diperlukan alat bantu, seperti ampermeter, indikator, dan lainlain. c. Kesadaran Tentang Skala Besaran Dari hasil pengamatan yang dilakukan, seseorang yang belajar sains memiliki kesadaran besaran dari berbagai objek yang dipelajarinya. Dengan demikian, ia dapat membayangkan bahwa yang dipelajarinya itu tentang ukuran yang sangat besar, seperti jagat raya sampai yang sangat kecil, seperti keberadaan pasangan elektron. d. Bahasa Simbolik Untuk memperjelas gejala alam yang setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, akan terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam fisika dikenal adanya lambang, persamaan, garfik dan banyak lagi bahasa simbolik yang telah disepakati dalam bidang ilmu. e. Kerangka Logika Taat Asas Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum, orang akan menyadari keganjilan sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukumhukum itu taat asas, perlu ditemukan teori baru yang menunjukan kerangka logika taat asas. Misalnya, keganjilan antara hukum mekanika Newton dan elektrodinamika Maxwell,

28 15 yang ahirnya dibuat taat asas dengan lahirnya teori relativitas Einstein. f. Inferensi Logika Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Dalam sains banyak fakta yang tak dapat diamati langsung namun dapat ditemukan melalui inferensi logika dari konsekuensi-konsekuensi logis pemikiran dalam sains. Misalnya suhu nol Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaanya, tetap diyakini bahwa itu benar. g. Hukum Sebab Akibat Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. h. Pemodelan Matematik Untuk menjelaskan banyak hubungan dari gejala alam yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik. Melalui pemodelan tersebut diharapkan dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan hubungan ataupun perubahan dari sederetan fenomena alam. i. Membangun Konsep Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan bahasa seharihari. oleh karena itu diperlukan bahasa khusus, yang dikenal sebagai konsep. Jadi, belajar sains memerlukan kemampuan

29 16 untuk membangun konsep agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman lebih lanjut. Semua keterampilan generik sains tersebut dapat digunkan oleh siswa nantinya sebagai bekal untuk memahami konsep fisika pada tingkat yang lebih tinggi. B. Tinjauan Pustaka Penelitian yang telah dilakukan oleh Mei Triani (2015) dengan judul Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar dan keterampilan generik sains. Penelitian yang dilakukan oleh Supardi Yasa (2013) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V Di Kelurahan Banyuasri hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Pemahaman konsep IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model inkuiri terbimbing berbasis

30 17 kemampuan generik sains lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains (M1 = 83,7) lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD (M2 = 74). Penelitian yang dilakukan oleh Fani Anggi Rarinci (2013) dengan judul Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Animasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains hasil penelitian yang dapat disimpulkan pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan bantuan media animasi interaktif dapat meningkatkan kemampuan generik sains siswa. Namun, dalam penelitian ini ada hal yang belum tercapai secara maksimal yaitu aspek komunikasi lisan dan pemecahan masalah. Sehingga peneliti mengangap perlu dilakukan pengelolaan kelas yang lebih baik dalam melakukan kegiatan eksperimen pada tahap diskusi atau mengemukakan pendapat, agar dapat menumbuhkan perhatian dan komunikasi antar siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tahap selanjutnya, dan kemampuan generik sains pada model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada kemampuan generik sains pada metode konvensional. Namun, dalam penelitian ini setelah siswa menerima pembelajaran modelinkuiri terbimbing, tidak diberi angket untuk mengetahui respon siswa. Maka dari itu setelah menerapkan

31 18 pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya diberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. C. Kerangka Pikir Salah satu tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan di SMA/MA/SMALB adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah sesara kritis, kreatif dan mandiri (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pembelajaran sains pada dasarnya harus melibatkan keaktifan siswa dalam upaya untuk membangun kemampuan dan keterampilan dasar siswa. Pembelajaran fisika tidak cukup hanya menghafal materi dan transfer belajar yang bersifat satu arah yaitu transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran yang seperti itu membuat siswa menjadi pasif dan kurang tertarik untuk belajar fisika. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian upaya yang dapat dilakukan untuk perbaikan model pembelajaran yaitu mengubah model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) ke model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa dapat belajar untuk menemukan kebenaran dan penemuan baru melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran, sehingga diharapkan terjadi kerjasama antar individu, komunikasi antara

32 19 siswa dengan siswa, dan guru dengan siswa serta meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran fisika pada dasarmya melibatkan keaktifan siswa dalam upaya membangun kemampuan dan keterampilan dasar siswa dalam memecahkan suatu permasalahn Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing siswa belajar menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan dengan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sehingga siswa aktif dan pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran fisika hanya menghafal materi dan menghitung secara matematis sehingga transfer belajar yang bersifat satu arah (guru ke siswa) Meningkatkan keterampilan generik sains siswa Gambar 1. Kerangka pikir

33 20 D. Rumusan Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2011: 64). Dilihat dari rumusan masalah yang ada maka hipotesisnya yaitu: H0 : model inkuiri terbimbingtidak berpengaruh terhadap keterampilan generik sains Ha : model inkuiri terbimbingberpengaruh terhadap keterampilan generik sains

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design(Sugiyono, 2011:73). Desain ini digunakan pada penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang sudah ada, dengan memilih kelas-kelas yang kondisinya sama.dalam penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada masing-masing kelas diberikan pre-test terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan awal kelas tersebut sebelum diberikan perlakuan. Kemudian pada kelas ekperimen diberikan perlakuan X yaitu pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan atau dalam hal ini kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. O1 X O2 O3 - O4 Gambar 2. Desain penelitian Keterangan: O1 : hasil pretest kelas eksperimen O2 : hasil posstest kelas eksperimen O3 : hasil pretest kelas kontrol O4 : hasil posstest kelas kontrol X : treatment untuk kelas eksperimen - : tidak ada perlakuan untuk kelas kontrol 21

35 22 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016, Kabupaten Purworejo, yang beralamat di Jalan May. Jend. Parman Kutoarjo. Pelaksanaan penelitian selama 8bulan, mulai dari bulan November 2015 sampai Juni C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap 2015/2016 SMA Negeri 2 Purworejo. Banyaknya siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016 adalah 132 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dari keseluruhan populasi, karena besarnya populasi yang akan dijadikan subyek penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive. Teknik ini digunakan apabila populasi bukan terdiri dari individu-individu akan tetapi terdiri dari kelompokkelompok atau kelas-kelas. Jumlah kelompok kelas pada kelas XI IPA adalah 4 kelas. Dari 4 kelas tersebut diambil 2 kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian.

36 23 D. Variabel Penelitian Adapun variabel penelitiannya adalah: a. Variabel (independen) bebas (X)dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo yang diperoleh melalui hasil pengamatan pada saat pembelajaran dengan metode eksperimen. b. Variabel (dependen) terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kemampuan generik sains siswa pada mata pelajaran fisika yang diambil datanya setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data antara lain: 1. Angket Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendapat siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika. 2. Observasi Teknik ini digunakan pada saat penelitian berlangsung dengan lembar pengamatan keterlakasanaan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diisi oleh observer.

37 24 3. Dokumentasi Dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan siswa untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. 4. Tes Penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (treatment), yaitu dalam bentuk pre-test dan posttestketerampilan generik sains pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. F. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angket Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Putro, 2012:33). Instrumen dalam penelitian ini yaitu berupa angket yang digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap model pembelajan fisika dengan model inkuiri terbimbing. Angket ini menggunakan skala guttmanyaitu dengan 2 pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.

38 25 Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing ini diungkap dengan angket yang terdiri dari 20 butir soal. Alternatif jawaban angket pada nomor butir soal positif dengan jawaban ya dengan skor 1, jawaban tidak dengan skor 0. Kisi-kisi angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Aspek Indikator No. Pertanyaan Tanggapan mengenai pembelajaran 1,2 Pelaksanaan pembelajaran Tanggapan mengenai tiap tahap pembelajaran inkuiri Tanggapan mengenai bimbingan guru dalam pembelajaran Tanggapan mengenaai dampak pembelajaran Tanggapan mengenai kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri 3,4 5 6, 7, 8, 13, 14, 15 9, 10, 11, 12 Evaluasi Tanggapan mengenai bahasa dalam soal pre test dan post test Tanggapan mengenai soal-soal pre test dan post test Tanggapan mengenai tugas yang diberikan guru Tanggapan mengenai kelebihan dan kekurangan evaluasi , Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian (Putro, 2012:46). Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati keterlaksanaan langkah-

39 26 langkah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Keterlaksanaan pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang diisi guru dengan petunjuk penilaian yang sudah ada. 3. Tes Menurut Putro (2012: 57) Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini berupa keterampilan generik sains. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan generik sains siswa. Tes yang digunakan adalah tes dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan pada saat pretestsebelum pembelajaran dan post-testsetelah pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol.menurut Indah (2013 :301) kisi-kisi instrumen tes dan indikator keterampilan generik sains pada Tabel 2.

40 27 Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains No Aspek Indikator Nomor soal 1. Pengamatan - Pengamatan langsung Menggunakan 4,19 sebanyak mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam - Pengamatan tidak langsung Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan /gejala alam 2. Kesadaran Menyadari obyek-obyek 1, 7, 20 tentang skala alam dan kepekaan yang besaran tinggi terhadap skala numerik sebagai besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis 3. Bahasa Menjelaskan simbol, 3, 15, 18 simbolik lambang, dan istilah 4. Kerangka logika taat asas Mencari hubungan logis antara dua aturan Inferensi logika Menarik kesimpulan dari 5, 13 suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu 6. Hukum sebab - Menyatakan hubungan 12, 14 akibat antar dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu - Memperkirakan 7. Pemodelan matematik 8. Membangun konsep penyebab gejala alam - Mengungkap fenomena dalam bentuk rumusan - Mengajukan alternatif penyelesaian masalah 6, 8, 9, 10, 16 Menambah konsep baru 2, 11

41 28 Tabel 3 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Generik Sains Jawaban Skor Benar 1 Salah 0 Soal pretest dan posttest sebelum diujikan terlebihdahulu diuji validitasnya. Uji validitas soal dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan: 1) Content validity (validitas isi), yaitu dengan melalui pembuatan kisi-kisi soal 2) Face validity (validitas muka), yaitu dengan berkonsultasi dengn pakar atau ahli di dalam materi yang akan disampaikan dalam hal ini adalah dosen pembimbing. 3) Uji validitas butir soal atau validitas item. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau ketepatan suatu instrumen. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Menurut Eko Putro Widyoko (2012:147), rumus menghitung validitas adalah: xy r xy = ( x 2 )( y 2 ) N XY ( X)( Y) r xy = {N X 2 ( X) 2 }{N Y 2 ( Y) 2 }

42 29 Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor butir Y = skor total N = jumlah responden Instrumen penelitian yang sudah diketahui validitasnya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas. 4) Reabilitas Soal Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes tersebut digunakan pada sejumlah subyek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama.menurut Eko Putro Widyoko (2012:163), rumus menghitung reabilitas adalah: r 11 = ( k σ2 ) (1 k 1 σ 2 ) Dengan σ 2 = X2 ( X)2 N N Keterangan: k = banyaknya butir pertanyaan σ 2 = jumlah varians butir σ 2 = varians total X = skor total N = jumlah responden Uji validitas dan uji reabilitas digunakan untuk mengetahui keabsahan setiap soal sebelum instrumen penelitian digunakan. Uji validitas dan reabilitas yang peneliti lakukan berdasarkan penilaian berbasis kelas,

43 30 meliputi validitas isi (content validity) dan validitas tampang (face validity). Instrumen tes pada validitas ini yang berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur dapat dilakukan dengan menelaah kisi-kisi setiap tes, untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mencerminkan keseluruhan isi materiyang seharusnya dikuasai menurut tujuan kurikulum. Sedang instrumen tes pada validitas tampang (face validity) yang menunjukkan apakah alat pengukur atau instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur. G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, karena dalam analisis data akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah diajukan. Analisis data digunakan untuk mengetahui kondisi populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dan digunakan untuk menguji pengaruh pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing terhadap peningkatan kemampuan generik sains siswa dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest keterampilan henerik sains. Data hasil pretest dan posttestketerampilan generik sains dari kelas kontrol dan kelas eksperimen akan dianalisis dengan uji t dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

44 31 perbedaan kemampuan awal dan akhir setelah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat penyebaran atau distribusi nilai siswa dalam satu kelas, apakah nilai hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah Chi Kuadrat. X 2 k = (f 0 f h ) 2 i=1 (Arikunto, 2013: 333) f h Keterangan: X 2 = Chi-kuadrat f0= frekuensi yang diperoleh dari data penelitian fh= frekuensi yang diharapkan jika X 2 hitung X 2 tabeldengan derajat kebebasan dk = k -1 dengan taraf signifikan 5% maka akan berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah : H 0 σ 1 2 = σ 2 2 H a σ 1 2 σ 2 2 (variansnya homogen) (variansnya tidak homogen) Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus : F = Varians Terbesar Varians Terkecil (Sugiyono, 2011 : 199)

45 32 Jika F hitung lebih besar dari F tabel, maka varian tidak homogen. Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji hipotesis dilakukan setelah uji prasyarat terpenuhi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui dan membandingkan kemampuan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menguji kesamaan dua rata rata. Uji kesamaan rata rata yang digunakan adalah dengan uji pihak kanan. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut : H0 = µ1 µ2 : Model inkuiri terbimbing tidak berpengaruh terhdap keterampilan generik sains, kelas eksperimen lebih kecil daripada kelas kontrol. Ha = µ1> µ2 : Model inkuiri terbimbing berpengaruh terhdap keterampilan generik sains, kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Uji t yang digunakan adalah: t = x 1 x 2 s 1 2 n1 +s 2 2 n2 (Sugiyono, 2011 : 197) Keterangan: x 1 = rata rata kelas eksperimen x 2 = rata rata kelas kontrol s 1 2 = varians kelompok eksperimen s 2 2 = varians kelompok kontrol n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

46 33 4. Uji N-gain Untuk mengetahui peningkatan keterampilan generik sains siswa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, teknik data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji N-gain g = Skor posttest Skor pretest Skor ideal Skor pretest Hasil perhitungan N-gain dikonversikan dengan kriteria pada Tabel 4(Liliawati dalam Indah, 2013: 303). Tabel 4 Kriteria Normal Gain No Kriteria Kesimpulan 1. g 0,7 Tinggi 2. 0,3 g > 0,7 Sedang 3. g < 0,3 Rendah

47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian 1. Data Awal Penelitian Data nilai awal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pretest keterampilan generik sains pada materi termodinamika untuk mengetahui keterampilan generik sains awal. Kelas yang akan digunakan terdiri dari 2 kelas, yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Tes pretest keterampilan generik sains diberikan diawal pertemuan. Soal pretest keterampilan generik sains berbentuk pilihan ganda. Pada penelitian ini, nilai yang digunakan adalah nilai pretestketerampilan generik sains yang diberikan diawal pertemuan. Data ini digunakan untuk uji sebelum perlakuan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Data nilai pretest kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30 dengan nilai rata-rata 39,83. b. Data nilai pretest kelas kontrol dengan jumlah siswa 27 dengan nilai rata-rata 35,55. 34

48 35 Tabel 5 Data Awal Rata-Rata Pretest Keterampilan Generik Sains Siswa No Sumber Jumlah Siswa Rata-Rata Pretest 1. Kelas Eksperimen 30 39,83 2. Kelas Kontrol 27 35,55 Tabel 6 Data Awal Keterampilan Generik Sains Siswa No Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%) Generik Sains 1 Aspek 1 28 % 33 % 2 Aspek 2 51 % 54 % 3 Aspek 3 46 % 28 % 4 Aspek 4 47 % 37 % 5 Aspek 5 25 % 22 % 6 Aspek 6 25 % 26 % 7 Aspek 7 42 % 38 % 8 Aspek 8 40 % 35 % Rata-rata 38% 34% 2. Data Nilai Akhir Penelitian Data nilai akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai post test keterampilan generik sains pada materi termodinamika untuk mengetahui keterampilan generik sains siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing. Kelas yang akan digunakan terdiri dari 2 kelas, yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Tes post test keterampilan generik sains diberikan pada akhir tatap muka. Soal post test keterampilan generik sains dalam bentuk pilihan ganda.

49 36 a. Data nilai posttest kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30 dengan nilai rata-rata 78,83 b. Data nilai post test kelas kontrol dengan jumlah siswa 27 dengan nilai rata-rata 68,33 Tabel 7 Data Akhir Rata-Rata Posttes Keterampilan Generik Sains Siswa No Sumber Jumlah Siswa Rata-Rata posttest 1. Kelas Eksperimen 30 78,83 2. Kelas Kontrol 27 68,33 Tabel 8 Data Akhir Keterampilan Generik Sains Siswa No Aspek Keterampilan Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%) Generik Sains 1 Aspek 1 77 % 67 % 2 Aspek 2 84 % 78 % 3 Aspek 3 78 % 62 % 4 Aspek 4 83 % 74 % 5 Aspek 5 77 % 61 % 6 Aspek 6 73 % 61 % 7 Aspek 7 81 % 71 % 8 Aspek 8 75 % 65 % Rata-rata 78% 67% B. Analisis Data 1. Hasil Tes Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen a. Hasil Pretest Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan generik sains kelas

50 37 eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretestketerampilan generik sains kelas eksperimen adalah 15 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 1 siswa, sedangkan nilai tertingginya adalah adalah 75 dengan jumlah siswa sebanyak 1 siswa. Nilai rata-rata pretestketerampilan generik sains kelas eksperimen sebesar 39,83 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 13 siswa, sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 17 siswa. b. Hasil Posttest Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan generik sains kelas eksperimen dari jumlah siswa sebanyak 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttestketerampilan generik sains kelas eksperimen adalah 65 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 1 siswa, sedangkan nilai tertinggi posttestketerampilan generik sain adalah 95 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 1 siswa. Nilai rata-rata posttestketerampilan generik sains kelas eksperimen sebesar 78,83 sehingga jumlah siswa yang

51 Nilai Pretest dan Posttest 38 mendapat nilai di atas rata-rata posttestketerampilan generik sains kelas eksperimen sebanyak 19 siswa, sedangkan jumalah siswa yang mendapat nilai di atas ratarata posttestketerampilan generik sains kelas eksperimen dibawah rata-rata sebanyak 11 siswa. Gambar ini merupakan diagram perbandingan hasil tes keterampilan generik sains yang dilakukan sebelum pembelajaran inkuiri terbimbing (pretest) keterampilan generik saindi kelas eksperimen dan sesudah pembelajaran inkuiri terbimbing (posttest) keterampilan generik sains pembelajaran kelas eksperimen. Diagram Perbandingan Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen Jumlah Siswa pretest posttest Gambar 3. Perbandingan Nilai Pre test dan Post test Kelas Eksperimen

52 39 c. Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains Berdasarkan Pre test Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan generik sains berdasarkan pre test dan post test keterampilan generik sains di kelas eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan generik sains terendah pada saat pre test adalah aspek 5 dan 6 yaitu inferensi logika dan hukum sebab akibat, dengan nomor soal untuk aspek 5 yaitu 5 dan 13 dan nomor soal untuk aspek 6 yaitu 12 dan 14, sedangkan indikator keterampilan generik sains tertinggi pada saat pre test adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala dengan nomor soal 1, 7, dan 20. Sementara itu, indikator keterampilan generik sain terendah pada saat post test adalah aspek 6 yaitu hukum sebab akibat dengan nomor soal 12 dan 14, sedangkan indikator keterampilan generik sains tertinggi pada saat post test adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala besaran dengan nomor soal 1, 7, dan 20. Gambar ini merupakan grafik perbandingan hasil analisis indikator keterampilan generik sains berdasarkan pre test dan post tes keterampilan generik sains kelas eksperimen.

53 persentase(%) 40 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 28% Diagram Perbedaan Pre test dan Post test Tiap Aspek Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen 77% 51% 84% 78% 46% 47% 83% 77% 25% 25% 73% 81% 42% 40% 75% ASPEK 1ASPEK 2ASPEK 3ASPEK 4ASPEK 5ASPEK 6ASPEK 7ASPEK 8 Aspek Keterampilan Generik sains PRETEST POSTTEST Gambar 4. Perbedaan Pretest dan Posttest Tiap Aspek Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen Keterangan Aspek 1: Pengamatan Aspek 2: Kesadaran tentang skala besaran Aspek 3: Bahasa simbolik Aspek 4: Kerangka logika taat asas Aspek 5: Inferensi logika Aspek 6: Hukum sebab akibat Aspek 7: Pemodelan matematik Aspek 8: Membangun konsep 2. Hasil Tes Keterampilan Generik Sains Kelas Kontrol a. Hasil Pretest Keterampilan Generik Sains Kelas Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan generik sains kelas kontrol dari 27 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas kontrol adalah 10 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 1 siswa, sedangkan nilai tertingginya adalah adalah 70 dengan

54 41 jumlah siswa sebanyak 1 siswa. Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 35,55 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 10 siswa, sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 17 siswa. b. Hasil Posttest Keterampilan Generik Sains Kelas Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan generik sains kelas kontrol dari 27 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas kontrol adalah 60 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 6 siswa, sedangkan nilai tertingginya adalah 80 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 2 siswa. Nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 68,33 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 15 siswa, sedangkan yang dibawah rata-rata sebanyak 12 siswa. Gambar ini merupakan diagram perbandingan hasil tes keterampilan generik sains sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada kelas kontrol.

55 Nilai pretest dan posttest 42 Diagram Perbandingan Nilai Pre test dan Post test Kelas Kontrol Jumlah Siswa PRETEST POSTTEST Gambar 5. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol c. Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains Berdasarkan Pre test Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan generik sains berdasarkan pretest dan posttestketerampilan generik sains di kelas kontrol yang dijadikan sampel diperoleh hasil sebagai berikut. Indikator keterampilan generik sains terendah pada saat pretest adalah aspek 5 yaitu inferensi logika yaitu soal nomor 5 dan 13, sedangkan indikator keterampilan generik sains

56 Persentase(%) 43 tertinggi pada saat pretest adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala besaran pada butir soal nomor 1, 7, dan 20. Sementara itu, indikator keterampilan generik sain terendah pada saat posttest adalah aspek 5 dan 6 yaitu inferensi logika dan hukum sebab akibat dengan nomor soal untuk aspek 5 yaitu nomor 5 dan 13 dan aspek nomor 6 yaitu 12 dan 14, sedangkan indikator keterampilan generik sains tertinggi pada saat posttest adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala besaran pada butir soal nomor 1, 7, dan 20. Gambar ini merupakan grafik perbandingan hasil analisis indikator keterampilan generik sains berdasarkan pretestketerampilan geneik sains yang diberikan diawal pertemuan kelas kontrol dan posttestketerampilan generik sains yang diberikan diakhir pertemuan di kelas kontrol. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Diagram Perbedaan Pretest dan Posttest Tiap Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Kontrol 33% 67% 54% 78% 28% 62% 37% 74% 22% 61% 61% 26% 71% 38% 35% 65% ASPEK 1ASPEK 2ASPEK 3ASPEK 4ASPEK 5ASPEK 6ASPEK 7ASPEK 8 Aspek Keterampilan Generik Sains PRETEST POSTTEST Gambar 6. Perbedaan Pretest dan Post test Tiap Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Kontrol

57 44 Keterangan Aspek 1: Pengamatan Aspek 2: Kesadaran tentang skala besaran Aspek 3: Bahasa simbolik Aspek 4: Kerangka logika taat asas Aspek 5: Inferensi logika Aspek 6: Hukum sebab akibat Aspek 7: Pemodelan matematik Aspek 8: Membangun konsep 3. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Hasil yang diperoleh pada pretestketerampilan generik sains oleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari penelitian ini secara rinci tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil Pretest Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Hasil Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata 39,83 35,55 Dari hasil pretestketerampilan generik sains sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dari jumlah siswa sebanyak 30 siswa di kelas eksperimen diperoleh rata-rata pretestketerampilan generik sains adalah 39,50 dengan nilai terendah yaitu 15 dan nilai tertinggi adalah 75. Sedangkan pada kelas kontrol hasil rata-rata pretest

58 Skor Nilai 45 keterampilan generik sains dari jumlah siswa sebanyak 27 siswa adalah 35,55 dengan nilai terendah adalah 10 dan tertinggi yaitu 70. Diagram hasil dari pretest keterampilan generik sains siswa disajikan pada Gambar 7. Diagram Hasil Pre test Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Nilai Terendah Kelas Kontrol Nilai Tertinggi Gambar 7. Hasil pretest keterampilan generik sains siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen Hasil yang diperoleh pada post test keterampilan generik sain oleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari penelitian ini secara rinci tersaji pada Tabel 10.

59 Skor Nilai 46 Tabel 10 Hasil PosttestKeterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Hasil Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata 78,83 68,33 Dari hasil post testketerampilan generik sains sesudah dilakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dari jumlah siswa sebanyak 30 siswa di kelas eksperimen diperoleh rata-rata post test keterampilan generik sains adalah 78,83 dengan nilai terendah yaitu 65 dan nilai tertinggi adalah 95. Sedangkan pada kelas kontrol hasil rata-rata post test keterampilan generik sains dari jumlah siswa sebanyak 27 siswa adalah 68,33dengan nilai terendah adalah 60 dan tertinggi yaitu 80. Diagram hasil dari post testketerampilan generik sains siswa disajikan pada Gambar Diagram Hasil Post test Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Gambar 8. HasilPosttestKeterampilan Generik Sains Siswa 80 Kelas Kontrol KelasKontroldanKelasEksperimen Nilai Terendah Nilai Tertinggi

60 47 4. Pengujian Hipotesis Analisis data yang meliputi uji prasyarat analisis statistik dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis dengan menggunakan uji t-pasangan, serta uji N-gain. a. Uji Prasyarat Analisis Data 1) Uji Normalitas Uji prasyarat melalui pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu nilai pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan SPSS Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan untuk memeriksa apakah suatu pengumpulan data terdeskripsi secara baik, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila Sig (2-tailed) diatas 0,05 maka berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil uji normalitas pretest dan posttestketerampilan generik sains kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen Sumber Kelas Eksperimen Nilai Sig (2-tailed) Nilai Sig (2-tailed) Pretest Posttest 0,38 0,16

61 48 Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, diperoleh Nilai Sig (2-tailed) > 0,05 yang dapat diartikan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Sementara itu, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 12. Sumber Kelas Kontrol Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol Nilai Sig (2-tailed) Nilai Sig (2-tailed) Pretest Posttest 0,62 0,48 Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, diperoleh Nilai Sig (2-tailed) > 0,05 yang dapat diartikan bahwa kelas kontrol berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Nilai Sig. Kep Uji Kelas eksperimen 0,97 H0 diterima dan kelas kontrol

62 49 Berdasarkan hasil uji homogenitas diatas, diperoleh nilai p-value 0,966 0,05 maka H0diterima yang dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen homogen. 3) Uji Hipotesis Setelah melakukan perhitungan uji prasyarat melalui uji normalitas, maka didapatkan kesimpulan bahwa data pretest dan posttest keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen maupun kontrol berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal, selanjutnya untuk melihat pengaruh model pembelajaran unkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa pada termodinamika, maka cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus uji t-pasangan. Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah posttest, standar deviasi, dan jumlah sampel. Harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5%. Uji-t dengan bantuan SPSS Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) > 0,05 dan tolak H0 jika nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) > 0,05. Karena nilai signifikasi atau sig.(2-tailed) <0,05 maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%. Artinya terdapat pengaruh model

63 50 pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi termodinamika. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil Uji-t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Standar Deviasi Jumlah Sampel Uji-t Sig (2-tailed) 6, ,000 6, ) Uji N-gain Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain, diperoleh rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,64 yang diinterpretasikan bahwa peningkatan keterampilan generik sains siswa dikelas eksperimen berada pada tingkat sedang. Sedangkan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,48 yang diinterpretasikan bahwa keterampilan generik sains siswa di kelas kontrol berada pada tingkat sedang. Dengan demikian, keterampilan generik sains siswa yang telah melaksanakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan siswa yang tidak melaksanakan model inkuiri terbimbing. Untuk lebih jelasnya tentang hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 15.

64 51 Tabel 15 Hasil Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber N-gain Keterangan Kelas 0,64 Sedang Eksperimen Kelas Kontrol 0,48 Sedang C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan generik sains siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo tahun 2015/2016. Menurut Munawaroh (2015) sebelum diberi perlakuan model pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing sebagian besar siswa tidak menyukai fisika sehingga nilai siswa banyak yang kurang. Model pembelajaran yang digunakan merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) sehingga kurang meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Berdasarkan hasil analisis indikator keterampilan generik sains, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tiap indikator pada posttest lebih besar daripada rata-rata nilai tiap indikator pada pretest, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, penguasaan keterampilan generik sains siswa berdasarkan indikatornya, kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada aspek terendah kelas kontrol untuk pretest adalah aspek nomor 5 yaitu inferensi logika dengan nomor soal 5 dan 13 mengenai proses termodinamika dan aspek tertinggi adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala besaran soal nomor 1, 7, dan 20 mengenai

65 52 proses dan persamaan termodinamika sedangkan untuk posttest kelas kontrol terendah adalah aspek nomor 5 dan 6 yaitu inferensi logika dan hukum sebab akibat dan aspek tertinggi adalah aspek nomor 2. Kelas eksperimen untuk pre test terendah adalah aspek nomor 5 dan 6 yaitu inferensi logika dan hukum sebab akibat dengan nomor soal 5, 13, 12, dan 14 mengenai proses termodinamika dan aspek tertinggi adalah aspek nomor 2 yaitu kesadaran tentang skala besaran soal nomor 1, 7, dan 20 mengenai proses dan persamaan termodinamika sedangkan untuk post test kelas eksperimen terendah adalah aspek nomor 6 yaitu hukum sebab akibat dan aspek tertinggi adalah aspek nomor 2. Persentase nilai pre test terendah pada kelas kontrol adalah aspek nomor 5 dengan persentase 22% dan tertinggi pada aspek nomor nomor 2 dengan persentase 54% dan post test terendah pada kelas kontrol aspek nomor 5 dan 6 dengan persentase 61% dan tertinggi pada aspek nomor 2 dengan persentase 78%. Persentase nilai pre test terendah pada kelas eksperimen adalah aspek nomor 5 dan 6 dengan persentase 25% dan tertinggi pada aspek nomor nomor 2 dengan persentase 51% dan post test terendah pada kelas eksperimen aspek nomor 6 dengan persentase 73% dan tertinggi pada aspek nomor 2 dengan persentase 84%. Presentase nilai rata-rata pre test keterampilan generik sains secara umum untuk kelas ekperimen adalah 38% dan untuk kelas kontrol 34%, sedangkan persentase nilai rata-rata post test keterampilan generik sains untuk kelas eksperimen adalah 78% dan untuk kelas kontrol adalah 67%.

66 53 Dengan demikian nilai rata-rata posttest lebih besar daripada nilai rata-rata pretest baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol tetapi nilai ratarata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Interpretasi berdasarkan uji homogenitas data pretest keterampilan generik sains dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan generik sains siswa sebelum dilakukan pembelajaran dari dua kelas tersebut adalah sama. Begitu juga dengan uji homogenitas data posttest yang dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan generik sains siswa sesudah dilakukannya pembelajaran dari dua kelas tersebut juga sama. Hasil temuan yang diperoleh selama penelitian adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi termodinamika. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan di kelas eksperimen dapat mempengaruhi keterampilan generik sains siswa jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kotrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menggunakan uji t hasil pretest dan post testketerampilan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf 5% adalah 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas eksperimen adalah sebesar 0,64 dimana hal ini dapat diinterpretasikan

67 54 bahwa peningkatan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berada pada taraf sedang. Sedangkan, nilai rata-rata N-gain yang didapat dari pretest dan posttestketerampilan generik sain kelas kontrol adalah sebesar 0,48 dimana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional berada pada taraf sedang. Hasil N-gain yang menunjukkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada taraf sedang dikarenakan beberapa kegiatan pembelajaran yang pelaksanaanya kurang maksimal kegiatan pembelajaran tersebut yakni kegiatan guru dalam membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau data-data tentang konsep yang dipelajari melalui studi pustaka dari berbagai referensi pada tahapan pengumpulan data. Kegiatan pembelajaran lainnya yang rata-rata kurang maksimal adalah kegiatan guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antar siswa pada tahap pengumpulan data eksperimen masih ada kelompok siswa yang belum kompak. Hal ini dapat dilihat dari persiapan kelompok yang kurang maksimal sebelum dilaksanakannya pembelajaran berupa persiapan alat dan bahan untuk praktikum, serta pelaksanaan praktikumnya yang hanya terpusat pada beberapa siswa disetiap kelompoknya. Siswa cenderung lebih patuh kepada guru asli dari pada dengan peneliti sehingga siswa kurang serius dalam kegiatan pembelajaran, siswa belum terbiasa dengan model inkuiri terbimbing

68 55 karena model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih menekankan siswa aktif dalam pembelajaran dengan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan.model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan oleh kelas eksperimen terdapat tahapan pengumpulan data verifikasi, siswa akan mencari segala jenis informasi tentang materi yang akan diselidiki dan dibuktikan dengan eksperimen, sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih bermakna, seperti teori Gagne dan Briggs media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang antara lain terdiri dari: buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Sementara itu pembelajaran di kelas kontrol, menggunakan pembelajaran konvensional pada tahap bertanya tidak cukup untuk memberikan informasi. Perbedaan pembelajaran konvensional dan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah jika pembelajaran konvensional lebih berpusat kepada guru sedangkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih berpusat pada siswa, pada proses tahapan inkuiri ada tahapan mengumpulkan data atau informasi sehingga siswa dapat memperkaya pengetahuan mereka. Seperti teori psikologi kontruktivis, seperti Pieget dan Vygotsky pada pembelajaran inkuiri, siswa adalah partisipan aktif, yaitu siswa bekerja dalam kelompok, belajar untuk berpikir dan berperan sebagai ilmuwan. Model inkuiri didefinisikan oleh Pieget sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

69 56 melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan orang lain. Berdasarkan hal di atas, bahwa terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Uji t hasil pretest dan post testketerampilan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf 5% adalah 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha yang artinya model inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan generik sains. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Triani (2015) hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar dan keterampilan generik sains dan penelitian yang dilakukan oleh Supardi Yasa (2013) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V Di Kelurahan Banyuasri hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Pemahaman

70 57 konsep IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep IPA yang dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains (M1 = 83,7) lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD (M2 = 74).

71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data pengaruh model pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi termodinamika kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini diperoleh dari hasil uji-t pada taraf 5% dengan hasil 0,000 < 0,05 dengan standar deviasi 6,52 untuk kelas eksperimen dan 6,20 untuk kelas kontrol yang berarti pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing memberikan pengaruh terhadap keterampilan generik sains siswa kelas XI SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016. B. Saran Mengacu pada hasil kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran fisika. 2. Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa. Namun, dalam penelitian ini belum 58

72 59 ada seberapa besar pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa. Sehingga untuk selanjutnya perlu mencari seberapa besar pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa untuk mengetahui besarnya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan generik sains siswa. 3. Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing membutuhkan waktu yang cukup banyak. Jadi, sebaiknya pengalokasian waktu kegiatan pembelajaran pada RPP dibuat lebih baik lagi.

73 DAFTAR PUSTAKA Anam, Khoirul Pembelajaran berbasis inkuiri metode dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anggi, Fani Rarici Skripsi tentang Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Animasi Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pada pukul WIB. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. I ketut mahardika,dkk Jurnal tentang Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Disertai Lks Kartun Fisika Pada Pembelajaran Fisika di SMP volume 1 nomor 1 halaman UNI%2C+Sri&ic=true&ps=300 diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul WIB. Indah, Septin Widiati, et.al Jurnal Peningkatan Keterampilan Generik Sains Dan Hasil Belajar IPA Fisika Dengan Model Learning Cycle 5E Disertai Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Maesan volume 2 nomor 3 halaman 303. Diakses pada tanggal 18 Oktober Kurniawan, Endar Aditya Skripsi Dengan Judul Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Sikap Ilmiah Dalam Metode Eksperimen Berbasis Verifikasi Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Wonosobo Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Munawaroh. Siska Desy Fatmaryanti Prosiding deskripsi pembelajaran fisika ditinjau dari keterlaksanaan inkuiri pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Purworejo, Seminar Nasional PFIS.015.UMP. Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Putro, Eko Widoyoko Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sanjaya, Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Bandung. 60

74 61 Saptorini Jurnal Peningkatan Keterampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri. Vol. 2, No. 1, 2008, hlm Diakses pada tanggal 18 Oktober Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Taufiq, Ketang Wiyono Prosiding tentang The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Students Science Generic Skills On Rigid Body Equilibrium ve_learning_cycle_and_generics_skill.pdf diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul WIB Triani, Mei, dkk Jurnal tentang Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Generik Sains Siswa diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul WIB Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Widiyoko, S. Eko Putro Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yasa, Supardi, dkk Jurnal tentang Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains Terhadap Pemahaman Konsep Ipa Siswa Sd Kelas V Di Kelurahan Banyuasri diakses pada tanggal 4 Januari 2016 pukul WIB

75 LAMPIRAN

76 LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian a. Silabus Penelitian b. RPP Kelas Eksperimen c. RPP Kelas Kontrol d. Lembar Jawab Siswa Kelas Eksperimen e. Lembar Jawab Siswa Kelas Kontrol f. Lembar Observasi Guru g. Lembar Observasi Siswa h. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika i. Validasi j. Rebialitas k. Kisi-Kisi Instrumen Tes l. Lembar Soal Pretest dan Posttest Keterampilan Generik Sains m. Kunci Jawaban

77 1a. Silabus Penelitian 63

78 64

79 65

80 1b. RPP Kelas Eksperimen 66

81 67

82 68

83 69

84 70

85 71

86 72

87 73

88 74 1c. RPP Kelas Kontrol RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS KONTROL) Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Purworejo Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI/ II Alokasi waktu : 8 JP (8 x 45 menit) A. Standar Kompetensi Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor B. Kompetensi Dasar 1. Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik 2. Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika C. Indikator 1. Mendeskripsikan usaha, kalor, dan energi dalam berdasarkan hukum utama termodinamika - Menyadari obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis dalam hukum utama termodinamika - Menjelaskan simbol, lambang, dan istilah dalam hukum utama termodinamika - Mencari hubungan logis antara dua aturan dalam hukum utama termodinamika - Menarik kesimpulan dari suatu gejala berdasarkan aturan/hukumhukum terdahulu 2. Menganalisis proses gas ideal berdasarkan grafik tekanan-volume (P- V) - Mengungkap fenomena dalam bentuk rumusan dalam hukum utama termodinamika - Membangun konsep

89 75 D. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan : 1. Siswa dapat menjelaskan simbol, lambang, istilah, menarik kesimpulan dari suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu dalam hukum utama termodinamika 2. Siswa dapat mengungkap fenomena dalam bentuk rumusan proses gas ideal berdasarkan grafik tekanan-volume (P-V) E. Materi Pembelajaran 1. Usaha (W) pada sistem gas Usaha oleh sistem/lingkungan Besarnya usaha yang dilakukan oleh sistem diberikan oleh persamaan:w = P. V V = V 2 V 1 2. Proses termodinamika a. Isobarik : tekanan tetap b. Isotermal : suhu tetap c. Isokhorik : volume tetap d. Adiabatik : tidak ada pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan F. Model Pembelajaran Ceramah dan diskusi G. Langkah- Langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Langkah- Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Pendahuluan Guru menyampaikan salam kemudian 10 menit membimbing siswa berdoa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Siswa menjawab salam dari guru dan ikut berdoa Guru memeriksa absensi siswa dan menyampaikan KD/tujuan pembelajaran. Siswa memperhatikan pemaparan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan

90 76 dicapai. Inti Guru memberitahukan bahwa akan diadakan pretest untuk materi termodinamika Siswa belajar materi termodinamika untuk pretest Guru membagikan soal pretest kepada siswa dan memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan pretest Siswa menerima soal pretest dan mengerjakan pretest Guru mengumpulkan hasil pretest Siswa menyerahkan hasil pretest Guru menjelaskan materi tentang usaha pada sistem gas untuk pertemuan selanjutnya Siswa memperhatikan penjelasan guru Penutup Guru memberi tugas siswa untuk mempelajari materi berikutnya mengenai usaha pada sistem gas Siswa memperhatikan tugas yang diberikan guru Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam Siswa menjawab salam 60 menit 10 menit Pertemuan 2 Kegiatan Langkah- langkah pembelajaran Alokasi waktu Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Guru menyampaikan salam kemudian membimbing siswa berdoa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Siswa menjawab salam dari guru dan ikut berdoa Guru memeriksa absensi siswa dan menyampaikan KD/tujuan pembelajaran. Siswa memperhatikan pemaparan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 10 menit Inti Guru memberikan pertanyaan untuk mengingat kembali konsep suhu, kalor, energi, dan usaha 60 menit

91 77 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Guru memberikan informasi (ceramah) mengenai pengertian termodinamika, sistem, lingkungan, dan usaha pada sistem gas. Siswa memperhatiakan informasi yang diberikan guru. Guru memberikan contoh soal mengenai usaha pada sistem gas Siswa memperhatikan contoh soal yang diberikan oleh guru. Guru memberikan soal mengenai usaha pada sistem gas untuk dikerjakan Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru Guru meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan menuliskan hasil dari mengerjakan soal Perwakilan siswa maju kedepan untuk menuliskan hasil dari mengerjan soal Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang maju kedepan Guru mengoreksi dan memberikan penjelasan dari jawaban siswa yang telah dituliskan di papan tulis Siswa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan jawaban yang tertulis di depan Guru memberikan informasi yang disertai dengan tanya jawab untuk menjelaskan pengertian proses-proses isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik beserta persamaanya. Siswa memperhatikan penjelasan guru serta menjawab pertanyaaan yang diberikan oleh guru mengenai proses-proses isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik beserta persamaanya. Guru memberikan beberapa penjelasan yang lebih mendalam secara menyeluruh Siswa memperhatikan penjelasan dari gurudan

92 78 Penutup menanyakan hal yang belum jelas kepada guru Guru memberi tugas siswa untuk membaca dan mempersiapkan percobaan untuk pertemuan berikutnya mengenai Hukum 1 termodinamika Siswa memperhatikan tugas yang diberikan oleh guru Guru menutup pelajaran kemudian mengucapkan salam. Siswa menjawab salam 10 menit Pertemuan 3 Kegiatan Langkah- langkah pembelajaran Alokasi waktu Pendahuluan Inti Apersepsi dan Motivasi Guru menyampaikan salam kemudian membimbing siswa berdoa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Siswa menjawab salam dari guru dan ikut berdoa Guru memeriksa absensi siswa dan menyampaikan KD/tujuan pembelajaran. Siswa memperhatikan pemaparan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok Siswa membentuk kelompok Guru memberikan panduan praktikum kepada masing-masing kelompok Siswa mencoba memahami panduan praktikum Guru membimbing siswa dalam praktikum Siswa melakukan praktikum dengan bimbingan dari guru Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk menuliskan laporan praktikum Siswa menuliskan laporan praktikum Guru memberikan kesempatan pada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi 10 menit 60 menit

93 79 Guru memberikan beberapa penjelasan yang lebih mendalam secara menyeluruh Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan menanyakan hal yang belum jelas kepada guru Penutup Guru memberikan pengumuman bahwa pertemuan berikutnya adalah posttest dan siswa diminta untuk belajar Siswa memperhatikan pengumuman yang diberikan oleh guru 10 menit Guru menutup pelajaran kemudian mengucapkan salam. Siswa menjawab salam Pertemuan 4 Kegiatan Langkah- Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Pendahuluan Guru menyampaikan salam kemudian 10 menit membimbing siswa berdoa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Siswa menjawab salam dari guru dan ikut berdoa Inti Penutup Guru memeriksa absensi siswa dan menyampaikan KD/tujuan pembelajaran. Siswa memperhatikan pemaparan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengingatkan bahwa akan diadakan postest dan guru memberikan intruksi untuk mempersiapkan alat tulis Siswa mempersiapkan alat tulis untuk postest Guru membagikan soal posttest kepada siswa dan memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan posttest Siswa menerima soal posttest dan mengerjakan posttest Guru mengumpulkan hasil posttest Siswa menyerahkan hasil posttest Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam Siswa menjawab salam 60 menit 10 menit

94 80 H. Sumber Belajar: Buku Fisika 2 untuk SMA/MA kelas XI Penulis Marthen Kanginan I. Penilaian 1. Teknik penilaian Tertulis 2. Bentuk instrumen Tes (pretest dan posttest) Laporan praktikum Purworejo, Guru Mata Pelajaran Fisika Guru Peneliti Dra. Wuryaningsih N. E NIP Munawaroh NIM Mengetahui, Kepala SMA Negeri 2 Purworejo Drs. Urip Raharjo, M. Pd NIP

95 81 1d. Lembar Jawab Siswa Kelas Eksperimen Lembar Jawab Pretest Kelas Eksperimen

96 82

97 Lembar Jawab Posttest Kelas Eksperimen 83

98 84

99 85 1e. Lembar Jawab Kelas Kontrol Lembar Jawab Pre test Kelas Kontrol

100 86

101 Lembar Jawab Post test Kelas Kontrol 87

102 88

103 1f. Lembar Observasi Guru 89

104 90

105 91

106 92

107 93

108 94

109 1g. Lembar Observasi Siswa 95

110 96

111 97

112 98

113 99

114 100

115 1h. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 101

116 102

117 1i. Validasi 103

118 1j. Rebialitas 104

119 105 1k. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains No Aspek Indikator Nomor soal 1. Pengamatan - Pengamatan langsung 4,19 Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam - Pengamatan tidak langsung Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan /gejala alam 2. Kesadaran Menyadari obyek-obyek 1, 7, 20 tentang skala alam dan kepekaan yang besaran tinggi terhadap skala numerik sebagai besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis 3. Bahasa simbolik Menjelaskan simbol, 3, 15, 18 lambang, dan istilah 4. Kerangka logika Mencari hubungan logis 17 taat asas antara dua aturan 5. Inferensi logika Menarik kesimpulan dari 5, 13 suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu 6. Hukum sebab akibat 7. Pemodelan matematik 8. Membangun konsep - Menyatakan hubungan antar dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu - Memperkirakan penyebab gejala alam - Mengungkap fenomena dalam bentuk rumusan - Mengajukan alternatif penyelesaian masalah - Mengungkapkan fenomena/masalah dalam 12, 14 bentuk sketsa gambar/grafik. Menambah konsep baru 2, 11 6, 8, 9, 10, 16

120 106 1l. Lembar Soal Pretest dan Posttest Keterampilan Generik Sains LEMBAR SOAL Satuan Pendidikan Pelajaran/ Materi Alokasi Waktu : SMA Negeri 2 Purworejo : Fisika/ Termodinamika : 45 menit Petunjuk mengerjakan soal: 1) Tulislah terlebih dulu nama, kelas dan nomor urut anda dalam lembar jawab yang telah disediakan 2) Berdoalah sebelum mengerjakan dan kerjakan dengan baik. Tiap-tiap butir soal pahami dulu maknanya sebelum di jawab 3) Dahulukan menjawab soal-soal yang anda anggap mudah 4) Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di lembar jawab yang telah di sediakan 5) Apabila anda ingin mengoreksi jawaban coretlah dua garis mendatar jawaban yang salah dan di beri tanda silang pada jawaban yang anda anggap benar Contoh: Pilihan Semula : A B C D E Di betulkan : A B C D E 6) Periksalah kembali pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada petugas 1. Sistem mengalami proses isobarik, maka usaha yang dilakukan oleh sistem W = P. V, dimana V adalah... A. Usaha atau kerja B. Tekanan gas C. Volume gas mula-mula D. Volume gas akhir E. Perubahan volume gas 2. Suatu sistem mengalami proses adiabatis. Pada sistem dilakukan usaha 100 J. Jika perubahan energi dalam sistem adalah ΔU dan kalor yang diserap ΔQ, maka. A. ΔU = 100 J B. ΔU = 10 J C. ΔU + Q = -100 D. Q = 100 J E. ΔU = 0 3. Jika pada sebuah sistem diberikan sejumlah kalor, maka pada sistem tersebut akan terjadi : 1. kalor tersebut akan diubah sebelumnya menjadi usaha secara spontan. 2. suhu sistem akan naik karena sistem melakukan usaha sebesar kalor tersebut. 3. sistem tidak melakukan usaha sehingga suhu sistem tetap.

121 suhu sistem akan naik jika usaha yang dilakukan sistem lebih kecil dibandingkan kalor yang masuk. Pernyataan yang benar adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 3 dan 4 D. 4 E. 1,3 dan 4 4. Hukum I Termodinamika dinyatakan dengan persamaan. A. Q = ΔU + W B. ΔU = Q + W C. W = Q + ΔU D. Q = ΔV/W E. W = Q/ ΔV 5. Berikut ini pernyataan yang berkaitan dengan proses termodinamika. 1) pada isokhoris, gas tidak melakukan usaha 2) pada isobarik, gas melakukan usaha 3) pada isotermal, energi dalam gas berubah 4) pada adiabatik, gas selalu melakukan usaha Pernyataan yang tepat adalah nomor. A. 1), 2) dan 3) B. 1) dan 2) C. 1) dan 4) D. 2), 3) dan 4) E. 3) dan 4) 6. Proses gas ideal yang berdasarkan grafik tekanan-volume (P-V) di bawah ini, adalah... A. adiabatik B. isobarik C. isotermik D. isokhorik E. diatermik

122 Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti pada diagram P-V berikut. Kerja yang dihasilkan pada proses siklus ini adalah. A. 200 kj B. 400 kj C. 600 kj D. 800 kj E kj 8. Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu tetap volume gas berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan, disebut... A. isobarik B. isokhorik C. isotermik D. adiabatik E. diatermik 9. Menurut Hukum Termodinamika I, kalor (Q) bernilai positif jika... A. energi dalam sistem berkurang B. sistem melakukan kerja C. sistem menerima kerja D. sistem memberikan panas E. sistem menerima panas 10. Jika suatu sistem gas ideal mengalami pemuaian secara isotermik, maka... A. kenaikan energi dalam sistem gas itu sama dengan nol B. tidak terjadi perubahan volum C. terjadi pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungannya D. terjadi pertukaran kalor antara lingkungan dengan sistem E. tidak terjadi perubahan tekanan 11. Jika volume gas ideal diperbesar dua kali semula dan ternyata energi dalamnya menjadi empat kali semula, maka tekanan gas tersebut menjadi... A. 0,25 B. 0,5 C. tetap D. 2 E. 4

123 Sebuah tangki berisi 5,5 kg gas karbondioksida dengan tekanan 4 atm. Jika gas karbondioksida itu dipompa keluar kemudian diganti dengan 5 kg gas oksigen pada suhu yang sama, maka tekanannya menjadi... A. 1 atm B. 2 atm C. 3 atm D. 4 atm E. 5 atm 13. Suatu gas ideal mula-mula volumenya 2 liter, kemudian diberi kalor sebesar 500 Joule sehingga volumenya menjadi 4 liter. Jika proses berlangsung secara isobarik dengan tekanan 2 x 10 5 N/m 2, maka... A. tekanan akan turun B. energi dalam naik 100 Joule C. usahanya 300 Joule D. energi dalamnya tetap E. kalor yang diserap diubah semuanya menjadi usaha 14. Ketika mengerutkan mulut kemudian meniupkan udara di tangan akan terasa dingin karena... A. kecepatan udaranya lebih kecil dari tekanan udara sehingga udara yang keluar terasa dingin B. kecepatan udaranya rendah dan tekanan rendah sehingga udara yang keluar terasa dingin C. kecepatan udaranya tinggi dan tekanan tinggi sehingga udara yang keluar terasa dingin D. kecepatan udaranya tinggi dan tekanan rendah sehingga udara yang keluar terasa dingin E. kecepatan udaranya rendah dan tekanan tinggi sehingga udara yang keluar terasa dingin 15. Ketika air mendidih dalam panci mengapa tutup panci bisa bergerak... A. kalor tidak bisa keluar masuk sistem B. kalor mengalir dari sistem ke lingkungan C. lingkungan memiliki sughu yang sama dengan sistem D. suhu air dlam panci sama dengan lingkungan E. sistem tidak mendapat usaha dari luar 16. Jika suatu sistem gas ideal mnegalami pemuaian secara isotermik, maka... A. tidak terjadi perubahan B. tidak terjadi perubahan volum C. kenaikan energi dalam sistem gas itu sama dengan nol D. tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem gas itu dengan lingkungannya. E. usaha yang dilakukan gas sama dengan nol

124 Gas dalam ruang tertutup mengalami proses termodinamika menyerap kalor. Maka sistem mengalami... A. energi yang bertambah besar B. volume gas berkurang C. suhu gas berkurang D. usaha gas bertambah E. kalor gas berkurang 18. Pengertian entropi dalam termodinamika adalah... A. suatu ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha B. usaha yang dilakukan tiap satuan waktu C. aliran yang berputar-putar D. siklus yang berulang-ulang E. perubahan bentuk energi 19. Usaha yang dilakukan oleh gas ideal yang mengalami proses isokhorik dari tekanan P1 sampai P2 adalah... A. Tidak ada usaha (nol) B. tekanan (P1) dikali dengan volume (V1) C. tekanan (P2) dikali dengan volume (V2) D. tekanan (P1) dibagi dengan tekanan (P1) E. selisih tekanan (P1-P2) dikali dengan volume 20. Jika U : perubahan energi dalam gas, W : usaha yang dilakukan sistem, dan Q : kalor yang diserap sistem, maka hubungan antara U, W, dan Q yang benar adalah... A. Q = W U B. W = Q U C. U = Q + W D. Q = U W E. Q = U + W

125 111 1m. Kunci Jawaban Pretest Dan Posttest Keterampilan Generik Sins 1. E 2. C 3. D 4. A 5. B 6. D 7. B 8. C 9. E 10. A 11. D 12. E 13. B 14. D 15. B 16. C 17. A 18. C 19. A 20. E KUNCI JAWABAN

126 LAMPIRAN 2 Data Penelitian a. Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen b. Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol c. Uji Normalitas Kelas Eksperimen d. Uji Normalitas Kelas Kontrol e. Uji Homogenitas f. Uji t g. Uji N-gain Kelas Eksperimen h. Uji N-gain Kelas Kontrol i. Analisis Indikator Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Eksperimen j. Analisis Indikator Aspek Ketrampilan Generik Sains Kelas Kontrol k. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksprimen l. Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol

127 112 2a. Nilai Pre test dan Post test Kelas Eksperimen Nilai Pre test dan Post test Kelas Eksperimen No Nama Pretest Posttest 1 Abilitamma. F. D Aghnia Salsabila Albasinta Amalia Suci. N An Nisaa' Indah. P Anis Ainiyah Anisa Handayani Arba Esnawati Desi Ratnasari Dita Larasati Elva Novita Dewi Fatwa Mufidah Ilham Hanaan. T. P Lintang Cahya. D. K Mamta Anisa Bella Muhammad Iqbal M. Irfan Nawawi Muhammad Muflikhan Muthia Daniyati Nabil Ridho. S Nida Abriana. M Nur Hidayah Nur Khamidah Ratna Rahayu Rendra Wahyu. H Salma Adha Prabella Tarfiq Hidayat Trianni Umi Salamah Venny Nurmanta. S 35 75

128 113 2b. Nilai Pre test dan Post test Kelas Kontrol Nilai Pre test dan Post test Kelas Kontrol No Nama Pretest Posttest 1 Afinanda Nurichsani Alfan. E Alivia Rustiani Amalia Uswatun. K Ayu Mustika. F Bagas Purbo Hantoro Chanifatun Chasanah Dwi Nur Azizah Fatma Ulfa. F. R Fika Restiyanti Frida Suryani Hanung Dwi. P Ilham Ramadhan Ashari Indah Pangestuti Lilis Tri Ani Lydia Maharani Muhammad Bagus Panuntun Muhammad Fahmi. T Putri Ferdian. N Rizki Nur Amalia Roro Fajriyati Setyo Widiyanto Siti Sundari Syahfaturrahman. F Ulfah Hidayati Unfariah Yuni Puspitasari 10 60

129 114 2c. Uji Normalitas Kelas Eksperimen NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=VAR00001 /MISSING ANALYSIS. Uji Normalitas Eksperimen NPar Tests [DataSet0] One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretest Posttest N Normal Parameters a Most Extreme Differences Mean Std. Deviation E Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

130 115 2d. Uji Normalitas Kelas Kontrol NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=VAR00001 /MISSING ANALYSIS. Uji Normalitas Kelas Kontrol NPar Tests [DataSet0] One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretest posttest N Normal Parameters a Most Extreme Differences Mean Std. Deviation E Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

131 116 2e. Uji Homogenitas ONEWAY VAR00001 BY VAR00002 /STATISTICS HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS. Uji Homogenitas Oneway [DataSet0] Test of Homogeneity of Variances kemampuan GS Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA kemampuan GS Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

132 f. Uji t T-TEST GROUPS=VAR00002('K' 'E') /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=VAR00001 /CRITERIA=CI(.9500). Ujit T-Test [DataSet0] Group Statistics VAR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean VAR00001 K E

133 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of Mean Std. Error the Difference F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper VAR00001 Equal variances assumed Equal variances not assumed

134 2g. Uji N-Gain Kelas Eksperimen 119

135 2h. Uji N Gain Kelas Kontrol 120

136 2i. Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen 121

137 2j. Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains Kelas Kontrol 122

138 2k. Daftar Hadir Kelas Eksperimen 123

139 2l. Daftar Hadir Kelas Kontrol 124

140 LAMPIRAN 3 Dokumentasi Penelitian a. Kelas eksperimen b. Kelas kontrol

141 125 3a. Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Awal Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Praktikum Sederhana Termodinamika Mengumpulkan Data Atau Informasi Presentasi Kelompok

142 126 3b. Kelas Kontrol Kelas Kontrol Siswa Mencari Jawaban Siswa Mengerjakan Soal Dari Pertanyaan Guru Diskusi Kelompok Presentasi

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016 Munawaroh, Siska Desy Fatmaryanti, Ashari Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200 6 III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 00 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 dengan total jumlah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA

Lebih terperinci

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016 Heni Setiani, Nur Ngazizah, Eko Setyadi Kurniawan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis Bandar Lampung tahun ajaran 0/03 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian post test only control design. Subjek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown dan Palincsar di tahun 1982. Model pembelajaran reciprocal teaching

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. 1 Pendekatan yang dilakukan berbentuk Posttest-Only Control Design,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 118 siswa dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil III. METODOLOGI PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun Pelajaran 01/013 yang berjumlah 10 siswa dan tersebar dalam tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole Kecamatan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Peternakan Negeri Lembang yang terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014.

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014. III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Metro pada tahun 04. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang diberikan sebagai metode pembelajaran dimana siswa akan mengenal, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan termasuk ke dalam penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan termasuk ke dalam penelitian kuantitatif adalah 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan termasuk ke dalam penelitian kuantitatif adalah jenis quasi eksperimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive 6 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMK N 3 Semarang sejak tanggal 17 September 2014 sampai dengan 18 Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan peneliti adalah rancangan true-experimental dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan kelas X tahun pelajaran 2012/2013 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. R. W. Monginsidi Karanganyar. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandarlampung Tahun Ajaran 03/04 dengan jumlah siswa sebanyak 00 siswa yang terdistribusi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pekalongan tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 124 siswa dan tersebar dalam empat kelas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 0/03, yang terdistribusi dalam empat kelas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar 0 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Natar tahun pelajaran 01/013 semester genap sebanyak 185 siswa yang terdistribusi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Yadika Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Yadika Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Yadika Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0-03 yang berjumlah 87 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terbagi dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan 20 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika dipandang penting dalam pembelajaran pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) karena fisika memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari sampai 21 Februari semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

I. IDENTIFIKASI II. KOMPETENSI INTI III. KOMPETENSI DASAR

I. IDENTIFIKASI II. KOMPETENSI INTI III. KOMPETENSI DASAR I. IDENTIFIKASI Nama Sekolah : SMA Kristen Eben Haezar Manado Kelas / Semester : X / Ganjil Mata Pelajaran : Fisika Topik : Hakikat Fisika dan Prosedur Ilmiah Alokasi Waktu : 6 45 menit Hari / Tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan sikap imiah dan penguasaan konsep peserta didik antara pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA) SMK-

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA) SMK- 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA) SMK- SMTI Tanjung Karang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 200 siswa dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah

III. METODE PENELITIAN. Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati Terbanggi Besar tahun ajaran 01/013 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yaitu metode eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini jenis penelitiannya adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2011, hlm. 3) menyatakan bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang tersebar

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini mengungkap hubungan antara dua variabel maupun lebih atau mencari pengaruh suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI)

BAB III METODE PENELITIAN. Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan model Problem Based Learning (PBL) dan model Group Investigation (GI) dalam peningkatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 1 Bandar Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 1 Bandar Lampung III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01-013 yang berjumlah 397 siswa, terdiri dari

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XII / GANJIL Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan 3) A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan keterampilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2015 : 77) kuantitatif eksperimen yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2015 : 77) kuantitatif eksperimen yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen. Menurut Sugiyono (2015 : 77) kuantitatif eksperimen yaitu: suatu penelitian yang mendekati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design (eksperimen semu) dimana metode penelitian eksperimen semu diartikan sebagai penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Pertemuan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN :SMA IT Al Fityan Gowa :FISIKA :XI/ Genap :Fluida Dinamik (Azas Toricelli) : Pertama Alokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi/ Sampel, dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi Utara,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, sesara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan

Lebih terperinci

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN GENERIK SAINS PADA SISWA SMP NEGERI 1 DOLO Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin e-mail: Fatonahnurun@gmail.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XII / GANJIL Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan 2) A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. sebanyak 145 siswa yang terdistribusi ke dalam lima kelas (VIII A VIII E).

METODE PENELITIAN. sebanyak 145 siswa yang terdistribusi ke dalam lima kelas (VIII A VIII E). III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester genap SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur, Tahun Ajaran 03/04 sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Kliningan No.6 Buah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan

Lebih terperinci

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari PENGARUH SIMULASI PHYSICS EDUCATION OF TECHNOLOGY (PhET) TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH KUTOARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas suatu perlakuan tertentu sebagai variabel bebas, terhadap hal yang lain sebagai variabel terikat. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas

III. METODE PENELITIAN. SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas 1 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Bandarlampung Kota Bandar lampung. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri Bandar lampung semester

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin. 0 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terdiri dari 90 siswa yang terdistribusi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 21 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam 12 kelas, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan di dalam suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan. Dalam melakukan penelitian, diperlukan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam 18 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci