BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian Penelitian ini akandilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Fakultas Teknik,, Medan. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu leher tiga, long glass tube, kondensor, labu destilasi, hot plate, magnetic stirrer, oven, neraca analitik dan alat-alat gelas. Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah GCMS, FTIR dan reagen anilin asetat. Bahan-bahan yang digunakan adalah sembung rambat, belimbing wuluh, Natrium Klorida (NaCl),asam sulfat (H 2 SO 4 ) dan akuades. Sembung rambat yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kebun pisang di titipapan dan tanah kosong di delitua. Belimbing wuluh diperoleh dari Lautadur Indrapura. 3.3 Rancangan Penelitian Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel, di antaranya: a. Suhu dalam pembuatan fufural (80, 100, 120, 140 dan 160 o C) b. Waktu pengambilan destilat (30, 60, 90, 120, 150,180, 210, 240, 270, 300 dan 330 menit) c. Menggunakan Katalis asam belimbing wuluh

2 28 Kondisi yang dipertahankan adalah: a. Massa tepung sembung rambat : 50 g b. Massa Natrium Klorida (NaCl) : 50 g c. Ukuran partikel tepung sembung rambat : mesh d. Volume Asam belimbing wuluh : 600 ml e. Volume total : 750 ml Sebagai acuan dalam pembuatan furfural dilakukan pembanding dengan menggunakan asam kuat yaitu asam sulfat 20% pada suhu 120 C. Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pembuatan Furfural Run Massa Sampel Katalis Massa NaCl Suhu ( o C) Waktu (menit) Belimbing g wuluh 50 g (600 ml)

3 29 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pembuatan Furfural (Lanjutan) Run Massa Massa Katalis Sampel NaCl Suhu ( C) Waktu (menit) Belimbing g wuluh ( g ml)

4 30 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pembuatan Furfural (Lanjutan) Run Massa Massa Katalis Sampel NaCl Suhu ( o C) Waktu (menit) Asam g Sulfat 50 g % Untuk analisis hasil penelitian dilakukan sebagai berikut: a. Analisis kadar air sembung rambat dengan cara sembung rambat dikeringkan dengan menggunakan oven sampai berat konstan. b. Analisis kadar pentosan sembung rambat. c. Identifikasi furfural dengan uji warna dengan pereaksi anilin asetat (1:1). d. Identifikasifurfural dengan GCMS Shimidzu. e. Analisis gugus fungsi furfural dengan FTIR dengan alat spektofotometer infra FTIR Shimidzu. 3.4 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari persiapan bahan baku, sintesis dan karakterisasi furfural. Berikut ini adalah prosedur sistematis dari pengerjaan masing-masing tahapan.

5 Preparasi Sampel Preparasi sampel menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh Ko et al. (2013) dengan sedikit modifikasi. Sembung rambat dibersihkan dengan air sampai ph air konstan, kemudian dikecilkan ukuran sembung rambat dengan mengunakan pisau. Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan oven atau sinar matahari. kemudian sembung rambat dihaluskan dengan menggunakan ball mill. Untuk menyeragamkan ukuran partikel tepung dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan mesh Prosedur Pembuatan Ekstrak Belimbing Wuluh Pembuatan ekstrak belimbing wuluh menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh Thamizhselvam et al. (2015). Pada tahapan ini belimbing wuluh dibersihkan dengan menggunakan air sampai ph konstan, kemudian belimbing wuluh digiling dengan menggunakan blender agar didapatkan cairan beimbing wuluh. Kemudian cairan belimbing wuluh disaring dengan kertas whatman nomor 41. Filtrat belimbing wuluh disimpan dalam lemari es Prosedur Pembuatan Furfural Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh shafeeq et al. (2015) dengan modifikasi. Pada tahap ini tepung sembung rambat dimasukkan kedalam labu leher tiga sebanyak 50 g dengan menambahkan filtrat belimbing wuluh sebanyak 600 ml dan NaCl sebanyak 50 g dan diatur agar volume

6 32 total sebanyak 750 ml dengan menambahkan akuades. Labu leher tiga disambungkan dengan long vertikal tube yang terhubung dengan air pendingin. Setelah rangkaian selesai, dihidupkan pemanas dan pengadukan dengan magnetic stirrer. Proses dijalankan dengan variasi suhu (80, 100, 120, 140 dan 160 o C) dengan waktu (30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300 dan 330 menit). Uap furfural dan air yang terbentuk dikumpulkan dalam labu destilasi yang berisi kloroform sebanyak 50 ml. Hasil campuran kloroform, air dan furfural dicatat volumenya. Setelah itu dilakukan prosedur ekstraksi dengan menggunakan prosedur yang telah dilaporkan oleh Hidajati, Nur (2006). Furfural yang berada dalam lapisan air dan kloroform yang ditampung dalam labu destilasi diekstraksi dalam corong pisah yang sebelumnya dikocok terlebih dahulu agar furfural terikat dengan kloroform, setelah itu dibiarkan selama 10 menit sehingga akan terjadi dua lapisan, lapisan atas mengandung air dan lapisan bawah mengandung kloroform dan furfural. Lapisan bawah yang mengandung kloroform dan furfural didestilasi dengan suhu o C untuk mendapatkan furfural.

7 Flowchart Flowchart Preparasi Sampel Preparasi sampel menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh Ko et al. (2013). Flowchart preparasi sampel dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Mulai Sembung rambat diambil Dibersihkan dengan air sampai ph konstan Dipotong potong dengan pisau Dikeringkan dalam oven Dihaluskan dengan ball mill Diayak dengan ukuran 70 mesh Disimpan pada suhu ruang Selesai Gambar 3.1 Flowchart Preparasi Sampel

8 Flowchart Pembuatan Ekstrak Belimbing Wuluh Pembuatan ekstrak belimbing wuluh menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh Thamizhselvam et al. (2015). Flowchart pembuatan ekstrak belimbing wuluh dapat dilihat pada gambar 3.2. Mulai Sebanyak 100 g Belimbing wuluh diambil Dibersihkan dengan air sampai ph konstan Digiling dengan blender Disaring dengan kertas Whatman No.41 Filtrat disimpan dalam lemari es Selesai Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Ekstrak Belimbing Wuluh

9 Flowchart Pembuatan Furfural Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh shafeeq et al. (2015) dengan modifikasi. Flowchart pembuatan furfural dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini. Mulai Sebanyak 50 g tepung sembung rambat dimasukkan ke dalam labu leher tiga Dimasukkan asam belimbing wuluh sebanyak 600 ml kedalam labu leher tiga Dimasukkan NaCl 1:1 dengan berat sampel Diatur volume total sebanyak 750 ml dengan penambahan aquades Disiapkan rangkaian peralatan destilasi Dihidupkan pemanas, pengaduk dan pendingin balik Diatur temperatur (80, 100, 120, 140 dan 160) o C Destilat dikumpulkan dalam erlenmeyer yang telah berisi kloroform 50 ml dengan waktu (30, 60, 90, 120, 150, 180, 210 dan 240) menit Apakah ada variasi lain? Tidak Ya Campuran dipisahkan dengan corong pisah untuk didapat lapisan bawah Lapisan bawah diuapkan untuk menguapkan kloroform sehingga didapat furfural Apakah ada variasi lain? Selesai Tidak Ya Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Furfural

10 Analisis Penelitian Keberhasilan suatu penelitian diukur melalui beberapa analisis yang dilakukan terhadap suatu hasil penelitian. Berikut adalah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini Analisis Kadar Air Sembung Rambat Tahapan ini dilakukan dengan prosedur yang dilakukan oleh Ko et al (2013). Sembung rambat yang masih segar ditimbang sebanyak 20 g, kemudian dikeringkan dengan oven dengan suhu 100 o C sampai berat konstan. Kemudian dihitung kadar air sembung rambat Analisis Kadar PentosanSembung Rambat Tahapan ini dilakukan dengan prosedur yang diperoleh dari Griffin (1927). Sebanyak 5 g tepung sembung rambat dimasukkan kedalam labu leher tiga, kemudian dimasukkan larutan HCl 12 % sebanyak 100 ml, kemudian dipanaskan. Pemanasan mula-mula dijalankan secara perlahan. Setelah itu diambil hasil sulingan sebanyak 30 ml, lalu ke dalam labu destilasi dimasukkan larutan HCl 12% sebanyak 30 ml dan proses dijalankan kembali hingga didapatkan volume destilat sebanyak 360 ml. Distilat yang terkumpul ditambahkan 1 gram phlorogucinol dan ditambahkan HCl 12 % hingga volumenya menjadi 400 ml. Larutan tersebut dibiarkan satu malam hingga didapatkan endapan bewarna hitam (furfural phlorogucid). Kemudian dilakukan penyaringan dengan saringan hisap dan dicuci dengan 150 ml akuades. Endapan yang terdapat pada kertas saring dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 100 o C.

11 37 Setelah kering, lalu bahan didinginkan dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan dilakukan berulang-ulang sampai berat konstan Analisis Uji Warna Dengan Pereaksi Anilin Asetat (1:1) Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi furfural adalah dengan menggunakan anilin asetat (1:1). Adanya furfrural ditandai dengan berubahnya warna cairan yang mengandung furfural menjadi warna merah tua setelah direaksikan dengan reagen anilin asetat Penentuan gugus-gugus fungsi dengan spektrofotometer infra merah (IR) Identifikasi senyawa furfural dapat dilakukan dengan alat spektrofotometer infra merah (FTIR). Menurut Fessenden dan Fessenden, 1982), inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen mengalami getaran vibrasi yang bersifat asimetrik atau merubah kepolaran saja yang aktif pada inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat. Jadi, molekul ini berada dalam keadaan vibrasi yang tereksitasi. Vibrasi dalam molekul dapat berupa vibrasi ulur (ritme gerakan sepanjang sumbu ikatan sebagai interaksi pertambahan atau penggurangan jarak atom) atau vibrasi tekuk menggambarkan suatu perubahan sudut ikatan antara ikatan-ikatan dengan suatu atom). Analisis ini dilakukan di pusat penelitian kelapa sawit medan.

12 Identifikasi Dengan Kromatografi Gas Massa Spektrokopi (GCMS) Identifikasi senyawa furfural ini dapat dilakukan dengan kromatografi. Identifikasi merupakan salah satu metode analitik untuk pemurnian atau pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis. Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut didalam fasa yang berbeda. Dalam kromatografi gas, fase geraknya adalah gas dan komponen sampel pada fase uap(rahman, 2009). Suhu kolom awal diatur pada suhu 100 o C selama 10 menit dan ditingkatkan ke 300 o C dengan laju 10 o C. Suhu port injeksi diatur 300 o C. Tekanan 100 kpa, Aliran total 29,0 ml/min, aliran kolom 1,33 ml/min.analisis furfural menggunakan Gas Kromatografi Massa Spektrokopi (GCMS) Shimidzu R_Brand 108 yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) Medan. 3.7 Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dimulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan hasil penelitian dan seminar. Penyusunan proposal dari bulan september sampai november Pelaksanaan penelitian dari bulan agustus 2016 sampai bulan november Rincian Jadwal penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2

13 39 Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kegiatan Studi Literatur Persiapan Bahan & Alat Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Penyusunan Laporan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Penyusunan Jurnal x x Seminar Hasil Ujian Tesis x x x x 39

14 40

15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan untuk pembuatan furfural berasal dari sembung rambat. Sumber pentosan yang terdapat pada sembung rambat ini dimanfaatkan dalam pembuatan furfural. 4.1Hasil Analisis Awal kondisi Sembung Rambat Analisiskondisi awal meliputi analisis kadar air dan kadar pentosan. Detail hasil analisis tersebut dilampirkan di lampiran A. Adapun hasil analisis tersebut dirangkum dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Analisis Awal Sembung Rambat Keterangan Nilai Kadar air batang sembung rambat 84,10% Kadar air daun sembung rambat 90,01% Kadar pentosan sembung rambat 49,54 % Hasil analisis kandungan air sembung rambat menunjukkan bahwa sembung rambat banyak mengandung air. Untuk kadar pentosan didapat 49,54 % yang hampir mendekati kadar pentosan dari literatur 56,04 ± 0,86 % (Ko et al. 2013) 4.2 Pengaruh Waktu Terhadap Yield Furfural Proses pembuatan furfural pada penelitian ini menggunakan sembung rambat sebagai sampel dan asam belimbing wuluh sebagai katalis asam. Dalam penelitian ini digunakan suhu 120 o C, dengan sampel sembung rambat 50 g, massa NaCl 50 g, dan 40

16 41 variasi waktu (30, 60, 90, 120, 150 dan 180) untuk menentukan volume asam belimbing wuluh yang akan digunakan, yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Penelitian Pendahuluan Dalam Menentukan Volume Katalis Belimbing Wuluh Massa Waktu (menit) Volume Sampel ml Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal 400 ml Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal 50 g 500 ml Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal 600 ml Gagal Gagal Gagal Gagal Gagal Berhasil Dari tabel 4.2 maka digunakan volume 600 ml dengan suhu (80, 120, 140 dan 160 C) dan variasi waktu (30, 60, 90, 120, 140, 160, 180, 210, 240, 270, 300 dan 330 menit). Sebagai acuan dalam pembuatan furfural dari sembung rambat ini digunakan katalis yang umum dipakai yaitu asam sulfat (H 2 SO 4 ), untuk dibandingkan dengan katalis asam belimbing wuluh. Pada penelitian ini digunakan suhu 120 o C dan kosentrasi asam sulfat 20% karena yield furfural yang dihasilkan tinggi sesuai dengan laporan dari shafeeq et al. (2015). Dalam penelitian perbandingan antara bahan baku dan pelarut 1:5 dan ditambahkan NaCl (1:1) dengan berat sampel, volume total 750 ml dengan variasi waktu (30, 60, 90, 120, 150 dan 180) menit, yield furfural yang dihasilkan seperti gambar 4.1 dibawah ini.

17 42 Yield Furfural % Belimbing Wuluh, Suhu 80 C Belimbing Wuluh, Suhu 100 C Belimbing Wuluh, Suhu 120 C Belimbing Wuluh, Suhu 140 C Belimbing Wuluh, Suhu 160 C Asam Sulfat, Suhu 120 C Waktu (menit) Gambar 4.1 Pengaruh Yield Furfural Terhadap Waktu Pada Berbagai Suhu Dari gambar 4.1 untuk katalis belimbing wuluh dapat dilihat pada waktu 30 sampai 120 menit pada berbagai suhu tidak terjadi reaksi pembentukan furfural. Hal ini disebabkan karena penggunaan asam belimbing wuluh dengan ph ± 2,1 dengan bilangan asam 13,99 g/g (0,1462 N) sehingga membutuhkan waktu yang lama agar terjadi reaksi pembentukan furfural bila dibandingkan dengan penggunaan asam sulfat 20% dengan ph ± 0,2 dengan bilangan asam 222,83 g/g (2,2695 N) yang hanya memerlukan waktu 30 menit untuk memproduksi furfural. Perbandingan katalis yang digunakan dalam pembuatan furfural ini dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

18 43 Tabel 4.3 Perbandingan Katalis Yang Digunakan Dalam Pembuatan Furfural Katalis Belimbing wuluh Asam Sulfat 20% Volume (ml) ph Normalitas (N) Bilangan Asam (g/g) Yield tertinggi (%) 600 2,1 0, ,99 7, ,2 2, ,83 11,13 Kondisi Operasi (100 o C, 300 menit) (120 o C, 150 menit) Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa bilangan asam pada asam sulfat 15 kali lebih besar dibandingkan dengan bilangan asam pada belimbing wuluh. Menurut laporan (Arroxales, et. al. 2001) ph asam belimbing wuluh berkisar 0,9-1,5 dengan bilangan asam 11,2-14,7 g/g. Bilangan asam belimbing wuluh yang rendah menyebabkan furfural mulai terbentuk pada waktu 150 menit untuk suhu 80 C dengan yield 0,464% dan 100 C dengan yield 0,696%. Pada waktu 180 menit untuk suhu (80, 100, 120, 150 dan 180) C menunjukkan terjadi reaksi pembentukan furfuraldan terus meningkat sampai waktu 300 menit dengan yield tertinggi 7,192% pada suhu 100 C. Pada suhu tetap yield furfural meningkat dengan waktu, ini disebabkan adanya kontak antara zat-zat yang bereaksi dapat lebih lama, sehingga reaksi pembentukan furfural sempurna (Griffin, 1971). Peningkatan waktu akan menyebabkan ph hidrolisat menurun sehingga laju pembentukan furfural meningkat karena terbentuknya asam asetat yang berfungsi sebagai katalisator internal. Pada suhu 100 C dengan waktu 240 menit sampai 300 menit, yield furfural hanya meningkat sedikit. Pada waktu 330 menit yield furfural menurun 6,460%, hal ini terjadi karena setelah waktu optimum tercapai, yield furfural yang diperoleh cenderung menurun

19 44 akibat terjadinya proses degradasi furfural menjadi senyawa-senyawa organik lainnya, seperti asam asetat (CH 3 COOH) dan metanol (CH 3 OH) (Andaka, 2011). Menurut Andaka, (2011) dalam reaksi pembuatan furfural suhu yang tinggi dapat mempercepat reaksi pembentukan furfural. Menurut Arrhenius semakin besar suhu, maka kecepatan reaksi juga semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian karena suhu yang tinggi tidak dapat mempercepat reaksi pembentukan furfural. Suhu yang tinggi (120, 140 dan 160 C) hanya mempercepat air menguap, dibandingkan dengan kecepatan reaksi pembentukan furfural. Dari penelitian sebelumnya, suhu optimum untuk melakukan hidrolisis adalah 100 C(Andaka, 2011). Dalam penelitian ini asam-asam organik yang terdapat dalam belimbing wuluh memerlukan waktu yang tinggi yaitu 5 jam untuk menghidrolisis pentosan yang ada pada sembung rambat dengan yield tertinggi7,192% pada suhu 100 C. Penggunaan katalis asam sulfat lebih cepat menghasilkan furfural, hal ini ditunjukkan pada waktu 30 menit furfural sudah terbentuk dan terus meningkat dengan bertambahnya waktu.katalis 20% asam sulfat merupakan asam kuat dengan ph ± 0,2 dengan bilangan asam 222,83 g/g (2,2695 N) dan memiliki lebih banyak ion H + untuk menghidrolisis pentosan dibandingan dengan asam belimbing wuluh.yield tertinggi terdapat pada waktu 150 menit dengan nilai 11,13%. Pada waktu 180 menit terjadi penurunan yield furfural karena konsentrasi asam telah mencapai batas yang optimum menjadi asam furoat sebagai hasil dari pemecahan gugus aldehid dan terbentuk sejenis damar yang bewarna hitam.

20 45 Pada penelitian ini, pembuatan furfural dari sembung rambat menggunakan katalis asam sulfat 20% menghasilkan yield sebesar 11,13 % yang lebih tinggi dibandingkan dengan yield yang dihasilkan pada penelitian Shafeeq, et al. (2015) sebesar 8,3% dengan kondisi yang sama yaitu suhu 120 o C dan menggunakan katalis asam sulfat 20%, hal ini menunjukkan bahwa kadar pentosan pada sembung rambat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar pentosan pada tongkol jagung. Pengaruh waktu dalam pembuatan furfural mempunyai trend yang sama, yaitu setelah mencapai titik maksimum maka akan terjadi penurunan. Trend penelitian pembuatan furfural dari sembung rambat dengan menggunakan katalis asam belimbing wuluh dan asam sulfat dengan pengaruh waktu dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini Katalis Asam Sulfat Katalis Belimbing wuluh Yield Furfural % Waktu (menit) Gambar 4.2 Trend Pengaruh Waktu Terhadap Yield Furfural

21 46 Dari Gambar 4.2 dapat dilihat yield furfural pada pembuatan furfural dari sembung rambat menggunakan katalis asam belimbing wuluh lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan furfural dari sembung rambat dengan katalis asam sulfat. Hal ini menunjukan bahwa ion H + pada asam sulfat lebih tinggi dibandingkan dengan ion H + pada belimbing wuluh. Persamaan matematis untuk pembuatan sembun rambat dengan katalis asam sulfat yaitu : y = -0,0001x 2 + 0,0901x - 0,2766 dengan R 2 =0,963 dengan y adalah yield furfural dan x adalah waktu (menit). Pada penggunaan katalis belimbing wuluh pada suhu 100 o C pembentukan furfural baru terjadi pada waktu 150 menit.yield furfural dari sembung rambat dengan katalis asam belimbing wuluh sebesar 7,192% pada waktu 330 menit. Katalis belimbing wuluh memerlukan waktu lebih lama dalam menghidrolisis pentosan karena belimbing wuluh mengandung banyak air, sehingga dengan menguapnya air maka konsentrasi asam belimbing semakin pekat sehingga ph semakin turun dan ionion H + lebih cepat menghidrolisis pentosan dalam membentuk furfural. Persamaan matematis pembuatan furfural dari sembung rambat dengan katalis belimbing wuluh yaitu: y = -0,0003x 2 + 0,1902x 21,0457 dengan R 2 = 0,968. Sembung rambat mengandung pentosan yang tinggi dibandingkan dengan penggunaan bahan baku ampas tebu dan tongkol jagung dengan penggunaan katalis asma sulfat. Untuk katalis belimbing wuluh memerlukan waktu yang lebih lama, karena asam belimbing wuluh banyak mengandung air sehingga memerlukan waktu dalam memekatkan asam belimbing wuluh.

22 47 Mekanisme untuk pembentukan furfural dengan metode yang umum dilakukan yaitu dengan penggunaan katalis asam ini masih menjadi subyek perdebatan (Vinueza, et. al. 2014). Mekanisme pembentukan furfural paling mungkin dimulai dengan bentuk siklik dari xylose (bentuk siklik dari xylose, piranosa, disajikan berdasarkan studi mekanisme yang merupakan dalam persetujuan dengan studi kinetik konversi xylose menjadi furfural. Mekanisme reaksi pembentukan furfural dimulai dari hidrolisis sembung rambat yang merupakan tumbuhan mengandung karbohidrat dengan senyawa penyusunnya adalah holoselulosa, lignin dan pentosan. Pentosan pada sembung rambat dihidrolisis dengan ion H + dari asam organik pada belimbing wuluh menghasilkan pentosa. Pentosa dihidrolisis dengan ion H + membentuk senyawa 1,2 enediol. Senyawa 1,2 enediol ini dihidrolisis lagi oleh ion H + menghasilkan xylose dan air.xylose dihirolisis kembali oleh ion H + menghasilkan furfural dan air. Ion H + berfungsi sebagai ion transfer dalam pembentukan furfural. Mekanisme reaksi pembentukan furfural dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

23 48 Asam Asetat (A) Asam Sitrat (A) Belimbing Wuluh H + Asam Formiat (A) Asam Oksalat (A) Sembung Rambat Hidrolisis H + Pentosan Pentosan H + H + -H 2 O H + B Xylulose Xylose 1,2 enediol H + -2H 2 O Furfural Gambar 4.3 Mekanisme Reaksi Pembentukan Furfural[(A) Chemspider, 2013 (B) Vinueza, et al. 2015)]

24 Identifikasi Furfural Yang dihasilkandengan Uji Warna Furfural yang dihasilkan kemudian diindentifikasi dengan uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi anilin asetat dengan perbandingan (1:1). Furfural diidentifikasi dengan adanya perubahan warna menjadi merah bata. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada penggunaan katalis asam belimbing wuluh dan asam sulfat (H 2 SO 4 ) Indentifikasi Furfural Dengan Uji Warna Untuk Katalis Asam Belimbing Wuluh Furfural yang dihasilkan dari sembung rambat dengan katalis belimbing wuluh diindentifikasi dengan menggunakan pereaksi anilin asetat. Hasil uji warna furfural dengan reagen anilin asetat dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini. 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 160 menit 180 menit Gambar 4.4 Uji Warna Furfural Dengan Katalis Asam Belimbing Wuluh Pada Suhu 120 C Dari gambar 4.4 dapat dilihat pada waktu 30 menit sampai 150 menit tidak terjadi perubahan warna menjadi merah tua. Perubahan warna hanya menjadi kuning seperti warna reagen anilin asetat. Hal ini menunjukkan tidak terjadi pembentukan furfural sehingga furfural tidak terkondensasi dengan anilin membentuk senyawa

25 50 dianil hidroksiglukoat dialdehida dan tidak terjadi pemecahan cincin furfural membentuk aldehida. Pada waktu 180 menit (3 jam) terbentuk warna merah tua yang mengindikasikan terbentuknya furfural Indentifikasi Furfural Dengan Uji Warna Untuk Katalis Asam Sulfat Furfural yang dihasilkan dari sembung rambat dengan katalis asam sulfat diindentifikasi dengan menggunakan pereaksi anilin asetat. Hasil uji warna furfural dengan reagen anilin asetat dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini. 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 150 menit 180 menit Gambar 4.5 Perubahan Warna Furfural dengan Katalis Asam Sulfat Pada Suhu 120 C Dari gambar 4.5 dapat dilihat dari waktu 30 menit sampai 180 menit terjadi perubahan warna menjadi merah tua, hal ini menunjukkan furfural sudah terbentuk pada waktu 30 menit. Hal ini menunjukkan pentosan pada sembung rambat dapat cepat dihirolisis oleh H + dari asam sulfat (H 2 SO 4 ), sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk terjadinya reaksi pembentukan furfural. Untuk memperkuat hasil yang didapat adalah furfural maka dapat dianalisis dengan FTIR. FTIR berfungsi untuk penentuan gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa, sehingga dapat diketahui senyawayang dihasilkan adalah furfural.

26 Identifikasi Furfural dengan FTIR Analisis FTIR untuk menentukan gugus-gugus fungsi untuk memperkuat destilat yang dihasilkan merupakan furfural. Hasil FTIR dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini. % Transmittance , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,27 Katalis Asam Sulfat Katalis Belimbing Wuluh 2800, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,28 948,72 860,53 800,00 767,43 700,00 Wavenumber (cm -1 ) Gambar 4.6 Hasil Analisis FTIR Furfural dengan Katalis Asam Belimbing Wuluhdan Asam Sulfat Berdasarkan spektra IR dapat dinyatakan bahwa adanya gugus aldehid dalam furfural didukung oleh adanya puncak vibrasi ulur C=O ( cm -1 ) dan C-H aldehid ( cm -1 ) masing-masing pada puncak 1674,52 cm -1 serta 2851,07 cm -1 baik untuk katalis asam sulfat dan katalis asam belimbing wuluh. Adanya ikatan C=C aromatik ditunjukkan oleh munculnya vibrasi ulur C=C aromatik (

27 52 cm -1 ) pada daerah sekitar 1521,45 cm -1. Puncak vibrasi ulur pada daerah sekitar 1166,00 pada katalis asam belimbing wuluh mendukung adanya ikatan C-O-C ( cm -1 ), begitu juga untuk katalis asam sulfat puncak vibrasi pada 1176 cm -1 mendukung adanya ikatan C-O-C dalam struktur molekul furfural. Untuk nilai vibrasi furfural standar dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Vibrasi Furfural Standar (Ong et al. 2007) No. Vibrasi Furfural Standar (cm -1 ) 1. Streching C-H aromatis 3134,61 2. Stretching C-H aldehida 2851, ,40 3. Stretching C=O aldehida 1674,36 4. Stretching C=C aromatis 1568, ,97 5. Stretching C-aldehida 1329,73 6. Stretching C-O-C 1157,79 Berdasarkan nilai vibrasi standar furfural dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dihasilkan dari hidrolisis sembung rambat adalah furfural karena menunjukkan spektra yang hampir identik dengan vibrasi furfural standar.berdasarkan nilai vibrasi standar furfural dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dihasilkan dari hidrolisis sembung rambat adalah furfural karena menunjukkan spektra yang identik dengan furfural pembanding. Untuk memperkuat hasil destilasi yang didapat adalah furfural dapat diidentifikasi dengan GCMS.

28 Identifikasi Furfural dengan Gas Kromatografi Massa Spektrokopi (GCMS) Analisis Gas Kromatografi Massa Spektrokopi (GCMS) untuk menentukan waktu retensi komponen furfural. Hasil GCMS dapat dilihat pada gambar 4.7 dibawah ini. x Katalis Belimbing Wuluh Katalis Asam Sulfat Intensity min Gambar 4.7 Hasil Analisis GCMS Furfural dengan Katalis Asam Belimbing Wuluhdan Asam Sulfat Analisis dengan menggunakan kromatografi gas memperkuat bahwa senyawa hasil hidrolisis merupakan furfural. Senyawa furfural untuk katalis belimbing wuluh ditunjukkan pada peak 2, retention time 3,386 dengan senyawa yang terindentifikasi yaitu 2,5 furandione, 3-ethyl-4-methyl yang menunjukkan golongan furfural. Untuk katalis asam sulfat, senyawa furfural ditunjukkan pada peak 3 dengan retention time

29 54 3,283 dengan senyawa yang terindentifikasi yaitu 2,5 furandione. Data dari hasil gas kromatografi dapat dilihat di Lampiran B tabel B.3 dan B.4. Furandione termasuk golongan furfural, hal ini menunjukkan hasil yang didapat adalah furfural. Pada katalis belimbing wuluh peak paling tinggi terdapat pada peak 23 yang diindentifikasi adanya senyawa tetratetracontane yang merupakan senyawa volatile yang bermanfaat sebagai senyawa inflamasi dan antianalgesik.

30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Kondisi terbaik yang diperoleh dalam mensintesis sembung rambat menjadi furfural dengan menggunakan katalis asam belimbing wuluh pada suhu 100 o C dengan waktu 300 menit dengan yield furfural 7,192%. 2. Penggunaan katalis asam sulfat menghasilkan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan katalis asam belimbing wuluh yaitu 11,13%. 3. Pengujian karakteristik furfural dilakukan dengan menggunakan uji warna dengan reagen anilin asetat yang menghasilkan warna merah tua yang mengindikasikan adanya furfural. 4. Pengujian karakteristik furfural dengan FTIR menunjukkan adanya gugus aldehid yang merupakan indikasi adanya senyawa furfural yaitu pada vibrasi 1674,52 cm -1 dan 2851,07 cm -1 yang sesuai dengan standar internasional. 5. Pengujian dengan Gas Chromatografi Massa Spektofotometer (GCMS) menunjukkan adanya senyawa furandione yang termasuk golongan furfural pada peak 3,386 untuk katalis asam belimbing wuluh dan 3,283 untuk katalis asam sulfat. 54

31 Saran Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Untuk katalis asam belimbing wuluh perlu dilakukan perlakuan awal seperti memekatkan cairan asam belimbing wuluh atau dengan mengekstraksi asamasam yang ada pada belimbing wuluh. 2. Melakukan penelitian untuk mengisolasi tetratetracontane dari daun sembung digunakan sebagai antiinflamasi dan antianalgesik. 3. Melakukan penelitian degradasi furfural dalam pembuatan asam furoat yang berasal dari degradasi furfural yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam proses delignifikasi jerami padi adalah set neraca analitik, gelas kimia 50 dan 250 ml, ph indikator, gelas ukur 100

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Pengolahan Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Furfural (The Treatment of the Corn-Knob as A Raw Material for Making Furfural)

Pengolahan Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Furfural (The Treatment of the Corn-Knob as A Raw Material for Making Furfural) Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1 006 : 45-5 45 Pengolahan Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Furfural (The Treatment of the Corn-Knob as A Raw Material for Making Furfural) Nurul Hidajati Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral Puslit Geoteknologi LIPI Bandung. Analisis proksimat dan bilangan organik dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Perternakan UIN SUSKA RIAU dan SMAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar Lampiran 2. Penentuan Faktor Koreksi pada Pengukuran Tegangan Permukaan (γ) dengan Alat Tensiometer Du Nuoy Faktor koreksi = ( γ ) air menurut literatur ( γ

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian 25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan pendidikan kimia dan laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian studi pendahuluan reaksi konversi selulosa jerami padi menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C ISOLASI DAN SINTESIS 2-FURANALDEHIDA DARI LIMBAH AMPAS TEBU

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C ISOLASI DAN SINTESIS 2-FURANALDEHIDA DARI LIMBAH AMPAS TEBU MAKALA PENDAMPING : PARALEL SEMINAR NASINAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci