PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI.MIPA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI.MIPA."

Transkripsi

1 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI.MIPA.2 SMAN 7 PADANG Zailan Syarhani Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Padang syarhanizailan@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar biologi peserta didik kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang menggunakan media pembelajaran permainan ular tangga. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan metode penelitian ini adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan media pembelajaran permainan ular tangga dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang. Rerata nilai pencapaian aktivitas belajar peserta didik pada refleksi awal hanya 21% dengan kategori kurang meningkat pada siklus I menjadi 63% dengan kategori kategori baik dan semakin meningkat pada siklus II menjadi 87,6% dengan kategori sangat baik. Lima aspek pengamatan aktivitas belajar siswa adalah aktif berdiskusi, menegrjakan LKPD, bertanya, menjawab pertanyaan, dan menanggapi/menambahkan jawaban. Kata kunci : media pembelajaran permainan, ular tangga, aktivitas belajar peserta didik, biologi SMA 1. PENDAHULUAN Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Peserta didik dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan hanya menerima materi atau konsep. Menurut Magnesen dalam (Meiyani, 2007:3), kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah (verbalistik), maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Suasana belajar yang menyenangkan akan membuat pembelajaran berjalan efektif. Apabila suasana pembelajaran tersebut menyenangkan, peserta didik akan lebih rileks, bebas dari tekanan, tertarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, bersemangat, perasaan gembira, dan konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu media yang mampu menyuguhkan materi dengan menyenangkan salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran permainan (Yusuf dan Auliya, 2011:17). Dengan menggunakan media, seorang guru dapat dengan mudah menyampaikan materi yang akan diajarkan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila seorang guru menggunakan media. Media visual berupa media pembelajaran permainan diharapkan mampu merangsang supaya pembelajaran menjadi menarik perhatian dan minat peserta didik terhadap isi pelajaran yang disampaikan. Media pembelajaran permainan dapat membantu peserta didik memahami substansi materi pembelajaran yang sukar terutama yang rumit dan kompleks dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Pengelolaan media pembelajaran permainan sudah sangat dibutuhkan. Menurut Yusuf dan Auliya (2011:18), media pembelajaran permainan edukatif adalah semua alat permainan yang bersifat mendidik atau digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari peserta didik dalam pembelajaran. Seperti kita ketahui pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang aktif. Media 87

2 pembelajaran permainan mempunyai kemampuan untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran permainan, peranan guru tidak kelihatan tetapi interaksi antar peserta didik menjadi lebih menonjol. Dengan media pembelajaran permainan, setiap peserta didik menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Seringkali masalah-masalah yang peserta didik hadapi dipecahkan sendiri terlebih dahulu. Bila peserta didik tidak bisa baru menanyakan kepada guru. Karena interaksi seperti ini peserta didik jadi mengetahui kekuatan masing-masing dan dapat memanfaatkannya. Guru dapat benar-benar berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelompok belajar (Sadiman, dkk, 2010: 79). Belajar sambil bermain merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Belajar sambil bermain membuat peserta didik tidak merasa tertekan dan bosan saat pembelajaran. Media pembelajaran permainan ular tangga memiliki kelebihan, yaitu peserta didik merasa senang belajar menggunakan media ini, dapat memperakrab pertemanan, menarik, tidak membuat peserta didik bosan saat belajar biologi, dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik, dan dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Yusuf dan Auliya (2011:15), yang menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran permainan memberi banyak manfaat, yaitu konsentrasi peserta didik meningkat sehingga muatan kognitif yang ada dalam media pembelajaran permainan semakin cepat diserap. Secara tidak langsung pembelajaran menggunakan media permainan telah berhasil membawa peserta didik untuk menyenangi materi yang diajarkan. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan proses pembelajaran biologi di kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang, aktivitas belajar peserta didik masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar peserta didik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Dari 29 orang peserta didik hanya 34% yang aktif dalam berdiskusi. 2. Dari 29 orang peserta didik hanya 34% yang mengerjakan LKPD hingga selesai sesuai waktu yang diberikan. 3. Dari 29 orang peserta didik hanya 14% yang bertanya baik saat kelompok lain presentasi maupun saat diberikan kesempatan bertanya oleh guru. 4. Dari 29 orang peserta didik hanya 17% yang menjawab pertanyaan dari guru maupun pertanyaan saat presentasi. 5. Dari 29 orang peserta didik hanya 6% yang memberi timbal balik/menanggapi jawaban dan menambahkan jawaban yang diberikan oleh kelompok penyaji. Saat refleksi awal terlihat peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. Saat diminta mempresentasikan hasil diskusinya, jarang sekali kelompok yang mengajukan diri, sehingga guru harus menunjuk kelompok tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setelah presentasi dan diminta tambahan dan pertanyaan, sangat jarang peserta didik menambahkan dan bertanya. Jikapun ada pertanyaan, maka setelah kelompok penyaji menjawab, kelompok lain akan langsung setuju tanpa ada timbal balik baik berupa tambahan jawaban maupun sanggahan. Berdasarkan latar belakang di atas maka media pembelajaran permainan ular tangga dapat menjadi media pembelajaran alternatif serta dapat membantu guru dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran akan berjalan dengan efektif. berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Penerapan media pembelajaran permainan ular tangga untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang. II.KERANGKA TEORITIS Segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas/proses pembelajaran. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan peserta didik. Aktivitas itu berupa: kehadiran, pembahasan materi, diskusi. Aktivitas yang dilakukan peserta didik merupakan hal penting dalam proses pembelajaran, tanpa adanya aktivitas maka proses berlangsungnya pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Sudirman mengemukakan bahwa ciri-ciri ada dan terjadinya interaksi yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang salah satunya yaitu ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Aktivitas peserta diidk yang 88

3 dimaksud antara lain mengajukan pertanyaan, berani mengemukakan pendapat di dalam kelompok, menanggapi pendapat teman dan lain sebagainya. Aktivitas peserta didik tidak hanya dinilai dari partisipasinya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, akan tetapi aktivitas peserta didik dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif. Paul B. deidrich (dalam sardiman, 1986: 100), membuat indikator yang menyatakan bahwa aktivitas peserta didik dalam berlangsungnya proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi serta memperhatikan penjelasan guru. 2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan diskusi serta pidato. 4) Writing activities, seperti menulis, mencatat materi, tugas, dan membuat laporan. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik dan membuat peta konsep. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model dan melakukan demonstrasi. 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan yang terjadi dan mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tegang, tenang dan gugup. c. Manfaat Media Pembelajaran Arsyad dalam (2002:21-23), mengemukakan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses mengajar sebagai berikut: 1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya dan memungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. 3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu: a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realia, film, radio dan model. b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar. c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui video, film, foto, slide disamping secara verbal. d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat disampaikan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer. e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, video dan film. f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung api atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama. 4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman pada peserta didik tentang peristiwa peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan museum atau kebun binatang. Sedangkan menurut Midun (Asyhar, 2012:40-41), secara umum beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto, dan narasumber. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing. 89

4 2. Dengan menggunakan media, peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran. 3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karyawisata. 4. Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi, atau dilihat oleh peserta didik baik karena ukuran maupun rentang waktu prosesnya. 5. Media media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks dan majalah. 6. Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektifitas pembelajaran pun meningkat. 7. Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasi, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya karya yang inovatif. 8. Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. 9. Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro. 3. Media Pembelajaran Permainan Menurut Sudono (Yusuf dan Auliya, 2011:18), alat permainan adalah alat yang digunakan untuk memenuhi naluri bermain dan memiliki berbagai macam sifat, seperti bongkar pasang, pengelompokkan, memadukan, mencari padanan, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Media permainan edukatif adalah semua alat permainan yang bersifat mendidik atau digunakan dalam pembelajaran. Media permainan bersifat produktif dan menyenangkan karena menghasilkan nilai yang lebih baik bagi penggunanya dan membuat senang ketika menggunakannya. Permainan (games) adalah kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama, yaitu: (1) pemain, (2) lingkungan dimana pemain berinteraksi, (3) aturan main, (4) tujuan yang ingin dicapai. Atas dasar sifatnya, permainan dibedakan menjadi permainan kompetitif dan permainan non kompetitif. Permainan kompetitif mempunyai tujuan yang jelas dan pemenang dapat diketahui dengan cepat. Sebaliknya permainan non kompetitif tidak mempunyai pemenang sama sekali karena pada hakikatnya pemain berkompetisi dengan sistem permainan itu sendiri (Sadiman, dkk, 2010: 75-78). III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran permainan ular tangga dalam pembelajaran biologi dengan tujuan untuk meningkatkan ativitas belajar peserta didik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 7 Padang pada semester ganjil tahun pelajaran sejalan dengan proses pembelajaran. Pengumpulan data dimulai pada tanggal Juli 2017 sampai pada tanggal Oktober Penelitian yang akan dilakukan pada materi sistem gerak. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 tahun pelajaran berjumlah 29 orang, laki-laki 8 orang dan perempuan 21 orang. Alasan penulis memilih kelas ini karena penulis adalah guru yang mengajar biologi di kelas ini. Peserta didik kelas ini adalah peserta didik yang paling kurang aktivitas belajar biologinya dibanding kelas lainnya. D. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan terdiri atas 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus I dan II terdiri dari 4 tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan reflkeksi. 1. Refleksi awal 90

5 Dalam perencanaan suatu tindakan yang dilakukan, berpedoman pada permasalahan yang dihadapi seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah yaitu peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi awal di kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang, kurangnya aktivitas peserta didik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas peserta didik pada refleksi awal (data diambil bulan Juli 2017) No Aktivitas yang diamati Jumlah Presentase 1. Aktif berdiskusi 10 34% 2. Mengerjakan LKPD 10 34% 3. Bertanya 4 14% 4. Menjawab pertanyaan 5 17% 5. Menanggapi/menambahkan jawaban 2 6% Rata-rata aktivitas 21% Berdasarkan data tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan media pembelajaran permainan ular tangga untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang. 2. Siklus I a. Perencanaan Perencanaan tindakan adalah kegiatan menyusun rencana penelitian tindakan yang diselenggarakan dalam proses pembelajaran. Perencanaan disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif dan situsional. Sedangkan sifatnya fleksibel dan dapat dirubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Adapun yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan meliputi: 1. Menentukan siklus yang terdiri dari dua siklus. 2. Menentukan kelas penelitian yaitu kelas XI.MIPA.2 3. Menentukan materi, yaitu pada pokok bahasan Jaringan hewan. 4. Menyusun RPP. 5. Menyusun lembar kerja peserta didik (LKPD). 6. Menyusun bahan ajar. 7. Menyiapkan media pembelajaran permainan ular tangga, aturan permainan dan kartu soal. 8. Menyusun lembaran pengamatan. 91

6 Gambar 2. papan permainan ular tangga Aturan permainan: 1. Urutan permainan setiap kelompok ditentukan dengan melempar dadu. 2. Kelompok yang mendapat giliran maju akan melemparkan dadu. 3. Lalu mengambil 1 kartu soal. 4. Lalu membacakannya di depan kelas. 5. Setelah itu kelompok penyaji mempresentasikan jawaban dari kartu soal. 6. Jika jawaban benar maka pion/nomor kelompok penyaji akan maju pada papan ular tangga sesuai angka dadu yang diperoleh, jika jawaban salah maka pion/nomor kelompok penyaji tidak diperbolehkan maju. 7. Jika pemain maju ke petak tangga, pion/nomor kelompok penyaji akan naik jika jawaban benar dan jika jawaban salah maka pion/nomor kelompok penyaji tetap berada di petak tersebut dan tidak boleh naik. 8. Jika pemain maju ke petak ular maka pion/nomor kelompok penyaji harus turun jika jawaban salah dan jika jawaban benar maka pion/nomor kelompok penyaji tetap berada di petak tersebut dan tidak harus turun. 9. Kelompok lain yang bertanya, menambahkan dan menjawab pertanyaan akan mendapatkan bonus sebanyak 3 langkah (untuk bertanya, menambahkan dan menjawab pertanyaan, jika maju 3 langkah mengakibatkan pion/nomor berada di petak tangga atau ular maka itu tidak akan berpengaruh/tidak naik dan tidak turun). 10. Kelompok yang pertama kali menyelesaikan LKPD akan mendapat bonus sebanyak 7 langkah. b. Pelaksanaan/tindakan Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana dan 2 orang guru biologi bertindak sebagai observer atau pengamat. Pelaksanaan tindakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan fokus pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Tabel 2. Jadwal pelaksanaan dan pengumpulan data penelitian Pertemuan Hari/tanggal Materi 92

7 I Kamis, Komponen penyusun sistem gerak pada manusia 2. Fungsi rangka tubuh manusia 3. Tulang penyusun rangka aksial dan apendikular pada manusia II Jumat, Bentuk-bentuk tulang pada manusia 2. Proses pembentukan dan perkembangan tulang pada manusia 3. Struktur tulang pada manusia dan fungsinya III Kamis, Struktur persendian pada manusia 2. Tipe-tipe persendian pada manusia dan letaknya IV Jumat, Struktur otot rangka pada manusia 2. Mekanisme kerja otot pada manusia 3. Jenis kerja otot pada manusia Pada tahap ini, proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran permainan ular tangga pada setiap siklusnya dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Sebelum pemberian tindakan dalam pembelajaran, peserta didik diberi tugas meringkas di rumah pada materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Permberian tugas meringkas di rumah bertujuan untuk memantapkan, mendalami, memperkaya materi dan menemukan suatu pengetahuan. Peneliti mengharapkan dengan pemberian tugas meringkas materi yang akan dibahas di sekolah, peserta didik sudah mempunyai bekal pengetahuan sebelum proses pembelajaran berlangsung sehingga memudahkan peserta didik dalam mengisi LKPD dan menjawab kartu soal dalam permainan ular tangga. Setelah peserta didik mengerjakan tugas meringkas di rumah, dilanjutkan dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran permainan ular tangga. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun. c. Pengamatan Pengamatan bertujuan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Peneliti perlu mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan. Pengamatan dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Pada pengamatan peneliti dibantu oleh Riska Mindarsari Jalil, S.Pd dan Lilis Endriyani Muchlis, S.Pd yang bertindak sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi. Aktivitas peserta didik yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung terlampir di dalam lembar observasi. d. Refleksi Pada tahap ini dikumpulkan semua bentuk data yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan aktivitas belajar peserta didik. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki kekurangan siklus I dan menjadi tindak lanjut dalam siklus II. Setelah dilakukan refleksi, maka disusun rencana berdasarkan informasi yang terjadi pada siklus I untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan sama dengan siklus I yaitu penggunaan media pembelajaran permainan ular tangga. Namun ada sedikit perubahan dikarenakan persentase aktivitas menjawab pertanyaan yaitu 57% dan menanggapi/menambahkan jawaban yaitu 52% pada siklus 1 yang masih dibawah indikator keberhasilan penelitian yaitu 61%. Untuk meningkatkan aktivitas menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban, maka aturan permainan pada siklus 2 sedikit diubah, yaitu bonus langkah untuk menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban yang pada siklus 1 yaitu 3 langkah, pada siklus 2 menjadi 5 langkah. Hal ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk semakin aktif menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban. E. Variabel dan Data 1. Variabel Variabel pada penelitian tindakan kelas terdiri dari: 93

8 a. Variabel bebas berupa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran permainan ular tangga b. Variabel terikat yaitu aktivitas peserta didik 2. Data penelitian a. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu yang diperoleh langsung dari peserta didik mengenai aktivitas belajar peserta didik setelah penelitian ini dilakukan. b. Sumber data Sumber data adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 yang berjumlah 29 orang pada SMAN 7 Padang Tahun Pelajaran 2017/2018. F. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar aktivitas belajar peserta didik. Lembar aktivitas belajar peserta didik digunakan untuk menegtahui perkembangan aktivitas belajar peserta didik. Aktivitas yang diamati oleh observer dengan menggunakan instrumen aktivitas peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Instrumen aktivitas peserta didik No. Aktivitas yang diamati Jumlah Presentase 1. Aktif berdiskusi 2. Mengerjakan LKPD 3. Bertanya 4. Menjawab pertanyaan 5. Menanggapi/menambahkan jawaban Rata-rata aktivitas Cara observer mengisi lembar observasi dengan cara menghitung berapa banyak peerta didik yang menunjuk (mengacungkan tangan) untuk aktivitas 3, 4, dan 5, sedangkan aktivitas 1 dan 2 dengan cara observer berjalan memperhatikan peserta didik. G. Teknik Pengumpul Data Teknik pengumpul data yang dilakukan adalah melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas peserta didik yang sudah disiapkan. Lembaran aktivitas peserta didik digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. H. Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu analisis persentase keaktifan peserta didik. Data yang diperoleh dari setiap lembar observasi aktivitas peserta didik dicari persentasenya dengan menggunakan rumus: P = F N x 100% Dengan: P = persentase keaktifan peserta didik F = jumlah peserta didik yang aktif N = jumlah seluruh peserta didik (Sadjana, 1991:131) Persentase aktivitas rata-rata selama 1 siklus didapat dengan menjumlahkan pesentase aktivitas setiap kali pengamatan dalam satu siklus dibagi dengan jumlah pengamatan pada siklus tersebut. Selanjutnya hasil analisa dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Tindakan ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase aktivitas peserta didik meningkat untuk setiap siklus, dan tidak berhasil apabila rata-rata persentase aktivitas menurun untuk setiap siklus. 94

9 Standar penilaian yang digunakan untuk kesimpulan tersebut berupa %, (2008 :248) adalah : 80% aktivitas 100% : Sangat Baik 61% aktivitas 80% : Baik 41% aktivitas 60% : Cukup 21 % aktivitas 40 % : kurang 0 % aktivitas 20 % : Sangat Kurang menurut Arikunto I. Indikator Indikator yang diharapkan pada akhir penelitian ini adalah keterlibatan aktif peserta didik dalam pembelajaran. Pada akhir penelitian diharapkan untuk setiap kali pertemuan peserta didik yang mengerjakan LKPD, bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi jawaban dan aktif berdiskusi meningkat presentasenya pada kategori baik yaitu 61%. IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Hasil pengamatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran menggunakan media pembelajaran permainan ular tangga dapat diukur dengan menggunakan lembar aktivitas peserta didik. Pada bagian ini dimuat hasil penelitian tentang aktivitas belajar peserta didik di kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar peserta didik, diperoleh data sebagai berikut: 1. Hasil penelitian pada siklus I Pertemuan pertama siklus I pada tanggal 5 Oktober 2017 dan pertemuan kedua tanggal 6 Oktober Aktivitas peserta didik pada siklus I terlihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Data hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I N o Aktivitas Peserta Didik Pertemuan Ke 1 2 Jml % Jml % Persentase Rata-Rata (%) 1 Aktif berdiskusi 17, Mengerjakan LKPD ,5 3 Bertanya ,5 4 Menjawab pertanyaan Menanggapi/menambahkan jawaban Total aktivitas pertemuan 51,5 74,6 Total aktivitas siklus I Nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik 63% termasuk kategori baik menurut skala peniaian Arikunto. Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I telah meningkat dibandingkan dengan aktivitas belajar peserta didik pada refleksi awal yaitu 21% yang berada pada kategori kurang. 2. Hasil penelitian pada siklus II Pertemuan pertama siklus II pada tanggal 12 Oktober 2017 dan pertemuan kedua tanggal 13 Oktober Aktivitas peserta didik pada siklus II terlihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Data hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II N o Aktivitas Peserta Didik Pertemuan Ke 1 2 Jml % Jml % Persentase Rata-Rata (%) 1 Aktif berdiskusi ,5 2 Mengerjakan LKPD ,5 3 Bertanya 24,

10 4 Menjawab pertanyaan , Menanggapi/menambahkan jawaban Total aktivitas pertemuan 83,8 91,4 Total aktivitas siklus II 87,6 Nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik 87,6% termasuk kategori sangat baik menurut skala peniaian Arikunto. Aktivitas belajar peserta didik pada siklus II telah meningkat dibandingkan dengan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I yaitu 63% termasuk kategori baik. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dari pembelajaran pada refleksi awal ke siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Perbandingan aktivitas belajar peserta didik pada refleksi awal, siklus I dan siklus II N o Aktivitas Peserta Didik Refleksi Awal Siklus 1 2 % Kriteria % Kriteria % Kriteria 1 Aktif berdiskusi 34 Kurang 68 Baik 86,5 Sangat baik 2 Mengerjakan LKPD 34 Kurang 75,5 Baik 98,5 Sangat baik 3 Bertanya 14 Sangat kurang 63,5 Baik 87 Sangat baik 4 Menjawab pertanyaan 17 Sangat kurang 57 Cukup 85 Sangat baik 5 Menanggapi/menambahkan 6 Sangat kurang 52 Cukup 81 Sangat baik jawaban Rata-rata aktivitas 21 kurang 63 baik 87,6 Sangat baik Peningkatan aktivitas peserta didik pada Tabel 6 akan lebih jelas dilihat pada grafik berikut total aktivitas belajar peserta didik refleksi awal siklus 1 siklus 2 total aktivitas belajar peserta didik Gambar 3. Grafik total aktivitas belajar peserta didik 96

11 refleksi awal siklus 1 siklus A B C D E Gambar 4. Grafik hasil analisis data aktivitas belajar peserta didik selama penelitian Keterangan: A= Aktif berdiskusi B= Mengerjakan LKPD C= Bertanya D= Menjawab pertanyaan E= Menanggapi/menambahkan jawaban Pada grafik di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik yang cukup signifikan pada seluruh aspek yang diamati dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus I indikator keberhasilan penelitian pada setiap aspek yaitu 61% belum semuanya tercapai. Aspek aktif berdiskusi, mengerjakan LKPD dan bertanya sudah mencapai indikator keberhasilan namun aspek menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban masih di bawah indikator keberhasilan. Pada siklus II dilakukan sedikit perubahan dari siklus I. Untuk meningkatkan aktivitas menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban, maka aturan permainan pada siklus 2 sedikit diubah, yaitu bonus langkah untuk menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban yang pada siklus 1 yaitu 3 langkah, pada siklus 2 menjadi 5 langkah. Hal ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk semakin aktif menjawab pertanyaan dan menanggapi/menambahkan jawaban. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, data hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran permainan ular tangga dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI.MIPA.2 SMAN 7 Padang. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan rekomendasi untuk menerapkan media pembelajaran permainan ular tangga dalam proses pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. 97

12 DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S., & Praktik, P. P. S. P. (2002). Rineka cipta. Yogyakarta. [2] Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. [3] Susilana, R., Si, M., & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. CV. Wacana Prima. [4] Wachidah, N. (2011). Korelasi antara motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan Pramuka dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VII di MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo). 98

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII A MTS MA ARIF AMBARWINANGUN Anggara Bari Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG Widia Ningsih 1, Niniwati 1, Fazri Zuzano 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Ringin Harjo 01 kelas 4 Pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa ppembelajaran

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Meskipun SD ini SD inti, tetapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

*Keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 115-121 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUSANTI A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUSANTI A PENERAPAN STRATEGI SURVEY, QUETION, READ, RECITE AND REVIEW (SQ3R) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV DI SD NEGERI NGLOROG 5 SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Review Pendidikan Islam. Volume 01, Nomor 02, Desember 2014

Jurnal Review Pendidikan Islam. Volume 01, Nomor 02, Desember 2014 Jurnal Volume 01, Nomor 02, Desember 2014 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POLITIK (MONOPOLI MATEMATIKA) PADA MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN BERAT DI MIN MANISREJO KOTA

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DISERTAI MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Selanjutnya dalam penelitian ini diperoleh data-data berupa data kualitatif

METODE PENELITIAN. Selanjutnya dalam penelitian ini diperoleh data-data berupa data kualitatif 18 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini penelitian tindakan dimana peneliti berinteraksi langsung dengan subjek di lapangan, atau sering dinamakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA BIOLOGI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA KELAS X SMA

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA BIOLOGI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA KELAS X SMA ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA BIOLOGI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA KELAS X SMA OLEH MARIESSA WAHYU FITRI A1C410038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO Oleh Budi Hartono (1), Vidya Pratiwi (2) ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN 2354-614X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA Aswin Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan 7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Arsyad (2011:2-3) mengatakan bahwa media adalah bagian yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Dalam pembelajaran ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan salah satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI PENGGUNAAN STILL PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-4 SMA N 1 BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS III SEMESTER II SD NEGERI 2 RAWOH KECAMATAN KARANGRAYUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI Ana Susanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: santiana998@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian 69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Abadi Penawar Jaya Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkembang akan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN

PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN Moro, H.K.E.P, Nani Aprilia, Tatag Bagus P, Novi Febrianti, Irfan Yunianto, Risanti Dhaniaputri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI GO TO YOUR POST UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

IMPLEMENTASI STRATEGI GO TO YOUR POST UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA IMPLEMENTASI STRATEGI GO TO YOUR POST UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (PTK DI SMP AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012) Rita P.Khotimah, Tiara Adi Handayani,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ROSLIANA Guru SMP Negeri 3 Tapung rrosliana911 @gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan penekanan terhadap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK Rustam Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peningkatan Pembelajaran Istilah peningkatan diambil dari kata dasar tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang penting bagi setiap individu bahkan Negara. Dalam kehidupan yang penuh persaingan saat ini, seseorang diperhitungkan kedudukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMET) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA N 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Shinta Arwidya

Lebih terperinci

Keyword: concept sentence model, flashcard media, writing skills

Keyword: concept sentence model, flashcard media, writing skills PENGGUNAAN MODEL CONCEPT SENTENCE DENGAN MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SEMAWUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Nur Rahma Suciatika 1, Suhartono 2,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS 2.596 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 27 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS THE IMPROVEMENT OF STUDENTS ACTIVITIES

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KONDISI GEOGRAFIS DAN PENDUDUK KELAS VII B DI SMP N 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA RINGKASAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Lebih terperinci

(TPS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 TASIKMADU KARANGANYAR 2010/2011

(TPS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 TASIKMADU KARANGANYAR 2010/2011 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan

Lebih terperinci

Ruri SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan-Banten. Abstrak

Ruri SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan-Banten. Abstrak PENGGUNAAN ALAT PERAGA MANIPULATIF DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SUBSTANSI GENETIKA DI SMA NEGERI 9 KOTA TANGERANG SELATAN Ruri ruri.biologi@gmail.com SMA Negeri 9 Kota Tangerang

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG Yunita Eka Putri 1, Lutfian Almash 2, Syukma Netti 1 1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02 PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02 Darsino SDN GEBANGSARI 02 GENUK ABSTRAK Penelitian ini terfokus pada peningkatan

Lebih terperinci