EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah Disusun oleh: ULFATU ROSYIDAH NIM PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013

2 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS BMT TUMANG CABANG CEPOGO TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah Disusun oleh: ULFATU ROSYIDAH NIM PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013 ii

3

4

5 ABSTRAK Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan musyarakah dan untuk mengetahui efektifitas sistem pengendalian intern pada pemberian pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo. Metode analisis yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu metode analisis yang bersifat deskriptif dengan perbandingan antara teori dengan praktik yang dijalankan pada obyek penelitian. Penulis menggunakan empat unsur sistem pengendalian intern dalam eveluasi tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh dengan membandingkan antara teori dengan praktik yang terjadi pada KJKS BMT Tumang cabang Cepogo, menunjukkan bahwa sebagian penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern sudah sesuai dengan teori yang ada meski masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan yang terjadi yaitu masih adanya satu personil yang menjalankan lebih dari 1 (satu) fungsi, tidak digunakannya form dengan nomor urut tercetak dalam pelaksanaan operasionalnya, serta kurang efektifnya sistem panjaringan karyawan baru. Sehingga efektifitas kerja organisasi dalam pembiayaan kurang terjaga. Dari hasil analisis tersebut pemecahan masalah yang terjadi dapat dilakukan dengan membenahi penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern agar sistem kerja KJKS BMT Tumang cabang Cepogo lebih terstruktur dan efektif. Dalam rangka menghindari perangkapan fungsi dari 1 (satu) personil, perlu ditambahkan karyawan dalam operasionalnya, dan perlu adanya penggunaan form bernomor urut tercetak guna mempermudah proses pencatatan dan penyimpanan data nasabah. Serta perlu diperhatikan dalam proses merekrut karyawan baru, agar mendapatkan SDM yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Kata Kunci: Pembiayaan musyarakah dan sistem pengendalian intern v

6 MOTTO : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Alam Nasyrah: 6) If there is a will, there is a way (Albert Einstein) Hidup untuk menjadi berguna, bukan hanya menggunakan Kehormatan dan kepercayaan seseorang, tergantung kepada sikap tanggungjawabnya Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi (Al-Kahfi : 23).. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujaadilah : 11) Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Agar kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu (Nuh : 19-20) vi

7 PERSEMBAHAN Dengan segenap jiwa raga, tanpa semuanya tidak akan ada daya. Maka Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada: Allah SWT Atas atas izin, rahmad, berkah, ridla, dan kehendak Mu, semua ini dapat berjalan dengan baik dan lancar Rasulullah Muhammad SAW Tauladan dan tuntunan umat manusia, menuju ridla Allah SWT Ayah Tercinta Perjuangan yang tiada henti untuk anakmu yang takkan pernah terlupakan sepanjang masa Ibu Tercinta Do amu yang selalu menaungiku dalam segala keadaan untuk mendapatkan yang terbaik, akan menjadi prasati yang takkan pernah pudar Saudara-saudaraku Apresiasi yang tak pernah terlupa, bersama sebagai sahabat dan kerabat Teman-teman dalam Perjalanan Hidup Thanks a lot of your apresiation for my trip Sahabat-sahabat DIII Perbankan Syariah 2010 Perjalanan bersama suka dan duka, kan menjadi kenangan dalam menggapai sukses di masa yang akan datang (Terimakasih atas semuanya) vii

8

9 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo dengan lancar guna memenuhi syaratsyarat kelengkapan dalam memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Perbakan Syariah Jurusan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam perjalanan penyusunan penelitian ini, tentunya hambatan dan rintangan sering datang silih berganti. Pada saat itu hanya Allah SWT yang mampu menjaga motivasi dan semangat penulis untuk tetap melaju dalam menyelesaikan tugas ini. Kelancaran terselesaikannya tugas akhir ini juga berkat adanya dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bapak Abdul Aziz NP, S.Ag., M.M., selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. ix

10 3. Bapak Taufikur Rahman, S.E.,M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini. 4. Keluarga besar KJKS BMT Tumang Cepogo yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan pemberian data yang diperlukan. 5. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala kasih dan restu, dukugan yang berupa material dan spiritual yang tak ternilai harganya. 6. Saudara-saudara yang telah menemani dan memberikan dorongan serta semangat yang luar biasa. 7. Sahabat-sahabat DIII Perbankan Syariah 2010 yang telah memenuhi harihari penulis dengan penuh semangat. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terlibat dalam pembuatan karya tulis ini Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Boyolali, 2 September 2013 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Kegunaan... 6 D. Metode Penelitian... 7 E. Batasan Masalah F. Penelitian Terdahulu G. Penegasan Istilah H. Sistematika Penulisan xi

12 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pengendalian Intern B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) C. Pembiayaan D. Pembiayaan Musyarakah BAB III LAPORAN OBYEK A. Gambaran Umum B. Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo B. Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3. 1 Susunan Pengurus dan Pengawas KJKS BMT Tumang xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 2. 1 Skema Pembiayaan Musyarakah Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Bagan Prosedur Permohonan Pembiayaan Bagan Prosedur Persetujuan Pembiayaan Bagan Prosedur Akad Pembiayaan Bagan Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan Bagan Prosedur Pencatatan Akuntansi xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup : Lembar Konsultasi : Surat Keterangan Pembimbing : Satuan Kredit Kerja : Formulir Permohonan Pembiayaan : Formulir Pendaftaran Anggota BMT Tumang : Formulir Pengajuan Pembiayaan : Surat Akad Parjanjian Pembiayaan : Slip dan Kuitansi Pembiayaan Lampiran 10 : Lembar Hasil Survei Lampiran 11 : Surat Pernyataan Menjaminkan Lampiran 12 : Surat Kuasa Menjual Lampiran 13 : Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan Lampiran 14 : Kartu Pembiayaan xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu Negara adalah adanya dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil. Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada suatu negarapun yang hidup tanpa memamfaatkan lembaga keuangan (Siamat, 1995: 47). Indonesia memiliki beragam bentuk lembaga keuangan. Lembaga tersebut dapat berupa lembaga keuangan bank dan non bank. Misalkan bank secara umum, asuransi, koperasi, dan sebagainya. Kini banyak bermunculan lembaga keuangan syariah seperti bank syariah dan kopersi syariah (BMT) di Indonesia yang beroperasi berdasarkan syariat Islam sejak dikemukakan fatwa tentang haramnya bunga bank. Lembaga Keuangan Syariah tidak menerapkan sistem bunga, melainkan dengan sistem bagi hasil. Di Indonesia, bank syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun mengalami perkembagan yang cukup lambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Pada periode

17 hanya ada satu Bank Syariah, kemudian pada tahun 2005 bartambah 20 Bank Syariah, yaitu 3 Bank Umum Syariah, dan 17 unit Bank Syariah. Selain itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) hingga tahun 2004 bertambah menjadi 88 buah. Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan perbankan syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya dijalankan oleh lembaga keuangan Islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah dan pembiayaan berakad/sistem jual-beli atau bai (Muhammad, 2002: 259). Lahirnya undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan hasil revisi dari undang-undang nomor 7 tahun 1998, yang berbunyi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (undang-undang 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 2). Hal tersebut merupakan kesungguhan pemerintah dalam memperdayakan sistem perbankan syariah di Indonesia. Masyarakat membutuhkan lembaga keuangan syariah yang tidak hanya berorientasi dalam hal bisnis, tetapi juga sosial. Tentunya bukan lagi dalam bentuk bank syariah, karena pada umumnya lembaga keungan dalam bentuk bank lebih berorientasi dalam hal bisnis dan sulit menjangkau pemenuhan

18 3 kebutuhan pengusaha mikro/kecil. Salah satu lembaga keuangan syariah alternatifnya adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang berupaya untuk tidak hanya berpihak pada perolehan keuntungan oleh pemilik modal saja. Tetapi juga mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata. Lembaga keuangan syariah ini juga berfungsi untuk membantu kelompok masyarakat yang membutuhkan dana yang pada umumnya dalam menjalankan usaha mikro/kecil. Dalam pendirian maupun operasional BMT tidak hanya melibatkan golongan-golongan tertentu namun dari semua kalangan masyarakat tanpa ada batasan ekonomi, sosial maupun agama. Semua golongan masyarakat dapat berperan serta dalam pembangunan lembaga keuangan syariah yang dapat bermanfaat bagi semua kelompok masyarakat secara merata bahkan dari kelompok masyarakat serta pengusaha kecil sekalipun. Peran BMT dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil di lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan nasional. Bank yang diharapkan mampu menjadi perantara keuangan ternyata hanya mampu bermain pada level menengah atas. Sementara lembaga keuangan non formal yang notabenenya mampu menjangkau pengusaha mikro, tidak mampu menjangkau kapitalisasi usaha kecil. Maka BMT diharapkan tidak terjebak pada dua kutub sistem ekonomi yang berlawanan tersebut (Ridwan, 2004: 73). Salah satu peran BMT dalam masyarakat yaitu sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan atau sering disebut

19 4 dengan pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang ada dalam BMT adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan dengan pola investasi dimana kadua belah pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama (Antonio, 2001: 90). Pembiayaan musyarakah pada umumnya merupakan salah satu jenis pembiayaan yang banyak diminati oleh masyarakat. Maka dalam penyaluran pembiayaan musyarakah juga dibutuhkan sistem operasional yang baik agar tidak terjadi segala macam kesalahan ataupun penyelewengan. Sistem pengendalian intern, mungkin menjadi salah satu aspek penting dalam suatu perusahaan. Begitu pula dalam pembiayaan musyarakah pada BMT, sistem pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan resiko pembiayaan yang tidak diharapkan. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2008: 163). BMT Tumang merupakan lembaga keuangan syariah yang yang memberikan pelayanan kepada masyarakat baik dalam hal simpanan maupun pembiayaan. Perkembangan BMT Tumang cukup pesat yang mana sampai saat ini telah memilliki 6 kantor cabang yang tersebar di beberapa wilayah. Dalam hal pembiayaan, KJKS BMT Tumang cukup mempunyai potensi cukup tinggi. Terlebih lagi pembiayaan musyarakah yang merupakan salah

20 5 satu jenis pembiayaan paling diminati masayarakat. Maka dibutuhkan sistem pengendalian intern yang baik untuk mencegah terjadinya kesalahan dan kegagalan yang dapat merugikan pihak KJKS BMT Tumang yang berperan sebagai shahibul maal maupun pihak nasabah yang berperan sebagai mudharib. Berdasarkan latar belakang tersebut dan pentingnya sistem pengendalian intern dalam setiap kegiatan perusahaan, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul : Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo. B. Rumusan Masalah Menilik latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah terkait yang akan digunakan penulis sebagai bahan penelitian Tugas Akhir adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo? 2. Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo? 3. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah telah diterapkan secara efektif di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo?

21 6 C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan rumusan masalah yang tersusun dan tersebut, maka dapat disebutkan mengenai tujuan penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui prosedur Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo. 2. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo. 3. Untuk mengetahui keefektifan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo. Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan juga dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi KJKS BMT Tumang, bagi penulis, bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maupun bagi pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu : 1. Bagi KJKS BMT Tumang Dari hasil penelitian, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam sistem pengendalian intern yang telah diterapkan sebelumnya. 2. Bagi Pembaca a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam mengenai sistem pengendalian intern pada pembiayaan musyarakah. b. Sebagai salah satu bahan referensi, khususnya yang tertarik pada bidang keuangan syariah.

22 7 3. Bagi Penulis a. Untuk prasarat kelulusan diploma pada Program Studi DIII Perbankan Syariah di STAIN Salatiga. b. Memberikan pengetahuan dan informasi lebih luas untuk disesuaikan serta dipadukan dengan pengetahuan teori yang didapat di bangku kuliah. 4. Bagi STAIN Salatiga a. Memperkenalkan STAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya Program Studi Perbankan Syariah. b. Sebagai tambahan referensi literatur serta informasi khususnya bagi mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Perbankan Syariah. D. Metode Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian intern pada pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo. 2. Jenis penelitian Jenis penelitian atau penulisan dalam tugas akhir ini menggunakan pendekatan kualitatif, karakteristik penelitian kualitatif yaitu penelitian yang hasil analisisnya berupa kata-kata yang dirancang secara deskriptif. Penjelasannya bukan berupa angka ataupun dengan penghitungan statistik, namun menggunakan paragraf-paragraf penjelas.

23 8 Menurut Daymon (2008: 7-9) karakteristik penelitian kualitatif yaitu: a. Kata, berfokus pada kata bukan angka. b. Keterlibatan peneliti, peneliti terlibat dekat dengan hal-hal yang diteliti. c. Sudut pandang partisipan, menyelidiki dan menyajikan berbagai perspektif subjektif para partisipan. d. Riset skala kecil, mengeksplorasi penelitian secara terperinci. e. Fokus yang holistik, tidak hanya terpaku pada satu atau dua variabel, tetapi lebih luas cakupannya. f. Fleksibel, tidak hanya meneliti topik, tetapi juga menyelidiki hal baru yang diungkapkan informan tentang pemahaman mereka. g. Proses, menangkap proses yang berlangsung dari waktu ke waktu. h. Latar alami, dilakukan di lingkungan alami tempat orang berada. i. Induktif ke deduktif, mendapatkan gagasan dari hasil mengumpulkan dan meneliti data. 3. Jenis data yang dibutuhkan Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data data primer yang menurut Supranto (2002: 20-21) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya, dan data sekunder yang menurut Daymon (2008) yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diteliti.

24 9 Menurut Uma Sekaran (2006), data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data primer dapat diperoleh dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan karyawan dan staff BMT Tumang cabang Cepogo untuk memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan. Data sekunder merupakan jenis data yang tidak bisa diabaikan begitu saja, dilihat dari sumber data, data sekunder dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. 4. Metode pengumpulan data a. Metode Wawancara Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber yang diwawancarai. Wawancara dilakukan penulis kepada pengelola bagian pembiayaan dan pihak lain yang terkait dengan pembiayaan musyarakah di BMT Tumang untuk menggali informasi mengenai pembiayaan musyarakah di BMT Tumang. b. Metode Observasi Peneliti terlibat secara langsung dengan objek penelitian. Di sini penulis ikut dalam proses pengumpulan kelengkapan data yang diperlukan. Observasi yang akan dilakukan yaitu mengamati kegiatan Lembaga Keuangan Syariah secara langsung pada saat melakukan praktik magang di BMT Tumang.

25 10 c. Metode Studi Pustaka Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku referensi, buku panduan maupun literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, sehingga akan membentu dalam proses penelitian. d. Analisa dokumen Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. E. Batasan Masalah Terkait dengan luasnya lingkup permasalahan dan waktu serta keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembiayaan musyarakah, maka untuk memudahkan analisa dalam tugas akhir ini penelitian dibatasi pada pelaksanaan prosedur pembiayaan musyarakah dan penerapan unsur sistem pengendalian intern dalam pembiayaan musyarakah sampai dengan tahap realisasi dana pembiayaan di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo. F. Penelitian Terdahulu Terkait dengan tugas akhir akan yang diteliti oleh penulis, ada beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun pembeda bagi penelitian ini. Penelitian mengenai pengendalian intern telah dilakukan oleh Azizah pada tahun 2005, dalam tugas akhirnya yang berjudul Internal control Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan pada USP Swamitra Mekar

26 11 Ungaran, yang mengemukakan bahwa internal control menunjukkan suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang fatal dalam lembaga tersebut. Dalam perusahaan laporan dapat dilihat apakah mengalami laba atau rugi, perusahaan tersebut melihat apakah dalam laporan tersebut sudah benar atau belum. Kebenaran dapat dilihat dengan data yang dilaporkan dan telah diaudit minimal oleh internal control. Ini menunjukkan salah satu kegunaan internal control perusahaan. Penelitian mengenai penerapan pengendalian internal telah dilakukan oleh Renata Cynthiadevi pada tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pengendalian Intern Atas Sistem Penggajian PT. Gerbang Tata Gemilang, yang mengemukakan bahwa keterbatasan pengendalian intern suatu entitas, meliputi kesalahan dalam pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian dalam manajemen, serta biaya lawan manfaat yang sebisa mungkin semua hal tersebut harus dihindari demi kelancaran penerapan pengendalian intern. Penelitian ini jelas berbeda dengan yang akan diteliti oleh penulis, selain perbedaan lokasi, juga topik masalah yang disoroti. Penelitian berikutnya mengenai sistem pengendalian intern juga telah dilakukan oleh Maulia Fitriasih pada tahun 2010, dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Sistem Pengendalian Intern Atas Pembiayaan Konsumen Dalan Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR ib) Pada KCP BRI Syariah Di Bangkalan, yang menerangakan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Intern pada pemberian kredit di KCP BRI Syariah di

27 12 Bangkalan dapat dibilang sudah efektif yaitu dilihat dari segi elemen Sistem Pengendalian Intern yang telah diterapkan baik. Skripsi tersebut mengacu pada sistem pengendalian intern pada Kredit Kepemilikan Rumah (KPR ib), sedangkan disini penulis lebih menekankan pada pengendalian intern dari pembiayaan yang menerapkan pola investasi. Penelitian mengenai sistem pengendalian intern yang telah dilakukan oleh Ruzanna Amanina pada tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Majapahit Semarang), menyatakan bahwa Pengujian kepatuhan dilakukan terhadap sistem pengendalian intern dengan menggunakan metode fixed sample size. Penentuan jumlah sampel yang dipilih menggunakan bantuan tabel angka random, menetapkan tingkat keandalan (reliability level) 95% dan batas ketepatan tertinggi yang diharapkan (Desired Upper Precission Limit/ DUPL) 5%. Hasil yang diperoleh dari pengujian kepatuhan ini adalah jumlah batas ketepatan yang dicapai (Achieved Upper Precission Limit / AUPL) sebesar 3%. Dari hasil tersebut, AUPL lebih kecil atau sama dengan DUPL, maka pengendalian intern yang ada dikatakan efektif. Skripsi ini menekankan pada metode fix sample size dalam analisis sistem pengendalian internnya. Penelitian lain mengenai sistem pengendalian intern juga dilakukan oleh Andrian Budi Prasetyo pada tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul Kualitas Prosedur Pengendalian Internal : Antecedents Dan Pengaruh Moderating Pada Keadilan Organisasional Dan Kecurangan Pegawai,

28 13 yang mengungkapkan bahwa bahwa pada model pertama mengungkapkan bahwa kualitas prosedur pengendalian internal memberikan pengaruh moderating terhadap hubungan antara persepsi keadilan organisasional dengan kecurangan pegawai. Kemudian pada model kedua menunjukkan bahwa tiga faktor organisasional yaitu: lingkungan etika perusahaan, aktivitas internal audit dan pelatihan manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap kualitas prosedur pengendalian internal. Skripsi ini mengacu pada pembahasan mengenai prosedur pengendalian intern. Dalam Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (2012), dengan judul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Gcg) Pada Perbankan Di Kota Banda Aceh, mengemukakan bahwa dalam rangka peningkatan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance perusahaan perlu dilakukan peningkatan pengendalian intern. Hal tersebut didukung oleh temuan secara deskriptif oleh BPK-RI bahwa tingkat pengendalian intern relatif belum maksimal (RKAP PT. Bank BPD Aceh Tahun Buku 2007 Dan 2008 di Banda Aceh). Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Pengendalian Intern berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada perbankan di Kota Banda Aceh. Penelitian berikutnya mengenai sistem pengendalian intern dilakukan oleh Lidia Purnamasari pada tahun 2012, dalam tugas akhirnya yang berjudul Sistem Pengendalian Intern Penggajian pada BMT ANDA Salatiga, yang

29 14 mengemukakan bahwa prosedur penggajian di BMT ANDA Salatiga sederhana dan dikatakan baik, serta mudah dipahami. Sistem pengendalian intern yang meliputi unsur-unsur pengendalian intern sudah baik, hanya saja perlu pembenahan dalam hal pegawai yang masih merangkap beberapa bagian tugas agar operasional lebih efisien. Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan di atas, sejauh pengatahuan penulis penelitian tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan judul penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menganalisis Sistem pengendalian intern dalam pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo. G. Penegasan Istilah Berikut pengertian dari istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu: 1. Clerical operation merupakan kegiatan yang terstruktur berdasrkan urutan tertentu, seperti menulis, mengamati, memahami, dan seterusnya sesuai dengan hal yang bersangkutan dengan materi sebelumnya. 2. Defisit unit yaitu pihak yang dikatakan kekurangan dana, dan membutuhkan dana untuk menjalankan suatu kegiatan usaha. 3. Mark-up yaitu keuntungan dari suatu usaha atau suatu kerjasama dalam hal bisnis, atau kegiatan ekonomi lainnya.

30 15 4. Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran. 5. Management Oversight adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajemen kepada anggota menejemen yang menjalankan operasional perusahaan. 6. Surprised audit yaitu pemeriksaan mendadak yang dilakukan auditor kepada karyawan perusahaan yang dimaksud agar selalu bekerja dengan baik meski tanpa adanya pengawasan. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan uraian mengenai hal-hal yang akan dilaporkan bab demi bab, dari bab rencana laporan penelitian diperoleh gambaran yang berurutan dan saling terkait. Adapun rancangan sistematika penulisan laporan penelitian adalah sebagai berikut: Bab I (Pendahuluan), dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metodologi laporan tugas akhir, batasan masalah, penelitian terdahulu, penegasan istilah, serta sistematika penulisannya. Bab II (Landasan Teori), berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dan pembiayaan musyarakah. Bab III (Laporan Obyek), menjelaskan tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya KJKS BMT Tumang, visi dan misi, struktur organisasi,

31 16 data deskriptif mengenai sistem pengendalian intern dan pembiayaan musyarakah, serta data deskriptif lain terkait dengan objek tersebut. Bab IV (Analisis), berisi tentang studi analisis hasil penelitian mengenai pembiayaan musyarakah pada KJKS BMT Tumang dan evaluasi sistem pengendalian intern pembiayaan musyarakah pada KJKS BMT Tumang. Bab V (Penutup), mengemukakan tentang kesimpulan dan saran.

32 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pengendalian Intern 1. Pengertian Sistem, Prosedur, dan Sistem Akuntansi Sistem mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Dengan sistem yang baik maka kinerja perusahaan akan lebih teratur dan dapat dikoordinir sehingga dapat memperkecil kemungkinan adanya berbagai kesalahan ataupun penyelewengan dalam perusahaan. Suatu sistem diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk membentuk jaringan kerja yang sistematis dan terorganisir. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulangulang (Mulyadi, 2001: 5). Suatu sistem tersusun dan terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal (clerical operation) ini meliputi menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih (mensortasi), memindahkan, dan membandingkan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencatat informasi 17

33 18 akuntansi ke dalam buku jurnal, buku besar dan laporan keuangan yang dibutuhkan pihak yang berkepentingan. Baridwan (2005: 3), dalam buku yang berjudul Sistem Akuntansi, menjelaskan bahwa prosedur adalah suatu urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Menurut Settler dalam Mulyadi (2001: 4), bahwa sistem akuntansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kegiatan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditor, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil. Dari definisi sistem akuntansi tersebut, unsur sistem akuntansi pokok adalah: a. Formulir; b. Jurnal; c. Buku Besar; d. Buku Pembantu; e. Laporan Keuangan

34 19 2. Pengertian Sistem Pengendalian Intern a. Menurut IAI yang dikutip Sukrisno Agus (2004: 79) : Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : 1) Keandalan pelaporan keuangan 2) Efektivitas dan efisiensi operasi 3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. b. Menurut Jogiyanto (2000: 373) dari AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) yaitu : Pengendalian intern meliputi struktur suatu organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahan untuk tujuan menjaga keamanan harta milik perusahaan, mmeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan. c. Menurut Mulyadi (2001: 165) Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

35 20 Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa sistem pengendalian intern adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Hasil dari Laporan Jurnal Akutansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Gcg) Pada Perbankan Di Kota Banda Aceh menyatakan bahwa terdapat 5 elemen sistem pengendalian intern yang diatur dabank Indonesia Lamp. SE No.5/22/DPNP Lima elemen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu Pengawasan oleh Manajemen dan Kultur Pengendalian (Management Oversight and Control Culture), Identifikasi dan Penilaian Risiko (Risk Recognition and Assessment), Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi (Control Activities and Segregation of Duties), Sistem Akuntansi, Informasi dan Komunikasi (Accountancy, Information and Communication), serta Kegiatan Pemantauan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan/Kelemahan (Monitoring Activities and Correcting Deficiencies).

36 21 3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Terdapat beberapa tujuan dari pengendalian intern antara lain (Mulyadi, 2001: 163): a. Menjaga kekayaan organisasi Kekayaan milik perusahaan dapat dicuri atau disalah-gunakan jika kekayaan tersebut tidak dilindungi dengan dilaksanakannya pengendalian intern. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi Pengendalian intern ini dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan handal. c. Mendorong efisiensi Sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan bertujuan untuk menghindarkan pengulangan kerja yang tidak perlu dan pemborosan dalam seluruh aspek usaha serta mencegah penggunaan sumber daya secara tidak efisien. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan adanya sistem pengendalian intern yang dilaksanakan dalam perusahaan akan memberikan jaminan yang memadai agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen dipatuhi oleh karyawan.

37 22 4. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang baik dalam perusahaan maka ada empat unsur pokok yang harus dipenuhi antara lain (Mulyadi, 2001: 166): a. Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional secara Tegas Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: 1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. 2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap transaksi.

38 23 b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan yang Cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan, dan Biaya. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. c. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi. Cara-cara yang umum dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: 1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya transaksi. 2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan mendadak terhadap kegiatan-kegiatan pokoknya, hal ini akan mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

39 24 3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. 4) Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan di antara mereka dapat dihindari. 5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut. 6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya. 7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Adanya satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menjamin efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern, sehingga kekayaan perusahaan akan

40 25 terjamin keamanannya dan data akuntansi akan terjamin keandalannya. d. Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawabnya. Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mencapai tujuan sistem pengendalian intern dalam kegiatan operasionalnya diperlukan karyawan yang jujur dan kompeten dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya serta dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Untuk mendapatkan karyawan seperti yang dijelaskan diatas dapat dilakukan dengan cara : 1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang memiliki kompeten sesuai jabatan yang akan didudukinya. 2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai tuntutan perkembangan pekerjaannya.

41 26 5. Prisip-prinsip Sistem Pengendalian Intern Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi (Hartadi, 1999: 130) : a. Pemisahan fungsi Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi untuk dapat mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas. b. Prosedur pemberian wewenang Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisir oleh orang yang berwenang. c. Prosedur dokumentasi Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem pengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar penetapan tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan akuntansi. d. Prosedur dan catatan akuntansi Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat disiapkannya catatancatatan akuntansi yang teliti secara cepat dan data akuntansi dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu. e. Pengawasan fisik Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.

42 27 f. Pemeriksaan intern secara bebas Menyangkut pembandingan antara catatan asset dengan asset yang betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan mengadakan perhitungan kembali penerimaan kas. Ini bertujuan untuk mengadakan pengawasan kebenaran data. B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 1. Sejarah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Konsep BMT sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah saw yang dikenal dengan nama bait al-maal dan berfungsi sebagai pengelola dana amanah dan harta rampasan perang (ghanimah) pada masa awal islam, yang diberikan kepada yang berhak dengan pertimbangan kemaslahatan umat. Namun secara konkrit pelembagaan Baitul Maal baru dilakukan pada masa Umar Bin Khattab, ketika kebijakan pendistribusian dana yang terkumpul mengalami perubahan. Lembaga Baitul Maal itu berpusat di ibu kota Madinah dan memiliki cabang di profinsi-profinsi wilayah Islam. Di Indonesia sendiri, sejarah BMT dimulai tahun 1984 yang dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Sedangkan BMT secara resmi sebagai lembaga keuangan syariah dimulai dengan disahkannya UU No. 7 Tahun 1992

43 28 tentang Perbankan yang mencantumkan kebebasan penentuan imbalan dan sistem keuangan bagi hasil. Juga dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang memberikan batasan tegas bahwa bank diperbolehkan melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip bagi hasil. Maka mulailah bermunculan perbankan yang menggunakan sistem syari ah, seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Munculnya BMT sebagai lembaga mikro keuangan Islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah adalah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga mikro keuangan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Definisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan almaal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma na lughawi) Baitul Mal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta (Dahlan, 1999). Adapun secara terminologis (ma na ishtilahi), sebagaimana uraian Abdul Qadim Zallum (1983) dalam kitabnya Al Amwaal Fi Daulah Al Khilafah, Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.

44 ( 29 y ΖÏã îöyz àm ysî= Á9$# àm ušé) t7ø9$#uρ $u Ρ 9$# Íο4θuŠysø9$# èπuζƒî tβθãζt6ø9$#uρ ãα$yϑø9$#... WξtΒr& îöyzuρ $\/#uθro y7în/u...harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan... (QS. Al-Kahfi : 46) Dengan demikian, Baitul Maal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah lembaga atau pihak (al-jihat) yang menangani harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Namun demikian, Baitul Maal dapat juga diartikan secara fisik sebagai tempat untuk menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan negara (Zallum: 1983). Pada saat ini BMT diartikan sebagai lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prokarya dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan kesejahteraan. 3. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) BMT didirikan dengan tujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.

45 30 Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat mennjadi sangat tergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya (Ridwan, 2004: 128). 4. Prinsip dan Produk Inti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Baitul Maal wat Tamwil sebenarnya merupakan dua kelembagaan yang menjadi satu,yaitu lembaga Baitul Maal dan lembaga Baitut Tamwil yang masing-masing keduanya memiliki prinsip dan produk yang berbeda meskipun memiliki hubungan yang erat antara keduanya dalam menciptakan kondisi perekonomian yang merata dan dinamis (Yunus, 2009: 33). Secara ringkas P3UK (1994) menerangkan prinsip dan prduk inti Baitul Maal wat Tamwil sebagai berikut: a. Prinsip dan Produk Inti Baitul Maal Baitul Maal memiliki prinsip sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang berhak untuk menerimanya. Maka dapat diungkapkan mengenai produk inti dari Baitul Maal terdiri atas: 1) Produk Penghimpunan Dana Baitul Maal menerima dan mencari dana berupa zakat, infaq, dan shadaqah. Selain itu Baitul Maal juga menerima dana

46 31 berupa sumbangan, hibah ataupun wakaf serta dana-dana yang bersifat sosial. 2) Produk Penyaluran Dana Penyaluran dana-dana dari Baitul Maal harus bersifat spesifik, yang mana terbagi atas dana yang bersumber dari zakat dan dana di luar zakat. Sarana penyaluran dana zakat sudah ditetapkan dalam al-qur an, yaitu kepada 8 (delapan) ashnaf antara lain: faqir, miskin, amiliin, mu allaf, fisabilillah, ghorimin, hamba sahaya dan musyafir. Sedangkan dana di luar zakat dapat digunakan untuk pengembangan usaha orang-orang miskin, pembangunan lembaga pendidikan, masjid maupun biaya-biaya operasional kegiatan sosial lainnya (termasuk di dalamnya untuk kepentingan kafir dhimmi, yang rela dengan pemerintahan Islam). b. Prinsip dan Produk Inti Baitut Tamwil Ada 3 (tiga) prinsip yang dapat dilaksanakan oleh BMT dalam fungsinya sebagai Baitut Tamwil, yaitu: Prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dengan mark-up, dan prinsip non profit. Maka dapat disebutkan produk inti dari BMT sebagai Baitut Tamwil adalah sebagai berikut: 1) Produk Penghimpunan Dana Produk penghimpunan dana dalam Baitut Tamwil berupa jenis simpanan yang dihimpun oleh BMT sebagai sumber dana yang

47 32 kelak akan disalurkan kepada usaha-usaha produktif. Jenis simpanan tersebut antara lain: al-wadiah, al-mudharabah, dan amanah. 2) Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana Baitut Tamwil merupakan bentuk pola pembiayaan yang merupakan kegiatan BMT dengan harapan dapat memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut adalah: Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil, dan Pembiayaan Qardhul Hasan. 5. Peraturan Hukum Terkait BMT BMT berasaskan Pancasila & Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariat Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan bank syari ah sehingga produkproduk yang berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di bank syari ah. Karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN. No. 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa

48 33 Keuangan Syariah (KJKS). Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syari ah). C. Pembiayaan 1. Definisi Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagai menjadi: a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi (Antonio, 2001: 160): 1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (1) peningkatan produksi, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barangbarang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis diguna-kan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.

49 34 2. Unsur Pembiayaan Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur unsur yang direkatkan menjadi satu. a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan dengan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah. b. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing masing yang kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak. c. Jangka Waktu Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. d. Resiko Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu

50 35 pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko disengaja, maupun risiko yang tidak disengaja. e. Balas Jasa Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil. 3. Tujuan Pembiayaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. 4. Fungsi Pembiayaan Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :

51 36 a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur. b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional c. karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional. d. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan. e. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini pembiayaan untuk pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. f. Meningkatkan jumlah barang dan jasa. g. Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat produksi dalam negeri dengan fasilitas kredit yang jelas akan menghemat devisa negara (Antonio, 2001: 166). 5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan Prinsip 5C+IS merupakan prinsip yang paling umum diterapkan dalam pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah: 1. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil jaminan. 2. Capacity artinya analisis terhadap kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil.

52 37 3. Capital artinya seberapa besar modal yang diperlukan peminjam. 4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. 5. Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak (Muhammad, 2002: 261). 6. Syari ah artinya penelitian dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang dilakukan benar-banar usaha yang tidak melanggar syariah. Prinsip-prinsip syariah yang menjadi landasan dalam bermuamalah meliputi: maisyir, gharar, riba, haram dan bathil. D. Pembiayaan Musyarakah 1. Pengertian Dibawah ini adalah beberapa pengertian musyarakah dari beberapa sumber yang digunakan sebagai acuan, yaitu: a. Musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001: 90). b. Musyarakah merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nishbah yang disepakati sebelumnya,

53 4 38 sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha (Susanto, 2008: ). 2. Landasan Syariah a. Al-Qur an... Ï]è= W9$# Îû â!%ÿ2uà ôμßγsù......maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu... (Q.S. An- Nisaa : 12) t Ï%!$# āωî) CÙ èt/ 4 n?tã öνåκýõ èt/ Éóö6u s9 Ï!$sÜn=èƒø:$# z ÏiΒ #ZÏVx. βî)uρ ÏM ysî= Á9$# (#θè=ïϑtãuρ (#θãζtβ#u...dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh... (Q.S. Shaad: 24) b. Al-Hadist Allah swt. berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka. (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-hakim, dari Abu Hurairah). 3. Jenis Musyarakah Secara umum, musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga

54 39 akhir masa akad. Maksud dari musyarakah permanen adalah syirkah uqud yang terbagi menjadi empat jenis, yaitu: 1) Inan, yaitu usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian yang diberikan tidak sama 2) Mufawadhah, yaitu usaha bersama dimana modal dan keahlian yang diberikan sama jumlah dan kualitasnya 3) Abdan, yaitu usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah keahlian/ tenaga 4) Wujuh, yaitu usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah nama baik b. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqishah) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.

55 40 4. Skema Al Musyarakah Siklus Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah/BMT Gambar 2.1.Skema Pembiayaan Musyarakah 5. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah Dibawah ini adalah beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan musyarakah yang dimuat dalam fatwa DSN-MUI No. 8 tentang musyarakah: a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal. d. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian) 1) Modal

56 41 i. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. ii. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. iii. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. 2) Kerja i. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. ii. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masingmasing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak. 3) Keuntungan Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

57 42 4) Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. e. Biaya Operasional dan Persengketaan 1) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama. 2) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 6. Mekanisme pembiayaan Musyarakah Pada sisi pembiayaan, akad musyarakah dapat diterapkan pada beberapa hal, diantaranya adalah: a. Musyarakah Permanen: Pembiayaan proyek dan Modal ventura b. Musyarakah Mutanaqisah: Pembiayaan real estate. 7. Resiko Pembiayaan Musyarakah Resiko yang terdapat dalam musyarakah, pada penerapan dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut (Antonio, 2001: 94): a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak, b. Lalai dan kesalahan yang disengaja, c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.

58 BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum 1. Sejarah dan Perkembangan KJKS BMT Tumang Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan pada masa orde baru, ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sebagian besar dari mereka tinggal di perkotaan, sehingga putaran uang dan aktivitas perekonomian berpusat di kota. Sementara masyarakat desa, yang nota bene merupakan mayoritas dari penduduk negeri ini, tidak mendapat kesempatan dan perhatian yang proporsional, baik dari pemerintah maupun dari para praktisi dunia usaha, sehingga masyarakat desa hanya ditempatkan sebagai obyek pelengkap dari sistem pembangunan ekonomi nasional. Lembaga keuangan selama ini belum mampu diakses masyarakat secara luas. Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga perbankan untuk menciptakan usaha yang lebih adil untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Bunga Bank yang menjadi dasar operasional perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk mencoba memikirkan bentuk alternatif sebagai wujud peran serta dalam 43

59 44 pembangunan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis berdirinya Baitul Maal wat-tamwil (BMT) di Tumang, Cepogo, Boyolali. Tahap pertama yang manjadi target program BMT adalah merekrut anggota masyarakat yang dianggap sukses secara ekonomi, untuk diajak bergabung menjadi anggota pendiri. Setiap anggota pendiri diwajibkan menyimpan Simpanan Pokok sebesar Rp ,00. Dengan modal awal dari anggota pendiri sebesar Rp ,00 BMT Tumang mulai beroperasi, yaitu pada tanggal 1 Oktober Sejak tanggal 10 bulan April tahun 1999 BMT berbadan hukum Koperasi Serba Usaha, yang kemudian lebih dikenal dengan nama KSU BMT Tumang. Agar lebih fokus terhadap bidang usaha yang dijalankan maka KSU BMT Tumang sejak tahun 2011 berubah menjadi KJKS BMT Tumang yang Anggaran Dasarnya oleh Dinas Koperasi dan UKM Prop Jawa Tengah dengan No. 242/BH/KDK.11.25/IV/1999 yang sebelumnya wilayah kerja hanya di Kabupaten Boyolali maka semenjak tahun 2011 telah berbadan hukum tingkat Propinsi yang menandakan wilayah kerja seluruh Propinsi Jawa Tengah dan berkantor pusat di Jalan Boyolali- Magelang Km. 10 dan sampai dengan saat ini sudah mempunyai 6 (enam) Kantor Cabang. KJKS BMT Tumang didirikan selain untuk memenuhi tuntutan masyarakat, namun mempunyai tujuan yang lebih besar, yaitu membantu masyarakat kecil menengah supaya mampu mandiri berani bersaing dengan kekuatan ekonomi yang lain tentunya dalam rangka meningkatkan

60 45 kesejahteraan anggotanya. Peranan KJKS BMT Tumang, membuktikan bahwa keberadaannya sudah eksis di mata masyarakat. Dengan anggota yang semakin bertambah serta wilayah kerja yang semakin luas menggambarkan akan perannya cukup besar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hal terpenting adalah kesungguhan semua komponen baik di jajaran Manajemen baik itu Pengurus, Pengawas, maupun Pengelola Anggota dengan komitmen yang tinggi untuk mengupayakan pengelolaan lembaga yang profesional, amanah dan adil. 2. Profil KJKS BMT Tumang Nama Lembaga : Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT TUMANG Tanggal Pendirian : 30 September 1998 oleh Kakandep Koperasi Kab. Boyolali Alamat Kantor Pusat : Jl. Boyolali-Magelang Km. 10, Cepogo, Boyolali Telp. (0276) Faks. (0276) Alamat Kantor Cabang : 1) Jl. Boyolali-Magelang Km. 10, Cepogo, Boyolali ) Jl. Pandanaran No. 299 Boyolali Telp. (0276) ) Jl. Raya Ampel No.8 Ampel, Boyolali Telp. (0276) ) Jl. Melati, Tumang, Cepogo, Boyolali, Telp ) Jl. Raya Kacangan, Andong, Boyolali Telp. (0271) ) Jl. Ahmad Yani, Kartasura, Sukoharjo Telp. (0271) Kelengkapan Organisasi : 1) Aturan tertulis Organisasi : Anggaran Dasar 2) Nomor Badan Hukum : 242/BH/KDK.11.25/IV/1999

61 46 3) Nomor Pokok Wajib Pajak : ) Jangkauan pelayanan : Kab. Boyolali dan sekitarnya 5) Waktu Operasional (Jam Buka Kas) : Hari Senin Jumat, pukul WIB (Untuk Sabtu - Minggu Libur) 3. Visi dan Misi KJKS BMT Tumang a. Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang modern, mandiri untuk kesejahteraan masyarakat. b. Misi : 1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah sebagai media dakwah dalam penguatan ekonomi masyarakat dengan mengacu Fatwa Dewan Syariah Nasional. 2) Meningkatkan Rasio Kesehatan, Kualitas Aset, Kecukupan Modal dan Efisien. 3) Menumbuhkan Budaya Kerja dengan prinsip Jujur, Amanah, Adil dan Profesional. 4) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah yang dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam bidang simpanan dan pembiayaan, dengan mengutamakan aspek manfaat jangka panjang. 5) Berperan aktif sebagai Amil dalam pengelolaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAH).

62 47 4. Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cepogo Organisasi adalah wadah atau wahana yang menjamin terciptanya aktivitas orang yang telah bersepakat dalam kerja sama guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menghindari terjadi tumpang tindih dalam pembagian tugas yang hanya menimbulkan tidak adanya kesatuan perintah, terutama dalam pendelegasian wewenang, maka diperlukan adanya stuktur organisasi yang baik dan jelas. Struktur organisasi adalah kerangka yang menggambarkan pola tetap dari hubungan di antara bidang-bidang kerja yang ada di dalam organisasi. Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan perkembangan dari organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui sampai di mana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugasnya. Berikut susunan pengelola KJKS BMT Tumang cabang Cepogo: a. Manajer Cabang Cepogo b. Costumer service c. Teller/kasir d. Marketing Finance e. Marketing Funding : : : : : Tri Mulyadi, A.Md Kelik Sudibyo Rani Endah W, S.Kom 1. Marlan 2. Fajar Novi Suryawan 3. Andi Dwi Purnomo 1. Woro Anggorowati, A.Md 2. Martha Eka Widiyastuti, A.Md 3. Endang Kusmawati 4. Jaswanto

63 48 Gambar 3.1. Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Sumber: KJKS BMT Tumang 2013

64 49 5. Job Description Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut : a. Rapat Anggota Merupakan lembaga tertinggi pada Koperasi dan akan mengadakan rapat setahun satu kali. Tugasnya antara lain : 1) Mengevaluasi kinerja Koperasi secara keseluruhan selama 1 (satu) tahun 2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu ) tahun kepada pemangku kepentingan Wewenangnya antara lain : 1) Mengesahan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran dan Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan peninjauan Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan. 2) Penetapan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) 3) Pemilihan dan pengangkatan anggota Pengurus (jika masa jabatannya telah habis). b. Pengurus Tugasnya antara lain : 1) Menyelenggarakan RAT 2) Menyusun/ merumuskan kebijakan umum untuk mendapat persetujuan Rapat Anggota

65 50 3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk : a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT Tumang b) Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT Tumang 4) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan BMT Tumang Wewenangnya antara lain : 1) Bersama Pengurus yang lain mengangkat, memberi sanksi dan memberhentikan pengelola BMT Tumang 2) Menyetujui / menolak mengenai : (a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manajer Utama (b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertimbangan dari sekretaris dan bendahara (c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang diusulkan Manajer 3) Mengesahkan laporan bulanan yang diajukan Manajer Utama c. Pengawas Manajemen Tugasnya antara lain : 1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal satu kali dalam satu tahun. 2) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola, penyusunan anggaran dan rencana kerja. 3) Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan yang tidak dapat diputuskan oleh Pengurus.

66 51 Wewenang: Mengawasi dan memeriksa laporan keuangan dan aspek manajemen lainnya. d. Pengawas Syariah Tugasnya antara lain : 1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal satu kali dalam satu tahun. 2) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola, penyusunan anggaran dan rencana kerja. 3) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang berkaitan dengan aspek syariah. Wewenangnya: Mengawasi dan memeriksa kegiatan BMT agar sesuai dengan kaidah syariah Islam. e. Manajer Utama Tugasnya antara lain: 1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh Pengawas atau Rapat Anggota. 2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada Pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota. 3) Menyusun dan meminta persetujuan Pengurus tentang pembukaan Rekening Bank dan penandatanganan Rekening simpanan BMT pada Bank secara bersama-sama.

67 52 4) Membuat laporan secara periodik kepada Pengurus 5) Menyampaikan laporan keuangan dan laporan tingkat kesehatan BMT secara periodik kepada Pengawas Manajemen. Wewenangnya antara lain : 1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp ,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus dengan persetujuan Rapat Pengurus. 2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan. 3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian Pengelola. f. Internal Auditor Tugasnya antara lain: 1) Mengumpulan data atau informasi mengenai pencatatan, klasifikasi, penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Daftar Laba/Rugi, Arus Kas, Perubahan Modal, CAR, serta laporan lain yang diperlukan 2) Memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur koperasi telah benar-benar ditaati. 3) Memastikan bahwa semua harta milik koperasi telah dipertanggung jawabkan dan dijaga dari semua kerugian. 4) Menerima pemberitahuan tentang adanya proses nota debet/nota kredit.

68 53 Wewenangnya antara lain : 1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol mekanisme operasional. 2) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada manajemen koperasi. g. Manajer Operasional Tugasnya antara lain: 1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence) kepada mitra/anggota KJKS BMT Tumang 2) Terevealuasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional KJKS BMT Tumang 3) Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunan dana secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan. Wewenangnya antara lain: 1) Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas wewenang 2) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam batas weweanang 3) Melakukan kontrol terhadap kehadiran pengelola 4) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional

69 54 h. Manajer Marketing Tugasnya : 1) Pencapaian target marketing baik funding maupun lending. 2) Penyelenggaraan rapat marketing dan penyelesaian permasalahan ditingkat marketing. 3) Penilaian dan evaluasi kinerja bagian marketing Wewenang : 1) Memberikan usulan untuk pengembangan pasar. 2) Menentukan target funding dan lending bersama dengan Manajer Utama. i. Manajer Cabang Tugasnya antara lain : 1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui Manajer Utama. 2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran BMT cabang dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada Manajer Utama. 3) Menyusun dan meminta persetujuan Manajer Utama tentang peraturan wewenang Komite Pembiayaan. 4) Mengajukan usul kepada Manajer Utama tentang jenis atau produk baru untuk disetujui penggunaannya. 5) Membuat laporan secara periodik kepada Manager Utama

70 55 Wewenangnya antara lain : 1) Menyetujui pembiayaan sampai dengan jumlah Rp ,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus mendapatkan persetujuan Manajer Utama. 2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan. 3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian Pengelola BMT cabang. j. Marketing (Pemasar) Tugasnya antara lain : 1) Menjalankan tugas lapangan yaitu menawarkan produk BMT. 2) Mengatur rute kunjungan harian. 3) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada Manajer cabang. 4) Menyimpan dokumen terkait sesuai dengan standar baku. Wewenangnya antara lain : 1) Mengusulkan strategi pemasaran untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 2) Melakukan negosiasi bagi hasil kepada anggota sesuai dengan kebijaksanaan pemasaran. k. Kasir/Teller Tugasnya antara lain : 1) Memberikan pelayanan kepada anggota baik penarikan maupun penyetoran (simpanan atau angsuran).

71 56 2) Menghitung keadaan keuangan atau transaksi setiap hari. 3) Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah disetujui oleh Manajer Cabang. Wewenangnya antara lain : 1) Mengatur pola administrasi yang efektif. 2) Mengajukan pengeluaran kas kepada Manajer Cabang. l. Kepala Divisi Maal Tugasnya : 1) Menyiapkan konsep pengelolaan baitul maal secara tepat yang disesuaikan dengan kondisi ummat yang ada disetiap lingkungan dengan tetap mengacu pada kaidah baku syariah Islam, dan menjadikan sebagai bagian dari dakwah. 2) Menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan agar setiap transasksi tercatat dengan baik, rapi dan dapat dipertanggungjawabkan. 3) Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal, serta membuat laporan secara teratur kepada Manajer Utama atau donatur bila diperlukan. Wewenangnya antara lain : 1) Menghubungi anggota masyarakat untuk dakwah. 2) Menetapkan pendistribusian Maal kepada yang berhak.

72 57 m. Kepala Bidang Personalia Tugasnya antara lain : 1) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan eksternal KJKS atau Koperasi 2) Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data karyawan, serta hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, pendidikan, pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan Wewenangnya antara lain: 1) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum 2) Melakukan pencairan dana untuk kebutuhan pengadaan inventaris kantor n. Staff Adm dan Keuangan Tugasnya antara lain : 1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam hal kebutuhan rumah tangga. 2) Mengatur dalam pengeluaran kebutuhan di setiap cabang meliputi buku simpanan, slip setoran, slip angsuran, akad, warkat, dll. Wewenangnya antara lain : 1) Mengatur pola administrasi. 2) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan Administrasi.

73 58 o. Staf Teknologi Informasi (TI) Tugasnya: 1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam hal kebutuhan TI. 2) Menyelesaikan masalah yang timbul terkait dengan sarana dan prasarana TI baik di pusat maupun di cabang. Wewenangnya antara lain : 1) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan TI 2) Mengusulkan pembenahan dan desain sistem TI apabila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan. p. Staf Maal Tugasnya antara lain: 1) Mengupayakan penggalian dana dari masyarakat (aghnia ) dalam hal zakat, infaq dan shodaqoh 2) Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal 3) Mengupayakan pengembangan sumber dana Maal Wewenangnya antara lain : 1) Mengatur pola pendistribusian dana Maal 2) Mengajukan anggara kepada Manajer Utama untuk kebutuhan dana Maal

74 59 q. Customer Service (CS) Tugasnya antara lain: 1) Memberikan pelayanan paripurna kepada Anggota sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 2) Memberikan informasi kepada anggota baik penarikan maupun penyetoran (simpanan atau angsuran). Wewenangnya antara lain : 1) Mengatur pola administrasi CS yang efektif. 2) Mengusulkan pola pelayanan yang efektif dan efisien kepada Manajer Cabang. Sesuai dengan penjelasan diatas, maka berikut disajikan susunan Pengurus dan Pengawas KJKS BMT Tumang tahun 2011/2013. TABEL 3. 1 SUSUNAN PENGURUS DAN PENGAWAS KJKS BMT TUMANG No N A M A ALAMAT PENDIDIKAN JABATAN 1 H. Munawir, Ama.Pd Cepogo D 3 Ketua 2 Dwi Rochmiathy, S.Pd Tumang S 2 Sekretaris 3 Rofiq Ridhoni, S.Kep Tumang S 1 Bendahara 4 Sugiyono, S.Ag Tumang D3 Anggota Pengurus 5 M. Wasil, SE, MM Solo S 2 Pengawas Manajemen 6 H. Ali Sya ni, BA Tumang Sarmud Pengawas Syari ah 7 H. MS Zuhri Tumang SPG Pengawas Syari ah 8 H. Munir Asrori Bandung S 1 Pengawas Syari ah 9 H. Soeryanto, SH Jakarta S 1 Pengawas Manajemen 10 Edi Darmasto, SE, Ak Surabaya S 1 Pengawas Manajemen 11 H. Sismanto, SE Bandung S 1 Pengawas Manajemen 12 M. Muchlas, SH, MH Jakarta S 2 Pengawas Manajemen 13 Aris Munandar, SE Jakarta S 1 Pengawas Manajemen Sumber: KJKS BMT Tumang Tahun 2013

75 60 6. Produk KJKS BMT Tumang a. Produk Pendanaan 1) Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah adalah Simpanan berdasarkan kaidah syari ah mudharabah al-muthlaqah, dimana nasabah memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal. Simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu. 2) Simpanan Mudharabah Berjangka Simpanan Mudharabah Berjangka (DEPOSITO) adalah Simpanan berdasarkan kaidah syari ah mudharabah al-muthlaqah, dimana nasabah memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal.

76 61 3) Simpanan Mudharabah Masa Depan Si Muda MaPan adalah Produk Simpanan di BMT Tumang dengan prinsip akad mudharabah al-muthlaqah, yaitu perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan khusus untuk kebutuhan anggota di waktu yang akan datang. Setoran minimal setiap bulan Rp ,-. b. Produk Pembiayaan 1) Investasi Transaksi pembiayaan investasi dapat dilakukan dalam 2 jenis transaksi, yakni Mudharabah dan Musyarakah. a) Mudharabah : Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/ perniagaan antara pihak pemilik dana (sahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak, sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik modal, kecuali jika diketemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

77 62 b) Musyarakah : Pembiayaan musyarakah (syirkah), adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama. 2) Pembiayaan Jual-Beli Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan dalam islam, antara lain adalah murabahah, salam dan istishna. a) Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh kedubelah pihak (Penjual dan Pembeli). Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat secara lump sum ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut dengan Bai Bitsaman Ajil.

78 63 b) Salam (Salaf) Salam (Salaf) adalah akad pembelian (jual-beli) yang dilakukan dengan cara, pembeli melakukan pemesanan pembelian terlebih dahulu atas barang yang dipesan/ diinginkan dan melakukan pembayaran dimuka atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan/ diinginkan diterima kemudian. (Penghantaran barang/ delivery dilakukan dengan cara ditangguhkan). c) Istishna : Istishna adalah akad bersama pembuat (produsen) untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau akad jual beli suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh pembuat (produsen) yang juga sekaligus menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (Upah). 3) Pembiayaan Jasa-Sewa Selain pembiayaan investasi dan jual-beli, dari BMT Tumang juga menyediakan produk Pembiayaan Jasa atau Sewa yang terdiri dari Ijarah dan Qardh. Adapun penjelasan dari kedua produk tersebut adalah berikut ini:

79 64 a) Ijarah : Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah aset sebagai ganti dari pembayaran. Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas manfaat dari sebuah aset, sedangkan sewa-beli (Ijarah wa Iqtina) atau disebut juga ijarah muntahiya bi tamlik adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan. b) Qardh Qardh adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur Fiqh, Qardh dikatagorikan sebagai aqd tathawwu yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung-jawab sosial, Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al-Qardhul Hassan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah membolehkan peminjam untuk untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi Lembaga Keuangan pemberi qardh tidak diperkenankan untuk meminta imbalan apapun.

80 65 B. Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo Menurut data dari pihak KJKS BMT Tumang cabang Cepogo perihal pembiayaan musyarakah, sistem pembiayaan musyarakah dirasa mampu menyentuh kalangan masyarakat dalam membantu mengembangkan usaha kecil/menengah. Selain mudah untuk dipahami, pembiayaan dengan akad musyarakah juga lebih mudah untuk dikontrol dalam pembagian hasil usaha, karena kedua belah pihak ikut serta dalam menyertakan modal. Pembiayaan musyarakah (syirkah), adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama. Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan pembagian keuntungan. 1. Rukun Musyarakah : a. Pihak yang berakad (para mitra) b. Obyek yang diakadkan : Modal, Kegiatan Usaha/ Kerja dan Keuntungan. c. Sighat : Serah (ijab) dan Terima (qabul) 2. Syarat Musyarakah : a. Pihak Yang Berakad : 1) Para pihak (Mitra) yang melakukan akad musyarakah harus dalam kondisi cakap hukum, dan

81 66 2) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan b. Obyek yang diakadkan : 1) Modal diberikan dalam bentuk uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama 2) Modal dapat pula berupa aset perdagangan, yakni antara lain barang-barang, properti, perlengkapan dan sebagainya termasuk pula aset tidak berwujud seperti hak paten dan lisensi. 3) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah sebuah hukum dasar, dan tidak diperkenankan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan ketidakikutsertaan mitra lainnya, namun demikian terhadap kesamaan kerja bukanlah syarat utama. Dibolehkan seorang mitra melaksanakan porsi pekerjaan yang lebih besar dan banyak dibandingkan dengan mitra lainnya, sehingga dalam hal ini mitra tersebut dapat mensyaratkan bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. c. Sighat: 1) Berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. 2) Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau dilakukan secara tertulis dan disaksikan.

82 67 3. Jenis-Jenis Musyarakah : a. Syirkah Kepemilikan (Amlak), syirkah yang terjadi karena warisan, wasiat atau faktor lainnya yang mengakibatkan pemilikan aset oleh dua orang atau lebih, serta berbagi dalam kepemilikan aset riil tersebut atas keuntungan yang dihasilkan daripadanya b. Syirkah Akad/ Kontrak (Uqud), syirkah yang terjadi karena kesepakatan dua orang mitra atau lebih yang bekerjasama dalam permodalan, kerja, dan atau keahlian serta berbagi keuntungan dan kerugian dari kemitraan tersebut. Kontrak ini memiliki berbagai jenis dan variasi, yakni : Al-Inan, A maal (Abdan), Wujuh. 4. Syarat Pengajuan Pembiayaan Berikut ini adalah syarat pengajuan pembiayaan di KJKS BMT TUMANG: 1) Menjadi anggota KJKS BMT TUMANG 2) Mempunyai usaha produktif 3) Mengisi formulir permohonan yang dilampiri : a) Fotocopy KTP Suami-Istri, Surat Nikah, dan Kartu Keluarga b) Fotocopy Surat Jaminan yang dapat berupa: i. BPKB yang disertai gesekan nomor rangka dan nomor mesin. ii. Sertifikat kepemilikan, SIDT (Surat Ijin Dasaran Tetap). iii. Apabila Jaminan adalah hak milik orang lain harus disertai surat kuasa dari pihak pemiliknya. c) Rekening Pembayaran Listrik/PDAM bulan terakhir

83 68 d) Membubuhkan tanda tangan calon anggota, suami/istri, serta ketua RT/Takmir Masjid setempat pada form pemngajuan pembiayaan. 4) Bersedia untuk disurvei dalam berbagai aspek 5) Mempunyai Agunan/ Jaminan (Sertifikat/ BPKB) 5. Ketentuan Besarnya Pembiayaan Besarnya pengajuan pembiayaan di BMT Tumang tentu bervariasi sesuai dengan kebutuhan anggota pembiayaan. Dari hasil wawancara penulis dengan pihak marketing finance pada BMT Tumang cabang Cepogo, diperoleh ketentuan terkait dengan pemberian keputusan pembiayaan sebagai berikut: a. Rp. 0 s.d. Rp , Keputusan diserahkan kepada manajer cabang BMT Tumang b. Rp s.d. Rp ,- Keputusan diserahkan kepada manajer utama BMT Tumang c. Di atas Rp ,- Keputusan diserahkan pada pengurus BMT Tumang.

84 BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo 1. Fungsi yang Terkait Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang Cabang Cepogo Fungsi yang terkait dalam sistem pengendalian intern pembiayaan musyarakah di BMT Tumang meliputi fungsi pelayanan pembiayaan, fungsi operasional, fungsi analisis, fungsi pemberian keputusan, fungsi administrasi, fungsi keuangan, dan fungsi akuntansi. a. Fungsi Pelayanan Pembiayaan Pelayanan pertama terhadap masyarakat yang diberikan oleh BMT Tumang dilakukan oleh customer service. Pelayanan yang dilakukan meliputi pemberian informasi mengenai produk BMT yang dibutuhkan oleh masyarakat, cara untuk menjadi nasabah ataupun anggota pembiayaan, serta informasi lain yang secara umum terkait dengan produk yang ditawarkan BMT kepada masyarakat. Pelayanan terhadap nasabah dikhususkan pada bagian customer service yang secara langsung berinteraksi dan memberikan pelayanan pertama kepada nasabah yang datang ke BMT Tumang. Fungsi pelayanan di BMT Tumang yang dilimpahkan kepada customer service bertujuan untuk mempermudah pembagian kerja masing- 69

85 70 masing bagian fungsi agar efektif dan tidak terjadi ketidak teraturan dalam melakukan tugas dari tiap-tiap bagian. b. Fungsi Operasional Fungsi operasional BMT Tumang dipegang oleh manajer cabang dan marketing finance dalam hal memeriksa kelengkapan dan mengolah data calon anggota pembiayaan. Bagian operasional menerima form pengajuan pembiayaan dari customer service, dan dibagi sesuai dengan wilayah operasionalnya. Pembagian sesuai wilayah operasional marketing finance dilakukan agar memudahkan dalam survei pembiayaan. Pembagian data anggota pembiayaan juga bertujuan untuk memudahkan otorisasi oleh marketing finance masing-masing dan juga pengarsipannya, karena tidak digunakan form bernomor urut tercetak dalam proses pengajuan pembiayaan. Fungsi operasional juga bertugas melakukan survei kepada calon anggota untuk mengetahui kondisi kepribadian serta usaha calon anggota yang digunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian pembiayaan. c. Fungsi Analisis Kegiatan menganalisis menjadi tugas manajer cabang dan marketing finance dalam menganalisa laporan hasil survei untuk menentukan kelayakan calon anggota pembiayaan untuk dibiayai. Tugas menganalisa calon anggota pembiayaan sudah menjadi tugas dan tanggungjawab manajer cabang dan marketing finance. Selain

86 71 melakukan penelitian (survei) terhadap calon anggota pembiayaan, manajer cabang dan marketing finance juga menganalisis hasil penelitian (survei) yang dilakukan sebagai tindakan lanjutan dan bentuk tanggungjawab atas tugas yang telah dilimpahkan kepada pihak tersebut. d. Fungsi Pemberian Keputusan Memberikan keputusan dalam nominal pembiayaan, diserahkan kepada pihak yang berbeda-beda sesuai dengan besarnya jumlah pembiayaan. Keputusan pembiayaan <25jt diserahkan kepada manajer cabang, keputusan pembiayaan 25jt-150jt diserahkan kepada manajer utama KJKS BMT Tumang, dan keputusan pembiayaan >150jt drserahkan kepada pengurus KJKS BMT Tumang. Hal tersebut diadakan agar terjadi kesepakatan yang lebih baik dari setiap bagian perusahaan, dan tidak hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian keputusan. e. Fungsi Administrasi Fungsi administrasi BMT Tumang dihandle oleh kasir/teller yang bertugas melayani semua transaksi dalam pembiayaan, mulai dari mencairkan dana, menerima setoran, hingga pelunasan dan memasukkan datanya ke dalam software. Fungsi administrasi juga bertugas menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan transaksi pembiayaan seperti slip, kuitansi, dan lain-lain.

87 72 f. Fungsi Keuangan Teller/kasir juga bertugas memegang fungsi keuangan yaitu bertanggungjawab dalam mengurus segala transaksi administrasi dalam proses pembiayaan musyarakah kemudian menyajikannya dalam laporan keuangan. Sesuai dengan tugas utama kasir/teller yaitu merekap dan mencatat transaksi keuangan yang terjadi. g. Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi dipegang oleh staf administrasi dan keuangan kantor pusat yang bertanggungjawab mengolah laporan harian kas dan jurnal yang dilaporkan oleh kasir/teller kantor cabang dari hasil transaksi yang telah dilakukan, ke dalam buku besar. Fungsi ini diserahkan kepada staf administrasi dan keuangan kantor pusat guna merekap seluruh laporan keuangan yang berasal dari seluruh kantor cabang BMT Tumang, sehingga terbentuk satu laporan keuangan KJKS BMT Tumang secara keseluruhan. Pemisahan beberapa fungsi ini dapat menghindarkan setiap kegiatan dari kesalahan yang mungkin terjadi, dan dapat memudahkan manajemen dalam mengidentifikasi apabila terjadi penyelewengan maupun kesalahan. 2. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pembiayaan Musyarakah di KJKS BMT Tumang cabang Cepogo BMT Tumang cabang Cepogo menggunakan jaringan prosedur pembiayaan yang terdiri dari prosedur permohonan pembiayaan, prosedur

88 73 persetujuan pembiayaan, prosedur akad pembiayaan, prosedur realisasi dana pembiayaan, dan prosedur pencatatan akuntansi. a. Prosedur Permohonan Pembiayaan Permohonan pembiayaan yang dihandle oleh customer service memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan diri sebagai calon anggota pembiayaan. Calon anggota pembiayaan mengisi form pengajuan pembiayaan yang diberikan oleh customer service dan menyerahkannya kembali dengan dilampiri syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak BMT. Manajer cabang bertugas mengawasi dan menerima data calon anggota pembiayaan dari customer service untuk ditindak lebih lanjut.

89 74 Gambar 4.1. Bagan Prosedur Permohonan Pembiayaan Bagian Customer Service b. Prosedur Persetujuan Pembiayaan Manajer cabang dan marketing finance menyampaikan keputusan persetujuan pembiayaan yang telah diperoleh dari analisis hasil survei terhadap calon anggota pembiayaan. Proses survei yang

90 75 dilakukan menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition) dan 1S (Syari ah). Pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak yang berbeda-beda berdasarkan besarnya nominal pembiayaan yang diajukan, agar terhindar dari kesalahan pemberian keputusan. Semakin besar nominal pengajuan pembiayaan, maka semakin tinggi tingkatan pihak pemberi keputusan agar tercapai keputusan yang benar-benar meyakinkan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Gambar 4.2. Bagan Prosedur Persetujuan Pembiayaan Bagian Marketing finance dan Manajer Cabang (Manajer Utama/Pengurus)

91 76 c. Prosedur Akad Pembiayaan Akad pembiayaan di BMT Tumang telah dilaksanakan oleh manajer cabang dan marketing finance kepada anggota pembiayaan dengan melibatkan 2 (dua) orang saksi dalam proses penanda tanganan akad. Sebelum penandatanganan berlangsung, terlebih dahulu dibacakan akad perjanjian. Setelah penandatanganan dilakukan penyerahan jaminan pembiayaan dari pihak anggota pembiayaan kepada pihak BMT Tumang dengan menyertakan Surat Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan. Gambar 4.3. Bagan Prosedur Akad Pembiayaan Bagian Manajer Cabang dan Marketing finance

92 77 d. Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan Setelah penandatanganan akad pembiayaan maka prosedur selanjutnya yaitu realisasi dana pembiayaan. Proses realisasi dana pembiayaan di BMT Tumang cabang Cepogo dilakukan oleh kasir/teller dengan membayarkan sejumlah dana pembiayaan kepada anggota pembiayaan. Transaksi tersebut juga dilengkapi dengan kuitansi dan slip pembiayaan sebagai bukti pembayaran, dan sebagai bukti transaksi yang digunakan untuk pencatatan. Gambar 4.4. Bagan Prosedur Realisasi Dana Pembiayaan Bagian Kasir/Teller

93 78 e. Prosedur Pencatatan Akuntansi Kasir/teller harus memastikan kecocokan antara catatan dengan aset yang ada sebelum menyampaikan laporan harian kas dan jurnal ke staf administrasi dan keuangan kantor pusat. Data transaksi pembiayaan yang telah dilakukan dengan bukti: form pengajuan pembiayaan, slip pembiayaan, kuitansi, dimasukkan ke software oleh kasir/teller dalam bentuk laporan harian kas dan jurnal transaksi. Laporan disampaikan oleh kasir/teller kepada staf administrasi dan keuangan kantor pusat BMT Tumang, secara otomatis melalui software, dan kemudian disajikan ke dalam buku besar. Penggunaan software dalam penyampaian laporan keuangan dianggap lebih efektif dan dapat meminimalisir resiko dari luar software. Gambar 4.5. Bagan Prosedur Pencatatan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu perusahaan, dalam sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengolahan data akuntansi untuk menghasilkan informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten 36 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan KPRI Guyub Rukun Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Pengendalian dan Pengawasan Intern Sebelum membicarakan unsur-unsur pengawasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern Menurut Mulyadi ( 2005 : 163 ) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi disajikan dalam laporan keuangan.

BAB II LANDASAN TEORI. informasi disajikan dalam laporan keuangan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori Akuntansi pada dasarnya merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran yang berupa informasi akuntansi. Sistem akuntansi mengajarkan sistem pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Institusi keuangan belum dikenal jelas dalam sejarah Islam. Namun prinsipprinsip pertukaran dan pinjammeminjam sudah ada dan banyak terjadi pada zaman Nabi Muhammad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama perusahaan adalah melakukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan suatu langkah yang direncanakan produsen sebelum produk dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana penulis ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih.

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BMT Syariah Tambang merupakan salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Perbankan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1 PERTEMUAN KELIMA SISTEM PENGENDALIAN INTERN Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami definisi sistem pengendalian intern. 2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu

Lebih terperinci

pengertian sistem pengendalian intern ada

pengertian sistem pengendalian intern ada 24 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sebelum membahas pengertian sistem pengendalian intern ada baiknya terlebih dahulu diberikan pengertian sistem, pengendalian intern

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... PERNYATAAN ORISINAL TUGAS AKHIR... ABSTRAK... ABSTRACT... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya berbagai lembaga keuangan saat ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan yang bisa mendukung perekonomian mereka. Lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memnuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Syari ah memiliki segmen pasar yang sudah jelas yaitu masyarakat level menengah ke bawah, sehingga kegiatan Lembaga ini akan berpusat di sentra-sentra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau sub sistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKAD WADI AH DAN RISIKO OPERASIONAL PADA PRODUK TABUNGAN SIMPANAN SUKARELA LANCAR (SIRELA) DI KJKS BMT AL-HIKMAH MIJEN

IMPLEMENTASI AKAD WADI AH DAN RISIKO OPERASIONAL PADA PRODUK TABUNGAN SIMPANAN SUKARELA LANCAR (SIRELA) DI KJKS BMT AL-HIKMAH MIJEN IMPLEMENTASI AKAD WADI AH DAN RISIKO OPERASIONAL PADA PRODUK TABUNGAN SIMPANAN SUKARELA LANCAR (SIRELA) DI KJKS BMT AL-HIKMAH MIJEN Diajukan Untuk Penulisan Tugas Akhir Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar 6,5 persen dari tahun 2010. 1 Sekarang ekonomi Indonesia lebih terintegrasi ke dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Hal ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari kegelisahan masyarakat di seluruh dunia khususnya umat muslim mengenai konsep keuangan syariah, maka di era globalisasi modern ini muncul lembaga-lembaga

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis dengan berbagai macam bidang usaha. Dalam menjalankan usahanya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan yang ingin dicapai oleh entitas atau perusahaan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan yang ingin dicapai oleh entitas atau perusahaan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, entitas atau perusahaan harus dikelola dengan baik agar tujuan yang ingin dicapai oleh entitas atau perusahaan dapat tercapai. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sistem Akuntansi Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengolahan data akuntansi untuk menghasilkan informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa khawatir pada setiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Informasi 1. Pengertian Sistem Mulyadi (2008 : 2) berpendapat bahwa sistem adalah sekelompok unsur atau komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO

SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syariah Oleh: Uli Nisa Muhibah NIM : 102503093

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum adanya lembaga simpan pinjam syariah, masyarakat kecil dan menengah dalam menambah modal usahanya dengan cara meminjam kepada rentenir atau lembaga simpan pinjam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik jika aktivitas tersebut saling terorganisir dengan baik dan terdapat suatu sistem yang baik dimana sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang berdampak pada pesatnya kemajuan industri perbankan dan jasa keuangan beberapa tahun terakhir ini, menuntut masyarakat untuk memilih perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai Gelar Ahli Madya. Program Studi Diploma III Keuangan & Perbankan.

Tugas Akhir. Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai Gelar Ahli Madya. Program Studi Diploma III Keuangan & Perbankan. PROSEDUR DAN STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG SYARIAH SOLO Tugas Akhir Disusun guna memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh Rahardian Pamungkas Dupa 14121010 PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia,  (diakses pada 15 November 2015). 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PRINSIP DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI KABUPATEN PONOROGO

ANALISIS PERBANDINGAN PRINSIP DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI KABUPATEN PONOROGO ANALISIS PERBANDINGAN PRINSIP DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagian syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan Kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di Indonesia baru berkembang sejak kurang lebih satu dekade terakhir. Perkembangan ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orangorang atau badan-badan hukum koperasi memberikan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH SEBAGAI PRODUK UNGGULAN DI BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

ANALISIS PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH SEBAGAI PRODUK UNGGULAN DI BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN ANALISIS PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH SEBAGAI PRODUK UNGGULAN DI BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN TUGAS AKHIR Digunakan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Fitzgrald (1981) dalam buku Puspitawati dan Anggadini (2011: 1), sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, beerkumpul

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT LUMBUNG PITIH NAGARI (BPR-LPN) LIMAU MANIS PADANG

PENGENDALIAN INTERN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT LUMBUNG PITIH NAGARI (BPR-LPN) LIMAU MANIS PADANG Tugas Akhir PENGENDALIAN INTERN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT LUMBUNG PITIH NAGARI (BPR-LPN) LIMAU MANIS PADANG Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syari ah, prinsip berdasarkan kaidah al-mudharabah.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL

ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Menurut Mulyadi (2001: 2) sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sekarang ini, ada dua jenis lembaga keuangan syariah yaitu lembaga keuangan syariah yang berupa bank dan lembaga keuangan syariah non bank. Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci