DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM HUKUM INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM HUKUM INDONESIA"

Transkripsi

1 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM HUKUM INDONESIA DESIGN OF INTEGRATED CIRCUITS AS INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS IN INDONESIAN LAWS Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jalan Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh Diterima: 13/02/2018; Revisi: 25/03/2017; Disetujui: 31/03/2017 DOI: ABSTRAK Desain tata letak sirkuit terpadu sebagai cetak biru untuk sirkuit terpadu, digunakan dalam berbagai produk teknologi informasi, seperti komputer, telepon selular, dan peralatan komunikasi, memiliki ciri khas tersendiri yang tidak sesuai untuk ditempatkan dalam rezim hukum hak kekayaan intelektual yang ada, karena itu, perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan khusus (sui generis). Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan mengaplikasikan pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan perbandingan. Indonesia telah mengundangkan hukum tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, tetapi undang-undang ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan yang ada berkaitan dengan kelengkapan dan kualitas norma serta penegakan hukumnya. Kelemahan tersebut tidak hanya dari aspek teknik perancangan peraturan perundang-undangan, tetapi juga berakar pada budaya hukum. Kata Kunci: Semikonduktor, Sirkuit Terpadu, Kepemilikan, Industri. ABSTRACT Design of integrated circuits as blue prints for integrated circuit used in various products of information technology, such as computer, cellular phone, and telecomunication media, has its own characteristics which is not fit to be put under the previous intellectual property law regimes, therefore, it needs to be regulate under a specific legislation (sui generis). This research utilizes doctrinal legal research method by applying statute approach and comparative approach. Indonesia has enacted laws on Design of Integrated Circuits, but the law has certain limitations. The limitations is regarding the adequacy of subject matter, the quality of norms, and the legal enforcement. The limitations is not only from the aspect of technical legal drafting, but also rooted on legal culture. Key Words: Semiconductor, Chips, Ownership, Industry. Kanun: Jurnal Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ISSN: e-issn: Open access:

2 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia PENDAHULUAN Desain tata letak sirkuit terpadu merupakan salah satu bentuk hak kekayaan Intelektual (HKI) baru dalam hukum internasional dan hukum Indonesia., dibandingkan dengan bentuk HKI lain, seperti hak cipta, paten, merek, dan desain industri. Keberadaan pengaturan muncul akibat adanya sifat khusus desain tata letak sirkit terpadu yang tidak dapat ditampung pengaturannya melalui rejim hukum HKI yang ada. Kebutuhan pengaturan khusus tersebut juga didorong oleh adanya perkembangan ekonomi, teknologi, dan industri berkaitan dengan penggunaan sirkuit terpadu di negara-negara maju dan negara-negera berkembang. 1 Oleh karena merupakan bidang baru dari hukum kekayaan intelektual Indonesia, diperlukan dahulu pemahaman tentang garis besar pengaturan tentang hal ini sebelum dapat memahami secara lebih mendalam ke depan. Kebutuhan akan pengaturan khusus bagi desain tata letak sirkuit terpadu diperlukan karena adanya permasalahan yang khas yang ditimbulkan oleh kebutuhan industri semikonduktor (topografi, desain tata letak sirkuit terpadu) terhadap penghargaan ekonomi atas kreativitas.pemajuan inovasi, penelitian dan investasi, dan juga untuk melindungi kepentingan masyarakat umum terhadap pemecahan masalah yang bersifat khas, sebagaimana Kongres Amerika Serikat memandangnya pada saat pertama kali RUU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut diajukan. 2 Perkembangan hukum HKI di negara maju berlangsung cepat sehubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi atau komputer dan perekonomian 3 di bidang terkait, yang membutuhkan cara-cara tersendiri untuk dapat menampungnya. Hukum HKI yang telah ada tidak 1 O K Saidin, Transplantation of Foreign Law into Indonesian Copyright Law: The Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 20, 2015, hlm. 231, menjelaskan bahwa perubahan hukum HKI Indonesia terutama didorong oleh keikutsertaannya dalam rezim hukum perdagangan internasional, sebagaimana diatur dalam TRIPS/GATT/WTO. 2 Partrick Keyzer, Protection of Semiconductor Chips Paper Presented at Indonesia-Australia Specialized Training Project, Intellectual Property Rights, Phase II at Faculty of Law University of Technology Sydney, hlm Mas Rahmah, The Protection of Agricultural Products under Geographical Indication: An Alternative Tool for Agricultural Development in Indonesia, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 22, Maret 2017, , hlm

3 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp dapat menampung persoalan baru yang bersifat khas tersebut. 4 Hal ini karena hukum HKI yang telah ada memiliki asas-asas pengaturan umum tersendiri yang berlainan sehingga masalahmasalah baru tersebut tidak dapat tercakup ke dalamnya. 5 Kesulitan perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu melalui hukum paten karena desain tata letak sirkuit terpadu sulit dapat memenuhi kriteria pertama dan kedua persyaratan dalam pemberian paten, yaitu kebaruan (novelty) dan langkah inventif (inventif step). 6 Kesulitan perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu melalui hukum hak cipta karena sifat desain tata letak sirkuit terpadu yang lebih utilitarian. Lebih utilitarian karena desain tata letak sirkuit terpadu semata-mata melindungi produk industri (industrial products), yang berada di luar bidang perlindungan hukum hak cipta. 7 Hukum desain tata letak sirkuit terpadu membutuhkan cara baru dalam pengaturan. Dalam hal ini dengan menampung asas-asas umum pengaturan tertentu, yang merupakan perpaduan dari beberapa model hukum HKI yang telah ada, terutama paten dan hak cipta. Misal tentang adanya persyaratan keaslian (originality) seperti pada hak cipta untuk memperoleh perlindungan hukum. Dalam hal ini dituntut adanya tingkatan kreativitas minimal dalam perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu, walaupun tidak harus memiliki persyaratan langkah inventif yang berat, seperti pada paten. Akan tetapi, para ahli berpendapat mungkin memerlukan tingkatan kreativitas sedikit lebih besar daripada pada hak cipta. 8 Sebagaimana 4, Pengaturan Desain Industri Sebagai Hak Kekayaan Inteletual dan Urgensi Implementasinya Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 5., No. 1., 2014, 50-60, hlm. 51, menjelaskan bahwa TRIPS/GATT/WTO menentukan standar minimum perlindungan minimum masing-masing bentuk HKI yang negara pesertanya. 5, Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 4., No. 1., 43-58, 2013, hlm Man- Gi Paik, Protection of the Layout Desingns of Semiconductor Integrated Circuits Paper Presented at APEC PR International Symposium, June 14 18, 1999 Organized by the Korea Industrial Property Office, Taejon, Republic of Korea. 7 Stephen A. Becker, Legal Protection of Semiconductor Mask Works in the United States, Computer /Law Journal Vol. 6 No. Winter, 1986,, , hlm Jay A. Erstling, The Semiconductor Chip Protection Act and its Impact: Internasional Protection of Chip Design, Rutgers Computer and Technology Law Journal, Vol. 15, 1989, hlm

4 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia diketahui hak cipta memiliki standar persyaratan keaslian yang rendah, sedangkan paten memiliki persyaratan standar keahlian yang tinggi. Jadi, standar keaslian dalam perlindungan desain industri berada diantara persyaratan keaslian dalam hak cipta yang lebih rendah dan persyaratan langkah inventif dalam paten yang lebih tinggi. Selain itu, tentang jangka waktu perlindungan. Jangka waktu perlindungan paten dan hak cipta dipandang terlalu lama apabila diterapkan pada desain tata letaksirkuit terpadu, yang pada kenyataannya membutuhkan jangka waktu yang lebih pendek. Hal ini karena nilai ekonominya cepat hilang atau berkurang karena cepatnya perkembangan kemajuan inovasi dalam bidang ini. Artikel ini membahas tentang perkembangan pengaturan desain tata letak sirkuit terpadu dalam hukum internasional dan dalam hukum Indonesia. Setelah itu garis besar pengaturan desain tata letak sirkuit terpadu dalam hukum Indonesia. Terakhir dikemukakan tentang beberapa kelemahan pengaturan dalam hukum positif yang ada sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya ke depan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian hukum (legal research), dengan mengkaji hukum internasional dan hukum nasional. Dengan pendekatan penafsiran, penelitian ini turut mengungkapkan kelemahan dalam pengaturan hukum positif Indonesia terkait pengaturan desain tata letak sirkuit terpadu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Perkembangan Pengaturan dalam Hukum Internasional dan Hukum Indonesia Konvensi internasional pertama tentang desain tata letak sirkuit terpadu muncul pada tahun Konvensi ini disebut Traktat Washington (Washington Treaty), yang mempunyai nama lengkap Treaty on Intellectual Property in Respect of Integrated Circuits. Melalui traktat ini 26

5 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp desain tata letak sirkuit terpadu menjadi bentuk HKI baru yang mendapatkan perlindungan hukum secara internasional 9. Pada satu sisi, Traktat Washington memberikan jangka waktu perlindungan 8 (delapan) tahun. Traktat Washington juga mengenal pengaturan tentang lisensi wajib dalam rangka mendukung pencapaian tujuan nasional, persaingan bebas, dan pencegahan penyalahgunaan hak, dan sebagainya. Pada sisi yang lain, ruang lingkup perlindungannya tidak menjangkau hak berkaitan dengan produk akhir. Traktat Washington juga tidak mengatur tentang ganti rugi terhadap tindakan pembeli yang beritikad baik. 10 Pada tahun 1994, desain tata letak sirkuit terpadu menjadi bagian dari rezim pengaturan Trade Related Intellectual Property Rights General-Agreement-on-Tariffs-and-Trade /World Trade Organization (TRIPs/GATT/WTO). TRIPs/GATT?WTO mengatur aturan disiplin yang tinggi, lengkap dengan mekanisme penegakan hukumnya seperti halnya berlaku juga untuk HKI lain. 11 Sebagai bagian dari pengaturan perdagangan Internasional di bawah TRIPs/GATT/WTO 12, desain tata letak sirkuit terpadu mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat internasional, baik negara maju maupun negara berkembang. TRIPs merupakan Lampiran (Annex), yang tidak terpisahkan dari norma substantif dalam dokumen hukum dagang internasional GATT, yang melahirkan oraganisasi dagang internasional yang baru pada waktu itu, WTO. Sebagai bagian dari GATT, yang pada intinya mengatur tentang liberalisasi perdagangan, TRIPs mempunyai dampak yang cukup luas terhadap hukum HKI, khususnya hukum desain tata 9 Ibid, hlm Man-Gi Paik, Ibid., hlm Dahlan dan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm, , Persetujuan TRIPS-GATT dan Implikasinya dalam Hukum Hak Milik Intelektual Nasional, KANUN Jurnal Ilmu Hukum, No. 8., Agustus, 78-90, hlm

6 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia letak sirkuit terpadu. Hal ini karena TRIPs mewajibkan setiap negara anggota untuk menciptakan aturan hukum nasional, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan bersama tersebut. 13 TRIPs berbeda dengan Traktat Washington memperpanjang jangka waktu perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu menjadi 10 tahun. TRIPs mengatur lisensi wajib lebih ketat daripada Traktat Washington, yaitu dengan memperkenalkan pemerikasaan pengadilan (judicial review) dan pembayaran ganti rugi. Ruang lingkup perlindungan juga lebih diperluas, dengan menambah perlindungan juga untuk hak berkaitan dengan produk akhir. Di samping itu, dalam TRIPs, meskipun pembelinya beritikad baik, tetap memikul tanggung gugat dalam pembayaran royalti, asalkan telah diberitahukan dengan cukup bahwa desain tata letak sirkuit terpadu yang dibeli, dibuat secara tidak sah. 14 Negara-negara yang telah ada hukum HKI nasionalnya, kemudian satu persatu menyesuaikan pengaturan nasionalnya dengan kaidah kaidah TRIPs/GATT/WTO tersebut. Sementara negaranegara peserta yang belum memiliki hukum nasionalnya, karena adanya kewajiban tersebut mulai merancang hukum nasionalnya masing-masing untuk memberikan perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu. Indonesia, sebagai anggota WTO yang menandatangani persetujuan TRIPs sebagai bagian dari dokumen hukum dagang internasional dalam GATT tersebut juga berkewajiban merumuskan peraturan perundang-undangan dalam bentuk undang-undang untuk mengatur masalah ini. 2) Garis Besar Pengaturan dalam Hukum Indonesia Untuk memahmi pengertian desain tata letak sirkuit terpadu lebih dahulu perlu dipahami pengertian desain tata letak sirkuit terpadu. 13 Md. Zafar Mahfooz Normani and Faizanur Rahman, Intellection of Trade Secret and Innovation Laws in India, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 16, Juli, , hlm Man-Gi Paik, Loc. Cit. 28

7 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Pertama, tentang desain tata letak Pasal 1 angka 2 UU DTLST menentukan bahwa desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurangkurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu. Istilah lain yang juga digunakan para penulis dan peraturan perundang-undangan untu desain tata letak tersebut adalah topografi (topography) atau lempengan semikonduktor (semiconductor chips). Desain tata letak sirkuitb terpadu diperlukan untuk membuat sirkuit terpadu. Ia merupakan bentuk cetak biru (blue print) untuk menghasilkan sirkuit terpadu. 15 Sirkuit terpadu ini terutama dipakai pada berbagai produk teknologi informasi, komputer, telepon selular, dan peralatan telekomunikasi. Kedua tentang sirkuit terpadu Pasal 1 angka 1 UU DTLST merumuskan difinisi sirkuit terpadu sebagai suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang didalamnya terdapat berbagai elemen, dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagaian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Sirkuit terpadu merupakan produk yang dibuat dengan menggunakan desain tata letak 16. Baik desain tata letak maupun sirkuit terpadu mendapatkan perlindungan hukum. Bahkan, perlindungan hak desain tata letak sirkuit terpadu meliputi juga produk akhir (seperti komputer, telepon selular, dan peralatan telekomunikasi), yang mengandung sirkuit terpadu tersebut Man-Gi Paic, Ibid., hlm Paik, Loc. Cit. 17 Man-Gi Paik, Ibid., hlm

8 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Menurut Chistie, 18 sirkuit terpadu digunakan untuk melaksanakan 2 (dua) fungsi berbeda, tetapi berkaitan yaitu sebagai berikut: (1) penyiapan informasi; (2) pelaksanaan operasi logis terhadap informasi. Ditambahkannya bahwa penyimpangan dan manipulasi logis dari informasi tersebut merupakan inti dari perhitungan komputer (juga dikenal sebagai pemerosesan informasi). Dengan demikian, banyak sirkuit terpadu didesain dan diciptakan untuk digunakan pada komputer. Elemen selain perangkat lunak, yaitu perangkat keras dari sebuah sitem komputer, terdiri dari terutama sirkuit-sirkuit terpadu ini. Definisi hak desain tata letak sirkuit terpadu dalam Pasal 1 Angka 6 UU DTLST adalah: hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada desain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Negara memberikan perlindungan hukum sebagai hak milik pribadi kepada pendesain yang dapat menggunakan haknya untuk memperoleh keuntungan ekonomi selama masa tertentu. Pihak lain yang tidak berhak tidak memperoleh perlindungan hukum dari negara, sehingga tidak dibenarkan melanggar hak pemegang haknya. Apabila dilanggar juga, pelanggarnya dapat dikenakan sanksi hukum, baik perdata maupun pidana sebagaimana diatur dalam UUDTLST. Pasal 2 ayat (1) UU DTLST menegaskan bahwa hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan terhadap desain tata letak sirkuit terpadu yang orisinal. Pasal 2 ayat (2) UUDTLST menegaskan bahwa syarat orisinal ada apabila memenuhi dua kriteria. Pertama, desain tata letak sirkuit terpadu merupakan hasil karya mandiri pendesain,dan kedua pada saat desain tata letak sirkuit terpadu tersebut di buat tidak merupakan sesuatu yang umum bagi para pendesain. Undang Undang mungunakan kata sambung dan berarti kedua Andrew Chistie, Integrated Circuits and Their Contents: International Protection. Sweet & Maxwell, London, 30

9 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp keteria tersebut secara kumulatif haruslah terpenuhi, apabila tidakakan menghilangkan sifat orisinal sehinga tidak akan memperoleh perlindungan hukum. UU DTLST tidak menentukan persyaratan yang terlalu ketat terhadap ukuran keaslian tersebut.yang penting desain tata letak sirkuit terpadu tersebut dihasilkan dari usaha pendesain sendiri,dalam arti bukan hasil jiplakan atau reproduksi dari karya pihak lain. Di samping itu, supaya orisinal kreasi tersebut haruslah tidak merupakan hal yang umum di kalangan pendesain atau industri tersebut. Ukuran kedua ini dekat-dekat dengan ukuran kebaruan pada paten. Berbeda dengan sistem pendaftaran hak cipta yang tidak mengharuskan adanya pendaftaran, hak desain tata letak sirkuit terpadu mengharuskan adanya pendaftaran untuk memperoleh perlindungan hukum. Akan tetepi, sistem pendaftaran berbeda dengan paten. Pada desain tata letak sirkut terpadu tidak mengenal pemeriksaan substantif setelah pendaftaran untuk menentukan pemberian hak sebagaimana terdapat pada paten. Oleh karenanya, persyaratan keaslian tersebut baru penting pada saat terjadinya sengketa di depan hakim, bukan pada saat pendaftaran.pendaftarannya hampir sama dengan pendaftaran hak cipta yang memekan waktu yang relatif singkat karena Ditjen HKI Kemenkumham tidak perlu melakukan pemeriksaan substantif untuk menentukan ada tidaknya keaslian tersebut 19 Dalam sistem demikian pendaftaran penting dalam rangka kejelasan hak desain tata letak sirkuit terpadu berkaitan dengan subjek perlindungan hak, waktu pencipta, dan waktu berakhinya perlindungan 20. Sedangkan penentuan siapa yang sesungguhnya berhak ditentukan lewat pengadilan apabila ada sengketa yang terjadi. Dengan demikian, walaupun telah terdaftar, masih terbuka kesempatan kepeda pihak lain yang berkepentingan untuk mempersoalkannya di pengadilan, yaitu pengadilan niaga. 19 Man-Gi Paik, Ibid., hlm Man-Gi Paik, Loc. Cit. 31

10 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Pengaturan jangka waktu perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu berbeda dengan paten atau merek. Pada paten atau merek penentuan tersebut didasarkan hanya pada filling date-nya, yaitu tanggal penerimaan pendaftaran paten, merek, dan desain industri. Pada desain tata letak sirkuit terpadu didasarkan pada salah satu dari 2 (dua) hal berikut ini: (1) Eksploitasi secara komersial; (2) Tanggal penerimaan. Akibatnya, terdapat dua alternatif jangka waktu perlindungan yang dapat dipilih oleh pemiliknya. Apabila yang dipilih adalah yang pertama, undang-undang memberikan kesempatan grace period selama dua tahun. Artinya, pemilik dalam dua tahun setelah pertamakali dikomersialisasikan dapat kapan sajamelakukan pendaftaran untuk memperoleh perlindungan. Pemilik tersebut dengan demikian sudah memperoleh perlindungan hukum sejak awal dari penggunaan komersial tersebut, walupun belum didaftarkan. Pelindungan dapat belaku surut dua tahun sejak pertamakali dieksploitasi secara konvensional, yang menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU DTLST adalah dibuat, dijual, digunakan, dipakai atau diedarkannya barang yang di UU DTLST dalamnya terdapat seluruh atau sebagian desain tata letak sirkuit terpadu dalam kaitan transaksi yang mendatangkan keuntungannya Terlihat bahwa pembuat undang-undang menganut sistem first to use secara terbatas, di samping sistem first to file sebagaimana paten, merek dan desain industri. Adapun jangka waktu perlindungan menurut Pasal 4 ayat (3) adalah UU DTLST 10 (sepuluh) tahun, yang dihitung berdasarkan salah satu sistm di atas. Berbeda dengan hak cipta yang tidak mengharuskan adanya pendaftaran, hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan atas dasar adanya permohonan, seperti paten. Akan tetapi, prosedur pendaftarannnya juga berbeda dengan paten karena pada desain tata letak sirkuit terpadu tidak terdapat pemeriksaaan substantif. Permohonan hanya dilakukan dalam rangka pemeriksaan administratif. Oleh karena, itu pendaftaran tidak sulit dan tidak memakan waktu yang lama. 32

11 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Prosedur permohonan hak desain tata letak sirkuit terpadu tersebut hampir sama dengan prosedur untuk pemeriksaan administratif pada paten yang menurut Pasal 10 ayat (7) UU DTLST akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Pasal 1 ayat (4) UU DTLST menentukan bahwa surat permohonan hak desain tata letak sirkuit terpadu harus dilengkapi dengan dokumen berikut ini. a. Salinan gambar atau foto serta uraian dari desain tata letak sirkuit terpadu yang dimohonkan pendaftarannya. b. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa. c. Surat pernyataan bahwa desain tata letak sirkuit terpadu yang dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya. d. Surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana dimaksudkan ayat (3) huruf e. Permohonan yang diajukan tersebut akan diperiksa formalitasnya oleh Ditjen HKI untuk melihat terpenuhinya persyaratan yang diatur Pasal 3, Pasal 10 dan Pasal 11 UU DTLST. Kemudian, tanpa melakukan pemeriksaan substantif tentang keaslian, kantor Direktorat Jenderal Hak Keuangan Intelektuan (Ditjen HKI) akan memberikan hak dan mencatatnya dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan media lain. Pasal 21 menetapkan bahwa Ditjen HKI harus mengeluarkan Sertifikat Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai bukti kepemilikan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah persyaratan di atas terpenuhi. 3) Kelemahan Pengaturan dalam Hukum Indonesia Pengaturan desain tata letak sirkuit terpadu merupakan pembentukan hukum baru dalam hukum nasional Indonesia. Sebelumnya tidak ada ketentuan peraturan peruindang-undangan yang pernah mengatur bentuk HKI baru ini di Indonesia. Oleh karena itu, dalam konteks socio-legal, 33

12 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia merupakan pembentukan hukum desain tata letak sirkuit terpadu terjadi berdasarkan asas hukum sebagai alat rekayasa sosial (law as a tool of social engineering). Sebagai norma hukum bentukan baru tentu saja penerapannya perlu diuji dengan keberhasilan atau kegagalan di lapangan setelah pembentukan hukum tersebut. Pada tahapan ini sudah dapat terdeteksi beberapa kelemahan, yang ada dalam UU DTLST. Kelemahan tersebut, antara lain, karena belum banyaknya pengalaman dalam pembentukan hukum tersebut dan belum banyaknya kasus terkait yang terjadi di Indoensia., baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Hal demikian tentu saja berbeda dengan dalam pembentukan hukum HKI lain, seperti hak cipta, paten, dan desain industri. Indonesia telah memiliki pengalaman yang lebih banyak, baik dalam pembentukan hukum maupun dalam penerapannya di lapangan. Sudjana memaparkan kelemahan UU DTLST dalam konteks perbandingan internal dengan beberapa bentuk HKI lain, yaitu hak cipta, paten, dan desain industri mengemukakan beberapa kelemahan, sebagai berikut. 21 a. Ketiadaan pengaturan tentang hak moral sebagaimana pada hak cipta. b. Ketiadaan pengaturan tentang hak prioritas sebagaimana pada paten, dan desain industri. c. Ketiadaan pengaturan tentang penetapan sementara sebagaimana pada hak cipta, paten, dan desain industri. d. Ketiadaan pengaturan pelaksanaan, yang menindaklanjuti pengaturan UU DTLST, seperti juga terjadi pada beberapa bentuk HKI lain. Aline Gratika Nugrahani menambahkan 2 (dua) kelemahan lainnya. Pertama, perumusan ketentuan tentang pemaknaan asas perlindungan pendaftar pertama (first to file), yang berbeda dengan pengaturan tentang hal yang sama dalam hukum paten, merek, dan desain industri. Pasal 4 UU DTLST menentukan bahwa eksploitasi komersial desain tata letak sirkuit terpadu yang belum 21 Sudjana, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dalam Perspektif Perbandingan Hukum Interen, E-Journal UNPAR, Vol. 3., No. 1., hal

13 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp didaftarkan tidak menyebabkan gugurnya hak mengajukan permohonan pendaftaran, asalkan diajukan dalam masa 2 (dua) tahun sebelum pendaftaran. Hal demikian dapat menimbulkan kesulitan praktis, ketika ada 2 (dua) pihak yang memiliki desain tata letak sirkuit terpadu yang memiliki persamaan. Yang satu lebih dahulu mendaftarkan daripada yang lainnya. Kedua, ketiadaan pemeriksaan substantif untuk menentukan keaslian desain tata letak sirkuit terpadu. Hal ini dapat membuka celah kesalahan karena dapat memberikan perlindungan terhadap desain tata letak sirkuit terpadu tertentu, yang pada kenyataannya tidak orisinil, sehingga menjadikan sistem perlindungannya tidak tepat sasaran. 22 Kelemahan lain bersifat lebih umum dan mendasar karena tidak hanya berlaku untuk UU DTLST, tetapi meliputi keseluruhan rejim hukum HKI Indonesia. Kelemahan tersebut, antara lain, dikemukakan Afifah Kusumadara, yang menyatakan beberapa faktor penyebab gagalnya perlindungan hukum HKI di Indonesia. Faktor penyebab tersebut meliputi sebagai berikut. 23 a. Hukum HKI tidak muncul danberkembang dalam hukum Indonesia sendiri, tetapi berasal dari hukum di dunia Barat yang memiliki kepentingan ekonomi dan sosial budaya yang berbeda. 24 b. Hukum HKI tidak sejalan dengan hukum adat Indonesia, yang tidak mengenal sejarah dan konsep kepemilikan kekayaan intelektual. c. Hukum HKI ternyata memiliki kelemahan dari aspek penegakan hukum di Indonesia. d. Hukum HKI tidak sejalan dengan realitas tingkat perkembangan ekonomi dan teknologi di Indonesia sampai sekarang ini. 22 Aline Gratika Nugrahani, Kelemahan Hukum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Jurnal Hukum Prioris, Vol. 1, No. 1, September 2006, hlm Afifah Kusumadara, Problems of Enforcing Intellectual Property Laws in Indonesia diakses tanggal 5 Desember Bandingkan dengan, Venture Capital: An American Concept and Its Problems of Implementation in Developing Countries, Jurnal Hukum Internasional (Indonesian Journal of International Law), Vol. 12, No. Januari, hal

14 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia SIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan: Pertama, desain tata letak sirkuit terpadu merupakan bentuk HKI baru, baik dalam hukum Indonesia maupun dalam hukum internasional. Perlindungan hukum HKI muncul karena alasan adanya tuntutan kebutuhan akibat perkembangan teknologi informasi dan perekonomian di bidang terkait, yang belum tertampung pengaturannya dalam rejim hukum HKI yang ada. Sekarang perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu telah dapat diperoleh dalam hukum Indonesia dan hukum internasional. Kedua, dengan berdasarkan standar internasional berdasarkan TRIPs/GATT/WTO dan belajar pada pengalaman negara lain, terutama negara maju, Indonesia telah berhasil membentuk UU DTLST sendiri. UU DTLST telah mengatur berbagai aspek dari materi muatan yang diperlukan, meliputi pengertian, kriteria perlindungan, lingkup hak, kepemilikan hak, jangka waktu perlindungan, pemeriksaan, pengalihan hak dan lisensi, pembatalan pendaftaran, penyelesaian sengketa, dan penyidikan serta ketentuan pidana. Meskipun demikian, dibandingkan dengan standar pengaturan bentuk HKI lain, seperti hak cipta, paten, dan desain industri, UU DTLST Indonesia memiliki kelamahan. Ketiga, kelemahan UU DTLST, antara lain, terletak pada materi muatan pengaturan dan kualitas perumusan norma, dan penegakan hukumnya. Kelemahan tersebut tidak hanya berasal dari aspek teknik perancangan peraturan perundang-undangan, tetapi juga berakar pada perbedaan landasan filosofis dalam pembentukan hukum tersebut, yang berhadapan dengan budaya hukum Indonesia berdasarkan Pancasila. Budaya hukum Indonesia berbeda, karena dengan budaya hukum dari negara lain tempat hukum HKI tersebut pertama kali muncul dan berkembang pesat sekarang. Untuk itu, ke depan diperlukan pengkajian yang lebih mendalam tentang berbagai aspek pengaturan dan penegakan hukum HKI pada umumnya dan hukum desain tata letak sirkiuit terpadu pada khususnya supaya lebih dapat lebih menyesuaikan dengan kebutuhan khusus di Indonesia berdasarkan Pancasila. 36

15 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp DAFTAR PUSTAKA Aline Gratika Nugrahani, 2006, Kelemahan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Jurnal Hukum Prioris, Vol. 1, No. 1. Andrew Cristie, 1995, Integrated circuits and Their Contents: International Protection, Sweet & Maxwell, London. Dahlan dan, 2000, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Citra Aditya Bakti, Bandung. Jay A. Erstling, 1989, The Semiconductor Chip Protection Act and Its Impact : Internasional Protection of Chip Design, Rutgers Computer and Technology Law Journal, Vol. 15. Man-Gi Paik, 1989, Protection of Layout Designs of Semiconductor Integrated Circuit, Paper presented at APEC PR International Symposium, June 14-18, 1999 Organized by the Korea Industrial Property Office, Taejon, Republic of Korea. Mas Rahmah, 2017, The Protection of Agricultural Products under Geographical Indication: An alternative Tool for Agricultural Development in Indonesia, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 22. Normani, Md Zafar Mahfooz and Faizanur Rahman, 2011, Intellection of Trade Secret and Innovation Laws in India, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 16. Patrick Keyzer, 1999, Protection of Semiconductor Chips Paper Presented at Indonesia-Australia Specialized Training Project, Intellectual Property Rights, Phase II at the Faculty of Law, University of Technology, Sydney, Australia. Saidin, OK. Transplantation of Foreign Law into Indonesian Copyright Law: The Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology, Journal of Intellectual Property Rights, Vol. 20., 1994, Persetujuan TRIPS-GATT dan Implikasinya dalam Hukum Hak Milik Intelektual Nasional, KANUN Jurnal Ilmu Hukum, No. 8, Agustus,

16 Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 20, No. 1, (April, 2018), pp Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai HKI dalam Hukum Indonesia, 2013, Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 4, No. 1, , 2014, Pengaturan Desain Industri Sebagai Hak Kekayaan Intelektual dan Urgensi Implementasinya Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 5, No. 1, , 2015, Venture Capital: An American Concept and Its Problems of Implementation in Developing Countries, Jurnal Hukum Internasional (Indonesian Journal of International Law), Vol. 12, No. 2, January, Stephen A. Becker, 1986, Legal Protection of Semiconductor Mask Work in the United States, Computer/Law Journal, Vol. 6. Sudjana, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dalam Perspektif Perbandingan Hukum Interen E- Journal UNPAR, Vol 3. No. 1, , http;//journal.unpar.ac.id/index.php/varitas/article/download/2531/2221, diakses 5 Desember WIPO, Draft Law on the Protection of Layout - Designs (Topographies) of Intergrated Circuits for the Republic of Indonesia. Prepared by the International Bureau of WIPO. World Intelllectual Property Organization (WIPO), Draft Law on the Protection of Layout-Designs (Topographies) of Integrated Circuits for the Republic of Indonesia. Prepared by the International Bureau of WIPO. 38

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR), yaitu hak atas kepemilikan terhadap karya-karya

Lebih terperinci

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*).

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*). KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*). Abstrak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah materi baru dalam bidang Hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau dalam bahasa asing disebut Intellectual Property Rights kian berkembang menjadi bahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu(DTLST) Rony Arifian ndy, S.Si HAKI-13

Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu(DTLST) Rony Arifian ndy, S.Si HAKI-13 Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu(DTLST) Rony Arifian ndy, S.Si HAKI-13 1 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Saat ini, ada tujuh objek Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia yang sudah dilindungi

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU I. UMUM Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) 1. Pembahasan HAKI Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI I. UMUM Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya terdapat tiga fungsi aparatur pemerintah seiring dengan bergulirnya reformasi birokrasi, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintah, fungsi penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, pengertian DTLST dibedakan menjadi dua bagian yaitu desain tata letak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang HKI salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang HKI salah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) 1. Dasar Hukum dan Lingkup HKI Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang HKI salah satunya persetujuan pembentukan World

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut adalah dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Subjek dan Objek Hukum Arti & Peranan Hak Kekayaan Intelektual Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat Serta Prosedur Pendaftaran dan Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 1. Syarat dan Prosedur Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM

Mata Kuliah: Legal Aspek dalam produk TIK Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, S.Kom, MM DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DAN RAHASIA DAGANG Pokok Bahasan: pengertian desain tata letak sirkuit terpadu, objek dan subjek desain tata letak sirkuit terpadu, perolehan hak desain tata letak sirkuit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan bagi kekayaan intelektual merupakan langkah maju bagi Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu implementasi era pasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Dasar Hukum Paten 1. Pengertian Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU Paten, yang dimaksud dengan Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Tidak dapat kita pungkiri bahwa merek merupakan suatu aset yang sangat berharga dalam dunia perdagangan sehingga memegang peranan yang sangat penting. Oleh

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA oleh: Ngurah Bagus Indra Putra I Wayan Suarbha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah

Lebih terperinci

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri; Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional.

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual menjadi isu sangat penting yang selalu mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional. Pengaturan internasional mengenai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK Oleh : Gusti Ayu Putu Intan PermataSari Cokorda Dalem Dahana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4045 (Penjelasan Atas Lembaran Negara

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law) TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Intelectual Property Rights Law) Hak Kekayaan Intelektual : Jenis Jenis dan Pengaturannya O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : C Dosen

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I Etika Dalam Pemanfaatan Teknologi II Tim Pengajar KU1102 - Institut Teknologi Sumatera Outline 1. Hak Kekayaan Intelektual - Definisi - Jenis-jenis hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN. a. Konsep dasar HKI. b. Teori pembenar perlindungan HKI 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN. a. Konsep dasar HKI. b. Teori pembenar perlindungan HKI 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL STATUS MATA KULIAH :WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : 68/HKR 022 JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH: Mata kuliah

Lebih terperinci

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU. Perhatikan desain-desain handphone berikut:

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU. Perhatikan desain-desain handphone berikut: DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Perhatikan desain-desain handphone berikut: 1 1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang SIRKUIT TERPADU (integrated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property Rights, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property Rights, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta olah pikir manusia yang berevolusi terus menerus, menjadi hal yang mungkin apabila melalui olah pikir manusia tersebut

Lebih terperinci

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia meratifikasi Perjanjian Wold Trade Organization (WTO)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan adanya perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 302, 1997 (HAKI. PATEN. Perdagangan. Penemuan. Ekonomi. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DISKUSI PUBLIC NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK

DISKUSI PUBLIC NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK DISKUSI PUBLIC NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK TIM PENYUSUSNAN NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK Ketua: Dr. Cita Citrawinda Noerhadi, SH.,MP. BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Jakarta, 4 Oktober 2012 Hotel

Lebih terperinci

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI RANDY PRASETYO UTOMO NRP : 2100711 Email :randyprasety0@yahoo.com Abstract - Industrial

Lebih terperinci

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

Dr. Tb. Maulana Kusuma   Web:  Gunadarma University Dr. Tb. Maulana Kusuma Email: mkusuma@staff.gunadarma.ac.id Web: http://mkusuma.staff.gunadarma.ac.id Gunadarma University Ruang Lingkup HKI Hak atas Kekayaan Intelektual didefinisikan sebagai suatu perlindungan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 Abstract : Ida Bagus Komang Wiwaha Kusuma Brahmanda Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL*

BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL* BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL* Oleh: Abdul Bari Azed 1. Kami menyambut baik pelaksanaan seminar ten tang Penegakan Hukum

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Hak Kekayaan Intelektual didefinisikan sebagai hak yang diberikan atas hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia Hak Kekayaan Intelektual

Lebih terperinci

BAGIAN EMPAT PENGELOLAAN HASIL PENELITIAN. Pedoman Penelitian Dana Internal UAD 32

BAGIAN EMPAT PENGELOLAAN HASIL PENELITIAN. Pedoman Penelitian Dana Internal UAD 32 BAGIAN EMPAT PENGELOLAAN HASIL PENELITIAN Pedoman Penelitian Dana Internal UAD 32 A. PENDAHULUAN Hasil penelitian yang baik adalah yang memberikan dampak dan manfaat, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek sebagai salah satu bentuk dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mempunyai peranan yang penting dalam hal perdagangan terutama dalam menghadapi era globalisasi

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undangundang tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sejalan dengan retifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi

Lebih terperinci

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : 68/HKR 022 JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH: Mata kuliah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENILAIAN KEBARUAN DAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI

IMPLEMENTASI PENILAIAN KEBARUAN DAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI IMPLEMENTASI PENILAIAN KEBARUAN DAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI Dinar Aulia Kusumaningrum 1, Kholis Roisah 2 r_kholis@yahoo.com ABSTRAK Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa konsekwensi logis bahwa suatu negara tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa peran serta dari negara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan hak kekayaan intelektual yang

Lebih terperinci

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Kantor Hak Kekayaan Intelektual Institut Pertanian Bogor (Kantor HKI-IPB) Gedung Rektorat IPB Lantai 5 Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah terjemahan resmi dari Intellectual Property Rights

Lebih terperinci

PENDAFTARAN HAK CIPTA DALAM PENEGAKAN HUKUM HAK CIPTA BERDASARKAN UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

PENDAFTARAN HAK CIPTA DALAM PENEGAKAN HUKUM HAK CIPTA BERDASARKAN UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA 1 PENDAFTARAN HAK CIPTA DALAM PENEGAKAN HUKUM HAK CIPTA BERDASARKAN UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA OLEH : Anak Agung Sagung Ngurah Indradewi ABSTRACT The intellectual property rights is part of

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HAKI

TINJAUAN TENTANG HAKI TINJAUAN TENTANG HAKI Mata Kuliah : Legal Aspek dalam Produk TIK Henny Medyawati, Universitas Gunadarma Materi dikutip dari beberapa sumber Subjek dan objek hukum Subjek Hukum adalah : Segala sesuatu yang

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan 1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK 2.1 Desain Industri 2.1.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Desain Industri Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan kedalam Industrial

Lebih terperinci

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI JANUARI RIFAI januari@raharja.info Abstrak Apa itu HAKI? Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan Kekayaan Intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia Latar Belakang Transfer Knowledge and/or Technology Generate Income Sebagai anggota WTO (World Trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang pelaksanaannya dititikberatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun; DESAIN INDUSTRI SEBAGAI BAGIAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG HAKI Oleh: Widowati ABSTRAKSI Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh profit. Agar profit dapat diraih biasanya perusahaan melakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita ketahui bersama bahwa manusia itu tidak mungkin hidup sendiri oleh karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu. Pengelompokkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN Muhammad Arif, Rosni Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 2005 HAKI. Industri. Desain. Pemohon. Pemegang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

%20Sirkuit%20Terpadu

%20Sirkuit%20Terpadu Penegakan hukum hak Desain Tata letak Sirkuit Terpadu harus hati-hati dalam memilah bentuk pelanggaran yang dilakukan dan justru diharapkan adalah petugas penegak hukum yang betul-betul dapat memahami

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH)

TINJAUAN YURIDIS ATAS TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH) TINJAUAN YURIDIS ATAS TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH) DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) Naufal Adilah Fikrianda

Lebih terperinci

DESAIN INDUSTRI DAN DTLST

DESAIN INDUSTRI DAN DTLST DESAIN INDUSTRI DAN DTLST Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Apakah Desain Industri itu? Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi

Lebih terperinci

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1997 HAKI. MEREK. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3681). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut atau memberikan izin pada pihak lain untuk menggunakannya. 3 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut atau memberikan izin pada pihak lain untuk menggunakannya. 3 Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai produk barang dan jasa beredar di dunia perdagangan, sehingga dibutuhkan daya pembeda antara produk barang/jasa yang satu dengan yang lain terutama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.252, 2016 HUKUM. Merek. Indikasi Geografis. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5953). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional Republik Indonesia yang tergambar melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS DI INDONESIA Milsida Fandy, Henry Soelistyo Budi Hardijan Rusli ABSTRACT In the free trade era, there is an urgent need of a "rule of the game" that can create

Lebih terperinci