BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan"

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan yang sudah dilakukan, kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut. 1. dari 6 jenis standar pelayanan yang wajib disediakan dalam penyelenggaraan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015, yakni pelayanan keselamatan, pelayanan keamanan, pelayanan kehandalan/keteraturan, pelayanan kenyamanan, pelayanan kemudahan/keterjangkauan, pelayanan kesetaraan, hasil penelitian menunjukan bahwa standar pelayanan yang ada di Haumeni SoE saat ini belum sesuai dengan Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Angkutan Jalan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015, selain itu masih terdapat beberapa fasilitas yang belum tersedia dan fasilitas yang tersedia saat ini belum memenuhi standar sesuai Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Terminal Dirjenhubdat 1994, 75

2 76 2. headway (selang waktu antar ) angkutan umum yang beroperasi di Haumeni SoE selama waktu pengamatan berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut a. headway rata-rata angkutan umum AKDP sebesar 13,4 menit dengan jumlah 45 unit lebih besar dari standar headway yang ditetapkan untuk kendaaraan angkutan umum AKDP yaitu 2 menit dan arus lalu-lintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan, b. headway rata-rata Angkutan Kota sebesar 3,9 menit dengan jumlah 152 unit lebih besar dari standar headway yang ditetapkan untuk Angkutan Kota yaitu 1 menit dan arus lalu-lintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan, c. headway rata-rata angkutan umum Angkutan Pedesaan sebesar 16,03 menit dengan jumlah 35 unit lebih besar dari standar headway yang ditetapkan untuk Angkutan Pedesaan yaitu 2 menit dan arus lalu-lintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan, d. headway berdasarkan waktu tunggu rata-rata terbesar angkutan umum AKDP interval waktu tertentu sebesar 10,57 menit dengan jumlah 4 unit lebih

3 77 besar dari standar headway yang ditetapkan untuk kendaaraan angkutan umum AKDP yaitu 2 menit dan arus lalu-lintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan, e. headway berdasarkan waktu tunggu rata-rata terbesar Angkutan Kota interval waktu tertentu sebesar 4,58 menit dengan jumlah 12 unit lebih besar dari standar headway yang ditetapkan untuk Angkutan Kota yaitu 1 menit dan arus lalu-lintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan, f. headway berdasarkan waktu tunggu rata-rata terbesar Angkutan Pedesaan interval waktu tertentu sebesar 12,25 menit dengan jumlah 4 unit lebih besar dari standar headway yang ditetapkan untuk Angkutan Pedesaan yaitu 2 menit dan arus lalulintas tidak begitu besar selama waktu pengamatan. 3. waktu tunggu angkutan umum yang ada di lokasi Haumeni SoE selama waktu pengamatan berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut, a. waktu tunggu rata-rata angkutan umum AKDP sebesar 2,4 menit dengan jumlah 45 unit lebih kecil dari standar waktu tunggu tunggu yang ditetapkan

4 78 untuk angkutan umum AKDP yaitu 40 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan, b. waktu tunggu rata-rata Angkutan Kota sebesar 1,88 menit dengan jumlah 152 unit lebih kecil dari standar waktu tunggu yang ditetapkan untuk Angkutan Kota yaitu 20 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan, c. waktu tunggu rata-rata Angkutan Pedesaan sebesar 2,45 menit dengan jumlah 35 unit lebih kecil dari standar waktu tungu yang ditetapkan untuk Angkutan Pedesaan yaitu 15 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan, d. waktu tunggu rata-rata terbesar angkutan umum AKDP interval waktu tertentu sebesar 3 menit dengan jumlah 4 unit lebih kecil dari standar waktu tunggu tunggu yang ditetapkan untuk angkutan umum AKDP yaitu 40 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan, e. waktu tunggu rata-rata terbesar Angkutan Kota interval waktu tertentu sebesar 2,42 menit dengan jumlah 12 unit lebih kecil dari standar waktu tunggu yang ditetapkan untuk Angkutan Kota yaitu 20 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan,

5 79 f. waktu tunggu rata-rata terbesar Angkutan Pedesaan interval waktu tertentu sebesar 3,25 menit dengan jumlah 4 unit lebih kecil dari standar waktu tunggu yang ditetapkan untuk Angkutan Pedesaan yaitu 15 menit dan tidak terjadi antrian selama waktu pengamatan. 4. kebutuhan ruang parkir yang tersedia saat ini di Haumeni SoE berdasarkan hasil analisis headway dan waktu tunggu adalah sebagai berikut, a. 27 m² untuk angkutan umum AKDP berdasarkan analisis headway rata-rata dan waktu tunggu rata-rata dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat 1994, b. 20 m² untuk Angkutan Kota berdasarkan analisis headway rata-rata dan waktu tunggu rata-rata dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat 1994, c. 20 m² untuk Angkutan Pedesaan berdasarkan analisis headway rata-rata dan waktu tunggu rata-rata

6 80 dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat 1994, d. 27 m² untuk angkutan umum AKDP berdasarkan analisis headway waktu tunggu rata-rata terbesar dan waktu tunggu rata-rata interval waktu tertentu dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat 1994, e. 20 m² untuk Angkutan Kota berdasarkan analisis headway waktu tunggu rata-rata terbesar dan waktu tunggu rata-rata interval waktu tertentu dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat 1994, f. 20 m² untuk Angkutan Pedesaan berdasarkan analisis headway waktu tunggu rata-rata terbesar dan waktu tunggu rata-rata interval waktu tertentu dapat menampung yang masuk ke lokasi selama waktu pengamatan, tapi tidak sesuai standar

7 81 menurut Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Dirjenhubdat Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, Saran yang diberikan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Haumeni SoE perlu meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan agar sesuai dengan Standar Penyelenggaraan Terminal Angkutan Jalan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015, 2. Haumeni SoE perlu merencanakan dan mengembangkan areal fasilitas karena areal fasilitas yang tersedia saat ini belum sesuai dengan Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Terminal menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tahun 1994.

8 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Sakti Adji., 2012, Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat., 1994, Studi Standarisasi Kebutuhan Fasilitas Terminal, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat., 1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. Hobbs, F.D., 1995, Penyelenggaraan dan Teknik Lalu Lintas, Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Keputusan Menteri Perhubungan., 1995, Terminal Transportasi Jalan, Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Morlok, Edward K., 1991, Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Murwono, D, 2006., Manajemen Prasarana Transportasi, Diktat Kuliah, MSTT-UGM, Yogyakarta. Munawar, A., 2009, Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia., 1993, Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Nomor 43 Tahun 1993), Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah., 2013, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Nomor 79 Tahun 2013), Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia., 2015, Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan (Nomor 40 Tahun 2015), Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia., 2015, Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan (Nomor PM 132 Tahun 2015), Menteri Perhubungan Republik Indonesia 82

9 Rancangan Peraturan Pemerintah., 1993, Pedoman Teknis Pembangunan dan Penyelenggaraan Terminal Angkutan Penumpang dan Barang (Nomor 31 Tahun 1993), Pemerintah Republik Indonesia 83

10 85 LAMPIRAN I STANDAR PELAYANAN PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN JALAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 40 TAHUN 2015 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator 1. Keselamatan a. Lajur pejalan kaki Lajur pejalan kaki yang meminimalkan crossing dengan bermotor b. Fasilitas keselamatan jalan Fasilitas keselamatan jalan (rambu, marka, penerangan jalan, pagar) Ketersediaan Ketersediaan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia lajur pejalan kaki yang meminimalkan crossing dengan bermotor Tersedia fasilitas keselamatan jalan (rambu, marka, penerangan jalan, pagar) c. Jalur evakuasi Jalur evakuasi Ketersediaan Tersedia jalur evakuasi d. Alat pemadam Alat pemadam Ketersediaan Tersedia alat kebakaran kebakaran pemadam e. Pos, fasilitas dan petugas kesehatan f. Pos, fasilitas dan petugas pemeriksa kelaikan umum Pos, fasilitas dan petugas kesehatan Pos, fasilitas dan petugas pemeriksa kelaikan umum Ketersediaan Ketersediaan kebakaran Tersedia pos, fasilitas dan petugas kesehatan Tersedia Pos, fasilitas dan petugas pemeriksa kelaikan umum Tersedia lajur pejalan kaki yang meminimalkan crossing dengan bermotor Tersedia fasilitas keselamatan jalan (rambu, marka, penerangan jalan, pagar) Tersedia jalur evakuasi Tersedia alat pemadam kebakaran Tersedia pos, fasilitas dan petugas kesehatan Tersedia Pos, fasilitas dan petugas pemeriksa kelaikan umum Tersedia lajur pejalan kaki yang meminimalkan crossing dengan bermotor Tersedia fasilitas keselamatan jalan (rambu, marka, penerangan jalan, pagar) Tersedia jalur evakuasi Tersedia alat pemadam kebakaran Tersedia pos, fasilitas dan petugas kesehatan Tersedia Pos, fasilitas dan petugas pemeriksa kelaikan umum Keterangan

11 86 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator g. Fasilitas perbaikan ringan umum h. Informasi fasilitas keselamatan i. Informasi fasilitas kesehatan j. Informasi fasilitas pemeriksaan dan perbaikan ringan bermotor Fasilitas perbaikan ringan umum Informasi ketersediaan peralatan penyelamatan darurat dalam bahaya (kebakaran, bencana alam dan kecelakaan) Informasi ketersediaan fasilitas untuk penanganan darurat Informasi fasilitas pemeriksaan dan perbaikan ringan bermotor Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia fasilitas Tersedia fasilitas Tersedia fasilitas perbaikan ringan perbaikan ringan perbaikan ringan umum umum umum Tersedia Informasi fasilitas keselamatan, petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas kesehatan yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas pemeriksaan dan perbaikan ringan bermotor yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas keselamatan, petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas kesehatan yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas pemeriksaan dan perbaikan ringan bermotor yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas keselamatan, petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas kesehatan yang mudah terlihat dengan jelas Tersedia Informasi fasilitas pemeriksaan dan perbaikan ringan bermotor yang mudah terlihat dengan jelas Keterangan

12 87 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator 2. Keamanan a. Fasilitas keamanan Fasilitas pencegah tindak kriminal b. Media pengaduan gangguan keamanan Informasi yang disampaikan pengguna jasa apabila mendapat gangguan keamanan berupa stiker berisi nomor telepon dan/atau SMS pengaduan ditempel pada tempat yang strategis dan mudah dilihat c. Petugas keamanan Orang yang menjaga ketertiban dan keamanan bagi pengguna jasa Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan petugas Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia pos keamanan, kamera pengawas, dan titik pengamanan tertentu Tersedia stiker pada tempat yang strategis, mudah terlihat dan jelas terbaca Minimal 2 (dua) petugas berseragam dan mudah terlihat Tersedia pos keamanan, kamera pengawas, dan titik pengamanan tertentu Tersedia stiker pada tempat yang strategis, mudah terlihat dan jelas terbaca Minimal 1 (satu) petugas berseragam dan mudah terlihat Tersedia pos keamanan Tersedia stiker pada tempat yang strategis, mudah terlihat dan jelas terbaca Minimal 1 (satu) petugas berseragam dan mudah terlihat Keterangan

13 88 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator 3. Kehandalan/keteraturan a. Jadwal kedatangan dan keberangkatan serta besaran tarif bermotor umum beserta realisasi jadwal secara tertulis b. Jadwal umum dalam trayek lanjutan dan umum tidak dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis c. Loket penjualan tiket Jadwal kedatangan dan keberangkatan serta besaran tarif bermotor umum beserta realisasi jadwal secara tertulis Jadwal umum dalam trayek lanjutan dan umum tidak dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis Loket tempat calon penumpang membeli tiket - ketersediaan - keteraturan - ketersediaan - keteraturan - ketersediaan - keteraturan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedianya Jadwal kedatangan dan keberangkatan serta besaran tarif bermotor umum beserta realisasi jadwal secara tertulis Tersedianya Jadwal umum dalam trayek lanjutan dan umum tidak dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis Loket penjualan tiket tetap dan teratur Tersedianya Jadwal kedatangan dan keberangkatan serta besaran tarif bermotor umum beserta realisasi jadwal secara tertulis Tersedianya Jadwal umum dalam trayek lanjutan dan umum tidak dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis Loket penjualan tiket tetap dan teratur Tersedianya Jadwal kedatangan dan keberangkatan serta besaran tarif bermotor umum beserta realisasi jadwal secara tertulis Tersedianya Jadwal umum dalam trayek lanjutan dan umum tidak dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis Keterangan

14 89 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator d. Kantor penyelenggara, ruang kendali dan manajemen sistem e. Petugas operasional Kantor yang terdapat didalam yang berfungsi sebagai tempat pengaturan dan operasional Petugas operasional yang mengatur operasional 4. Kenyamanan a. Ruang tunggu Ruangan/tempat yang disediakan untuk penumpang dan calon penumpang sebelum naik bus (ruangan tertutup dan/atau ruangan terbuka) - ketersediaan - luas Ketersediaan dan keteraturan - Ketersedian - Kondisi Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C - tersedia kantor - tersedia kantor - tersedia kantor penyelenggara penyelenggara penyelenggara, control, control room dan SIM room dan SIM - luas disesuaikan - luas disesuaikan - luas disesuaikan dengan kebutuhan dengan kebutuhan dengan kebutuhan dan ketersediaan dan ketersediaan dan ketersediaan pegawai pegawai pegawai Tersedia Petugas operasional yang mengatur operasional -tersedia tempat duduk -area bersih 100% sejuk dan tidak berbau yang berasal dari area Tersedia Petugas operasional yang mengatur operasional -tersedia tempat duduk -area bersih 100% sejuk dan tidak berbau yang berasal area Tersedia Petugas operasional yang mengatur operasional -tersedia tempat duduk -Area bersih 100% sejuk dan tidak berbau yang berasal area Keterangan - keteraturan Dilakukan kanalisasi penumpang, dan diklasifikasikan berdasarkan zona Dilakukan kanalisasi penumpang, dan diklasifikasikan berdasarkan zona Dilakukan kanalisasi penumpang

15 90 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator b. tolilet Tersedianya toilet - jumlah Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Pria (4 urinor, 3 Pria (2 urinor, 2 Pria (1 urinor, 1 WC, 1 WC WC, 1 WC WC, 1 WC penyandang penyandang penyandang disabilitas, 2 disabilitas, 2 disabilitas, 2 wastafel) wastafel) wastafel) Keterangan Ketersediaan disesuaikan dengan kondisi lingkungan Wanita (6 WC, 1 WC penyandang disabilitas, 2 wastafel) Wanita (4 WC, 1 WC penyandang disabilitas, 1 wastafel) Wanita (1 WC, 1 WC penyandang disabilitas, 1 wastafel) c. fasilitas peribadatan/mushol a Fasilitas untuk melakukan ibadah - kondisi - luas - kondisi Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area Pria (11 normal dan 2 penyandang disabilitas) Wanita (9 normal dan 2 penyandang disabilitas) Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area Pria 7 orang Wanita 5 orang Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area 3 orang (laki-laki atau perempuan) Area bersih 100% dan tidak berbau yang berasal dari dalam area

16 91 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator d. ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau disediakan untuk penghijauan Ketersediaan Luas Kondisi e. rumah makan rumah makan ketersediaan Tersedia fasilitas rumah makan sesuai kebutuhan f. fasilitas dan petugas kebersihan g. tempat istirahat awak fasilitas dan petugas kebersihan tempat istirahat awak h. area merokok (smoking area) Tempat khusus untuk merokok i. drainase Drainase yang memadai ketersediaan ketersediaan ketersediaan ketersediaan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia Ruang Tersedia Ruang Tersedia Ruang terbuka hijau terbuka hijau terbuka hijau minimum 30% minimum 30% Tempat sampah luas lahan luas lahan Terdapat alat-alat Terdapat alat-alat kebersihan, kebersihan, penyiraman penyiraman tanaman tanaman Tempat sampah Tempat sampah yang terpisah yang terpisah antara sampah antara sampah kering dan kering dan sampah basah sampah basah Tersedia fasilitas dan petugas kebersihan Tersedia tempat istirahat awak Tersedia smoking area Tersedia Drainase yang memadai Tersedia fasilitas rumah makan sesuai kebutuhan Tersedia fasilitas dan petugas kebersihan Tersedia tempat istirahat awak Tersedia smoking area Tersedia Drainase yang memadai Tersedia fasilitas rumah makan sesuai kebutuhan Tersedia fasilitas dan petugas kebersihan Tersedia tempat istirahat awak Tersedia smoking area Tersedia Drainase yang memadai Keterangan

17 92 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator j. area dengan jaringan internet (hot spot area) k. ruang baca (reading corner) l. lampu penerangan ruangan Area yang tersedia jaringan internet (hot spot area) ruang baca (reading corner) lampu penerangan ruangan 5. Kemudahan/keterjangkauan a. letak jalur Kapasitas letak jalur pemberangkatan pemberangkatan ketersediaan ketersediaan ketersediaan Keteraturan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia hot spot - - area Tersedia ruang baca (reading corner) Tersedia lampu peneangan ruangan dengan intensitas cahaya 300 lux per 100 meter persegi - Letak jalur pemberangkatan tetap dan teratur - Terpisah dengan jalur penurunan penumpang - Tidak boleh terdapat crossing dengan lain - - Tersedia lampu peneangan ruangan dengan intensitas cahaya 300 lux per 100 meter persegi - Letak jalur pemberangkatan tetap dan teratur - Terpisah dengan jalur penurunan penumpang - Tidak boleh terdapat crossing dengan lain Tersedia lampu peneangan ruangan dengan intensitas cahaya 300 lux per 100 meter persegi Letak jalur pemberangkatan tetap dan teratur Keterangan

18 93 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator b. Letak jalur kedatangan Kepastian letak jalur kedatangan c. Informasi pelayanan Visual : Denah/layout Nomor trayek, nama PO dan kelas pelayanannya Nama keberangkatan Jadwal Tarif Peta jaringan Audio : Informasi pelayanan (disebutkan apa saja) Kejadian khusus dan gangguan keteraturan Tempat/rua ng Tempat Intensitas cahaya Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C - Letak jalur - Letak jalur Letak jalur kedatangan kedatangan kedatangan tetap tetap tetap dan teratur dan teratur dan teratur - Terpisah dengan - Terpisah dengan jalur penurunan jalur penurunan penumpang penumpang - Tidak boleh - Tidak boleh terdapat terdapat crossing dengan crossing dengan lain lain Diletakan di tempat yang strategis antara lain dekat loket, di pintu masuk dan di ruang tunggu umum, mudah dilihat dan jelas terbaca Diletakan di tempat yang mudah didengar oleh pengguna jasa dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Diletakan di tempat yang strategis antara lain dekat loket, di pintu masuk dan di ruang tunggu umum, mudah dilihat dan jelas terbaca Diletakan di tempat yang mudah didengar oleh pengguna jasa dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Diletakan di tempat yang strategis antara lain dekat loket, di pintu masuk dan di ruang tunggu umum, mudah dilihat dan jelas terbaca Diletakan di tempat yang mudah didengar oleh pengguna jasa dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Keterangan

19 94 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator d. Informasi angkutan lanjutan e. Informasi gangguan perjalanan mobil/bus f. Tempat penitipan barang Informasi yang disampaikan dalam kepada pengguna jasa sekurang-kurangnya memuat : - Jenis angkutan - Lokasi angkutan lanjutan - Jam pelayanan angkutan lanjutan - Jurusan/rute - tarif Fasilitas dalam yang memberikan informasi penyebab keterlambatan jadwal perjalanan mobil/bus seperti gangguan keamanan, operasional, dan keselamatan Tempat penitipan barang Tempat kondisi Intensitas suara Ketersediaan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Penempatan Penempatan Penempatan mudah terlihat mudah terlihat mudah terlihat dan jelas dan jelas dan jelas Informasi diumumkan maksimal 10 menit setelah terjadi gangguan dan jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Tersedia Tempat penitipan barang sesuai kebutujhan Informasi diumumkan maksimal 10 menit setelah terjadi gangguan dan jelas terdengar dengan intensitas suara 20 db lebih besar dari kebisingan yang ada Tersedia Tempat penitipan barang sesuai kebutuhan - - Keterangan

20 95 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator g. Fasilitas pengisian baterai (charging corner) h. Tempat naik turun penumpang i. Tempat parkir umum dan pribadi 6. Kesetaraan a. Fasilitas penyandang cacat (difabel) Fasilitas pengisian baterai (charging corner) Memberikan kemudahan penumpang untuk naik ke bus atau turun dari bus Tempat parkir untuk baik roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) Fasilitas yang disediakan untuk pengguna jasa difabel ketersediaan aksesibilitas ketersediaan Aksesibilitas Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia Fasilitas Tersedia Fasilitas - pengisian baterai pengisian baterai (charging corner) (charging corner) Tinggi platform sama dengan tinggi lantai bus Tersedia tempat parkir dengan luas disesuaikan dengan lahan yang tersedia Terdapat ramp portable atau ramp permanen dengan kemiringan maksimum 20 untuk menyambung dari platform ke Tinggi platform sama dengan tinggi lantai bus Tersedia tempat parkir dengan luas disesuaikan dengan lahan yang tersedia Terdapat ramp portable atau ramp permanen dengan kemiringan maksimum 20 untuk menyambung dari platform ke Tinggi platform sama dengan tinggi lantai bus Tersedia tempat parkir dengan luas disesuaikan dengan lahan yang tersedia - Keterangan Toilet pengguna difabel Kursi roda difabel Toilet pengguna difabel Kursi roda difabel

21 96 No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator b. Ruang ibu menyusui Ruangan/tempat yang disediakan khusus bagi ibu menyusui dan bayi ketersediaan Tolak Ukur Indikator Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Tersedia ruangan Tersedia ruangan Tersedia ruangan tertutup khusus tertutup khusus tertutup khusus beserta fasilitas beserta fasilitas beserta fasilitas lengkap untuk lengkap untuk lengkap untuk ibu menyusui ibu menyusui ibu menyusui dan bayi dan bayi dan bayi Keterangan

22 97 LAMPIRAN II PERHITUNGAN HEADWAY DAN WAKTU TUNGGU RATA-RATA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM Lampiran 2.1. Headway Rata-rata AKDP Nomor Waktu (WITA) Headway No. Durasi Kendaraan Masuk Keluar (Hi) 1 DH :02 7: DH :20 7: DH :31 7: DH :41 7: DH :00 8: DH :19 8: DH :30 8: DH :40 8: DH :59 9: DH :19 9: DH :37 9: DH :55 9: DH :13 10: DH :33 10: DH :52 10: DH :02 11: DH :13 11: DH :26 11: DH :45 11: DH :00 12: DH :17 12: DH :35 12: DH :51 12: DH :09 13: DH :26 13: DH :44 13: DH :00 14: DH :18 14: DH :24 14: DH :37 14: DH :54 14: DH :08 15: Lanjutan Tabel 2.1

23 98 33 DH :16 15: DH :22 15: DH :24 15: DH :32 15: DH :38 15: DH :43 15: DH :52 15: DH :58 16: TOTAL RATA-RATA Lampiran 2.2. Headway Rata-rata Angkutan Kota No. Nomor Kendaraan Masuk Waktu (WITA) Keluar Durasi Headway (Hi) 1 DH :00 7: DH :03 7: DH :07 7: DH :10 7: DH :13 7: DH :17 7: DH :20 7: DH :24 7: DH :28 7: DH :30 7: DH :33 7: DH :37 7: DH :39 7: DH :43 7: DH :48 7: DH :50 7: DH :53 7: DH :57 7: DH :00 8: DH :03 8: DH :06 8: DH :10 8: DH :13 8: DH :15 8: DH :17 8: DH :19 8:21 2 2

24 99 Lanjutan Tabel DH :23 8: DH :25 8: DH :29 8: DH :33 8: DH :39 8: DH :44 8: DH :47 8: DH :51 8: DH :56 8: DH :02 9: DH :07 9: DH :13 9: DH :19 9: DH :24 9: DH :30 9: DH :33 9: DH :39 9: DH :41 9: DH :45 9: DH :51 9: DH :57 9: DH :04 10: DH :11 10: DH :18 10: DH :26 10: DH :30 10: DH :33 10: DH :39 10: DH :41 10: DH :47 10: DH :51 10: DH :55 10: DH :58 10: DH :00 11: DH :07 11: DH :12 11: DH :16 11: DH :20 11: DH :26 11:29 3 6

25 100 Lanjutan Tabel DH :31 11: DH :36 11: DH :42 11: DH :44 11: DH :50 11: DH :53 11: DH :59 12: DH :05 12: DH :08 12: DH :11 12: DH :15 12: DH :19 12: DH :23 12: DH :27 12: DH :33 12: DH :37 12: DH :39 12: DH :42 12: DH :45 12: DH :48 12: DH :52 12: DH :55 12: DH :58 12: DH :00 13: DH :03 13: DH :06 13: DH :10 13: DH :14 13: DH :16 13: DH :20 13: DH :23 13: DH :26 13: DH :30 13: DH :34 13: DH :38 13: DH :43 13: DH :46 13: DH :48 13: DH :52 13:53 1 4

26 101 Lanjutan Tabel DH :55 13: DH :58 13: DH :01 14: DH :06 14: DH :10 14: DH :13 14: DH :19 14: DH :21 14: DH :24 14: DH :28 14: DH :32 14: DH :37 14: DH :40 14: DH :44 14: DH :47 14: DH :52 14: DH :57 15: DH :00 15: DH :02 15: DH :05 15: DH :09 15: DH :14 15: DH :19 15: DH :24 15: DH :27 15: DH :31 15: DH :36 15: DH :39 15: DH :42 15: DH :46 15: DH :50 15: DH :53 15: DH :56 15: DH :59 16: TOTAL RATA-RATA

27 102 Lampiran 2.3. Headway Rata-rata Angkutan Pedesaan No. Nomor Kendaraan Masuk Waktu (WITA) Keluar Durasi Headway (Hi) 1 DH :03 7: DH :19 7: DH :36 7: DH :52 7: DH :11 8: DH :28 8: DH :42 8: DH :57 9: DH :13 9: DH :30 9: DH :48 9: DH :04 10: DH :20 10: DH :38 10: DH :53 10: DH :08 11: DH :27 11: DH :45 11: DH :04 12: DH :20 12: DH :37 12: DH :55 12: DH :14 13: DH :31 13: DH :47 13: DH :03 14: DH :22 14: DH :36 14: DH :51 14: DH :09 15: DH :26 15: DH :40 15: DH :55 15: TOTAL RATA-RATA

28

29

30

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan jalan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN dan tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN dan tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015 76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan dapat disimpulakan bahwa pelayanan yang diberikan terminal Gapura Surya Nusantara belum memenuhi standar yang disyaratkan dalam

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Terminal Morlok E.K (1988) menyatakan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk atau keluar dari suatu sistem yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan Time headway dan waktu tunggu rerata (Wtr). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identitas, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Leuwi Panjang Bandung seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM UNTUK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1571, 2014 KEMENHUB. Kereta Api. Angkutan Umum. Standar Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 47 TAHUN 2014 TENTANG2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang... DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup...3 2. Acuan normatif...3 3. Definisi dan istilah...3 3.1 Kendaraan Bermotor...3 3.2 Mobil Penumpang...4 3.3 Mobil Bus...4 3.4 Jumlah Berat yang Diperbolehkan...4 3.5 Jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. SPM. Angkutan Massal. Berbasis Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TERMINAL JOMBOR KABUPATEN SLEMAN

EVALUASI KINERJA TERMINAL JOMBOR KABUPATEN SLEMAN TESIS EVALUASI KINERJA TERMINAL JOMBOR KABUPATEN SLEMAN FLORENTINA BUPU No.Mhs.: 145102180/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2015 ii iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 98 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN AKSESIBILITAS PADA PELAYANAN JASA TRANSPORTASI PUBLIK BAGI PENGGUNA JASA

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA Ahmad syahirul Alim, Achmad Wicaksono, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG 1. STANDAR TEKNIS KENDARAAN a. Menggunakan kendaraan jenis bus medium/sedang; b. Umur kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1295. 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan Jalan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 132 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum. Risna Rismiana Sari

Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum. Risna Rismiana Sari Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum Risna Rismiana Sari Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail : risnars@polban.ac.id ABSTRAK Stasiun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir. Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA Hendi Bowoputro, Rahayu K., Ahmad Syahirul A. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

KAJIAN KONDISI FISIK TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG

KAJIAN KONDISI FISIK TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG Jurnal Planologi E-ISSN : 2615-5257 Vol. 15, No. 1, April 2018 P-ISSN : 1829-9172 KAJIAN KONDISI FISIK TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG Tiafahmi Angestiwi Prodi Manajemen Aset, Jurusan

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal penumpang

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM... TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Tidak Berfungsinya Terminal Petanang Kota Lubuk Linggau Identificating Factors Causing the Malfunction of Lubuklinggau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Imam Basuki 1 dan Siti Malkhamah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : namun masih sering terjadi kemacetan di pintu masuk terminal terutama pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : namun masih sering terjadi kemacetan di pintu masuk terminal terutama pada BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Dari hasil pencacahan, identifikasi, analisis dan pembahasan hasil penelitian terhadap Terminal Jombor seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN

JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Ketekniksipilan dan Lingkungan ISSN 2548-9518, Jurnal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jrsl/index Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS Profil Responden LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS Umur a. 17 Tahun b. 17 40 Tahun c. 40 Tahun Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita Pendidikan SD/SMP/SMA/S1/S2/S3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Dari hubungan ini memperjelas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diambil adalah dengan pengamatan pada analisis data yang diperoleh dari hasil survey dan wawancara serta dengan membandingkannya dengan parameter

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 38 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 38 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 38 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Parkir Berdasarkan dari definisi-definisi parkir maka dapat ditarik kesimpulan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Proses analisis data dari pembahasan dilakukan setelah selesai melaksanakan inventarisasi atau pengumpulan data, baikyang berupa data primer maupun data sekunder.

Lebih terperinci

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Accessible Infrastructure, Transportation Click to add text and Technology Perundangan. UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2, Setiap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 2 Tahun 2006 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

Lebih terperinci

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas 2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini, mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN I. UMUM Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO FERI ANDRI SELFIAN Mahasiswa Program DIII Manajemen Transportasi Program Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota Surabaya yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan akan transportasi cukup tinggi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Angkutan Umum Sarana angkutan umum mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan tentang angkutan umum, tujuan dan sifat angkutan umum, permasalahan angkutan umum, angkutan umum antar kota dalam provinsi AKDP dalam bentuk trayek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL BUS 2.1 Tinjauan Tentang Bus 2.1.1 Pengertian Bus a. bus adalah prasarana untuk angkutan jalan raya guna untuk mengatur kedatangan pemberangkatan pangkalannya kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang muncul akibat permintaan atas komoditas lain. Permintaan untuk bekerja, bersekolah, berbelanja atau

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta No.516, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek. Penyelenggaraan Angkutan Orang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 5086);

Negara Republik Indonesia Nomor 5086); MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 9 TAHUN 2011 STANDAR PELAYANAN MINIMUM UNTUK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 135

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA LAPANGAN TENIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN2012 TENTANG STANDARPELAYANANMINIMAL ANGKUTANMASSALBERBASIS JALAN a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR LAMPIRA PERATURA WALIKTA BGR MR : 40 Tahun 2016 TAGGAL : 3 ktober 2016 TETAG : STADAR PELAYAA MIIMAL AGKUTA MASSAL DI KTA BGR IDIKATR STADAR PELAYAA MIIMAL AGKUTA MASSAL DI KTA BGR 1. stansi kehandalan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci