LAPORAN PENELITIAN PENDUKUNG UNGGULAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN PENDUKUNG UNGGULAN"

Transkripsi

1 Pend idikan IPS LAPORAN PENELITIAN PENDUKUNG UNGGULAN ANALISIS PEMANFAATAN DATA REMOTE SENSING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH GEOGRAFI FISIK PROGRAM STUD! PENDIDIKAN IPS TIM PENGUSUL Ketua: 1. Purwanto, S.Pd, M.Si (NIDN: ) Anggota: 2. Dr. I Nyoman Raja, M.S. (NIDN: ) 1./ LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) UNIVERSITAS NEGERI MA_ LANG November 2013

2 HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PENDUKUNG UNGGULAN Halaman Pengesahan Penelitian Kode/Nama Rumpun Ilmu Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap b. NIDN c. Jabatan Fungsional d. Program Studi e. Nomor HP f. Surel ( ) Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap b. NIDN c. Perguruan Tinggi Lama Penelitian Penelitian Tahun Ke Biaya Penelitian Keseluruhan Di usulkan ke dikti Dana Internal PT Dana institusi lain Inkind disebutkan : Analisis Pemanfaatan Data Remote Sensing Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Geografi Fisik Prodi IPS : Pendidikan IPS : Purwanto, S.Pd, M.Si. : : Asisten Ahli : Pendidikan IPS : : purwanto_geo@yahoo.com : Dr. I Nyoman Ruja, M.S. : : Universitas Negeri Malang : 1 Tahun : Rp : Rp : Rp. 0 : Rp. 0 s Ilmu Sosial Malang, 25 November 2013 Ke ua Peneliti nyo o, M.Pd Pu an o, S.Pd, M.S. NI nyetujui 2M UM usantara, M.Si 1130 S 1001

3 ABSTRAK Media pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media akan memiliki nilai tinggi jika digunakan untuk memberikan informasi objek/fenomena yang sulit untuk dibawa dikelas ataupun untuk menggambarkan suatu proses yang sulit untuk didiskripsikan. Geografi fisik merupakan salah satu matakuliah yang diajarkan di Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Matakuliah ini menyajikan informasi permukaabumi secara umum yang meliputi unsur Geologi, Geomorfologi, Hidrologi, Atmosfer, dan kaitan fenomena fisik dan sosial. Kompleksnya objek kajian ini maka diperlukan media pembelajaran. Salah satu data yang dapat dikembangkan sebagai media adalah data remote sensing. Namun data ini perlu dikaji lebih jauh terkait dengan kelebihan dan kekurangan jika digunakan sebagai media pembelajaran pada matakuliah geografi fisik di Prodi IPS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan data remote sensing digunakan sebagai media pembelajaran pada matakuliah geografi fisik prodi IPS. Metode penelitian ini adalah metode eksplorasi yaitu melakukan kajian data remote sensing sebagai bahan pengembangan media. Data remote sensing yang digunakan dalam penelitian ini citra satelit Landsat ETM+/8, itra Quickbird, dan itra SRTM. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik pengolahan citra digital (PD) dengan menggunakan software ENVI 4.5, ArcGIS, dan Global Mapper. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat penginderaan jauh dapat dapat digunakan sebagai media pembelajaran geografi fisik. Setiap data remote sensing memiliki karakteristik bentuk visualisasi media yang dihasilkan, hal ini disebabkan bahwa data remote sensing memiliki resolusi spasial yang berbeda, resolusi temporal yang berbeda, resolusi spectral yang berbeda, dan cakupan wilayah yang berbeda. Perbedaan tersebut jika di integrasikan akan menghasilkan sebuah media pembelajaran dalam bentuk 2D dan 3D dalam bentuk peta citra. Keyword: Media Pembelajaran, Remote Sensing

4 DAFTAR IS! Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Ringkasan ii i i i iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2. Ruang Lingkup Penelitian 2 D. Definisi Operasional 3 E. Keterbatasan Penelitian 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remote Sensing (Penginderaan Jauh) 4 B. itra Landsat ETM+ 4. itra Quickbird 6 D. itra SRTM 9 E. Integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 11 F. Media Pembelajaran 15 G. Pengembangan Media Pembelajaran 17 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 19 B. Manfaat Penelitian 19 BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 20 B. Subjek dan Objek Penelitian 20. Alat dan Bahan 20 D. Teknik Pengumpulan Data 21 E. Langkah Penelitian 21 F. Analisis Data 21 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Paparan data Hasil Analisis 24 B. Pembahasan 25 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 36 B. Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 38

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Pembagian Data Kumpulan itra SRTM dari GLF (2004) 11 Gambar 2.2 Posisi media dalam sistem pembelajaranl6 16 Gambar 2.3 Fungsi Media dalam pembelajaranl6 16 Gambar 5.1 akupan liputan citra landsat ETM+ yang luas 180x180 km 26 Gambar 5.2 Kelebihan citra Landsat ETM+ dalam menyajikan informasi objek dipermukaan bumi 26 Gambar 5.3 Media pembelajaran yang menunjukkan proses perekaman yang berbeda dan menghasilkan informasi yang berbeda antara citra Landsat ETM+ tahun 2001 dan citra Lansat 8 tahun Gambar 5.4 Data citra satelit Quickbird yang menyajikan informasi bentuklahan daerah karst dan marin 30 Gambar 5.5 Perubahan lingkungan fisik akibat tenaga endogen bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo 31 Gambar 5.6 Kenampakan geomorfologi bentuklahan vulkanik dengan menggunakan citra Quickbird. 32 Gambar 5.7 ontoh pola aliran yang tampak dari citra Quickbird 33 Gambar 5.8 itra SRTM pada kenampakan 2D 34 Gambar 5.9 itra SRTM pada kenampakan 3D 34 Gambar 5.10 Integrasi itra SRTM dengan itra Landsat yang menghasilkan kenampakan 3D dengan warna ash 35

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Karakteristik Landsat-7 ETM+ 5 Tabel 2.2 Karakterisitk Saluran Landsat ETM+ dan Kegunaan Utamanya 6 Tabel 2.3 Karakteristik itra Satelit Quickbird 7 Tabel 2.4 Karakteristik itra SRTM 10 Tabel 5.1 Kelebihan dan kelemahan data remote sensing sebagai media pembelajaran Geografi Fisik. 23 Tabel 5.2 Karateristik data remote sensing untuk media pada matakuliah geografi fisik 24

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu unsur penting di dalam pembelajaran. Brown (1973), mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat Bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Namun demikian media sebagai salah satu alat komunikasi sering tidak berfungsi dengan baik. Tidak maksimalnya sebuah media tidak lepas dari faktor hambatan yang mempengaruhinya. Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artinya mahasiswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), mahasiswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh mahasiswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian mahasiswa, mahasiswa melamun, cara mengajar membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak tedadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. 1

8 Matakuliah geografi fisik merupakan matakuliah yang ditempuh mahasiswa prodi IPS. Kajian matakuliah ini lebih menekankan pada aspek fisik yang meliputi kajian Geologi, Geomorfologi, Hidrologi, Atmosfer, tanah, dan kaitan fenomena fisik dengan sosial. Semua aspek fisik tersebut selalu dikaitkan dengan aktivitas masyarakat. Untuk memahamkan aspek fisik secara baik maka diperlukan sebuah media pembelajaran. Salah satu media yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tersebut adalah data remote sensing. Data ini memiliki kelebihan informasi spasial kenampakan permukaan bumi sesuai dengan bentuk aslinya, sehingga memudahkan untuk melakukan kajian terhadap fenomena yang terjadi. Selain itu data remote sensing memiliki cakupan wilayah yang luas data temporal yang tinggi. Kelebihan berikutnya adalah memungkinan untuk dibuat model media permukaan bumi dalam bentuk 213 dan 3D. Kelebihan tersebut perlu pengkajian secara khusus agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pengembangan media, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul analisis pemanfaatan data remote sensing sebagai media pembelajaran pada mats kuliah geografi fisik program studi pendidikan IPS. B. Rumusan Masalah Beradasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah kemampuan data remote sensing dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada matakuliah Geografi Fisik Program Studi Pendidikan IPS. Secara spesifik data remote sensing dikaji dari materi geografi fisik, keunggulan dan kelemahan serta pemanfaatan dalam medianya.. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Laboratorium mengkaji data Remote Sensing untuk digunakan sebagai media pembelajaran Geografi Fisik pada Prodi IPS. Data penginderaan jauh yang digunakan sebagai bahan kajian adalah 1). itra Landsat ETM+/8, 2). itra Quickbird, dan itra Radar yaitu 2

9 BAB II DASAR TEORI A. Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan menganalisis data yang direkam oleh sensor tanpa berhubungan dengan objek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand et al., 2004). Pemanfaatan penginderaan jauh telah meliputi berbagai bidang kajian yaitu untuk pemetaan, pertanian, kehutanan, pengelolaan sumberdaya alam, perencanaan kota dan regional serta bidang-bidang ilmu-ilmu kebumian (Lillesand dan Kiefer, 1997). Perkembangan teknologi Penginderaan Jauh dewasa ini cukup pesat dengan dibuktikannya citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi. Perkembangan pemanfaatan yang pesat tidak lepas dan keunggulan yang dimiliki citra penginderaan jauh. Menurut Sutanto (1986) ada beberapa alasan yang mendasari pemanfaatan citra penginderaan jauh diantaranya 1. itra menggambarkan obyek daerah dan gejala dari permukaan bumi dengan wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi relatif lengkap, meliputi; daerah leas dan permanen. 2. Jenis citra tertentu dapat menimbulkan gambar tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan secara stereoskopis. 3. Karakteristik obyek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan obyek. 4. itra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijangkau secara terestrial. 5. itra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana. 6. itra sexing dibuat dengan periode Wang yang pendek. B. itra Landsat ETM+ Landsat merupakan satelit sumberdaya bumi tak berawak yang membawa sensor non fotografik. Satelit landsat terbaru yang diluncurkan pada 15 April 1999 adalah landsat 7 yang membawa sensor Enhanced Thematic Mapper Plus 4

10 (ETM+). Landsat 7 termasuk satelit sinkron matahari, hampir polar, yang mengorbit hampir melewati kutup, memotong arah rotasi bumi yang dapat meliputi hampir seluruh permukaan bumi. Ketinggian orbit landsat 7 adalah 705 km dari permukaan bumi dengan sudut inldinasi 98,2 terhadap ekuator. Dalam setiap orbit diperlukan waktu 99 menit atau dalam satu hari Landsat ETM+ akan mengorbit bumi sebanyak 14,5 kali dengan resolusi temporal 16 hari. itra yang dihasilkan memiliki luas liputan 185 km x 185 km. Secara singkat, karakteristik Landsat ETM+ dapat ditampilkan dalam bentuk Tabel 2.1 d berikut ini. Tabel 2.1 Karakteristik Landsat-7 ETM+ &stem Landsat 7 Orbit 705 km, 98.2, sinkron matahari, melintas jam AM, 16 hari sekali Sensor ETM+ (Enhanced Thematic Mapper) Lebar liputan 185 km (FOV=15 ) Pandangan Kesamping Tidak dapat Resolusi temporal 16 hari Saluran panjang gelombang (Bandl) ttm, (Band 2) 0,52-0,60 tun, (Band 3) yang digunakan (p.m) 0.69 urn, (Band 4) tun, (Band 5) urn, (Band 6) tun, (Band 7) tun, (PAN) 0,5-0,9 pm Resolusi spasial Perolehan data.-, _, _ I' _ A _ Th. (PAN) 15 m, (band1-5,7) 30 m, dan (Band 6) 60 m EarthexIorer.usgv.gov a a a a tense Sensor Enhanced Thematic Mapper yang dibawa satelit Landsat akan diorbitkan mengelilingi bumi memotong rotasinya, yaitu dengan orbit hampir polar yang melewati 9 dari daerah kutup. Sensor ini menghasilkan citra hasil perekaman dengan 8 band yang mempunyai julat panjang gelombang yang berbeda-beda. Hal ini merupakan pengembangan dari generasi Landsat sebelumnya, yaitu sensor Thematic Mapper pada Landsat 5. itra ETM+ yang dihasilkan mempunyai resolusi spasial sebesar 30 m pada band 1 sampai 5 band 5 dan band 7, 60 m pada band 6 dan 15 m pada band 8 yaitu saluran pankromatik. 5

11 BAB IQ TUJUAN DAN MANFAAT PENELTITAN B. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan yaitu: Mengkaji sejauh mana kemampuan data penginderaan jauh dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada matakuliah Geografi Fisik Program Studi Pendidikan IPS.. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah produk yang berupa peta itra Satelit, buku yang dapat membantu mempermudah dalam proses pembelajaran IPS khususnya matakuliah Geografi Fisik. D. Produk Penelitian Produk dari hasil penelitian ini adalah sebuah media pembelajaran yang berbentuk peta citra Satelit. Produk media ini diambil sesuai dengan tema kajian yaitu Geologi, Geomorfologi, Hidrologi, Atmosfer, dan kaftan fenomena fisik dan sosial. 19

12 BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk mengkaji kemampuan data penginderaan jauh digunakan sebagai media pembelajaran matakuliah geografi fisik pada Prodi IPS. Subjek dan objek dalam penelitian adalah data Remote Sensing yang meliputi citra Quickbird, Landsat ETM+/8, dan citra SRTM (Suttle Radar Thematic Mapper). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan atas dokumen-dokumen Remote Sensing dan dari internet (google earth). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deslcriptif untuk mendiskripsikan hasil analisis dari data Remote Sensing. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dan objek dalam penelitian ini data remote sensing yang terdiri dari citra Quickbird, Landsat ETM+/8, dan citra SRTM (Suttle Radar Thematic Mapper).. Mat dan Bahan Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Bahan 1. itra SRTM resolusi 90 m 2. itra Quickbird Resolusi spasial 0,6 meter 3. itra Landsat ETM+/8 resolusi 30m b. Mat 1. Laptop AMID turion dan printer 2. Software SIG ArcGIS 10 untuk pengolahan data 3. Software Global Mapper v.13 untuk analisis citra SRTM 4. Software ENVI v.4.5 untuk analisis citra dan visualisasi 20

13 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Dipilihnya teknik ini tidak lepas dari sifat data Remote Sensing yang merupakan arsip/dokumen dari sebuah instansi maupun lembaga. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dari beberapa situs yang menyajikan data remote sensing secara gratis yaitu untuk data citra satelit Quickbird, untuk data citra Landsat ETM+/8 dan untuk citra SRTM. E. Langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, secara garis besar dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: 1) awal, 2) Pelaksanaan, 3) akhir. 1. Tahap Awal a. Mengkaji materi geograf fisik yang dapat diekstrak dari data peginderaan jauh. b. Perumusan kelebihan dan kelemahan jenis citra yang digunakan 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini meliputi beberapa kegiatan yaitu: a. Analisis Geometrik data Remote Sensing yaitu citra SRTM, Quickbird, Landsat ETM+ dengan peta dasar RBI b. Interpretasi materi objek dari masing-masing citra satelit c. Analisis Fenomena dan gejala geosfer dari data Remote Sensing d. Visualisasi dan disain Peta itra 3. Tahap Alchir a. etak Produk b. Penyusunan Laporan F. Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif Data remote sensing yang berupa citra satelit landsat ETM+/8, citra Quickbird, dan citra SRTM di eksplorasi sesuai dengan karaktersitiknya. Eksplorasi tersebut menghasilkan bentuk-bentuk media yang dapat dikembangkan dari data remote 21

14 BAB V BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Paparan Data Hasil analisis pemanfaatan data remote sensing untuk media pembelajaran mata kuliah geografi fisik dapat disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 5.1 Karateristik data remote sensing untuk media pada matakuliah geografi fisik NO itra Satelit Materi Geofisik Karateristik Objek Keterangan 1. Landsat ETM+/8 Geologi -I-H Mudah digunakan, namun perlu keahlian khusus Geomorfologi I -I I i Sangat Mudah untuk digunakan untuk mengenali bentuklahan Meteorologi dan Klimatologi + Mudah digunakan untuk menenali awan, namun dalam skala yang sempit Hidrologi I I I Mudah dilakukan pada objek yang mempunyai pola memanjang 2. Quickbird Geologi + Dta detil susah untuk melakukan generalisasi fisik secara umum Geomorfologi 1111 Sangat mudah untuk mengenal bentuklahan tingkat detil Meteorologi dan - Tidak bisa digunakan Klimatologi Hidrologi Ilil Mudah dilakukan karena menyajikan data yang detil 3. SRTM Geologi ;III Sangat mudah untuk mengenali daerah patahan, lipatan dll. Geomorfologi Sangat mudah untuk mengenali proses geomorfologi dan bentuklahan Meteorologi dan - Tida bisa digunakan Klimatologi Hidrologi + Bisa sebatas morfologi fisik Keterangan: : Tidak bisa digunakan : Bisa tapi sangat rendah akurasianya Bisa akurasi sedang - Bisa Akurasi Tinggi : Bisa akurasi sangat tinggi 23

15 2. Hasil Analisis Data Dad hasil analisis data Remote Sensing yang dilakukan dengan menggunakan software ENVI, ArcGIS, dan Global Mapper dapat dihasilkan bentuk pemanfaatan data remote sensing dalam berbagai bentuk media. Media yang dihasilkan sangat bervariasi baik dari model 2D hingga 3D. Konteks media yang dapat dieksplorasi/diekstrak dari data remote sensing dalam penelitian ini dikaitan dengan materi yang ada pada matakuliah geografi fisik. Adapun hasil analisis dari data remote sensing dapat dipaparkan sebagai berikut. Dari hasil analisis data remote sensing tersebut jika digunakan sebagai media pembelajaran matakuliah geografi fisik, memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan citra Landsat disajikan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 5.2 Kelebihan dan kelemahan data remote sensing sebagai media pembelajaran Geografi Fisik. No Data Remote Sensing Kelebihan Kelemahan 1. itra Landsat ETM+/8, 1. Memiliki cakupan wilayah yang luas, sehingga memungkinkan untuk melihat fenomena fisik pada daerah yang berbeda. 2. Resolusi spasial sedang yaitu 30 in memungkinkan akan dapat menggambarkan objek dipermukaan bumi yang menggambarkan pola mengelompok maupun memanjang, dan tersebar. 3. Resolusi spectral yang banyak dapat untuk menampilkan fenomena fisik dalam berbagai komposit warna. 4. Resolusi temporal yang 16 hari memungkinkan dapat memperoleh objek informasi objek yang sama pada waktu 16 hari. 5. Tampilan path citra yang menyerupai wujud aslinya yaitu permukaan bumi. 6. itra landsat yang dapat didownload secara gratis saat ini. 2_ itra Quiekbird 1. Resolusi spasial yang tinggi yaitu 0,6 m dapat menyadap informasi objek yang detil. 2. Resolusi temporal yang tinggi 1. Diperlukan keahlian khusus untuk dapat memproses data remote sensing citra landsat, sehingga dihasilkan media yang sesuai tujuan. 2. Harga yang relatif mahal untuk memperolehnya. 1. Diperukan teknik khusus untuk mengolah data tersebut sebelum di 24

16 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Data remote sensing dalam hal ini citra Landsat ETM+/8, citra Quickbird, dan itra SRTM dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada matakuliah geografi fisik prodi IPS. 2. Karakteristik pemanfaatan media sangat tergantung dari kelebihan masingmasing data remote sensing. 3. Pemanfaatan media dari data remote sensing adalah model permukaan bumi dalam bentuk peta citra satelit 2D maupun 3D. B. Saran 1. Bagi tenaga pendidik baik di tingkat perguruan tinggi, sekolah SMA/MA, SMP/Mts dapat memanfaatkan data penginderaan jauh sebagai media dalam pembelajaran khususnya materi yang terkait dengan ruang permukaan bumi. 2. Agar pemanfaatan data remote sensing sebagai media pembelajaran dapat berfungsi maksimal maka di sarankan tenaga pendidik memiliki ketrampilan dalam mengolah data remote sensing tersebut. 36

17 DAFTAR PUSTAKA Arronoff. S., Geographic Information System: A Management Perspective. anada: WDL Publications, Ottawa. Burrough, P.A., Principles og Geographic Information System for Land Resources Assessment. New York: Reprinted (Wintoorection) Oxford University Press. riticos, Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2na edition. New York: Elsevier Science, Inc. Demers, Fundamentals og Geographic Information System. New York: John Wiley & Sons, Inc. Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E Instructional media and technology for learning 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. HP. UM. Kraak, Jan Menno dan Ormeling, Ferjan Kartografi Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta: UGM Press Lillesand, T.M., Kiefer, R.W., and hipman, J.W., Remote Sensing and Image Interpretation. Fifth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sutanto, Penginderaan Jauh Dasar; Jilid I. Yogyakarta: UGM Press. Malczweski, J., GIS and Multicriteria Decition Analysis. anada: John Wiley & Sons. Santyasa, I Wayan Landasan konseptual Media pembelajaran. Bali: Universitas Pendidikan Ganesa 37

18 . Nomor: 713 /U N32.14 /LT/ 2014 ra on -o on ro :- r.) z Lc) ro 4-+ (r) la) ct ra L (U U) ra ra 0.. -o on ro as U J L. (LS on.0 E (cs co menyampaikan penghargaan kepada: : Dr. I Nyoman Ruja, MS : : Dosen FIS Universitas Negeri Malang l -rcl IP: NI : r0 O _J 4-+ (U >, (a -I-, 4- LA U L ra co L. E LE,- ro 0 >, v, Lfs c.._.... ril ft) o Li L < 4- IZU ft) D On -on:s n a o j U co on `,1-3- c a 7-' a) ra 4-, >, ra co o on EV 73 on oz3 ro < On ( On -0 al L 0.) - ft (1:5 On 0 al 4-J on = a_ E 2 2 _. =." al o ("O L o (t ap Z = rt) ) to - a 'a) _ct E a- E (1) _1.) al. :75 ill _... if;._. M (1) a) ) = c',1 cu a_ FE on = ro 4-) ro 73 (1:5 L on 7w. ;4W <,., A* 4:4' z 0 O z ( JAB WV to (7:73, ra (z) 0 c-n.i n:$ c' 0 // 4-) = r, L) Z ON,/ s_ (U o.0 NI 0

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Sistem Informasi Geografi. Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Sistem Informasi Geografi. Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: Sistem Informasi Geografi Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI SEMESTER GENAP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1 KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1 1. Pendahuluan Penginderaan jarak jauh merupakan salah satu teknologi penunjang pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak digunakan saat ini. Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA) ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA) Oleh : Dawamul Arifin 3508 100 055 Jurusan Teknik Geomatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono I. PENGANTAR Penginderaan jauh adalah ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : 3513100016 Dosen Pembimbing: Nama : Prof.Dr.Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS NIP

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Diampu Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Diampu Oleh: Purwanto, S.Pd., M.Si RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH Diampu Oleh: Purwant, S.Pd., M.Si RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN GEOGRAFI-PROGRAM STUDI Pendidikan GEOGRAFI - FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Mahasiswa : Cherie Bhekti Pribadi (3509100060) Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc Udiana Wahyu D, ST. MT Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP)

SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP) SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP) 1. Identitas mata kuliah Mata Kuliah : Penginderaan Jauh Kode : GG 416 Jumlah sks : 4 sks Semester : 3 Kelompok mata kuliah : MKK Program Studi Jurusan : Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN GEOGRAFI FIS

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN GEOGRAFI FIS KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN GEOGRAFI FIS Jalan Semarang 5, Malang 65145 Telepon: 0341-551312 Pes. 376 (19), Faksimile:

Lebih terperinci

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT Tujuan: Mahasiswa dapat mengidentifikasi objek yang ada pada citra landsat Mahasiswa dapat mendelineasi hasil interpretasi citra landsat secara teliti Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG Oleh : Firman Farid Muhsoni, S.Pi, M.Sc Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail : firman_fmm@yahoo.com.sg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan suatu kawasan. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan TINJAUAN PUSTAKA KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan Sukristiyanti et al. / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 17 No.1 ( 2007) 1-10 1 Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan SUKRISTIYANTI a, R. SUHARYADI

Lebih terperinci

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD SENSOR DAN PLATFORM Kuliah ketiga ICD SENSOR Sensor adalah : alat perekam obyek bumi. Dipasang pada wahana (platform) Bertugas untuk merekam radiasi elektromagnetik yang merupakan hasil interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota besar akan mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut berdampak pada daerah disekitarnya. Salah satu dampak yang terjadi adalah munculnya istilah kota

Lebih terperinci

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Siti Zahrotunisa 1, Prama Wicaksono 2 1,2 Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Departemen

Lebih terperinci

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing). Istilah penginderaan jauh merupakan terjemahan dari remote sensing yang telah dikenal di Amerika Serikat sekitar akhir tahun 1950-an. Menurut Manual of Remote Sensing (American Society of Photogrammetry

Lebih terperinci

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Susanti geokpjsusan@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract The development of communication technology

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR RG

SIDANG TUGAS AKHIR RG SIDANG TUGAS AKHIR RG 091536 KAJIAN KETELITIAN PLANIMETRIS CITRA RESOLUSI TINGGI PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1: 10000 KECAMATAN BANJAR TIMUR KOTA BANJARMASIN NOORLAILA HAYATI 3507100044

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI KONDISI GEOLOGI: STUDI KASUS DAERAH PARANGTRITIS JOGJAKARTA

KLASIFIKASI CITRA LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI KONDISI GEOLOGI: STUDI KASUS DAERAH PARANGTRITIS JOGJAKARTA KLASIFIKASI CITRA LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI KONDISI GEOLOGI: STUDI KASUS DAERAH PARANGTRITIS JOGJAKARTA Rokhmat Hidayat, Mauridhi Hery Purnomo, dan I Ketut Eddy Purnama Bidang Keahlian Telematika, Teknik

Lebih terperinci

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL ABSTRAK

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL ABSTRAK PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL Rokhmatuloh Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424, Tel/Fax.

Lebih terperinci

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : Hernandi Kustandyo (3508100001) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana, Nadya Oktaviani Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911 Email: danang.budi@big.go.id

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam Bencana alam pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari gabungan proses-proses alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunungapi, gempa bumi, tanah longsor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Penutupan Lahan Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand dkk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 29/01/2016 Tanggal revisi - Kode dan Nama MK KA064335 SKS dan Semester SKS 3 Semester 6 (ATA) Prasyarat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekeringan Kekeringan (drought) secara umum bisa didefinisikan sebagai kurangnya persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume

Lebih terperinci

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan itra Hartanto Sanjaya Pemanfaatan cita satelit sebagai bahan kajian sumberdaya alam terus berkembang, sejalan dengan semakin majunya teknologi pemrosesan dan adanya

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering PENGUKURAN KEKOTAAN Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering INDO GLOBAL MANDIRI UNIVERSITY PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga timbul karena penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Realitas dinamika kehidupan pada masa lalu, telah meninggalkan jejak dalam bentuk nama tempat yang menggambarkan tentang kondisi tempat berdasarkan sudut filosofi,

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (http://berita.plasa.msn.com

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (http://berita.plasa.msn.com BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Sinabung terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanologi. Awan hitam dan erupsi terus terjadi, 5.576 warga dievakuasi. Evakuasi diberlakukan setelah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Curah hujan merupakan unsur meteorologi yang mempunyai variasi tinggi dalam skala ruang dan waktu sehingga paling sulit untuk diprediksi. Akan tetapi, informasi curah

Lebih terperinci

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

Estimasi Volume Sampah Domestik dan Rekomendasi Rute Pengangkutan Sampah Berdasarkan Analisis Spasial di Kota Surakarta

Estimasi Volume Sampah Domestik dan Rekomendasi Rute Pengangkutan Sampah Berdasarkan Analisis Spasial di Kota Surakarta Estimasi Volume Sampah Domestik dan Rekomendasi Rute Pengangkutan Sampah Berdasarkan Analisis Spasial di Kota Surakarta Han Vito Prima Satya han_vito@yahoo.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG Oleh : Yofri Furqani Hakim, ST. Ir. Edwin Hendrayana Kardiman, SE. Budi Santoso Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

Gambar 1. Satelit Landsat

Gambar 1. Satelit Landsat 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) Penginderaan Jauh Non-Fotografi Fakultas Geografi UGM

RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) Penginderaan Jauh Non-Fotografi Fakultas Geografi UGM RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) Penginderaan Jauh Non-Fotografi Fakultas Geografi UGM 1. NAMA MATA KULIAH Penginderaan Jauh Non Fotografi 2. KODE/SKS GKP 2204 / 2 SKS 3. PRASYARAT

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perubahan Tutupan Lahan DAS Ciliwung Dengan Metode Klasifikasi Terbimbing Citra Landsat 7 ETM+ Multitemporal Tahun 2001 &2008 (Studi

Lebih terperinci

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 SEBAGAI PENUNJANG DATA DASAR UNTUK RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) Heri Setiawan, Yanto Budisusanto Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri 1. Pengertian Penginderaan Jauh Menurut Lilesand et al. (2004) mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun 1994-2012 Miftah Farid 1 1 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan materi yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain serta dari bahan bahan organik yang telah

Lebih terperinci

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan (studi kasus : Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo) Arwan Putra Wijaya 1*, Teguh Haryanto 1*, Catharina N.S. 1* Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur 11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh

Lebih terperinci

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA Atriyon Julzarika Alumni Teknik Geodesi dan Geomatika, FT-Universitas Gadjah Mada, Angkatan 2003 Lembaga Penerbangan

Lebih terperinci

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO Ima Nurmalia Permatasari 1, Viv Dj. Prasita 2 1) Mahasiswa Jurusan Oseanografi, Universitas Hang Tuah 2) Dosen Jurusan Oseanografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai macam teknologi sekarang ini tidak terlepas dari berkembangnya teknologi satelit. Mulai dari teknologi informasi dan komunikasi, teknologi penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG Firman Farid Muhsoni Program studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura e-mail : firman_fmm@yahoo.com.sg

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+ ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+ Rina Shofiana *), Petrus Subardjo, Ibnu Pratikto Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN BENCANA ALAM MENGGUNAKAN GOOGLE MAPS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN BENCANA ALAM MENGGUNAKAN GOOGLE MAPS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN BENCANA ALAM MENGGUNAKAN GOOGLE MAPS Agus Qomaruddin Munir Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,3 Depok Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification (Studi Kasus Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : Ninda Fitri Yulianti

Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : Ninda Fitri Yulianti Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Khursanul Munibah Asisten : 1. Muh. Tufiq Wiguna (A14120059) 2. Triawan Wicaksono H (A14120060) 3. Darwin (A14120091) ANALISIS SPEKTRAL Ninda Fitri Yulianti A14150046

Lebih terperinci

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN ZONASI KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN BALIKPAPAN SELATAN Wisnu Widyatmadja atmadjawima@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 STRUKTUR GEOGRAFI. Afrinia Lisditya P. S.Si.,M.Sc.

PERTEMUAN KE 4 STRUKTUR GEOGRAFI. Afrinia Lisditya P. S.Si.,M.Sc. PERTEMUAN KE 4 STRUKTUR GEOGRAFI Afrinia Lisditya P. S.Si.,M.Sc. Fakta Geografi Merujuk pada karakter tempat, kuantitas/kualitas frnomena di suatu tempat, pada waktu tertentu. Syarat : 1. keadaan,sifat

Lebih terperinci

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI Arif Supendi, M.Si MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI STANDAR KOMPETENSI Memahami pemanfaatan citra penginderaan jauh ( PJ ) dan Sistem Informasi Geografi KOMPETENSI DASAR Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

KEMAJUAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH SERTA APLIKASINYA DIBIDANG BENCANA ALAM. Oleh: Lili Somantri*)

KEMAJUAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH SERTA APLIKASINYA DIBIDANG BENCANA ALAM. Oleh: Lili Somantri*) KEMAJUAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH SERTA APLIKASINYA DIBIDANG BENCANA ALAM Oleh: Lili Somantri*) Abstrak Indonesia merupakan negara yang besar dengan luas wilayah hampir 2 juta km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci