II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Balai Besar dan Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan Sejarah BBPPTP Medan Kementerian Pertanian memiliki 6 (enam) Direktorat Jenderal (Ditjen) yaitu Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Ditjen Perkebunan di Sumatera Utara adalah Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. BBPPTP Medan dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Balai yang membawahi 1 (satu) orang Kasubbag Tata Usaha (TU) dan 2 (dua) orang Kepala Bidang yaitu Bidang Perbenihan dan Bidang Proteksi. Masing-masing bidang membawahi 2 (dua) orang seksi, yaitu Seksi Pelayanan Teknis dan Jaringan Laboratorium Lokasi dan Wilayah Kerja BBPPTP Medan BBPPTP Medan berlokasi di Kecamatan Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah kerja BBPPTP Medan bidang perbenihan meliputi: Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bangka Belitung, Propinsi Jambi, Propinsi Bengkulu, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung, Propinsi Kalimantan Barat, Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Kalimantan Timur, Propinsi Kalimantan Selatan.

2 6 Wilayah kerja BBPPTP Medan bidang proteksi meliputi: Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bangka Belitung, Propinsi Jambi, Propinsi Bengkulu, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung Tugas Pokok dan Fungsi BBPPTP Medan Tugas pokok BBPPTP Medan adalah: melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Fungsi BBPPTP Medan adalah: 1. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; 2. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan diekspor, serta rekayasa genetika; 3. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; 4. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; 5. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikasi layak edar; 6. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas Propinsi; 7. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee test); 8. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan;

3 7 9. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; 10. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; 11. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; 12. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; 13. Pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan; 14. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, pelepasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; 15. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; 16. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati; 17. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; 18. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; 19. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; 20. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; 21. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga balai besar.

4 Struktur Organisasi Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi. Susunan organisasi BBPPTP Medan terdiri dari : Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Perbenihan, Kepala Bidang Proteksi, Kepala Seksi Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Perbenihan, Kepala Seksi Bidang Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Proteksi Tanaman dan Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur organisasi BBPPTP Medan dapat digambarkan seperti di bawah ini: KEPALA BALAI SUB BAGIAN TATA USAHA BIDANG PERBENIHAN BIDANG PROTEKSI SEKSI YANTEK DAN INFORMASI PERBENIHAN SEKSI JARINGAN LAB PERBENIHAN SEKSI YANTEK DAN INFORMASI PROTEKSI SEKSI JARINGAN LAB PROTEKSI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1. Struktur organisasi BBPPTP Medan

5 Tugas Pekerjaan (Job Description) BBPPTP Medan Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 70/Kpts/OT.140/4/2008 mengenai rincian tugas pekerjaan BBPPTP Medan (lihat pada halaman 42 57) Kebijakan dan Program Renstra BBPPTP Medan A. Kebijakan Dalam rangka mewujudkan rencana kegiatan balai besar dengan berpedoman pada visi, misi dan strategi pembangunan perkebunan yang telah ditetapkan maka kebijakan umum BBPPTP Medan adalah : 1. Kebijakan Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Perkebunan Peningkatan Sumber Daya Manusia menjadi lebih profesional sehingga mampu melaksanakan pengembangan dan pengawasan mutu benih serta pengembangan teknologi proteksi tanaman perkebunan dan pemanfaatan agensia hayati dalam penerapan PHT yang berwawasan lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan melalui peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pelatihan, magang, studi banding bagi petugas serta pendampingan bagi petani. 2. Kebijakan Pengembangan Kelembagaan Kebijakan ini dalam rangka mewujudkan kelembagaan balai besar yang profesional dalam pengawasan, pengembangan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan melalui pengembangan jejaring dan kerja sama dengan pihak terkait serta penguatan sarana dan prasarana balai besar. 3. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kebijakan pengelolaan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup meliputi:

6 10 a. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, untuk pelestarian dan perkayaan sumber daya genetik, pengembangan dan pengawasan mutu benih serta pengembangan teknologi perlindungan tanaman perkebunan dan pemanfaatan agensia hayati dalam penerapan PHT dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. b. Meningkatkan kesadaran petani pekebun dan pihak terkait terhadap pentingnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada kegiatan PHT. c. Meningkatkan kesadaran konsumen, produsen/pengedar benih dan pihak terkait terhadap pentingnya penggunaan benih bermutu. 4. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Menyediakan pelayanan informasi perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan yang akurat, tepat dan cepat bagi semua pihak yang membutuhkan. Dalam rangka pengembangan sistem informasi ini upaya yang ditempuh adalah sebagai berikut : a. Peningkatan kemampuan SDM di bidang pengelolaan sistem informasi; b. Pengembangan dan pemantapan data base perbenihan dan proteksi; c. Pengembangan sarana internet kantor untuk pengelolaan dan penyebaran informasi melalui website BBPPTP Medan; d. Pemanfaatan teknologi GIS untuk pemetaan bidang perbenihan dan proteksi. B. Program Menurut Renstra BBPPTP Medan (2009) bahwa program BBPPTP Medan mengacu pada program Kementerian Pertanian dan Ditjen Perkebunan yang terkait, yaitu : Penerapan kepemerintahan yang baik, dan pengembangan agribisnis.

7 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2012), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dengan motivasi sebagai variabel mediating di lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Propinsi Sumatera Utara bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Komunikasi, iklim organisasi, dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Motivasi sebagai variabel mediating mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2010), tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kapuas Hulu bahwa ada pengaruh yang kuat variabel kemampuan, variabel motivasi, variabel kepuasan kerja, secara simultan terhadap kinerja pegawai. Kepuasan kerja merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian yang dilakukan Herbowo (2013), tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan terdapat pengaruh faktor individu terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, faktor individu merupakan gabungan dari subfaktor usia, jenis kelamin, pengalaman dan lama tingkat pendidikan. Lama tingkat pendidikan menjadi faktor dominan diantara ke-4 subfaktor lainnya. Terdapat pengaruh faktor organisasi terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, faktor organisasi mencakup kepemimpinan, imbalan, sumber daya dan struktur. Imbalan menjadi faktor dominan diantara ke-4 subfaktor lainnya. Terdapat pengaruh faktor

8 12 psikologis terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, faktor psikologis mencakup persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Motivasi menjadi faktor dominan diantara ke-4 subfaktor lainnya. Terdapat pengaruh faktor individu, organisasi dan psikologis secara bersama-sama terhadap kinerja PNS pada Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, subfaktor psikologis merupakan faktor yang berpengaruh sangat dominan terhadap PNS pada Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan hasil penelitian Astie (2011), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bangka Tengah bahwa dari 75 indikator penelitian mula-mula hanya terseleksi sebanyak 13 indikator penelitian yang dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor yaitu faktor keunggulan organisasi, faktor pendorong pribadi, faktor pendorong internal, dan faktor desain internal. Kesimpulan penelitian adalah tidak seluruh variabel yang diikutsertakan dalam penelitian mempengaruhi kinerja pegawai, terbukti dengan hanya empat variabel saja yang memberi sumbangan pengaruh terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian mengisyaratkan bahwa ada variabelvariabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai namun tidak diikutsertakan dalam variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Landasan Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dalam mempertahankan kelangsungan dan kehidupan organisasi, maka sebuah organisasi harus memiliki kinerja yang baik. Kinerja penting untuk dianalisis karena kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat

9 13 pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menganalisis prestasi atau tingkat keberhasilan suatu organisasi (Mahsun, 2006). Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu: 1. Kemampuan 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan 5. Hubungan dengan organisasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikelompokkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam penelitian ini adalah kemampuan termasuk variabel Sumber Daya Manusia (SDM), motivasi dan dukungan yang diterima termasuk variabel keuangan, keberadaan pekerjaan yang dilakukan termasuk variabel sarana, hubungan dengan organisasi termasuk variabel manajemen. Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain : a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Penepatan pada pekerjaan haruslah sesuai dengan keahlihannya.

10 14 b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Gie (1999) menyatakan bahwa kinerja sangat ditentukan oleh dimensidimensi sebagai berikut: 1. Motivasi kerja 2. Kemampuan kerja termasuk variabel SDM 3. Perlengkapan dan fasilitas ternasuk variabel sarana 4. Lingkungan eksternal termasuk variabel keuangan 5. Leadership 6. Misi strategi 7. Budaya perusahaan 8. Kinerja individu dan organisasi 9. Praktik manajemen termasuk variabel manajemen 10. Struktur 11. Iklim kerja Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dari dalam diri yang akan menentukan kinerja yang dihasilkan. Kemampuan kerja dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki maka akan semakin menentukan kinerja yang dihasilkan. Simamora (1995) menyatakan kinerja sangat ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni :

11 15 1. Faktor individual yang terdiri dari : a. Kemampuan dan keahlian b. Latar belakang c. Demografi 2. Faktor psikologis yang terdiri dari : a. Persepsi b. Attitude c. Personality d. Pembelajaran e. Motivasi 3. Faktor organisasi yakni : a. Sumber daya b. Kepemimpinan c. Penghargaan d. Struktur e. Job design Semakin kompeten kemampuan dan keahlian yang dimiliki akan mempengaruhi pencapaian hasil kinerja. Motivasi adalah faktor psikologis yang akan mendorong dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pekerjaan. Semakin kuat motivasi yang melekat, semakin bagus kinerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor organisasi yang meliputi sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design sangat mempengaruhi terhadap kebijakan yang diambil organisasi dikarenakan masing-masing faktor tersebut memberikan arah kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam upaya penguatan peningkatan kinerja.

12 Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Evaluasi CIPP terdiri dari context evaluation (evaluasi terhadap konteks), input evaluation (evaluasi terhadap masukan), process evaluation (evaluasi terhadap proses), dan product evaluation (evaluasi terhadap hasil). Dengan menggunakan evaluasi ini maka akan dapat memberikan gambaran yang sangat detail dan hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja, mulai dari konteksnya hingga saat proses implementasi sampai hasil (Siti, dkk., 2012). Setiap kegiatan memerlukan penilaian atau evaluasi. Evaluasi program hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker). Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu program pada setiap tahapnya adalah evaluasi model CIPP. Digunakan model evaluasi CIPP karena dalam hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja itu sendiri terdapat tahapan manajemen terdiri dari tahapan planning (perencanaan) organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (monitoring) agar hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja dapat berjalan dengan maksimal. (Siti, dkk., 2012). Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat macam keputusan :

13 17 1. Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan khusus 2. Keputusan pembentukan atau structuring (susunan organisasi) 3. Keputusan implementasi 4. Keputusan yang telah disusun ulang yang menentukan suatu kinerja perlu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada (Arikunto dan Suharsini, 2004). Menurut Arikunto dan Suharsini (2004), ada empat aspek model evaluasi CIPP (context, input, process dan output) membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai : 1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?); mengumpulkan dan menganalisis needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran. 2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?); sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi kinerja eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi 3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?); Ini menyediakan pengambil keputusan informasi tentang seberapa baik kinerja diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring kinerja, pengambilkeputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.

14 18 4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika kinerja harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali Kerangka Penelitan Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dalam bidang teknis dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kinerja bidang perbenihan dan proteksi. Menurut Suwardika (2011) bahwa pengukuran kinerja organisasi publik merupakan suatu alat perencanaan dan sistem pengendalian manajemen yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi pelanggan. BBPPTP Medan merupakan suatu lembaga organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 92 tahun 2011 bahwa indikator kinerja BBPPTP Medan di bidang perbenihan adalah semakin banyak jumlah benih yang sertifikasi maka semakin

15 19 sedikit bibit palsu yang beredar dan semakin banyak penerapan teknologi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) maka semakin berkurang serangan OPT perkebunan. Oleh karena itu, pengukuran kinerja pada 2 (dua) bidang teknis di BBPPTP Medan, di bidang perbenihan menggunakan indikator yaitu jumlah benih yang disertifikasi dan jumlah pengujian benih. Di bidang proteksi menggunakan indikator yaitu jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan. Bidang perbenihan dan proteksi memakai variabel yang sama yaitu sarana, manajemen, SDM dan keuangan. Karena 4 (empat) variabel ini merupakan alat utama dalam menentukan peningkatan kinerja di sebuah lembaga / organisasi. Di dalam mendeskripsikan faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja pada BBPPTP Medan dilakukan penelitian berdasarkan penggumpulan data sekunder yaitu laporan tahunan BBPPTP Medan. Sehingga skema kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

16 20 Kinerja BBPPTP Medan Kinerja Bidang Perbenihan (Y1) Indikator : 1. Jumlah benih yang disertifikasi (Y11) (unit/tahun) 2. Jumlah pengujian benih (Y12) (unit/tahun) Kinerja Bidang Proteksi (Y2) Indikator : Jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) (unit/tahun) Sarana (X1) Manajeman (X2) SDM (X3) Keuangan (X4) Sarana (Z1) Manajeman (Z2) SDM (Z3) Keuangan (Z4) ` Sarana diukur dengan: Peralatan laboratorium rutin (X11, Z11) Peralatan laboratorium non rutin (X12, Z12) Peralatan laboratorium modern (X13, Z13) Rasio roda 2 (X14, Z14) kendaraan Manajemen diukur dengan : Planning (perencanaan) (X21, Z21) Organizing (pengorganisasi an) (X22, Z22) Actuating (pelaksanaan) (X23, Z23) Controlling (pengawasan) (X24, Z24) SDM diukur dengan : PNS (X31, Z31) Lama tingkat pendidikan (X32, Z32) Jurusan sekolah pertanian (X33, Z33) Status sekolah negeri (X34, Z34) Pelatihan spesifik (X35, Z35) Keuangan diukur dengan : Persentase realisasi keuangan (X4, Z4) Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian

17 Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini ada 42 hubungan, yaitu : 1. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan (X11), yaitu : peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan 2. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang perbenihan (X12), yaitu : peralatan laboratorium non rutin bidang perbenihan 3. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan laboratorium modern bidang perbenihan (X13), yaitu : peralatan laboratorium modren bidang perbenihan 4. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan (X14), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan 5. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan yang terkait dengan planning (perencanaan) bidang perbenihan (X21), yaitu : kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang perbenihan

18 22 6. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan (X22), yaitu : kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan 7. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan (X23), yaitu : kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan 8. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang perbenihan (X24), yaitu : kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang perbenihan 9. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah PNS bidang perbenihan (X31), yaitu : PNS bidang perbenihan 10. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan (X32), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan

19 Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan (X33), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan 12. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang perbenihan (X34), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase jumlah status sekolah negeri PNS bidang perbenihan 13. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan (X35), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan 14. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan persentase jumlah realisasi keuangan bidang perbenihan (X4), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan persentase jumlah realisasi keuangan bidang perbenihan 15. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan (X11), yaitu : peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan 16. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang perbenihan (X12), yaitu : peralatan laboratorium non rutin bidang perbenihan

20 Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan laboratorium modern bidang perbenihan (X13), yaitu : peralatan laboratorium modern bidang perbenihan 18. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan (X14), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan 19. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang perbenihan (X21), yaitu : kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang perbenihan 20. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan (X22), yaitu kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan 21. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan (X23), yaitu : kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan 22. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan controlling (pengawasan) bidang perbenihan (X24), yaitu : kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang perbenihan

21 Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah PNS bidang perbenihan (X31), yaitu : PNS bidang perbenihan 24. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan (X32), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan 25. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan (X33), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan 26. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang perbenihan (X34), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang perbenihan 27. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan (X35), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan 28. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah persentase realisasi keuangan bidang perbenihan (X4),yaitu : persentase realisasi keuangan bidang perbenihan

22 Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah peralatan laboratorium rutin bidang proteksi (Z11), yaitu : dengan jumlah peralatan laboratorium rutin bidang proteksi 30. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang proteksi (Z12), yaitu : dengan jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang proteksi 31. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah peralatan laboratorium modern bidang proteksi (Z13), yaitu : dengan jumlah peralatan laboratorium modern bidang proteksi 32. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang proteksi (Z14), yaitu : dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang proteksi 33. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang proteksi (Z21), yaitu : dengan jumlah kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang proteksi

23 Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang proteksi (Z22), yaitu : dengan jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang proteksi 35. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang proteksi (Z23), yaitu : dengan jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang proteksi 36. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang proteksi (Z24), yaitu : dengan jumlah kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang proteksi 37. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah PNS bidang proteksi (Z31), yaitu : dengan jumlah PNS bidang proteksi

24 Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan bidang proteksi (Z32), yaitu : dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan bidang proteksi 39. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan rasio persentase jurusan sekolah pertanian PNS bidang proteksi (Z33), yaitu : dengan rasio persentase jurusan sekolah pertanian bidang proteksi 40. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang proteksi (Z34), yaitu : dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang proteksi 41. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang proteksi (Z35), yaitu : dengan jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang proteksi 42. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan jumlah persentase realisasi keuangan bidang proteksi (Z4), yaitu : dengan jumlah persentase realisasi keuangan bidang proteksi

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 2 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela BAB XXXVII BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 168 Susunan Organisasi Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2012 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan target-target kinerja berikut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN fungsi

I. PENDAHULUAN fungsi I. PENDAHULUAN Undang Undang No.18 tahun 2004 tentang Perkebunan, mengamanatkan bahwa pembangunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon 1 Prakata Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Standar Pelayanan Publik Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN fungsi

I. PENDAHULUAN fungsi I. PENDAHULUAN Undang Undang No.18 tahun 2004 tentang Perkebunan, mengamanatkan bahwa pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan target-target kinerja berikut

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1 Page 1 KATA PENGANTAR Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG Z GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELAYANAN INFORMASI KEHUTANAN, BALAI PENGAWASAN DAN PENGEMBANGAN MUTU BENIH (BP2MB), BALAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI (1) Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN LAPORAN KINERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN Jl. Asrama No. 124 Sei Sikambing Medan (20126)

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERBENIHAN DAN PEMBIBITAN PADA DINAS TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan. Lakip BBP2TP Medan Tahun

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan. Lakip BBP2TP Medan Tahun Lakip BBP2TP Medan Tahun 2010 1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)- Medan Tahun 2010 merupakan laporan yang harus di buat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis memberikan kontribusi terhadap perekonomian Nasional. Pengertian Perkebunan menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas : DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan. Lakip BBP2TP Medan Tahun

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan. Lakip BBP2TP Medan Tahun Lakip BBP2TP Medan Tahun 2011 1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)- Medan Tahun 2011 merupakan laporan yang harus di buat

Lebih terperinci

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif; Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi masalah yang sangat strategis dan menjadi sorotan publik. Kinerja birokrasi disinyalir masih

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh : Direktur Pengelolaan Air Irigasi Lombok, 27 29 November 2013 1 REALISASI KEGIATAN PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 84 (1) Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok membantu K

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 84 (1) Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok membantu K BAB XIX BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 83 Susunan Organisasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Setiap kegiatan yang dilakukan suatu organisasi tentu membutuhkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Setiap kegiatan yang dilakukan suatu organisasi tentu membutuhkan berbagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap kegiatan yang dilakukan suatu organisasi tentu membutuhkan berbagai sumber daya, seperti modal, material, dan mesin. Sumber daya yang ada tidak akan berarti

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERTANIAN PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Organisasi. Tata Kerja. Balai Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI BENIH HORTIKULTURA DAN ANEKA TANAMAN PADA DINAS

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G SALINAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH LAUT BUPATI TANAH LAUT, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.25/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008)

Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008) B.3. Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008) 1. Kepala Dinas 1.1. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan, merumuskan sasaran,

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATAKERJA BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA PADA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci