ANALISA KESENJANGAN ANTARA SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ELEKTRONIK PADA PENYEDIAAN JASA KONSTRUKSI DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA
|
|
- Suhendra Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 ANALISA KESENJANGAN ANTARA SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ELEKTRONIK PADA PENYEDIAAN JASA KONSTRUKSI DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA Bambang Wishnu Murti 1), Tri Joko Wahyu Adi 2) 1 Dosen Teknik Sipil FTSP ITS 2 Mahasiswa Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan salah satu bagian yang rawan terhadap terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme. Salah satu upaya untuk menghilangkan kerawanan tersebut adalah dengan menerapkan sistem lelang elektronik ( e- procurement). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kesenjangan antara sistem lelang konvensional dengan sistem lelang elektronik ( e-procurement), khususnya pada tender-tender elektronik (e-tender) bidang jasa konstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pembahasan deskriptif, malalui studi literatur dan survey (wawancara) terhadap beberapa pakar dan pengguna/peserta sistem lelang konvensional maupun e-procurement. Survey dilakukan untuk mendapatkan validasi terhadap kriteria kesenjangan yang diperoleh dari studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem lelang e-procurement lebih mempunyai keunggulan dalam hal kemudahan, efektifitas, dan efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun masih memiliki kelemahankelemahan, sistem ini juga meningkatkan keterbukaan, transparansi, keadilan dan akuntabilitas pelelangan. Kata kunci: e-procurement, e-tender, lelang konvensional PENDAHULUAN Salah satu item lelang yang memiliki proporsi terbesar dalam e-procurement di Pemerintah Kota Surabaya adalah bidang konstruksi. Proyek-proyek konstruksi yang pada umumnya bernilai relatif tinggi pada pelaksanaan pelelangannya seringkali diindikasikan tidak transparan. Pelaksanaan e-procurement dengan sistem yang terencana dan terorganisir dengan baik diharapkan secara efektif akan meningkatkan transparansi, meningkatkan efisiensi dan sekaligus memberikan kesempatan yang lebih luas pada penyedia jasa konstruksi. Kelemahan pada pelaksanaan sistem procurement yang ada harus dianalisis dan dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas maka penelitian mengenai evaluasi performa pelaksanaan procurement di Pemerintah Kota Surabaya dilaksanakan. Evaluasi dilakukan melalui penentuan kriteria-kriteria evaluasi sistem serta penilaian atas indikator terpilih. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan kesenjangan (gap) sistem pelelangan konstruksi dengan menggunakan e-procurement dibandingkan dengan sistem konvensional di Pemerintah Kota Surabaya. Penelitian dilakukan pada Pelelangan dengan metode Pascakualifikasi. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Menurut Information Technology Research Group (ITRG, 22), e-procurement didefinisikan sebagai aplikasi atau layanan pembelian berbasis internet yang
2 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 memudahkan mitra dagang, memaksimalkan efisiensi dagang terhadap keseluruhan rantai persediaan, dan menyediakan kemampuan strategis e-commerce dalam era internet. Sedangkan menurut Brunelli (1999) dan Carabello (21) teknologi e- procurement dijelaskan sebagai teknologi yang didesain untuk memfasilitasi pengakuisisian barang oleh organisasi komersial atau pemerintah melalui internet. Kriteria yang digunakan berbagai negara untuk mengevaluasi sistem e- procurement mempunyai beberapa perbedaan. Dari berbagai kriteria tersebut, beberapa kriteria akan digunakan sebagai acuan sistem ideal yang digunakan untuk menganalisis kesenjangan sistem e-procurment bidang konstruksi di Pemerintah Kota Surabaya. Kriteria-kriteria yang diperoleh dari studi literatur antara lain seperti pada tabel berikut : Keluhan dan sanggahan. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penelitian mengacu Keputusan Presiden No. 8 tahun 23 yaitu efektif, efisien, terbuka dan bersaing, transparansi, adil atau tidak diskriminatif, dan akuntabel. Sedangkan tahapan lelang bidang konstruksi dengan metode pascakualifikasi baik sistem konvensional maupun e-procurement meliputi: Pengumuman Lelang, Pendaftaran Peserta Lelang, Pengambilan Dokumen Penawaran, Penjelasan Pekerjaan, Pemasukan Dokumen dan Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran dan Klarifikasi dan Pengumuman Pemenang dan Sanggahan. Tabel 1. Kriteria Sistem diberbagai Negara No Kriteria Evaluasi Sistem E-Procurement Sumber 1 Struktur administratif sistem pengadaan (procurement) Brasil, Chile Meksiko- 2 Tujuan, strategi, kerangka hukum dan cakupan IACD 3 Informasi umum yang disediakan oleh sistem 4 Publisitas, klarifikasi, penerimaan penawaran dan informasi pembelian 5 Perusahaan yang ikut dalam tender HEVAC Association 6 Kriteria Penilaian 7 Tinjauan Ulang Penawaran 8 Laporan dan dukungan pada pengguna Brasil, Chile Meksiko- 9 Transaksi IACD 1 Keluhan dan sanggahan 11 Umpan Balik selama proses penawaran HEVAC Association 12 Jangka waktu pelaksanaan e-procurement HEVAC Association METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pelaksanaan e-tendering di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya khususnya untuk bidang konstruksi. Untuk memperoleh hasil tersebut dibutuhkan analisa yang mendalam terhadap obyek penelitian dan pendekatan kualitatif akan lebih sesuai digunakan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran questioner dan indepth interview. Penilaian (skoring) dilakukan pada tiap -tiap tahapan pelelangan dengan menggunakan penilaian skala Linkert dalam interval 1 (satu) sampai dengan 5 (lima). Dari skor yang didapat dari masing-masing reponden kemudian diambil rata-ratanya. Responden yang disurvey dalam penelitian ini terdiri atas organisasi profesi, akademisi dan pihak penyelenggara lelang baik pembuat pada level pembuat kebijakan maupun panitia lelang, serta dari kalangan perusahaan jasa konstruksi. Responden yang dipilih B-9-2
3 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria harus memahami dengan baik sistem pelelangan baik dalam sistem konvensional dan e-procurment. Sampel yang diambil dianggap cukup mewakili populasi pihak yang terkait dengan pelelangan sebab tidak ada jumlah yang pasti mengenai peserta dan penyelenggara lelang yang menguasai dengan baik sistem pelelangan baik dari sisi regulasi maupun teknis. Nilai yang didapat menunjukkan kinerja masing-masing sistem pelelangan menurut persepsi responden. Semakin rendah nilai yang didapat maka dipersepsikan bahwa pemenuhan efektifitas, efisiensi, keterbukaan, transparansi, keadilan dan akuntabilitas sistem pelelangan tersebut makin baik. Untuk memudahkan analisa maka penilaian diterapkan pada tiap tahapan lelang. Semakin rendah nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian kriteria makin baik. Untuk efektifitas misalnya jika reponden memberikan nilai 1 (satu) berarti efektifitasnya sangat baik atau d engan kata lain sangat efektif. HASIL ANALISA Hasil kuesioner yang diperoleh menggambarkan bahwa secara umum skor dari masing-masing kriteria pada seluruh tahapan lelang pascakualifikasi sistem e- procurement lebih baik daripada sistem konvensional. Perbandingan skor masingmasing tahapan dapat dilihat pada Gambar 1 sampai 7 berikut ini. 5, 3, 2, 4, 4 2, 6 2, 6 2, 5 2, 1 2, 5 2, 3 1, 4, 4 2, 6 2, 6 2, 5 2, 1 2, 5 2, 3 P e r b e d a a n s k o r 1, 2 1, 3 1, 9 2, 1, 4 1, 5 K o n v e n s io n a l Gambar 1. Nilai Rata-rata Sistem E-procurement dan Konvensional Tahap Pengumuman 5, 3, 2, 2, 5 4, 2 2, 8 2, 4 2, 6 3, 6 2, 9 3, 1 1, E - p r o c u r m e n t 4, 2 3, 6 2, 5 2, 8 2, 4 2, 6 2, 9 3, 1 P e r b e d a a n s k o r 1, 5 1, 3 1, 8 1, 4, 7, 7 K o n v e n s io n a l Gambar 2. Nilai Rata-rata Sistem E-procurement dan Konvensional Tahap Pendaftaran B-9-3
4 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 5, 3, 4, 3 4, 2 3, 7 2, 8 2, 8 2, 7 2, 7 2, 7 3, 1 2, 1, E f e k t i f E f i s i e n T e r b u k a T r a n s p a r a n A d i l A k u n t a b e l E - p r o c u r m e n t 3, 7 4, 3 4, 2 2, 7 2, 7 2, 7 2, 8 2, 8 3, 1 P e r b e d a a n s k o r 1, 2 1, 1, 6 1, 3 1, 3 1, 1 Gambar 3. Nilai Rata-rata Sistem E-procurement dan Konvensional Tahap Pengambilan Dokumen Lelang 5, 3, 2, 2, 9 3, 4, 2 4, 2 3, 1 2, 8 2, 8 2, 9 1, P r o c u r e m e n t 4, 2 4, 2 2, 9 3, 2, 8 2, 8 2, 9 3, 1 P e r b e d a a n s k o r, 9, 8 1, 4 1, 4 1, 1. 9 Gambar 4. Nilai Rata-rata Sistem E-procurement dan Konvensional Tahap Penjelasan Pekerjaan 5, 3, 2, 3, 7 3, 7 3, 5 3, 6 3, 2 1, K o n v e n s io n a l E f e k t if E f is ie n T e r b u k a T r a n s p a r a n A d il A k u n t a b e l 3, 5 3, 2 3, 6 3, 7 3, 7 P e r b e d a a n s k o r, 6, 6, 4, 4, 3, 1 K o n v e n s io n a l Gambar 5. Nilai Rata-rata Sistem Eprocurement dan Konvensional Tahap Pemasukan Dokumen Penawaran dan Pembukaan Penawaran 5, 3, 2, 3, 7 3, 7 3, 5 3, 4 3, 6 1, E f e k t if E f i s i e n T e r b u k a T r a n s p a r a n A d i l A k u n t a b e l 3, 7 3, 7 3, 5 3, 4 3, 6 P e r b e d a a n s k o r, 2, 3, 5, 6, 4, 2 Gambar 6. Nilai Rata-rata Sistem Eprocurement dan Konvensional Tahap Evaluasi Penawaran dan Klarifikasi B-9-4
5 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 5, 3, 2, 4, 4 4, 3 2, 6 3, 2 3, 3 3, 2 3, 2 3, 3 1, 4, 3 4, 4 3, 2 3, 2 3, 3 3, 2 3, 2 3, 3 P e r b e d a a n s k o r, 9 1, 1 1, 1, 9, 6, 5 K o n v e n s io n a l Gambar 7. Nilai Rata-rata Sistem Eprocurement dan Konvensional Tahap Pengumuman Pemenang Lelang dan Sanggahan Alternatif Solusi Peningkatan Kinerja E-procurement Dari hasil survey didapatkan temuan bahwa meskipun secara umum kinerja sistem e-procurement relatif lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional namun masih terdapat kriteria yang masih diperbaiki. Perbaikan dalam sistem e-procurement menggunakan acuan nilai 4 (empat) karena pada skala 1 sampai dengan 5 sebagai dimana nilai 4 berarti telah berkinerja baik. Untuk skor rata-rata yang berada dibawah nilai 4 masih memerlukan pembenahan agar menjadi baik, seperti pada Gambar 8 sampai dengan 14. 5, 3, 2, 1, 4, 4 N il a i s k o r b a ik Gambar 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Pengumuman Kriteria Efektif, Efisien, Adil dan Akuntabel 5, 3, 2, 1, 4, 2 3, 6 Kriteria Adil dan Akuntabel Gambar 9. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Pendaftaran B-9-5
6 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 5, 3, 2, 1, 3, 7 4, 3 4, 2 Kriteria efektif dan Efisien Gambar 1. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Pengambilan Dokumen 5, 3, 2, 1, 4, 2 4, 2 Kriteria Efektif dan Efisien Gambar 11. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Penjelasan Pekerjaan 5, 3, 2, 1, Kriteria Akuntabel Gambar 12. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Pemasukan dan Pembukaan Penawaran 5, 3, 2, 1, Kriteria Efektif dan Terbuka Gambar 13. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Evaluasi Penawaran dan Klarifikasi B-9-6
7 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 5, 3, 2, 1, 4, 3 4, 4 Kriteria Adil dan Akuntabel Gambar 14. Perbandingan Nilai Rata-rata Kriteria Terhadap Nilai Skor Baik (Skor = 4) Tahap Pengumuman Pemenang dan Sanggahan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem pelelangan pasca kualifikasi dengan sistem e-procurement di pemerintah kota Surabaya secara umum memiliki kinerja yang lebih baik dalam pencapaian efektifitas, efisiensi, keterbukaan, transparansi, keadilan dan akuntabilitas pelelangan dibandingkan dengan sistem konvensional. 2. Sistem e-procurement memberikan kemudahan dan fleksibilitas pelaksanaan pelelangan baik dari sisi pemerintah sebagai penyelenggara lelang maupun dunia usaha sebagai peserta lelang. 3. Penggunaan media internet pada sistem eprocurment mengurangi kendala jarak dan waktu serta memudahkan pengawasan publik. 4. Pelaksanaan lelang melalui Sekretariat Layanan E-procurement memudahkan pengambilan keputusan utamanya pada tataran kebijakan serta aplikasi teknis untuk pengembangan pelelangan elektronik. Saran 1. Perubahan sistem lelang konvensional ke sistem e-procurement harus mempertimbangkan kesiapan perangkat peraturan, kebijakan, sumber daya manusia dan teknologi. 2. Sistem e-procurement yang diterapkan harus terus dievaluasi untuk memastikan bahwa penggunaan sistem tersebut tidak kontraproduktif dengan capaian sasaran yang telah ditetapkan. Sistem eprocurement harus diarahkan terciptanya efektifitas, efisiensi, keterbukaan, transparansi, keadilan dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa yang lebih baik. 3. Perlunya adanya solusi peningkatan kinerja sistem eprocurement pemerintah kota Surabaya antara lain dengan peningkatan sosialisasi pada saat terjadi perubahan sistem, penyederhanaan lampiran berkas pada penawaran hardcopy, dan adanya rujukan harga penawaran untuk menjamin kewajaran harga. 4. Pengawasan pada proses lelang yang dilakukan oleh panitia lelang mutlak dikan untuk menjamin tidak terjadi praktek KKN. 5. Perlu penelitian lanjutan mengenai kesiapan infrastuktur telekomunisasi dalam menunjang pelaksanaan sistem e-procurement di Surabaya. 6. Penelitian lanjutan mengenai efektifitas dan efisiensi teknis penggunaan dan perangkat keras dan perangkat lunak sistem eprocurement akan sangat membantu implementasi eprocurement di daerah. B-9-7
8 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26 DAFTAR PUSTAKA ITRG, 22, A Success Guide for e-procurement, London Miles, B.H dan Huberman, M.A,1994. Qualitative Data Analisys, Second Edition, Sage Publication. Office of Government Commerce, 22. A guide to e-procurement for the public sector,office of Government Commerce, London. diakses dari PLS-Ramboll, 2. Analysis of Electronic Public Procurement Pilot Projects in the European Union. diakses dari Parida, V. dan Upasana Parida, 25, e-procurement : An Indian and Swedish Perspective, Master Thesis, Lulea University of Technology Saaty, T.L., 1993, Pengambilan Keputusan: Proses Hirarki untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, LPPM-PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta Steinberg, R., (23). Strategies for Successful Government E-Procurement, Gartner Inc.,( Talero, E., 21. Electronic Government Procurement, Concepts and Country experiences, The World Bank, Washington, DC. Tonkin, C., 23. e-procurement in the Public Sector: Story, Myth and Legend, Policy Institute, Trinity College, Dublin World Bank, 23. Electronic Government Procurement (e-gp), World Bank Draft Strategy, The World Bank, Washington, DC. Yin, R.K, 23, Case Study Research: Design and Method, Third Edition Sage Publication Inc.., 24, Strategic Electronic Government Procurement, Procurement Asian Development Bank, IADB dan World Bank,., 23, Readiness For Electronic Government Procurement Survey, Asian Development Bank..., 23, Guidance Note On The Use Of E-procurement, Including Reverse Bid Auctions, For HVACR Products In The Construction Industry, HEVAC Association., Profile of Electronic Government Procurement System, Government Best Practice Program OAS dan IACD.., (21e), Strategy for the Implementation of e-procurement in the Irish Public Sector. Dublin., 23, Keputusan Presiden No. 8 tahun 23 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta B-9-8
9 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 26., 23, Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 339/Kpts/M/23 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.., 21, Keputusan Walikota Surabaya No. 3 tahun 21 tentang tentang Pedoman Pengelolaan Anggaran Belanja Pembangunan.., 24, Keputusan Walikota Surabaya No. 5 tahun 24 tentang Pedoman Pelaksanaan Proses Pemilihan Penyedia Barang.Jasa Pemerintah Daerah dengan Sistem e-procurement, Surabaya B-9-9
ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA
ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA Liziad Aditya Soetanto 1, dan Kenny Jonathan Setiobudi 2 ABSTRAK : E-Procurement atau Pengadaan secara elektronik adalah Pengadaan Barang/Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan aktivitas pemerintah dalam membangun sarana dan prasarana bagi masyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperinci1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan barang/ jasa atau lebih dikenal dengan pelelangan merupakan salah satu proses pada proyek tertentu, seperti proyek pemerintah yang berskala besar. Pengadaan barang/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan setelah tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN
PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)
PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang *Email :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur untuk mendukung Indonesia khususnya kota Yogyakarta yang sedang dalam masa perkembangan menghantarkan konstruksi
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat bekerja dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem e-procurement atau pengadaan barang/ jasa secara elektronik melalui internet di Indonesia pada perspektif pemerintah dipercaya sebagai alat/instrumen untuk
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengadaan barang dan jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas baru, berbagai bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, alat tulis, sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan pembangunan guna mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dalam dunia lelang peranan internet terasa sangat penting. Hal tersebut terlihat dari merebaknya jumlah dan jenis pelelangan yang ada di internet.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan/tender. Proses ini menjadi sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SISTEM E-PROCUREMENT WALIKOTA SURABAYA,
1 WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SISTEM E-PROCUREMENT WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciKAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI
KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI Oleh : SUWARDI 06 172 030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciA. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis
A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis pengadaan barang / jasa ( studi didinas perhubungan, Komunikasi
Lebih terperinciMANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI
MANUAL PROSEDURE (MP) PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI A. TUJUAN PELAKSANAAN PENGADAAN Tujuan pelaksanaan pengadaan menurut Peraturan Presiden no. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN SISTEM E-PROCUREMENT DALAM PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI KABUPATEN GIANYAR BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012
EVALUASI PENERAPAN SISTEM E-PROCUREMENT DALAM PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI KABUPATEN GIANYAR BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012 TUGAS AKHIR Oleh : I Kadek Agus Sweta Adi Putra NIM: 0819151006
Lebih terperincibarang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan
BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSURAT EDARAN NOMOR: 07/SE/M/2012
Kepada Yth.: MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1. Para Pejabat Eselon I A di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 2. Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil di seluruh Indonesia 3. Para Kepala
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
88 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kriteria tender pengadaan barang dan jasa pemerintah akan berjalan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciLampiran Surat Edaran Menteri Pekerjan Umum Nomor : 12/SE/M/2008 Tanggal : 30 Desember 2008 PROSEDUR PELAKSANAAN PELELANGAN E-PROCUREMENT
Lampiran Surat Edaran Menteri Pekerjan Umum Nomor : 12/SE/M/2008 anggal : 30 Desember 2008 PROSEDUR PELAKSANAAN PELELANGAN E-PROCUREMEN I. LAAR BELAKANG PELAKSANAAN E-PROCUREMEN 1. untutan masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) merupakan salah satu tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan suatu
Lebih terperinciG U B E R N U R J A M B I
- 1 - G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI Nomor : 27 /Per-Gub/KPDE/2010 T E N T A N G LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adam Smith (1776) dalam An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations mengemukakan bahwa ada tiga fungsi negara yaitu memelihara pertahanan
Lebih terperinciE-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012
E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2015 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 20152015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan berbagai jenis kebutuhan yang diperlukan dengan menggunakan
Lebih terperinciANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo. Abstrak
ANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo Abstrak Indikasi adanya sandiwara dalam lelang proyek pemerintah ahkir-ahkir ini banyak diberitakan. Salah
Lebih terperinciDAFTAR ISI... JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRACT...
DAFTAR ISI Halaman JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii vi vii viii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrak untuk pekerjaan publik antara pemerintah dengan sektor swasta/privat merupakan bisnis dengan ukuran yang sangat besar. Mulai dari proyek-proyek infrastruktur
Lebih terperinciTINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE
TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE M. Fauzan 1), Mukhlis 2), T. Ricky Husny 3) 1) 2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG SEKRETARIAT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciPengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi.
e-procurement Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi. Pelaksanaan proyek selalu terlambat Latar Belakang Harga kontrak relatif sama atau
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG
WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciKPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif
KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/Jasa Menurut Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, bahwa Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 15/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government, dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, memiliki keuntungan, terwujudnya
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya
Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat di sektor pelayanan Publik dan mampu meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dari komputerisasi dan teknologi informasi yang ada pada pemerintah pada tahun 1960-an dan 1970-an memiliki perkembangan yang sangat pesat
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan tender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kontrak diselenggarakan bukan hanya terkait barang saja melainkan juga jasa. Secara sederhana kontrak ialah suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG
1 BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK / E-PROCUREMENT KABUPATEN KARANGASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan memperbaharui teknologi agar sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telah mengalami kemajuan yang signifikan. Teknologi bertambah canggih dan kompleks. Seiring dengan hal tersebut, manusia sebagai pemilik
Lebih terperinciTRANSKRIP HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN Lampiran TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Prinsip Kepastian Hukum (Rule of Law) 1. Bagaimanakah pelaksanaan prinsip kepastian hukum (rule of law) dalam pengadaan televisi oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010
PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
No. 1975, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. LPSE. KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pengadaan barang atau jasa memegang peran kritis terhadap kegiatan
BAB I ENDAHULUAN PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pengadaan barang atau jasa memegang peran kritis terhadap kegiatan produksi suatu perusahaan manufaktur, hal ini biasanya mendorong perusahaan tersebut
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 4 TAHUN 2011
BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK
Lebih terperinciJurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara
Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara Alfred Mainassy alfred_lounussa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan rencana program kerja yang sudah ditetapkan seperti
Lebih terperinciASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN, YANG SAYA HORMATI,
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA LAUNCHING/PERESMIAN LPSE DAN SOSIALISASI PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK TINGKAT PROVINSI SULAWESI TENGAH SELASA, 18 JANUARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pengadaan barang/ jasa BUMN bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang dan
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN
PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN JARINGAN SURVEI INISIATIF Alamat : Jln. T. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Telepon
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK
APLIKASI SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK 1. Pendahuluan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara.
Lebih terperinci