Perkembangan pendidikan modern 1 bagi orang Papua dimulai oleh
|
|
- Ida Budiaman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 DARI MASA AWAL MISIONARIS SAMPAI KE PEMERINTAHAN BELANDA Pendidikan pada Awal Masa Penyebaran Agama oleh Misionaris Perkembangan pendidikan modern 1 bagi orang Papua dimulai oleh misionaris Protestan di bagian Utara Papua dan misionaris Katolik di bagian Selatan Papua, kemudian mulai merambah memasuki pedalaman dan daerah pegunungan tengah Papua. Proses pendidikan dila-kukan dengan sangat hati-hati mengacu kepada tingkat peradaban yang dimiliki pada saat itu. Pembelajaran dilakukan dengan jenjang yang dise-suaikan kepada kemampuan adaptasi terhadap budaya maju pada setiap kelompok di setiap lokasi. 1 Pendidikan modern dalam pembahasan ini adalah pendidikan dengan baca tulis sebagai salah satu syarat umat manusia meninggalkan masa prasejarah dan memasuki peradaban maju. Selain itu pendidikan modern adalah proses belajar yang dikelompokkan secara khusus dengan menerapkan metode mengajar secara khusus berdasarkan tingkat perkembangan mental peserta didiknya.
2 76 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial 1. Pendidikan Misionaris Protestan (Zendeling) Awal mula pendidikan modern bagi penduduk asli Papua di pantai Utara dan Barat dimulai tahun 1856 di Pulau Mansinam oleh kedua peng-injil Eropa Ottow dan Gessler. Siswa pertamanya adalah orang-orang muda yang ditebus oleh kedua utusan injil, pada saat akan dijual sebagai budak kepada pedagang budak dari Seram yang secara periodik berkeliling pesisir pantai Barat Papua (van Hasselt, 1926 p. 65). Pendidikan dimulai dengan memperkenalkan kebiasaan sehari-hari yang baik, seperti menjaga kesehatan, ketertiban, bercocok tanam, kerajinan, membaca, menulis, berhitung, menyanyi dan berdoa, dalam istilah sekarang disebut kecakapan hidup (life skills). Model sekolah seperti ini diberi nama sebagai sekolah pengadaban atau Beschavingsschool. 2 Sekolah seperti inilah kemudian berkembang dengan dipelopori oleh misionaris Gereja Protestan dan Katolik di berbagai lokasi pengembangan pos-pos penyebaran agama Kristen, dan menjadi satu paket antara gereja, sekolah dan pelayanan kesehatan. Pada tahun 1904, jumlah sekolah yang telah dibuka dan aktif sebanyak 5 buah dengan siswa sebanyak 50 orang. Usaha yang gigih selama 40 tahun tampaknya kurang membuahkan hasil, karena hanya 193 umat baru termasuk anak-anak yang telah dibaptis dan mengikuti ajaran Kristen. Pekerjaan zendeling ini dianggap belum berhasil. Berkat keteguhan hati Zendeling Van Hasselt untuk tetap meneruskan Pekabaran Injil bagi orang Papua, sekalipun hasilnya belum memuaskan. 2 Istilah pengadaban (beschavings) dipakai oleh gereja pada saat itu karena ada anggapan bahwa semua kehidupan yang belum mengenal agama adalah kafir dan karena itu orang-orang kafir perlu diadabkan. Sekolah pada saat itu juga berfungsi sebagai media pemberitaan amanat agung yaitu mengajarkan umat manusia untuk mengenal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.
3 JAMES MODOUW 77 Akhirnya dua tahun kemudian, pada akhir tahun 1906 melalui pelayanan di Pulau Roon terjadi visi baru yang menggembirakan melalui kesaksian seorang murid Zendeling Bink yang bernama Yan. Penduduk pulau ini pada tahun 1907 secara massal mengambil keputusan mengikuti ajaran Kristen dan meninggalkan kepercayaan lamanya (van Haselt, 1926 p. 99). Tahun 1908 daerah Numfor telah memiliki jemaat dewasa sebanyak 126 orang dan anak-anak 81 orang. Sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1914, sekolah pengadaban meningkat jumlahnya menjadi 51 buah dengan jumlah guru 73 orang dan murid orang. Sekolah Pengadaban (Beschavingsschool) di Enarotali (1950) 3 dan di Tehak, Ayamaru (1952) 4 Berkat kerjasama yang erat antara para pendeta, penginjil, dan guru, dan dengan dilandasi semangat pengabdian yang tinggi, akhirnya pada tahun 1930 muncul jemaat-jemaat baru di pulau-pulau Teluk Cenderawasih (Biak, Yapen) hingga Pantai Utara bagian timur Hollandia (sekarang Jayapura) hingga Pantai Barat dan Selatan (Raja-Ampat, Sorong, dan
4 78 Fakfak). Pada saat itu, gereja-gereja pribumi di Papua telah mempunyai warga jemaat sebanyak orang, serta murid sekolah pengadaban sebanyak orang (buku Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984). 2. Pendidikan Misionaris Katolik Pendidikan Katolik berkembang PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial Salah satu sekolah di daerah pesisir Papua (1954) 5 bersama penyebaran agama pada awal pembukaan peradaban orang Papua di bagian selatan terbagi dalam 3 tahap, yaitu pertama, selama kurun waktu 1896 hingga tahun Tahap kedua dari tahun 1905 hingga 1920, dan tahap ketiga dimulai dari tahun 1920 hingga tahun 1940 (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984, pp ). Tahap pertama dimulai oleh Ordo Misi Yesuit di Fakfak tahun 1896 yang akhirnya tidak berkembang karena Pater Le Cocq tewasnya Pater Le Cocq d Armandville. d Armandville (1846- Selanjutnya tahap kedua, Ordo Hati Kudus 1896) 6 yang berpusat di Langgur, Maluku Tenggara, membuka pos penyebaran agama yang adalah stasinya yang pertama, di Merauke, kemudian di Wendu tahun 1904, dan di Okaba tahun Pola pengembangan pendidikan dilakukan dengan dua model yaitu model 5 (cql.serverchoice+all+onderwijs++and+glas)&t=32 6
5 Para murid dan guru sebuah sekolah Papua pada tahun Murid-murid perempuan Sekolah Kampung (dorpschool) di Enarotali (1960) 8
6 JAMES MODOUW 79 stasi untuk sekolah kampung, dan model perkampuan baru untuk sekolah sambungan. Jenis sekolahnya sama seperti yang dikembangkan oleh misi zending Protestan, sekolah pengadaban. Pendidikan dan penyebaran agama pada tahap kedua ini tidak mengalami perkembangan yang berarti sekalipun telah dibuka stasi Merauke di Wendu, Okaba dan Muyu, di Mimika dan di Fakfak. Kegiatan pendidikan dan keagamaan mulai berkembang pesat pada tahapan ketiga bersamaan dengan adanya pemberian subsidi oleh pemerintah. Pada tahun 1926, dibuka sekolah di kalangan masyarakat Kamoro di Mimika, kemudian di Muting dan Ninati-Digul tahun 1930, selanjutnya di Kimaam tahun 1936, selain itu di stasi lainnya sudah berjalan. Sekolah pengadaban (Beschavingschool) sepenuhnya menjadi tanggungan gereja. Subsidi pemerintah diterima setelah sekolah pengadaban atau sekolah kampung (Dorpschool C) ditingkatkan statusnya hingga menjadi sekolah kampung kategori B (Dorpschool B). Pada tahun 1934 jumlah sekolah yang diselenggarakan oleh Gereja Katolik
7 80 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial telah mencapai 107 sekolah (Merauke 54, Muyu 6, Mimika 28, Fakfak 19) dengan guru 115 orang dan murid 3302 orang. Peradaban penduduk Papua di pesisir pantai pada masa kedatangan para misionaris masih sangat sederhana, atau dapat dikatakan masih berada pada zaman kebudayaan neolitik akhir. Kebutuhan akan pendidikanpun sesuai dengan tingkat adaptasi masyarakat terhadap perubahan ling-kungannya. Oleh karena itu pada masa ini sekolah lebih diutamakan sebagai suatu proses pembudayaan ketimbang pemberian ilmu pengetahun modern. Kebutuhan akan guru pun disesuaikan dengan kebutuhan adaptasi masyarakat terhadap peradaban maju pada saat itu. Mengenalkan peradaban baru terhadap manusia yang perdabannya masih rendah dalam taraf prasejarah tentulah tidak mudah. Praktik mistik yang tinggi tidak dapat dihadapi oleh orang awam yang tidak memiliki kemampuan penangkal yang lebih unggul. Para utusan agamalah yang mampu menghadapi situasi seperti ini. Kondisi seperti itu masih berlangsung di Papua hingga masa kini. Masih ada tempat-tempat terpencil yang belum tersentuh oleh utusan agama, apalagi pembangunan. Oleh sebab itu pendidikan dan pengembangan agama harus bekerja bersama untuk merambah daerah dan masyarakatnya yang belum terjangkau. Pendidikan di Papua pernah mengalami masa kemunduran akibat Perang Dunia II yang dimulai dengan invasi militer Jepang di Asia dan Pasifik serta Indonesia, yaitu pada tahun Pendidikan dalam masa ini mengalami tekanan dalam kepentingan invasi militer Jepang di Asia Pasifik dengan propaganda ajakan kerjasama Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984 pp ). Pengajaran dengan bahasa Melayu diganti dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda dilarang untuk digunakan dalam lingkungan sekolah. Pelajaran
8 JAMES MODOUW 81 Agama dilarang dan digantikan dengan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar kedua. Sekolah-sekolah di Papua pada saat itu banyak yang ditutup karena banyak guru meninggalkan sekolah, sementara guru-guru berkebangsaan Belanda ditawan. Kurikulum sekolah disesuaikan dengan program indoktrinasi ideologi Jepang berupa pengucapan sumpah dan janji kepada kaisar Jepang, penghormatan kepada matahari, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Jepang dan tata krama ala Jepang. Kegiatan sekolah juga dimanfaatkan untuk kerja massal dalam memenuhi kepentingan logistik tentara Jepang. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda Setelah Jepang ditaklukan pada tahun 1944, Pemerintah Belanda (NICA) segera mengambil alih pemerintahan dan mulai melakukan rehabilitasi terhadap kondisi pendidikan yang sudah tidak beraturan di wilayah kekuasaannya, termasuk di Papua. Banyak sekolah yang mengalami kesulitan karena tidak tersedia guru. Hampir sebagian besar guru telah meninggalkan tugas dan pulang ke daerah masing-masing. Demikian juga banyak guru yang beralih fungsi menjadi tenaga administrasi di kantor. Untuk itu pemerintah Belanda, pada awal tahun 1947 (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984 pp ), mengangkat guru-guru darurat sebanyak 150 orang. Mereka ini berijazah sekolah sambungan dan menyerahkan kepada gereja sebagai penyelenggara sekolah. Pemerintah hanya menggaji guru, memberi subsidi dan melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran sekolah pada saat itu. Pada tahun 1948 hingga tahun 1953 pihak gereja mendatangkan banyak guru dari Maluku. Pada akhir tahun 1951 jumlah sekolah yang diselenggarakan oleh gereja-gereja telah mencapai
9 82 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial 525 buah dan yang telah bersubsidi sebanyak 90 buah, 317 buah yang termasuk kategori sekolah pengadaban dengan jumlah murid sebanyak siswa yang didalamnya termasuk murid perempuan. Pendidikan Sekolah pada masa Belanda memiliki struktur yang menyesuaikan tingkat kemajuan peradaban masyarakat. Materi Pembelajaran disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kebutuhan masyarakat kampung yang masih sederhana. Anak dari daerah yang sangat terpencil dibina dalam sekolah pengadaban yang bertujuan untuk lebih mengembangkan tingkat kehidupan sosialnya. Setelah itu mereka melanjutkan ke Sekolah Kampung model C (Dorpschool: setara kelas 1 hingga kelas 3) selama dua tahun, atau ke model B yang lebih cepat program belajarnya. Sekolah Kampung mempunyai tiga model yaitu, model A, B dan C yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Model A, adalah Sekolah Kampung yang berlangsung selama 4 tahun dan memiliki program pembelajaran yang sangat teratur. 2) Model B, adalah Sekolah Kampung dengan program belajar yang sama seperti model A namun waktunya lebih cepat yaitu selama 3 tahun 3) Model C, adalah Sekolah kampung yang sekaligus merupakan sekolah pengadaban (Beschavingschool) yang berlangsung untuk kurun waktu 3 tahun. Program pembelajaran setingkat dengan dua tahun pembelajaran Sekolah Kampung model A. Penekanan program pembelajarannya pada materi kecakapan hidup.
10 JAMES MODOUW 83 Setelah menyelesaikan kelas Sekolah Kampung model A atau B, dapat melanjutkan ke Sekolah Sambungan yang disebut Vervolgschool selama tiga tahun (setara kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar) dan berasrama. Pada tahun 1951 telah terselenggara 12 Sekolah Sambungan dengan jumlah guru sebanyak 31 orang dan 910 murid. Sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1961 mencapai 23 buah dengan jumlah guru sebanyak 90 orang (16 orang putra daerah dan 62 orang Belanda) dan jumlah murid mencapai orang (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984 p. 65). Sekolah Sambungan berasrama ini dibangun dalam model perkampungan dengan prinsip bahwa asrama merupakan kesatuan proses belajar dengan sekolah, sehingga aktivitas dalam sekolah dan di asrama sama nilainya. Setiap anak di asrama dibagi dalam kelompok dan mendapat tugas untuk mengurus berbagai kebutuhan bersama dalam asrama secara bergantian setiap bulan yang harus dipertanggungjawabkan. Tugas itu antara lain kebersihan lingkungan, mencari kayu bakar, memasak, berkebun, dan olahraga serta kesenian. Murid-murid Sekolah Sambungan (Vervolgschool) berasrama di Korido, Supiori, tahun Sekolah Sambungan dikelompokkan menjadi dua jenis sekolah yaitu Sekolah Sambungan bagi putri dan putra. Khusus Sekolah Sambungan putri mendapat muatan khusus pendidikan kesejahteraan keluarga sesuai 9
11 84 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial dengan keperluan di kampung pada saat itu. Kesempatan melanjutkan pendidikan bagi anak putri saat itu masih terbatas karena masih kuatnya pengaruh adat istiadat yang mengharuskannya untuk berkeluarga. Pendidikan bagi anak-anak di kota yang kehidupan sosialnya telah lebih maju, diselenggarakan sekolah tanpa diputus, yaitu kelas satu hingga kelas enam yang disebut Sekolah Rendah Umum yang disebut Algemene Lagere School. Sekolah ini terbagi dalam dua jenis sekolah berdasarkan penggunaan bahasa pengantarnya, yaitu Sekolah Rendah umum (Lagere School) sebagai jenis B yang disingkat LSB dan Sekolah Rendah Eropa (Europese Lagere School) sebagai jenis A yang disingkat LSA. LSB disiapkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang memakai bahasa Melayu sebagai sehari-harinya. Sejak kelas satu LSB bahasa Belanda menjadi pelajaran wajib disamping Murid-murid perempuan Sekolah Rendah Umum (Algemene Lagere School) di Pantai Weg, Hollandia-Binnen (sekarang ini Abepura) pada tahun belajar membaca, menulis dan berhitung. Memasuki kelas tiga mulai digunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dalam belajar. Sekolah Rakyat Eropa atau disingkat LSA disediakan bagi anak-anak yang dari keluarga yangsehari-harinya berbahasa pengantar Bahasa Belanda. Pada Tahun 1951 terdapat tujuh buah LSB yang diselenggarakan oleh 10
12 JAMES MODOUW 85 tujuh organisasi penyelenggara gereja. Sembilan buah LSA yang diseleng-garakan masing-masing tujuh buah oleh pemerintah dan dua buah oleh swasta, yaitu Ordo Fransiskan. Pada tahun 1958 dikembangkan lagi suatu jenis sekolah sambungan (vervolgschool) baru tanpa asrama khusus bagi penduduk di suatu wilayah pemukiman yang sudah padat, disebut Sekolah Sentral Kampung. Anak-anak dari sekolah kampung kategori A dan B dapat melanjutkan ke sekolah jenis ini tanpa harus tinggal di asrama. Sekolah ini kemudian menjadi cikal bakal sekolah rakyat 6 tahun yang saat ini kita sebut sebagai Sekolah Dasar (SD). Pendidikan lanjut setelah Sekolah Rakyat yang tersedia pada saat itu masih sangat terbatas antara lain Sekolah Lanjutan Umum atau PMS Murid-murid PMS (Primaire Middlebare School) di Kotaraja, Hollandia (Jayapura) sementara menerima pelajaran Geometri (1954) 11 (Primaire Middlebare School). Sekolah Lanjutan Khusus yang disebut OVVO (Opleidingsschool Voor Volksonderwijzyers) untuk bidang keguruan dan perawat kesehatan selama 2 tahun. OVVO pertama bidang keguruan dibuka di Yoka tahun 1948 selanjutnya tahun 1951 dipindahkan ke Serui, dan bersamaan dengan itu dibuka juga di Merauke oleh gereja Katolik, di Fakfak oleh Gereja Katolik dan Gereja Protestan Maluku sehingga semuanya berjumlah 4 sekolah guru untuk memenuhi kebutuhan guru Sekolah Kampung. 11
13 86 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial Setelah mendapat subsidi dari pemerintah, Sekolah Lanjutan Keguruan ini berubah menjadi ODO (Opleidingsschool voor Dorpsonderwijzers) untuk masa pendidikan selama 3 tahun dan jumlahnya bertambah menjadi delapan buah. Sekolah lanjutan lainnya setingkat dengan PMS adalah MULO (Meeruitgebreit Lager Onderwijs) didirikan bagi anak-anak Eropa. Sekolah Kejuruan setingkat PMS adalah Sekolah Teknik Rendah (Lagere Technische School) dan Sekolah Kerumah-tanggaan (Huishoudschool). Setelah mena-matkan sekolah setingkat PMS dapat melanjutkan ke Sekolah Umum Mene-ngah Atas yakni HBS (Hogere Burgerschool) dan Sekolah Guru Atas (Kweek- school). Pada masa pemerintahan Belanda, sebagian besar urusan pendidikan diserahkan kepada masyarakat melalui lembaga penyelenggara gereja. Pemerintah bertanggungjawab memberikan dukungan keuangan melalui subsidi termasuk untuk Siswa-siswa Lagere Technische School, Kotaraja, sementara belajar mesin mobil (1954) 12 pembayaran gaji guru. Gubernur membentuk suatu dewan penasihat pendidikan yang disebut Community Development (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984 p. 60) yang berfungsi mengkaji dan memberi masukan kepada gubernur menge-nai seluruh kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh rakyat. Menu- 12
14 JAMES MODOUW 87 rut pengalaman seorang Kepala Distrik yang bertugas di Teluk Etna, Bapak Arnold Mampioper (Visser dan Marey, 1980 p. 100), pemberian subsidi kepada sekolah oleh pemerintah tidak diberikan dengan mudah tetapi berdasarkan penelitian dan pemantauan jangka panjang tentang kondisi masyarakat, jumlah penduduk dan keluarga, jumlah anak usia sekolah, tanggungjawab masyarakat dalam mendukung kebutuhan sosial ekonomi pendidikan. Subsidi mulai diberikan sejak berlakunya Keputusan Guber-nur New Guinea Belanda Nomor 22 Tanggal 1 Juni 1955 Tentang Peraturan Subsidi Pengajaran Rendah(Lagere Onderwijzs on Subsidie Ordonnatie) diberlakukan mulai 1 Januari 1956 (Tim Aspek Sejarah Daerah Irian Jaya, 1984 p. 60). Penyediaan layanan pendidikan dasar pada masa pemerintah Belanda yang dimotori oleh gereja sangat memperhatikan latar belakang tradisi dan kebudayaan setiap kelompok masyarakat. Materi pembelajarannyapun disesuaikan dengan tingkat perkembangan peradaban masyarakat di setiap lokasi. Sekolah pada masa ini juga sudah menerapkan penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan juga buku-buku dalam bahasa daerah seperti di daerah Biak menggunakan Surat Wasya dan Bahasa Melayu Itu Dia. Materi belajar bagi Sekolah Pengadaban berbeda dari Sekolah Kampung dan Sekolah Rendah. Hingga tahun 1955 gereja telah menyelenggarakan 979 sekolah yang terdiri atas Sekolah Pengadaban 433 buah dan Sekolah Kampung 546 buah. Sekolah Pengadaban dan Sekolah Kampung model C yang masih menjalankan program Sekolah Pengadaban sepenuhnya menjadi tang-gungan gereja, sedangkan Sekolah Kampung model A, B dan khusus model C yang telah diakreditasi setara dengan model A dan B, mendapat subsidi pemerintah.
15 88 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa sekolah model C yang berprogram pengadaban terus mengalami penurunan, Artinya terjadi peningkatan kemampuan peradaban masyarakat di lokasi sekolah tersebut sehingga status sekolah berubah menjadi model C bersubsidi, B atau A. Terjadi perbaikan dan peningkatan mutu dan jumlah model C menjadi B dan model B menjadi A bersamaan dengan terjadinya perkembangan perababan masyarakat dilokasi tersebut. Model sekolah yang dikembangkan selalu berdasarkan konteks tingkat perkembangan peradaban masyarakat. Pada awal perkembangan peradaban Papua, masyarakat di sepanjang pesisir telah memiliki peradaban pada tingkat kebudayaan Megalitik awal (zaman perunggu dan besi). Sedangkan di pedalaman dan pegunungan karena sulitnya akses, peradabannya belum mencapai taraf Megalitik tetapi dapat dikatakan berada pada taraf perkembangan kebudayaan Mesolitik akhir (zaman batu madia dan meramu) maupun Neolitik (zaman batu muda dan bercocok tanam). Ketika masa berlalu, tingkat peradaban orang Papua di pesisir maupun di pedalaman ikut berkembang bersama per-gaulannya dengan kaum pedagang maupun penjelajah serta pengaruh pendidikan yang disediakan oleh gereja hingga memasuki masa kebu-dayaan Megalitik (perunggu dan bercocok tanam). Karena luasnya wilayah Papua dan persebaran penduduk yang terpencar-pencar, masih banyak kelompok suku orang Papua yang belum terjamah. Sementara peradaban bangsa-bangsa di dunia terus berkembang meninggalkan masa prasejarah rata-rata 100 tahun (1 abad) SM dengan mengenal tulisan dan memasuki era teknologi maju pada abad 20. Orang Papua baru meninggalkan masa prasejarah dengan mengenal tulisan pada abad ke 20. Ini berarti 2100 tahun keterlambatan orang Papua baru memasuki peradaban maju, dan itupun masih berkisar pada penduduk di pesisir pantai.
16 JAMES MODOUW 89 Grafik Perkembangan Sekolah Kampung Sumber : Diolah dari Tim Aspek Sejarah Pendidikan Irian Jaya (1984). Perkembangan ini memberikan pengetahuan penting untuk dipahami bahwa dari seluruh perkembangan sejarah dan peradaban orang Papua dari masa lalu hingga saat ini adalah: Proses transformasi untuk mengantar suatu masyarakat kepada suatu tingkat kebudayaan dan peradaban tertentu, sangat tergantung kepada tingkat peradaban yang telah dimiliki saat ini. Oleh karena itu rancangan layanan pendidikan sebagai suatu menu konstruksi sosial dan budaya, mestinya disajikan dengan menu yang berbeda untuk setiap tingkat perkembangan peradaban orang Papua. Artinya kurikulum sebagai menu konstruksi sosial dan model serta metode pengajaran sebagai pendekatannya harus selalu berbeda pada setiap tempat, setiap kelompok belajar dengan tingkat perkembangan yang berbeda dan memiliki tingkat kebutuhan pembelajaran yang berbeda berdasarkan tingkat perkembangan peradabannya. Bab berikutnya akan memberikan gambaran tentang perubahanperubahan yang terjadi dengan penyelenggaraan pendidikan di Papua, khususnya pendidikan dasar, pada masa awal Papua kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, sampai dengan berakhirnya rezim Orde Baru.
17 90 PENDIDIKAN DAN PERADABAN PAPUA: Suatu Tinjauan Kritis Transformasi Sosial Murid VVS Yoka tahun 1948 di Pimpin Oleh Pdt. I. S. Kijne, (Koleksi Foto: G. J. Held) 13 Pdt. I. S. Kijne Sebagai Kepala Sekolah Guru Injil di Serui. (Koleksi Foto: G. J. Held) ?q_searchfield=dominee+i.s.+kijne ?q_searchfield=dominee+i.s.+kijne
18
BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan hal yang dapat membangun bangsa dan menjadikan bangsa besar. Hal itu menekankan pendidikan sebagai prioritas untuk diperhatikan, anak bangsa yang akan meneruskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai
Lebih terperinciSTRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA
STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN
Jenjang : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen. Kelas/Semester : IX / II Bentuk Soal : Pilihan Ganda Jumlah Soal : 50 Kurikulum Acuan : KTSP 1 KISI-KISI PENULISAN ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN
Lebih terperinciGereja Membaptis Orang Percaya
Gereja Membaptis Orang Percaya Beberapa tahun lalu di daratan Cina ada beberapa orang Kristen yang sedang membicarakan pandangan berbagai gereja tentang baptisan. Salah seorang pemimpin awam mengatakannya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciKitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi
Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSetiap Orang Membutuhkan Pengajaran
Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSetiap Orang Bisa Menjadi Pengajar
Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Beberapa berkat yang terbesar dalam hidup ini datang kepada orang Kristen yang mengajar. Ketika saudara melihat sukacita yang dialami seseorang karena menerima Yesus
Lebih terperinciPada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciGereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS
HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia
Lebih terperinciLampiran-lampiran 57
Lampiran-lampiran 57 Lampiran 1 : Surat Tanda Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur tahun 1971 (Sumber : Arsip Pribadi Canisius Petrus Sugeng Santosa) 58 Lampiran 2 : Daftar Nilai Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Agama Kristen merupakan salah satu agama yang berkembang di Indonesia. Perkembangan agama Kristen dapat kita lihat dari pertumbuhan gereja-gereja yang semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan
Lebih terperinciVISI KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA. Roger E. Doriot 1
VISI 2025 - KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA Roger E. Doriot 1 rogerdoriot@gmail.com sttjaffraymakassar@yahoo.co.id Artikel 1 Visi 2025 Kenapa Penerjemahan Alkitab Penting
Lebih terperinciBAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau
BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya
Lebih terperinciBAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,
BAB I A. Latar Belakang Depdiknas RI dalam Tri Widiarto (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
Lebih terperinciBAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia
BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciGereja Menyediakan Persekutuan
Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus
BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama
Lebih terperinciTujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.
Masyarakat Kristen Seorang lurah adalah kepala desanya. Seorang walikota adalah pemimpin sebuah kota. Seorang polisi memelihara hukum dan tata tertib di suatu lingkungan tertentu. Lurah dan walikota itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciKebangkitan: Paskah Easter? atau Buah Pertama?
Kebangkitan: Paskah Easter? atau Buah Pertama? Paskah Easter hari Minggu adalah puncak dari tahun religius bagi banyak orang. Banyak tradisi yang disukai yang terkait dengan hari raya ini. Paskah Easter
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciGOSPEL HIGHWAY
GOSPEL HIGHWAY www.ghmag.net In2013/1: Pergilah Dan Ajarlah (Matius 28:18-20) by BS Poh (Orasi Ilmiah Untuk Wisuda di STT Syalom, Nias, Sumatera, 17 Mei 2013.) Topik yang ditugaskan kepada saya adalah
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible
Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.
Lebih terperinciBAGIAN III PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI KHUSUS PAPUA
BAGIAN III PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI KHUSUS PAPUA BAB 6 KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI KHUSUS Latar belakang Lahirnya Undang-Undang Otsus Terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. (Soerjono Soekanto, 1990:268). Berdasarkan pendapat tersebut peran
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Peran Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan
Lebih terperinciBAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah
BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di
118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang
Lebih terperinci"Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Powerpoint Templates Page 1
"Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Page 1 Pada waktu penciptaan dunia, bekerja telah ditetapkan sebagai suatu berkat. Bekerja dimaksudkan untuk perkembangan, kuasa dan kebahagiaan. Perubahan keadaan
Lebih terperinciGereja Memberitakan Firman
Gereja Memberitakan Firman Gereja-gereja yang mengakui kewibawaan Firman Allah memberikan tempat terhormat dan utama kepadanya. Pendeta dalam gereja-gereja seperti ini dengan setia memberitakan Firman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat
Lebih terperinciUJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran
UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama
Lebih terperinciPendidikan Agama Kristen Protestan
Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Nama Tsang Kam Foek (untuk seterusnya penyusun akan menyebut beliau dengan nama Tsang To Hang 1 ) tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pekabaran Injil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini dijelaskan mengenai latar belakang, mengapa dilakukan penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, metodologi secara singkat dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata
Lebih terperinciOleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)
UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN
Lebih terperinciPELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak
PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan
Lebih terperinciHari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga
Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciApa Gereja 1Uhan Itu?
Apa Gereja 1Uhan Itu? Yesus berkata, "Aku akan mendirikanjemaatku" (Matius 16 :18). Apa yang dimaksudkannya dengan kata jemaat? Apakah pengertian murid-muridnya tentang kata ini? Mungkin saudara telah
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF KHUSUS GUBERNUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF KHUSUS GUBERNUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa Gubernur selaku Kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab manusia memiliki pengetahuan. Pengetahuan adalah sumber pokok kekuatan manusia dan pengetahuan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBekerja Dengan Para Pemimpin
Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEÉFÉKTIFAN
1 MENINGKATKAN KEÉFÉKTIFAN GEMBALA-GEMBALA SIDANG Oleh: Pdt. Robert J. Leland, D.Min. 2 MENINGKATKAN KEÉFÉKTIFAN GEMBALA-GEMBALA SIDANG 1. Memastikan panggilanmu untuk melayani Tuhan Allah. Inilah hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari
Lebih terperinciTATA GEREJA PEMBUKAAN
TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA I. UMUM Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus, bagian dari
Lebih terperinciPenulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang
SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.
Lebih terperinciDalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Rencana Allah Kehidupan Kristus Teladan Orang-orang Kristen yang Mula-mula
Ikuti Polanya Bila saudara mau membangun sebuah rumah, apakah yang pertama-tama saudara lakukan? Sebelum saudara dapat memulai pembangunan itu, saudara harus mempunyai suatu rencana. Saudara harus menentukan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya
Lebih terperinciVisi Gerakan Reformed Injili. Sebelum Gerakan ini
Visi Gerakan Reformed Injili Sebelum Gerakan ini Pada pertengahan abad ke20, dunia Kekristenan baru mengalami sedikit kelegaan dari kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II. Daerah Eropa
Lebih terperinciGKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2
GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng
Lebih terperinciTahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA
1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang
Lebih terperinciLANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI
LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling
BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang
Lebih terperincidan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka.
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #8 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #8 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini
Lebih terperinciSIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI
Lebih terperinciPENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL
PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)
Lebih terperinciMENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB
MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran
Lebih terperinciPembaptisan Air. Pengenalan
Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui
Lebih terperinci