BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari masyarakat (investor) melalui pasar modal digunakan untuk mendorong perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan utama investor dalam menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan adalah memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen dan capital gain. Investor lebih menyukai dividen daripada capital gain karena dividen menjanjikan sesuatu yang lebih pasti daripada mengandalkan perubahan harga saham (Gumanti, 2013: 3). Besarnya nilai dividen tergantung dari keputusan manajemen dalam menentukan laba bersih yang diperoleh perusahaan yaitu dengan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan sebagai laba ditahan atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Keputusan tersebut disebut sebagai kebijakan dividen perusahaan. Aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Kebijakan dividen penting bagi perusahaan karena dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran kepada pemegang saham. Salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi para pemilik perusahaan atau memaksimumkan harta pemegang saham. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun hanya sedikit perusahaan yang

2 membayarkan dividen selama empat tahun berturut-turut. Dari total 139 perusahaan manufaktur, hanya 41 perusahaan yang mampu membayarkan dividen selama empat tahun berturut-turut dan pembayaran dividen mengalami fluktuatif atau cenderung tidak stabil yaitu dengan melihat dari dividend payout ratio (DPR) perusahaan. Dividend payout ratio (DPR) merupakan rasio yang mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Hal ini sangat menarik, karena investor lebih menyukai dividen yang stabil daripada berfluktuasi. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi atau stabil (Hery, 13: 2013). Pembayaran dividen dilakukan karena manajer ingin memaksimumkan nilai perusahaan dengan cara mengurangi biaya yang muncul akibat konflik agensi antara manajer dan pemegang saham karena adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan (Arifin, 2005: 119). Kebijakan dividen perusahaan dipengaruhi oleh adanya konflik keagenan. Disatu sisi pemegang saham menginginkan pihak manajemen bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran bagi pemegang saham sedangkan disisi lain pihak manajemen bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi malah bertindak untuk memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan/konflik yang disebut dengan konflik agen. Untuk meminimumkan konflik keagenan ini diperlukan biaya yang disebut dengan biaya agensi (agency cost). Pemegang saham akan mengangkat pihak lain atau lembaga yang memonitor manajer dengan mengeluarkan biaya, biaya ini disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi merupakan hasil jumlah dari pengeluaran untuk pemantauan

3 (monitoring) oleh pemilik (principal), pengeluaran dalam rangka pengikatan agen, dan biaya lain-lain (Manurung, 2012: 12). Bila tidak ada biaya agensi (agency cost), maka ada kemungkinan manajer tidak akan melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan kemungkinan pemegang saham akan dapat kehilangan sebagian harta yang akan diterimanya (Lubis dan Adi, 2012: 12). Berdasarkan penelitian terdahulu banyak variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) meneliti mengenai Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, dan Collateral Asset terhadap Kebijakan dividen dengan hasil penelitian bahwa Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial dan Collateral Asset berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen. Dewi (2008) meneliti mengenai Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen dengan hasil penelitiannya adalah Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen. Al-Najjar (2009) melakukan penelitian mengenai Dividend Behavior and Smoothing New Evidence from Jordanian dengan hasil penelitiannya adalah Leverage, Institutional Ownership, Profitability, Business Risk, Asset Structure berpengaruh negatif terhadap Dividend Policy sedangkan Growth Rate, Firm Size,

4 dan Liquidity berpengaruh positif terhadap Dividend Policy. Arfan dan Trilas (2013) meneliti mengenai Pengaruh Arus Kas Bebas, Collateralizable Assets, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen dengan hasil penelitiannya adalah Arus Kas Bebas dan Collateralizable Assets berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Kebijakan Hutang berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen. Hardiatmo dan Daljono (2013) menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yaitu Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen. Berdasarkan penelitian terdahulu banyak variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kembali dengan menggunakan variabel Investment Opportunity Set sebagai variabel moderating karena variabel ini pernah digunakan sebagai variabel independen pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Embara dkk (2012) dengan hasil penelitiannya adalah Investment Opportunity Set berpengaruh tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Peluang perusahaan untuk melakukan investasi adalah merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen (Hery, 2013: 27). Semakin tinggi kesempatan investasi perusahaan maka semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi tersebut sehingga perusahaan akan menahan keuntungan dan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham. Oleh sebab itu, Investment Opportunity Set digunakan sebagai variabel moderating yang dapat memperlemah dan memperkuat hubungan antar variabel independen.

5 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dengan Investment Opportunity Set Sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah collateralizable assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada 3. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada 4. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada 5. Apakah leverage, collateralizable assets, institutional ownership, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen secara simultan pada 6. Apakah investment opportunity set sebagai moderating variabel mempengaruhi hubungan antara leverage, collateralizable assets, institutional ownership, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam peneltian ini adalah 1. untuk menguji dan menganalisis pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. untuk menguji dan menganalisis pengaruh collateralizable assets terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. untuk menguji dan menganalisis pengaruh institutional ownership terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. untuk menguji dan menganalisis pengaruh free cash flow terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. untuk menguji dan menganalisis pengaruh leverage, collateralizable assets, institutional ownership, dan free cash flow terhadap kebijakan dividen secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. untuk menguji dan menganalisis pengaruh investment opportunity set sebagai moderating variabel terhadap hubungan leverage, collateralizable assets, institutional ownership, dan free cash flow dengan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah

7 1. Bagi penulis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi investor hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi di pasar modal. 3. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Andri (2012) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santoso dan Andri (2012) adalah 1. Data yang diambil penelitian terdahulu dari tahun sedangkan data yang diambil dalam penelitian ini dari tahun Variabel bebas pada penelitian terdahulu terdiri dari leverage, growth, collateralizable assets, dan institutional ownership sedangkan pada penelitian ini terdiri dari leverage, collateralizable assets, institutional ownership, dan free cash flow. 3. Penelitian ini menggunakan investment opportunity set sebagai moderating variabel.