BAB II KAJIAN PUSTAKA. penuh stres". Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) menemukan bahwa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. penuh stres". Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) menemukan bahwa"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hardiness 1. Pengertian Hardiness Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) hardiness adalah definisi konstruk sebagai "konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya tahan dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh stres". Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) menemukan bahwa orang yang memiliki kekuatan cenderung mengalami lebih sedikit stres. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu kuat memiliki kemampuan untuk berperilaku dengan cara yang adaptif ketika stres yang dirasakan atau dialami. Individu yang memiliki sifat tahan dapat ditunjukkan dari dirinya, didalam perasaan dan perilaku yang ditandai dengan adanya komitmen, kontrol, dan tantangan. Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) menemukan bahwa orang yang memiliki sifat-sifat hardiness jarang jatuh sakit dan memiliki kemampuan untuk mengubah peristiwa kehidupan yang penuh stres menjadi peluang untuk tumbuh menjadi pribadi yang berkembang. Ketangguhan (hardiness) adalah gaya kepribadian yang dikarakteristikkan oleh suatu komitmen (daripada keterasingan), pengendalian (daripada ketidakberdayaan) dan persepsi terhadap masalah-

2 masalah sebagai tantangan (daripada sebagai ancaman) (dalam Santrock, 2002). Menurut Funk (dalam Schellenberg, 2005) dengan memiliki karakteristik ini individu kuat mampu tetap sehat di bawah tekanan. Individu kuat yang aktif, berorientasi pada tujuan yang berkomitmen untuk diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Mereka melihat diri mereka sendiri, bukan sebagai korban dari suatu perubahan yang mengancam, tetapi sebagai orang-orang yang merupakan penentu aktif terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perubahan (Kobasa dalam Schellenberg, 2005). Sifat hardiness sudah dikemukakan sebagai suatu langkah yang kuat untuk menghadapi tekanan (Bonanno dalam Maddi, 2013). Sifat hardiness adalah gabungan yang terdiri dari internal locus of control (vs ketidakberdayaan), komitmen (vs keterasingan), dan tantangan (vs ancaman), dimensi kepribadian yang diyakini memberikan kekuatan terhadap efek stres psikologis (Kobasa dalam Contrada, 1989). Hardiness merefleksikan karakteristik individu yang memiliki kendali pribadi, mau menghadapi tantangan, dan memiliki komitmen. Tingkat hardiness seseorang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap stresor potensial dan respon terhadap stresnya (Maddi dalam Dewi, 2012). Orang yang memiliki kekuatan yang rendah akan lebih rentan terhadap faktor-faktor yang berbahaya dalam waktu jangka panjang. Sementara orang-orang dengan sifat tahan yang tinggi memiliki keamanan

3 alami terhadap faktor stres. Sifat kuat atau tahan adalah kemampuan untuk memahami kondisi eksternal dan keputusan yang diinginkan dalam meningkatkan kualitan diri. Kobasa mendefinisikan tahan banting sebagai karakteristik pribadi yang kompleks yang telah dibentuk oleh tiga konstituen yaitu tantangan, kontrol dan komitmen. Komitmen, kontrol dan tantangan diasumsikan sebagai satu gabungan yang menengahi efek stres dengan mengubah persepsi situasi dan mengurangi tekanan peristiwa kehidupan yang penuh stres (dalam Hasanvand, 2013). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hardiness suatu karakteristik kepribadian yang didalamnya terdapat kekuatan dasar yang dimiliki oleh individu untuk menghadapi tekanan dan persoalan yang menimbulkan stres. Sehingga individu dapat bertingkah laku dan berpikir positif. 2. Aspek-aspek Hardiness Hardiness dikemukakan oleh Kobasa (dalam Vanbreda, 2001) sebagai mediasi stres dan penyakit, yang memiliki potensi untuk mengurangi efek negatif stres. Hardiness itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu komitmen, kontrol dan tantangan: a. Komitmen Komitmen sebagai lawan keterasingan"di antara orang-orang yang berada di bawah tekanan, individu mampu berkomitmen untuk berbagai bidang kehidupan individu untuk tetap sehat, daripada mereka yang terasing". Komitmen adalah hal pertama yang terdapat

4 dalam kehidupan seseorang, diri sendiri, hubungan seseorang.dan yang kedua yaitu penanaman diri dalam dimensi-dimensi nilai hidup. Komitmen berhasil dalam arti tujuan,agar dapat membawa seseorang dapat melalui ketika memiliki masa-masa sulit. b. Kontrol Kontrol sebagai lawan ketidakberdayaan. "Di antara individu yang berada di bawah tekanan, individu yang memiliki rasa yang lebih besar terhadap kontrol mampu mengendalikan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka sehingga mereka bisa tetap sehat walaupun dibawah tekanan. Sedangkan mereka yang merasa kesulitan dalam mengendalikan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka akan merasa tidak berdaya. Kontrol melibatkan aktifitas 'seolah-olah' seseorang memiliki kontrol atas apa yang terjadi di sekitar. Hal ini memerlukan kepercayaan (dan tindakan konsekuen) bahwa peristiwa hidup adalah sebagian akibat dari tindakan sendiri dan sikap, dan dengan demikian menerima perubahan. Orang-orangdengan kontrol "dapat mengartikan dan menggabungkan berbagai macam peristiwa dalam rencana kehidupan yang sedang berlangsung dan mengubah peristiwa ini menjadi sesuatu yang konsisten ". c. Tantangan Tantangan sebagai lawan ancaman. "Di antara orang-orang yang berada di bawah tekanan, mereka yang melihat perubahan

5 sebagai tantangan akan tetap sehat daripada mereka yang melihatnya tantangan sebagai ancaman. "Tantangan ini didasarkan pada keyakinan bahwaperubahanadalah cara untuk dapat mempertahankan hidup yang lebih baik". Dengan pandangan ini terhadap kehidupan, peristiwa kehidupan yang penuh stres dipandang tidak dengan kejutan (sejak mereka mengantisipasi) tidak dengan cemas karena mereka melihat sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Menurut Kobasa (dalam Schellenberg, 2005), Aspek-aspek yang dibangun meliputi: a. Komitmen Komitmen adalah kecenderungan individu untuk melibatkan dirinya dalam berbagai aktivitas, kejadian, dan orang-orang dalam kehidupannya. Komitmen terhadap nilai-nilai kehidupan dan kegiatan yang unik untuk masing-masing sebagai individu, yang memungkinkan mereka untuk melibatkan diri secara penuh dalam berbagai situasi yang membahayakan keberadaan mereka. Komitmen, bukan semata-mata dari segi individu, juga mengacu pada rasa kebersamaan individu di suatu tempat. Komitmen sebagai suatu hal yang penting untuk mengatasi peristiwa stres karena pemahaman dan keamanan mengenai individu di suatu tempat, seperti komunitas yang memberikan kontribusi sumber dukungan dalam situasi stres. Orang yang komitmen memiliki rasa umum dari tujuan itu memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan menemukan

6 peristiwa bermakna, hal, dan orang-orang di lingkungan mereka. Mereka diinvestasikan dalam diri mereka dan hubungan mereka dengan konteks sosial. Orang berkomitmen tidak mudah menyerah di bawah tekanan dan keterlibatan mereka mengambil pendekatan aktif bukan pasif dan penghindaran (Kobasa dalam Schellenberg, 2005). b. Kontrol Kontrol adalah kecenderungan untuk menerima dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian dengan pengalamannya ketika berhadapan dengan hal-hal yang tidak terduga. Kontrol melibatkan pencarian makna, serta tanggung jawab atas hasil, termasuk pengakuan tentang bagaimana perilaku telah memberi kontribusi pada pencapaian tujuan atau penyelesaian masalah. Menurut Averill (dalam Bartone, 2009) seseorang yang memiliki kontrol dinyatakan sebagai kecenderungan untuk merasa dan bertindak seolah-olah berpengaruh (bukan tak berdaya) dalam menghadapi berbagai macam persoalan dari kehidupan, memberikan rasa otonomi dan efek di masa depan. Gagasan ini menyiratkan persepsi diri sebagai memiliki pengaruh melalui pelaksanaan imajinasi, pengetahuan, keterampilan, dan pilihan. Kontrol meningkatkan ketahanan stres dengan meningkatkan kemungkinan bahwa peristiwa yang dialami sebagai akibat dari tindakan seseorang, bukan sebagai terduga dan luar biasa. Kontrol, muncul bertanggung jawab untuk pengembangan

7 perbendaharaan luas dan beragam tanggapan terhadap stres, bahkan yang paling mengancam keadaan. Dalam hal mengatasi, rasa kontrol mengarah ke tindakan yang ditunjukan untuk mengubah cara menjadi sesuatu yang konsisten dengan rencana hidup yang berkelanjutan. c. Tantangan Tantangan adalah kecenderungan untuk melihat masalah bukan sebagai ancaman atau hambatan yang tidak dapat diatasi, tetapi sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan prestasi. Tantangan memerlukan cara dalam memandang dunia yang memungkinkan untuk mencari dan mengejar pengalaman baru yang dirasakan tidak menakutkan, melainkan untuk memperluas pengetahuan dalam mencapai masa depan dan pengalaman. Dari beberapa penjabaran diatas mengenai aspek hardiness maka dapat disimpulkan bahwa secara umum hardiness itu muncul jika individu yakin bahwa individu ikut serta dalam melakukan aktivitas yang dihadapinya, bahwa kehidupan itu bermakna dan memiliki tujuan. Individu juga dapat mengendalikan apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Dimana individu memandang suatu perubahan sebagai kesempatan untuk mengembangkan menjadi lebih baik bukan merupakan suatu ancaman. 3. Faktoryang Mempengaruhi Hardiness Menurut Warner (dalam Heriyanto, 2011) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi hardiness seperti memiliki hubungan yang

8 menyediakan perawatan dan dukungan, cinta dan kepercayaan, dan memberikan dorongan, baik di dalam maupun di luar keluarga. Faktor tambahan lain yang juga terkait dengan hardiness, seperti: a. Kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, dengan kemampuan individu merencanakan hal yang realistis maka saat individu menemukan suatu masalah maka individu akan mengetahui apa cara terbaik yang dapat dilakukan individu dalam keadaan tersebut. b. Memiliki rasa percaya diri dan positif terhadap citra diri, individu akan lebih tenang dan optimis, jika individu memiliki rasa percaya diri yang tingi dan citra diri yang positif maka individu akan terhindar dari stres. c. Mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kapasitas untuk mengelola perasaan yang kuat. Selain faktor diatas juga ditemukan bahwa menurut Sweetman (dalam Hersen, 2006) disis lain, optimisme adalah faktor pelindung yang berfungsi untuk meningkatkan dan sebagai sumber dasar bagi hardiness yang dimiliki individu, yang merupakan kapasitas untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi tantangan. Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor hardiness yaitu kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, memiliki rasa percaya diri dan positif terhadap citra diri, mengembangkan keterampilan komunikasi dan optimis.

9 4. Fungsi Hardiness Menurut Florian (dalam Heriyanto, 2011) fungsi hardiness adalah: a. Membantu individu dalam proses adaptasi dan lebih memiliki toleransi terhadap stres. b. Mengurangi akibat buruk dari stres kemungkinan terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil. c. Membuat individu tidak mudah jatuh sakit. d. Membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan stres. Berdasarkan pada penjabaran diatas mengenai fungsi hardiness maka dapat disimpulkan bahwa hardiness dapat membantu individu dalam proses adaptasi sehingga dapat mengurangi efek stres. Membuat individu menjadi lebih positif dalam menghadapi suatu persoalan sehingga mempermudah individu dalam pengambilan keputusan. B. Optimisme 1. Pengertian Optimisme Optimisme adalah alat untuk membantu individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk dirinya sendiri (Seligman, 2006). Menurut Seligman (2008) mendefinisikan optimisme sebagai suatu gaya penjelasan yang menghubungkan peristiwa yang baik yang terjadi pada dirinya bersifat pribadi, permanen dan pervasive, sedangkan untuk

10 kejadian buruk yang terjadi pada dirinya bersifat eksternal (bersumber dari luar), sementara dan spesifik. Optimisme bermanfaat dalam memberikan daya tahan terhadap depresi. Optimisme baik untuk kesehatan, laboratorium di seluruh dunia telah menghasilkan berbagai bukti ilmiah bahwa sifat-sifat psikologis, terutama optimisme, dapat menghasilkan kesehatan yang baik (dalam Seligman, 2006). Menurut Seligman(dalam Chang, 2000) optimisme adalah cara berpikir individu dalam menghadapi keadaan yang baik (good situation) maupun keadaan yang buruk (bad situation). Optimisme adalah keyakinan dalam menyikapi sebuah peristiwa baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, menempatkan penyebab kegagalan pada keadaan di luar diri, memiliki harapan dan ekspektasi menyeluruh bahwa akan ada lebih banyak hal baik daripada hal buruk yang akan terjadi pada masa yang akan datang yang diukur dengan skala oprimisme, yang disusun berdasarkan aspek-aspek ekplanatory style yang dikemukakan oleh Seligman (2008). Definisi kamus optimisme mencakup dua konsep terkait. Pertama adalah disposisi harapan atau keyakinan bahwa baik pada akhirnya akan menang. Konsepsi yang lebih luas kedua mengacu pada keyakinan, atau kecenderungan untuk percaya, bahwa dunia adalah "terbaik dari semua hal yang mungkin terjadi. Dalam penelitian psikologis, optimisme telah disebut harapan dalam situasi tertentu dan baru-baru ini disebut harapan umum yang bersifat positif (Scheier dalam Chang, 2000).

11 Definisi yang lebih luas dari optimisme, istilah optimisme dan pesimisme baru-baru ini diterapkan pada cara-cara di mana orang secara rutin menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka (Seligman, dalam Chang, 2000). Menurut Seligman (2008) mendeskripsikan bahwa individu-idividu yang memiliki sifat optimis akan terlihat pada aspekaspek optimisme yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Menurut Chang (2000) optimisme didefinisikan sebagai kecenderungan stabil untuk "percaya bahwa hal-hal yang baik akan terjadi daripada yang buruk". Menurut Peterson (dalam Chang, 2000) menemukan bahwa gaya penjelasan optimis dikaitkan dengan berbagai praktek "sehat": berolahraga, minum secukupnya, menghindari makanan berlemak, dan sejenisnya. Menurut Seligman (dalam Chang, 2000) mengemukakan bahwa optimisme berhubungan dengan pola pikir tentang suatu kejadian yang menimpa seseorang, khusunya kejadian buruk. Optimisme merupakan kemampuan seseorang untuk menginterpretasi secara positif segala kejadian dan pengalaman dalam kehidupannya. Segala sesuatu dimulai dari pikiran seseorang, yang kemudian diwujudkan dalam perilaku. Dalam literatur optimisme disposisi, optimisme dan pesimisme sering dipandang sebagai dua kutub kontinum yang sama. Istilah optimisme, pesimisme, harapan, dan keputusasaan sering digunakan secara bergantian. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa semakin banyak

12 orang mengharapkan peristiwa positif, semakin sedikit mereka mengharapkan kejadian negatif terjadi. Chang (2011) menyarankan menggunakan istilah pesimisme untuk merujuk pada harapan hasil negatif dan optimisme untuk merujuk harapan hasil positif. Dengan demikian, individu bisa tinggi atau rendah pada optimisme dan tinggi atau rendah pada pesimisme. Strategi optimisme mungkin berhubungan erat dengan jenis "ilusi positif" dijelaskan oleh Taylor (dalam Chang,2011). Peterson(dalam Chang, 2000) menemukan bahwa orang dengan gaya penjelasan optimis lebih mungkin dibandingkan dengan gaya penjelasan pesimis untuk merespon sakit dengan tindakan yang tepat: istirahat dan mengkonsumsi lebih dari sup. Menurut Seligman (dalam Chang, 2000) telah menunjukkan bahwa normal, optimis bahagia kurangrealistis dalam harapan mereka daripada pesimis depresi. Namun, jika mereka bertahan cukup lama, "optimis" yang dilakukan mendapatkan kekuatan, tidak seperti mereka pesimis yang mencoba apa-apa dan karena itu kehilangan banyak penghargaan. Optimisme adalah alat untuk membantu individu mencapai tujuan yang ditetapkan pada dirinya sendiri (Seligman, 2008). Optimisme adalah bagaimana seseorang bersikap positif terhadap suatu keadaan. Optimisme lebih ditujukan pada bagaimana seseorang menjelaskan mengenai sebab terjadinya suatu keadaan baik atau keadaan buruk (Seligman dalam Chang, 2000). Menurut Scheier (dalam Nurtjahjanti, 2011) menjelaskan bahwa individu yang optimis adalah individu yang mengharapkan hal-hal yang

13 baik terjadi pada mereka, sedangkan individu yang pesimis cenderung mengharapkan hal-hal buruk terjadi kepada mereka. Seligman (2008), mengatakan bahwa optimisme berpengaruh terhadap kesuksesan di dalam pekerjaan, sekolah, kesehatan, dan relasi sosial. Dalam studinya, Seligman membuktikan bahwa sikap optimis bermanfaat untuk memotivasi seseorang di segala bidang kehidupan. Dalam penelitiannya selama dua puluh tahun, yang meliputi lebih dari seribu penelitian, dan melibatkan lebih dari lima ratus ribu orang dewasa dan anak-anak, didapatkan hasil bahwa orang pesimis memiliki prestasi yang rendah atau kurang di sekolah maupun di pekerjaan, daripada orang yang optimis. Optimisme lebih ditujukan pada bagaimana seseorang menjelaskan mengenai sebab terjadinya suatu keadaan baik atau keadaan buruk (Seligman,2008).Menurut Corsini (dalam Waruwu, 2006) mengemukakan bahwa optimisme adalah sikap positif yang memdanang bahwa segala sesuatu merupakan hal yang terbaik. Menurut Seligman (2008) istilah optimisme dan pesimisme diterapkan pada cara berpikir individu dalam menyikapi penyebab kejadian dalam kehidupan mereka sehari-hari. Carver (2004) optimisme adalah anggapan individu bahwa hal yang baik akan terjadi dan pesimis merupakan anggapan bahwa hal buruk yang akan terjadi padanya (dalam Limono, 2013) Menurut Goleman (dalam Nurtahdjanti, 2011) terciptanya optimisme tidak lepas dari karakter kepribadian yang dimiliki seseorang.

14 Individu yang optimis akan lebih percaya diri, nyaman, ekspresif dan memandang dunia lebih positif. Ada beberapa hal yang mempengaruhi cara berfikir optimis dalam diri seseorang, diantaranya dari dalam dirinya sendiri dan dari luar dirinya. Individu yang memiliki sikap optimis memiliki harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi. Menurut Scheier (dalam Nurtjahjanti, 2011) optimis dalam jangka panjang juga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kesehatan fisik dan mental, karena membuat individu lebih dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, mengurangi masalah-masalah psikologis dan lebih dapat menikmati kepuasan hidup serta merasa bahagia. Menurut Seligman (2006), beberapa ciri individu yang optimis yaitu memiliki ciri-ciri sikap yang khas, salah satu diantaranya menghentikan pemikiran yang negatif. Hal tersebut sejalan dengan salah satu sikap yang terkandung dalam kepribadian hardiness, yaitu menemukan makna positif dalam hidup (dalam Nurtjahjanti, 2011). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa optimisme merupakan sikap yang positif sehingga individu memandang suata persoalan dengan pemikiran yang positif. Individu yang mempunyai pemikiran positif dapat membantu dalam memandang persoalan untuk menjadi lebih baik.

15 2. Faktor- faktor Optimisme Menurut Vinacle (dalam Nurtahdjanti, 2011) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pola pikir pesimis-optimis, yaitu: a. Faktor etnosentris, yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu kelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari kelompok atau jenis lain. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama dan kebudayaan. b. Faktor egosentris, yaitu sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain. Faktor egosentris ini berupa aspek-aspek kepribadian yang memiliki keunikan sendiri dan berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lain. Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor dari optimisme yaitu terdiri dari faktor etnosentris dan faktor egosentris. Faktor etnosentris yaitu sifat yang dimiliki oleh suatu kelompok. Dan faktor egosentris yaitu sifat yang dimiliki tiap individu. 3. Dimensi-dimensi Optimisme Menurut Seligman (2008) terdapat dimensi-dimensi optimisme diantaranya yaitu: a. Permanen Permanence adalah gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu temporer atau permanen. Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau peristiwa yang menekan sebagai

16 peristiwa permanen atau menetap. Hal ini ditandai dalam cara menghadapi masalah atau peristiwa yang tidak menyenangkan dengan menggunakan kata-kata selalu atau tidak pernah. Sebaliknya orang-orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak menyenangkan secara temporer atau tidak menetap, biasanya ditandai dengan kata-kata kadang-kadang atau akhir-akhir ini. Gaya penjelasan untuk peristiwa yang menyenangkan orang yang pesimis melihatnya sebagai sesuatu yang temporer, dan sebaliknya oarang yang optimismemandang peristiwa yang menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen. b. Pervasive Pervasiveness adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan ruang lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal. Orang yang pesimis menjelaskan peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara yang universal, sedangkan orang yang optimis menjelaskan sesuatu yang tidak menyenangkan dengan cara yang spesifik. Untuk peristiwa yang menyenangkan orang pesimis menjelaskannya dengan cara spesifik dan sebaliknya orang yang optimis dengan cara yang universal. c. Personalization Personalization adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab dan dibedakan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Orang yang pesimis memandang masalah yang tidak

17 menyenangkan bersumber dari dalam diri (intenal) dan peristiwa yang menyenangkan bersumber dari luar dirinya (eksternal). Bagi orang yang optimis memandang masalah yang tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang bersumber dari luar dirinya (eksternal) dan peristiwa yang menyenagkan sebagai hasil dari usahanya sendiri (internal). Adapun elemen optimisme bisa dilihat dari cara individu menjelaskan kejadian, baik kejadian buruk atau baik yang menimpa diri kita (Seligman, 2006). Tipe penjelasan yang pertama adalah: permanence. Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen dan tidak dapat diubah. Sebaliknya orang optimis akan memandang kejadian buruk yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang bersifat temporer/ sementara dan bisa dihindari di masa mendatang. Tipe penjelasan yang kedua adalah: pervasiveness. Orang yang pesimis cenderung memberikan penjelasan yang menggeneralisir (pervasive) atas kejadian buruk yang ada disekeliling mereka.pervasive artinya kita menggeneralisasi akan sesuatu peristiwa atau kejadian. Sebaliknya, individu yang optimis akan memberikan penjelasan yang bernada spesifik, dan bukan sebuah generalisasi. Penjelasan yang bersifat spesifik membuat kita mampu melihat bahwa sesungguhnya tidak semua dimensi dalam suatu kejadian itu merugikan. Pasti masih ada celah positif di balik beragam dimensi lainnya.

18 Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari optimisme yaitu individu mempunyai sikap hidup kearah kematangan dalam jangka waktu yang lama. Individu berpandangan secara umum terhadap suatu kejadian sehingga individu mampu menjelaskan penyebabnya baik dari dalam maupun dari luar. 4. Ciri-ciri Individu yang Optimis Menurut Robinson (dalam Ghufron, 2014) menyatakan individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi dan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan, dapat berubah kearah yang lebih baik, adanya pemikiran dan kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih dan selalu berjuang dengan kesadaran penuh. Sedangkan menurut McGinnis (dalam Ghufron, 2014) menyatakan orangorang optimis jarang merasa terkejut oleh kesulitan. Mereka merasa yakin memiliki kekuatan untuk menghilangkan pemikiran negatif, berusaha meningkatkan kekuatan diri, menggunakan pemikiran yang inovatif untuk menggapai kesuksesan dan berusaha gembira meskipun tidak dalam kondisi bahagia. Menurut Scheiver (dalam Ghufron, 2014) menegaskan bahwa individu yang optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu optimisme biasa bekerja keras menghadapi stres dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa, dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya. Ghufron (2014) menyimpulkan

19 bahwa individu yang optimis memiliki impian untuk mencapai tujuan, berjuang dengan sekuat tenaga, dan tidak ingin duduk berdiam diri menanti keberhasilan yang akan diberikan oleh orang lain. Individu optimis ingin melakukan sendiri segala sesuatunya dan tidak ingin memikirkan ketidakberhasilan sebelum mencobanya. Individu yang optimis berpikir yang terbaik, tetapi juga memahami untuk memilih bagian masa yang memang dibutuhkan sebagai ukuran untuk mecari jalan. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki optimisme yaitu memiliki keyakinan, mampu berubah ke arah yang lebih baik. Tidak mudah putus asa atau menyerah ketika dihadapkan pada suatu persoalan. Dan memiliki pemikiran yang positif dalam menghadapi tantangan C. Penyakit Jantung Koroner 1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner Didalam kehidupan dewasa ini, penyakit pembulu darah inisudah umum. Biasanya disebut penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koronerpenyebabnya beragam, kebanyakan orang pada umumnya yang tinggal di negara-negara barat yang sudah maju cenderung mengalami kerusakan nadi koronernya secara berangsur-angsur (Knight, 1996). Penyakit jantung koroner (PJK = Penyakit Jantung Iskemik = PJI) mulai dikenal sejak awal tahun 1930, dan merupakan penyebab kematian terbanyak di negara industri, terutama pada usia relatif muda (dalam

20 Poerjoto, 1992). Penyakit jantung iskemi (IHD) dan penyakit jantung koroner (CHD) ialah pengertian umum untuk empat bentuk penyakit jantung yang terjadi karena ketidakseimbangan antara keperluan oksigen pada miokardium dan pembekalannya (Robbins,1995). Pada kebanyakan penderita ketidakseimbangan disebabkan aliran darah yang tidak memadai sebagai akibat menyempitnya arteri koroner, biasanya sering digunakan istilah penyakit jantung koroner (Robbins, 1995). Penyakit jantung koroner/chd (coronary heart disease) disebabkan oleh mengerasnya arteri (dikenal dengan nama arterosklerosis), akibat banyaknya tumpukan lemak (dikenal dengan nama plaque) di dinding arteri, secara khusus mempengaruhi arteri yang langsung memasok darah ke jantung (Albery, 2011). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor pemicu penyakit ini yaitu gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain. (Norhasimah dalam Salim, 2013). Penyakit jantung koroner adalah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Ketidakseimbangan ini terjadi akibat: 1) penyempitan arteri koroner, 2) penurunan aliran darah/curah jantung cardiae output, 3) peningkatan kebutuhan oksigen di miokard atau, 4) spasme arteri koroner. Penyebab tersering adalah

21 aterosklerosis (Rokhaeni dalam Anggraeni, 2014). Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen, memar dan kematian akibat adanya gangguan pasokan oksigen dari pembulu darah koroner (Majid dalam Heriyanto, 2011). Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembulu arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Mengerasnya dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kalsium dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis, bila terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung, kondisi ini dikenal sebagai iskemik. Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi koroner mulai tersumbat, sehingga suplai darah tidak cukup untung memenuhi keperluan otot jantung (Soeharto, 2000). Seseorang yang meninggal secara mendadak sudah sering kita dengar atau bahkan melihatnya sendiri secara nyata, dan setelah diperiksa, Dokter menyimpulkan akibat serangan jantung, dan sekaligus menakutkan, bahwa seseorang yang nampaknya sehat-sehat saja secara tiba-tiba langsung meninggal. Demikianlah kenyataannya serangan penyakit jantung koroner (Margatan, 1996). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan suatu jenis penyakit yang berbahaya dan mematikan. Penyakit jantung koroner yaitu adanya penyempitan pembuluh darah yang disebabkan karena pengendapan dan penumpukan

22 lemak yang biasa disebut plak pada dinding arteri sehingga menghambat saluran oksigen ke otot jantung, akibatnya jantung menjadi melemah karena tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. 2. Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Menurut Djohan (2004) menyebutkan beberapa faktor penyakit jantung koroner, yaitu: a. Faktor Utama 1) Hipertensi Hipertensi merupakan faktor resiko yang sangat penting terhadap penyakit jantung koroner. Tekanan darah sering dipengaruhi oleh beberapa keadaan misalnya postur tubuh, latihan atau kegiatan fisik, emosi atau stres, suhu dan waktu sehingga dapat berubah setiap saat. Apabila seorang yang menderita hipertensi mengalami stres akan lebih mudah terkena serangan jantung karena tingginya tekanan darah yang menyebabkan jantung sulit menyuplai darah yang datang secara terus menerus. Studi Framingham didalam buku Poerjoto (1992) mendapatkan, bahwa tekanan darah lebih dari 160/95 mmhg mepunyai risiko PJK dua kali lipat daripada tekanan darah kurang dari 140/90 mmhg. 2) Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor resiko utama penyakit jantung koroner disamping hipertensi dan merokok. Kebiasaan makan individu

23 yang kurang diperhatikan kesehatannya akan membuat kadar kolesterol darah meningkat. Selain itu keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol dan stress dapat mempengaruhi juga kadar kolesterol darah. Apabila individu memiliki kadar kolesterol tinggi, yang menyebabkan tekan darah meningkat akibat emosi, maka aliran darah dalam arteri yang menyuplai darah menjadi terhambat, hal ini yang membuat seseorang terkena penyakit jantung koroner. 3) Merokok Meroko sudah termasuk sebagai faktor resiko utama penyakit jantung koroner disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menyebabkan darah menjadi kental, ketika individu mengalami stres maka pembulu darah yang seharusnya berjalan cepat kini menjadi lambat, akibatnya membuat pembuluh darah menyempit hal ini yang menyebabkan individu mudah terkena penyakit jantung koroner. Penelitian Framingham didalam buku Poerjoto (1992), mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih dari pada bukan perokok.

24 b. Faktor Resiko Lainnya 1) Umur Seiring bertambahnya usia maka akan menghadapi berbagai macam persoalan dan gaya hidup yang kurang sehat. Hal tersebut membuat individu semakin bertambah umur maka individu semakin rentan terkena penyakit jantung koroner. Apabila individu dengan kadar kolesterol pada laki-laki dan pada perempuan meningkat di umur 20 tahun. Pada laki-laki meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause 45 sampai 0 tahun lebih rendah daripada laki-laki, namun pada perempuan setelah menopause akan meningkat kadar kolesterolnya jauh lebih tinggi daripada laki-laki. 2) Jenis kelamin Gejala penyakit jantung koroner sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai resiko penyakit jantung koroner 2-3 kali lebih besar dari perempuan. 3) Geografis Resiko penyakit jantung koroner pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Namun akan meningkat resiko penyakit jantung koroner pada orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia. Hal ini

25 menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya daripada genetik. 4) Ras Perbedaan resiko penyakit jantung koroner antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi. Karena adanya perbedaan dari faktor sosial yang berbeda menyebabkan pola perilaku dan kebiasaan dari individu setiap ras berbeda pula, termasuk dalam menghadapi masalah dan tekanan. Tidak hanya itu setiap ras memiliki kepribadian dan tingkat emosi yang berbeda-beda. 5) Diet Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari (diet). Makanan orang indonesia rata-rata mengandung lemak dan kolesterol tinggi sehingga dapat memicu meningkatnya kadar kolesterol darah. Namun pada orang jepang umumnya berupa nasi, sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterolnya rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi akan lebih rentan terkena penyakit jantung koroner. 6) Obesitas Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar

26 kolesterol dalam darah. Apabila individu yang memiliki obesitas ketika mengalami tekanan dan stres akan cenderung lebih mudah mengalami hipertensi yang akan membuat individu menjadi lebih rentan terkena penyakit jantung koroner. 7) Perilaku dan kebiasaan lainnya Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu. Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B. 8) Perubahan Keadaan Sosial dan Stres. Perubahan sosial menyebabkan perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas. Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa faktor resiko penyakit jantung koroner yaitu hipertensi, hiperkolesterolemi, dan merokok dimana merupakan faktor uang dapat dikontrol. Faktor resiko lain yaitu umur, ras, jenis kelamin, keturunan, geografis, diet, obesitag, diabetes, perilaku dan kebiasaan hidup lainnya, stress, perubahan sosial. Dengan mengatur, berhenti merokok dan perubahan hipertensi yang efektif dapat menurunkan resiko kematian akibat penyakit jantung koroner

27 3. Gejala Penyakit Jantung Koroner Menurut Margatan (1996) menyebutkan gejala penyakit jantunh koroner sebagai berikut: a. Nyeri dada (Angina Pectoris) Rasa sakit yang dibiasanya disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik dan emosional. Nyeri dada yang berlangsung antara 1 sampai 10 menit akan menghilang setelah berisitrahat. Itulah yang disebut sebagai angina pectoris. b. Serangan jantung (Infark myokard akut) Serangan jantung merupakan akibat penyakit jantung koroner. Munculnya serangan jantung disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah koroner (arterosklerosis). Gejala yang timbul seperti pada nyeri (angina), bisa disertai rasa lemah, sesak nafas, berkeringat, mual, muntah. Rasa nyerinya bisa berlangsung setelah hilang beberapa jam, bisa tiba-tiba tanpa pencetus atau didahului kerja fisik, emosional, makan terlalu banyak, cuaca dingin, kekurangan darah, atau alergi. c. Mati Secara Mendadak Mati secara mendadak merupakan kematian yang datang tidak didugaduga. Faktor pencetus kematian mendadak juga bermacam-macam, antara lain emosi, stres, ketegangan jiwa. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa gejala penyakit jantung koroner yaitu angina pektoris seperti rasa nyeri di dada sebelah

28 kanan berlangsung 1-10 menit nyeri tersebut hilang ketika individu berhenti atau istirahat dari aktivitasnya. Selanjutnya terdapat infark myokard atau biasa disebut dengan serangan jantung. Dan terakhir yaitu kematian mendadak muncul dari berbagai macam faktor seperti individu yang mempunyai penyakit jantung koroner karena stres, emosi, pekerjaan fisik yang berat dengan berbagai macam keluhan sebelumnya. 4. Penyebab Penyakit Jantung Koroner dari Pandangan Psikologi Riset multi budaya telah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan didalam setiap kejadian penyakit jantung koroner di negara-negara tertentu, dan khususnya angka kematian akibat penyakit jantung koroner. Sebagai contoh, individu di Rusia memiliki angka kematian sangat tinggi karena penyakit jantung koroner, sedangkan mereka yang tinggal di Prancis dan Rusia memiliki angka kematian yang sangat rendah. Di seluruh wilayah Eropa sendiri, negara-negara di utara memiliki kejadian kematian akibat penyakit jantung koroner lebih tinggi sedangkan di negara-negara di selatan menunjukkan kejadian kematian yang lebih rendah. Temuan ini menunjukkan peran penting faktor gaya hidup, khususnya pola makan, pada kasus kematian akibat penykait jantung koroner (Albery, 2011). Walaupun kebanyakan studi lebih memfokuskan faktor biologis dan gaya hidup, tapi beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor psikologis memiliki peran yang sangat penting dalam kemunculan, perkembangan,

29 dan hasilnya dari penyakit jantung koroner. Faktor-faktor yang paling penting adalah depresi, kecemasan dan stres (Nekouei, 2013). Menurut Taylor (dalam Pratiwi, 2009) mengemukakan reaksireaksi yang ditimbulkan oleh individu yang menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, yaitu: 1. Shock Shockmerupakan reaksi pertama individu saat mengalami diagnosa fisik mengenai masalah kesehatan yang kronis.rasa terkejut dan bingung atau perilaku yang muncul secara otomatis. Shock terjadi sebenarnya akan berlanjut beberapa minggu, shock terjadi untuk beberapa tingkat situasi krisis yang dialami oleh seseorang, dan ketegasan itu muncul tanpa peringatan. 2. Denail Denail merupakan mekanisme pertahanan diri seseorang dimana seseorang menghindari kenyataan bahwa individu menderita suatu penyakit. Individu akan menolah kenyataan bahwa individu menderita suatu penyakit. 3. Anxiety Anxiety merupakan rasa kecemasan akan segera muncul setelah adanya diagnosis penyakit kronis pada diri seseorang. Banyak pasien yang ditakuti suatu perubahan yang potensial akan terjadi dalam hidup mereka dan masa depan mereka adalah kematian. Masalah kecemasan tidak hanya disebabkan oleh stres tapi juga digabungkan dalam fungsi-

30 fungsi yang baik. Kecemasan juga tinggi saat seseorang mengharapkan perubahan gaya hidup yang muncul dari penyakit ataupun treatmen, saat mereka tergantung dengan profesional kesehatan, saat mereka mengalami kejadian berulang-ulang. 4. Depression Depression yaitu kemungkinan akan terjadi setelah proses denail dan anxiety muncul. Depresi merupakan reaksi terakhir terhadap penyakit kronis, karena sering menghabiskan waktu pasien untuk memahami kenyataan kondisi mereka. Depresi tidak hanya akan menghasilkan distress tetapi juga disebabkan oleh gejala-gejala yang dialami dan bagaimana masa depan seseorang dengan penyakitnya. Depresi yang muncul karena penyakit dan treatmen juga dapat dihubungkan dengan bunuh diri dan lansia. Sudah diketahui dalam beberapa waktu kedepan faktor-faktor gaya hidup sangat mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner. Hal ini meliputi sejarah keluarga tentang penyakit jantung koroner, merokok, naiknya tekanan darah, terkait dengan meningkatnya kolesterol, kurangnya olah raga, diabetes, obesitas dan stres (Albery, 2011).Perubahan angka kematian yang terjadi di Inggris dan Wallas. Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress (dalam Djohan, 2004). Stres adalah faktor resiko lain penyakit jantung koroner yang nyata dengan psikologi kesehatan, khususnya berdasarkan peransentral

31 psikoneuroimunologi dalam memahami pengalaman subjektif tentang stres dan pengaruhnya bagi kesehatan. Meskipun stresor lingkungan sudah terbukti meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, namun sebenarnya ini lebih banyak dipengaruhi persepsi subjektif pelaku terhadap stresorstresor ini. Khusunya, kurangya kontrol yang dirasakan terhadap stresor lingkungan (contohnya akibat tuntutan kerja seseorang) nampaknya menjadi faktor resiko yang penting bagi penyakit jantung koroner (Albery, 2011). Dampak dari stres dapat menimbulkan gangguan detak jantung, gangguan aliran darah koroner secara langsung maupun tidak langsung sebagai akibat spasme pembulu darah koroner, karena stres memicu pelepasan zat katekolamin. Stres juga lebih mudah menyerang mereka yang berkepribadian tipe A. Stres juga erat kaitannya dengan faktor resiko lain seperti hipertensi, merokok dan dislipidemisa (Margatan, 1996). Serangan jantung memang memberikan efek psikologis yang besar. Menurut Robert R. Kowalski dalam bukunya 8 Step to Health Heart yang paling terkena dampak penyakit jantung koroner bukanlah jantung atau bagian lain dari sistem kardiovaskular. Organ yang paling terpengaruh dan menentukan proses penyembuhan itu terletak dalam otak yang muncul dalam bentuk sikap mental atau kejiwaan seseorang (dalam Mangoenprasodjo, 2005). Sikap mental memiliki peranan yang besar dalam proses penyembuhan dan peningkatan harapan hidup pasien penyakit jantung

32 koroner. Menurut Prof. Dr. Harmani Kalim, MPH., Sp.jp., dari Pusat Jantung Nasional (PJN) Harapan Kita, Jakarta, peran penderita dalam menangani masalah psikologis sangat penting untuk mencapai hasil dari proses penyembuhan yang maksimal. Kematangan mental selanjutnya harus dilakukan bersamaan dengan usaha meminimalkan resiko serangan. Faktor resiko itu antara lain hipertensi (tekanan darah), gula darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, obesitas, pola makan tinggi, lemak dan garam, kurang gerak dan istirahat, stres, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. Faktor-faktor tersebut dapat di kontrol atau diperbaiki (dalam Mangoenprasodjo, 2005).

33 Faktor Psikologis Faktor Perilaku Faktor Biologis Awal dari Penyakit depresi Stres kronik: Kemiskinan, rasa benci, tekanan pekerjaan, tekanan perkawinan, kecemasan Merokok. Aktifitas fisik: diet kalori tinggi, diet kolesterol tinggi, rendahnya dukungan sosial, ketidak patuhan terhadap pengobatan gen obesitas Tinggi kolesterol Diabetes Peradangan pembuluh darah tinggi Meningkatnya stres Tekanan darah tinggi Bahaya stres akut Ketidak seimbangan otonom kelelahan Penyakit jantung koroner Gambar 1: Skema depresi dengan penyakit jantung koroner dimodifikasikan Wulsin. L. R 2007 sebuah pembaharuan untuk depresi, stres dan penyakit jantung (Vanderbilt University Press) (dalam Wulsin, 2012). Model skema diatas menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner bisa ditimbulkan oleh faktor psikologis berupa depresi. Depresi akan memunculkan gejala berupa faktor perilaku seperti merokok dan aktifitas fisik yang berlebihan mempengaruhi faktor biologis, yang nantinya akan menimbulkan obesitas dan tingginya kolestrol. Obesitas dapat menimbulkan

34 gejala awal penyakit jantung koroner yaitu diabetes resiesen insulin.sehingga apabila tidak diatasi maka akan muncul jantung koroner. Begitu juga pada tingginya kolesterol apabila tidak diperhatikan maka akan menimbulkan penyakit jantung koroner (dalam Wulsin, 2012). Selain itu faktor psikologis dari penyakit jantung koroner dari depresi yangjuga akan memunculkan gejala dari faktor biologis yaitu meningkatnya stres dan ketidak seimbangan otonom. Meningkatnya stres dan ketidakseimbangan otonom dapat mengakibatkan munculnya awal dari suatu penyakit berupa peradangan pembuluh darah tinggi dan tekanan darah tinggi. Apabila tidak diatasi maka akan muncul penyakit jantung koroner (dalam Wulsin, 2012). Penyakit jantung koroner bisa ditimbulkan oleh faktor psikologis berupa depresi. Depresi akan memunculkan gejala stres kronik biologis berupa ketidakseimbangan otonomi, ketidakseimbangan ini bisa menimbulkan gejala awal penyakit jantung koroner berupa tekanan darah tinggi, sehingga apabila tidak dapat diatasi terus menerus akan muncul jantung koroner (dalam Wulsin, 2012). Tidak hanya itu, faktor psikologis seperti depresijuga dapat memunculkan gejala stres kronik, stres kronik ini bisa bersumber dari kemiskinan, rasa benci, tekanan pekerjaan, tekanan perkawinan, dan kecemasan. Apabila stres tersebut tidak diatasi maka akan mengakibatkan stres akut yang berbahaya bagi kesehatan. Bahaya stres akut akan mempengaruhi faktor bilogis yaitu individu akan mudah merasa kelelahan dan

35 ketidakseimbangan otonom. Dari munculnya faktor biologis ini dapat memicu terjadinya awal penyakit seperti tekanan darah tinggi. Sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan menyebabkan penyakit jantung koroner (dalam Wulsin, 2012). D. Pengaruh Optimisme terhadap Hardiness pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Jantung merupakan tempat untuk memompa aliran darah keseluruh tubuh. Darah yang mengalir keseluruh tubuh melalui pembulu darah arteri. Apabila pembulu darah arteri mengalami penyumbatan akibat tumpukan lemak atau plak sehingga oksigen sulit masuk kejantung yang menyebabkan aliran darah keseluruh tubuh terhambat dan akhirnya timbul penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner yang juga merupakan penyakit jantung iskemik disebabkan oleh mengerasnya arteri akibat adanya tumpukan lemak didinding arteri sehingga menghambat aliran darah ke jantung. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang mematikan. Dulu penyakit ini hanya menyerang pada orang-orang berusia lanjut. Namun seiring kemajuan zaman dan perubahan gaya hidup, penyakit jantung koroner dapat menyerang siapa saja. Pasien yang didiagnosis penyakit jantung koroner awalnya pasien merasa cemas, khawatir dan shock tidak menyangka bahwa dirinya terkena penyakit kronis. Pasien setelah terkena penyakit jantung koroner memilikiberbagai macam permasalahan dalam kehidupannyan. Dimana

36 kehidupan pasien selanjutnya merupakan sebuah tantangan dan hal baru yang harus dijalani setelah terkena penyakit jantung koroner. Individu yang memiliki penyakit jantung koroner ada yang mudah melakukan perubahan pola hidup dan perilaku yang lebih sehat, namun ada juga pasien penyakit jantung koroner yang kesulitan. Kondisi pasien penyakit jantung koroner berbeda-beda ada yang masih bekerja dan ada yang sudah tidak bekerja. Pasien yang masih bekerja terkadang merasa putus asa karena pasien sudah tidak bisa semaksimal dulu dalam bekerja.kemudian adanya tuntutan dalam pekerjaan dan kehidupan yang menjadikan tekanan tersendiri bagi pasien. Pasien terkadang sulit untuk menerima kondisi setelah terkena penyakit jantung koroner. Namun ada juga pasien yang berusaha untuk menerima kondisi setelah terkena penyakit jantung koroner. Aktivitas pasien menjadi terbatas, sebagai contoh ketika pasien berjalan kaki pasien merasa nafasnya sesak dan sakit. Rasa sakit yang timbul ketika penyakitnya kambuh dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien yaitu pasien merasa tidak berdaya, cemas, dan takut meninggal tiba-tiba.walaupun pasien rutin melakukan kontrol dan minum obat secara teratur namun pasien merasa penyakitnya tak kunjung sembuh.pasien juga merasa bosan ketika harus minum obat, karena pasien merasa hidupnya menjadi tergantung dengan obat. Sebenarnya pasien dapat memperbaiki kondisi penyakitnya, namun pasien sulit menjaga pola makan yang dikonsumsi yang bisa saja memperburuk kondisi penyakitnya.

37 Permasalahan-permasalahan yang dialami pasien penyakit jantung koroner menyebabkan pasien merasa tidak berguna, khawatir dan putus asa dalam menjalani kehidupan. Adapun usaha yang harus dilakukan agar pasien bisa kuat dalam menjalani kehidupan setelah terkena penyakit jantung koroner adalah dengan adanya hardiness. Menurut Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) hardiness adalah definisi konstruk sebagai "konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya tahan dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh stres". Schultz (dalam Utami, 2010)menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkat hardiness yang tinggi memiliki sikap yang membuat mereka lebih mampu dalam melawan stres. Individu dengan hardy personality percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau mempengaruhi kejadiankejadian dalam hidupnya. Mereka secara mendalam berkomitmen terhadap pekerjaannya dan aktivitas-aktivitas yang mereka senangi, dan mereka memandang perubahan sebagai sesuatu yang menarik dan menantang lebih daripada sebagai sesuatu yang mengancam. Sebaliknya, kurangnya hardiness dalam diri individu dapat dihubungkan dengan tingkat stres yang tinggi (Riggiodalam Utami, 2010). Hardiness dapat diperoleh apabila individu berusaha untuk yakin dan merasa mampu dalam menghadapi berbagai macam persoalan sekalipun menimbulkan stress, sehingga individu dapat menemukan jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi. Hardiness bisa dikatakan penting untuk dimiliki oleh setiap individu termasuk pada pasien penyakit jantung

38 koroner.individu yang memiliki hardiness dalam dirinya akan mampu bertahan menghadapi semua tuntutan dan tantangan setelah terkena penyakit jantung koroner. Kobasa (dalam Schellenberg, 2005) hardiness adalah definisi konstruk sebagai "konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya tahan dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh stres". Setiap pasien memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menghadapi berbagai macam persoalan setelah terkena penyakit jantung koroner. Menurut Seligman (2006), beberapa ciri individu yang optimis yaitu memiliki ciri-ciri sikap yang khas, salah satu diantaranya menghentikan pemikiran yang negatif. Hal tersebut sejalan dengan salah satu sikap yang terkandung dalam kepribadian hardiness, yaitu menemukan makna positif dalam hidup (dalam Nurtjahjanti, 2011). Individu dikatakan optimis jika individu memiliki ciri-ciri kehidupannya didominasi oleh pikirannya yang positif, berani mengambil resiko, setiap mengambil keputusan penuh dengan keyakinana dan kepercayaan diri yang mantap (Achmad, 2013). Pasien penyakit jantung koroner dengan adanya sikap yang optimis dapat membantu pasien untuk mampu dalam menghadapi persoalan setelah terkena penyakit jantung koroner, sehingga pasien dapat bertahan dengan kondisinya saat ini. E. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, bahwa pasien penyakit

BAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangatlah penting bagi setiap individu. Jika individu tidak memiliki kesehatan baik secara fisik, maupun mental menyebabkan kehidupan individu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya. Penyakit tersebut merupakan salah satu jenis penyakit paling mematikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Seiring dengan hal globalisasi yang tidak dapat diprediksi, peningkatan sumber daya mansia sangat dibutuhkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang dan masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. Namun, pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling banyak mengakibatkan kematian mendadak. Menurut data WHO sampai dengan tahun 2008, PJK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), sampai dengan tahun 2008, PJK masih

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), sampai dengan tahun 2008, PJK masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung koroner (PJK) dan serangan jantung merupakan jenis penyakit yang paling banyak mengakibatkan kematian mendadak. Menurut data World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia modern di abad ke 21 ini, banyak kemajuan yang telah dicapai, baik pada bidang kedokteran, teknologi, sosial, budaya maupun ekonomi. Kemajuan-kemajuan

Lebih terperinci

PENYAKIT JANTUNG CORONER

PENYAKIT JANTUNG CORONER PENYAKIT JANTUNG CORONER Derajat kesehatan: dipengaruhi faktor perilaku (sosio budaya, sosio ekonomi, dan psikis) Penyakit jantung = penyakit ke 3 penyebab kematian. Menyerang usia produktif Terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks menempati terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi penyebab kanker terbanyak

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan tuntutan hidup terutama di perkotaan. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan tuntutan hidup terutama di perkotaan. Pada era 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup pada masyarakat terjadi seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup terutama di perkotaan. Pada era globalisasi, informasi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang mematikan di dunia. Kanker menjadi salah satu penyakit yang menakutkan bagi setiap orang. Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah epidemiologi bermula dengan penanganan masalah penyakit menular yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan sosioekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman di abad ini, berbagai macam penyakit mulai menyerang kondisi manusia tanpa melihat usia yang ada. Beragam pula penyebab yang mendasari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] 2015 copyright@saricipta2015 [BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] Buku saku ini berisi informasi terkait Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang sangat bermanfaat dalam rangka pengendalian mandiri oleh jamaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan masalah global, dimana angka morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6 juta orang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian pada manusia adalah penyakit kronis (dalam Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat Indonesia. Bahkan penyakit degeneratif telah menjadi pembicaraan hangat di berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir semua bidang kehidupan berkembang sangat pesat. Berkembangnya berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup orang-orang pada masa ini. Khususnya di kota-kota besar, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup orang-orang pada masa ini. Khususnya di kota-kota besar, tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, banyak perubahan yang terjadi dimana setiap orang di tuntut untuk selalu mengikuti perkembangan jaman. Hal ini sangat mempengaruhi gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan keluarga yang kurang akan mempengaruhi pola hidup anggota keluarga yang lain yang menyebabkan penyakit jantung koroner seperting mani kebiasaan merokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam mendapatkan makanan seperti munculnya makanan cepat saji.

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam mendapatkan makanan seperti munculnya makanan cepat saji. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi saat ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan tersebut tampak melalui adanya pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN 18 JANTUNG KORONER Penyakit Jantung Sampai sekarang penyakit jantung tetap sebagai pemegang rekor pembunuh nomor satu. Kalau dilihat dari berbagai kasus kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner Memahami bagaimana jantung bekerja Untuk memahami penyakit jantung, Anda harus terlebih dahulu tahu bagaimana jantung bekerja. Jantung adalah seperti otot lain, membutuhkan darah

Lebih terperinci