BAB I PENDAHULUAN. serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A, 2009, p.127).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun termasuk bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, balita mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya harus disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A, 2009, p.127). Kebutuhan zat gizi pada balita disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan disesuaikan dengan kelompok umur dan kemampuan anak menerima makanan yang diberikan. Anak usia di bawah lima tahun atau Balita termasuk golongan yang mudah kena penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan pada golongan balita dipengaruhi oleh keturunan dan faktor lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan sosial ekonomi. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh status gizi (Supariasa, 2001, p.184). Dengan 1

2 demikian status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004, p.108). Menurut data tahun 2006 di Indonesia, jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4,8 juta anak. Pada tahun 2007 ada penurunan, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4,1 juta anak ( Dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4 juta anak (Depkes, 2008). Sementara itu, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 di provinsi Jawa Tengah tercatat anak atau 0,52% mengalami gizi buruk. Dari 565 kecamatan di 35 kabupaten/kota Jawa tengah pada tahun 2006 terdapat 528 di antaranya sudah rawan pangan dan gizi. Hanya 38 kecamatan yang masih mengalami kerawanan pangan dan gizi (Depkes, 2006). Pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah gizi buruk mencapai anak. Dari jumlah itu, balita diantaranya dinyatakan sudah sembuh dan 41 balita meninggal dunia ( Pada tahun 2008 juga mengalami penurunan,yaitu jumlah gizi buruk mencapai anak ( Sedangkan pada tahun 2009 jumlah gizi buruk mengalami kenaikan lagi, yaitu mencapai anak. Dari jumlah itu, 43 anak meninggal dunia (

3 Menurut data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita berdasarkan berat badan/umur pada tahun 2009 di Kabupaten Rembang, dari balita yang ditimbang didapatkan balita dengan gizi buruk 1,32%, balita dengan gizi kurang 13,15%, balita dengan gizi baik 83,63% dan balita gizi lebih 1,90% (Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang 2009). Sedangkan di Puskesmas Lasem dari 767 balita yang ditimbang didapatkan balita dengan gizi buruk 2,03%, balita dengan gizi kurang 15,84%, balita dengan gizi baik 80,90% dan balita dengan gizi lebih 1,24%. Ada beberapa daerah wilayah kerja puskesmas Lasem, antara lain desa Dorokandang, desa Babagan, desa Karangturi, dan lain-lain. Dari hasil pencatatan yang dilakukan oleh puskesmas, desa Dorokandang terdapat 37 balita dengan gizi buruk 1,87%, balita dengan gizi kurang 15,12%, balita dengan gizi baik 80,47%, dan balita dengan gizi lebih 2,54%. Berdasarkan register pencatatan operasional timbang Desa Karangturi tahun 2009 dari 55 balita yang ditimbang didapatkan balita dengan gizi buruk 3,72%, balita dengan gizi kurang 21,05%, balita dengan gizi baik 71,83% dan balita dengan gizi lebih 3,41%. Balita sangat tergantung dengan pola asuh orang tua, sehingga pengetahuan ibu berperan dalam status gizi balita. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi (Depkes RI, 2002, p.12).

4 Studi pendahuluan di desa Karangturi, kecamatan Lasem, kabupaten Rembang di peroleh jumlah ibu yang mempunyai balita sebanyak 55 orang. Hasil wawancara dari 15 ibu, ada 7 ibu yang mengetahui tentang gizi balita, dan 8 ibu yang kurang mengetahui tentang gizi balita. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena kurangnya pendidikan ibu. Maka dari itu ibu kurang mengetahui seberapa pentingnya pengetahuan ibu terhadap gizi pada anak balita. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang Gizi Pada Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. B. Perumusan Masalah Sesuai latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengetahuan Tentang Gizi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang gizi anak balita berdasarkan pendidikan ibu di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.

5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan pendidikan ibu tentang gizi anak balita b. Untuk mendeskripsikan pengetahuan tentang gizi anak balita c. Untuk mendeskripsikan pengetahuan tentang gizi anak balita berdasarkan pendidikan ibu di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan teori yang diperoleh selama pendidikan di bangku kuliah. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya di dalam meningkatkan pengetahuan tentang asuhan gizi buruk pada balita. 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai informasi dan masukan tentang asuhan gizi buruk pada balita di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. E. Keaslian Penelitian Sepanjang penelitian tidak ada penelitian yang sama.