BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Atas dasar tuntutan mewujudkan pendidikan seperti itu diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan, dan seni. Perkembangan ilmu pengetahuan juga mempengaruhi seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan, maka kualitas sumber daya manusia harus di tingkatkan melalui peningkatan mutu pembelajaran formal di sekolah. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bahwasanya karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual 1

2 2 tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Permendikbud No 103 tahun 2014 tentang standar proses, menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran yang berkualitas adalah untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang diharapkan oleh kurikulum 2013 berupa desain pembelajaran yang dapat menyeimbangkan dan mengaitkan antara soft skill dan hard skill. Peserta didik yang menemukan sendiri, menggunakan pendekatan ilmiah dan mengutamakan penerapan nilai-nilai keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, sehingga menghasilkan peserta didik yang kreatif, produktif, inovatif dan afektif. Prinsip pembelajaran seperti ini juga diharapkan pada pembelajaran IPA di sekolah khususnya di bidang fisika. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi yang maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam pendidikan di Indonesia

3 3 merupakan mata pelajaran yang penting. Ini dapat dilihat bahwa mata pelajaran ilmu pengetahuan alam diajarkan dari sejak dini seperti di tingkat SD sampai SMP/MTs. Untuk mempelajari IPA tidak hanya cukup dengan memperhatikan apa yang disampaikan oleh pendidik dan membaca, namun dengan menggunakan percobaan peserta didik juga akan lebih memahami. Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan kumpulan pengetahuan alam yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum tetapi juga pada suatu proses penemuan. Menurut Vesa (2014:25) Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran tetapi lebih menekankan bagaimana mengajak peserta didik untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Hal ini menyebabkan pendidik maupun peserta didik perlu memiliki aktivitas-aktivitas dan pola pikir yang cermat dalam mempelajari fisika. Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 sangat sesuai dalam proses pembelajaran IPA dengan alasan: (1) kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 sangat sesuai untuk pembelajaran IPA khususnya fisika karena menggunakan pendekatan ilmiah; (2) membiasakan peserta didik dengan serangkaian proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 untuk memahami suatu konsep materi, sehingga konsep materi yang diperoleh tidak hanya bersumber dari pendidik.

4 4 Hal tersebut tidak diimbangi dengan kenyataan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pendidik fisika pada tanggal 2 Maret 2017 di MTsN 5 Padang pelaksanaan pembelajaran IPA belum sepenuhnya menggunakan bahan ajar berupa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) karena masih menggunakan bahan ajar lain seperti buku cetak dan LKPD hanya digunakan pada saat ingin mengerjakan latihan-latihan saja. Selain itu LKPD yang digunakan berupa LKPD dari suatu penerbit tertentu dan belum menggunakan petunjuk pelaksanaan percobaan yang sederhana, sehingga alat dan bahan yang digunakan masih kurang tersedia di sekolah. Dengan keadaan seperti ini membuat proses pembelajaran praktikum dilakukan sendiri oleh pendidik dan didemonstrasikan di depan kelas. LKPD yang digunakan berisi soal dan penyelesaian perhitungan-perhitungan fisika. Sehingga kemampuan berfikir peserta didik tidak bisa berkembang dengan optimal, sebab pada pembelajaran dan soal latihan tersebut yang dilatih adalah kemampuan logika fisika sehingga peserta didik kesulitan dalam mengungkapkan hasil percobaan yang menyebabkan minat peserta didik masih rendah dalam pelajaran fisika. Penyebab lain selain LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) bisa juga disebabkan karena belum tersedianya laboratorium fisika yang maksimal. Terbukti bahwa, MTsN 5 Padang juga termasuk sebagai sekolah yang jarang melakukan kegiatan praktikum. Beberapa kendala Penyebab pendidik jarang melakukan kegiatan praktikum antara lain : 1) ketersediaan alat dan bahan

5 5 praktikum yang masih kurang di laboratorium sekolah, 2) waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka selalu tidak mencukupi. Menurut Yenti (2014: 37) melalui praktikum peserta didik akan lebih paham konsep yang akan dipelajari, terbangkitnya motivasi untuk belajar fisika, berkembang keterampilan fisika, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Dalam melakukan sebuah praktikum memerlukan adanya suatu sarana penunjang yang baik agar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu sarana penunjang yang digunakan oleh pendidik adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai lembar petunjuk percobaan. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan sarana yang dapat digunakan pendidik untuk meningkatkan keterlibatan dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bentuk soal yang membosankan juga dapat mengurangi keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. LKPD yang dikembangkan sebelumnya oleh Hidayatutsani (2015) yaitu untuk membantu peserta didik dalam memahami materi gelombang, getaran, dan gelombang api. Pengembangan LKPD menggunakan pendekatan interaksi-interkoneksi dengan alqur an menggunakan model informatif yang dapat digunakan sebagai bahan ajar. Selanjutnya Muchlisoh (2014) dalam penelitiannya mengembangkan LKPD yang memuat kegiatan percobaan, kegiatan diskusi, informasi pendukung serta tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Pada LKPD ini hanya memuat materi energi dalam sistem kehidupan untuk peserta didik

6 6 SMP kelas VII. Adapun keterbatasan penelitian dari kedua peneliti ini yaitu pengembangan LKPD yang hanya memuat satu materi saja dan belum mencakup materi selama satu semester. Penyusunan LKPD harus memenuhi beberapa komponen, yaitu: topik yang dibahas, waktu yang tersedia, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, rangkaian materi, alat dan bahan pelajaran yang digunakan, prosedur kegiatan, dan pertanyaan yang harus dikerjakan setelah melaksanakan kegiatan (Nurichah, 2012:45). Senada dengan hal itu, Depdiknas (2004), menjelaskan bahwa dalam menyusun LKPD harus memenuhi syarat-syarat didaktik, konstruksi, teknik serta keterandalan dan kesahihan. Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat universal, artinya dapat digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau yang pandai. LKPD lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep. Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKPD. Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKPD. LKPD berbasis Praktikum yang akan peneliti kembangkan diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran IPA salah satu cabangnya yaitu pembelajaran fisika. LKPD ini berisi tentang bagaimana prosedur percobaan praktikum dengan menggunakan alat-alat yang sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dari peserta didik. LKPD yang dikembangkan dapat

7 7 digunakan sebagai sumber belajar untuk peserta didik di MTsN 5 Padang kelas VIII semester II. LKPD yang dikembangkan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) pada pembelajaran MTsN kelas VIII semester II yang berlaku sesuai dengan kurikulum Kemudian di LKPD bukan hanya berisi tentang prosedur percobaan tetapi juga dilengkapi dengan latihan-latihan dari percobaan-percobaan yang sederhana. Dimana peserta didik dapat menemukan sendiri faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan yang akan dibahas. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang; Pengembangan LKPD Berbasis Praktikum Pada pembelajaran fisika Di MTsN 5 Padang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika kurang berjalan dengan baik yang disebabkan karena alat dan bahan di laboratorium sekolah yang kurang memadai dan waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka selalu tidak mencukupi. 2. LKPD yang digunakan dari satu penerbit berisi soal-soal hitungan belum berupa petunjuk pelaksanaan percobaan-percobaan yang sederhana dan belum berupa LKPD berbasis praktikum, sehingga alat dan bahan yang digunakan masih kurang tersedia disekolah.

8 8 3. LKPD yang digunakan disekolah tidak terlalu maksimal digunakan karena pendidik menjelaskan materi pelajaran hanya bersumber pada bahan ajar buku. Dimana LKPD digunakan pada saat ingin mengerjakan latihan hitungan-hitungan saja. 4. LKPD yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya hanya mengembangkan LKPD pada satu materi saja belum mencakup materi selama satu semester. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini difokuskan pada poin 2, 3, dan 4. Batasan penelitian pada penelitian dan pengembangan LKPD berbasis praktikum pada materi tekanan zat cair, bunyi, dan cahaya kelas VIII semester II MTsN 5 Padang adalah sebagai berikut: 1. Materi pelajaran dalam LKPD berbasis praktikum yang akan dikembangkan hanya menyangkut materi tekanan zat cair, bunyi dan cahaya. 2. LKPD berbasis praktikum yang akan dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana desain LKPD berbasis praktikum pada pembelajaran fisika?

9 9 2. Apakah kualitas LKPD berbasis praktikum pada pembelajaran fisika valid, praktis, dan efektif? E. Tujuan Pengembangan Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut : 1. Menghasilkan produk pengembangan LKPD berbasis praktikum pada pembelajaran fisika 2. Menghasilkan LKPD berbasis praktikum pada pembelajaran fisika dengan kualitas produk yang valid, praktis, dan efektif F. Manfaat Pengembangan Dengan adanya LKPD berbasis praktikum diharapkan bermanfaat bagi: 1. Peneliti: diperolehnya LKPD berbasis praktikum yang menarik, kreatif dan inovatif. 2. Pendidik: penelitian ini berguna dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar didalam kelas. 3. Kepala sekolah: dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu pemicu dalam perkembangan pendidikan di sekolah. 4. Umum: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.

10 10 G. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar LKPD berbasis praktikum. Pengembangan LKPD berbasis praktikum ini dikembangkan pada materi fisika selama 1 semester kelas VIII semester II. Bahan ajar fisika yang hendak dikembangkan difungsikan sebagai bahan ajar yang dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi fisika. Selain itu, langkah-langkah praktikum dalam LKPD ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami peserta didik dan juga menggunakan alat dan bahan percobaan yang sederhana. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah : a. Alat dan bahan praktikum yang terbatas. Sehingga kegiatan praktikum jarang dilakukan di sekolah. b. LKPD hanya bersumber dari satu penerbit dan digunakan hanya pada saat mengerjakan latihan soal-soal hitungan saja c. Materi yang dikembangkan dalam LKPD berbasis praktikum sesuai dengan KI dan KD berdasarkan kurikulum yang berlaku secara Nasional yaitu Kurikulum 2013 revisi Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini, uji praktikalitas skala besar hanya dilaksanakan pada 1 kelas saja, dan belum dapat dilakukan ke seluruh kelas pada kelas VIII MTsN 5 Padang. Pada tahap penyebaran

11 11 (disseminate) hanya dilaksanakan pada 1 kelas di 1 madrasah saja, belum sampai ke madrasah atau sekolah lainnya. Uji efektifitas dilaksanakan pada tahap penyebaran (disseminate) di kelas uji praktikalitas skala besar. 3. Defenisi Istilah a. Pengembangan produk adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. b. Produk yang dikembangkan meliputi bahan ajar LKPD berbasis praktikum yang digunakan sebagai bahan ajar oleh pendidik. c. Validasi produk adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu produk dapat digunakan. Validasi produk terdiri dari validasi isi, validasi konstruksi, dan validasi bahasa. d. Praktikalitas produk adalah keterlaksanaan produk yang dikembangkan dari segi materi dan kemudahan dalam penggunaan bahan ajar pembelajaran. e. Efektifitas penggunaan LKPD berbasis praktikum adalah tingkat keberhasilan penggunaan suatu produk yang dilihat dari angket efektifitas dalam penggunaannya.