BAB I PENDAHULUAN. Sembilan warga Australia ditangkap pada tanggal 17 April 2005 di bandar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sembilan warga Australia ditangkap pada tanggal 17 April 2005 di bandar"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sembilan warga Australia ditangkap pada tanggal 17 April 2005 di bandar udara (bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Indonesia dengan tuduhan berupaya menyelundupkan lebih dari 8 kilogram heroin ke luar dari Indonesia, yakni dari Bali menuju Australia. 1 Martin Eric Stephens, Renae Lawrence, Scott Anthony Rush, dan Michael William Czuga ditangkap di bandara tersebut dengan mengikat sejumlah paket heroin ke tubuh mereka. 2 Scott Anthony Rush membawa heroin seberat 888 gram yang dililitkan dengan plester warna cokelat dan stagen warna cokelat muda yang berlapiskan kain warna biru merek Futoro yang ditempelkan pada pinggang bagian belakang, heroin seberat 414,37 gram pada paha kaki kanan dan heroin seberat 389,90 gram pada paha kaki kiri. 3 Pelaku lainnya, Renae Lawrence membawa heroin seberat 809,84 gram yang dibungkus plastik bening dililit perban putih dan heroin seberat 1450,90 gram yang dibungkus dalam empat bungkus plastik bening bertuliskan Food Saver Rolls By Tillia ditaburi serbuk merica dililit isolasi warna bening. 4 Selanjutnya, Martin Eric Stephens membawa heroin seberat 956,59 gram yang dibungkus plastik bening dililit perban putih dan heroin seberat 798,09 gram yang 1 Kompas TV, Ini Kronologi Kasus Narkoba Kelompok Bali Nine, URL: ali.nine. Diakses Tanggal 16 Januari Ibid. 3 Putusan Mahkamah Agung No. 37 PK/Pid.Sus/2011 Mengenai Peninjauan Kembali Perkara Pidana Atas Nama Terpidana Andrew Chan. 4 Putusan Mahkamah Agung Nomor : 28 PK/Pid.Sus/2011 Mengenai Peninjauan Kembali Perkara Pidana Atas Nama Terpidana Scott Anthony Rush. 1

2 2 dibungkus dalam dua bungkus plastik bening bertuliskan Food Saver Rolls By Tillia, pelaku lainnya bernama Michael William Czuga saat tertangkap membawa dua kantong plastik heroin seberat 334, 26 gram yang dimasukkan di dalam tas gendong miliknya. 5 Sementara itu, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ditangkap di bandara yang sama karena dianggap terkait dengan tujuh warga yang ditangkap. 6 Andrew Chan membawa heroin seberat 807,27 gram yang dibungkus plastik bening dililit perban putih dan heroin seberat 1361,70 gram yang dibungkus dalam empat bungkus plastik bening bertuliskan Food Saver Rolls by Tillia ditaburi serbuk merica dililit isolasi warna bening, sedangkan Myuran Sukumaran membawa tiga bungkus plastik yang berisi heroin seberat 888 gram dililit plester warna coklat dan stagen warna coklat berlapis kain biru merk Futoro dan heroin seberat 804,27 gram yang dililit plester warna coklat. 7 Tiga pelaku lainnya, Si Yi Chen, Tan Duc Thanh Nguyen, dan Matthew James Norman ditangkap di Hotel Melasti dekat Pantai Kuta, atas kepemilikan 334,26 gram heroin yang ditemukan di dalam tas koper warna cokelat. 8 Tas tersebut berisi satu tas gendong warna biru kombinasi hitam yang di dalamnya berisi satu bungkus kertas koran yang berisi 2 buah kantong plastik heroin tersebut dan satu kantong plastik berisi serbuk merica warna cokelat. 9 Pada tanggal 13 Februari 2006, berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar, Renae Lawrence dan Scott Anthony Rush dijatuhi hukuman penjara 5 Ibid. 6 Kompas TV, Loc.cit. 7 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 28 PK/Pid.Sus/2011 Mengenai Peninjauan Kembali Perkara Pidana Atas Nama Terpidana Scott Anthony Rush. 8 Kompas TV, Loc.cit. 9 Ibid.

3 3 seumur hidup. Hakim mengatakan, tidak ada bukti untuk mendukung klaim bahwa mereka telah dipaksa membawa obat-obatan dengan ancaman anggota keluarga mereka akan dibunuh. 10 Pada tanggal 14 Februari 2006, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dinyatakan bersalah dengan ancaman hukuman mati karena mereka dianggap telah menyediakan uang, tiket pesawat, dan hotel kepada para penyelundup. 11 Sementara itu, Michael William Czugaj dan Martin Eric Stephens dihukum penjara seumur hidup. Keesokan harinya, pada tanggal 15 Februari 2006, Matthew James Norman, Si Yi Chen, dan Tan Duc Thanh Nguyen diputuskan bersalah dengan hukuman penjara seumur hidup. 12 Pada tanggal 6 September 2006, hukuman bagi Scott Anthony Rush, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen, dan Matthew James Norman diperberat menjadi hukuman mati setelah sebelumnya mereka mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi untuk mendapat hukuman yang lebih ringan. 13 Sementara itu, hukuman bagi Michael William Czugaj, Renae Lawrence, dan Martin Eric Stephens tetap mendapat hukuman penjara seumur hidup dan hukuman mati bagi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran tidak berubah setelah Pengadilan Tinggi Denpasar menolak permohonan banding keduanya. 14 Mereka juga sempat mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung RI, namun permohonan kasasi mereka ditolak. Merasa tidak puas dengan penolakan permohonan kasasi yang mereka 10 Lihat Republika.co.id, 2015, Jalan Panjang Dua Anggota Bali Nine Menuju Eksekusi Mati, URL: Diakses tanggal 22 Januari Ibid. 12 Ibid. 13 Lihat CNN Indonesia, 2015, Kronologi Kasus Narkotika yang Menjerat Duo Bali Nine, URL: Diakses tanggal 22 Januari Ibid.

4 4 ajukan, maka mereka mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung RI sekitar bulan Januari Sehingga, pada tanggal 6 Maret 2008 Mahkamah Agung memutuskan untuk mengurangi hukuman mati bagi Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen, Matthew James Norman dan Scott Anthony Rush menjadi penjara seumur hidup, Sedangkan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran tetap dijatuhi hukuman mati. 15 Bali Nine adalah sebutan yang diberikan media massa kepada sembilan orang Australia yang ditangkap pada tanggal 17 April 2005 di Bali, Indonesia dalam usaha menyelundupkan heroin seberat 8,2 kg dari Indonesia ke Australia. 16 Dua diantara sembilan orang pelaku kasus narkoba tersebut yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dijatuhi hukuman mati. 17 Penjatuhan hukuman mati terhadap dua terdakwa kasus Bali Nine ternyata menimbulkan reaksi dari masyarakat internasional khususnya pemerintah dan rakyat Australia. Pemerintah Australia melalui Perdana Menteri (PM) Jhon Howard ketika itu menentang keras pidana mati dan berkali-kali meminta tidak diterapkannya hukuman mati pada sembilan terdakwa Warga Negara Australia tersebut. 18 Sayangnya permintaan pemerintah Australia tak mempengaruhi hakim Indonesia yang memutuskan untuk tetap menjatuhkan hukuman mati kepada dua orang terdakwa tersebut, yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran Ibid. 16 Lihat CNN Indonesia, Loc.Cit. 17 Ibid. 18 Kompasiana, 2015, Mengungkap Ulang Kasus Bali Nine, URL: Diakses tanggal 22 Januari Ibid.

5 5 Pada tanggal 29 April 2015, eksekusi mati dilakukan terhadap dua terpidana mati kasus Bali Nine yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran beserta 7 terpidana kasus narkoba lainnya di Lapangan Limus Buntu Nusa Kambangan. 20 Setelah penjatuhan hukuman mati tersebut, masyarakat Australia merasa marah dengan sikap keras kepala Presiden Joko Widodo menghukum mati terpidana narkoba, namun tetap menolak memberi pengampunan meski terpidana sudah memohon berulang kali. 21 Kemarahan publik Australia diwujudkan dengan menggulirkan wacana menghentikan pemberian dana bantuan kepada Indonesia. 22 Di samping itu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott juga memastikan Australia segera menarik Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia di Jakarta. 23 Tony Abbott juga mengatakan bahwa Australia menganggap hubungan bilateral Indonesia-Australia sebagai hal yang sangat penting, namun peristiwa ini telah merusak hubungan itu. 24 Penjatuhan hukuman mati merupakan sebuah kontroversi yang terjadi di dalam masyarakat. Kontroversi pidana mati juga sering dikaitkan dengan persoalan hak asasi manusia (HAM). 25 Pelaksanaan hukuman mati dituding sebagai tindakan pelanggaran HAM, khususnya hak untuk hidup yang tidak bisa 20 Republika.co.id, 2015, Suasana Haru Iringi Proses Eksekusi Mati Terpidana Kasus Narkoba, URL: Diakses tanggal 22 Januari Angga Yudha Pratomo, Australia ancam setop dana bantuan, Indonesia tidak miskin banget, URL: Diakses Tanggal 16 Januari Ibid. 23 Pamela Sarnia, Bali Nine Dieksekusi, Australia Tarik Dubes, URL: Diakses Tanggal 16 Januari Ibid. 25 Abdurrasyid Ridha, Kontroversi Hukuman Mati di Indonesia, URL: Diakses Tanggal 12 Januari 2016, h. 1.

6 6 dicabut oleh siapa pun kecuali Tuhan, sedangkan pihak lain mengatakan hukuman mati patut dilakukan bagi mereka yang melakukan kejahatan besar. 26 Menurut mereka, pemberian sanksi hukum bertujuan untuk membalaskan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang. 27 Amnesty International mencatat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, jumlah negara yang menggunakan hukuman mati menurun dari 37 negara di tahun 1994 menjadi 22 negara di tahun Indonesia merupakan salah satu negara yang saat ini masih mempergunakan hukuman mati baik yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) maupun ketentuan-ketentuan di luar KUHP. Berdasarkan KUHP, ada sembilan jenis kejahatan yang diancam pidana mati, yaitu Pasal 104, Pasal 111 ayat (2), Pasal 124 ayat (3), Pasal 124 bis, Pasal 140 ayat (3), Pasal 340, Pasal 365 ayat (4), Pasal 444, dan Pasal 149 K ayat (2) & Pasal 149 O ayat (2). 29 Sementara itu, ketentuan-ketentuan di luar KUHP yang juga mengatur tentang kejahatan yang diancam dengan tindak pidana mati, di antaranya adalah tindak pidana narkotika, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana terorisme. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas legalitas penjatuhan suatu hukuman mati terhadap tindak pidana narkotika dilihat dari perspektif Hukum Internasional dalam karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul LEGALITAS PENJATUHAN EKSEKUSI MATI DALAM KASUS BALI NINE DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL 26 Lihat Sekapur Sirih, 2007, Praktek Hukuman Mati Di Indonesia, Badan Pekerja Kontras, Jakarta, h Ibid. 28 ANTARA News, 2015, Negara-Negara Penganut Hukuman Mati, URL: Diakses tanggal 22 Januari R. Soesilo, 1960, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, h. 140

7 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis mengangkat dua permasalahan yang penting untuk dibahas secara lebih lanjut. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang menjadi dasar hukum penjatuhan hukuman mati dalam kasus Bali Nine? 2. Bagaimanakah legalitas penjatuhan hukuman mati dalam kasus Bali Nine dilihat dari perspektif Hukum Internasional? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Secara umum akan diuraikan mengenai sejarah penjatuhan eksekusi mati dan perbuatan-perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman mati. 2. Secara umum akan diuraikan mengenai kasus Bali Nine dan pengaturan hukum internasional tehadap penjatuhan eksekusi mati serta legalitas penjatuhan eksekusi mati dalam kasus Bali Nine dari perspektif Hukum Internasional. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain: a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah :

8 8 1. Melatih kemampuan berpikir dengan membuat karya ilmiah berupa skripsi. 2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. 3. Mengembangkan keilmuan hukum khususnya dalam bidang Hukum Internasional b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Menganalisis dasar hukum penjatuhan hukuman mati dalam kasus Bali Nine. 2. Menganalisis legalitas penjatuhan eksekusi mati dalam kasus Bali Nine dari perspektif Hukum Internasional. 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan hukum internasional terutama mengenai legalitas penjatuhan suatu hukuman mati terutama terhadap warga negara asing. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang di dapat dari penelitian ini antara lain:

9 9 1. Bagi Kementerian Luar Negeri, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmiah mengenai isu batasan perlindungan yang dapat diberikan kepada warga negara asing. 2. Bagi Kementerian Hukum dan HAM, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai legalitas daripada penjatuhan hukuman mati dikaitkan dengan HAM dari perspektif Hukum Internasional. 3. Bagi praktisi-praktisi hukum baik hakim maupun jaksa, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait pemberian penjatuhan hukuman mati terhadap pelaku kejahatan narkotika terutama bagi warga negara asing. 1.6 Landasan Teoritis a. Teori Mengikatnya Hukum Internasional 1. Prinsip Pacta Sunt Servanda Pacta Sunt Servanda merupakan asas yang pertama kali diperkenalkan oleh Grotius yang menekankan pada kewajiban para pihak untuk menaati isi perjanjian. 30 Pasal 26 Konvensi Wina 1969 secara eksplisit menegaskan asas pacta sunt servanda dengan rumusan sebagai berikut: Every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good faith. 31 Secara lebih konkrit, asas ini sesungguhnya diwujudkan dalam praktek pelaksanaan perjanjian tersebut, antara lain para pihak harus melaksanakan 30 I Wayan Parthiana, 2005, Hukum Perjanjian Internasional Bagian 2, Penerbit Bandar Maju, Bandung, h Ibid.

10 10 ketetuan perjanjian sesuai dengan isi, jiwa, maksud, dan tujuan perjanjian itu sendiri; menghormati hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari masing-masing pihak maupun pihak ketiga yang mungkin diberikan hak dan/atau dibebani kewajiban (kalau ada) dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menghambat usaha-usaha mencapai maksud dan tujuan perjanjian itu sendiri, baik sebelum perjanjian itu mulai berlaku atau ketika para pihak masih dalam proses penantian akan mulai berlakunya perjanjian (sebelum perjanjian itu mulai berlaku sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 Konvensi Wina 1969) maupun setelah mulai berlakunya Teori Common Consent Teori positivisme dari Hans Kelsen menyebutkan adanya persetujuan negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah-kaidah atau norma hukum internasional yang terdiri dari teori common consent. 33 Menurut teori tersebut dasar mengikat hukum internasional adalah persetujuan bersama dari negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah-kaidah hukum internasional. 34 Jika pada suatu waktu ada satu atau beberapa negara tidak lagi bersedia untuk tunduk dan terikat pada hukum internasional, dan bermaksud untuk menarik diri, maka negara itu tidak dapat menarik diri secara sepihak, melainkan harus mendapat persetujuan bersama dari negara-negara lainnya Ibid., h Negara Hukum.com, 2012, Daya Mengikat Hukum Internasional, URL: diakses pada tanggal 20 September Ibid. 35 Ibid.

11 11 b. Teori Kedaulatan Negara Kedaulatan (sovereignty), sering diartikan sebagai kekuasaan tertinggi, merupakan kekuasaan penuh dan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wilayahnya tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain. 36 Teori kedaulatan ini, pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin ( ) yang mendefinisikan bahwa kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warganegara dan rakyat tanpa suatu pembatasan undang-undang. 37 Grotius ( ) juga berpendapat bahwa kedaulatan merupakan salah satu unsur yang penting dari suatu negara. 38 Kedua pelopor kedaulatan tersebut, pada akhirnya melahirkan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar. 39 Kedaulatan ke dalam (interne souverniteit) adalah kekuasaan negara itu ditaati dan dapat memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya, sedangkan kedaulatan ke luar (externe souverniteit) adalah kekuasaan negara itu mampu mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar dan sanggup mengadakan hubungan dengan luar negeri. 40 Kedaulatan dalam hubungannya dengan hukum internasional, sesungguhnya tidak akan lepas dari yang namanya yurisdiksi. Yurisdiksi merupakan refleksi dari prinsip dasar kedaulatan negara, kedaulatan negara tidak 36 Moh Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 2000, Ilmu Negara (Edisi Revisi), Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta, h Ibid. 38 Ibid. 39 Negara Hukum.com, 2011, Teori Kedaulatan, URL: diakses pada tanggal 20 November Ibid.

12 12 akan diakui apabila negara tersebut tidak memiliki yurisdiksi. 41 Menurut Huala Adolf, yurisdiksi adalah kewenangan atau kekuasaan hukum negara terhadap orang, benda, atau peristiwa (hukum). 42 Yurisdiksi menyebabkan suatu negara mempunyai hak terhadap seseorang, benda, maupun peristiwa hukum yang ada dalam suatu negara ataupun yang ada di luar negara tersebut. 43 c. Teori Transformasi Pengikut ajaran positivisme mengakui bahwa peraturan ketentuanketentuan hukum internasional untuk dapat berlaku sebagai norma hukum nasional harus melalui proses transformasi atau alih bentuk baik secara formal ataupun substansial. 44 Secara formal artinya mengikuti bentuk peraturan yang sesuai dengan perundang-undangan nasional negara yang bersangkutan, sedangkan secara substansial artinya materi dari peraturan hukum Internasional itu harus sesuai dengan materi peraturan hukum nasional yang bersangkutan. 45 Pengikut ajaran ini menyatakan tanpa tranformasi tidak mungkin hukum perjanjian internasional dapat diberlakukan dalam hukum Nasional. Hal ini disebabkan perbedaan karakter dimana Hukum Internasional didasarkan pada persetujuan negara sedangkan hukum Nasional bukan didasarkan pada persetujuan negara. 46 Oleh karena itu, suatu negara yang telah meratifikasi suatu 41 Mirza Satria Buana, 2007, Hukum Internasional Teori dan Praktek, Penerbit: Nusamedia, Bandung, h Ibid, h Lihat Ibid. 44 Lihat Dwi Arianto Rukmana, 2012, Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional, URL: diakses tanggal 20 November Ibid. 46 Ibid.

13 13 perjanjian internasional dan juga telah mengundangkan ke dalam hukum nasionalnya, serta dalam beberapa hal juga telah menjabarkan atau mentransformasikan ke dalam hukum nasionalnya sendiri, maka dalam pelaksanaannya di dalam wilayahnya juga akan berhadapan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan nasionalnya yang lain. 47 d. Teori Universalitas Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada martabat manusia yang melekat padanya sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti HAM merupakan hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya. 48 Teori universalitas HAM adalah teori yang berpegang pada teori radikal universalitas HAM, yaitu bahwa perbedaan kebudayaan bukan berarti membenarkan perbedaan konsepsi HAM, perbedaan pengalaman historis dan sistem nilai tidak menghapuskan HAM dipahami secara berbeda dan diterapkan secara berbeda pula dari suatu kelompok ke kelompok lain. Menurut teori universalitas semua nilai temasuk nilai-nilai HAM adalah bersifat universal dan tidak dapat dimodifikasi untuk menyesuaikan perbedaan budaya dan sejarah suatu negara. 49 Teori ini menganggap hanya ada satu pemahaman mengenai HAM, bahwa nilai-nilai HAM sama dimanapun dan kapanpun serta dapat diterapkan pada masyarakat yang mempunyai latar belakang 47 I Wayan Parthiana, 2005, Op.Cit, h Ramdlon Naning, 1983, Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia Penunjang Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, h Subhan Sofhian dan Asep Sahid Gantara, dikutip dari Aldo Rico Geraldi, 2014, Penyiksaan Falun Gong Oleh Pemerintah Republik Rakyat China Terkait Ketentuan Konvensi Anti Penyiksaan Tahun 1984 Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana, h. 13.

14 14 budaya dan sejarah yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai HAM berlaku secara universal Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya mengenai penelitian hukum normatif, adalah: 51 suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. Penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 52 Soerjono Soekanto juga menyatakan, bahwa penelitian hukum normatif terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum. 53 Maka dari itu, penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif. 50 Muhamad, Abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Peter Mahmud Marzuki dalam Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normative & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 34, dikutip dari Aldo Rico Geraldi, Op.Cit, h Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 14, dikutip dari Aldo Rico Geraldi, Op.Cit, h. 17.

15 15 b. Jenis pendekatan Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yang dalam hal ini menganalisis keberlakuan instrumen internasional yang terkait, pendekatan sejarah (historical approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan fakta (fact Approach). Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) adalah metode penelitian dengan menelaah semua undang-undang, memahami hirarki dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan. 54 Dalam penulisan ini, penulis mengkaji baik peraturan perundang-undangan Indonesia maupun perjanjian internasional yang relevan. Pendekatan kasus (case approach) adalah pengkajian yang penulis lakukan dari melihat peristiwa hukum dari kasus yang terjadi, yang dalam hal ini penulis mengkaji kasus Bali Nine yang diadili oleh Pengadilan Negeri Denpasar, Pengadilan Tinggi Denpasar dan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pendekatan fakta ( fact Approach) adalah pengkajian yang dilakukan oleh penulis terkait suatu peristiwa hukum yang berkaitan dengan kasus yang diangkat, sedangkan pendekatan sejarah digunakan berhubungan dengan sejarah penjatuhan hukuman mati di Indonesia. 55 c. Bahan Hukum terdiri dari: Dalam tulisan ini, penulis menggunakan sumber-sumber hukum yang 54 Lihat Abdul Kadir Muhamad, Op.Cit, h Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. ke II Ghia Indo, Jakarta, h. 25

16 16 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum, terdiri atas asas peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau putusan pengadilan, peraturan dasar dan perjanjian internasional. 56 Menurut Peter Mahmud Marzuki bahan hukum primer ini bersifat otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk itu. 57 Adapun sejumlah bahan hukum primer, yang berasal dari peraturan perundang-undangan serta instrumen internasional yang berkaitan dan digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain : - The Universal Declaration of Human Rights (UDHR) International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti rancangan peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar, pamflet, brosur, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat di media massa dan berita di internet. 58 Terkait skripsi ini maka digunakan sumber dari kepustakaan seperti buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa maupun berita di 56 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, h Ibid. 58 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, h. 47.

17 17 internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu mengenai penjatuhan suatu hukuman mati dalam kasus Bali Nine. 3. Bahan hukum tersier menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan bahan non hukum yang digunakan untuk menjelaskan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan lain-lain. 59 Terkait penulisan skripsi ini, penulis menggunakan kamus hukum di dalam menerjemahkan kalimat-kalimat hukum yang susah dimengerti. d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan adalah teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara membaca dan mencatat kembali bahan hukum tersebut yang kemudian dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini. 60 Untuk menunjang penulisan skripsi ini pengumpulan bahan-bahan hukum diperoleh melalui : 1. Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan nasional Indonesia dan instrumen internasional yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum 59 Ibid. 60 Ibid

18 18 yang termuat dalam media massa maupun berita di internet yang terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam skripsi ini. 3. Pengumpulan bahan hukum tersier dilakukan dengan menggunakan kamus hukum. e. Teknik Analisis Teknik analisis adalah pemaparan secara mendetail dari keteranganketerangan yang didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis. 61 Dalam penulisan ini, penulis menganalisis legalitas penjatuhan hukuman mati dari perspektif Hukum Internasional. 61 Ibid.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S AN No. 38 PK/PID.SUS/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana khusus dalam peninjauan kembali telah memutuskan

Lebih terperinci

BAB III DIREKTORI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA. P U T U S AN No. 38 PK/PID.SUS/2011 A. Tentang Mahkama Agung Republik Indonesia

BAB III DIREKTORI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA. P U T U S AN No. 38 PK/PID.SUS/2011 A. Tentang Mahkama Agung Republik Indonesia BAB III DIREKTORI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA P U T U S AN No. 38 PK/PID.SUS/2011 A. Tentang Mahkama Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung adalah sebuah lembaga Negara yang berwenang mengadili

Lebih terperinci

BAB III. SANKSI HUKUM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN NARKOTIKA GOLONGAN 1 DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 37 PK/Pid.Sus/2011

BAB III. SANKSI HUKUM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN NARKOTIKA GOLONGAN 1 DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 37 PK/Pid.Sus/2011 BAB III SANKSI HUKUM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN NARKOTIKA GOLONGAN 1 DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 37 PK/Pid.Sus/2011 A. Deskripsi Kasus Sanksi Tindak Pidana Perdagangan Narkotika Golongan 1 dalam Putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil menghasilkan Konvensi tentang Hukum Laut Internasional/ The United Nations Convention on

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan Penelitian yang ada dalam skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu negara yang berdasar atas hukum bukan berdasarkan kepada kekuasaan semata. Hal tersebut dipertegas di dalam Konstitusi

Lebih terperinci

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI WILAYAH CIKEUSIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK- HAK SIPIL DAN POLITIK Oleh: I Made Juli Untung Pratama I Gede Pasek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) yang utama adalah hak atas kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk sebagai pengganti Liga Bangsa Bangsa selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk juga metode dalam sebuah penelitian. Menurut Peter R. Senn, 1 metode merupakan suatu prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak kejahatan narkotika. Hal tersebut dapat dilihat dengan dibentuknya Undangundang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajuan permohonan perkara praperadilan tentang tidak sahnya penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam sidang praperadilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Hukum pidana tidak hanya bertujuan untuk memberikan pidana atau nestapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini memiliki hukum positif untuk memelihara dan mempertahankan keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi setiap warga negaranya atau orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara-negara antara Negara dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh bahan penulisan skripsi ini, maka penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID Oleh : Aldo Rico Geraldi Ni Luh Gede Astariyani Dosen Bagian Hukum Tata Negara ABSTRACT This writing aims to explain the procedure

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 Oleh: Titik Juniati Ismaniar Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mengedepankan hukum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat 3 sebagai tujuan utama mengatur negara.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA Oleh: Ida Ayu Karina Diantari Putu Tuni Cakabawa Landra Made Maharta Yasa Program Kekhususan Hukum Internasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah 38 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah secara yuridis normatif, yaitu dengan cara melihat dan menelaah perbandingan asas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan pada data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan suatu dimensi baru dalam hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI TERKAIT KEJAHATAN NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

HUKUMAN MATI TERKAIT KEJAHATAN NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL HUKUMAN MATI TERKAIT KEJAHATAN NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL I Komang Gede Arimbawa I Made Pasek Diantha A.A. Sri Utari Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Adapun pencarian bahan di

BAB III METODE PENELITIAN. hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Adapun pencarian bahan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Meskipun menuai banyak protes dari berbagai negara karena bisa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Meskipun menuai banyak protes dari berbagai negara karena bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini sedang menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya eksekusi terhadap warga negara asing yang masuk dalam deretan terpidana mati telah dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia didalam menemukan kemerdekaan, keadilan dan perdamaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemisahan Timor Timur dari wilayah Republik Indonesia merupakan hal yang terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di kalangan masyarakat. Konsumen minuman keras tidak hanya orang dewasa melainkan juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, artinya penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN Skripsi sebagai salah satu bentuk dari penulisan karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menempuh S1, diperlukan suatu metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina 1 TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA Jacklyn Fiorentina (Pembimbing I) (Pembimbing II) I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Progam Kekhususan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila yang dimana dalam sila pertama disebutkan KeTuhanan Yang Maha Esa, hal ini berarti bahwa Negara

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas I. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ), antara lain menggariskan beberapa ciri khas dari negara hukum, yakni :

I. PENDAHULUAN ), antara lain menggariskan beberapa ciri khas dari negara hukum, yakni : I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) menentukan secara tegas, bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum (Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pencurian sering terjadi dalam lingkup masyarakat, yang kadang menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Tindak pidana pencurian dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan terganggunya ketertiban dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA Oleh: Ni Made Dwita Setyana Warapsari I Wayan Parsa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL oleh Made Putri Saraswati A.A. Gede Oka Parwata Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Ne bis in idem principle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling mulia yang mempunyai harkat dan martabat yang melekat didalam diri setiap manusia yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi

Lebih terperinci

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Oleh: Made Arik Tamaja I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Hukum

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Anak adalah masa depan suatu bangsa sebagai tunas dan potensi yang mempunyai peran untuk menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anaklah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan gejala Masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law research), yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai anak, maka tidak akan ada hentinya dengan berbagai permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah memang belum dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan manusia. Salah satu unsur yang menyebabkan adanya perubahan dan perkembangan hukum adalah adanya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh 37 III. METODE PENELITIAN Penelitian adalah suatu metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 1945).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Sifat, Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Hal yang cukup penting dalam penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah adalah proses analisa yang meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang (statute approach) yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan

Lebih terperinci