BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan. terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan. terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan a. Pembelajaran Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terusmenerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar. Sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar. Menurut Syaiful Sagala (2013:61) pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:157) pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Zainal Arifin(2011:10) pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku 11

2 tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, kompetensi, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik di kelas maupun luar kelas untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Menurut Asep dan Abdul (2012:13-14) mengemukakan rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik. 2) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa. 3) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. 4) Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat(life long contiuning education). Berdasarkan penjelasan diatas, komponen pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat alat atau cara dari berbagai proses yang kemudian menjadi satu kesatuan yang utuh dalam sebuah pembelajaran demi tercapainya suatu tujuan diantaranya, peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media pembelajaran, dan evaluasi. Oleh 12

3 karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada apa yang dipelajari siswa. Dengan demikian perlu diperhatikan bagaimana cara mengorganisasi sebuah pembelajaran agar dapat dirancang dan direncanakan secara optimal untuk memenuhi harapan dan tujuan. b. Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana yang ditengaskan dalam penjelasan Pasal 15 Sisdiknas N0.20 Tahun 2003 yang merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) dalam (Oemar H.Malik,2003:94) bahwa: Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaankebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan.sementara Slamet ( tanggal 07/02/2015), menyatakan: Pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan menurut Sisdiknas N0.20 Tahun 2003 antara lain : 1) Tujuan umum a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peseta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. 13

4 b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memililki potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. 2) Tujuan khusus a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industi sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dan program keahlian yang dipilih. b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi dilingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan progam keahlian yang dipilih. 14

5 Dengan demikian, secara esensial dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di sekolah menengah kejuruan memungkinkan untuk keterlaksanaan pembekalan keterampilan pada para siswa. Keterampilan inilah yang membedakan utama dengan sekolah menengah umum. Kenyataannya, lulusan sekolah menengah kejuruan lebih siap di dunia kerja dibandingkan lulusan sekolah umum. 2. Kompetensi Pola Dasar di SMK a. Kompetensi Keahlian Busana Butik Kompetensi diartikan sebagai kecapakan yang memadahi untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan (suhaenah Suparno,2001:27). Menurut Hamzah (2007:78) kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Sedangkan menurut Robert A. Roe (2001:73) kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran atau pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk membangun kinerja yang didasarkan pada pengalaman serta pembelajaran yang dilakukan. Profil kompetensi lulusan SMK terdiri dari kompetensi umum, dan kompetensi kejuruan. Masing-masing telah mengacu pada tujuan pendidikan nasional, sedangkan kompetensi kejuruan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja 15

6 Nasional Indonesia (SKKNI). Setiap keahlian mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik bekerja dalam bidang tertentu yang sudah dipilih dan digeluti selama pendidikan. SMK terbagi beberapa bidang keahlian, salah satunya adalah bidang keahlian Busana Butik.Secara khusus tujuan program keahlian busana butik adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang berkompeten. Pada bidang keahlian busana butik diperlukan target pencapaian kompetensi (TPK) untuk mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Untuk mencapai hasil target pencapaian kompetensi ini program keahlian busana butik kemudian membagi menjadi beberapa standar kompetensi (SK) yang kemudian dikerucutkan pada kompetensi dasar (KD). Berikut tabel 1 yang menjelaskan standar kompetensu dan kompetensi dasar pada bidang keahlian busana butik berdasarkan Spectrum 2009 : Tabel 1. Kompetensi Kejuruan Bidang Keahlian Busana Butik Standar Kompetensi 1) Menggambar busana (fashion drawing) 2) Pola Dasar (Pattern making) 3) Membuat busana wanita Kompetensi Dasar a) Memahami bentuk bagian-bagian busana b) Mendiskripsikan bentuk proporsi tubuh anatomi beberapa tipe tubuh manusia c) Menerapkan teknik pembuatan desain busana d) Penyelesaian pembuatan gambar busana a) Menguraikan macam-macam teknik pembuatan pola (teknik konstruksi dan teknik drapping) b) Membuat pola a) Mengelompokkan Macam-Macam Busana Wanita b) Memotong bahan c) Membuat krah wanita d) Menyelesaikan busana wanita dengan jahitan tangan e) Menghitung harga jual f) Melakukan pengepresan 16

7 4) Membuat busana pria 5) Membuat busana anak 6) Membuat busana bayi 7) Memilih bahan baku busana 8) Membuat hiasan pada busana 9) Mengawasi mutu busana a) Mengelompokkan macam-macam busana pria b) Memotong bahan c) Membuat krah pria d) Menyelesaikan busana pria dengan jahitan tangan e) Menghitung harga jual f) Melakukan pengepresan a) Mengelompokkan macam-macam busana anak b) Memotong bahan c) Membuat krah anak d) Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan e) Menghitung harga jual f) Melakukan pengepresan a) Mengelompokkan busana bayi b) Memotong bahan c) Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan d) Menghitung harga jual e) Melakukan pengepresan a) Mengidentifikasi jenis bahan utama dan bahan pelapis b) Mengidentifikasi pemeliharaan bahan tekstil c) Menentukan bahan pelengkap a) Mengidentifikasi hiasan busana b) Membuat hiasan pada kain atau bahan a) Memeriksa kualitas bahan utama b) Memeriksa kualitas bahan pelengkap c) Memeriksa mutu pola d) Memeriksa mutu potongmemeriksa hasil jahit b. Kompetensi Pola Dasar Pola busana merupakan suatu sistem dalam membuat busana yang digambar dengan benar berdasarkan ukuran badan seseorang yang diukur secara cermat baik melalui pola konstruksi, pola standar,dan pola draping(ernawati,2008:246). Sedangkan menurut Ida saraswati (2013:11) pola atau patern dalam menjahit adalah potongan kain atau kertas yang mengikuti ukuran desain kostum bentuk badan dan model tertentu sebagai contoh untuk membuat baju. Menurut Novi kurnia (2012:18) pola adalah beberapa potongan bahan(kain, kertas, karton, dan kertas mika) yang digunakan sebagai contoh membuat busana pada saat kain busana digunting berdasarkan ukuran badan pemakai. 17

8 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pola busana adalah potongan kertas untuk memotong kain sesuai dengan ukuran badan. Pola terdiri dari berbagai bagian, seperti pola badan, pola lengan, pola krah, pola rok, pola celana, yang masing-masing pola tersebut dapat dirubah sesuai model yang dikehendaki. Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana (Ernawati, 2008:246) yaitu : 1) Pola kontruksi Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan sipemakai, dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar disamping itu juga memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai. Ada beberapa macam pola konstruksi antara lain : pola sistem Dressmaking, pola sistem So-en, pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke dan lain-lain sebagainya. 2) Pola standar Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large (L), dan Extra Large (XL). Pola standar di dalam pemakaiannya kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran sipemakai. Jika sipemakai bertubuh gemuk atau kurus, harus menyesuaikan besar pola, jika sipemakai tinggi atau pendek diperlukan penyesuaian panjang pola. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini difokuskan pada pembuatan pola dasar rok secara konstruksi dengan Sistem Cuppens Geurs. Menurut Ida Saraswati (2013:76) rok adalah bagian dari pakaian yang biasa dipakai mulai dari pinggang melewati panggul sampai kebawah sesuai keinginan. Biasanya rok dipakai sebagai pasangan blus. Desain rok cukup bervariasi baik dilihat dari ukuran panjang rok maupun dari siluet rok. Menurut Novi Kurnia dan Mia Siti (2013:27) rok adalah bagian busana yang dipakai dibagian bawah dengan mengukur dari garis lingakar pinggang, lingkar panggul, tinggi panggul panjang rok, dan panjang sisi rok. Sedangkan menurut Ernawati,dkk (2008:240) rok adalah bagian pakaian yang berada 18

9 pada bagian bawah badan. Umumnya rok dibuat mulai dari pinggang sampai ke bawah sesuai dengan model yang diinginkan. Berdasarkan ukuran rok, rok dapat dikelompokkan atas rok mini, rok kini. rok midi, rok maxi dan longdress. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rok adalah berupa bagian pakaian luar yang bebas tergantung dari pinggang ke bawah dengan mengambil ukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, tinggi panggul, panjang rok, dan panjang sisi. Dibawah ini merupakan gambar pola dasar rok: Gambar 1. Pola Dasar Rok Skala 1:8 Sistem Cuppens Geurs Dalam membuat pola macam-macam rok diperlukan pola dasar rok yang kemudian dikembangkan sesuai dengan disain rok yang diinginkan. Menurut Sri Wening (1996: 47) aspek penilaian pembuatan pola terdiri atas : 1) Persiapan (kelengkapan alat dan bahan). 19

10 2) Proses (faham gambar, ketepatan ukuran, ketepatan sistem pola, merubah model). 3) Hasil (ketepatan tanda pola, gambar pola, kerapian dan kebersihan). Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini difokuskan pada pembuatan pola dasar rok secara konstruksi yang dikerjakan siswa yaitu persiapan, proses, dan hasil unjuk kerja. Adapun aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Persiapan Aspek persiapan yang dinilai adalah kelengkapan alat dan bahan. Untuk alat yaitu mesin disediakan oleh pihak sekolah, jadi peneliti menilai kelengkapan alat dan bahan sebagai berikut : Alat : a) Penggaris b) Skala c) Pensil d) Penghapus e) Pensil merah biru Bahan : a) Buku kostum/buku pola b) Kertas merah biru c) Kertas payung 2) Proses Ketepatan ukuran pola menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pembuatan pola, apabila terjadi kesalahan pengukuran maka akan berpengaruh besar pada busana yang akan dijahit. Untuk menghindari itu, 20

11 maka pada proses pembuatan pola apabila selesai perlu pengecekan pola dengan ukuran. 3) Hasil a) Kelengkapan tanda pola b) Tanda-tanda pola adalah beberapa macam garis warna yang dapat menunjukkan keterangan dan gambar pola. Macam-macam tanda pola antara lain : : Letak arah serat vertikal, atau horizontal : Potong kain serong : Garis pola asli dengan warna hitam : Garis lipatan : Garis penyelesaian : Garis merah untuk pola bagian muka : Garis biru untuk pola bagian belakang : Garis lipatan/ploi : Garis siku 90 Gambar 2. Macam-Macam Tanda Pola(Ida saraswati,2013:25-26) c) Kerapian dan kebersihan Apabila pola dibuat dengan rapi dan bersih maka dapat mudah terbaca atau lebih mudah memahami bagian-bagian pola seperti garis pola tegas, garis bantu pola. Pada hasil pembuatan pola, penilaian dilakukan pada ketepatan dan kelengkapan tanda-tanda pola, yakni sesuai dengan fungsi tanda pola. 21

12 Keluwesan bentuk pada gambar polarok yakni pada garis lengkung rok. Kebersihan serta kerapihan pola, dalam arti apabila pola dibuat dengan rapi dan bersih maka dapat mudah terbaca atau lebih mudah memahami bagianbagian pola dan memperjelas saat memotong pola sampai merader. 3. Hasil Belajar Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana, 2011:3). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Menurut Asep dan Abdul(2012:14) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif,dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil atas pencapaian belajar melalui perlakuan yang mencangkup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dilakukan dalam waktu tertentu. Menurut Nana Sudjana (2011:23-31) ada beberapa unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar yaitu : a. Tipe hasil belajar bidang kognitif. Dalam tipe hasil belajar bidang kognitif dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : 1) Tipe hasil belajar pengetahuan(knowledge). 2) Tipe hasil belajar pemahaman. 3) Tipe hasil belajar aplikasi. 22

13 4) Tipe hasil belajar analisis. 5) Tipe hasil belajar sintesis. 6) Tipe hasil belajar evaluasi. b. Tipe hasil belajar bidang afektif. Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. c. Tipe hasil belajar psikomotor. Hasil belajar psikomotor tampak pada bentuk ketrampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu (seseorang). Sedangkan menurut Agus Suprijono (2010:6) klasifikasi hasil belajar secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga ranah antara lain : a. Ranah kognitif Ranah ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai pemahaman konsep atau isi bahan pembelajaran yang telah diterimanya. Dominan kognitif antara lain:pengetahuan, ingatan, memahami, menjelaskan, contoh, menerapkan, menganalisis, mengorganisasikan, merencanakan, dan menilai. b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap, minat, nilai, dan konsep diri. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, menghargai seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, menghargai orang lain, dan lain-lain. Dominan ranah afektif meliputi: menerima, menjawab, menilai, pengorganisasian, dan pengkarakteran. c. Ranah psikomotor Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor 23

14 terdiri dari empat dominan yaitu: gerakan, manipulasi, komunikasi, dan menciptakan. Sedangkan untuk mencapai hasil belajar pada pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007:76-77), menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:120), yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil antara lain: a. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa, baik secara individu maupun kelompok. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang tampak dari hasil evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan aktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Sehingga tujuan pendidikan dalam tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang efektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), dan bidang psikomotor 24

15 (kemampuan/ketrampilan/berperilaku) dapat dicapai dengan hasil yang baik. Dan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD. Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang ingin diukur. Berikut adalah tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi menurut Muhibbin Syah (2007:151) : Tabel 2. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi a. Ranah Kognitif 1) Pengamatan 1) Dapat menunjukkan 2) Dapat membandingkan 3) Dapat menghubungkan 1) Tes lisan 2) Tes tulis 3) Observasi 2) Ingatan 1) Dapat menyebutkan 2) Dapat menunjukkan kembali 3) Pemahaman 1) Dapat menjelaskan 2) Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4) Penerapan 1) Dapat memberikan contoh 2) Dapat menggunakan secara tepat 5) Analisis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) 6) Sintetis (membuat paduan baru dan utuh) 1) Dapat menguraikan 2) Dapat mengklasifikasikan/ memilah-milah 1) Dapat menghubungkan 2) Dapat menyimpulkan 3) Dapat melealisasikan (membuat prinsip umum) 1) Tes lisan 2) Tes tulis 3) Observasi 1) Tes tulis 2) Tugas 1) Tes tulis 2) Tugas 1) Tes tulis 2) Tugas 1) Tes tulis 2) Tugas 25

16 Ranah/Jenis Indikator Prestasi b. Ranah Afektif 1) Penerimaan 1) Menunjukkan sikap menerima 2) Menunjukkan sikap menolak 2) Sambutan 1) Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2) Kesediaan memanfaatkan 3) Apresiasi (sikap 1) Menganggap penting dan menghargai) bermanfaat 2) Menganggap indah dan harmoni 4) Internalisasi (pendalaman) 5) Karakteristik (penghayatan) 1) Mengakui dan meyakini 2) Mengingkari 1) Mengakui dan meyakini 2) Mengingkari c. Ranah psikomotor 1) Keterampilan bergerak dan 1) Mengkoordinasikan gerak, mata, tangan, kaki, dan bertindak anggota tubuh lainnya. 2) Kecakapan 1) Mengucapkan ekspresi verbal 2) Membuat mimik dan gerak dan non verbal jemari Cara Evaluasi 1) Tes sikap 2) Tes tulis 3) Observasi 1) Tes sikap 2) Tugas 3) Observasi 1) Tes sikap 2) Tugas 3) Observasi 1) Tes sikap 2) Tugas 3) Observasi 1) Tes lisan 2) Tes tulis 3) Observasi 1) Observasi 2) Tes tindakan 1) Observasi 2) Tes lisan Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa cara mengevaluasi dipengaruhi oleh indikator dan ranahnya. Misalnya pada ranah kognitif, jika ingin mengetahui kemampuan siswa dalam pengamatan, indikator dapat menunjukkan dengan evaluasi lisan, sedangkan untuk menilai siswa dalam membandingkan dapat dilakukan dengan evaluasi tes, dan untuk mengetahui apakah siswa dapat menghubungkan siswa dapat dilakukan dengan evaluasi observasi. 26

17 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) a. Pembelajaran Kooperatif Robert E. Slavin (2005:3) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Artz dan Newman (Miftahul Huda,2013:32) pembelajaran koorperatif merupakan kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Menurut Isjoni (2010:14), pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif (Asep Jihad,2012:30) antara lain: a. Untuk menuntaskan materi materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari suku, budya, jenis kelamin yang berbeda pula. d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. 27

18 Sedangkan menurut Isjoni (2010:27) ada beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya, dan juga teman-teman sekelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan personal kelompok, dan e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif siswa harus memiliki peran didalam kelompok untuk membangun sebuah kerjasama, dan guru hanya mampu mengembangkan keterampilan siswa dengan memberikan penghargaan untuk memberikan semangat siswa. Menurut Sadker dalam Miftahul huda (2011:66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini : a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar; c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti; 28

19 d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap yaitu : teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda. Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000:46) a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi. e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sedangkan menurut Nur Asma (2006:14-16) menyatakan ada 5 prinsip dalam cooperative learning, yaitu : a. Belajar siswa aktif yaitu berpusat pada siswa, yang dominan dilakukan siswa dalam membangun dan menemukan pengetahuan dengan belajar bersama-sama secara berkelompok. b. Belajar bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif c. Belajar patrisipatorik yaitu siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. d. Mengajar reaktif yaitu guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Guru harus 29

20 mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat dari pembelajaran tersebut. e. Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak ada lagi suasana pembelajaran yang membuat siswa merasa tertekan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan dengan bagaimana tugas yang diberikan dapat diorganisir dengan baik oleh peserta didik. Struktur tujuan dan reward mengacu pada kerja sama dalam kelompok atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan maupun reward. Menurut Robert Slavin (2005:11-26), ada beberapa macam-macam metode pembelajaran Kooperatif antara lain : a. Student Teams-Achievement Division (STAD) Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar secara heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnicnya. Model ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam satu tim sampai seluruh anggota tim dapat fokus pada pemaknaan bukan penghafalan dalam belajar materi pelajaran.model ini juga mengadakan reward atau penghargaan untuk 30

21 mendorong siswa bersaing meningkatkan prestasi. Kelebihan model STAD ini dapat dipakai pada mata pelajaran teori maupun praktikum. b. Team Game Tournament (TGT) Para siswa ditugaskan untuk membaca sub bab, buku kecil, atau materi lain yang bersifat terperinci. Dari pembagian tim, setiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajar topik mereka kepada teman satu timnya. Kelebihan pada model ini dapat diterapkan pada pelajaran langsung praktikum. c. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) CIRC merupakan program komperhensif untuk mengajarkan membaca dan menulis. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dua siswa dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan membaca dan menulis. Model ini cocok untuk membimbing pada sekolah jurusan bahasa. d. Team Assisted Individualization (TAI) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (lembar kerja siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan (soal) sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran kooperatif TAI lebih menekankan pada penghargaan 31

22 kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok. Model ini juga dapat diterapkan pada pelajaran langsung praktikum. e. Group Investigation Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil mengunakan pertanyaan koorperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek koorperatif. Dalam metode ini kelemahannya, para siswa dibebaskan dalam membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua orang sampai dengan enam orang anggota. Sehingga apabila dalam satu tim tingkat kemampuannya rendah maka yang ada tingkat prestasi siswa akan turun, dan konsentrasi siswa saat mengerjakan materi kurang maksimal. f. Learning Together Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Tetapi, model ini hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi. Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan serta guru tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok. Dari pendapat diatas maka pada penelitian ini peneliti meneliti memilih model pembelajaran koopertatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dikarenakan model pembelajaran didalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat kelompok yang berbeda- 32

23 beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnicnya. Model pembelajaran STAD ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran produktif yang mengacu pada materi teori seperti mata pelajaran pola dasar. Dengan begitu diharapkan ada kerjasama yang baik dalam sebuah tim untuk mendapatkan sebuah prestasi disetiap materi yang disampaikan. b. Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD Dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang akan di implementasikan di kelas. Menurut Robert Slavin (2005:11) Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2007:74) merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Trianto (2010:68) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Kegiatan pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan 33

24 kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran kooperatif STAD adalah kerja tim. Menurut Agus Suprijono (2009:65) langkah-langkah pengajaran STAD ini terdiri dari enam fase seperti yang disajikan pada Tabel berikut: Tabel 3.Fase-Fase Pembelajaran Tipe STAD Fase Fase I Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase II Menyajikan atau menyampaikan informasi Fase III Mengorganisasikan siswa pada kelompok-kelompok belajar Fase IV Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase V Evaluasi Fase VI Memberikan penghargaan a. Fase Pertama Kegiatan Guru Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Menyajikan informasi pada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan Menjelaskan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka bekerja dan belajar Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan dan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya Mengali cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu Pada fase ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa siap dalam mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh agar mencapai hasil belajar yang baik. 34

25 b. Fase Kedua Pada fase ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan jalan mendemostrasikan melalui bahan bacaan maupun media pembelajaran. c. Fase Ketiga Fase kedua ini guru membagi tim yang terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah semua anggota tim harus benar-benar belajar, khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dnegan baik. Tim adalah yang paling penting dalam STAD. d. Fase Keempat Pada fase ini guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingat tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan. Sebelum siswa diberikan tugas secara kelompok guru memberikan penjelasan materi didepan kelas. e. Fase Kelima Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan stratergi evaluasi konsisten dengan tujuan pembelajaran. f. Fase Keenam Setelah evaluasi dilaksanakan maka guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Struktur reward kooperatif diberikan kepada siswa meskipun anggota timnya harus saling bersaing. 35

26 Sedangkan menurut Robert Slavin (2010:134) Adapun sintak dari metode pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) adalah sebagai berikut : Tabel 4. Sintak Pembelajaran STAD Fase-Fase Fase1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Fase 2. Menyajikan atau menyampaikan informasi Fase 3. Mengondisikan kelas dan membagi kelompok secara heterogen Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5. Mengevaluasi dan memberikan penghargaan Perlakuan Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari Membagi kelompok dengan perbedaan jenis, kepandaian Mengamati, memberikan motivasi dan membantu siswa apabila kesulitan. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Menurut Robert Slavin (2010:138) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. b. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan yang heterogen. c. Guru menyampaikan materi pelajaran secara garis besar. d. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. e. Guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. f. Perwakilan siswa dari kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. 36

27 g. Guru memfasilitasi siswa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pelajaran yang telah dipelajari. h. Guru memberiakan tes/kuis kepada siswa secara individu. i. Guru memberikan pujian/penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individu dari skor kuis berikutnya. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Robert Slavin,2010:139) adalah : a. Keunggulan 1) Dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran. 2) Setiap siswa dituntut untuk selalu siap dan bertanggung jawab penuh terhadap suatu konsep ataupun masalah yang diajukan oleh guru. 3) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang tinggi. b. Kelemahan 1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat mendominasi kelompoknya. 2) Dalam penentuan anggota kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya, dimungkinkan siswa yang mememiliki kemampuan akademik tinggi dapat mendominasi diskusi/presentasi kelas. Dengan memahami dan mengetahui model pembelajaran cooperative learning model STAD pada teori yang sudah dikemukakan pada beberapa ahli, maka peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative learning model STAD menggunakan sintak STAD dengan teori dasar Agus Suprijono. Guru dapat merubah paradigma mengajar dari konvensional ke model pembelajaran STAD sehingga memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Pembelajaran STAD ini hampir sama dengan pembelajaran kooperatif lainnya namun yang membedakan adalah tipe STAD ini menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Dalam STAD ini terdiri atas enam sintak utama di antaranya 37

28 adalah penyampaian tujuan dan motivasi pembelajaran, menyajikan menyampaikan informasi, mengoganisasi kegiatan belajar dalam tim (kerja tim), membimbing kelompok bekerja dan belajar, kuis (evaluasi), dan penghargaan prestasi tim. Menurut Robert E.Slavin (2005:143) tipe pembelajaran kooperatif STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Dalam presentasi ini bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. Sehingga dari pendapat tersebut peneliti menyempurnakan sebuah model pembelajaran ini dengan alat pembantu media powerpoint. Media berbasis powerpoint merupakan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software komputer. Media berbasis powerpoint ini memiliki kelebihan yaitu menggabungkan unsur media seperti teks, video, animasi, image, dan sound didalam presentasi powerpoint sehingga dapat dibuat semenarik mungkin. 5. Microsoft Power Point a. Pengertian Microsoft Power Point Menurut Musliadi KH (2013:1) microsoft power point adalah bagian dari microsoft office yang digunakan untuk keperluan presentasi dalam bentuk slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clip art yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer. Menurut Abdul kadir (2011:2) microsoft 38

29 power point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah. Menurut Wahana komputer (2011:2) microsoft power point merupakan salah satu aplikasi presentasi yang banyak digunakan pada saat ini, hal ini dikarenakan banyak sekali kemudahan dan kelebihan yang disediakan sehingga pelaku bisnis dapat menyampaikan presentasi kerja secara profesional dan menarik. Berdasarkan pengertian microsoft power point yang telah dipaparkan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa microsoft office power point merupakan perangkat lunak (software) yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan dan penggunaannya relatif murah. Microsoft power point memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur media, seperti pengolahan teks, warna, gambar, dan grafik, serta animasi. b. Pembuatan Animation Of Shapes Animation of shapes merupakan bagian dari suatu presentasi yang terdapat pada microsoft power point. Animation dalam bahasa indonesia mempunyai arti animasi atau gerakan. Menurut Musliadi KH (2013:75) fasilitas shapes digunakan untuk menambahkan objek gambar pada slide presentasi, sedangkan menurut Abdul kadir (2011:2) fasilitas shapes digunakan untuk membuat berbagai bentuk gambar dasar, dan memungkinkan untuk menyisipkan tulisan didalamnya, selain itu dapat dengan mudah mengganti warna gambar. Menurut Wahana komputer (2011:32) shapes terdiri dari kotak, lingkaran, calout balloons, lines, dan block arrows. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Animasi yang akan diterapkan untuk presentasi pada penelitian ini adalah 39

30 custom animations yang merupakan animasi dengan beragam variasi animasi yang ada pada toolbar animations. Sedangkan shapes mempunyai arti bentuk. Shapes digunakan membuat berbagai bentuk gambar yang terdiri dari kotak, lingkaran, garis, arah, dan lain-lain. Menurut banyak orang yang menyukai power point sebagai media pembelajaran presentasi dikarenakan program ini memiliki beberapa keunggulan, salah satunya custom animation of shapes. Dengan fasilitas ini presentasi dapat menjadi lebih hidup, menarik, dan interaktif. Dalam pembuatan animation of shapes ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu : a. Membuka aplikasi microsoft power point dengan tampilan sebagai berikut. Gambar 3. Halaman Awal Microsoft Power Point (Abdul Kadir,2011:3) b. Kemudian membuka bagian Insert, pilih apilkasi Shapes sebagai pembuatan garis sesuai pola. Gambar 4. Apilkasi Shapes 40

31 c. Pada Bagian shapes akan muncul berbagai garis yang akan membantu dalam pembuatan pola dasar. Gambar 5. Macam-macam Garis pada Apilkasi Shapes (Abdul Kadir,2011:96 ) d. Dalam pembuatan ilustrasi gambar pola, ada beberapa garis yang digunakan yaitu : 1) Line ( ) digunakan untuk membuat garis lurus. 2) Double Arrow ( ) digunakan untuk membuat garis dengan dua ujung panah. Pada pembuatan pola garis ini digunakan sebagai arah serat. 3) Curve ( ) digunakan untuk membuat kurva. Pada pembuatan pola garis ini digunakan sebagai garis lengan. 4) Arc ( ) digunakan untuk membuat garis busur. Pada pembuatan pola garis ini digunakan sebagai garis lengkung pada panggul. (Abdul Kadir,2011:96) e. Setelah selesai pembuatan garis-garis pola dan langkahnya, selanjutnya adalah memberi Animasi pada setiap garis dengan cara : 1) Mengklik kanan text atau objeknya 2) Mengklik Custom Animation 41

32 3) Memilih effects untuk memberikan animasi pada text atau objek yang diinginkan dengan memilih pada icon. 4) Setelah memilih effects yang diinginkan maka akan nampak sebagai berikut : Gambar 6. Custom Animation a) Mengatur Start berdasarkan pada saat apa animasi ini dilakukan. b) Mengatur Direction berdasarkan arah yang diinginkan. c) Mengatur Speed berdasarkan seberapa cepat animasi tersebut dilakukan d) Menyesuaikan urutan tampilan animasi sesuai keinginan dengan mengatur order. e) Menekan play untuk melihat tampilan preview hasil pengaturan yang dilakukan. f) Sehingga akan nampak hasil akhirnya sebagai berikut : 42

33 Gambar 7. Hasil Jadi Job sheet berbasis animation of shapes. B. Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nur Ikomah (2007) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Job Sheet Terhadap Hasil Belajar Membuat Pola Celana Anak Kelas X Busana 2 Di SMK N 6 Purworejo. 2. Siti Chaeriyah (2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 2 Depok Pada Materi Bangun Segiempat. 3. Septi Dwi Dayati (2011) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Pencapaian Kompetensi Membuat Pola Blazer Di SMK N 1 Sewon Bantul. Dari beberapa hasil penelitian yang relevan diatas, akan diuraikan dalam tabel 5 untuk mengetahui relevansi penelitian 43

34 Tabel 5. Penelitian Yang Relevan Uraian penelitian Tujuan Tempat penelitian Jenis Penelitian Teknik analisis data Pencapaian kemampuan pemecahan masalah Pencapaian kompetensi Pencapaian belajar SD SMP SMA hasil Nur Ikomah (2007) Siti Chaeriyah (2010) Septi Dwi Dayati (2011) Apris Sarah Wijayanti (2014) SMK Deskriptif Kualitatif R&D PTK Quasi eksperimen Angket Observasi Wawancara Catatan lapangan Analisis data Statistik deskriptif Analisis deskriptif Materi Matematika Pola Celana Pola Blazer Pola dasar Media Buku pedoman Job sheet Riil object Powerpoint Model pembelajaran STAD Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar acuan Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang menerapkan metode Student Team Achievement Division (STAD). Dari uraian penelitian relevan diatas, yang membedakan dari ketiga penelitian dengan penelitian ini adalah tempat penelitian, materi pembelajaran, dan penggunaan dari media powerpoint berbasis animation of shapes. 44

35 C. Kerangka Pikir Dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, proses sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Berhasil atau tidaknya hasil belajar peserta didik sangat bergantung pada keefektifan metode pembelajaran yang digunakan saat menyampaikan suatu meteri pelajaran pada peserta didik. Salah satu ciri pembelajaran yang efektif adalah penyampaian materi pembelajaran dengan berbagai metode dan media pembelajaran untuk menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar, serta dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki peranan utama di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung dari segi strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode Student Team Achievement Division (STAD) adalah satu tipe dalam metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif guru untuk mengajar. Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) ini memiliki keistimewaan yaitu selain siswa dapat mengembangkan kemempuan secara individu, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan kelompoknya. Adanya keaktifan siswa ini maka diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang diberikan guru karena siswa akan lebih dapat memahami materi membuat pola busana secara konstruksi dengan mempelajari secara bersama-sama daripada hanya dijelaskan oleh guru. Mata diklat membuat pola busana akan lebih mudah dimengerti oleh siswa apabila mereka bersama-sama memecahkan masalah daripada dijelaskan oleh guru dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga kompetensi belajar membuat pola busana dapat meningkat. Dan dengan 45

36 didukung media powerpoint berbasis animation of shapes yang digunakan pada saat pembelajaran dasar pola maka dapat membantu siswa mengatasi masalah-masalah belajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 1. Kerangka Pikir Pengamatan : Kompetensi Membuat Pola Rendah Perencanaan tindakan: Model Cooperative Learning tipe STAD Penerapan Tindakan model kooperatif STAD : 1. Pendahuluan : a. Salam b. Presensi c. Apersepsi materi dan menyajikan informasi d. Memotivasi siswa 2. Kegiatan Inti : a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Membagi jobsheet c. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD : 1) Mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok untuk saling bekerja sama 3) Guru menjelaskan materi pembelajaran. d. Pemberian tugas pola dasar rok dari pengukuran hingga hasil jadi dan dikumpulkan e. Evaluasi pekerjaan siswa f. Tes uraian Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan REFLEKSI Motivasi dan Minat Belajar Meningkat Bagan 1. Kerangka Pikir Peningkatan Hasil Belajar Membuat Pola Dasar Rok 46

37 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang dikemukan diatas, dirumuskan hipotesis tindakan sebagai dugaan awal penelitian sebagai berikut : 1. Penerapan pembelajaran membuat pola dasar rok menggunakan model pembelajaran tipe STAD berbasis media power point dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK Pelita Buana Bantul. 2. Penerapan model pembelajaran tipe STAD berbasis media power point pada pembelajaran pola dasar rok dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih dari 80% di SMK Pelita Buana Bantul. 47

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas Sumber daya manusia (SDM), baik dalam aspek spiritual, intelektual maupun kemampuan profesional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Penerapan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran kooperatif merupakan istilah yang mengacu kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda-beda mampu bekerja bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Banyak pengertian tentang hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan hasil belajar yang dilakukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu pada individu guna mengembangkan bakat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Darsono (2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu Slameto

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dunia pendidikan adalah untuk memajukan suatu negara dari segala bidang dan aspek, tujuan ini tidak akan tercapai tanpa adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 87 Materi Pelatihan Alokasi Waktu :. d. Inspirasi Pembelajaran melalui Tayangan Video : JP (90 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. desain penelitian yang diadaptasikan dari Kemis dan Taggart (suharsimi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. desain penelitian yang diadaptasikan dari Kemis dan Taggart (suharsimi, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian Desain penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang diadaptasikan dari Kemis dan Taggart (suharsimi, 2010:137)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam membentuk peserta didik yang diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, semakin baik juga sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Dari sekian banyak unsur sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan bernegara pendidikan memegang peran sentral guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung meningkatnya sendi-sendi kehidupan dalam negara tersebut, salah satu faktor pertama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kelestarian dan kemajuan bangsa. Pada konteks ini, pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang mampu membangun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci