Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia"

Transkripsi

1 Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia Irma Nuryanti 1, Krisnawati Bantas 2 1,2 Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia irmafkmsolo@yahoo.co.id Abstrak Diabetes Mellitus (DM) termasuk penyakit tidak menular kronis yang menjadi penyebab kematian utama pada penduduk wanita berumur tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kejadian DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder riskesdas 2007 dengan desain cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa berumur 18 tahun yang tidak hamil, diukur tekanan darah, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa Indonesia sebesar 1,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p < 0,05) antara umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, merokok, gangguan mental emosional, indeks massa tubuh, obesitas sentral, dan hipertensi dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya pencegahan dan deteksi dini (skrining) terhadap faktor risiko dan skrining gula darah sedini mungkin. Kata Kunci : diabetes mellitus; faktor risiko; Indonesia; Riskesdas; wanita dewasa Prevalence and Risk Factors of the Occurance of Diabete Mellitus in Adult Women in Indonesia Abstract Diabetes Mellitus (DM) is a chronic non-communicable diseases that become a major cause of death in the population of women aged years. This study aims to determine the prevalence and risk factors of the occurance of diabetes mellitus based on diagnosis and symptoms in adult women in Indonesia. This study used a secondary data Riskesdas 2007 with a cross-sectional design. Samples were adult women aged 18 years who are not pregnant, blood preasure was measured, and has the complete data. Results showed the prevalence of diabetes is based on the diagnosis and symptoms in adult women is 1.6%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value < 0,05) between age, education level, employment status, marital status, physical activity, smoking, mental emotional disorder, body mass index, central obesity, and hypertension with diabetes occurance in adult women. Therefore, it is necessary to take prevention and early detection (screening) of the risk factors and blood sugar screening as early as possible. Keywords: diabetes mellitus; risk factors; Indonesia; Riskesdas; adult women

2 Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis adalah penyakit tidak menular kronis yang kasusnya mengalami kenaikan setiap tahun di semua regional negara. Penyakit yang diakibatkan oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan fungsi insulin ini tidak hanya dapat menyebabkan komplikasi, namun juga menyebabkan kecacatan, memperburuk kondisi psikologis, menurunkan produktivitas individu, dan menyebabkan kematian. WHO menyatakan bahwa Diabetes Mellitus merupakan 5 besar penyakit tidak menular penyebab kematian diseluruh dunia (WHO, 2004). Federasi Diabetes Dunia menyatakan bahwa saat ini terdapat 380 penderita DM diseluruh dunia dan akan meningkat menjadi 590 juta penderita pada tahun 2035 (IDF, 2013). Lebih dari 40% dari kasus tersebut tidak terdiagnosis dan 80% penderita dari jumlah tersebut tinggal di negara berkembang dengan penghasilan menengah ke bawah termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang di wilayah Asia Tenggara, menempati peringkat tujuh besar dengan jumlah penderita DM sebanyak 8,5 juta jiwa dimana kasusnya lebih banyak terjadi pada penduduk wanita (IDF, 2013). Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi DM pada penduduk wanita lebih tinggi dari pada penduduk pria. Di Amerika, angka kejadian Diabetes Mellitus pada penduduk wanita lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian DM pada penduduk pria (Swahn, 2010). Sebuah penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa prevalensi diabetes pada penduduk wanita lebih tinggi daripada penduduk pria (7,6% dan 6,8%) (Akhter, A et al, 2011). Penelitian lain terhadap faktor risiko DM yang dilakukan di Zuni Indian, Mexico yang melibatkan pria dan wanita berumur tahun menunjukkan bahwa prevalensi DM pada wanita (27,5%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi DM pada pria (18%) (Scavini, M et al, 2003). Kondisi yang sama terjadi di Indonesia. Prevalensi DM pada wanita Indonesia selalu mengalami kenaikan dan cenderung lebih tinggi daripada pria. Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, Prevalensi DM berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk wanita usia 15 tahun keatas adalah 6,4%. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi DM pada penduduk pria (4,9%) dan lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 5,7%. Prevalensi DM berdasarkan pengukuran gula darah pada wanita ini kembali meningkat menjadi 7,7% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013). Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala, prevalensi nasional DM di Indonesia adalah 1,1% dan mengalami peningkatan menjadi 2,1% pada tahun 2013 (2,5% pada wanita dan 2,2 pada pria). Perbedaan prevalensi ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk tidak menyadari penyakit diabetes yang diderita.

3 Selain mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahun, sebagian besar kasus DM dan komplikasi nya menjadi penyebab kematian terbesar terutama pada penduduk wanita (IDF, 2013). Pada tahun 2009 DM menjadi 5 besar penyakit penyebab kematian pada wanita usia produktif terutama pada negara berkembang. DM dan penyakit kardiovaskuler juga menjadi penyebab kematian utama pada penduduk wanita lansia di dunia (WHO, Women and Health, 2009). Di wilayah asia tenggara dan asia selatan kematian akibat DM lebih banyak dialami pada penduduk wanita daripada penduduk pria (IDF, 2013). Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di Indonesia. Berdasarkan laporan Riskesdas Indonesia tahun 2007, Diabetes Mellitus merupakan 10 besar penyakit penyebab kematian penduduk wanita pada kelompok umur tahun. DM menjadi penyakit tidak menular utama penyebab kematian pada wanita usia tahun (16,3%), menjadi penyakit terbanyak kedua penyebab kematian pada wanita usia tahun (12%) setelah stroke, dan menjadi penyakit tidak menular terbanyak kelima penyebab kematian pada wanita usia 65 tahun ke atas (Riskesdas, 2007). Banyak faktor yang diduga menyebabkan tingginya prevalensi DM pada wanita. diantaranya faktor genetik, lingkungan, gaya hidup, rendahnya aktifitas fisik, obesitas, hingga riwayat yang berhubungan dengan paritas seperti riwayat diabetes gestasional dan riwayat pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram (WHO, Women and Health, 2009 & PERKENI, 2011). Sebuah penelitian epidemiologi desain kohort yang bertujuan mengetahui faktor risiko DM terhadap wanita sehat di amerika menunjukkan bahwa wanita dengan status obesitas sentral memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita diabetes mellitus di kemudian hari dibandingkan wanita yang tidak mengalami obesitas sentral (Krishnan, S, 2007). Hasil analisis multivariat terhadap 593 wanita di wilayah Zuni Indian, Amerika menunjukkan bahwa faktor umur, status obesitas dan riwayat Diabetes Gestasional merupakan faktor risiko munculnya penyakit DM pada populasi wanita (Scavini M et al, 2003). Penemuan lain mengenai faktor risiko DM pada wanita yang melibatkan wanita di Amerika menunjukkan bahwa kelompok wanita perokok berisiko 1,20 kali untuk menderita DM dibandingkan wanita bukan perokok (: 1,20, 95% CI: 1,03-1,41), sedangkan wanita yang berstatus mantan perokok berisiko 1,15 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok (: 1,15, 95% CI: 1,07-1,25) (Hu, F.B, et al, 2001). Selain faktor lingkungan dan gaya hidup, fase tertentu yang hanya dialami wanita seperti siklus menstruasi, kehamilan, dan menyusui menyebabkan terjadinya perubahan

4 hormonal dan psikologis sehingga wanita lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Stres dan gangguan mental merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian DM pada wanita. Sebuah penelitian terhadap wanita usia di Swedia menunjukkan bahwa perasaan rendah diri dan rendahnya kebebasan mengambil keputusan di lingkungan kerja berisiko 2,6 kali untuk menderita DM (Agardh, E et al, 2003). Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa gejala depresi pada wanita berhubungan dengan tingkat resistensi insulin. Wanita yang mengalami gejala depresi 1,66 kali lebih berisiko menderita DM dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami gejala depresi) (Rose, S et al, 2004). Jika faktor risiko tersebut tidak dicegah dan dikendalikan, kejadian DM akan semakin meningkat dan menjadi penyebab kecacatan, komplikasi hingga kematian terutama pada penduduk wanita usia produktif. Dampak jangka panjang ini harus menjadi perhatian masyarakat terlebih DM merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh dan sering tidak terdeteksi gejalanya di masyarakat. Pencegahan yang tepat dapat dilakukan dengan mengetahui faktor risiko apa saja yang menyebabkan DM pada wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kejadian DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada penduduk wanita dewasa di Indonesia pada tahun Tinjauan Teoritis Secara fisiologi, terdapat perbedaan pada mekanisme keseimbangan energi, komposisi tubuh, dan distribusi lemak tubuh diantara pria dan wanita. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan hormon pada masing-masing jenis kelamin. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hormon estrogen mempengaruhi aktifitas dan metabolisme jaringan lemak pada tubuh wanita. Pada pria pola distribusi lemak tubuh disebut dengan istilah android dimana akumulasi lemak lebih banyak tersebar pada bagian perut. Sedangkan pada wanita dikenal dengan istilah gynoid dimana proporsi jaringan lemak terbesar terdapat pada area pinggul, paha, dan pantat. Pria memiliki jaringan visceral lebih banyak, sedangkan wanita memiliki jaringan subkutan yang lebih banyak. Pria memiliki massa otot yang lebih tinggi daripada wanita, sementara itu wanita memiliki massa lemak tubuh yang lebih tinggi dari pada pria. Hal ini membuat ruang untuk jaringan lemak pada perempuan lebih besar dari pada

5 pria. Perbedaan ini juga berpengaruh terhadap kerentanan terhadap penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes tipe 2 (Tsatsoulis, 2009). Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa status obesitas berdasarkan IMT maupun lingkar pinggang lebih banyak dialami wanita daripada pria (Riskesdas, 2007). Hasil penelitian Irawan (2010) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian Diabetes Mellitus (DM) berdasarkan pengukuran gula darah lebih tinggi pada jenis kelamin wanita daripada pria karena wanita lebih berisiko mengalami peningkatan indeks masa tubuh. Riwayat paritas dan perubahan kondisi saat kehamilan juga dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah yang menyebabkan kemunculan diabetes gestasional yang merupakan faktor risiko DM di kemudian hari. Selama kehamilan, sensitivitas insulin mengalami penurunan. Peningkatan hormon estrogen, laktogen dan progesteron pada masa kehamilan dan menyusui meningkatkan nafsu makan sehingga meningkatkan jaringan lemak pada wanita (Mc Cance, D et al, 2010). Selain faktor hormon dan metabolisme tubuh, faktor psikologis dan stress dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis pada wanita. Berdasarkan Riskesdas 2007, gangguan mental emosional pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun lebih banyak terjadi pada populasi wanita (14%) dari pada populasi pria (9%) (Riskesdas, 2007). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa wanita berisiko 1.46 kali lebih besar untuk mengalami gangguan mental emosional dibandingkan pria (Idaiani, S et al, 2009). Ditinjau dari aktifitas fisik, wanita cenderung lebih sedikit dalam beraktifitas dibandingkan pria. Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa presentase wanita yang kurang melakukan aktifitas fisik (54,5%) lebih tinggi dari pada pria yang kurang melakukan aktifitas fisik (41,4%). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder riskesdas 2007 dengan desain cross sectional. Sampel penlitian adalah wanita dewasa berumur 18 tahun yang tidak hamil, diukur tekanan darah, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit Diabetes Mellitus yang ditentukan berdasarkan diagnosis dan gejala. Variabel independen penelitian adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, status merokok, gangguan mental emosional,

6 obesitas berdasarkan IMT, obesitas sentral, dan hipertensi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan SPSS 16 dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik biner. Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Karakteristik Wanita Dewasa Berdasarkan Data Riskesdas Indonesia tahun 2007 Variabel Kategori Frekuensi (n) Presentase (%) Diabetes Mellitus , , , , ,1 Umur , , , ,0 Rendah ,8 Tingkat Pendidikan Sedang ,9 Tinggi ,3 Status Pekerjaan Bekerja ,3 Bekerja ,7 Belum Kawin ,1 Status Perkawinan Kawin ,8 Bercerai ,1 Aktifitas Fisik Cukup Kurang Bukan Perokok ,4 Kebiasaan Merokok Mantan Perokok ,1 Perokok ,5 Gangguan Mental Emosional , ,3 BB Kurang ,3 BB Normal ,2 Indeks Massa Tubuh Overweight ,1 Obesitas Tk I ,3 Obesitas Tk II ,1 Obesitas Sentral , , ,7 Status Hipertensi , ,0 sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak wanita dewasa yang memenuhi kriteria penelitian. Kejadian Diabetes Mellitus diperoleh sebesar 1,6%. Karakteristik wanita dewasa dalam penelitian ini sebagian besar berumur tahun (25%), berpendidikan rendah (58,8%), tidak bekerja (56,7%), berstatus menikah (73,8%), kurang melakukan aktifitas fisik (73,1%), bukan perokok (93,4%), tidak mengalami gangguan mental

7 emosional (85,7%), memiliki IMT normal (47,2%), tidak berstatus obesitas sentral (67,2%), dan tidak berstatus hipertensi (64,7%). Tabel 2. Hubungan antara Umur dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Umur , , , , , , , , , , , ,743 (4,783-6,897) 6,949 (5,959-8,104) 7,911 (6,851-9,135) 5,903 (5,129-6,794) 2,775 (2,399-3,211) 1,495 (1,279-1,746) , , Berdasarkan hasil analisis, prevalensi tertinggi kejadian DM dialami oleh wanita dewasa berumur antara tahun yaitu 3,6%. Kelompok umur dengan prevalensi tertinggi berikutnya yaitu kelompok umur tahun (3,1%) diikuti kelompok umur tahun (2,7%) kemudian kelompok umur 75 tahun (2,6%), kelompok umur tahun (1,3%), kelompok umur tahun (0,7%), dan kelompok umur tahun dengan presentase terkecil (0,5%). Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p <0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Semakin bertambah umur seorang wanita semakin tinggi peluang untuk menderita DM. Hasil analisis menunjukkan bahwa mengalami peningkatan secara signifikan dari kelompok umur hingga mencapai puncaknya pada kelompok umur tahun ( =7,9) dan mengalami penurunan kembali pada kelompok umur 64 tahun keatas. Peluang terbesar terdapat pada wanita dengan kelompok umur yaitu sebesar 7,9 kali dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur tahun untuk menderita DM.

8 Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Tingkat Pendidikan Tinggi 298 1, , Sedang , , Rendah , , ,054 (0,935 1,188) 0,778 (0,731-0,828) 1 0,393 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes mellitus, diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita dewasa berpendidikan tinggi yaitu 1,8%. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan tinggi dan pendidikan rendah terhadap kejadian DM pada wanita (: 1,054; CI:0,935-1,188). Sementara itu uji statistik memperlihatkan hubungan yang bermakna secara statistk antara pendidikan sedang dengan pendidikan rendah terhadap kejadian DM pada wanita (: 0,788; CI 0,731-0,828; nilai p<0,0001) artinya wanita dewasa dengan pendidikan sedang memiliki peluang lebih kecil untuk menderita DM dibandingkan dengan wanita berpendidikan rendah. Tabel 4. Hubungan antara Status Pekerjaan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Status Pekerjaan Bekerja , , Bekerja , , ,212 (1,144 1,283) Hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian diabetes mellitus diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita dewasa tidak bekerja yaitu sebesar 1,7%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status pekerjaan dengan diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 1,212, artinya wanita dewasa yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,212 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang bekerja.

9 Tabel 5. Hubungan antara Status Perkawinan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Status Perkawinan Bercerai , , Kawin , , ,344 (4,574-6,245) 3,243 (2,797-3,759) Belum Kawin 186 0, , Hasil analisis hubungan antara status perkawinan dengan kejadian diabetes mellitus diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita dewasa dengan status bercerai yaitu sebesar 2,6%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status perkawinan dengan kejadian diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 3,243 pada kelompok wanita yang berstatus kawin dan sebesar 5,344 pada kelompok wanita dengan status bercerai. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa yang berstatus kawin mempunyai peluang sekitar 3,2 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang belum menikah. Sementara itu risiko pada wanita dengan status bercerai lebih besar yaitu 5,3 kali dibandingkan dengan wanita dewasa yang belum menikah. Tabel 6. Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Aktifitas Fisik Kurang , , Cukup , , ,688 (1,593 1,789) Hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM lebih tinggi pada kelompok dengan aktifitas fisik kurang yaitu sebesar 2,3%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara aktifitas fisik dengan diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 1,688, artinya wanita dewasa yang kurang

10 melakukan aktifitas fisik memiliki peluang 1,688 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang cukup melakukan aktifitas fisik. Tabel 7. Hubungan antara Status Merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Status Merokok Perokok 335 2, , ,274 (1,139 1,425) Mantan 2, , , Perokok (1,831-2,663) Bukan Perokok , , Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa dengan status mantan perokok yaitu sebesar 3,4%. Kelompok dengan prevalensi DM terbanyak berikutnya yaitu wanita dengan status perokok 2%. Sedangkan pada kelompok wanita dewasa bukan perokok terdapat 1,6% mengalami DM. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status merokok dengan diabetes mellitus. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa yang berstatus mantan perokok mempunyai peluang sekitar 2,2 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok. Sementara itu wanita dewasa yang berstatus perokok mempunyai peluang sekitar 1,2 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok. Tabel 8. Hubungan antara Gangguan mental Emosionaldengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Gangguan Mental Emosional , , , , ,112 (2,931-3,303) Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa yang mengalami gangguan mental emosional sebesar 3,8%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara gangguan mental emosional dengan diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 3,112, artinya wanita dewasa yang mengalami gangguan mental emosional mempunyai peluang

11 3,112 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami gangguan mental emosional. Tabel 9. Hubungan antara Obesitas berdasarkan IMT dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Obesitas Obesitas Tk II 488 3, , Obesitas Tk I , , Overweight 863 1, , BB Normal , , ,413 ( ) 1,783 (1,612-1,973) 1,329 (1,192-1,481) 0,916 (0,831-1,009) 0,077 BB Kurang 539 1, , Berdasarkan hasil analisis hubungan antara status obesitas dengan kejadian diabetes mellitus diperoleh bahwa prevalensi tertinggi kejadian DM dialami oleh wanita dewasa dengan status obesitas tingkat II sebesar 3,1%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p <0,0001 pada kelompok overweight dan obesitas baik tingkat I maupun II. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status overweight dan obesitas dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Peluang kejadian () DM mengalami peningkatan secara signifikan dari kelompok overweight, obesitas tingkat I, hingga Obesitas tingkat II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai indeks masa tubuh (IMT) seorang wanita semakin tinggi risiko untuk menderita DM. Tabel 10. Hubungan antara Obesitas Sentral dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Obesitas Sentral , , , , ,225 (2,103 2,353) Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa yang mengalami obesitas sentral yaitu sebesar 2,5%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral. Dari

12 hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 2,225, artinya wanita dewasa yang mengalami obesitas sentral mempunyai peluang 2,225 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami obesitas sentral. Tabel 11. Hubungan antara Status Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007 Status Hipertensi , , , , ,3 (2,173-2,433) Prevalensi kejadian DM lebih banyak dialami pada wanita dewasa berstatus hipertensi yaitu sebesar 2,5%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status hipertensi dengan diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai sebesar 2,3, artinya wanita dewasa yang mengalami hipertensi mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak hipertensi. Pembahasan Umur memiliki hubungan bermakna dengan diabetes Mellitus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peluang kejadian DM meningkat seiring dengan pertambahan umur. Hal ini sejalan dengan penelitian Agrawal pada tahun 2011 terhadap wanita dewasa di India. Proses penuaan berhubungan dengan perubahan dan penurunan fungsi sel β pankreas yang memproduksi insulin di dalam tubuh (Rahajeng, 2004). Pada kelompok umur >40 tahun, sebagian besar wanita telah berstatus menikah, memiliki kehidupan rumah tangga pribadi, mengalami proses kehamilan, melahirkan, menyusui, dan beberapa telah mengalami menopause. Kondisi ini berhubungan dengan kondisi psikologis, perubahan hormon dalam tubuh, keseimbangan energi, pola makan, dan distribusi lemak dalam tubuh yang dapat mempengaruhi status kesehatan seorang wanita. Dengan demikian, semakin bertambah umur seorang wanita, semakin meningkat pula risiko untuk terkena penyakit DM yang dapat dipicu

13 oleh banyak faktor seperti penuaan sel, penurunan fungsi sel beta pankreas, perubahan hormon, perubahan kondisi psikologis, dan perubahan metabolisme tubuh lainnya. Tingkat Pendidikan, status pekerjaan, dan status perkawinan memiliki hubungan bermakna terhadap kejadian DM pada wanita dewasa. Wanita dengan tingkat pendidikan sedang memiliki peluang yang lebih rendah untuk menderita DM dibandingkan wanita dengan status pendidikan tinggi. Ditinjau dari faktor ekonomi, tingkat pendidikan berhubungan dengan pekerjaan, penghasilan, dan status sosial ekonomi seorang wanita. Hal ini berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan gaya hidup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agrawal pada tahun Wanita yang tidak bekerja lebih berpeluang menderita DM dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Jenis pekerjaan dengan aktifitas fisik rendah meningkatkan peluang terjadinya obesitas. Wanita yang tidak bekerja cenderung menjalani gaya hidup sedentary (malas bergerak) dan kurang melakukan aktifitas fisik sehingga sangat berisiko mengalami penimbunan lemak di dalam tubuh. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bosch (2011). Wanita dengan status bercerai dan menikah memiliki peluang yang lebih besar untuk menderita DM dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Hal ini berhubungan dengan pertambahan umur, kondisi psikologis, perubahan gaya hidup, dan perubahan hormone pada wanita yang mengalami kehamilan, menyusui, dan kondisi menopause. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lidfeldt pada tahun Wanita dewasa yang kurang melakukan aktifitas fisik memiliki peluang lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang cukup melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik berhubungan dengan indeks masa tubuh. Seseorang yang kurang beraktifitas mudah mengalami penimbunan lemak dalam tubuh maupun obesitas. Kondisi obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin. Jaringan lemak mempengaruhi metabolisme insulin dengan melepaskan asam lemak dan cytokines. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Weinstein (2004). Wanita dewasa yang berstatus perokok dan mantan perokok mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok. Merokok berhubungan dengan stress oksidatif, inflamasi sistemik, disfungsi endothelial, dan peningkatan tekanan darah. Merokok secara perlahan menurunkan fungsi sel beta pankreas dan manyebabkan inflamasi kronis pada pancreas. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sairenchi (2004) dan Hu (2001).

14 Wanita dewasa yang mengalami gangguan mental emosional mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami gangguan mental emosional. Kondisi stress yang lama mempengaruhi seluruh syaraf pada kelenjar endokrin, mengaktifkan sumbu HPA (hipotalamus-pituitari-adrenal) dan pusat saraf simpatik yang dapat memicu gangguan metabolisme (Agardh, 2003). Depresi mempengaruhi mekanisme lemak tubuh dan mekanisme glukosa melalui mekanisme psikososial dan perilaku yang mempengaruhi pola makan (Rose, S et al, 2004). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuryati ( 2009) dan Agardh (2003). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara peningkatan IMT pada wanita dewasa dengan kejadian DM. Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang kejadian DM mengalami peningkatan secara signifikan dari kelompok overweight, obesitas tingkat I, hingga Obesitas tingkat II. Obesitas berhubungan dengan pola makan yang buruk, asupan kalori yang berlebihan, dan kurangnya aktifitas fisik. Kondisi ini meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam tubuh yang akan menimbulkan resistensi insulin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agrawal (2011), Hu (2001), dan Nuryati (2009). Wanita dewasa yang mengalami obesitas sentral mempunyai peluang 2,225 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami obesitas sentral. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas di dalam tubuh. Peningkatan ini terjadi karena proses lipolisis jaringan adiposa dan oksidasi lipid yang lebih cepat dari kondisi normal sehingga dapat menyebabkan resistensi insulin dan mengganggu metabolisme insulin dalam tubuh (Rahajeng, E et al, 2004). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rana (2007) dan Rose (2004). Wanita dewasa yang mengalami hipertensi mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak hipertensi. Kenaikan tekanan darah berhubungan dengan kenaikan indeks massa tubuh dan obesitas sentral. Kondisi hiperglikemia yang dialami penderita obesitas menyebabkan munculnya gangguan makrovaskuler, hipertensi, dan resistensi insulin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maty (2004).

15 Kesimpulan dan Saran Prevalensi kejadian DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang dialami wanita dewasa pada penelitian adalah sebesar 1,6%. Prevalensi tertinggi kejadian diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dan gejala pada penelitian ini dialami pada wanita dewasa berumur tahun (3,6%), berpendidikan tinggi (1,8%), tidak bekerja (1,7%), berstatus cerai (2,6%), kurang melakukan aktifitas fisik (2,3%), mantan perokok (3,4%), mengalami gangguan mental emosional (3,8%), berstatus obesitas tingkat II (3,1%), berstatus obesitas sentral (2,5%), dan berstatus hipertensi (2,5%). Terdapat hubungan bermakna (nilai p < 0,05) antara umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, merokok, gangguan mental emosional, obesitas berdasarkan IMT, obesitas sentral, dan hipertensi dengan kejadian DM pada wanita dewasa di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan primer sedini mungkin berupa deteksi dini faktor risiko DM dan deteksi dini gula darah. Masyarakat perlu berpartisipasi dalam menjalankan gaya hidup sehat, membiasakan diri menjaga dan memantau kesehatan secara rutin terutama IMT dan tekanan darah, menghindari stress, menjauhi gaya hidup sedentary (kurang aktifitas fisik). Bagi ibu rumah tangga dengan aktifitas fisik rendah, sebaiknya mulai merencanakan program dan target pribadi untuk meningkatkan aktifitas fisik seperti berolahraga secara konsisten tiap minggu. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel lain seperti riwayat keluarga dan riwayat paritas dan melakukan analisis hingga tahap multivariat.

16 DAFTAR PUSTAKA Agardh, E et al. (2003). Work Stress and Low Sense of Coherence is Associated with Type 2 Diabetes in Middle-Aged Swedish Women. Diabetes Care. Maret vol 26, Agrawal, S & Ebrahim, S et al. (2011). Prevalence and Risk Factors for Self-reported Diabetes among Adult Men and Women in India: Findings from a National Cross- Sectional Survey. Public Health Nutritions, Akhter, A et al. (2011). Prevalence of Diabetes Mellitus and its Associated Risk Indicators in a Rural Bangladeshi Population. The Open Diabetes Journal, 6-13 Bosch, M.V. (2011). Comparative Analysis of the Demographic, Clinical, and Social- Cognitive Factors Associated with Physical Activity among Middle-aged Women with and without Diabetes. (Dissertation). Michigan State University. CDC. (2011). National Diabetes Fact Sheet: national estimates and general information on diabetes and prediabetes in the US. US : Centers for Disease Control and Prevention CDC. (2011). Women at High Risk for Diabetes: access and quality of health care, US: CDC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Jakarta : Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Jakarta : Depkes RI Hu, F,B et al. (2001). Diet, Lifestyle, and the Risk of Type 2 Diabetes in Women. New England Journal of Medicine. September vol 345, no 11, Idaiani, S et al. (2009). Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Oktober vol 59 IDF. (2012). International Diabetes Federation Diabetes Atlas. IDF. (2013) International Diabetes Federation Diabetes Atlas. (2013). Edisi 6. Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). (Tesis). Depok : FKM UI Krishnan, S et al. (2007). Overall and Central Obesity and Risk of Type 2 Diabetes in U.S. Black Women. Obesity. July. Vol 15. No 7, Lidfeldt, J et al. (2005). Woman Living Alone Have an Increased Risk to Develop Diabetes Which is Explained Mainly by Lifestyle Factors. Diabetes Care. October vol 28,

17 Maty, S et al. (2004). Patterns of Disability Related to Diabetes Mellitus in Older Women. The Journal of Gerontology. February vol 59A, McCance, D et al. (2010). A Practical manual of Diabetes in Pregnancy. UK: A John Wiley and Sons, Publication Nuryati, S dkk. (2009). Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Diabetes Melitus pada Wanita Dewasa di DKI Jakarta. Gizi Indonesia 32,2, PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Rana, J et al. (2007). Adiposity Compared With Physical Inactivity and Risk of Type 2 Diabetes in Women. Diabetes Care. January vol 30, Rahajeng, E et al. (2004). Risiko Obesitas pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Faktor Non Genetik lain yang Berhubungan. Jakarta : Depkes RI Rose, S.A et al. (2004). Depressive Symptoms, Insulin Resistence, and Risk of Diabetes in Women at Midlife. Diabetes Care. December vol 26, Sairenchi, T et al. (2004). Cigarette Smoking and risk of Type 2 Diabetes Mellitus among Middle-aged and Elderly Japanese Men and Women. American Journal of Epidemiology. April vol 160, no 2, Scavini, M et al. (2003). Prevalence of Diabetes is Higher Among Female than Male Zuni Indians. Diabetes Care. January vol 26, Soetiarto, F, et al. (2010). Hubungan Diabetes Mellitus dengan Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas Buletin Penelitian kesehatan. Vol 38, Swahn, E. (2010). Diabetes In Woman. New York : Nova Science Publisher, Inc. Tsatsoulis, A et, al. (2009). Diabetes in Women, Pathophysiology and Therapy. New York : Humana Press Weinstein, A.R et al. (2004). Relationship of Physical Activity vs Body Mass Index With Type 2 Diabetes in Women. Journal American Medical Association. September vol 2, WHO. (2006). Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia. Geneva : WHO Press WHO. (2004). Diabetes Action Now. Geneva : WHO Press WHO. (2009). Women and Health. Geneva : WHO Press

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010 MKS, Th.46. No. 2, April 2014 Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010 R.M. Suryadi Tjekyan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes atau kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa serum yang terjadi akibat adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Miratu Megasari ABSTRAK Penyakit Diabetes Mellitus dikenal sebagai penyakit kencing

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) sebagai penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. Menurut laporan pada Global Burden of Disease (2014), PJK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga ABSTRAK HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN POLA MAKAN DAN AKTIFITAS OLAHRAGA KEUARGA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN IndraAriadi 1 ; Muhammad Arsyad 2 ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH Seri Pengabdian Masyarakat 2014 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 180-185 PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah global tidak hanya di negara maju saja tetapi juga di negara berkembang. Renu Garg, penasihat regional WHO (South-East

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat diharapkan mengetahui risiko dan pencegahan dari penyakit DM, pengetahuan keluarga tentang risiko DM yang baik contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gaya hidup modern dengan kesibukan tinggi dan serba otomatisasi menyebabkan masyarakat cenderung lebih suka mengonsumsi makanan cepat saji dan kurang aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sidartawan, 2004). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Prevalensi DM meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II. Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II. Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN Draft Jurnal HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 merupakan penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada sekumpulan gangguan metabolik yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. DM adalah gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Erris Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespondensi Penulis : nazra_ugm@yahoo.com

Lebih terperinci