BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Ridwan Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Produk BSM Cicil Emas BSM Cicil Emas adalah salah satu produk yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri untuk pembiayaan kepemilikan emas berupa emas batangan dengan jangka waktu 2 sampai 5 tahun dengan cara diangsur atau dicicil. Tujuan dari BSM Cicil Emas ini adalah untuk membantu nasabah untuk membiayai pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan). 1 Produk BSM Cicil Emas memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1. Aman Aman artinya emas yang dijadikan objek diansurasikan dan apabila terjadi kerusakan atau pencurian, emas tersebut bisa diganti. 2. Menguntungkan Harga emas setiap tahunya selalu meningkat menjadikan emas sebagai media investasi yang menguntungkan. Dalam pembiayaan Cicil Emas menggunakan layanan yang profesional karena BSM merupakan perusahaan terpercaya dengan kualitas layanan terbaik. Serta emas dapat diuangkan dengan cara dijual atau digadaikan. 1 BSM Cicil Emas. di akses pada tanggal 25 maret
2 15 Persyaratan untuk pembiayaan emas sebagai berikut: 1. WNI cakap hukum; 2. Pegawai tetap dengan usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan pada saat jatuh tempo pembiayaan usia maksimal 55 tahun atau belum pensiun; 3. Profesional dan wiraswasta berusia maksimal 60 tahun pada saat pembayaran jatuh tempo; 4. Pensiunan berusia maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo. Ketentuan jaminan pada pada produk BSM cicil emas : 1. Jaminan adalah barang yang menjadi objek pembiayaan (emas); 2. Pengikatan jaminan dilakukan selama masa pembiayaan; 3. Jaminan tidak dapat di tukar dengan agunan lain; 4. Fisik jaminan disimpan di bank. Jenis emas yang dibiayai adalah emas lantakan atau batangan minimal 10 gram. Dengan harga perolehan emas ditentukan pada saat akad. Plafond pembiayaan maksimal 80 % dari harga perolehan untuk emas jenis lantakan (batangan). 2 Supplier emas PT Antam Persero, toko emas atau perorangan yang telah memiliki kerja sama dengan bank. Jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah BSM cicil emas: 1. Jumlah pembiayaan Cicil Emas BSM maksimal adalah Rp ,- (seratus lima puluh juta rupiah). 2 Ibid
3 16 2. Jumlah pembiayaan yang diberikan bergantung dari hasil penaksiran petugas gadai, setelah memperhitungkan uang muka (Down Payment). Ketentuan uang muka: 1. Minimal 20% dari harga perolehan emas. 2. Uang muka dibayar secara tunai (tidak dicicil) oleh nasabah kepada bank. Sumber dana uang muka harus berasal dari dana nasabah sendiri (self financing) dan bukan berasal dari pembiayaan yang diberikan oleh bank. Biaya- biaya : 1. Biaya administrasi; 2. Biaya angsuran kerugian; 3. Biaya asuransi jiwa; 4. Biaya materai; 5. Biaya ongkos kirim; 6. Denda keterlambatan. 3 B. Akad yang digunakan dalam produk BSM Cicil Emas Dalam produk BSM Cicil Emas, Bank Syariah Mandiri menggunakan akad murabahah dengan pengikatan agunan menggunakan akad rahn. 1. Murabahah a. Pengertian Murabahah Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan syari ah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi 3 Ibid
4 17 murabahah ini lazim dilakukan oleh rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tersebut atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%. 4 Secara umum pengertian murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 5 Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian itu dilakukan secara hutang. Kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut dengan biaya yang diperlukan. Nasabah membayar harga 4 Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, ( Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Pesada, 2004), h Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah:Dari toeri ke Praktik, ( Jakarta: Gema Insani, 2001) h. 101
5 18 barang yang telah disepakati tersebut dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. 6 Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk pembayaran secara cicilan lebih dikenal dengan istilah BBA (Bai Bitsaman Ajil). Secara istilah, sebenarnya transaksi jual beli yang dilakukan dengan pembayaran tangguh disebut bai almuajjal, sedangkan yang dicicil disebut bai ut-taksid. 7 Di antara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut: 1) Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran; 2) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual tersebut; 3) Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena sebab bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut beda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya. Barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain; 6 Adiwarman, op.cit., h.88 7 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari ah, (Jakarta, Zikrul Hakim, 2003) h. 39
6 ) Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko default akan besar. 8 b. Landasan Hukum Murabahah 1) Al-Qur an... (#4θt/Ìh 9$# tπ ymuρ yìø t7ø9$# ª!$# ymr&uρ Allah telah mengahalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Al Baqarah: 275). βr& HωÎ) È ÏÜ t6ø9$î/ Μà6oΨ t/ Νä3s9 uθøβr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãψtβ#u š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ öνä3î/ tβ%x.!$# βî) öνä3 à Ρr& (#þθè=çfø)s? Ÿωuρ öνä3ζïiβ <Ú#t s? tã οt pgïb šχθä3s? $VϑŠÏmu Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (an-nisa [4]:29) 2) Al-Hadist أ ن الن ب ي ص ل ى الله ع ل ي ه و س ل م ق ال : ث ال ث ف ي ھ ن ال ب ر ك ة : ا ل ب ي ع إ ل ى أ ج ل (و ال م ق ار ض ة و خ ل ط ال ب ر ب ال شع ي ر ل ل ب ي ت ال ل ل ب ي ع (رواه ابن ماجه ( 8 Muhammad syafii Antonio, op.cit, h.107
7 20 Artinya : Dari Suhaib ar-rumi r.a bahwa Rosululloh SAW bersabda tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majjah). 9 أ ف ض ل ال ك س ب ع م ل ال رج ل ب ي د ه و ك ل ب ي ع م ب ر و ر (رواحمد) Artinya : Perolehan yang paling afdal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur. (HR. Ahmad) 3) Landasan ijma Ulama Ulama telah sepakat dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah sampai hari ini. Dan tidak ada yang menyalahkannya. 4) Fatwa DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 Dikatakan bahwa: pertama, dalam jual beli murabahah dikenal dengan adanya uang muka 10 dan kedua, terdapat ketentuan-ketentuan murabahah yang bersifat umum, ketentuan untuk nasabah, jaminan, hutang, penundaan pembayaran, dan bangkrut dalam murabahah. Ketentuan-ketentuan murabahah yang bersifat umum adalah: a) Bank dan nasabah melakukan akad murabahah yang bebas riba; b) Barang yang diperjual belikan tidak dilarang oleh syariat Islam; c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya; 9 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, ( Jakarta: Kharism Putra Utama, 2012), cet.1 h Zainuddin Ali., Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta:Sinar Grafika,2008),h.246
8 21 d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini sah dan bebas riba; e) Bank menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.; f) Bank menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Bank memberitahu nasabah secara jujur mengenai harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan; g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati; h) Pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut dan jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, akad jual beli murabahah dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. 11 Ketentuan-ketentuan murabahah bagi nasabah adalah: a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank; b) Setelah menerima permohonan, bank membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang; 11 Ibid
9 22 c) Bank menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak membuat kontrak jual beli; d) Bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan; e) Jika nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut; f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah; g) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: pertama jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga; dan kedua jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank, maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh pihak bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Ketentuan mengenai jaminan dalam murabahah adalah: 12 a) Adanya jaminan dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya; 12 Ibid
10 23 b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Ketentuan mengenai hutang dalam murabahah adalah: a) Secara prinsip, menyelesaikan hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank; b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya; c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Ketentuan mengenai penundaan pembayaran dalam murabahah adalah : a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya; b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, penyelesaian hal ini dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari ah setelah tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
11 24 Ketentuan mengenai bangkrut dalam murabahah : Jika nasabah telah dinyatakan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia sanggup kembali atau berdasarkan kesepakatan. 13 5) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 5/9/PBI/2003 Pasal 1 Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah dimana Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank dengan nasabah. 14 c. Rukun dan Syarat Murabahah Perbedaan antara rukun dan syarat menurut ulama Ushul Fiqh bahwa rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri. Sedangkan syarat merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum tapi ia berada diluar hukum itu sendiri. Mengenai rukun perikatan atau sering disebut juga dengan rukun aqad dalam Hukum Islam, terdapat beraneka ragam pendapat dikalangan para ahli fiqh. Dikalangan mazhab Hanafi bahwa rukun aqad hanya sighat al- aqad, yaitu ijab dan kabul. Sedangkan syarat aqad adalah al- aqidain (subyek aqad) dan mahallul- aqad (obyek aqad). Alasannya adalah al- 13 Ibid 14 Peraturan Bank Umun yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, ( Jakarta: Sinar Grafika,2005) h.100
12 25 aqidanin dan mahallul aqad bukan merupakan bagian dari tasharruf aqad (perbuatan hukum aqad). Kedua hal tersebut berbeda diluar perbuatan aqad. Berbeda halnya dengan pendapat dari kalangan Syafi i termasuk Imam Ghazali dan kalangan mazhab Maliki termasuk Syihab al-karakhi, bahwa al- aqidain dan mahallul aqad termasuk rukun aqad karena hal tersebut merupakan salah satu pilar utama dalam tegaknya aqad. Faktor yang harus ada (Rukun) dalam akad murabahah adalah: 1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha); 2) Objek murabahah (modal dan kerja); 3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul); 4) Nisbah keuntungan. 15 Syarat-syarat Murabahah dapat dilaksanakan, yaitu: 1) Pihak yang berakad. a) Cakap hukum; b) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/ dibawah tekanan; 2) Objek yang diperjual belikan. 1) Tidak termasuk yang diharamkan/ dilarang; 2) Bermanfaat; 3) Penyerahannya dari penjual ke pembeli dapat dilakukan secara langsung; 15 Adiwarman, op.cit, h. 205
13 26 4) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad, dan 5) Sesuai spesifikasinya yang diterima pembeli dan diserahkan penjual. 3) Akad/ sighat a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad; b) Antara ijab kabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati; c) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal/kejadian yang akan datang, dan d) Tidak membatasi waktu. 16 d. Murabahah Dalam Perbankan Bank-bank Islam umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Murabahah sebagaimana yang digunakan dalam perbankan Islam, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli dan biaya terkait atas barang serta kesepakatan atas labanya (mark up). 16 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis,(Jakarta: Kencana, 2010) h. 46
14 27 Ciri dasar kontrak murabahah adalah sebagai berikut: 1) Pihak pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga asli barang dan batas laba harus ditetapkan dalam persentase dari total harga plus biaya-biaya; 2) Objek yang diperjual belikan adalah barang komoditas dan harus dibayar dengan uang; 3) Objek yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh pihak penjual atau wakilnya dan dapat diserahkan secara langsung, dan 4) Pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dapat ditangguhkan (angsuran). e. Skema Transaksi Murabahah Gambaran transaksi murabahah dapat dilihat dari alur skema sebagai berikut : 1) Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah, pada saat itu nasabah menegoisasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran perbulan. 2) Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam membayar piutang murabah. Apabila rencana pembelian barang tersebut disepakati oleh kedua belah pihak, maka buatlah akad murabahah, isi akad murabahah setidaknya
15 28 mencangkup berbagai hal agar rukun murabahah terpenuhi dalam transaksi jual beli yang dilakukan. 3) Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan bank selanjutnya melakukan pembelian kepada pemasok, akan tetapi pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. 4) Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok kepada nasabah pembeli. 5) Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati. Muhammad Syafi i Antonio menjelaskan dalam bukunya, bahwa tahap-tahap transaksi murabahahsebagai berikut: 1) Nasabah dan bank melakukan pendekatan yang saling memerlukan, nasabah memerlukan benda dan bank memerlukan nasabah sebagai bagian dari kegiatan bank; 2) Setelah terjadi titik temu dan kesepakatan, dua pihak melakukan akad jual-beli murabahah; 3) Bank membeli benda yang diperlukan oleh nasabah ke penjual; 4) Penjual atas nama bank mengirim barang ke nasabah;
16 3 ( ) Nasabah menerima barang dan dokumen ; dan 6) Nasabah membayar ke bank Rahn a. Pengertian Rahn Rahn secara etimologis, berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,terus menerus). Dikatakan ma rahin artinya air yang diam (teknang). Ni mah rahinah, artinya nikmat yang terus menerus/kekal. Ada yang mengatakan bahwa rahn adalah habs (menahan). Adapun Rahn secara terminologis adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan utang itu dilunasi (dikembalikan), atau dibayarkan harganya jika tidak tidak dapat mengembalikanya. Sedangkan menurut Bank Indonesia, rahn adalah akad penyerahan barang harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. 18 b. Landasan Syariah Rahn 1) Dalil Al-Quran adalah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 283 z ÏΒr& βî*sù π Êθç7ø) Β Ö yδì sù $Y6Ï?%x. (#ρß Éfs? öνs9uρ 9 x y 4 n?tã óοçfζä. βî)uρ * Ÿωuρ çμ /u!$# È, Gu ø9uρ çμtfuζ tβr& z Ïϑè?øτ$# Ï%!$# ÏjŠxσã ù=sù $VÒ èt/ Νä3àÒ èt/ $yϑî/ ª!$#uρ çμç6ù=s% ÖΝÏO#u ÿ çμ ΡÎ*sù $yγôϑçgò6tƒ tβuρ nοy yγ ±9$# (#θßϑçgõ3s? ÒΟŠÎ=tæ tβθè=yϑ ès? 17 Muhammad Syafi i Antonio, op.cit. h Mardani, op.cit, h. 289
17 jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ayat di atas merupakan dalil bahwa rahn diperbolehkan dalam perjalanan atau tidak dalam perjalanan. Pemberian jaminan dalam perjalanan hanyalah sebagai contoh umum, karena dalam perjalanan biasanya tidak ada penulis atau saksi. 2) Dasar hadist diantaranya adalah hadist yang bersumber dari Aisyah r.a.: ن ر س ل الله ص ل الله ع ل ي ه و س ل م اش ت ر ى ط ع ام ا م ن ي ھ و د ي إ لى أ ج ل و ر ھ ن ه د ر ع ا م ن ح د ي د Bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan beliau mengadaikan baju besinya kepadanya. (HR. Bukharimuslim). 3) Hadist anas: ع ن أ ن س ق ا ل: ر ھ ن ر س ول الله ص ل ى الله ع ل ي ه و س ل م د ر ع ا ع ن د ي ھ و د ي ب ال م د ي ن ة و أ خ ذ م ن ه ش ع ي ر ا أل ھ ل ه
18 31 Dari Anas ia berkata: Rasulullah Saw menggadaikan baju perang kepad seorang yahudi di Madinah, dan dari orang yahudi itu beliau mengambil sya ir (jagung) untuk keluarganya. (HR. Ahmad, Al- Bukhari, nasa i dan Ibnu Majah). 4) Dasar ijma adalah bahwa kaum muslim sepakat diperbolehkan rahn secara syariat tetapi tidak diwajibkan. 5) Kaidah fiqh Bahwa pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkanya. Dari dasar hukum tersebut dapat diambil praktik rahn secara normatif dan teknis antara lain: a) Bolehnya menahan harta orang lain sebagai jaminan utang, pada dasarnya untuk kebutuhan komsumtif. b) Pemeliharaan barang menjadi tanggung jawab murtahin, sehingga dia boleh menarik biaya pemeliharaan dengan akad ijarah. c) Kepemilikan barang tetap pada rahin, sehingga biaya pemeliharaanya menjadi tanggungjawabnya. d) Pemanfaatan barang jaminan tetap pada rahin, kecuali diizinkanya dimanfaatkanya oleh murtahin. 19 Menurut Akhmad Mujahidin para ulama berbeda pendapat tentang rukun rahn, menurut Jumhur ada empat, yaitu: a) Sighat; b) Rahin dan murtahin; 19 cet 1,h. 91 H. Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Raja wali press, 2016)
19 32 c) Marhun, dan d) Utang (marhun bih). Adapun menurut ulama Hanafiyah rukun akad rahn adalah ijab kabul saja. Syarat rahn menurut jumhur: a) Syarat sighat rahn, menurut ulama hanafiyah tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu karena rahn sama dengan jual beli,menurut jumhur boleh saja asal mendukung akad rahn. b) Syarat orang yang melakukan akad adalah balig dan berakal. Menurut ulama hanfiyah berakal saja, mumayis boleh melakukan akad rahn asal persetujuan wali. c) Syarat marhun, 1) dapat dijual; 2) bernilai; 3) jelas dan tertentu; 4) milik sah; 5) harta utuh; 6) dapat diserahkan; 20 Fatwa DSN MUI yang menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan akad rahn diantaranya adalah: 1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn. 20 Ibid. h. 92
20 33 Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan. 21 2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn emas. a) Rahn emas dibolehkan berdasrkan prinsip rahn. b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). c) Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. d) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah. 22 C. Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Memutuskan Pertama : Hukum Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (musbah, jaiz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang) Kedua : Batasan dan Ketentuan 21 M. Ichwan Sam, dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h Ibid. h. 149
21 34 1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo. 2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn). 3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijual belikan atau dijadikan objek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan Ibid. h.430
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pensiun 1. Pengertian Pensiun Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok
BAB II LANDASAN TEORI A. Murabahah 1. Pengertian Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhun yang artinya keuntungan. Murabahah adalah jual beli barang harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM
59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM A. Analisis Terhadap Penerapan Penalti Pada Nasabah Bank Danamon
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Murabahah 1. Definisi Murabahah BAB II LANDASAN TEORI Salah satu skim fiqih yang paling popular di gunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi murabahah ini
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan
29 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Monitoring 1. Pengertian Menurut kamus Oxford online, monitoring secara umum berarti pengawasan, pemantauan, pengamatan. 1 Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang
Lebih terperinciب س م االله الر ح من الر ح ي م
FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang MURABAHAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional setelah Menimbang : a. bahwa masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran
Lebih terperinciHalal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Murabahah Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA
59 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Emas Dengan Akad Rahn Di BNI Syariah Bukit Darmo
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA A. PEMBIAYAAN MURABAHAH 1. Pengertian Murābahah Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang bermakna tumbuh dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) A. Realisasi Akad Mura>bah}ah untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah
Lebih terperinciMurabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.
Murabahah Leni Rusilawati (20120730002) Alvionita (20120730010) Jamal Zulkifli (20120730066) Intan C Tyas (20120730135) Laili A Yunina W (20120730150) Maulida Masruroh (20120730218) PENGERTIAN MURABAHAH
Lebih terperinciBAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH
BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Pengertian Murabahah 1. Secara Bahasa Secara bahasa murabahah mempunyai pengertian saling menguntungkan dapat dipahami bahwa keuntungan itu dimiliki oleh kedua pihak
Lebih terperinciBAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N
BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I
Lebih terperinciRahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits
Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari Secara teknis menahan salah satu harta peminjam yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK TERCANTUM PADA AKAD MUSHArakah di KSPPS BMT Harapan Ummat Sidoarjo
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS
21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang
Lebih terperincisecara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN UANG MUKA DALAM PRODUK CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI GRESIK A. Analisa Pembayaran Uang Muka dalam Produk Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri Gresik Produk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni
BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH A. Pengertian Aqad Murabahah Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni menyimpulkan, membuhulkan tali.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM
BAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM A. Tinjauan Umum Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian pembiayaan Murabahah Salah satu skim pembiayaan dalam konteks figih yang paling banyak digunakan
Lebih terperinciب س م االله الر ح من الر ح ي م
FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang MURABAHAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional setelah Menimbang : a. bahwa masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran
Lebih terperinciFATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.
FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara
Lebih terperinciBAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen
68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI AKAD MURA
Lebih terperinciBAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali
BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) A. Pengertian Ar-Rahn Pengertian gadai (Ar-Rahn) secara bahasa adalah tetap, kekal dan jaminan, sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyadera sejumlah harta
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri
Lebih terperinciBAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH
BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan
Lebih terperinciBAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI BARANG PROMO DI SOPHIE MARTIN BC KHO PWEE BING SURABAYA A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Lebih terperinciElis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah
Lebih terperinci1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang
59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN IJA>RAH SALE AND LEASE BACK PADA OBLIGASI SYARIAH NEGARA RITEL DI BANK MANDIRI SYARIAH CABANG SURABAYA 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH A. Pengertian Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian murabahah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah 1. Pengertian Akad Akad berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali.
Lebih terperinciRahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang
Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut
Lebih terperinciContoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)
Nama Kelompok: Awalia Rachmawati 20120730121 Kartika Nugraha 20120730128 Asmarani Immamuda 20120730134 Kiki Riyanila 20120730154 Suti Rakhmaningsih 20120730155 Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)
Lebih terperinciPada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUSHA@RAKAH MUTANA@QIS}AH SEBAGAI SOLUSI AKAD PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA Pada hakikatnya pembiayaan
Lebih terperinciBAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur mengenai jual-beli dalam Al-Quran dan hadis, dari zaman ke zaman jual-beli mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Baik dari segi teori maupun
Lebih terperinciBAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan
66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM
BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM A. Analisis Besaran Ujrah pada Pembiayaan Rahn di Pegadaian Syariah Sidokare. Salah satu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN 1. Analisis Terhadap Diskripsi Pinjam Meminjam Uang Dengan Beras di Desa Sambong Gede
Lebih terperinciRESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH
BAB IV ANALISIS APLIKASI PENGAJUAN PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DAN RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BPR SYARIAH JABAL NUR SURABAYA A. Aplikasi Pengajuan Pembiayaan Mura>bah}ah di BPR Syariah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Manajemen Risiko 1. Manajemen Risiko Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA A. Aplikasi Tabungan Rencana Multiguna PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk Cabang Surabaya
Lebih terperinciPengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Pengertian ADALAH jual beli barang pda harga asal dengan tembahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
78 BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Implementasi bagi hasil pada Akad Aplikasi Multi Sukuk (sukuk campuran) di Bursa Efek Indonesia Apabila
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA PELUNASAN ANGSURAN MURABAHAH DI BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU SYARI'AH GRESIK A.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
Lebih terperinciAL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )
AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI (20120730041) DHYKA RACHMAENI (20120730045) PRODI MUAMALAT KONSENTRASI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciMURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL AKAD MURA
Lebih terperinciProsiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-6561 Analisis Penerapan Fatwa DSN MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn pada Kelebihan Hasil Jual Lelang Barang Jaminan di BPRS AL SALAAM (Mohammad
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem dan prosedur gadai emas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri
BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri Pertukaran merupakan bagian aktifitas terpenting dalam masyarakat dan merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI
BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI A. Persamaaan antara Hukum Islam dan Hukum Perdata dalam mengatur Objek Jaminan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG
BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Gadai Sawah di Desa Morbatoh Kecamatan Banyuates Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI
BAB IV ANALISIS SADD AL-DHAR@I AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI A. Analisis Praktek Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM
76 BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis Dua akad (Mura>bah}ah Dan Rahn) dalam Pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA A. Analisis Aplikasi Right Issue di Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek
Lebih terperinciHILMAN FAJRI ( )
HILMAN FAJRI (10220053) PRAKTIK MURÂBAHAH DI KOPERASI SERBA USAHA UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH ALHAMBRA KANTOR CABANG KEDUNG BARUK NO 58 RUNGKUT SURABAYA (Prespektif Fatwa Dewan Syariah Nasional No.4 Tahun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan 1. Pengertian pembiayaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari ah, Pembiayaan adalah penyediaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Terhadap Pola Tajdi>d al- Aqd (akad baru) Rahn di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik Praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat disebabkan adanya kebutuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah ini
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA
56 BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA A. Analisis Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil dalam Peningkatan Keuntungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI
59 BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA A. Analisis Undang-Undang Perbankan terhadap Rescheduling Tagihan mura>bah}ah bermasalah di BNI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk perwujudan sistem ekonomi syariah adalah berdirinya lembaga-lembaga keuangan syariah. Peranan dan kedudukan lembaga keuangan syariah dianggap
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH A. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ekspor Impor Melalui Leter of Credit (L/C) di Bank Mandiri Syari ah
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM
BAB II MURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM A. Konsep Mura>bah}ah 1. Pengertian Akad Mura>bah}ah Menurut bahasa, mura>bah}ah berasal dari kata رابح -- ي ر اب ح م ر اب ح ة yang berarti saling menguntungkan. Bai
Lebih terperinciBAB II AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
BAB II AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH A. Pembiayaan Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN A. Analisis Penerapan Syarat Hasil Investasi Minimum Pada Pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA Bedasarkan penjelasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU
BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak
Lebih terperinciBAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI. berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling
BAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI A. Pengertian Mura>bah}ah Mura>bah}ah atau disebut juga ba bitsmanil ajil. Kata mura>bah}ah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA A. Pengertian Jual Beli (Ba i) Jual beli secara istilah yaitu menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari
Lebih terperinciA. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak
Lebih terperinciب س م االله الر ح من الر ح ي م
FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PENGALIHAN UTANG ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan
Lebih terperinciFATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang
Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktifitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk
Lebih terperinciBAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan demikian itu ia memperoleh rezeki, dan dengan rezeki itu
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO
BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO A. Aplikasi Qard{{ Beragun Emas di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo Biaya
Lebih terperincidibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah
19 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah adanya perbandingan antara dua lembaga yang memiliki produk gadai emas dalam kegiatan usahanya. Obyek penelitian yang diteliti tentunya juga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu negara merupakan hasil dari kinerja yang baik dari instrumen-instrumen yang ada di negara tersebut. Salah satu instrumen negara yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama penyempurna membawa perubahan dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja namun juga dalam hal di luar ibadah ghairu
Lebih terperinciMusha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya
BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 08/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP PENANGGUNGAN RISIKO OLEH NASABAH DALAM AKAD PEMBIAYAAN MUSHᾹRAKAH DI BMT MUDA KEDINDING SURABAYA A. Analisis Aplikasi Penanggungan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO
65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT
Lebih terperinci