PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS"

Transkripsi

1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, M enim bang : bahw a u n tu k m elaksanakan k eten tu an Pasal 228 U ndang- U ndang Nomor 22 T ahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n, perlu m enetapkan P eraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang T ata C ara P enanganan K ecelakaan Lalu Lintas; M engingat : U ndang-u ndang Nomor 2 T ahun 2002 ten tan g Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lem baran Negara Republik Indonesia T ahun 2002 Nomor 2, T am bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); U ndang-u ndang Nomor 22 T ahun 2009 ten tan g Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n (Lem baran Negara Republik Indonesia T ahun 2009 Nomor 96, T am bahan L em baran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); P eraturan Presiden Nomor 52 T ahun 2010 tentang O rganisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN: M enetapkan: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P eratu ran ini yang dim aksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah a lat negara yang berperan dalam m em elihara k eam an an dan ketertiban m asyarakat, m enegakkan hukum, serta m em berikan perlindungan, pengayom an dan pelayanan kepada m asy arak at dalam ran g k a terpeliharanya k eam anan dalam negeri. 2. Kapolri...

2 2. Kapolri adalah pim pinan Polri dan penanggung jaw ab penyelenggaraan fungsi kepolisian. 3. K ecelakaan Lalu Lintas adalah su a tu peristiw a d ija la n yang tidak diduga dan tidak disengaja m elibatkan k en d araan dengan a ta u tan p a pengguna ja la n lain yang m engakibatkan korban m an u sia d a n /a ta u kerugian h a rta benda. 4. Tem pat Kejadian P erkara K ecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya d isebut TKP adalah tem pat dim ana su a tu kecelakaan lalu lintas terjadi a ta u tem pat-tem pat lain dim ana tersangka d a n /a ta u korban d a n /a ta u saksi d a n /a ta u barang bukti yang b erh u b u n g an dengan kecelakaan lalu lin tas terseb u t d ap at ditem ukan. 5. P enanganan K ecelakaan Lalu Lintas adalah serangkaian kegiatan yang d ilaksanak an oleh petugas Polri di bidang lalu lin tas setelah terjadi K ecelakaan Lalu L intas di jalan yang m eliputi kegiatan m endatangi TKP dengan segera, m enolong korban, m elakukan tin d ak an pertam a di TKP, m engolah TKP, m engatur k elan caran a ru s lalu lintas, m engam ankan barang bukti, dan m elakukan penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas. 6. Kegiatan M endatangi TKP K ecelakaan Lalu L intas yang selanjutnya d isebut M endatangi TKP adalah tin d akan oleh petugas Polri di bidang lalu lin tas u n tu k segera berada di lokasi K ecelakaan Lalu L intas guna m elakukan tin d akan kepolisian yang diperlukan di TKP dengan m em persiapkan k endaraan dan p eralatan sesuai yang d itentu k an. 7. Pem berian Pertolongan Pertam a K ecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya d isebut Pem berian Pertolongan Pertam a adalah tin d akan yang dilakukan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas d a n /a ta u petugas m edis u n tu k m enyelam atkan jiw a korban dengan cara m em berikan peraw atan m edis d a n /a ta u m em baw a segera korban K ecelakaan Lalu Lintas pada u n it pelayanan k eseh atan terdekat. 8. T indakan Pertam a di T em pat Kejadian Perkara K ecelakaan Lalu Lintas yang selanjutnya d isebut T indakan Pertam a di TKP adalah serangkaian tin d akan yang d ilak san ak an petugas Polri di bidang lalu lintas di TKP u n tu k m enjaga k e u tu h a n TKP dengan cara m enem patkan alat pengam anan sesuai yang d itentu k an d an m elarang pihak yang tidak berkepentingan m em asuki area TKP. 9. Olah TKP K ecelakaan Lalu Lintas yang selan ju tn y a d isebut Olah TKP adalah serangkaian tin d ak an di TKP u n tu k m encari dan m engum pulkan keterangan, petunjuk, barang bukti, id en titas tersangka, dan sa k si/k o rb a n, m encari h u b u n g an a n ta ra sa k si/k o rb a n, tersangka, dan barang bukti serta u n tu k m em peroleh gam baran penyebab terjadinya K ecelakaan Lalu L intas. 10. P engaturan K elancaran Arus Lalu Lintas di TKP adalah tin d ak an m enjaga keam anan, keselam atan, ketertiban, dan kelancaran a ru s lalu lin tas di lokasi d an sekitar TKP serta m enorm alkan kem bali a ru s lalu lin tas setelah selesai dilakukan olah TKP. 11. Pengam anan B arang Bukti adalah serangkaian tin d ak an u n tu k m enjaga k e u tu h a n agar b aran g bukti tetap terjam innya k u a n tita s d a n /a ta u kualitasnya. 12. Penyidikan

3 12. Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas adalah serangkaian tin d akan penyidik dalam hal dan m en u ru t cara yang d iatu r dalam u n d ang-u n d ang u n tu k m encari serta m engum pulkan bukti yang dengan bukti itu m em buat terang ten tan g K ecelakaan Lalu Lintas yang terjadi dan guna m enem ukan tersangkanya. 13. T ersangka adalah seseorang yang k arena p erb u atan atau keadaannya, b erd asark an bukti p erm ulaan yang cukup p a tu t diduga sebagai pelaku tindak pidana. 14. Penyitaan adalah tindakan penyidik u n tu k m engam bil alih d a n /a ta u m enyim pan di baw ah p enguasaannya k endaraan d a n /a ta u barang m u atan serta benda-benda 3 ang terkait dengan terjadinya K ecelakaan Lalu L intas. 15. P enangkapan adalah su a tu tindakan penyidik beru p a pengekangan sem entara w aktu kebebasan T ersangka b erd asark an bukti perm ulaan yang cukup u n tu k kepentingan penyidikan. 16. P enahanan adalah penem patan T ersangka yang m enyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas di tem pat terten tu oleh penyidik, b erd asark an bukti yang cukup. 17. Saksi adalah orang yang d ap at m em berikan keterangan m engenai kejadian yang dialam i sendiri, atau yang didengar, dilihat d a n /a ta u diketahui guna kepentingan penyidikan, p e n u n tu ta n, d a n /a ta u peradilan b erkaitan dengan K ecelakaan Lalu Lintas. 18. K eterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian k h u su s ten tan g hal-hal yang terkait dengan K ecelakaan Lalu L intas guna kepentingan penyidikan. 19. Laporan K ecelakaan Lalu Lintas adalah pem beritahuan yang disam paikan oleh seseorang k arena h ak a ta u kew ajiban b erd asark an u n d ang-u n d ang kepada pejabat yang berw enang ten tan g peristiw a dan lokasi, serta inform asi terkait K ecelakaan Lalu Lintas. 20. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang d ib u at oleh petugas Polri ten tan g ad an y a su a tu peristiw a yang diduga terd ap at pidananya baik yang ditem ukan sendiri m au p u n m elalui p em b eritah u an yang disam paikan oleh seseorang k arena h ak a ta u kew ajiban berdasarkan p e ra tu ran peru n d an g -u n d an g an. 21. B ukti Perm ulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1 (satu) alat bukti yang sah, yang digunakan u n tu k m enduga bahw a seseorang telah m elakukan tindak pidana sebagai d a sa r u n tu k d ap at dilakukan penangkapan. 22. B ukti Yang C ukup adalah alat bukti b eru p a Laporan Polisi dan 2 (dua) alat bukti yang sah, yang digunakan u n tu k m enduga bahw a seseorang telah m elakukan tindak pidana sebagai d a sa r u n tu k d ap at dilakukan p en ah an an. 23. Pem im pin Negara adalah Presiden d a n /a ta u Wakil Presiden Negara K esatuan Republik Indonesia, serta Presiden d a n /a ta u Wakil Presiden d a n /a ta u P erdana M enteri Negara Asing. 24. Pejabat

4 24. Pejabat Negara adalah Menteri, pem im pin lem baga nonkem enterian, anggota MPR/DPR RI/DPD RI, tam u negara setingkat M enteri atau pem im pin parlem en negara asing, pejabat perw akilan negara asing. Panglim a T entara Nasional Indonesia, dan Kapolri. 25. Pejabat D aerah ad alah Kepala D aerah Provinsi dan Kepala D aerah k a b u p a te n /k o ta. T ujuan dari P eratu ran ini: Pasal 2 a. sebagai pedom an bagi anggota Polri dalam P enanganan K ecelakaan Lalu Lintas dan tertib adm inistrasi penyidikan; dan b. terw ujudnya P enanganan K ecelakaan Lalu Lintas secara profesional. Prinsip-prinsip dari P eraturan ini; Pasal 3 a. tra n sp a ra n, yaitu penanganan K ecelakaan Lalu Lintas yang dilakukan secara terb u k a agar m asy arakat m em peroleh inform asi yang b enar dan jelas m engenai hal-hal yang terkait dengan Kecelakaan Lalu Lintas; b. akuntab el, yaitu p en an g an an Kecelakaan Lalu Lintas yang p elaksanaan dan hasilnya d a p at dipertanggungjaw abkan; c. efektif dan efisien, yaitu penanganan K ecelakaan Lalu Lintas yang dilakukan secara cepat, tepat, dan berhasil u n tu k m enyelam atkan korban. Pengam anan TKP, dan pengum pulan alat bukti; dan d. terpadu, yaitu dalam p en an g an an K ecelakaan Lalu Lintas saling koordinasi a n ta ra u n su r-u n s u r internal Polri dan in stan si terkait. BAB II PENGGOLONGAN DAN PELAPORAN KECELAKAAN LALU LINTAS Bagian K esatu Penggolongan Pasal 4 K ecelakaan Lalu L intas digolongkan ata s; a. kecelakaan ringan; b. kecelakaan sedang; dan c. kecelakaan berat. Pasal 5 K ecelakaan ringan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 h u ru f a, apabila m engakibatkan k e ru sak a n k endaraan d a n /a ta u barang. P a sa l...

5 P a sa l 6 ( 1) K ecelakaan sedang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 h u ru f b, apabila m engakibatkan luka ringan dan k eru sak an k en d araan d a n /a ta u barang. ( 2 ) Luka ringan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) terdiri atas: a. lu k a yang m engakibatkan korban m enderita sakit yang tidak m em erlukan peraw atan inap di ru m ah sakit; a ta u b. selain yang diklasifikasikan dalam luka berat. Pasal 7 ( 1 ) K ecelakaan berat sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 h u ru f c, apabila m engakibatkan korban luka berat a ta u m eninggal dunia. (2 ) Luka berat sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) terdiri atas; a. ja tu h sakit dan tidak ada h a ra p an sem buh sam a sekali a ta u m enim bulkan bahaya m aut; b. tidak m am pu teru s-m eneru s u n tu k m enjalankan tugas ja b a ta n a ta u pekerjaan; c. kehilangan salah sa tu panca indera; d. m enderita cacat berat a ta u lum puh; e. terganggu daya pikir selam a 4 (empat) m inggu lebih; f. gugur a ta u m atinya k andungan seorang perem puan; atau g. luka yang m em b u tu h k an raw at inap lebih dari 30 hari. ( 3 ) Korban m eninggal d u n ia sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) terdiri atas; a. m eninggal d u n ia di TKP; b. m eninggal d u n ia dalam perjalanan ke ru m ah sakit; atau c. m eninggal d u n ia k arena luka yang diderita dalam m asa peraw atan selam a 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas. Bagian Kedua Laporan K ecelakaan Lalu Lintas Pasal 8 (1) Laporan terjadinya Kecelakaan Lalu L intas disam paikan kepada: a. petugas Polri di lokasi terdekat atau di k anto r polisi secara langsung; a ta u b. S entra Pelayanan Kepolisian T erpadu m elalui nom or telepon, nom or pesan singkat, m edia online, dan alam at su ra t elektronik u n tu k kem udian m enginform asikan kepada petugas sebagaim ana dim aksud pada h u ru f a. (2) Laporan...

6 (2) Laporan sebagim ana dim aksud pada ayat (1) diberikan ta n d a bukti lapor. (3) Form at laporan dan tan d a bukti terjadinya kecelakaan lalu lintas sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) dan ayat (2) tercan tu m dalam lam piran A yang m erupakan bagian tidak terp isahkan dari p eratu ran ini. Pasal 9 (1) Setiap k esatu a n Polri m enyediakan dan m enginform asikan nom or telepon, nom or pesan singkat, m edia online, dan alam at su ra t elektronik di S entra Pelayanan Kepolisian Terpadu kepada mas^^arakat. (2) Nomor telepon, nom or pesan singkat, m edia online, dan alam at su ra t elektronik di S entra Pelayanan Kepolisian T erpadu sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) wajib tersam bung dan d ap at dihubungi setiap sa a t selam a 24 (dua p u lu h empat) jam. Pasal 10 Setiap petugas Polri di bidang lalu lintas dilengkapi dengan alat kom unikasi yang tersam b u n g dengan S entra Pelayanan Kepolisian T erpadu, d an d ap at dihubungi setiap sa a t selam a 24 (dua puluh empat) jam. BAB III TATA CARA MENDATANGI TEMPAT KEJADIAN PERKARA DENGAN SEGERA Bagian K esatu P elaksanaan Pasal 11 (1) Setelah m enerim a laporan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 8, petugas S entra Pelayanan Kepolisian Terpadu wajib segera m enginform asikan laporan kepada petugas kepolisian terdekat d a n /a ta u U nit K ecelakaan Lalu L intas. (2) Petugas kepolisian terd ekat d a n /a ta u Unit K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) wajib segera m endatangi TKP, m elakukan T indakan Pertam a di TKP, Pem berian Pertolongan Pertam a, dan k h u su s Petugas U nit K ecelakaan Lalu L intas m elaksanakan Olah TKP. (3) Dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas yang m engakibatkan korban m an u sia, petugas S entra Pelayanan Kepolisian Terpadu wajib m enginform asikannya kepada petugas ru m ah sakit terdekat. (4) Dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas }'ang m em uat barang berbahaya d a n /a ta u beracun d a n /a ta u yang m enim bulkan keadaan yang m em bayakan, petugas wajib m enginform asikannya dan m em inta b a n tu a n kepada in stan si terkait. P a sa l...

7 7 P a sa l 12 Petugas Polri yang m endatangi TKP, m enggunakan k endaraan dan peralatan yang diperlukan dalam p en an g an an kecelakaan lalu lintas. Bagian Kedua Petugas Pasal 13 ( 1) ( 2 ) Setiap petugas Polri yang diberi tu g as m enangani TKP m em punyai k om petensi: a. teram pil m elak san akan TPTKP; b. m enguasai teknik Pertolongan Pertam a G aw at D aru rat (P2GD); c. teram pil m engam ankan TKP; d. teram pil dalam pengolahan TKP; e. teram pil m engatur kelancaran a ru s lalu lintas. Kom petensi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) ditingkatkan m elalui pem berian pelatihan secara berkala. (3) U ntuk m eningkatkan kom petensi petugas Polri sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b, Polri m engadakan kerja sam a dengan in stan si yang m em bidangi kesehatan. Pasal 14 ( 1) Petugas Polri yang m elakukan Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas terdiri atas: a. penyidik; dan b. penyidik pem bantu. ( 2 ) Penyidik dan penyidik pem bantu kecelakaan lalu lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) wajib m em enuhi p ersy aratan terten tu di bidang: a. kepangkatan; b. tingkat pendidikan; c. lu lu s pendidikan kejuruan; dan d. integritas m oral. (3) P ersyaratan terten tu u n tu k diangkat sebagai Penyidik K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) h u ru f a sebagai berikut: a. berpangkat paling ren d ah In sp ektu r D ua Polisi; b. berpendidikan paling rendah S tra ta S atu (SI); c. berpendidikan keju ru an di bidang penyidikan kecelakaan lalu lin tas; d. se h at jasm a n i dan rohani; dan e. berintegritas m oral yang tinggi. (4) P ersayaratan...

8 8 P ersyaratan terten tu u n tu k diangkat sebagai penyidik p em b antu K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b sebagai berikut: a. berpangkat paling rendah Brigadir d u a polisi berpendidikan k eju ru an di bidang penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas; b. se h at jasm a n i dan rohani; dan c. berintegritas m oral yang tinggi. (5) P engangkatan penyidik dan penyidik pem bantu K ecelakaan Lalu Lintas yang telah m em enuhi p ersy aratan terten tu sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) dan ayat (4) d itetapkan dengan K eputusan Kapolri. Bagian K etiga Peralatan Pasal 15 U ntuk m en dukung P enanganan K ecelakaan Lalu Lintas, petugas Polri dilengkapi dengan: a. b. p eralatan k esatu an ; dan peralatan perseorangan. Pasal 16 ( 1 ) Peralatan k esatu a n sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 15 h u ru f a terdiri ata s: a. a lat pengam anan TKP; b. p eralatan Pertolongan Pertam a G aw at D aru rat (P2GD); c. peralatan pendukung; dan d. alat kom unikasi. ( 2 ) Alat pengam anan TKP sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f a m eliputi: a. k endaraan u n it kecelakaan lalu lintas; b. lam pu peringatan a ta u segitiga pengam an; c. k eru c u t lalu lintas; d. ram bu lalu lintas b eru p a p etu n ju k arah, b a ta s kecepatan, dan prioritas; e. senter kedip jik a pengam anan dilakukan pada m alam hari; dan f. p ap an inform asi adanya kejadian kecelakaan lalu lintas. (3) Peralatan...

9 (3) P eralatan Pertolongan Pertam a G aw at D aru rat (P2GD) sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) h u ru f b terdiri atas; a. kotak Pertolongan Pertam a pada Kecelakaan (P3K), berisi; b. 1. pem balut cepat; 2. k asa steril; 3. pem balut biasa; 4. obat m erah (yodium); 5. pem balut segi tiga; 6. plester; 7. kapas; dan 8. gunting; kotak p eralatan K ecelakaan Lalu Lintas, berisi; 1. sen ter kedip lan tas dan baterai; 2. k a p u r tu lis /c a t berw arna; 3. tan d a angka 1 sam pai dengan 9; 4. sen ter LED dan Baterai; 5. p engukur ja ra k roli 50 (lima puluh) m eter a ta u digital; 6. gergaji besi; 7. alat tulis penyidik K ecelakaan Lalu Lintas, yaitu pensil, pulpen penggaris, kertas, dan papan klip m em buat sk e tsa /g a m b a r TKP; 8. paku beton; 9. garis polisi; 10. gunting; 11. pinset; 12. tan g kom binasi; 13. ta n g buaya; 14. pengukur tek anan ban; 15. p isa u pengiris (cutter)', 16. kaca pem besar; 17. kam pak serba guna; 18. kam era foto digital; 19. baterai kam era foto; 20. saru n g tangan kulit dan karet; 21. label barang bukti; 22. kan to n g plastik; 23. rom pi reflektor; 24. kantong jenazah 2 (dua) buah; 25. tiang besi key point/titik tabrak; dan 26. kom pas. spidol, u n tu k (4) P eralatan

10 10 (4) Peralatan pendukung sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f c terdiri atas: a. pem ecah kaca; b. alat pem otong sabuk pengam an; c. alat pem otong kerangka kendaraan berm otor; d. a lat pengungkit/dongkrak kendaraan berm otor; e. a lat penarik kendaraan berm otor; f. pem adam kebakaran; g. oksigen; d an h. papan keras. (5) Alat kom unikasi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f d, berupa radio kom unikasi yang terpasang di k endaraan berm otor Unit Kecelakaan Lalu Lintas dan yang m elekat pada petugas. Pasal 17 P eralatan perseorangan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 15 h u ru f b terdiri atas: a. ja s hujan; b. rom pi lalu lintas; c. saru n g tangan; d. peluit; e. borgol; f. tongkat polisi; g. radio kom unikasi; h. senjata api; d a n /a ta u i. m asker. Bagian K eem pat Kendaraan Pasal 18 (1) U ntuk m em percepat P enanganan Kecelakaan Lalu Lintas, pada setiap u n it K ecelakaan Lalu Lintas atau k anto r kepolisian tersedia k en d araan berm otor, yang terdiri atas: a. mobil d a n /a ta u sepeda m otor yang dilengkapi dengan lam pu rotator w arna biru dan sirine; dan b. d ap at didukung dengan mobil a m b u lan s dan mobil derek. (2) U ntuk m enjam in kesiapan k en d araan berm otor sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1), petugas Polri m elakukan pengecekan setiap hari terhadap: a. kondisi kelaikan kendaraan berm otor; dan b. fungsi lam pu rotator dan sirene. BAB IV

11 11 BAB IV TATA CARA MENOLONG KORBAN Pasal 19 (1) Petugas Polri d a n /a ta u bersam a dengan petugas m edis yang m endatangi TKP wajib segera m em berikan pertolongan pertam a agar kondisi korban tidak m enjadi lebih buruk. (2) Pem berian Pertolongan oleh petugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) d ilaksanak an dengan prosedur Pertolongan Pertam a G aw at D aru rat (P2GD) m eliputi; a. korban p atah tulang dijaga tetap pada posisi sem ula dan pada sa at akan dibaw a ke rum ah sakit, posisi korban d iu sah ak an tetap seperti sa at ditem ukan di TKP; b. korban yang anggota badannya terhim pit k en d araan dan m engalam i p en d arah an wajib diupayakan penghentian p endarah an sebelum dilakukan pertolongan lebih lanjut; c. korban sesegera m ungkin dibaw a ke rum ah sakit dengan m enggunakan k en d araan am b u lan s atau k en d araan petugas Polri; d. dalam hal posisi korban m engganggu kelancaran a ru s lalu lintas, korban dipindahkan ke tem pat yang am an dengan m em berikan ta n d a terlebih dahulu pada letak korban sem ula; dan e. dalam hal kedua jen is k endaraan terseb u t tidak tersedia, d a p at digunakan k endaraan lain dengan terlebih d ah u lu m encatat id en titas k endaraan dan pengem udi serta ru m ah sakit tem pat korban akan diraw at. Pasal 20 Dalam Pem berian Pertolongan terh ad ap korban, petugas Polri wajib: a. m engetahui dan m en catat identitas korban d an identitas k e n d araan yang terlib a t K ecelakaan Lalu Lintas; b. m em berikan inform asi kepada keluarga korban dan PT. J a s a R aharja (persero) ten tan g kondisi korban; dan c. m engam ankan dan m en catat barang berharga milik korban, u n tu k kem udian diserah k an kepada korban a ta u keluarga korban. BAB V TATA CARA MELAKUKAN TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS Pasal 21 (1) Petugas Polri yang pertam a kali d atang di tem pat K ecelakaan Lalu L intas wajib m elakukan pengam anan TKP. (2) Pengam anan TKP sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) untuk: a.m enjaga...

12 12 a. m enjaga agar TKP tetap tidak beru b ah a ta u u tu h sebagaim ana pada sa a t dilihat dan diketem ukan oleh petugas yang m elakukan tin d ak an pertam a di TKP; b. m elindungi agar barang bukti, barang m u atan, d a n /a ta u barang baw aan penum pang yang ada tidak hilang a ta u rusak; dan c. m engum pulkan keterangan dan fakta sebagai b ah an penyidikan. Pasal 22 (1) D alam m elaksanakan pengam anan TKP, petugas m en entu k an ta ta letak a lat pengam anan TKP dengan p rosedur sebagai berikut; a. k en d araan u n it kecelakaan lalu lintas wajib ditem patkan pada posisi m en y u d u t a ta u serong lebih k u rang 30 (tiga puluh) derajat searah TKP, dengan ja ra k 10 (sepuluh) m eter dari k endaraan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas atau korban; b. posisi k endaraan petugas yang dilengkapi lam pu rotator berw 'arna biru wajib dinyalakan selam a proses pengam anan berlangsung; dan c. k eru cut lalu lin tas wajib ditem patkan sedem ikian ru p a di bagian jalan a ra h datangnya a ru s lalu lintas u n tu k ja lu r jalan sa tu arah a ta u di d u a bagian jalan u n tu k ja lu r jalan d u a a ra h dengan m enggunakan ru m u s ja ra k henti. (2) G am bar ta ta letak alat pengam anan TKP dan ru m u s ja ra k henti sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) tercantum dalam lam piran B yang m erupakan bagian tidak terp isahkan dari p e ra tu ran ini. Pasal 23 (1) Petugas Polri dalam m elaksanakan pengam anan TKP wajib; a. m elarang setiap orang yang tidak berkepentingan m asu k ke TKP yang telah diberi batas; b. m engam ankan T ersangka dan m en catat identitas Saksi; dan c. m em buat tan d a di TKP. (2) P em buatan tan d a di TKP sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f c dilakukan dengan k eten tu an sebagai berikut; a. u n tu k k endaraan berm otor roda 4 a ta u lebih yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas, beru p a garis sik u di a ta s perm u k aan jalan pada b a ta s setiap bum per depan dan belakang dari k en d araan serta pada as ban diberi tan d a pejera t+j b. u n tu k korban K ecelakaan Lalu Lintas, sepeda m otor dan sepeda b eru p a gam bar sk e tsa di a ta s p erm u k aan jalan ; c. u n tu k

13 13 c. u n tu k alat bukti, b eru p a ceceran d arah, pecahan kaca, alat-alat k en d araan yang terlepas, lubang atau goresan di perm ukaan jalan, dan sebagainya diberi tan d a lingkaran di a ta s perm ukaan jalan pada bagian lu ar alat bukti ditem ukan; d. u n tu k key point, diberi tan d a (X dalam lingkaran); dan e. u n tu k bekas rem, diberi tan d a garis p u tu s-p u tu s, pada kedua ujung bekas rem diberi tan d a I_I (3) K endaraan, korban, dan alat bukti sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) h u ru f a, h u ru f b, dan h u ru f c setelah dilakukan p enan d aan, wajib segera dipindahkan ke tem pat yang am an u n tu k m em perlancar a ru s lalu lintas. BAB VI TATA CARA OLAH TEMPAT KEJADIAN PERKARA Pasal 2 4 Penyidik d a n /a ta u penyidik pem bantu m elaksanakan kegiatan olah TKP dengan cara; a. b. c. m elakukan pengam atan, pengum pulan bukti-bukti; dan m elakukan dokum entasi. Pasal 25 (1) Pengam atan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 24 h u ru f a terdiri dari: a. pengam atan um um m engenai situ asi kecelakaan lalu lintas; dan b. pengam atan k h u su s m engenai kondisi yang terlibat kecelakaan lalu lin tas. (2) P engam atan um um sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f a u n tu k m em peroleh d a ta m engenai; a. keadaan jalan berkaitan dengan sem pit a ta u lebarnya jalan, kondisi tan jak an atau tu ru n a n jalan, kondisi tikungan a ta u sim pangan jalan, atau berkait dengan lu ru s atau tidak lu ru s jalan; b. keadaan lingkungan berkaitan dengan keadaan ram ai a ta u sepinya a ru s lalu lintas, atau keadaan bebas atau terhalangnya pandangan pengem udi; c. keadaan cuaca pada w aktu terjadi K ecelakaan Lalu Lintas; d. k en d araan yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas; dan e. arah datangnya kendaraan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas. (3) Pengam atan

14 14 (3) Pengam atan k h u su s sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b u n tu k m em peroleh d a ta m engenai identitas dan kondisi p elaku/k o rb an, k en d araan berm otor dan kondisi jalan beserta sa ra n a p rasaranan y a. (4) Hasil pengam atan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Pem eriksaan yang d itan d atan g an i oleh petugas penyidik a ta u penyidik pem bantu. Pasal 26 Pengum pulan bukti-bukti sebagaim ana dim aksud dalam pasal 24 h u ru f b m eliputi: a. identitas, keterangan, dan kondisi saksi, p e laku/k o rb an; b. identitas dan kondisi K endaraan berm otor; c. kondisi jalan beserta sa ra n a p rasaran an y a; d. kondisi lingkungan; dan e. bekas-bekas kejadian yang ditem ukan di TKP. Pasal 2 7 (1) Identitas, keterangan dan kondisi saksi, p e la k u /k o rb a n sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 h u ru f a m eliputi; a. identitas yang dimiliki saksi, p e la k u /k o rb a n m eliputi KTP, SIM, Paspor dan k a rtu identitas lainnya; b. tingkat fisiologis dan psikologis p ela k u /k o rb a n sebelum terjadinya kecelakaan; dan c. tingkat luka korban. (2) Identitas dan kondisi k en d araan berm otor sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 h u ru f b meliputi: a. k eru sak an pada kendaraan b. kelengkapan su ra t k endaraan; c. kondisi dan fungsi lam pu k en d araan serta a ra h sorot lam pu; d. keadaan dan bunyi klakson; e. keadaan alat p enghapus kaca; f. k ed u d u k an persneling; g. keadaan kem udi; h. penyetelan kaca spion; i. kondisi rem; j. kondisi ban kendaraan; k. k edudukan sp id o m eter/u k u ra n kecepatan kendaraan; l. kondisi suspensi; dan m. m u atan kendaraan. (3) Kondisi...

15 15 (3) Kondisi jalan beserta sa ra n a p rasara n an y a sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 h u ru f c meliputi: a. kelaikan fungsi jalan (hotm ix/pasir d an b a tu /b e rlu b a n g / bergelom bang); b. kelengkapan ram bu lalu lintas yang ad a di sekitar TKP; c. m arka jalan ; dan d. alat pengam an jalan. (4) Kondisi lingkungan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 h u ru f d m eru p ak an kondisi pada sa at terjadi kecelakaan yang m eliputi: a. keadaan ram ai atau sepinya a ru s lalu lintas; b. k ead aan bebas a ta u terhalangnya pan d an g an pengem udi; dan c. keadaan cuaca. (5) B ekas-bekas kejadian yang ditem ukan di TKP sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 h u ru f e a n ta ra lain: a. bekas rem atau jejak ban; b. bekas benturan; c. ceceran darafi; d. e. f. pecahan kaca; alat-alat k endaraan yang terlepas; dan lubang atau goresan di perm ukaan jalan. ( 6 ) Hasil pengum pulan bukti-bukti sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 dituangkan dalam Berita Acara Pem eriksaan yang d itan d atan g an i oleh penyidik a ta u penyidik pem bantu. Pasal 28 (1) Pem eriksaan kondisi p e la k u /k o rb a n sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 ayat (1), d ap at dilakukan dengan m engikutsertakan petugas medis. (2) Pem eriksaan identitas dan kondisi k endaraan berm otor sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 ayat (2), d a p at m engikutsertakan L aboratorium Forensik Kepolisian, tenaga ahli m ekanik yang b ersertifik at. (3) P em eriksaan kondisi jalan beserta sa ra n a p rasara n an y a sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 ayat (3), d ap at m engikutsertakan K em enterian Pekerjaan U m um dan K em enterian P erhubungan. Pasal 29 (1) Pem eriksaan kondisi fisiologi pengem udi sebelum terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 ayat (1) h u ru f b dim ak su d k an u n tu k m en d apatk an kepastian k andungan zat-zat adiktif dalam d arah dan air seni atau k an d u n g an alkohol dalam p ern ap asan. (2) K andungan...

16 (2) K andungan zat-zat adiktif dalam d arah dan air seni atau kandungan alkohol dalam p ern apasan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) yang berpengaruh pada terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas wajib d iu k u r dengan alat tes terten tu dan hasilnya d itu angkan dalam berita acara pem eriksaan ahli. (3) Pem eriksaan kondisi psikologis sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 ayat (1) h u ru f b d itu ju k an u n tu k m en d apatk an k ep astian ju m lah jam m engem udi dan pengaruhnya terh adap terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas. (4) B esaran ju m lah jam m engem udi yang berpengaruh pada terjadinya K ecelakaan Lalu L intas dim aksud pada ayat (3) d itetapkan m elebihi 8 (delapan) jam ta n p a w aktu istira h at paling singkat 30 (tiga puluh) m enit. Pasal 3 0 ( 1) D okum entasi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 24 h u ru f c, dalam b en tu k kegiatan; a. b. c. penom oran terh adap bukti-bukti yang telah diberi ta n d a di TKP. pem otretan di TKP yang m eliputi; 1. situ asi TKP secara k eselu ru h an dari 4 (empat) penjuru; posisi k en d araan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas dari 4 (empat) penjuru; keadaan d an posisi korban sebelum dipin d ah k an dari TKP; k eru sak an kendaraan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas; dan 5. bekas-bekas yang tertinggal di TKP b eru p a bekas rem, pecahan kaca, tetesan d arah, bekas cat a ta u dem pul mobil, bekas oli, suku cadang yang terlepas a ta u ja tu h. Pem buatan gam bar atau sketsa TKP. ( 2 ) (3) (4) Pem otretan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b dilakukan dengan m em perhatikan faktor-faktor yang m eliputi; a. ja ra k pengam bilan gam bar; b. cuaca pada w aktu pengam bilan foto; c. cahaya a ta u penyinaran yang digunakan; d. kam era yang digunakan; e. diafragm a dan kecepatan yang digunakan; dan f. a ra h pem otretan. Hasil pem otretan dituangkan dalam Berita acara pem otretan dan d itan d atan g an i oleh penyidik atau penyidik pem bantu }^ang m elakukan p em o tretan. Form at B erita acara pem otretan sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) tercan tu m dalam lam piran C yang m eru p akan bagian tidak terp isahkan dari p e ra tu ran ini. P a sa l...

17 17 Pasal 31 (1) Pem buatan gam bar atau sk etsa TKP sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 30 ayat (1) h u ru f c m eliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. m en entu k an arah m ata angin (arah utara); b. m en entu k an skala gam bar a ta u sketsa; dan c. m elakukan pengukuran di TKP sebagai d a sar u n tu k m en en tu k an ja ra k a n tartitik dengan m etode garis alas d a n /a ta u m etode segitiga d a n /a ta u m etode koordinat m eliputi: 1. titik pokok pengukuran (titik P); 2. /cei/point (titik ( ^ ; 3. posisi k en d araan }mng terlibat (titik p en g u k u ran dari bum per depan dan belakang); 4. posisi korban; 5. posisi barang bukti; 6. panjang bekas rem; dan 7. lebar jalan; d. m en u an g k an u n su r-u n s u r di TKP pada gam bar a ta u sk etsa yang m eliputi: 1. lebar jalan, lebar got, dan lebar trotoar; 2. b en tu k jalan beru p a jalan lurus, tan jak an, tu ru n a n, tikungan, dan persim pangan; 3. posisi korban; 4. posisi k endaraan; 5. posisi key point; 6. posisi titik pokok pengukuran; 7. posisi barang bukti; dan 8. m en entu k an bayangan a ra h datangnya dan tu ju a n setiap k endaraan yang terlibat. (2) P em buatan gam bar atau sketsa TKP kecelakaan lalu lintas dituangkan dalam k ertas m ilim eter blok atau m enggunakan softw are kom puter dengan m em perhatikan ketepatan skala yang digunakan. (3) Form at p em b u atan gam bar atau sk etsa TKP sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) tercan tu m dalam lam piran D yang m eru p ak an bagian tidak terp isah k an dari p e ra tu ran ini. BAB VII

18 18 BAB VII TATA CARA MENGATUR KELANCARAN ARUS LALU LINTAS Pasal 32 (1) Petugas Polri yang m enangani kecelakaan lalu lintas m elakukan p engatu ran keam anan, keselam atan, ketertiban, serta kelancaran a ru s lalu lin tas di lokasi dan sekitar TKP. (2) T indakan p en g atu ran sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas Polri dengan cara: a. m enem patkan ram bu peringatan p etu n ju k a ra h dan papan inform asi; b. m engalihkan a ru s lalu lintas ke jalan altern atif yang tersedia; c. m engutam akan a ru s lalu lintas dari arah ja lu r jalan yang lebih p adat dengan m etode b u k a -tu tu p a ru s lalu lintas; d a n /a ta u d. m encegah terjadinya k eru m u n an orang d a n /a ta u kepadatan k endaraan di sekitar TKP yang d ap at m engganggu a ru s lalu lintas, proses evakuasi korban, dan proses Olah TKP. Pasal 33 Petugas Polri m enginform asikan terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas kepada pengguna jalan melalui: a. p ap an inform asi, secara m anual a ta u elektronik; b. m edia penyiaran (radio dan televisi); d a n /a ta u c. pengeras su ara. Pasal 3 4 (1) Petugas Polri m em buka kem bali a ru s lalu lintas di sekitar TKP, setelah proses pengolahan TKP telah selesai. (2) Pem bukaan kem bali a ru s lalu lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan dengan m em indahkan k en d araan petugas dan alata lat pengam anan TKP ke tem pat yang tidak m engganggu keselam atan, ketertiban, dan k elancaran lalu lintas. (3) Petugas Polri d ap at m eninggalkan TKP setelah a ru s lalu lintas sudah norm al kembali. (4) Petugas Polri sebelum m eninggalkan TKP m enginform asikan kepada pengguna ja lan, kondisi a ru s lalu lintas su d ah norm al m elalui cara sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 32. BAB VIII

19 19 BAB VIII TATA CARA PENYIDIKAN KECELAKAAN LALU LINTAS Bagian K esatu Umum Pasal 35 (1) Penyidik m elakukan penilaian a ta s hasil olah TKP u n tu k m en en tu k an ad a a ta u tidaknya u n su r tindak p id an a pada K ecelakaan Lalu Lintas sebagai d a sa r dilakukan penyidikan. (2) Penyidik m elakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas, apabila terd apat cukup bukti a ta u terpenuhinya u n su r tin d ak pidana. (3) Penyidik m elakukan penghentian penyidikan kecelakaan lalu lintas, apabila tidak terd apat cukup bukti atau b u k an m eru p ak an tindak pidana atau batal demi hukum. (4) Penyidik Kecelakaan Lalu Lintas m enyam paikan hasil perkem bangan penyidikan kepada korban atau keluarga korban m elalui S u ra t P em beritahuan Perkem bangan Hasil Penyidikan (SP2HP). Pasal 36 (1) P enanganan Kecelakan Lalu Lintas ringan yang terd apat cukup bukti a ta u terpenuhinya u n su r tindak pidana, dilakukan dengan proses pem eriksaan singkat. (2) Proses pem eriksaan singkat pada Kecelakaan Lalu Lintas ringan, apabila terjadi k esep ak atan dam ai d ian tara pihak yang terlibat d ap at diselesaikan di lu ar pengadilan. Pasal 3 7 (1) Penyidik K ecelakaan Lalu Lintas m enyerahkan kepada penyidik fungsi Reserse, apabila m enem ukan adanya bukti p etu n ju k adanya tindak p idana terkait dengan; a. K endaraan; b. B arang m uatan; d a n /a ta u c. M odus kecelakaan. (2) Pelim pahan proses penyidikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) d ilaksanak an dengan m em buat Berita Acara Penyerahan sesuai k e te n tu a n p e ra tu ran p eru n d ang-undangan. Pasal 38 T ata cara penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas d ilaksanak an sesuai dengan U ndang-undang H ukum Acara Pidana dan k eten tu an p e ra tu ran perundangu ndangan. B a g ia n...

20 20 Bagian K edua Tata Cara Pengum pulan Alat Bukti Pasal 39 (1) (2 ) Alat bukti keterangan saksi diperoleh dari: a. saksi korban; d a n /a ta u b. saksi yang m elihat, m endengar, d an m engetahui kejadian K ecelakaan Lalu L intas. Alat b ukti keterangan ahli diperoleh dari orang yang memiliki kom petensi di bidang; a. kedokteran kehakim an atau dokter ru m ah sakit m engenai kondisi korban; b. laboratorium forensik kepolisian m engenai identifikasi k en d araan berm otor; c. kelaikan fungsi k endaraan berm otor; d a n /a ta u d. kelaikan fungsi jalan. Pasal 40 ( 1) Alat bukti su ra t terdiri a ta s su ra t k en d araan berm otor, pengem udi dan su ra t keterangan ahli. ( 2 ) S u ra t keterangan ahli sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) berupa; a. hasil visum et repertum berkenaan dengan kondisi korban luka d a n /a ta u korban m eninggal d u n ia yang d itandatangan i oleh dokter kehakim an a ia u dokter rum ah sakit; b. p ern y ataan tertulis berkaitan dengan registrasi dan identifikasi k en d araan berm otor dari laboran forensik; c. pernyataan tertulis m engenai kondisi kelaikan k en d araan berm otor dari ahli bidang teknis k en d araan berm otor; d a n /a ta u d. p ernyataan tertulis m engenai kondisi kelaikan fungsi jalan dari ahli bidang jalan. (3) U ntuk m en d apatk an visum et repertum sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) h u ru f a, petugas Polri: a. m engajukan su ra t perm ohonan kepada dokter kehakim an atau ru m ah sakit tem pat korban diraw at u n tu k dilakukan visum lu ar bagi korban luka d a n /a ta u visum dalam bagi korban m eninggal; dan b. m em berikan penjelasan secara p ersu asif kepada keluarga korban m engenai m anfaat dan arti penting visum bagi kepentingan penyidikan, apabila keluarga korban m enolak dilakukan visum dalam. (4) U ntuk

21 21 (4) U ntuk m endapatkan pernyataan tertulis m engenai hal-hal sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) h u ru f b, h u ru f c, dan h u ru f d, petugas Polri m engajukan perm ohonan kepada: a. lab o ra to riu m forensik kepolisian; b. in sta n si/a h li yang m em bidangi teknis k endaraan berm otor; dan c. in stan si t'ang m em bidangi jalan. (5) Form at su ra t perm ohonan perm intaan visum et repertum sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) tercan tu m dalam lam piran E yang m erupakan bagian tidak terp isahkan dari p e ra tu ran ini. Bagian K etiga P enyidikan K ecelakaan Lalu Lintas M elibatkan Warga Negara A sing Pasal 41 T ata cara penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas yang m elibatkan w arga negara asing dibedakan atas: a. w arga negara asing yang memiliki kekebalan diplom atik; dan b. w arga negara asing biasa. Pasal 42 (1) Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas terh adap w arga negara asing yang memiliki kekebalan diplom atik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 41 h u ru f a dilaksanakan: a. tin d ak an pertam a di TKP: 1. petugas m elaksanakan tindakan pertam a di TKP sesuai prosedur; 2. petugas Polri m en catat identitas korban, saksi, Tersangka, serta k endaraan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas; dan 3. segera d ib eritahukan ke k antor k ed u taan a ta u perw akilan negara asing yang b ersangkutan. b. tin d akan lanjutan: 1. penyidik m elakukan Olah TKP dan m elakukan tin d ak an pem eriksaan; 2. terh ad ap w arga negara asing 3^ang memiliki kekebalan diplom atik ta n p a m elakukan p en ah an an ; 3. terh ad ap k en d araan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas digunakan oleh w arga negara asing memiliki kekebalan diplom atik: a) tidak dilakukan penyitaan jika b e rsta tu s sebagai k en d araan dinas diplom atik; d a n /a ta u b) dilakukan penyitaan, jik a b e rsta tu s selain sebagai k en d araan dinas diplom atik; 4. a p a b ila...

22 22 4. apabila hasil penyidikan m en u n ju k k an cukup bukti u n su r tin d ak pidana, penyidik m engirim kan su ra t p em beritahuan penjelasan hasil penyidikan kepada k edutaan yang b ersan g k u tan m elalui K em enterian L uar Negeri dan p em b eritah u an ke B adan Intelijen K eam anan Polri. (2) Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas terh adap w arga negara asing biasa sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 41 h u ru f b dilaksanakan: a. tin d akan pertam a di TKP: b. petugas Polri m elaksanakan tindakan p ertam a di TKP sesuai prosedur; c. petugas Polri m encatat identitas korban, saksi, tersangka serta k endaraan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas; dan d. segera d ib eritahukan ke k anto r k ed u taan a ta u perw akilan negara asing yang b ersangkutan; a. tin d ak an lan ju tan d ilaksanakan sesuai dengan p e ra tu ra n p eru n d ang-u n d an g an. Bagian K eem pat Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas M elibatkan Pem im pin Negara, Pejabat Negara, M antan Pem im pin Negara dan Pejabat Daerah Pasal 43 (1) T ata cara penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas yang m elibatkan Pemimpin Negara dan m an tan Pem im pin Negara dilakukan sebagai berikut: a. petugas Polri m elak san akan T indakan Pertam a di TKP dengan segera sesuai prosedur; b. penyidik m elakukan Olah TKP, penyidikan, dan pem eriksaan terh ad ap pengem udi, Pem im pin Negara, d a n /a ta u m an tan Pem im pin Negara sesuai dengan p e ra tu ran perundan g -u n d an g an ; dan c. hasil Olah TKP serta penyidikan dilaporkan kepada Kapolri m elalui K akorlantas Polri. (2) Tata cara penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas yang m elibatkan Pejabat Negara d a n /a ta u Pejabat D aerah dilakukan sebagai berikut: a. petugas Polri m elak san akan T indakan Pertam a di TKP dengan segera sesuai prosedur; b. penyidik m elakukan Olah TKP, penyidikan, dan pem eriksaan terh adap pengem udi d a n /a ta u Pejabat Negara d a n /a ta u pejabat d aerah sesuai dengan p e ra tu ran p eru n d ang-u n d an g an; dan c. hasil olah TKP serta pen^ddikan dilaporkan kepada Kapolri. B a g ia n

23 Bagian K elima Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas M elibatkan Anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD Provinsi atau K abupaten/k ota Pasal 44 (1) Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas terh ad ap Anggota MPR, DPR, DPD d an DPRD Provinsi a ta u K abupaten/k ota dilaksanakan; a. tin d akan pertam a di TKP: 1. petugas m elaksanakan tin d ak an pertam a di TKP sesuai prosedur; 2. petugas Polri m en catat identitas korban, saksi. T ersangka, serta k en d araan yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas; b. tin d akan lanjutan: 1. penyidik m elakukan Olah TKP d an m elakukan tin d ak an pem eriksaan; 2. T indakan kepolisian terh ad ap Anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD Provinsi atau K abupaten/k ota yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas penyidik wajib m engajukan perm ohonan p ersetu ju an tertulis kepada; a) Presiden, yang d itan d atan g an i oleh Kapolri m elalui K abareskrim Polri u n tu k kecelakaan lalu lintas m elibatkan Anggota MPR RI, DPR RI, dan DPD RI; b) M enteri Dalam Negeri, yang d itandatangan i oleh Kapolri m elalui K abareskrim Polri u n tu k kecelakaan lalu lintas yang m elibatkan Anggota DPRD Provinsi; c) G ubernur, yang d itandatangan i oleh K apolda/ W akapolda u n tu k kecelakaan lalu lintas yang m elibatkan Anggota DPRD K abupaten/k ota. (2) Perm ohonan p ersetu ju an tertulis sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), h u ru f b angka 2 dilam pirkan: a. lap o ra n polisi; b. su ra t pem beritahuan dim ulainya penyidikan; c. su ra t perintah penyidikan; d. laporan kem ajuan perkem bangan penyidikan; e. notulasi gelar p erkara di tingkat Polda yang dihadiri u n su r pengaw asan internal Polda. (3) K etentuan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b angka 2 tidak berlaku apabila; a. b. c. tertangkap tangan; p idana k ejahatan dengan ancam an pidana m ati a ta u seu m u r hidup atau pidana terh ad ap k em an u siaan dan keam anan negara; dan m elaksanakan tindak pidana k h u su s. (4) D a la m...

24 24 (4) Dalam hal p ersetu ju an tertu lis tidak diberikan oleh Presiden, M enteri Dalam Negeri, G ubernur dalam w aktu paling lam bat 30 (tiga puluh) hari terh itu n g sejak diterim anya perm ohonan, proses pen}ddikan d ap at d ilaksanakan. Bagian K eenam Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas M elibatkan Anggota Tentara Nasional Indonesia Pasal 45 Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas yang m elibatkan anggota T entara Nasional Indonesia, dilaksanakan; a. tin d akan pertam a di TKP, m eliputi: 1. petugas Polri m elaksanakan T indakan Pertam a di TKP sesuai prosedur; dan b. 2. petugas Polri segera m enghubungi Polisi Militer T entara Nasional Indonesia k esatu a n asal yang b ersangkutan; tin d akan lan ju t penyidikan dikoordinasikan dengan Polisi Militer T entara Naional Indonesia setem pat sesuai dengan k esatu an yang b ersangkutan. Bagian K etujuh P enyidikan K ecelakaan Lalu Lintas K asus Tabrak Lari Pasal 46 (1) Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas k a su s tab rak lari, dilaksanakan: a. tin d ak an pertam a di TKP dilak san ak an sesuai prosedur; b. tin d akan lan ju t penyidikan: 1. secepat m ungkin m em beritahu kepada u n it-u n it di lapangan u n tu k m elakukan pengejaran, pencegatan dan penangkapan; 2. pencarian dan pengum pulan keterangan dari korban d a n /a ta u Saksi tentang pengem udi yang m elarikan diri serta nom or register, w arna, jenis, dan m erek kendaraan; 3. penelitian bukti-bukti yang d id ap at di TKP yang m eliputi bekas-bekas terjadinya kecelakaan d a n /a ta u adanya rekam an CCTV; 4. pengidentifikasian jen is Kecelakaan Lalu Lintas, arah kedatangan dan arah larinya kendaraan; 5. pem otretan TKP dan bukti-bukti yang tertinggal di TKP serta k o rb a n /k e n d a ra a n yang terlibat; 6. penginform asian kepada P usat Kendali Sistem Inform asi dan K om unikasi Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n serta u n it-u n it operasional u n tu k diadakan pelacakan dan penangkapan; 7. pem eriksaan

25 25 7. pem eriksaan di tem pat-tem pat yang diperkirakan digunakan u n tu k m engubah identitas k en d araan d a n /a ta u m enj^em bunyikan kendaraan; 8. pem blokiran S u ra t T anda Nomor K endaraan Berm otor m elalui D irektorat Lalu Lintas Kepolisian D aerah, Kepolisian Resort Kota Besar, Kepolisian Resort Kota, d a n /a ta u Kepolisian Resort tem pat k en d araan yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas terdaftar; dan 9. pengirim an bukti-bukti yang ditem ukan di TKP ke laboratorium forensik Polri u n tu k dilakukan pem eriksaan. (2) Dalam hal pelaku tab rak lari su d a h ditem ukan, penyidik m elakukan proses penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 42. Bagian K edelapan P enyidikan K ecelakaan Lalu Lintas di Jalan Tol Pasal 4 7 (1) Petugas Polri yang b ertugas di Ja la n Tol (PJR) wajib m elaksanakan T indakan P ertam a di TKP sesuai p rosedur dan segera m enginform asikan kepada u n it kecelakaan lalu lin tas setem pat. (2) Dalam hal terd apat korban luka a ta u m eninggal d u n ia d a n /a ta u terd ap at k endaraan yang m en u tu p a ru s lalu lintas jalan tol, petugas Polri (PJR) m em inta b a n tu a n teknis kepada pengelola jalan tol. (3) Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas yang berdam pak kem acetan m aka petugas Polri (PJR) m elakukan koordinasi dengan Pengelola Ja la n Tol u n tu k m elakukan p en u tu p a n pintu m asu k dan pengalihan arus. (4) T indakan lan ju tan, yang meliputi; a. Kegiatan olah TKP dan proses penyidikan selanjutnya d ilaksanak an oleh Unit kecelakaan lalu lin tas setem pat; dan b. apabila hasil penyidikan m en u n ju k k an cukup bukti ad an y a tindak pidana, berkas perk ara b eserta T ersangka d iserah k an kepada p e n u n tu t um um sesuai dengan k etentu an U ndang-u ndang H ukum.^cara P idana. Bagian K esem bilan Bantuan terhadap Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas M enonjol Pasal 48 (1) K ecelakaan Lalu Lintas Menonjol m eru p ak an K ecelakaan Lalu Lintas yang m elibatkan w arga negara asing a ta u diplom at asing. Pem im pin Negara, Pejabat Negara, dan M antan Pem im pin Negara, m enyangkut anggota T entara Nasional Indonesia, anggota Polri, korban m eninggal d u n ia paling sedikit 5 (lima) orang, m enyebabkan kem acetan >ang berkepanjangan sehingga a ru s lalu lintas terganggu d a n /a ta u m enjadi perhatian p u b lik /m a s3^arakat secara nasional. (2) Penyidikan...

26 (2) Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas Menonjol dilakukan dengan b a n tu a n p enan g anan oleh satu an yang lebih tinggi serta d ap at dilakukan penelitian oleh Pem bina fungsi Lalu Lintas dan A ngkutan Jalan. (3) Penyidikan kecelakaan lalu lintas m enonjol pada kesem patan pertam a wajib dilaporkan kepada Kepala Korps Lalu Lintas Polri dalam bentu k L aporan segera. (4) B an tu an p enanganan Kecelakaan Lalu L intas Menonjol sebagaim ana dim aksud pada ayat (2), dilakukan dengan ketentuan: a. jik a korban m eninggal d u n ia paling sedikit 5 (lima) orang, d ib erik an oleh D irektorat Lalu L intas K epolisian D aerah; b. jika korban m eninggal d u n ia lebih dari 10 (sepuluh) orang, diberikan oleh Korps Lalu Lintas Polri; atau c. jik a K ecelakaan lalu lintas yang m enjadi perhatian p u b lik /m asy arak at secara nasional atau m engalam i kesulitan dalam p enanganan term asuk penyidikannya, diberikan oleh D irektorat Lalu Lintas Kepolisian D aerah, Korps Lalu Lintas Polri, B areskrim Polri, dan u n su r b a n tu a n teknis lainn^m. (5) Pem bina Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n sebagaim ana dim aksud pada ayat (2), dalam w aktu paling lam a 3 (tiga) hari m elakukan penelitian terh adap faktor-faktor penyebab K ecelakaan Lalu Lintas. (6) Hasil penelitian sebagaim ana dim aksud pada ayat (5) dianalisis dan dievaluasi untuk; a. dijadikan d a sa r pengam bilan kebijakan dan pengem bangan pencegahan K ecelakaan Lalu Lintas; dan b. dipublikasikan oleh fungsi H um as d a n /a ta u fungsi lalu lintas Polri. Bagian K esepuluh A dm inistrasi Penyidikan Pasal 49 (1) A dm inistrasi penyidikan yang m em erlukan acara pem eriksaan biasa dan singkat terdiri atas; a. sam pul berkas perkara; b. kelengkapan isi berkas perkara; c. buku register penyidikan; dan d. pengaw asan dan pengendalian kegiatan penyidikan. (2) Isi berkas p erkara sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b m eliputi: a. daftar isi berkas perkara; b. resume', c. L aporan Polisi; d. S u ra t Perintah Tugas: e. S u r a t...

27 27 e. f. g- h. i. j- k. l. m. n. o. P- P' r. s. t. u. V. w. X. y- z. aa. bb. CC. dd. ee. ff. gg' hh. ii. B - kk. S u ra t Perintah Penyidikan; S u ra t P em beritahuan D im ulainya Penyidikan (SPDP) yang: Berita Acara Pem eriksaan di TKP; su ra t panggilan sak si/ah li: su ra t perintah m em baw a saksi; berita acara m em baw a dan m enghadapkan saksi; berita acara penyum pahan sak si/ah li; Berita Acara Pem eriksaan S aksi/ah li; S u ra t panggilan tersangka; S u ra t perintah penangkapan; Berita acara penangkapan; Berita Acara Pem eriksaan Tersangka; Berita acara konfrontasi; Berita acara rekonstruksi; S u ra t perm intaan b a n tu a n penangkapan; Berita acara penyerahan tersangka; S u ra t perintah pelepasan tersangka; Berita acara pelepasan tersangka; S u ra t perintah p en ah an an ; berita acara p en ah an an ; su ra t perm intaan perpanjangan P e n u n tu t Umum (JPU) dan hakim ; su ra t penetapan perpanjangan p en ah an an ; berita acara perpanjangan p en ah an an ; p en ah an an kepada J a k s a su ra t pem beritahuan perpanjangan p en ah an an kepada keluarga tersangka; su ra t perintah pengeluaran tah anan ; berita acara pengeluaran tah a n an ; su ra t perintah pem bantaran p en ah an an ; berita acara p em b antaran penahanan; su ra t perintah pencabutan p em b antaran pen ah an an ; berita acara pen cab u tan p em b an taran p en ah an an ; su ra t perintah p enah anan lanjutan; berita acara p e n ah a n an lanjutan; su ra t perm intaan izin/izin k h u su s penggeledahan kepada k etu a p engadilan; 11. su ra t

28 II. su ra t perintah penggeledahan; mm. su ra t perm intaan persetujuan penggeledahan kepada k etu a p engadilan; nn. berita acara penggeledahan rum ah tin g g al/tem p at te rtu tu p lainnya; oo. su ra t perm intaan izin/izin k h u su s penyitaan kepada k e tu a pengadilan; pp. qq. rr. ss. tt. UU. w. \vw. XX. yy. zz. aaa. su ra t perm intaan p ersetu ju an penyitaan kepada ketua pengadilan; su ra t perintah penyitaan; berita acara penyitaan; su ra t perm intaan p ersetu ju an Presiden, M endagri, J a k s a Agung, G ubernur, Majelis Pengaw as D aerah (Notaris) u n tu k m elakukan pem anggilan/pem eriksaan terh ad ap pejabat tertentu; su ra t perintah pem bungkusan, penyegelan dan pelabelan barang bukti; berita acara pem bungkusan, penyegelan dan pelabelan barang bukti; su ra t p erin tah pengem balian barang bukti; berita acara pengem balian barang bukti; su ra t perm intaan b a n tu a n pem eriksaan laboratorium forensik (Labfor); su ra t hasil pem eriksaan Labfor; su ra t p erm intaan b a n tu a n pem eriksaan identifikasi; su ra t hasil pem eriksaan identifikasi; bbb. su ra t pengirim an berkas perkara; ccc. ta n d a terim a berkas perkara; ddd. su ra t pengirim an tersan g k a dan barang bukti; eee. fff. ggg. berita acara serah terim a tersan g k a dan barang bukti; su ra t b a n tu a n penyelidikan; daftar saksi; hhh. daftar tersangka; iii. jjj. daftar barang bukti; su ra t perm intaan blokir rekening bank; kkk. berita acara blokir rekening bank; III. su ra t perm intaan pem bukaan blokir rekening bank; m m m.berita acara pem bukaan blokir rekening bank; n n n. S u ra t perm intaan penangkapan tersangka yang m asu k D aftar Pencarian O rang (DPO); ooo. s u ra t p encabutan perm intaan penangkapan tersangka yang m asu k D aftar P encarian O rang (DPO); PPP...

29 ppp. su ra t perm intaan pencarian barang sesuai D aftar Pencarian B arang (DPB); qqq. rrr, sss. ttt. su ra t p encabutan perm intaan pencarian barang sesuai Daftar Pencarian B arang (DPB); su ra t perm intaan cegah dan tangkal (cekal); su ra t p en cab u tan cekal; su ra t penitipan barang bukti; u u u. su ra t perintah penn-isihan barang bukti; VW. berita acara penyisihan barang bukti; V.WUC su ra t perintah pelelangan barang bukti; XXX. yyy. zzz. berita acara pelelangan barang bukti; su ra t perintah p em u sn ah an barang bukti; berita acara pem u sn ah an barang bukti; aaaa. su ra t perintah penitipan barang bukti; dan bbbb. berita acara penitipan barang bukti. (3) Isi berkas perk ara sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b, bilam ana diperlukan d ap at d itam b ah k an berita acara perekam an su a ra d a n /a ta u gam bar. (4) Selain adm inistrasi penyidikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b, adm inistrasi penyidikan yang d ap at dilam pirkan di dalam berkas p erk ara m eliputi: a. su ra t perintah penyelidikan; b. LHP; c. k a rtu tik k ejah atan /p elan g g aran ; d. k artu sidik jari; dan e. foto T ersangka dalam 3 (tiga) posisi. (5) A dm inistrasi penyidikan yang tidak term asu k dalam berkas perkara, m eliputi: a. su ra t perintah penghentian penyidikan; b. su ra t ketetapan penghentian penyidikan; c. su ra t p em b eritah u an penghentian penyidikan; d. su ra t pelim pahan berkas p erkara penyidikan kepada in stan si lain; e. berita acara pelim pahan berk as p erkara penyidikan kepada in stan si lain; dan f. S u ra t P em beritahuan Perkem bangan Hasil Penyidikan (SP2HP). Pasal

30 30 Pasal 50 Dalam penyidikan kecelakaan lalu lin tas dilengkapi dengan B uku register m eliputi: a. L aporan Polisi; b. K ejahatan/p elanggaran; c. S u ra t P em beritahuan D im ulainya/p enghentian Penyidikan; d. S u rat Panggilan; e. S u ra t Perintah Penangkapan; f. S u ra t Perintah Penggeledahan; g. S u ra t Perintah Penyitaan; h. S u ra t Perintah Penyidikan dan S u ra t Perintah Tugas; i. T ahanan; J- k. l. m. n. o. P- B erkas Perkara; Ekspedisi B erkas Perkara serta Penyerahan T ersangka dan B arang Bukti; B arang Bukti; P en carian O rang dan K endaraan; Perm intaan Visum et Repertum; S u ra t P em beritahuan Perkem bangan Hasil Penyidikan; dan Ju rn a l K ecelakaan Lalu Lintas. BAB IX TATA CARA PENANGANAN BARANG BUKTI Bagian K esatu P enyitaan Barang Bukti Pasal 51 (1) B arang bukti dari K ecelakaan Lalu Lintas yang d ap at disita berupa k endaraan berm otor, S u ra t T anda Nomor K endaraan Berm otor (STNK) dan S u ra t Izin M engem udi, serta barang m u atan dan benda-benda lain yang b erk aitan dengan terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas. (2) Penyitaan barang bukti yang terd apat di TKP a ta u di lu ar TKP sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) d ap at dilakukan langsung dan kem udian m engajukan perm ohonan izin kepada Ketua Pengadilan Negeri. (3) Penyitaan barang bukti dari K ecelakaan Lalu L intas sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) wajib diproses m elalui p em b u atan berita acara penyitaan, yang d itan d atan g an i oleh penyidik d an pem ilik barang bukti a ta u k elu arg an y a/y an g dik u asak an. (4) K e p a d a...

31 31 (4) Kepada pem ilik barang bukti atau anggota kelu arg an y a/y ang d ik u asak an diserah k an su ra t tan d a bukti penyitaan dan tu ru n a n berita acara penyitaan. (5) T ata cara penyitaan serta penandatanganem dan penyerahannya dilakukan sesuai dengan k eten tu an p e ra tu ran p erundang-undangan. B agian Kedua Penyim panan, P enitipan, dan Pengem balian Barang Bukti Pasal 52 (1) B arang b ukti yang telah disita disim pan di tem pat k h u su s atau ru m ah penyim panan benda sitaan negara (Rupbasan). (2) Dalam hal belum ad a rum ah penyim panan benda sitaan negara di tem pat yang b ersan g k u tan, penyim panan ben d a sitaan d ap at dilakukan di k anto r Kepolisian Negara Republik Indonesia, k antor kejaksaan negeri, k anto r pengadilan negeri dan dalam keadaan m em aksa di tem pat penyim panan lain atau tetap di tem pat sem ula benda itu disita. (3) B enda sitaan d ib u at berita acara dan d itan d atan g an i oleh penyidik dan pemilik barang dan / a ta u pihak yang m enguasai barang. (4) Penyim panan barang bukti sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditu an g k an dalam berita acara penyim panan barang bukti dan diberi label keterangan barang bukti. (5) B arang bukti yang disim pan secara fisik wajib tetap terpelihara sesuai dengan kondisi pada sa at dilakukan penyitaan. Pasal 53 B enda sitaan berupa kendaraan berm otor d ap at dititipraw atkan kepada pem ilik, apabila: a. b erd asark an penilaian dan keyakinan penyidik tem pat penitipan terh adap benda sitaan yang memiliki nilai ekonom is tinggi dan m em erlukan peraw atan dengan biaya tinggi d ap at dititipraw atkan kepada orang yang berhak atau darim ana benda itu disita; dan b. benda sitaan yang dititipraw atkan dilarang u n tu k d ip in dahtangankan dan diubah dari kondisi pada sa at dilakukan penyitaan. Pasal 54 (1) Dalam hal barang bukti sitaan berupa barang m u atan yang m udah ru sak, berbahaya d a n /a ta u zat beracun, penyidik d ap at m engam bil tindakan; a. m engam bil foto a ta u gam bar barang bukti; b. m engam bil sebagian barang sebagai sam pel atau contoh barang bukti dengan d ib u atk an berita acara penyisihan; dan c. m engem balikan...

32 32 c. m engem balikan barang kepada pemilik d a n /a ta u pihak yang berhak. (2) Pengem balian barang bukti kepada pemilik d a n /a ta u pihak yang berhak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f c, apabila: a. barang yang tidak ada kaitannya dengan perkara kecelakaan lalu lintas; b. b aran g tidak diperlukan lagi u n tu k keperluan penyidikan; c. S u ra t Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) telah diterbitkan; atau d. p u tu sa n pengadilan yang m em punyai k ek u atan h u k u m yang tetap telah diterbitkan. (3) Pengem balian barang bukti wajib dilengkapi dengan S u ra t Perintah Pengem balian B arang Bukti yang dikeluarkan oleh pejabat yang berw enang. (4) Pejabat yang berw enang m en andatan g ani S u rat Perintah Pengem balian B enda S itaan adalah pejabat serendah-rendahnya: a. D irektur Lalu Lintas Polda; atau b. Kepala S a tu an Lalu Lintas di tingkat Polres setelah m en d ap at p ersetu ju an Kapolres. (5) Pengem balian barang bukti sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f c dan ayat (2) ditu an g k an dalam Berita Acara Pengem balian B arang Bukti. Bagian K etiga P enyitaan Surat Izin M engem udi dan Surat Tanda Nomor Kendaraan Berm otor Pasal 55 (1) Penyitaan S u ra t Izin M engem udi bagi pengem udi yang terlibat kecelakaan lalu lintas, diinform asikan kepada K esatuan setem pat asal penerbitan S u ra t Izin M engemudi. (2) Penyitaan S u ra t T anda Nomor K endaraan Berm otor yang K endaraan B erm otornya terlibat Kecelakaan Lalu Lintas diinform asikan kepada K esatuan setem pat asal penerbitan S u ra t T anda Nomor K endaraan Bermotor. Bagian K eem pat Penanganan Barang Bukti Tanpa D iketahui Pem iliknya Pasal 56 (1) Dalam hal barang bukti sitaan berupa k endaraan tidak diketahui n am a d a n /a ta u alam at pemilik, penyidik wajib m elakukan pelacakan u n tu k m em peroleh atau m enem ukan nam a dan alam at pemilik. (2) Pelacakan...

33 33 Pelacakan n am a d a n /a ta u alam at pemilik sebagaim ana dim aksud pada ay at (1) dilakukan dengan cara: a. m endatangi alam at yang teridentifikasi pada register k en d araan }mng ada di kepolisian; atau b. m engirim su ra t pem beritahuan ke alam at yang teridentifikasi sebagaim ana dim aksud pada h u ru f a. BAB X GELAR PERKARA Pasal 57 Gelar perk ara d ilak san ak an dengan cara: a. gelar perk ara biasa; dan b. gelar p erkara k h u su s. Pasal 58 ( 1) ( 2 ) Gelar perkara biasa sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 57 h u ru f a, d ilak san ak an p ada tahap: a. aw al proses penyidikan; b. pertengahan proses penyidikan; dan c. ak h ir proses penyidikan. Gelar perk ara pada tah ap awal Penyidikan sebagaim ana dim aksud pada ay at (1) h u ru f a b ertu ju an untuk: a. m en en tu k an sta tu s perkara p idana a ta u bukan; b. m eru m u sk an ren can a penyidikan; c. m en en tu k an u n su r-u n s u r pasal yang dipersangkakan; d. m en en tu k an saksi, tersangka, dan barang bukti; e. m en entu k an target w aktu; dan f. penerapan teknik dan taktik Pen3ddikan. (3) Gelar p erk ara pada tah ap pertengahan penyidikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b b ertu ju an untuk: a. b. evaluasi dan pem ecahan m asalah yang dihadapi dalam Penyidikan; m engetahui kem ajuan penyidikan yang dicapai dan upaya percepatan penyelesaian penyidikan; c. m en entu k an ren can a penindakan lebih lanjut; d. m em astikan

34 34 d. m em astikan terpenuhinya u n su r pasal yang dipersangkakan; e. m em astikan k esesu aian a n ta ra saksi, tersangka, dan b aran g bukti dengan pasal yang dipersangkakan; f. m em astikan p elak san aan Penyidikan telah sesuai dengan target yang ditetapkan; d a n /a ta u g. m engem bangkan ren can a dan sa sa ran Penyidikan. (4) G elar perk ara pada tah a p ak h ir Penyidikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f c b ertu ju an untuk: a. evaluasi proses penyidikan yang telah dilaksanakan; b. pem ecahan m asalah a ta u h am b atan penyidikan; c. m em astikan kesesu aian a n ta ra saksi, tersangka, dan bukti; d. penyem purnaan berkas perkara; e. m en entu k an layak tidaknya berk as p erkara dilim pahkan kepada p e n u n tu t um um atau dihentikan; d a n /a ta u f. p em enuhan petu n ju k JPU. Pasal 59 ( 1) Gelar p erkara k h u su s sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 57 h u ru f b, b ertu ju an u n tu k ; a. m erespons lap o ra n /p e n g ad u a n atau kom plain dari pihak yang berperkara atau p en asih at hukum nya setelah ada perintah dari a ta s a n penyidik selaku penyidik; b. m em buka kem bali penyidikan yang telah dihentikan setelah d id ap atk an bukti baru; c. m en entu k an tin d akan kepolisian secara k h u su s; atau ( 2 ) d. m em buka kem bali penyidikan b erd asark an p u tu sa n praperadilan yang b erk ek u atan h u k u m tetap. Gelar p erk ara k h u su s sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), d ilak san ak an terh ad ap k a su s-k a su s terten tu dengan pertim bangan; a. b. c. d. e. m em erlukan p ersetu ju an tertulis P resid en/m en d agri/g u b em u r; m enjadi perhatian publik secara luas; a ta s perm intaan penyidik; berdam pak m assal a ta u kontinjensi; kriteria perkaranya sangat sulit; f. perm in taan pencekalan dan Interpol/D ivhubinter Polri. pengajuan DPO ke NCB Pasal

35 35 Pasal 60 (1) T ahapan penyelenggaraan gelar p erkara m eliputi; a. persiapan; b. pelaksanaan; dan c. k elanjutan hasil gelar perkara. (2) T ahap persiapan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f a m eliputi: a. penyiapan b ah an p ap aran gelar perkara oleh tim penyidik; b. penyiapan sa ra n a dan p ra sa ra n a gelar perkara; dan c. pengirim an su ra t undan g an gelar perkara. (3) T ahap p elaksanaan gelar sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b m eliputi: a. pem bukaan gelar perk ara oleh pim pinan gelar perkara; b. p a p aran tim penyidik tentang pokok perkara, p elak san aan penyidikan, dan hasil penyidikan yang telah dilaksanakan; c. tanggapan p ara peserta gelar perkara; d. diskusi p erm asalah an yang terkait dalam penyidikan perkara; dan e. kesim pulan gelar perkara. (4) T ahap k elanju tan hasil gelar p erk ara sebagaim ana dim aksud pada a}mt (1) h u ru f c m eliputi: a. p em b u atan laporan hasil gelar perkara; b. penyam paian laporan kepada pejabat yang berw enang; c. a ra h an dan disposisi pejabat yang berw enang; d. tin d ak lan ju t hasil gelar p erkara oleh penyidik dan m elaporkan perkem bangannya kepada a ta sa n penyidik; dan e. pengecekan p elaksanaan hasil gelar perkara oleh pengaw as penyidikan. BAB XI PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS Bagian K esatu P en yelesaian Pem berian Ganti Rugi M ateriil Pasal 61 (1) P enentuan dan pem bayaran ganti Kerugian Materiil yang diakibatkan K ecelakaan Lalu Lintas d a p at diselesaikan m elalui proses di lu ar p engadilan. (2) Penyelesaian...

36 (2) Penyelesaian p en en tu an dan pem bayaran ganti Kerugian Materiil sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan secara m usyaw arah langsung di a n ta ra pihak-pihak yang terlibat K ecelakaan Lalu Lintas. (3) Proses penyelesaian ganti kerugian m ateriil dilarang m elibatkan penyidik/penyidik pem bantu. Pasal 62 (1) Para pihak d ap at m em inta b an tu an pihak ketiga selaku m ediator apahila penyelesaian secara m usyaw arah sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 57 ayat (2) tidak tercapai kesepakatan. (2) Dalam hal telah terjadi kesepakatan a n ta ra p ara pihak yang terlibat, ditu an g k an dalam su ra t pernyataan dan diserahkan kepada penyidik/ penyidik pem bantu. (3) Penyidik setelah m enerim a su ra t p ernyataan dilam pirkan dalam berkas perkara sebagai pertim bangan hakim dalam m engam bil k ep u tu san. Bagian K edua P en yelesaian Perkara K ecelakaan Lalu Lintas Ringan Pasal 63 (1) Kewajiban m engganti kerugian terjadi k esep akatan dam ai a n ta ra p ara pihak yang terlibat kecelakaan lalu lintas, u n tu k m enyelesaikan perkaranya d ap at diselesaikan di lu ar sidang pengadilan. (2) K esepakatan dam ai a n ta ra p ara pihak yang terlibat kecelakaan lalu lin tas d itu angkan dalam su ra t pernyataan k esep akatan dam ai. (3) Penyelesaian perkara di lu ar sidang pengadilan sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) d ap at d ilaksanakan selam a belum dibuatnya laporan polisi. (4) Dalam p erkara kecelakaan lalu lintas ringan, apabila u n su r-u n s u r tindak p idana terpenuhi dan tidak terjadi k esep akatan dam ai a n ta ra p a ra pihak yang terlibat kecelakaan lalu lintas, m aka penyelesaian perkaranya diselesaikan dengan acara singkat. (5) Penyelesaian perkara di lu ar sidang pengadilan sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) wajib diregister dan su ra t pernyataan k esepakatan dam ai diarsipkan. Bagian K etiga P en yelesaian Perkara K ecelakaan Lalu Lintas Sedang Pasal 64 Dalam perkara kecelakaan lalu lintas sedang, apabila u n su r-u n s u r tindak p idana terpenuhi, penyelesaian perkaranya diselesaikan dengan acara singkat. B a g ia n

37 (6) Setelah berkas lengkap d an m em enuhi sy arat segera dilakukan penjilidan dan penyegelan. Bagian K eenam Penyerahan berkas Perkara kecelakaan lalu lin tas Pasal 6 7 P enyerahan berkas p erkara kepada J a k s a P en u n tu t U m um (JPU) dilakukan m elalui 2 (dua) tah a p sebagai berikut: a. tah a p pertam a, m enyerahkan berkas perkara; dan b. tah a p kedua, penyerahan tanggung jaw ab T ersangka dan b aran g bukti setelah berkas p erk ara dinyatakan lengkap. Pasal 68 (1) B erkas P erkara yang dinyatakan telah selesai dan telah diteliti oleh Perw ira Pengaw as Penyidik, wajib segera dilaporkan kepada pejabat yang berw enang u n tu k m enyerahkan B erkas Perkara kepada p e n u n tu t um um. (2) Pejabat yang berw enang m en en tu k an dan m enan d atan g an i penyerahan B erkas P erkara adalah pejabat yang berw enang m en andatan g ani S u rat P erintah Penyidikan paling ren d ah oleh: a. D irektur Lalu Lintas di tingkat Polda; a ta u b. Kepala S atu an Lalu L intas di tingkat Polres. Pasal 69 (1) S u ra t P enyerahan B erkas P erkara bersam a Isi P erkara d iserah k an oleh Penyidik kepada p e n u n tu t u m u m d an wajib dicatat di dalam B uku Ekspedisi. (2) Penyerahan B erkas P erkara kepada p e n u n tu t u m u m sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) wajib dicatat dalam B uku E kspedisi dengan keterangan yang jelas m engenai nam a, jab a ta n, ta n d a tan g an petugas, dan cap k esatu a n Polri yang m enyerahkan dan petugas k ejaksaan yang m enerim a penyerahan. Pasal 7 0 (1) B erkas perk ara yang d iserah k an kepada p e n u n tu t u m u m dinyatakan belum lengkap m en u ru t p e n u n tu t um um, penyidik wajib segera m elengkapi k ekurangan B erkas p erk ara sesuai dengan p etu n ju k p e n u n tu t um um dalam w aktu yang sesuai dengan k e te n tu a n p eratu ran p eru ndang-undangan. (2) B erkas perk ara dinyatakan lengkap oleh p e n u n tu t um um, penyidik wajib segera m elaksanakan penyerahan B erkas Perkara T ahap K edua berikut T ersangka d an barang buktinya kepada p e n u n tu t um um. (3) D a la m...

38 39 (3) Dalam w aktu 14 (em pat belas) hari berkas p erk ara tidak dikem balikan oleh JPU, berkas perkara dianggap lengkap dan Penyidik/Penyidik Pem bantu d a p at m enyerahkan T ersangka dan B arang B ukti (tahap 11). Pasal 71 (1) S u ra t Penyerahan, B erkas Perkara T ahap K edua d itan d atan g an i oleh pejabat yang m engeluarkan S u ra t Perintah Penyidikan. (2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan m endesak, su ra t penyerahan berkas p erkara tah a p kedua d ap at d itandatangan i oleh A tasan Penyidik setelah m en d apat p ersetu ju an dari Pejabat yang m engeluarkan S u rat Perintah Penyidikan. Bagian K etujuh Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Pasal 72 (1) Penyerahan tersangka dan barang d ibuatkan berita acara serah terim a tersangka dan barang bukti yang d itandatangan i oleh Penyidik/Penyidik Pem bantu yang m enyerahkan dan JPU yang m enerim a. (2) Penyerahan tanggung jaw ab tersangka wajib d ilak san ak an di kantor JPU. (3) Penyerahan tanggung jaw ab a ta s barang bukti d ap at d ilaksanakan di tem pat lain, dim ana barang bukti disim pan. Bagian K edelapan P enghentian P enyidikan K ecelakaan Lalu Lintas Paragraf 1 Dasar P enghentian Penyidikan K ecelakaan Lalu Lintas Pasal 73 (1) Pertim bangan u n tu k m elakukan penghentian penyidikan kecelakaan lalu lin tas dengan alasan: a. b. tidak cukup bukti; atau demi hukum. (2) Penghentian penyidikan kecelakaan lalu lintas dengan alasan demi h u k u m sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b m eliputi; a. T ersangka m eninggal dunia; b. perkara telah m elam paui m asa kedaluarsa; atau c. nebis in idem. P aragraf

39 Paragraf 2 A dm inistrasi P enghentian Penyidikan Pasal 7 4 A dm inistrasi dalam rangka m elak san akan penghentian penyidikan kecelakaan lalu lintas m eliputi: a. penerbitan S u ra t Perintah P enghentian Penyidikan oleh pejabat yang m engeluarkan S u ra t Perintah Penyidikan; b. penerbitan S u ra t K etetapan Penghentian Penyidikan oleh pejabat yang berw enang; c. penerbitan S u ra t P em beritahuan Penghentian Penyidikan oleh pejabat yang berw enang; d. p em b u atan B erita A cara P enghentian Penyidikan yang d ib u at oleh penyidik; dan e. pengirim an S u ra t P em beritahuan Penghentian Penyidikan oleh penyidik kepada pelapor, J a k s a P e n u n tu t U m um dan T ersangka a ta u p enasih at hukum nya. Pasal 75 (1) Pejabat yang berw enang m en andatan g ani S u ra t K etetapan Penghentian Penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 74 h u ru f b serendahrendahnya: a. D irektur Lalu Lintas di tingkat Polda; a ta u b. Kepala S atu an Lalu Lintas di tingkat Polres. (2) Pejabat yang berw enang m enan d atan g an i S u rat P erintah Penghentian Penyidikan Perkara pejabat yang m engeluarkan S u ra t Perintah Penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 74 h u ru f a: a. D irektur Lalu Lintas di tingkat Polda setelah m en d apatk an p e rsetu ju an dari Kapolda; a ta u b. Kepala S atu an Lalu L intas di tingkat Polres, setelah m endapatkan p ersetu ju an dari Kapolres. (3) S u ra t P em beritahuan Penghentian Penyidikan P erkara wajib d ib u at oleh penyidik dan selanjutnya d iserah k an kepada T ersangka, keluarganya, d an p e n u n tu t um um paling lam bat 2 (dua) hari. (4) B erita A cara Penghentian Penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 74 h u ru f d d ib u at oleh penyidik paling lam b at 2 (dua) hari setelah diterbitkannya S u rat Perintah Penghentian Penyidikan. P aragraf

40 41 Paragraf 3 Prosedur P enghentian Penyidikan Pasal 76 (1) P enghentian Penyidikan hanya d ap at d ilaksanakan setelah dilakukan tin d akan penyidikan secara m aksim al dan penyidikan tidak d ap at dilanju tk an karena alasan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 75. (2) Sebelum dilakukan penghentian penyidikan, wajib d ilakukan gelar perkara. (3) G elar p erk ara u n tu k penghentian penyidikan dipim pin oleh pejabat yang berw enang, yaitu serendah-rendahnya; a. D irektur Lalu Lintas di tingkat Polda; a ta u b. Kepala S atu an Lalu L intas di tingkat Polres. Paragraf 4 Prosedur Pencabutan pengh en tian Penyidikan Pasal 7 7 Dalam hal penghentian penyidikan d inyatakan tidak sah oleh p u tu sa n pra peradilan d a n /a ta u ditem ukan b ukti b aru, penyidik wajib m elanjutkan penyidikan kem bali dengan m enerbitkan su ra t k etetapan p encabutan penghentian penyidikan dan su ra t p erin tah penyidikan lanjutan. BAB XII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Bagian K esatu Subjek Pasal 78 Subjek pengaw asan dan pengendalian penyidikan meliputi: a. A tasan penyidik; b. tingkat M abes Polri: 1. Kepala Biro W assidik B areskrim Polri; dan 2. pengem ban fungsi pengaw asan pada K orlantas Polri. c. tingkat Polda, pengem ban fungsi pengaw asan pada D itlantas; dan d. tingkat Polres, KBO S atlantas. B a g ia n

41 42 Bagian Kedua Objek Pasal 79 Objek pengaw asan dan pengendalian Penyidikan meliputi: a. penyidik; b. k eg iatan p enyidikan; c. adm inistrasi penyidikan; dan d. adm inistrasi lain yang m endukung penyidikan. Pasal 80 ( 1) Penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 79 h u ru f a m erupakan pejabat Polri yang m elakukan penyidikan b erd asark an su ra t perintah tu g as. ( 2 ) (3) Pengaw asan dan pengendalian terh adap penyidik, m eliputi; a. sikap, m oral dan perilaku selam a m elaksanakan tugas penyidikan; b. p erlakuan dan pelayanan terh adap tersangka, saksi dan barang bukti; c. h u b u n g an penyidik dengan tersangka, saksi, dan keluarga atau pihak lain }'ang terkait dengan perkara yang sedang ditangani; dan d. h u b u n g an penyidik dengan in stan si penegak h u k u m dan in stan si terkait lainnya. Pengaw asan dan pengendalian terh ad ap kegiatan penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 79 h u ru f b, m eliputi: a. teknis dan tak tis penyidikan; dan b. profesionalism e penyidikan. (4) Pengaw asan dan pengendalian terh adap adm inistrasi penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 79 h u ru f c, m eliputi: kelengkapan adm inistrasi penyidikan; b. legalitas dan ak u n tabilitas adm inistrasi penyidikan. (5) Pengaw asan dan pengendalian terh adap adm inistrasi lain yang m endukung penyidikan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 79 h u ru f d, m eliputi: a. buku register perkara; dan b. pengisian d an p en catatan ta ta n a sk a h (takah) perkara. B agian

42 43 Bagian Ketiga M etode Pasal 81 Metode pengaw asan d an pengendalian kegiatan penyidikan, meliputi; a. p en elitian laporan; b. pengaw asan m elekat; c. p etu n ju k dan arah an ; dan d. supervisi. Pasal 82 Penelitian laporan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 81 h u ru f a, m eliputi kegiatan pem eriksaan terhadap: a. L aporan Polisi; b. S u ra t P em beritahuan Perkem bangan Hasil Penyidikan (SP2HP); dan c. laporan kem ajuan perkem bangan hasil pen3ddikan. Pasal 83 Penelitian laporan b e rtu ju an u n tu k m engetahui: a. proses penyidikan su d a h sesuai dengan k eten tu an a ta u ditem ukan ad an y a kendala, h am b atan, atau p erm asalahan; b. ad a tidaknya u n s u r pidana; c. p en erap an pasal sesuai dengan perkaranya; d. perkem bangan hasil penyidikan; dan e. ju m la h p erkara yang teijadi dan persentase penyelesaiannya. Pasal 84 Penelitian laporan dilakukan oleh: a. pejabat stru k tu ral; b. A tasan Penyidik; dan c. pejabat pengem ban fungsi pengaw asan Penyidikan. Pasal 85 Pengaw asan m elekat sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 81 h u ru f b, d ilak san ak an oleh a ta sa n penyidik dengan cara pengaw asan dan pengendalian; a. b. c. d. langsung p elaksanaan penyidikan; adm inistrasi penyidikan; pengolahan TKP; tin d ak an upaya paksa; e. pelaksanaan

43 44 e. p elak san aan rek o n stru k si atau reka ulang; f. p enan g anan ta h a n an dan barang bukti; dan g. tin d ak an lain yang ada kaitannya dengan penyidikan. Pasal 86 ( 1) P etunjuk dan a ra h an sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 81 h u ru f c, diberikan dengan cara: a. b. c. m elalui surat; langsung m elalui tatap m uka, dan briefing] atau m elalui telepon atau alat kom unikasi lainnya. (2) P etunjuk dan a ra h a n d ap at dilakukan oleh a ta sa n langsung penyidik, pejabat stru k tu ral, dan pejabat pengem ban fungsi pengaw asan penyidikan. Pasal 87 (1) Supervisi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 81 h u ru f d, dilaksanakan: a. secara rutin; dan b. insidentil. (2) Supervisi secara rutin d ilak san ak an sesuai jadw al yang telah ditetapkan. (3) Supervisi insidentil d ilak san ak an sesuai dengan k eb u tu h an. (4) Supervisi d ilaksanak an oleh pejabat stru k tu ral, pengem ban fungsi pengaw asan Penyidikan serta pengem ban fungsi pengaw asan um um dan daerah. Pasal 88 Supervisi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 87 b e rtu ju an u n tu k : a. m engetahui proses penyidikan d ilak san ak an sesuai k eten tu an a ta u ditem ukan adanya kendala, h am b atan, a ta u perm asalahan; b. klarifikasi terh adap laporan a ta u pengaduan m asy arakat dengan fakta yang ad a a ta u ditem ukan; c. m em ecahkan p erm asalah an a ta u kendala yang dihadapi penyidik/penyidik pem bantu dan m em berikan altern atif solusi; d. m enjam in k u alitas proses penyidikan; dan e. sebagai k o n su ltan dalam pem ecahan m asalah. B a g ia n

44 45 Bagian K eem pat Hasil Pengawasan Pasal 89 Dalam hal hasil pengaw asan ditem ukan adanya dugaan pelanggaran disiplin a ta u kode etik profesi Polri yang dilakukan penyidik/penyidik pem bantu, sebelum diproses m elalui m ekanism e acara h u k u m an disiplin, wajib dilakukan pem eriksaan p en d ah u lu an oleh a ta sa n penyidik, pengaw as penyidikan a ta u pejabat a ta sa n pengaw as penyidikan. Pasal 90 Dalam hal hasil pem eriksaan p en d ah u lu an sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 88, telah m enem ukan petunjuk: a. diduga telah terjadi pelanggaran disiplin atau pelanggaran kode etik profesi Polri, pem eriksaan selanjutnya d iserah k an kepada fungsi Propam Polri paling lam bat 7 (tujuh) hari setelah d ilak san ak an pem eriksaan p en d ah u lu an ; dan b. diduga telah terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik/penyidik pem bantu dalam p elak san aan penyidikan, proses pen3ndikannya d iserah k an kepada fungsi Reskrim. Pasal 91 U ntuk kepentingan pengaw asan dan pengendalian kinerja Pen\ddik/Penyidik Pem bantu, catatan setiap kegiatan Penyidikan berikut berkas p erkara wajib disim pan dalam database Sistem Pengaw asan dan Penilaian Kinerja Penyidik (SPPKP). ' BAB XIII EVALUASI KINERJA PENYIDIK Pasal 92 (1) U ntuk m engukur tingkat keberhasilan penyidik/penyidik pem bantu, dilakukan evaluasi kinerja dengan m em buat rekapitulasi d a ta ten tan g kegiatan dan hasil penyidikan berupa; a. ju m lah perkara yang diterim a, diproses dan diselesaikan; dan b. rincian ju m lah setiap jen is penindakan yang d ilaksanak an oleh penyidik/penyidik pem bantu m eliputi pem anggilan, pem eriksaan, penangkapan, p en ah an an, penggeledahan, penyitaan, pengeluaran ta h a n a n d an penyerahan b erk as perkara. (2) E valuasi rekapitulasi d a ta kegiatan dan hasil penindakan dilaksanakan secara berkala dan berjenjang dari tingkat Polsek sam pai tingkat M abes Polri sek u ran g -k u ran g n y a setiap 1 (satu) bulan sekali dan dirangkum dalam laporan b ulan an. (3) L aporan b u lan an d ib u at secara berjenjang dari tingkat Polsek sam pai dengan M abes Polri dengan jadw al pengirim an setiap b u lan n y a sebagai berikut: a. laporan...

45 46 a. laporan dari Polsek paling lam bat tanggal 5 (lima) setiap bulan su d ah diterim a di Polres (Kapolres dan K asatlantas); b. laporan dari Polres paling lam bat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan su d ah diterim a di Polda (Kapolda dan Dirian tas); dan c. laporan dari Polda yang m enangani penyidikan paling lam bat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan su d ah diterim a di K orlantas Polri (K akorlantas Polri). (4) Laporan b u lan a n digunakan sebagai b ah an untuk: a. p e m a n ta u an perkem bangan penyidikan; b. evaluasi kinerja sa tu a n kew ilayahan; dan c. p en d ataan di P u sat Inform asi Kriminal Nasional. Pasal 93 (1) Analisis d an evaluasi (Anev) kem am puan penyelesaian p erk ara yang ditangani secara periodik: a. Anev kinerja penyidik/penyidik pem bantu pada sem ester pertam a dan kedua pada ta h u n berjalan; dan b. Anev kinerja pen^adik/penyidik pem bantu selam a 1 (satu) tah u n. (2) Pengirim an Anev kinerja tiap sem ester dan ta h u n a n dengan jadw al sebagai berikut: a. Anev sem ester pertam a dari Polres paling lam bat tanggal 10 Ju li su d ah diterim a di Polda, dari Polda yang m em bidangi penyidikan paling lam bat tanggal 15 Ju li sudah diterim a K akorlantas Polri; dan b. Anev sem ester kedua dan ak h ir tah u n dari Polres paling lam bat tanggal 10 Ja n u a ri su d ah diterim a di Polda, dari Polda yang m em bidangi penyidikan paling lam bat tanggal 15 Ja n u a ri pada ta h u n berikutnya su d ah diterim a K akorlantas Polri. Pasal 94 U ntuk kepentingan pengaw asan dan pengendalian kinerja penyidik, catatan setiap kegiatan penyidikan berikut berkas perk ara wajib disim pan dalam d a ta b a se Sistem Pengaw asan dan Penilaian Kinerja Penyidik (SPPKP). BAB XIV PENDATAAN DAN PELAPORAN Bagian K esatu Pendataan K ecelakaan Lalu Lintas Pasal 95 (1) Petugas yang m elakukan olah TKP wajib m em asukkan d a ta ke lem bar form ulir d a ta K ecelakaan Lalu Lintas. (2) F o rm u lir...

46 47 (2) Form ulir d a ta K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) paling rendah berisi identitas dan ju m lah korban, kondisi korban, identitas pelaku, identitas kendaraan, lokasi dan w aktu kejadian, penyebab terjadinya kecelakaan, kondisi jalan, situasi lingkungan, jen is kecelakaan serta kronologis terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas. (3) Form at Form ulir d ata K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) tercan tu m dalam lam piran F yang m erupakan bagian tidak terp isahkan dari p eratu ran ini. Bagian Kedua S istem Pengum pulan dan Pengolahan Data K ecelakaan Lalu Lintas Pasal 96 (1) Petugas Polri wajib m engum pulkan d a ta kecelakaan dari pem angku kepentingan yang berkaitan dengan terjadinya K ecelakaan Lalu Lintas. (2) Dalam pengum pulan d ata K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), petugas Polri wajib m elakukan koordinasi dan kerja sam a dengan ru m ah sakit dan PT J a s a R aharja (persero). Pasal 9 7 (1) D ata K ecelakaan Lalu Lintas yang telah dikum pulkan, diolah, dan disajikan dalam form at pelaporan dan analisis Kecelakaan Lalu Lintas. (2) Form at pelaporan dan analisis K ecelakaan Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) berb en tu k buku pelaporan a ta u program elektronik sebagai b ah an d ata pada S ubsistem Inform asi dan K om unikasi Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n di bidang registrasi dan identifikasi K endaraan Berm otor dan Pengem udi, Penegakan H ukum, O perasional M anajem en dan R ekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan b erlalu lin tas. Bagian K etiga P endistribusian dan Publikasi Data K ecelakaan Lalu Lintas Pasal 98 (1) D ata K ecelakaan Lalu Lintas yang su d ah tersedia dalam form at pelaporan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 97 ayat (1) didistribusikan kepada S atker di lingkungan Polri serta d ap at dim anfaatkan oleh instansi Pem bina Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n lainnya. (2) Instansi Pem bina Lalu Lintas dan A ngkutan Ja la n sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) m elakukan analisis d a ta Kecelakaan Lalu Lintas yang hasilnya disam paikan kepada Polri sebagai d a sar pengam bilan kebijakan. Pasal

47 48 Pasal 99 (1) D ata K ecelakaan Lalu L intas w ajib disam paikan kepada S ubsistem Inform asi d an K om unikasi Lalu L intas d an A ngkutan J a la n di bidang registrasi d an identifikasi K endaraan Berm otor d an Pengem udi, Penegakan H ukum, O perasional M anajem en d an R ekayasa Lalu Lintas, se rta pendidikan berlalu lin tas m elalui jarin g an online d a n /a ta u secara m anual. (2) S ubsistem Inform asi d an K om unikasi Lalu L intas d an A ngkutan Ja la n di bidang registrasi dan identifikasi K endaraan Berm otor d an Pengem udi, Penegakan H ukum, O perasional M anajem en dan R ekayasa Lalu Lintas, se rta pendidikan berlalu lin tas sebagaim ana dim aksud p ada ayat (1) d a p at m em publikasikan d a ta K ecelakaan Lalu Lintas kepada m asyarakat sesuai k e b u tu h a n m elalui m edia cetak a ta u elektronik. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 100 P eratu ran Kapolri ini m ulai berlaku p ada tanggal diundangkan. Agar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan pengundan g an P eraturan Kapolri ini dengan penem patannya dalam B erita Negara Republik Indonesia. D itetapkan di J a k a rta INDONESIA, D iundangkan di J a k a rta pada tanggal 23 Desember 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1528

48 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

49 DAFTAR LAMPIRAN A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS B. GAMBAR TATA LETAK ALAT PENGAMANAN TKP DAN RUMUS JARAK HENTI C. FORMAT BERITA ACARA PEMOTRETAN D. FORMAT PEMBUATAN GAMBAR ATAU SKETSA TKP E. FORMAT SURAT PERMOHONAN PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM F. FORMAT FORMULIR DATA KECELAKAAN LALU LINTAS

50 A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS TANDA BUKTI LAPOR Nomor;TBL /... /... /... j... B erdasarkan Laporan Polisi Nomor; LP / /ta n g g a l... Dengan ini diterangkan bahwa;... /... / 1. Nama ; T em pat/t anggal Lahir 3. P ekerjaan 4. Alam at 5. No. Telp. /F a x s/e m a il ;. 6. Telah m elapor di ;. 7. Perkara ;. 8. W aktu kejadian ; Tem pat kejadian ; Terlapor ;... Telah m elaporkan T indak Pidana. T anda tan g an pelapor, Ja k a rta,... Perw ira Siaga, (... Nama Pangkat/N R P. L aporan Polisi.

51 0 s KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR Ja lan Trunojovo 3, Kebayoran Baru. Ja k a rta LAPORAN-POLISI Pada hari ini... tanggal... bulan... ta h u n pukul... saya; Pangkat... NRP... yang dipekerjakan pada K antor Polisi tersebut, telah m enerim a b e rita/p e m b e rita h u an dari... tentang terjadinya kecelakaan lalu lintas. 1. Hari, tanggal dan jam terjadinya k ecelakaan/k ejad ian 2. Nam a tem pat kecelakaan lan tas 3. P okok-pokok kejadian; a. T abrakan a n ta ra b. K endaraan... slip /lep as kendali, dsb. c. Je n is k en d araan yang terlibat d. Korban e. Dan sebagainya 4. Identitas Pengem udi yang tersan g k u t (nam a, um ur, jen is kelam in, pekerjaan, SIM alam at, dsb) 5. K eadaan jasm a n i dan rohani p engem u d i/p enum p ang dsb. setelah kecelakaan 6. K eadaan cuaca, ja la n dsb. 7. G am bar

52 7. G am bar posisi k en d araan di TKP 8. Identifikasi k endaraan }mng terlibat (STNK, STCK, STUK, dsb). 9. Identitas Saksi (nam a, um ur, jen is kelam in, pekerjaan, alam at) 10. Akibat ta b ra k a n ; a. Korban m an u sia (nam a, um ur, jen is kelam in, pekerjaan, alam at). b. Mati, luka berat, dsb 11. K erusakan b enda/m ateriil dsb 12. Kerugian dinilai dengan uang kira-k ira. 13. K eterangan singkat asal m ula terjadinya kecelakaan lalu lin tas. Rp. (kolom ini d ap at diperpanjang sesuai k eb u tu h an laporan). 14. K esim pulan sem entara 15. B arang bukti yang disita 16. O rang yang d ita n g k ap /d ita h an Dem ikian Laporan Polisi ini dib u at dengan sebenarnya, m engingat su m p ah ja b a ta n kem udian d itu tu p dan d itan d a tangani d i...pada tanggal dan bulan serta ta h u n seperti terseb u t di atas. M engetahui: KAS AT LANTAS... Yang m em buat laporan ; B. GAMBAR

53 B. GAMBAR TATA LETAK ALAT PENGAMANAN TKP DAN RUMUS JARAK HENTI G am bar T ata Letak Alat Pengam anan TKP U ntuk J a lu r Ja la n D ua Arah 10 ;::f-iii' V'- r j' ^ t l S c, ' -.rj i «-!W< ^- % f -u r-i#l ' T < ^ k \ ^T \ - m M» 1# IS_uu-: li g Jfe K eterangan N Papan Peringatan "Hati-Hati Ada Kecelakaan Lalu Lintas' "Pelan-Pelan" Mobil Polisi Kerucut Lalu Lintas Kendaraari dan Korban kecelakaan Lampu Peringatan Lampu peringatan warna biru atau segitiga pengaman harus ditempatkan pada dua sisi jalur jalan yang berlawanan dengan jarak antara 25 sampai dengan 50 meter dari kerucut lalu lintas nomor 7 dan nomor 10. Jarak antar kerucut lalu lintas paling dekat 4 meter. Papan peringatan ditempatkan pada dua sisi jalur jalan di samping kerucut nomor 7 dan nomor 10 pada jarak antara 25 sampai dengan 50 meter dari posisi kerucut nomor 1 dan nomor 8. G am bar

54 7 G am bar T ata Letak Alat Pengam anan TKP U ntuk J a lu r Ja la n Satu Arah X.l^, ' f i. ; H i i : : * s f ' 4?.i. p j p H Keterangan L Papan Peringatan ^ 'Hati-Hati Ada Kecelakaan Lalu Lintas' 1 Pelan-Pelan" : ; ] Mobil Polisi M S Kerucut Lalu Lintas Kendaraan dan Korban kecelakaan Lampu Peringatan Lampu peringatan warna biru atau segitiga pengaman harus ditempatkan pada sisi lajur jalan tempat terjadinya kecelakaan dengan jarak antara 25 sampai dengan 50 meter dari kerucut lalu lintas nomor 7. Jarak antar kerucut lalu lintas paling dekat 4 meter. Papan peringatan ditempatkan disamping kerucut nomor 7 pada jarak antara 25 sampai dengan 50 meter dari posisi kerucut nomor 1. Metode

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOM OR4 TAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOM OR4 TAHUN 2015 BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOM OR4 TAHUN 2015 TENTANG TAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POHUWATO KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 12 TAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 12 TAHUN 2015 BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PERSEROAN TERBATAS BANK SULAWESI UTARA GORONTALO DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR IOTAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR IOTAHUN 2015 BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR IOTAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT DI BIDANG KEPEGAWAIAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TkWm 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TkWm 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TkWm 2016 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG MENETAPKAN DAN PEMBERIAN KUASA MENANDATANGANI SURAT KEPUTUSAN SERTA SURAT-SURAT LAINNYA BIDANG KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 14 TAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 14 TAHUN 2015 BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MALEO KABUPATEN POHUWATO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) B e n tu k: PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) O le h : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o m or: 28 TAHUN 1960 (28/ 1960) Tanggal: 12 AGUSTUS 1960 (JAKARTA) Sum ber: LN 1960/ 85; TLN NO.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 131.91-9494 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERHENTIAN BUPATI NDUGA PROVINSI PAPUA MENTERI DALAM NEGERI, M enim bang M engingat

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 86 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, SURAT KETERANGAN BELAJAR, IZIN PENGGUNAAN GELAR, IZIN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POHUWATO, M enim

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2013 KEPOLISIAN. Kecelakaan. Lalu Lintas. Penanganan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN

Lebih terperinci

BUPAT1 POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 7TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDIJNG

BUPAT1 POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 7TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDIJNG / BUPAT1 POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 7TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDIJNG M enim bang M engingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POHUWATO, a. bahw a penyelenggaraan

Lebih terperinci

Bahwa pada hari ini Kamis tanggal Dua puluh dua bulan Septem ber tahun Dua Ribu Enam Belas

Bahwa pada hari ini Kamis tanggal Dua puluh dua bulan Septem ber tahun Dua Ribu Enam Belas MODEL BA.HP-KWK B E R IT A A C A R A H A S IL P E N E L IT IA N PERSYARATA N A D M IN IS T R A S I D O K U M E N P E R S YARATA N PENCALO N A N D A N P E R Y A R A TA N CALO N D A LA M D A LA M P E M IL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2 0 1 5 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN 9 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH SERI B KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 6 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V. K ita b Undang-undang Hukum P idana (ICUIIP) se b a g a i. suatu perundang-undangan p id a n a yang t e la h d ib e rla k u k a n

BAB V. K ita b Undang-undang Hukum P idana (ICUIIP) se b a g a i. suatu perundang-undangan p id a n a yang t e la h d ib e rla k u k a n BAB V P E N U T U P 1. K esim pulan K ita b Undang-undang Hukum P idana (ICUIIP) se b a g a i suatu perundang-undangan p id a n a yang t e la h d ib e rla k u k a n s e ca ra n a s io n a l b erd a sark

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POHUWATO, M enim bang : a. bahw

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 9 miun 2 16 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR PM 180 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENGOPERASIAN SISTEM PESAW AT UDARA TANPA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR PM 180 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENGOPERASIAN SISTEM PESAW AT UDARA TANPA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR PM 180 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENGOPERASIAN SISTEM PESAW AT UDARA TANPA AW AK DI RUANG UDARA YANG

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT i Jj BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POHUWATO M enim bang M engingat : a. bahw

Lebih terperinci

PEM BERITAHUAN PERTANYAAN BAGI JAW AB LISAN DEW AN R AKYAT D A R IPADA : DR. HAJAH SITI MARIAH BINTI M A H M U D [KOTA RAJA] TA R IKH : 14 MAC 2016

PEM BERITAHUAN PERTANYAAN BAGI JAW AB LISAN DEW AN R AKYAT D A R IPADA : DR. HAJAH SITI MARIAH BINTI M A H M U D [KOTA RAJA] TA R IKH : 14 MAC 2016 NO. SOALAN: 35 PEM BERITAHUAN PERTANYAAN BAGI JAW AB LISAN DEW AN R AKYAT PERTANYAAN : LISAN D A R IPADA : DR. HAJAH SITI MARIAH BINTI M A H M U D [KOTA RAJA] TA R IKH : 14 MAC 2016 RUJUKAN : 8570 SO ALAN:

Lebih terperinci

PER A T U R A N D A ER A H KA BU PA T EN SER D A N G BED A G A I

PER A T U R A N D A ER A H KA BU PA T EN SER D A N G BED A G A I LE M B A R A N D A E R A H K A B U P A TE N S E R D A N G B E D A G A I N O M O R 9 T A H U N 200 6 PER A T U R A N D A ER A H KA BU PA T EN SER D A N G BED A G A I N O M O R 9 T A H U N 2006 T EN T A

Lebih terperinci

BUPATI POHUWATO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POHUWATO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG M enimbang: BUPATI POHUWATO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KABUPATEN POHUWATO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 381 TAHUN 2018 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 381 TAHUN 2018 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 381 TAHUN 2018 TENTANG NOMENKLATUR DAN TITELATUR DALAM BAHASA INGGRIS UNTUK TINGKAT ESELON I DAN ESELON

Lebih terperinci

Walaupun AADK melaksanakan kempen dan mengambil langkah-langkah lain menangani isu ini. NO. SOALAN: 29 TAR IKH 17 M A C 2016

Walaupun AADK melaksanakan kempen dan mengambil langkah-langkah lain menangani isu ini. NO. SOALAN: 29 TAR IKH 17 M A C 2016 NO. SOALAN: 29 P E M B E R IT A H U A N P E R T A N Y A A N BAGI J A W A B LISAN D EW A N R A K Y A T P E R T A N Y A A N : LISAN D A R IP A D A D A T U K W E E J E C K S E N G TAR IKH 17 M A C 2016 R

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NOMOR 12 TAHUN TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NOMOR 12 TAHUN TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2 0 1 5 TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, M enim bang

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

MENTERILIVGKIJNG AN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERILIVGKIJNG AN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERILIVGKIJNG AN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: S K.901/M enlhk/s etjen/p L A.4/ 1 2/2016 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

P E R A T U R A N W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A N O M O R 67 T A H U N 201 2 T E N T A N G

P E R A T U R A N W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A N O M O R 67 T A H U N 201 2 T E N T A N G W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A P E R A T U R A N W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A N O M O R 67 T A H U N 201 2 T E N T A N G P E D O M A N P E L A K S A N A A N P E N G A D A A N B A R A N G /

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG- UNDANG REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 1 4 TAHUN TENTANG KETERBUKAAN I NFORMASI PUBLI K

UNDANG- UNDANG REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 1 4 TAHUN TENTANG KETERBUKAAN I NFORMASI PUBLI K UNDANG- UNDANG REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 1 4 TAHUN 2 0 0 8 TENTANG KETERBUKAAN I NFORMASI PUBLI K DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESI DEN REPUBLI K I NDONESI A Menim bang : a. bahwa inform asi m

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDO NESIA SURAT - EDARAN NOMOR: SE-001/J.A/8/1994 TENTANG

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDO NESIA SURAT - EDARAN NOMOR: SE-001/J.A/8/1994 TENTANG JAKSA AGUNG REPUBLIK INDO NESIA SURAT - EDARAN NOMOR: SE-001/J.A/8/1994 TENTANG PETUNJUKAN PENANGANAN O PERASI YUSTISI TEAM KOORDINASI PENG AM AN HUTAN Memperhatikan Surat Menteri Kehutanan RI Nomor :

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 PENGADILAN NEGERI BUNTOK KELAS II JL. PELITA RAYA NO. 20 BUNTOK http://www.pn-buntok.go.id Halaman Kata Pengantar j KATA

Lebih terperinci

LEM BARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR: 6 TAHUN 2012

LEM BARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR: 6 TAHUN 2012 LEM BARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR: 6 TAHUN 2012 P E R A T U R A N D A E R A H K A B U P A T E N B U T O N U T A R A N O M O R t 6 T A H U N 2012 TENTANG R E T R IB U S I P E L A Y A N A N P

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS LINTAS Selong, Januari 2015 BIDANG LAKA LANTAS

Lebih terperinci

E K R E T A R I A T J E N D E R A L K E M E N T E R

E K R E T A R I A T J E N D E R A L K E M E N T E R EKRETARIAT JENDERAL K E M E N T E R l;a N PERINDUSTRJ Kata Pengantar Laporan A kuntabilitas Kinerja Instansi Pem erintah (LAKIP) m erupakan laporan dari hasil penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-Ol.Hl.07.02 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENYIDIKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN W AUKOTA BIM A NOMOR 3 3 TAHUN 2013

WALIKOTA BIMA PERATURAN W AUKOTA BIM A NOMOR 3 3 TAHUN 2013 * 9 WALIKOTA BIMA PERATURAN W AUKOTA BIM A NOMOR 3 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK B UM I DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN Dl KOTA BIM A WALIKOTA BIM A, M e nim b a ng M e ngin gat

Lebih terperinci

Nomor : 01/CV-AA/SGHN/II/2017 Manado, 20 September 2017 Lamp : - Perihal : Sanggahan

Nomor : 01/CV-AA/SGHN/II/2017 Manado, 20 September 2017 Lamp : - Perihal : Sanggahan Nomor : 01/CV-AA/SGHN/II/2017 Manado, 20 September 2017 Lamp : - Perihal : Sanggahan Kepada Yth: Pokja ULP: Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Daerah Provinsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DITERBITKAN OLEH B A G IA N HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG '... PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERKAWINAN, PERCERAIAN, DAN RUJUK BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA K E P U TU S A N M E N T E R I P E R M U K IM A N D A N P R A S A R A N A W I L A Y A H NOMOR 341 /K PTS/M/2002

REPUBLIK INDONESIA K E P U TU S A N M E N T E R I P E R M U K IM A N D A N P R A S A R A N A W I L A Y A H NOMOR 341 /K PTS/M/2002 M EN TER I P ERM UK IM AN D AN PR ASAR AN A WIL AY AH REPUBLIK INDONESIA K E P U TU S A N M E N T E R I P E R M U K IM A N D A N P R A S A R A N A W I L A Y A H NOMOR 341 /K PTS/M/2002 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB II. A IG beraw al pada tahun 1919 ketika Cornelius Vander Starr m endirikan

BAB II. A IG beraw al pada tahun 1919 ketika Cornelius Vander Starr m endirikan BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan A IG beraw al pada tahun 1919 ketika Cornelius Vander Starr m endirikan perusahaan asuransi yang berm ula di Shanghai, China dengan cara m enjual asuransi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN TENTANG HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN ANGGARAN 201 3

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN TENTANG HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN ANGGARAN 201 3 SALINAN NOMOR 24, 201 2 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 201 2 TENTANG HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN ANGGARAN 201 3 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI METRO KELAS IB

PENGADILAN NEGERI METRO KELAS IB PENGADILAN NEGERI METRO KELAS IB Jalan Sutan Syahrir No. 65 Kota Metro Telp. (0725) 41833 41624 Fax. (0725) 41624 Website : www.pnmetro.go.id ; email :klasib.metro@gmail.com Nomor : W 9.U2^K^/OT.01.2A/I/2017

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS TANDA BUKTI LAPOR. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor: LP /.. / /. /. 1. Nama :...

A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS TANDA BUKTI LAPOR. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor: LP /.. / /. /. 1. Nama :... 53 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA PENJAHIT TRENDY DI CILACAP. Naskah Publikasi

ANALISIS DAN PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA PENJAHIT TRENDY DI CILACAP. Naskah Publikasi ANALISIS DAN PERANCANGAN WEBSITE SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA PENJAHIT TRENDY DI CILACAP Naskah Publikasi Diajukan oleh Afifi Adnan Pradana 09.22.1081 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 41, 2012 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KOM PETEN SI DAN M O T IV A S I TERHADAP KINERJA GURU SM A N E G E R I 101 JAKARTA

PENGARUH KOM PETEN SI DAN M O T IV A S I TERHADAP KINERJA GURU SM A N E G E R I 101 JAKARTA PENGARUH KOM PETEN SI DAN M O T IV A S I TERHADAP KINERJA GURU SM A N E G E R I 101 JAKARTA KARYA AKHIR OLEH R IL IP SR I 55108110203 UNIVERSITAS M ERCU BUANA PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM M AGISTER M

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 1140 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) UNTUK MELAKSANAKAN PERAWATAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYUSUNAN BERKAS PERKARA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK ABSTRAK Jawa Timur salah satu provinsi yang telah berhasil dalam usaha m engendalikan jum lah penduduk. Disadari atau tidak jum lah penduduk yang besar lebih m erupakan beban dibanding sebagai m odal pem

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2014 WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2014 WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 23, 201 3 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2014 WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. ba h wa u n tu k m ela ksan a ka n keten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

P R O G R A M K ER J A T A H U N A N TIM P EN G G ER A K P K K D E SA P R IN G G O W IR A W A N TA H U N 2011

P R O G R A M K ER J A T A H U N A N TIM P EN G G ER A K P K K D E SA P R IN G G O W IR A W A N TA H U N 2011 P R O G R A M K ER J A T A H U N A N TIM P EN G G ER A K P K K D E SA P R IN G G O W IR A W A N TA H U N 211 P O K JA II NO B IDAN G PR O GR A M T U JU AN SA SA RAN K EG IATA N D AN A K ET 1 2 3 4 5 6

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

NOMOR : W 6.U 5 / 7 /S K /K P N /3 / TENTANG

NOMOR : W 6.U 5 / 7 /S K /K P N /3 / TENTANG K E T U A P E N G A D IL A N N E G E R I L U B U K U N G G A U NOMOR : W 6.U 5 / 7 /S K /K P N /3 /2 0 17 TENTANG P E M B E N T U K A N T IM REFO RM ASI BIROKRASI PEN G A D ILA N NEGERI LU B U K U N G

Lebih terperinci

Bank Indonesia Sumber

Bank Indonesia Sumber Bank Indonesia Sumber www.bi.go.id STATUS DAN KEDUDUKAN BANK INDONESIA Sebagai Lembaga Negara yang Independen Babak baru dalam sej arah Bank I ndonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika

Lebih terperinci

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP 1. Persiapan Penanganan TKP Sebelum menandatangani TKP perlu dipersiapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 412 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN LINTAS PELAYANAN PERKERETAAPIAN ANGKUTAN PERINTIS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 412 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN LINTAS PELAYANAN PERKERETAAPIAN ANGKUTAN PERINTIS MENTERI PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP 412 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN LINTAS PELAYANAN PERKERETAAPIAN ANGKUTAN PERINTIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

I Nyoman Mardika, S. Pd., M. Pd.

I Nyoman Mardika, S. Pd., M. Pd. LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUTORIAL MASA REGISTRASI: 2017.1 MATA KULIAH : METODE PENGEMBANGAN FISIK KODE/SKS : PAUD4202/4 POKJAR : BUOL B PROGRAM : S1 PGPAUD SEMESTER : III (TIGA) Disusun oleh: Tutor I

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 25, 2013 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. ba h wa den ga n a da n ya kenaikan

Lebih terperinci

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas KODE UNIT : RSK.PL01.169.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini menunjukan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA Dompu 2 Januari 2016 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

NOVYANA PUSPITASARI A

NOVYANA PUSPITASARI A UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK TAPE DARI BAHAN DASAR BIJI NANGKA DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KATUK SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna

Lebih terperinci

KOP SURAT KEMENTERIAN ATR/BPN/PEMERINTAH PROVINSI/ PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA *) SURAT PERINTAH TUGAS Nomor: SP-../Gas-W/PPNS PENATAAN RUANG/ /20..

KOP SURAT KEMENTERIAN ATR/BPN/PEMERINTAH PROVINSI/ PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA *) SURAT PERINTAH TUGAS Nomor: SP-../Gas-W/PPNS PENATAAN RUANG/ /20.. LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PENATAAN RUANG Demi Keadilan KOP SURAT KEMENTERIAN ATR/BPN/PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI PERUSAHAAN PT. IALK JAKARTA

BAB II. DESKRIPSI PERUSAHAAN PT. IALK JAKARTA BAB II. DESKRIPSI PERUSAHAAN PT. IALK JAKARTA 2.1 Sejarah Perusahaan dan Lingkup Bidang Usaha PT. IA L K Jakarta didirikan pada tahun 1990, perusahaan penghasil b iji plastik yang berkiprah secara dom

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta No.407, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENATR/BPN. PPNS. Penataan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI

Lebih terperinci

(Syzygium pholyanthum W).

(Syzygium pholyanthum W). (Syzygium pholyanthum W). At an au ah ht 1 r a tut ah un nh 1. Pr III ar a P lte e ha t ul a. Pr III ar a P lte e ha t ul a at an au ahu ht 54a l. r. a tutah. P h n ala tana untu al aunn a an una an untu

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 24, 2013 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. ba h wa den ga n a da n ya kenaikan h a rga

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci