BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang menggambarkan realitas masyarakat yang menerima Bantuan Langsung Tunai dari pemerintah berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Toba Samosir. Alasan pemiihan lokasi ini karena Toba Samosir adalah salah satu daerah yg menjalankan program Bantuan Langsung Tunai sejak Tahun Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember Tahun Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi yang dipilih oleh peneliti yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di 3 kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Kecamatan balige, Silaen dan Tampahan. 41

2 No. Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) Toba Samosir Kecamatan Jumlah RTM Persentase (%) 1 Balige Habinsaran Laguboti Porsea Lumbanjulu Uluan Silaen Nassau Sigumpar Pintu Pohan Meranti Ajibata Borbor Siantar Narumonda Tampahan Jumlah Sumber : BPS Tobasa Sampel Penelitian Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan metode teknik sampling. Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk mewakili keseluruhan populasi. Sampel yang dalam penelitian 42

3 ini adalah rumah tangga miskin penerima BLT di 3 kecamatan di Toba Samosir yaitu : Kecamatan Balige, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Tampahan. Alasan pengambilan sampel tersebut adalah dengan mengurutkan rumah tangga miskin penerima BLT mulai dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit. Maka dipilih Kecamatan dengan rumah tangga miskin penerima BLT yang paling banyak (Balige), yang sedang (Silaen) dan penerima BLT yang paling sedikit (Tampahan). Dimana dalam menentukan ukuran sampel populasi, penulis menggunakan rumus Slovin sebagai berikut : n = N 1+Ne 2 Keterangan : n N e = ukuran sampel = ukuran populasi = nilai kritis (batas kesalahan) yang diinginkan Dengan perhitungan sebagai berikut : n = N 1+Ne 2 = (10%) 2 = 99,87 dibulatkan menjadi

4 Tabel 3.2 Rincian sampel NO. NAMA POPULASI PERSENTASE SAMPEL WILAYAH 1 Balige % 65 2 Silaen % 25 3 Tampahan % 10 TOTAL % 100 Dengan distribusi sampel berdasarkan kecamatan sebagai berikut : Kecamatan Balige : 3.223/4.942 x 100 = 65 Kecamatan Silaen : 1.222/4.942x 100 = 25 Kecamatan Tampahan : 497/4.942x 100 = Metode Pengumpulan Data Studi Kepustakaan Data yang dukumpulkan berdasarkan naskah-naskah yang sudah diterbitkan berupa buku, makalah, surat kabar, majalah, dan arsip-arsip Studi Lapangan Data yang diperoleh dengan turun langsung ke lapangan melalui : 1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada responden. 2. Kuesioner, yaitu terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari responden melalui daftar pertanyaan, 44

5 untuk mendapatkan informasi tambahan dan data yang relevan dari informasi yang telah didapatkan penulis dari wawancara. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berada di Kecamatan Balige, Silaen, dan Tampahan. 3.5 Definisi Konsep Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1987 : 34). Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menghamburkan tujuan penelitian, maka disusun defenisi konsep sebagai berikut : 1. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil yang direncanakan sebelumnya dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang dilakukan di depan. 2. BLT adalah program kompensasi jangka pendek yang dikeluarkan Pemerintah yang tujuan utama yaitu untuk membantu masyarakat yang tergolong miskin, karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. 45

6 3. Efektifitas adalah kemampuan untuk mencapai suatu hasil. 4. Efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan menggunakan sumber daya secara optimal. 5. Kemiskinan adalah suatu keadaan yang menunjukkan kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. 3.6 Defenisi Operasional Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Evaluasi Bantuan Langsung Tunai yaitu proses untuk melihat sampai sejauh mana program Bantuan Langsung Tunai dilaksanakan guna memperoleh hasil untuk mengatasi dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak di Kabupaten Toba Samosir. 2. Efektifitas adalah kemampuan program BLT untuk mengatasi masalah kemiskinan akibat naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Toba Samosir. 3. Efisiensi adalah kemampuan program BLT dalam menggunakan sumber daya secara optimal di Kabupaten Toba Samosir 4. Kemiskinan yaitu kondisi ekonomi masyarakat Toba Samosir yang menunjukkan kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. 46

7 Tabel 3.3 Variabel Operasional No VARIABEL DEFENISI INDIKATOR SKALA PENGUKURAN 1 Evaluasi Bantuan Langsung Tunai Efektifitas Kemampuan untuk mencapai suatu hasil Penyaluran dana yang mudah Besaran dana BLT yang diterima Bentuk program yang dijalankan Skala Guttman Efesiensi Melakukan sesuatu dengan menggunakan sumber daya secara optimal Ketepatan alokasi dana Ketepatan alokasi waktu Skala Guttman 2 Kemiskinan Keadaan yang menunjukkan kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok - Pembelian pakaian baru dalam setahun - Menu makanan - Air minum - Jenis lantai - Dinding - Atap - Tempat buang air Skala Likert 3.7 Teknik Analisa Data 1. Untuk menjawab permasalahan satu, digunakan kriteria evaluasi yaitu sebagai berikut: Efektifitas yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 47

8 Efesiensi yaitu apakah tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program tersebut menggunakan sumber daya secara optimal. Dan kemudian jawaban dari responden akan dijabarkan dalam bentuk tabulasi. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menginterpretasikan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti, kemudian data tersebut diberi komentar sesuai dengan data, fakta dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman intelektual dan pengalaman penulis. 2. Untuk menjawab permasalahan dua, pengentasan kemiskinan tersebut dilihat dari kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok sebelum dan setelah menerima BLT, yaitu dari pembelian pakaian baru, kemampuan makan daging dan minum dalam seminggu, variasi menu makanan, sumber utama air minum, jenis atap, dinding dan lantai rumah, juga dari fasilitas buang air. Penulis menggunakan analisis compare means uji t-statistik (paired sample t- test), yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya, analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang berpasangan. Adapun metode yang digunakan adalah program SPSS 17.0 for Windows Evaluation Version. 48

9 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t-hitung adalah : t-hitung = (b i -b) Sb i Keterangan : b i = koefisien variabel independen ke i b = nilai hipotesis nol Sb i = simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan : Ho = Ho diterima, tidak terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLT. Ha = Ha diterima, terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLT. 49

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup lama dan melewati berbagai proses, pada akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba Samosir dan Kabupaten DATI II Mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia sekaligus melantik Drs. Sahala Tampubolon selaku Penjabat Bupati Toba Samosir. Pada saat itu, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Drs. Parlindungan Simbolon. Setelah Kabupaten Toba Samosir diresmikan diangkat Ketua DPRD Sementara adalah M.P. Situmorang, selanjutnya dilakukan pemilihan yang hasilnya adalah Ketua Drh. Unggul Siahaan dan Wakil Ketua M.A. Simanjuntak dan Wakil Ketua Drs. L.P. Sitanggang. Pada tahun 1999, dilaksanakan pemilihan umum di Indonesia, dengan hasil menetapkan 35 anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir, serta menetapkan pimpinan DPRD Kabupaten Toba Samosir masa bhakti yaitu : Ketua Ir. Bona Tua Sinaga dan Wakil Ketua masing masing adalah Sabam Simanjuntak, Drs. Vespasianus Panjaitan dan Letkol W. Nainggolan. Pada 50

11 tahun 2000 diadakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir, dengan hasil pemilihan, menetapkan Drs. Sahala Tampubolon sebagai Bupati dan Maripul S. Manurung, SH., sebagai wakil Bupati Toba Samosir, masa bhakti , pelantikan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2000 di Balige. Pada awal pembentukannya, kabupaten ini terdiri atas 13 (tiga belas) kecamatan, 5 (lima) kecamatan pembantu, 281 (Dua ratus delapan puluh satu) desa dan 19 (Sembilan belas) kelurahan. Sejalan dengan perkembangan dan perjalanan Kabupaten Toba Samosir sampai saat ini, Kabupaten ini terdiri dari 16 (enam belas) Kecamatan, 231 (Dua ratus tiga puluh satu) Desa dan 13 (Tiga Belas) Kelurahan Lokasi dan Letak Geografis Kabupaten Toba Samosir berada pada Lintang Utara dan Bujur Timur, Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021,8 Km 2. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. 51

12 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Batas Wilayah Kecamatan Batas Wilayah Kabupaten Toba Samosir berada diantara lima kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu dan Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir. 52

13 Balige 2,27% 3,60% 4,50% 4,53% 1,10% 4,04% 4,50% 1,21% 3,66% 20,21% Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau 13.70% 1,56% 1,25% 8,54% 16,59% 8,74% Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Gambar 4.2 Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Toba Samosir Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2009 adalah jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) RT. Dengan luas wilayah daratan 2.021,8 Km², tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 sebesar 86,7 jiwa/km². Kecamatan Balige yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan dan pusat pemerintahan adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi, yaitu sebesar 487,52 jiwa/km², kemudian 53

14 Kecamatan Porsea dengan tingkat kepadatan sebesar 351,64 jiwa/km². Sedangkan Nassau merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan yang terkecil, yaitu hanya 18,80 jiwa/km². Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Toba Samosir lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan Tahun Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Toba Samosir sebesar 96,99 persen. Angka ini menunjukkan bahwa dari setiap 100 perempuan terdapat sekitar 96,99 orang laki-laki. Dari 16 jumlah kecamatan tahun 2009 di Kabupaten Toba Samosir, ada 1 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuannya, yaitu : Kecamatan Nassau dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 100,16 persen. Kecamatan dengan angka sex ratio terkecil terdapat di Kecamatan Porsea sebesar 93,92 persen. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa kebanyakan laki-laki merantau ke luar daerah baik untuk mencari pekerjaan maupun tujuan melanjutkan pendidikan. 54

15 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah/Total Sumber : BPS Toba Samosir 55

16 Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) Toba Samosir No. Persentase Kecamatan Jumlah RTM (%) 1 Balige Habinsaran Laguboti Porsea Lumbanjulu Uluan Silaen Nassau Sigumpar Pintu Pohan Meranti Ajibata Borbor Siantar Narumonda Tampahan Jumlah Sumber : BPS Toba Samosir Perekonomian Tahun 2008 luas panen padi seluas Ha dengan jumlah produksi sebesar ton. Dimana sektor pertanian ini memberi kontribusi sebesar 27.14% terhadap total PDRB Kabupaten Toba Samosir. Luas panen dan produksi tanaman jagung tahun 2008 seluas Ha dengan produksi yang dihasilkan sebesar ton, dengan tingkat produktivitas sebesar 31,97 Kw/Ha. Sementara luas panen kacang tanah tahun 2008 seluas 164 Ha dengan produksi yang 56

17 dihasilkan 191 ton. Untuk tanaman sayur-sayuran, seperti cabe, bawang merah, bawang putih, bawang daun, buncis, kentang dan sebagainya baik luas panen dan produksinya dapat dilihat pada table secara lengkap. Untuk tanaman buahbuahan yang cukup potensial di Kabupaten Toba Samosir adalah buah mangga, alpukat, durian, pisang, jeruk dan nenas. Produksi hasil hutan yang terbesar tercatat adalah Pulp dan Eucalyptus masing-masing sebanyak ,22 ton dan ,18 m3. Kabupaten Toba Samosir Memiliki 2 industri besar yaitu PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang memiliki jaringan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan bersama dengan PT. Toba Pulp Lestari Tbk, dan 519 unit usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak orang yang bergerak pada bidang produksi tenunan tradisional (ulos), kerajinan kulit, produk konsumsi. sektor industri menjadi kontributor terbesar bagi PDRB, diikuti sektor pertanian di urutan kedua. 57

18 Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan) No. Lapangan Usaha Pertanian , , , ,25 2 Pertambangan Dan Penggalian 7.179, , , ,23 3 Industri ,27 994,941, , ,61 4 Listrik, Gas, Dan Air , , , ,59 Minum 5 Bangunan , , , ,97 6 Perdagangan, Hotel Dan , , , ,31 Restoran 7 Pengangkutan Dan , , , ,55 Komunikasi 8 Keuangan, Asuransi, , , , ,75 Persewaan Dan Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Dan Perorangan , , , ,76 PDRB Total , , , ,03 Sumber : BPS Toba Samosir Tenaga Kerja Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 jumlah lowongan kerja yang terdaftardi dinas tersebut sebesar lowongan. Kesemua lowongan tersebut 58

19 belum terpenuhi. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 sebanyak 849 orang, dengan rincian 306 laki-laki dan 543 perempuan. Dari jumlah tersebut 15,73 persen merupakan pencari kerja tamatan SLTA, tamatan diploma 45,33 persen, tamatan sarjana 37,87 persen dan sisanya 1,07 persen merupakan tamatan SLTP dan SD. Dari 849 orang pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009, yang diterima berjumlah 750 orang dari berbagai latar belakang pendidikan. DIPLOMA 38% SMA 16% SARJANA 45% SD SMP SMA DIPLOMA SARJANA SMP 0,50% SD 0,50% Gambar 4.3 Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Pemerintahan Wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 terdiri dari 16 kecamatan dengan 216 desa/kelurahan, yaitu 203 desa dan 13 59

20 kelurahan. Kecamatan Balige merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak, yaitu 35 desa/kelurahan. Sedangkan Kecamatan Tampahan merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang paling sedikit, yaitu hanya 6 desa. Dari 216 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Toba Samosir tahun 2009, sekitar 54,17 persen merupakan desa/kelurahan swakarya, 18,06 persen desa/kelurahan swadaya dan sisanya 27,77 persen merupakan desa/kelurahan swasembada. 4.2 Hasil Analisa Data Karakteristik Responden Sebelum mengurai dan menganalis data yang relevan atau data yang diperlukan sebagaimana telah ditetapkan dalam definisi operasional penelitian, ada baiknya kita terlebih dahulu mengenal sampel penelitian, yang dalam penelitian ini sekaligus merupakan responden peneitian. Oleh karena itu berikut ini akan dikaji informasi tentang responden. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki Perempuan 0 0 Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun

21 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa semua responden penerima BLT dalam penelitian ini adalah laki-laki (kepala keluarga) yaitu sebesar 100% Dalam daftar penerima BLT memang ada beberapa perempuan tetapi tidak dimasukkan dalam responden karena beberapa faktor, yaitu para perempuan penerima BLT sudah lanjut usia dan sudah susah untuk berkomunikasi. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Persentase tahun tahun tahun 7 7 Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa responden penerima BLT yang paling banyak adalah yang berumur tahun (59%), kemudian dilanjutkan dengan yang berumur tahun (34%), dan yang paling sedikit adalah yang berumur tahun (7%). Ini menunjukkan bahwa responden penerima BLT adalah yang masih berusia produktif dan banyak tanggungan keluarga. 61

22 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Jumlah Persentase 1 SD SMP SMA Sarjana 0 0 Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa responden penerima BLT yang paling banyak adalah yang memiliki pendidikan terakhir di bangku SMA (67%) disusul yang berpendidikan terakhir SMP (28%) dan yang paling sedikit adalah yang tamatan SD (5%). Jika melihat fenomena yang ada di daerah penelitian tidak heran jika para responden penerima BLT sudah banyak yang mengenyam pendidikan hingga SMA, kerena disana para orang tua sangat memperjuangkan pendidikan anak-anaknya. 62

23 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Pendidikan Jumlah Persentase 1 Petani Padi Petani Palawija Supir Angkutan Buruh Bangunan Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa responden penerima BLT yang paling banyak adalah petani padi (56%) kemudian petani palawija (21%) lalu buruh bangunan (12%) dan yang paling sedikit adalah supir angkutan (11%). Ironi memang jika melihat PDRB di Kabupaten Toba Samosir, sektor pertanian merupakan sektor yang distribusinya sangat dominan dalam PDRB dibawah sektor industri pengolahan. Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan/bulan No. Pendidikan Jumlah Persentase 1 < Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun

24 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa responden penerima BLT adalah masyarakat miskin karena 81% responden memiliki pendapatan per bulan dibawah Rp , dan hanya 19% responden yang pendapatannya berada diantara Rp Rp Evaluasi Program BLT Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yang pertama yaitu untuk melihat keberhasilan program BLT sebagai kompensasi pengurangan subsidi BBM untuk mengatasi kemiskinan di Toba Samosir, maka dilihat dari indikator evaluasi BLT yaitu: Efektifitas dengan indikator : kemudahan penyaluran dana, besaran dana yang diterima, dan ketepatan program yang dijalankan. Efisiensi dengan indikator : ketepatan alokasi dana dan ketetapan alokasi waktu. Dan kemudian dianalisa menggunakan analisa deskriptif. Tabel 4.8 Jawaban Responden Terhadap Kemudahan Dalam Penyaluran Dana BLT No. Jawaban Jumlah Persentase 1 Ya Tidak Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan 62% responden menjawab tidak mendapat kemudahan dalam proses penyaluran BLT, dan hanya 64

25 38% rsponden yang menjawab mendapat kemudahan dalam proses penyaluran BLT. Tabel 4.9 Jawaban Responden Terhadap Kecukupan Dana Rp /Bulan Untuk Menambah Pemasukan Keluarga No. Jawaban Jumlah Persentase 1 Ya Tidak Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan 88% responden menjawab Rp /bulan tidak cukup untuk menambah pemasukan keluarga seiring dengan kenaikan harga BBM. Sementara hanya 12% responden yang menjawab bahwa dana Rp /bulan itu sudah cukup Tabel 4.10 Jawaban Responden Terhadap Ketepatan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Dalam Bentuk BLT No. Jawaban Jumlah Persentase 1 Ya Tidak Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan 74% responden menjawab tidak tepat kompensasi pengurangan subsidi BBM diberikan dalam 65

26 bentuk BLT. Sementara responden yang merasa bahwa kompensasi ini sudah tepat diberikan dalam bentuk BLT hanya 26% saja. Dari hasil wawancara di lapangan para responden berharap pemerintah memberikan program lain yang jauh lebih bermanfaat yang dapat membuka lapangan pekerjaan atau menambah ilmu dalam dunia usaha. Tabel 4.11 Jawaban Responden Terhadap Pemerataan Dalam Pemberian BLT No. Jawaban Jumlah Persentase 1 Ya Tidak Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan 56% responden menjawab bahwa telah terjadi pemerataan dalam pemberian BLT. Namun banyak juga yang merasa bahwa pemberiaan BLT belum merata yaitu sebesar 46%. Karena ditemukan juga beberapa keluarga/rumah tangga mampu yang mendapatkan BLT, misalnya, mereka yang memiliki sepeda motor atau pun tabungan, memiliki tanah yang luas, mampu menyewa rumah yang bagus, sedang merenovasi rumahnya, dan mereka yang biaya hidupnya ditanggung anaknya yang cukup mampu. Sebaliknya, banyak dijumpai keluarga/rumah tangga miskin yang tidak tercakup sebagai penerima BLT. Hal ini, antara lain, disebabkan kepala keluarga tidak dapat dijumpai pencacah pada saat pendaftaran. Sebagian 66

27 keluarga/rumah tangga miskin atau bahkan sangat miskin lainnya tidak menerima KKB tanpa diketahui alasan yang jelas. Tabel 4.12 Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Waktu Penyaluran Dana BLT 3 Bulan Sekali? No. Jawaban Jumlah Persentase 1 Ya Tidak Jumlah Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan hampir semua (91%) responden tidak puas dengan tahap penyaluran BLT yang dicairkan 3 bulan sekali. Hanya 9% responden yang menjawab sudah puas. Mereka ingin pencairan dana BLT itu dilakukan tiap bulan saja atau lebih baik dicairkan langsung untuk satu tahun Dampak BLT Terhadap Pengentasan Kemiskinan Untuk menjawab permasalahan dua peneliti menggunakan analisis compare means uji t-statistik (paired sample t-test), yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya, analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang berpasangan. Adapun program yang digunakan adalah SPSS 17.0 for Windows Evaluation Version. 67

28 No. Tabel 4.13 Jawaban Responden Tentang Kemampuan Membeli Pakaian Dalam Setahun Sebelum BLT Setelah BLT Jawaban Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 2 stel / lebih stel Tidak pernah Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT kebanyakan responden hanya mampu membeli pakaian 1 stel dalam setahun yaitu sebesar 91% dan meningkat menjadi 92% setelah menerima BLT, dan yang mampu membeli 2 stel/lebih dalam setahun hanya 1% sebelum menerima BLT dan naik juga menjadi 4% setelah menerima BLT. Sedangkan responden yang tidak pernah membeli pakaian sebelum BLT sebesar 8% mengalami penurunan setelah menerima BLT menjadi 4%. 68

29 No. Jawaban Tabel 4.14 Jawaban Responden Tentang Makan Daging Dalam Seminggu Sebelum BLT Setelah BLT Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Sering Kadang-kadang Tidak pernah Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT kebanyakan responden hanya kadang kadang makan daging dalam seminggu yaitu sebesar 89% dan meningkat menjadi 95% setelah menerima BLT, dan tidak ada responden yang sering makan daging sebelum menerima BLT namun setelah menerima BLT menjadi 1%. Sedangkan responden yang tidak pernah makan daging sebelum BLT sebesar 11% mengalami penurunan setelah menerima BLT menjadi 4%. 69

30 No. Tabel 4.15 Jawaban Responden Tentang Berganti Menu Makanan Dalam Satu Hari Sebelum BLT Setelah BLT Jawaban Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Sering Kadang-kadang Tidak pernah Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT responden yang kadang-kadang berganti menu makanan dalam satu hari sebanyak 76%, tidak ada responden yang sering mengganti menu makanannya dalam satu hari, dan ada 24% yang tidak pernah berganti menu makanan dalam satu hari. Setelah BLT jumlah responden yang kadang-kadang berganti menu makanan bertambah menjadi 78%, yang sering berganti menu makanan menjadi 1%, dan yang tidak pernah berganti menu makanan turun menjadi 21%. 70

31 No. Jawaban Tabel 4.16 Jawaban Responden Tentang Sumber Utama Air Minum Di Rumah Sebelum BLT Setelah BLT Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Air Dalam Kemasan Sumur/Pompa Air Sungai Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT responden yang sumber utama air minum di rumah dari sumur/pompa sebanyak 99%, tidak ada responden yang sumber utama air minumnya dari kemasan, dan ada 1% responden yang memakai air sungai sebagai sumber utama air minum di rumah. Setelah BLT jumlah responden yang sumber air minum utama di rumah dari sumur/pompa meingkat jadi 100%, dan tidak ada juga responden yang menggunakan air dalam kemasan sebagai sumber utama air minumnya, begitu juga dengan air sungai. 71

32 No. Tabel 4.17 Jawaban Responden Tentang Pembelian Dan Minum Susu Dalam Seminggu Sebelum BLT Setelah BLT Jawaban Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Sering Kadang-kadang Tidak pernah Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT tidak ada responden yang sering membeli dan minum susu dalam seminggu, sedangkan yang kadangkadang ada sebesar 40%, dan yang tidak pernah sebesar 60%. Setelah menerima BLT responden yang sering membeli dan minum susu menjadi 2%, yang kadangkadang mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 70%, dan yang tidak pernah membeli dan minum susu juga turun cukup besar menjadi 28%. 72

33 No. Jawaban Tabel 4.18 Jawaban Responden Tentang Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal Sebelum BLT Setelah BLT Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Keramik Semen Tanah Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel 4.18 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan pada jenis lantai bangunan tempat tinggal responden baik sebelum maupun setelah menerima BLT. Kebanyakan responden memiliki lantai semen di rumah yaitu sebesar 95%, tidak ada yang memiliki lantai keramik, sedangkan yang menggunakan lantai tanah masih ada sebesar 5%. No. Jawaban Tabel 4.19 Jawaban Responden Tentang Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal Sebelum BLT Setelah BLT Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Beton/Tembok Semi Beton Kayu/Tepas Total Sumber : Kuesioner Tahun

34 Dari tabel 4.19 di atas menunjukkan hal yang sama dengan tabel 4.18 bahwa tidak ada perbedaan pada jenis dinding bangunan tempat tinggal sebelum dan setelah menerima BLT. Sebagian besar responden memiliki dinding semi beton yaitu sebesar 86%, dan yang dinding beton sebesar 6%, sementara yang memiliki dinding dari kayu/tepas sebesar 8%. Walaupun banyak responden yang memiliki dinding dari beton atau semi beton, namun sebagian besar dinding bangunan yang dimiliki belum diplester dan juga belum dicat sebagaimana mestinya, hanya dibangun menggunakan batu bata dan semen saja. No. Tabel 4.20 Jawaban Responden Tentang Jenis Atap Bangunan Tempat Tinggal Sebelum BLT Setelah BLT Jawaban Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Genteng/Seng/Asbes dengan kondisi baik. 2 Genteng/Seng/Asbes dengan kondisi tidak baik. 3 Ijuk/Rumbia Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa sebelum BLT jumlah responden yang jenis atap bangunan tempat tinggalnya dari genteng/seng/asbes dengan kondisi baik hanya sebesar 9%, sementara jumlah responden yang jenis atap rumahnya dari genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik sebesar 86%, 74

35 dan yang atapnya dari ijuk/rumbia ada sebesar 5%. Setelah BLT jumlah responden yang jenis atapnya dari genteng/seng/asbes dalam kondisi baik meningkat menjadi 11%, sementara jumlah responden yang atapnya dari genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik menurun menjadi 84%, dan jumlah responden yang atapnya dari ijuk/rumbia tidak mengalami perubahan, masih tetap sebesar 5%. No. Tabel 4.21 Jawaban Responden Tentang Fasilitas Tempat Buang Air (Jamban/Kakus) Sebelum BLT Setelah BLT Jawaban Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Milik Sendiri Milik Bersama/Umum Tidak Punya/Sungai Total Sumber : Kuesioner Tahun 2012 Dari tabel 4.21 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan dari fasilitas tempat buang air sebelum dan setelah menerima BLT. Jumlah responden yang memiliki fasilitas buang air sendiri sebesar 81%, yang menggunakan fasilitas umum ada sebesar 15%, dan responden yang mengandalkan sungai sebagai fasilitas buang air hanya sebesar 4%. Rata-rata responden memang sudah memiliki fasilitas tempat buang air sendiri walaupun masih banyak fasilitas itu yang sudah tidak layak lagi digunakan. 75

36 4.2.4 Uji t-statistik Ho = Ho diterima jika t-hitung < t-tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLT. Ha = Ha diterima jika t-hitung > t-tabel maka terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLT. Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 SEBELUM_BLT & SESUDAH_BLT Dari perhitungan di atas menunjukkan korelasi antara pemenuhan kebutuhan pokok sebelum dan setelah BLT cukup besar yaitu sebesar Paired Samples Test Paired Differences Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Nilai t-hitung adalah sebesar (dalam t-hitung tanda minus tidak dianggap) dan t-tabel sebesar maka t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, dengan signifikasi < 0.5 Ho juga ditolak, artinya terdapat perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan pokok sebelum dan sesudah menerima BLT, dengan 76

37 demikian dapat dinyatakan bahwa program BLT mempengaruhi atau berdampak positif terhadap kemampuan memenuhi kebutuhan pokok bagi penerima BLT. Dengan kata lain, terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLT. 77

38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada uraian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis terhadap objek penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Dari analisa data di bab IV dan juga untuk menjawab rumusan permasalahan yang pertama maka disimpulkan bahwa program BLT belum bisa dikatakan berhasil sebagai kompensasi akibat kenaikan harga BBM untuk mengatasi masalah kemiskinan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujuan indikator evaluasi yaitu dari segi efektifitas dan efisiensi program. Rekapitulasi hasil pengujian (lihat tabel 4.8 tabel 4.12). 2. Dari analisis compare means, uji statistic (paired sample t-test) pada kesembilan variabel kemiskinan, yang juga akan menjawab rumusan masalah yang kedua, serta berdasarkan hasil uji hipotesis penulis menyimpulkan bahwa program BLT mampu membantu keluarga miskin dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehingga berdampak positif bagi pengentasan kemiskinan walaupun pengaruhnya kecil. Jika melihat hasil tabulasi dari jawaban responden atas kesembilan variabel kemiskinan (lihat tabel ), maka variabel yang paling besar dipengaruhi oleh BLT adalah variabel kemampuan membeli/minum susu. Sementara untuk variabel lain sangat kecil pengaruhnya. 78

39 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Disarankan kepada para pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah agar dapat merumuskan sebuah program penanggulangan kemiskinan yang lebih baik, yang sesuai dengan prioritas kebutuhan keluarga miskin dan program tersebut harus mampu memberikan rangsangan yang positif kepada keluarga agar mereka mau berusaha memperbaiki kondisi kehidupannya. Sehinggga program ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta memberikan manfaat yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin. 2. Disarankan kepada pihak yang mendata penduduk miskin serta pihak-pihak yang terkait dalam program bantuan dari pemerintah untuk lebih giat membenahi kinerjanya agar pembagian dana BLT ini dapat merata dan tepat sasaran agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. 79

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT Lampiran I Uji Statistik (paired sample t-test) Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT 17.6900 100 1.77920.17792 SESUDAH_BLT 18.2100 100 1.74827.17483 Paired

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2012

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2012 iv STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2012 ISSN : 2087-5932 No. Publikasi : 1206.2012.06 Katalog BPS : 1101002.12.06.073 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011

PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011 PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011 Oleh: Juita Endang Jaya Purba, S.Sos NIP 19880403 201003 2 004 KKP Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Diklat Fungsional Statistisi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 ISBN : 978-602-6431-04-2 No. Publikasi : 12060.1532 Katalog BPS : 1101002.1206073 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 493/KMK.02/2009 KMK No. 493/KMK.02/2009 adalah suatu keputusan/aturan yang mengatur tentang persetujuan penggunaan sebagian dana Penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk 85 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu pengaruh atau tidaknya Bimbingan Dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR OLEH : TUNGGUN M NAIPOSPOS 060501036 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif 76 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif atau tidaknya Bimbingan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILAEN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILAEN 2016 ISBN : 978-602-70782-9-1 No. Publikasi : 12060.1627 Katalog BPS : 1101002.1206060 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan BAB IV ANALISIS DATA Dari beberapa pembahasan yang sudah di paparkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil penelitian. Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KECAMATAN SIANTAR NARUMONDA DALAM ANGKA 2016 Nomor ISSN : 2461-0100 Nomor Publikasi : 12060.1615 Katalog : 1102001.1206072 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 95 halaman Pengumpul Data:

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI

KONDISI SOSIAL EKONOMI Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 21 Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang mempunyai wilayah seluas 632,26 Km 2 yang pada tahun 2002

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menganalisis pengaruh inovasi produk terhadap total penjualan T-shirt CAB ( belum diinovasi ) dan T-shirt Ie-be ( setelah diinovasi ) pada

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji

BAB IV ANALISIS DATA. sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji 107 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji kebenaran hipotesis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN SSK. III.1. Aspek Non Teknis

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN SSK. III.1. Aspek Non Teknis BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN III.1. Aspek Non Teknis Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini merupakan isu strategis pada tataran penataan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II IV. KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA A. Keadaan Alam 1. Batas wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150

Lebih terperinci

JENIS PENGADAAN LELANG/SELEKSI E-PURCHASING LANGSUNG (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

JENIS PENGADAAN LELANG/SELEKSI E-PURCHASING LANGSUNG (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) Lampiran Nomor : 520/ /KKP/I/2013 Tanggal : Januari 2013 NO NAMA PAKET PEKERJAAN KEGIATAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : Tanggal : KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci