BAB II METODE DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS. A. Metode Mawdhu i dalam Memahami dan Mengumpulkan Hadis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS. A. Metode Mawdhu i dalam Memahami dan Mengumpulkan Hadis"

Transkripsi

1 BAB II METODE DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS A. Metode Mawdhu i dalam Memahami dan Mengumpulkan Hadis Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang berarti cara, kiat, dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu. 1 Sementara metode dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai cara yang telah teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai sesuatu yang dimaksud. 2 Dalam bahasa Arab, metode disebut manhaj. Kata ini juga digunakan dalam al-qur an, seperti firman Allah dalam surat al-maidah (5): 48 dengan pengertian jalan yang terang Artinya:...untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang... Dalam beberapa kitab tafsir, kata syir ah dalam ayat di atas bermakna aturan yang tertera di dalam al-qur an dan hadis Nabi SAW, sedangkan minhaj bermakna prosedur atau cara yang jelas (al-thariq al-wadhih) melaksanakan aturan-aturan tersebut. Dalam pengertian umum metode atau minhaj dapat diartikan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. 3 1 Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam: Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana Orientalis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Cet. I, h Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press, 2007), edisi terbaru, h Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis, (Padang: Hayfa Press, 2008), Cet. I, h

2 23 Salah satu metode untuk memahami hadis adalah dengan menggunakan pendekatan mawdhu i. Metode ini sebenarnya lebih popular di kalangan ahli tafsir. Sebab para mufassir ketika ingin melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat al-qur an mereka berusaha menghimpun atau mengumpulkan semua ayat-ayat yang membicarakan tentang topik atau permasalahan yang sama, kemudian memahami ayat-ayat tersebut secara tematik. Meskipun metode ini lebih popular di kalangan ahli tafsir, namun metode ini juga telah diterapkan untuk memahami hadis-hadis Nabi SAW. 4 Berbeda dengan metode tafsir mawdhu i yang sudah punya kerangka kerja atau langkah-langkah metode yang jelas, metode mawdhu i dalam bidang pemahaman hadis belum demikian halnya, karena para ulama hadis sejauh ini belum merumuskan secara tegas tentang langkah-langkah metode dari pendekatan mawdhu i dalam memahami hadis. Hal ini mungkin disebabkan oleh perhatian mereka di bidang hadis atau ilmu hadis selama ini masih terkonsentrasi pada tingkat pelestariannya, yang berguna untuk menjaga kredibilitas hadis, belum pada upaya pengembangan metode pemahaman hadis. Dengan demikian, metode pemahaman hadis menjadi tertinggal dibandingkan dengan metode tafsir. 5 Meskipun metode mawdhu i belum mempunyai langkah-langkah metode yang jelas, bukan berarti pendekatan semacam ini belum pernah ada. Namun dalam buku Edi Safri yang berjudul al-imam al-syafi i: Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif, bahwa Imam al-syafi i dapat dipandang sebagai ulama I, h Tafiati, Studi Tematis Hadis-hadis tentang Syi ir, (Jakarta: Nuansa Madani, 2003), Cet. 5 Ibid, h. 42

3 24 pertama yang merumuskan metode mawdhu i ini, yang dalam istilah Edi Safri disebut dengan pemahaman korelatif. Sebagai salah satu alternatif penyelesaian hadis-hadis mukhtalif, maksudnya adalah hadis-hadis yang zhahir-nya saling bertentangan. Kemudian dihimpun dan dikaji dengan hadis lain yang terkait maknanya satu sama lain, agar maksud atau kandungan makna yang sebenarnya dapat dipahami dengan baik. Sehingga pertentangan yang tampak dapat ditemukan pengompromiannya. Beranjak dari hal yang demikian, maka yang dimaksud dengan metode mawdhu i dalam memahami hadis adalah upaya dalam memahami hadis-hadis Rasulullah SAW, di mana hadis-hadis terkait dalam satu tema atau menyangkut suatu masalah tertentu dikaji dan dipahami dengan memperhatikan keterkaitan makna antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga akan didapati pemahaman yang komprehensif. 6 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa metode mawdhu i ini adalah metode dalam memahami hadis Rasulullah SAW dengan mengemukan tema hadis, sehingga dalam memahami hadis lebih mudah. Karena dalam memahami hadis mengungkapkan satu permasalahan yang sama dalam satu tema. Sesuai dengan nama metodenya mawdhu i (tematis), maka yang menjadi ciri-ciri utama dari metode ini, yaitu menonjolkan tema, judul, atau topik pembahasan, sehingga tidak salah kalau metode ini juga disebut dengan metode topical. Kemudian tema-tema yang telah dipilih itu dikaji dengan rinci dan tuntas 6 Edi Safri, al-imam al-syafi i: Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif, (Padang: Hayfa Press, 2013), Cet. I, h. 113

4 25 serta menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat. 7 Dilihat dari ciri utama dari metode ini, maka metode ini lebih menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan, maka akan lebih mudah untuk memahami hadis Rasulullah SAW. Pemahaman hadis dengan menggunakan metode mawdhu i (tematis) korelatif ini merupakan sepadan dengan istilah tafsir mawdhu i dalam kajian tafsir. Maksud dari pemahaman dengan menggunakan metode tematis-korelatif adalah metode pemahaman terhadap hadis-hadis Rasulullah SAW, di mana hadis-hadis yang terkait dalam satu tema atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu dikaji dan dipahami dengan memperhatikan keterkaitan makna antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dengan demikian akan didapati pemahaman yang komprehensif. 8 Pendekatan tematis (mawdhu i) dalam memahami hadis diperlukan usaha untuk mencari hadis-hadis lain yang terkait. Teknik ini tidaklah sulit untuk dilakukan, sebab kitab-kitab hadis telah memiliki sistematika yang baik yakni hadis-hadis Nabi SAW telah disusun sesuai dengan per-bab, sehingga sangat mudah menemui hadis-hadis yang mempunyai keterkaitan. Sehingga peluang 7 Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-qur an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h Edi Safri, loc. cit.

5 26 untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif terhadap penjelasan Nabi SAW tentang suatu persoalan akan semangkin tinggi. 9 Adanya pendekatan tematis (mawdhu i) dalam memahami hadis Nabi SAW didasarkan atas pandangan penjelasan Nabi SAW dalam berbagai kesempatan, bahkan dalam bentuk persoalan yang sama. Bisa jadi redaksi Hadis yang satu saling melengkapi dengan hadis yang lain. Di sisi lain, tingkat kemampuan sahabat berbeda-beda untuk merekam apa yang disampaikan dan apa yang dilakukan oleh Nabi SAW. Ada sebagian sahabat yang merekam bagian yang penting saja, sementara sahabat yang lain merekam lengkap dengan asbab al-wurud-nya. 10 Sementara dalam buku Tafiati yang berjudul Studi Tematis Hadis-hadis tentang Syi ir, dikatakan ada salah seorang ulama kontemporer yakni Yusuf al-qardhawi, merumuskan tentang langkah-langkah metodologis dari metode mawdhu i ini, sebagai berikut: a. Menghimpun hadis-hadis yang membicarakan satu tema atau permasalahan tertentu. b. Memahami makna filosofis dari masing-masing hadis. c. Memahami hadis secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan tematik-korelatif Maizuddin, op.cit, h Ibid, h Tafiati, op.cit, h

6 27 Dari langkah-langkah yang telah diberikan oleh Yusuf al-qardawi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mawdhu i ini selain menonjolkan tema, dapat juga menggunakan makna filosofis dari masing-masing hadis tersebut. Metode mawdhu i ini, memiliki kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihannya, yaitu: a. Menjawab tantangan zaman Permasalahan yang ada di dalam dunia ini selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin modern dan semakin majunya kehidupan manusia, maka permasalahan yang muncul akan semakin banyak pula serta semakin kompleks dan rumit, serta mempunyai dampak yang luas pula. Hal itu dimungkinkan karena apa yang terjadi pada suatu tempat, pada suatu yang bersamaan, maka dapat pula disaksikan oleh orang lain di tempat yang lainnya pula, bahkan peristiwa yang terjadi di ruang angkasa pun dapat dipantau dari bumi. Kondisi seperti inilah yang membuat suatu masalah segera merembak ke seluruh masyarakat dalam waktu yang singkat. b. Praktis dan sistematis c. Dinamis d. Membuat pemahaman menjadi utuh 12 (jami dan kulliy) 13 e. Mendapatkan pemahaman yang luas dan komprehensif Nasruddin Baidan, op. cit., h Daniel Djuned, Paradigma Baru Studi Ilmu Hadis (Rekonstruksi Fiqh al-hadits), (Banda Aceh: Citra Karya, 2002), h Ibid.

7 28 Selain dari kelebihan dalam menggunakan metode mawdhu i ini, maka dalam menggunakan metode ini juga terdapat kekurangannya, di antaranya: a. Memenggal hadis-hadis Rasulullah SAW dalam artian mengambil satu kasus yang terdapat dalam satu hadis yang mengandung banyak permasalahan yang berbeda. b. Membatasi pemahaman hadis 15 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode mawdhu i (tematis) lebih dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan manusia di atas dunia ini. Metode ini menjadi semakin kuat di dalam khazanah intelektual Islam. Di samping kekurangan yang dimiliki di atas, metode mawdhu i (tematis) sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menjawab dan menghindari dari terjadinya pemahaman yang terkotak-kotak sebagai akibat tidak bisa memahami hadis secara menyeluruh. Sehingga bila hal ini dibiarkan, maka akan menimbulkan akibat yang fatal karena akan bermuara pada munculnya kontradiktif antara satu hadis dengan hadis yang lain bahkan terkadang dengan al-qur an. Dari sekian banyak metode dalam memahami hadis, maka metode mawdhu i (tematis) inilah yang penulis akan gunakan dalam penulisan skripsi ini. Sebagaimana langkah-langkahnya dalam penulisan ini, yaitu: a). Dengan mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan pembahasan skripsi ini. 15 Ibid.

8 29 b). Menganalisis hadis-hadis yang membahas tentang batal dan tidaknya wudhu kaena memakan makanan yang dimasak dengan api serta mengaitkan antara hadis yang satu dengan yang lain. B. Pendekatan Pemahaman Hadis Pendekatan merupakan kata terjemahan dari bahasa Inggris approach, 16 maksud dari pendekatan tersebut yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang bertujuan untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam mengkaji atau meneliti. Dalam hal ini metode dan pendekatan saling terkait satu sama lain. Sebab di dalam pendekatan terdapat metode atau cara, dan metode yang dilakukan harus sesuai dengan pendekatan yang dipilih. 17 Kaitannya dengan pemahaman hadis adalah karena hadis itu diturunkan sesuai dengan kondisi bangsa Arab yang dihadapi Nabi SAW, baik itu disebabkan oleh pertanyaan dari seorang sahabat atau ada kasus yang terjadi di tengah masyarakat, dan ada juga bahasa yang digunakan Nabi SAW, yang mengandung bahasa hakikat atau kiasan. Maka untuk mengetahui bagaimana cara memahami hadis-hadis Nabi SAW dengan baik dan benar serta sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nabi SAW, dibutuhkan pengetahuan tentang pendekatan pemahaman hadis. Berikut ini dua pendekatan dalam memahami teks hadis yakni: 16 Desi Anwar, Kamus Lengkap 100 Milliard (Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris), (Surabaya: Amelia), h Maizuddin, op.cit, h

9 30 1. Pemahaman Hadis secara Tekstual Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman hadis secara tekstual, maka dapat dilihat dari akar katanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dikatakan dengan tekstual berasal dari kata teks yang berarti bahan tulisan berupa dasar materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, atau naskah berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal pelajaran. 18 Berdasarkan asal kata secara tekstual di atas dapat dirumuskan, bahwa yang dimaksud dengan pemahaman tekstual adalah memahami makna hadis secara lahiriah atau makna zhahir-nya. 19 Pendekatan tekstual adalah pendekatan yang paling awal digunakan dalam memahami hadis-hadis Nabi SAW. Sebab memahami sebuah teks adalah terlebih dahulu dengan mencoba menangkap makna asalnya, yakni makna yang populer dan mudah ditangkap. Bila tidak bisa dipahami dengan menggunakan pendekatan ini, maka digunakan pendekatan yang lainnya. Kata teks bermakna kata-kata asli dari pengarang atau sesuatu yang tertulis untuk dasar memberikan pelajaran dan berpidato. Kata tekstual adalah kata sifat dari kata teks, yang makna nya bersifat teks atau bertumpu pada teks. Dari sini secara istilah pendekatan tekstual berkaitan dengan pemahaman hadis adalah 18 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press, 2007), edisi terbaru, h Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: Amzah: 2014), Cet. I, h. 146

10 31 memahami makna dan maksud yang terkandung dalam hadis-hadis Nabi SAW dengan cara bertumpu pada analisis teks hadis. 20 Dari penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan, bahwa pemahaman hadis secara tekstual yaitu memahami hadis-hadis Nabi SAW berdasarkan makna zhahir-nya, atau mengungkapkan makna asli dari suatu lafaz hadis dengan cara bertumpu pada analisis teks suatu hadis. Mengenai pendekatan pemahaman hadis tekstual, M. Syuhudi Ismail dalam bukunya Pemahaman Hadis Nabi SAW secara Tekstual dan Kontekstual menyatakan: pemahaman dan penerapan hadis secara tekstual dilakukan bila hadis yang bersangkutan setelah dihubungkan dari segi-segi yang berkaitan dengannya, misalnya latar belakang terjadinya tetap menurut pemahaman sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks hadis yang bersangkutan. 21 Sebagai pendekatan pemahaman hadis yang bertumpu pada teks hadis, maka dibutuhkan ilmu bahasa dan ushul fiqh sebagai alat yang paling utama dalam menganalisisnya. Para ulama terutama imam al-syafi i dianggap paling berjasa dalam merumuskan metodologi memahami dalil-dalil syara dengan menggunakan pendekatan tekstual. Maka dengan menggunakan pendekatan tekstual dapat dilihat dalam tiga pendekatan, yaitu 20 Maizuddin, op.cit, h Syuhudi Ismail, Pemahaman Hadis Nabi SAW secara Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 6.

11 32 a. Analisis Kebahasaan Berkaitan dengan pendekatan kebahasaan, pemaknaan merupakan bagian yang paling penting, baik dari segi kata maupun kata dalam kaitannya dengan partikel atau kata lainnya. Sebagai sebuah bahasa agama, terutama dalam menjelaskan hal-hal yang bersifat metafisis seperti tentang Allah SWT, surga, neraka, dan lain sebagainya, maka bahasa yang dipakai agar dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca dengan mudah, tentu bahasa yang berada dalam jangkauan wilayah pengamalan empiris dan indrawi. 22 Adapun pemaknaan dengan menggunakan kaedah bahasa ini sangat erat kaitannya dengan mufrad (satu atau tunggal), jamak (kata yang menunjukkan arti banyak), tankir (indefinitif) dan ta rif (defenitif), adat hashr, adat, syart dan lain-lain. b. Analisis Kaidah Ushul Maksud pemahaman dengan pendekatan kaidah ushul adalah memahami Hadis-hadis Nabi SAW dengan memperhatikan dan mempedomani ketentuan atau kaidah-kaidah ushul yang telah dirumuskan ulama. 23 Adapun di antara sisi yang dianalisis kaedah ushul dari pendekatan tekstual yang dijelaskan dalam karya-karya ushul fiqh, yaitu: 1) Persoalan perintah (amr), larangan (nahy), dan tahyir. 2) Persoalan lafal umum ( am) dan khusus (khas). 3) Lafal bebas (muthlak) dan terkait (muqayyad). 22 Maizuddin, op.cit, h Edi Safri, op. cit, h. 98

12 33 4) Lafal yang diucapkan (manthuq) dan lafal yang dipahami (mafhum). 5) Kejelasan dan tidak kejelasan maknanya meliputi muhkam, mufassar, nash, zhahir, khafi, musykil, mujmal dan mutasyabih. 24 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa pemahaman hadis dengan pendekatan tekstual ini merupakan pemahaman dengan memperhatikan makna zahir tersebut sesuai dengan apa yang ditulis dalam teks hadis yang bersangkutan. 2. Pemahaman Hadis secara Kontekstual Upaya memahami hadis-hadis Nabi SAW secara kontekstual muncul ketika adanya pemahaman kondisi dan situasi sosial masyarakat yang selalu berubah. Dimana situasi yang terjadi berbeda dengan situasi dan kondisi pada dewasa ini, sementara keberadaan hadis selalu relevan di sepanjang zaman. Untuk itu usaha dalam memahami hadis Nabi Muhammad SAW harus diinterpretasikan dengan benar, sehingga otoritas hadis tetap eksis meskipun adanya perubahan zaman. Kata kontekstual berasal dari kata konteks yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti, yaitu: pertama, bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna, kedua situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian Maizuddin, op.cit, h Tim Prima Pena., op. cit, h. 458.

13 34 Pemahaman hadis dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam tulisan ini adalah memahami hadis-hadis Rasulullah SAW dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang melatarbelakangi munculnya hadis-hadis tersebut atau dengan perkataan lain, dengan memperhatikan dan mengkaji konteksnya. 26 Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa yang dimaksud dengan pemahaman hadis secara kontekstual yaitu memahami hadis-hadis Rasulullah SAW dengan mengkaji dan meneliti keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang menyebabkan munculnya hadis-hadis tersebut. Sementara ada dua cara yang dapat digunakan dalam memahami hadis dengan menggunakan pendekatan secara kontekstual, yaitu: a. Analisis terhadap kata-kata yang terdapat di dalam teks Maksudnya ialah dengan menganalisa dan memahami kata demi kata dalam matan hadis tersebut akan membantu mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan terang. b. Situasi yang ada hubungan dengan kejadian Memahami hadis-hadis Rasulullah SAW yang muncul pada 14 abad yang silam tidak bisa dicukupkan hanya dengan memahami teks atau redaksi hadis dari sudut bahasa saja. Akan tetapi lebih jauh harus disertai dengan kajian tentang keterkaitannya dengan situasi yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut 26 Edi Safri, op. cit., h. 104.

14 35 (asbab al-wurud) secara khusus atau dengan memperhatikan konteksnya secara umum. Mengkaji asbab al-wurud dalam memahami hadis sangat membantu untuk memperoleh makna yang lebih representatif. Sehingga kesalah pahaman terhadap hadis Rasulullah SAW dapat dihindarkan. Sekaligus dapat dijadikan pisau analisis untuk menentukan apakah hadis tersebut bersifat am atau khash, muthlaq atau muqayyad, nasikh atau mansukh dan lain-lain. 27 Pemahaman kontekstual yang dimaksud di sini adalah memahami hadis-hadis Rasulullah SAW dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang melatarbelakangi munculnya hadis-hadis tersebut, dengan memperhatikan asbab al-wurud hadis tersebut. Adapun persoalan yang sangat perlu diperhatikan di sini, seperti yang diperingatkan oleh Imam al-syafi i, yaitu: 28 Pertama, adakalanya Rasulullah SAW ditanya tentang sesuatu hal lalu Nabi SAW memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang dilontarkan tersebut. Namun, dalam periwayatan adakalanya perawi tidak menyampaikan riwayat yang bertanya tersebut secara sempurna. Atau hadis tersebut diriwayatkan oleh orang lain yang hanya mendengar atau mengetahui jawaban Rasulullah SAW tanpa mengetahui masalah atau pertanyaan yang menyebabkan munculnya jawaban yang diberikan oleh Rasulullah SAW. 27 Said Agil Husain Munawar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud, Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Histori-Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h Zulheldi, Memahami Hadis-hadis yang Bertentangan, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), Cet. I, h

15 36 Kedua, adakalanya Rasulullah SAW menetapkan suatu ketentuan mengenai suatu masalah atau peristiwa. Kemudian, pada kesempatan yang lain, berkaitan dengan masalah yang sama, Rasulullah SAW juga menetapkan suatu ketentuan yang tampak berbeda, bahkan bertentangan. Kedua ketetapan ini sebenarnya disampaikan Rasulullah SAW dalam situasi yang berbeda, namun sebagian orang tidak mengetahui perbedaan situasi yang seperti ini sehingga menilainya sebagai sesuatu yang benar-benar bertentangan. 29 Pendekatan kontekstual, sejak awal telah dipraktekkan oleh sebagian sahabat-sahabat Nabi SAW, bahkan ketika Nabi SAW masih hidup, Umar bin Khattab yang dianggap sebagai orang yang paling terdepan dalam memahami hadis-hadis Nabi SAW dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 30 Dalam pendekatan kontekstual ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: 1) Konteks redaksional Maksudnya adalah memahami sebuah kata yang diucapkan apabila dipahami terpisah memiliki makna dasar dan kontekstualnya sendiri. Namun, kata yang sama dapat mengandung makna yang lain di samping makna kata dasarnya, 29 Ibid. 30 Maizuddin, op. cit, h. 102

16 37 terutama ketika kata tersebut telah menjadi istilah kunci atau diletakkan pada redaksi tertentu. 31 2) Konteks Historis, Sosiologis dan Antropologis Maksudnya ialah memahami hadis-hadis Nabi SAW sesuai dengan situasi sosial dan kondisi geografis terkait dengan pembicaraan seseorang, maka dalam memahami hadis Nabi SAW harus mempertimbangkan aspek-aspek tersebut yang akan memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap hadis-hadis Nabi SAW, 32 misalnya hadis tentang keharusan pemimpin berasal dari kaum Quraisy, sebagai berikut: 33 Artinya: Abu al-walid menceritakan kepada kami Ashim bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata aku mendengar bapakku dari Umar ra, dari Nabi SAW ia bersabda: dalam urusan (agama, bermasyarakat, dan bernegara) ini, orang Quraisy selalu menjadi pimpinannya selama mereka masih ada walaupun tinggal dua orang saja. ( H.R. al-bukhari) Dengan cara menggunakan pendekatan historis, sosiologis dan antropologis semacam ini, diharapkan akan mampu memberikan pemahaman hadis yang relatif lebih tepat, apresiatif dan akomodatif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dalam memahami suatu hadis tidak hanya terpaku pada 31 Ibid. 32 Ibid, h Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-mughairah bin Bardizbah al-bukhari al-ja fari, Shahih al-bukhari, kitab Manaqib, bab Manaqib Quraisy, h. 643

17 38 zahirnya teks hadis saja, melainkan harus memperhatikan konteks sosio-kultural waktu itu. Dengan demikian, hadis-hadis Nabi SAW sebagai mitra al-qur an, secara teologis juga diharapkan dapat memberi inspirasi untuk membantu menyelesaikan problem-problem yang muncul pada masa kontemporer sekarang, sebab bagaimanapun sepertinya orang sepakat bahwa pembaharuan pemikiran Islam atau reaktalisasi ajaran Islam harus mengacu pada teks-teks yang menjadi landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-qur an dan hadis. 34 Maka berkaitan dengan pendekatan ini, hal yang harus diperlukan dalam mengkaji hadis tersebut yaitu mengkaji secara mendalam tentang sirah Nabawiyah, sebab pemahaman yang seperti ini akan memberikan perspektif yang lebih luas tentang ruang, dan waktu munculnya sebuah hadis tersebut. 35 Jadi, dengan menggunakan pendekatan seperti ini menurut penulis, seseorang harus mengkaji secara mendalam tentang bagaimana keadaan dan situasi Nabi SAW pada saat itu, sehingga dengan seperti itu, akan memberikan pemahaman yang lebih dekat dengan apa yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW. 3) Analisis Posisi Nabi SAW Maksudnya adalah ketika Nabi SAW menyampaikan hadis adakalanya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah, panglima perang, suami, sahabat juga 34 Said Agil Husain Munawar dan Abdul Mustaqim, op. cit, h Maizuddin, op. cit, h. 107

18 39 sebagai manusia biasa. Dengan demikian, hadis-hadis tersebut tidak bisa lepas dari fungsi-fungsi tersebut. 36 4) Kontekstualisasi Makna Kontekstualisasi makna adalah memahami pesan-pesan Rasulullah SAW dalam kaitannya dengan ruang, waktu dan kondisi. Berkaiatan dengan kontekstualisasi makna ini, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Menangkap tujuan (hadaf) pesan yang disampaikan oleh Nabi SAW. Di dalam pesan-pesan yang disampaikan oleh Nabi SAW terutama dalam bentuk perintah terdapat tujuan dan media (wasilah) untuk mencapai tujuan tersebut. Seperti perintah Nabi SAW untuk melaksanakan puasa Ramadhan melalui ru yah (melihat hilal), maka tujuannya adalah melaksanakan puasa Ramadhan sesuai dengan waktunya. b) Dalam kontekstualisasi, sebab yang menjadi dasar dan pertimbangan Nabi SAW dalam sabdanya illat harus menjadi bagian yang paling penting untuk diperhatikan. Bila illat tersebut eksis dalam ruang dan waktu kekinian, maka pesan Nabi SAW tersebut tetap bermakna. 37 Untuk mendapatkan pemahaman konteks-konteks tersebut dengan tepat, maka tidak perlu lagi upaya penghimpunan sebanyak mungkin hadis yang berada dalam satu pembicaraan. Tujuannya untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat 36 Ibid, Maizuddin, op. cit,

19 40 dari konteks-konteks hadis itu, karena hadis-hadis pada dasarnya saling berkaitan satu sama lain, bahkan seperti al-qur an yufassiru ba dhuha ba dhan artinya menjadi penafsir terhadap yang lainnya. 38 Dengan demikian, dapat penulis simpulkan, bahwa dalam memahami hadis-hadis Rasulullah SAW dengan memperhatikan konteksnya tidak saja dapat mengantarkan kepada pemahaman yang benar atau makna yang sesungguhnya dikehendaki oleh Rasulullah SAW terhadap makna yang terkandung di dalam hadis itu, melainkan juga mengantarkan kepada pengompromian atau menyelesaian dengan hadis lain yang secara zhahir tampak bertentangan. C. Pemahaman Hadis Mukhtalif Dilihat dari sisi subjek wahyu (Allah SWT), tidak mungkin hadis Nabi SAW bertentangan dengan hadis-hadis yang lain atau dengan al-qur an sekalipun, tetapi kenyataannya memang terdapat beberapa hadis Nabi SAW yang tampak bertentangan atau tidak sejalan dengan hadis lain atau dengan al-qur an. Bila hal itu terjadi, pasti ada hal-hal yang melatarbelakanginya, oleh karenanya peneliti dituntut untuk bisa menyelesaikannya hadis-hadis tersebut dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat. 39 Adanya hadis-hadis yang tampak bertentangan dengan hadis lain disebut dengan hadis-hadis mukhtalif, ilmu yang mengkajinya disebut ilmu mukhtalif al-hadis atau ilmu musykil al-hadis Ibid, hal, Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.

20 41 Ilmu mukhtalif al-hadis adalah 40 Artinya: ilmu yang membahas hadis-hadis yang tampak saling bertentangan, lalu menghilangkan pertentangan itu atau mengompromikannya, disamping membahas hadis-hadis yang sulit dipahami atau dimengerti, lalu menghilangkan kesulitan itu dan menjelaskan hakekatnya. Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu mukhtalif al-hadis merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan hadis-hadis yang tampak bertentangan dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode yang telah disepakati oleh para ulama hadis guna menemukan pengompromiannya atau jalan keluarnya. Dari defenisi hadis mukhtalif di atas ada tiga hal yang terkait dengan hadis mukhtalif yaitu: 1. Hadis-hadis yang tampak bertentangan ini haruslah hadis-hadis yang berkategori maqbul dan bisa dijadikan hujjah 2. Pertentangannya itu hanya dari segi lahiriahnya saja, sedangkan makna sebenarnya tidaklah bertentangan. 3. Ada kemungkinan makna lahiriahnya itu untuk dikompromikan atau dinasakh dan ditarjih hadis-hadis maqbul adalah hadis yang mencapai derjat shahih dan yang dicarikan pemahamannya. Sedangkan hadis yang berkualitas di bawah itu yakni 40 M. Ajjaj al-khatib, Ushul al-hadis Ulumuh wa Musthalahuh, (Beirut: Dar al-fikri, 1989), h. 283

21 42 hadis dhaif, jumhur tidak membolehkan pengompromian atau penyelesaiannya jika bertentangan, karena jelas akan menyebabkan kesalahan umat dalam pengamalan hadis. Dari penjelasan di atas, maka terdapat beberapa cara atau metode yang digunakan oleh ulama hadis dalam menyelesaikan hadis-hadis yang tampak bertentangan (hadis-hadis mukhtalif). 1. Penyelesaian dalam bentuk kompromi (al-jam u wa al-tawfiq) Yang dimaksud dengan penyelesaian dalam bentuk kompromi ini adalah penyelesaian dengan cara menelusuri titik temu kandungan makna masing-masing hadis sehingga maksud sebenarnya yang dituju oleh yang satu dengan yang lainnya dapat dikompromikan. Atau dengan kata lain dengan mencari pemahaman yang tepat terhadap hadis-hadis yang tampak saling bertentangan tersebut, yang menunjukkan kesejalanan atau kesalingketerkaitan makna yang dikandungnya sehingga masing-masingnya dapat diamalkan sesuai dengan tuntunannya. 41 Pengompromian hadis yang dimaksud untuk menemukan kandungan makna di antara hadis-hadis yang tampak bertentangan tersebut, sehingga makna yang terkandung di dalam hadis dapat diamalkan. Seprerti hadis larangan dan kebolehan buang hajat menghadap atau membelakangi kiblat sebagai berikut: 41 Edi Safri, op.cit., h. 97

22 43 42 Artinya:, Telah menceritakan kepada kami Ali ibn Abdullah berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata: telah menceritakan kepada kami al-zuhri dari Atha ibn Yazid al-laitsi dari Abi Ayyub al-anshariy bahwa Nabi SAW bersabda: apabila kamu sekalian membuang hajat, janganlah menghadap ke kiblat atau membelakanginya, baik buang air kecil ataupun buang air besar (H.R. al-bukhari) Hadis ini menyatakan bahwa posisi buang hajat tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat. Dalam hadis lain terdapat riwayat: 43 Artinya: Abdullah ibn Umar berkata: pada suatu hari, sungguh saya telah naik ke atap rumah kami (tempat tinggal Hafsah, isteri Nabi SAW), maka saya melihat Nabi SAW di ats dua batang kayu (tempat jongkok buang hajat) buang hajat mengahadap ke arah Bait al- Maqdis. (H.R. al-bukhari) Riwayat Abdullah ibn Umar ini menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah buang hajat dengan posisi menghadap ke kiblat. Secara tekstual atau lahiriah kedua hadis di atas tampak bertentangan, Hadis Abu Ayyub menyatakan bahwa Nabi SAW melarang buang hajat dengan posisi 42 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-mughairah bin Bardizbah al-bukhari al-ja fari, op. cit., h Ibid.

23 44 menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya, sedangkan pada hadis riwayat Abdullah ibn Umar menyatakan bahwa ia pernah melihat Nabi SAW buang hajat menghadap ke arah Bait al-maqdis yakni menghadap kiblat. Menurut penelitian ulama hadis, kedua hadis di atas tidaklah bertentangan, mereka menempuh penyelesaian hadis tersebut dengan menggunakan metode al-jam u (kompromi), dengan meyatakan bahwa larangan Nabi SAW tersebut berlaku bagi yang buang hajat di lapangan terbuka, sedangkan bagi yang buang hajat di tempat-tempat tertutup seperti WC, larangan tersebut tidak berlaku, walaupun WC menghadap atau membelakangi kiblat. 2. Peneyelesaian dalam bentuk Nasakh Secara bahasa nasakh berarti (membatalkan dan menghilangkan), sedangkan secara istilah nasakh adalah: 44 Artinya: Mengangkat hukum syariat dengan dalil yang datang kemudian. Maksudnya adalah bahwa ada pembatalan hukum syariat (Allah dan Rasul-Nya) dikarenakan adanya dalil baru yang datang kemudian. Hubungan dengan nasakh dalam penyelesaian terhadap hadis-hadis mukhtalif adalah pembatalan hadis Nabi SAW menyangkut suatu ajaran dengan hadis yang datang 44 Abdul Hamid Hakim, al-bayan, (Jakarta: CV Sa adiyah Putra, t.th), h. 90

24 45 kemudian. Pendekatan nasakh ini bisa dilakukan bila memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Nasakh dan mansukh haruslah hukum syar i 2. Nasakh harus datang kemudian dari pada mansukh 3. Hukum yang di-nasakh-kan (mansukh) haruslah hukum yang sebelumnya berlaku tanpa batas waktu. Dengan demikian, makaa hukum yang tidak diberlakukan lagi karena telah habis batas waktu berlakunya, meskipun kemudiandiganti dengan hukum lain, tetapi tidaklah disebut nasakh. 4. Dalil syar i yang berfungsi sebagai nasakh haruslah mempunyai kualitas yang sama, atau lebih kuat dari pada dalil hukum yang di-nasakh-kan 5. Nasakh dan mansukh haruslah mengandung tuntutan hukum yang berbeda 6. Nasakh haruslah pada selain hukum (ajaran-ajaran) dasar yang diyakini tidak berubah sepanjang zaman, seperti wajib berbuat baik terhadap orang tua, wajib menegakkan keadilan dan sebagainya. 45 Seperti contoh hadis berikut: 46 Artinya: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Sa'id al-aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Amru bin al-harits dari Ibnu Syihab telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Salamah bin Abdurrahman telah meriwayatkan kepadanya dari Abu Sa'id al-khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 45 Edi Safri, op.cit., h Abu al-husain Muslim ibn al-hajjaj ibn Muslim al-qusairiy al-naisaburiy, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-kutub al-ilmiyah, 2007), h. 290

25 46 Bahwa beliau bersabda: sesungguhnya air (yakni mandi janabah menjadi wajib karena) dar air (yakni keluarnya sperma tatkala bersenggama) (H.R. Muslim) Hadis ini menjelaskan bahwa mandi janabah menjadi wajib apabila keluar mani ketika bersenggama. Kemudian pada hadis lain Rasulullah SAW bersabda: 47 Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan Abu Ghassan al- Misma'i --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin al-mutsanna dan Ibnu Basysyar mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Muadz bin Hisyam dia berkata, telah menceritakan kepadaku bapakku dari Qatadah dan Mathar dari al- Hasan dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Apabila seorang lelaki duduk di antara empat cabang milik perempuan (maksudnya kedua paha dan kedua tangan), kemudian menekannya maka sungguh dia wajib mandi." Dan dalam hadits Mathar, "Walaupun dia belum keluar mani." Zuhair berkata, "Duduk di antara mereka dan empat cabang wanita." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Amr bin 'Abbad bin Jabalah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi 'Adi --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-mutsanna telah menceritakan kepadaku Wahb bin Jarir keduanya meriwayatkan dari Syu'bah dari Qatadah dengan isnad ini hadits semisalnya, hanya saja dalam hadits Syu'bah "Kemudian melakukan adegan yang serius", dan tidak mengatakan "Walaupun tidak keluar air mani." (H.R. Muslim) 47 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-mughairah bin Bardizbah al-bukhari al-ja fari, op. cit., h. 69

26 47 Dalam riwayat Abu Hurairah ini dapat dipahami bahwa mandi janabah diwajibkan karena bersenggama sekalipun tidak mengeluarkan mani. Imam al-nawawi berdasarkan hadis di atas juga berpendapat bahwa wajibnya mandi ketika selesai bersenggama sekalipun tidak mengeluarkan mani. 48 Hadis riwayat Sa id al-khudri di atas menyatakan bahwa mandi janabah wajib apabila mengeluarkan sperma, bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang menyatakan bahwa mandi janabah wajib apabila selesai bersenggama sekalipun tidak mengeluarkan sperma. Secara lahiriah kedau hadis di atas bertentangan, tapi kalau dilihat asbab al-wurud masing-masing hadis, maka akan ditemukan penyelesaian bahwa hadis riwayat Sa id al-khudri di atas disampaikan Nabi SAW sebelum turun ayat 43 surat al-nisa yang berbunyi: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik 48 Ibn Hajar al-asqalaniy, Fathul Baari Syarah: Shahih al-bukhari, penerjemah Amiruddin, ( Jakarta: Putaka Azzam, 2005), h. 480

27 48 (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi. Sedangkan hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan oleh Rasulullah SAW setelah ayat diterima oleh beliau. Dengan demikian, metode yang ditempuh dalam penyelesaian hadis ini adalah metode bentuk nasakh, dengan pernyataan bahwa riwayat Sa id al-khudri bersatatus sebagai mansukh (yang dihapus) oleh riwayat Abu Hurairah yang berstatus sebagai nasakh (penghapus). Dengan dihapusnya hadis riwayat Sa id al-khudri di atas menjelaskan bahwa kedua hadis tersebut tidaklah bertentangan. 3. Penyelesaian dalam bentuk tarjih Apabila jalan kompromi dan nasakh belum menyelesaikan hadis-hadis yang secara lahiriah terlihat tampak bertentangan tersebut, maka ditempuh jalan atau metode yang ketiga. Yaitu dengan solusi tarjih. Maksudnya dengan memperbandingkan hadis-hadis yang tampak bertentangan dengan mengkaji lebih dalam, baik dari segi sanad maupun matan serta mana ajaran yang lebih mendekati kepada ajaran al-quran. 49 Seperti pada contoh hadis berkut: 49 Edi Safri, op. cit., h.130

28 49 50 Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi dari Malik dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari dari Abu Yunus mantan budak Aisyah, dari Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sementara beliau berdiri di depan pintu; wahai Rasulullah sesungguhnya saya pada suatu pagi dalam keadaan junub dan saya ingin berpuasa. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dan aku pernah pada suatu pagi dalam keadaan junub dan ingin berpuasa, lalu aku mandi dan berpuasa."(h.r. Muslim) Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa Nabi SAW terus melaksanakan puasa walaupun beliau dalam keadaan junub sampai pagi dengan terlebih dahulu melaksanakan mandi wajib. Sedangkan pada hadis lain Rasulullah SAW mengatakan bahwa siapa yang junub sampai pagi hari, maka batallah puasanya, sebagaimana sabda beliau yang berbunyi: Secara tekstual kedua hadis di atas bertentangan, dimana hadis riwayat Aisyah menyatakan bahwa tidak batal puasa karena junub sampai pagi seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, akan tetapi hadis riwayat Abu Hurairah mengatakan bahwa batal puasa karena junub sampai pagi. Imam al-syafi i dalam menyelesaikan hadis di atas, beliau menggunakan metode tarjih, seperti yang dikutip oleh Edi Safri dalam bukunya yang berjudul 50 Abu al-husain Muslim ibn al-hajjaj ibn Muslim al-qusairiy al-naisaburiy, op. cit., h Abu Husain Muslim bin al-hajjaj al-qusyairi al-naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Maktabah al-ilmiyyah, t.th), h

29 50 al-imam al-syafi i: Metode Penyelesaian hadis-hadis Mukhtalif, beliau mengatakan bahwa dari segi sumber, hadis Aisyah lebih tinggi nilai kompetensinya dibandingkan dengan hadis riwayat Abu Hurairah karena Aisyah adalah isteri Nabi SAW, kemudian dari segi periwayat, hadis Aisyah mempunyai periwayat lebih banyak dibandingkan dengan hadis riwayat Abu Hurairah yaitu Aisyah dan Ummu Salamah, dan dari segi kandungan makna, hadis Aisyah mengandung makna lebih rasional, karena urusan junub adalah urusan rumah tangga Nabi SAW dengan isteri beliau Aisyah. 52 Dari ketiga alasan tersebut dapat dijelaskan, bahwa hadis riwayat Aisyah lebih kuat untuk diperpegangi dan diamalkan serta dijadikan hujjah. Uapaya pentarjihan hadis dimaksud adalah mencari yang terkuat untuk diperpegangi di antara hadis-hadis yang juga berstatus sama-sama kuat jika pertentangan, baik dari segi sanad maupun matan hadis (figh al-hadis) Memahami hadis-hadis Nabi SAW tanpa mengkaji maksud dan tujuan mengapa hadis tersebut disampaikan, dapat membawa kepada kesalahan dalam pengamalan hadis, kesalahan dalam pengamalan hadis dapat membawa kepada kesalahan dalam menjalankan ajaran-ajaran syariat. Oleh karenanya metode-metode serta pendekatan dalam memahami hadis perlu dijelaskan kepada umat, dengan tujuan agar umat tidak salah dalam memahami ajaran-ajaran syariat tersebut. 52 Ibid., h. 135

30 51

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS A. Persepsi Ada tiga hal yang perlu diurai dalam pembahasan persepsi, antara lain pengertian persepsi, faktor-faktor pembentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya

Lebih terperinci

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet I. LATAR BELAKANG Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS), Yayasan Yatim Mandiri

Lebih terperinci

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis BAB II MUKHTALIF AL-HADITS A. Pengertian Mukhtalif al-hadits Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis yang bertentangan. Sedangkan dalam dunia ulum al-hadits istilah ini diperuntukkan

Lebih terperinci

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29 Maksud Gugurnya Sanad Yang dimaksud gugurnya sanad adalah terputusnya rantai sanad (silsilatu as-sanad) dengan gugurnya sorang rawi atau lebih secara sengaja, baik dari sebagian perawi atau dari yang lainnya

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 59 BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 A. Kualitas Mufasir at-thabari Ditinjau dari latar pendidikannya dalam konteks tafsir al-qur an, penulis menilai bahwa at-thabari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

Bukti Cinta Kepada Nabi

Bukti Cinta Kepada Nabi Bukti Cinta Kepada Nabi Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan sumber hukum yang utama bagi umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di samping al-qur an sebagai

Lebih terperinci

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam ) SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam ) I. Mukadimah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata : - - :...

Lebih terperinci

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

Fidyah. Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin. (Al Baqarah : 184) Fidyah 1. Bagi Siapa Fidyah Itu? Bagi ibu hamil dan menyusui jika dikhawatirkan keadaan keduanya, maka diperbolehkan berbuka dan memberi makan setiap harinya seorang miskin, dalilnya adalah firman Allah:

Lebih terperinci

Bab 4 باب الصدق. Kebenaran

Bab 4 باب الصدق. Kebenaran Bab 4 باب الصدق. Kebenaran h g f e d c b m X W l j i التوبة: 119 Allah SWT berfirman: (Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama-sama dengan orang-orang

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan, 13 BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD A. Metode Maud}u i 1. Pengertian metode maudhu i Kamus bahasa menunjukkan bahwa kata tersebut diambil dari kata yang artinya adalah meletakkan sesuatu dalam

Lebih terperinci

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:

Lebih terperinci

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya Tidak Sedikit manusia bertanya, bagaimanakah puasa sunah Asyura itu? Dan kapankah pelaksanaannya? Dalil-Dalilnya: Berikut ini adalah dalil-dalil puasa tersebut:

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM HADIS - SUNNAH Etimologis: Hadis : perkataan atau berita. Sunnah : jalan yang dilalui atau tradisi yang dilakukan. Sunnah Nabi: jalan hidup Nabi. Terminologis Hadis:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersuci merupakan hal yang sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat menunaikan ibadah

Lebih terperinci

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at Dalam pembahasan ini ada tiga persoalan yang akan kami ketengahkan: 1. Hukum membaca sebagian Al-Quran dalam khutbah. 2.Kadar minimal Al-Qur an yang dibaca

Lebih terperinci

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) , 25 Al-Quran yang merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan di mana pun, memiliki pelbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain, susunan

Lebih terperinci

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf I TIKAF Pengertian I'tikaf Secara harfiyah, I tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah

Lebih terperinci

Kisah Heraclius dengan Abu Sufyan

Kisah Heraclius dengan Abu Sufyan Kisah Heraclius dengan Abu Sufyan Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi, dia berkata: telah mengabarkan kepada kami Syu aib dari Az Zuhri ia berkata: telah mengabarkan kepadaku

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAK BATALNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API

BAB IV PEMAHAMAN HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAK BATALNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API BAB IV PEMAHAMAN HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAK BATALNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API Dalam memahami hadis Nabi SAW haruslah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa ketika Nabi SAW

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

Ditulis oleh Faqihuddin Abdul Kodir Senin, 08 Juni :59 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 16 September :24

Ditulis oleh Faqihuddin Abdul Kodir Senin, 08 Juni :59 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 16 September :24 Ada anggapan bahwa dalam literatur Islam klasik, dasar hukum tentang larangan lebih mudah ditemukan daripada sebaliknya. Tetapi, dalam sejarah awal Islam ada realitas bahwa Siti Aisyah, isteri baginda

Lebih terperinci

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF Al- HADITS

BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF Al- HADITS BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF Al- HADITS 2.1 Pengertian Ilmu Mukhtalif al-hadits Dalam kaidah bahasa Arab, kata mukhtalif al-hadits adalah susunan dua kata yakni mukhtalif dan al-hadits. Menurut

Lebih terperinci

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya - 26 Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya Penjelasan : Nazilah adalah kejadian baru yang butuh kepada hukum syar I. istilah ini menjadi populer pada

Lebih terperinci

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor Ternyata Hari Jum at itu Ternyata Hari Jum at itu Istimewa Penyusun: Ummu Aufa Muraja ah: Ustadz Abu Salman Saudariku, kabar gembira untuk kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT keberadaannya. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT keberadaannya. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT keberadaannya. Karena agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna serta pelengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 59: Hai orang-orang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul-Nya

Lebih terperinci

BAB III HADIS- HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAKNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API

BAB III HADIS- HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAKNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API BAB III HADIS- HADIS TENTANG BATAL DAN TIDAKNYA WUDHU KARENA MEMAKAN MAKANAN YANG DIMASAK DENGAN API A. Deskripsi Hadis-hadis tentang Batal Wudhu karena Memakan Makanan yang Dimasak dengan Api dan Kualitasnya

Lebih terperinci

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kamis, 27 Oktober 2005 17:17:15 WIB Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Para ulama telah sepakat bahwa puasa wajib atas seorang mus-lim yang berakal, baligh, sehat,

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH A. Istinbath Hukum Dan Natijah Status kewarisan bagi para pelaku transseksual yang mengoperasi ganti kelamin dalmam perspektif ushul fiqih ini merupakan masalah baru

Lebih terperinci

992. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan."

992. Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan. Kitab I'tikaf Bab 1: I'tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir (Bulan Ramadhan) dan I'tikaf dalam Semua Masjid, Firman Allah, "Janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah

Lebih terperinci

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran MEMBACA AL-QURAN DALAM SATU SURAT PADA WAKTU SALAT TERBALIK URUTANNYA, MEMBACA SAYYIDINA DALAM SHALAT PADA WAKTU

Lebih terperinci

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : [ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 10% - 20% dari keberhasilan organisasinya, sedangkan sisanya 80% - 90%

BAB I PENDAHULUAN. 10% - 20% dari keberhasilan organisasinya, sedangkan sisanya 80% - 90% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, kesuksesan seorang pemimpin selalu behubungan dengan gerak bawahannya. Kesuksesan seorang pemimpin hanya menyumbang sekitar 10% - 20% dari keberhasilan

Lebih terperinci

RAPATKAN SHAF JAMA AH

RAPATKAN SHAF JAMA AH RAPATKAN SHAF JAMA AH Telah menceritakan kepada kami Isa bin Ibrahim Al-Ghafiqi telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb -dari jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan

Lebih terperinci

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN I. Muqodimah : Prof. Abdul Wahhab Kholaf berkata dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih (hal. 143) : - - " "."." Nash Syar I atau undang-undang wajib untuk diamalkan sesuai

Lebih terperinci

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of Contemporary English yang mencantumkan salah satu pengertian profile adalah "a short

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan HADITS KEDUA 4 Arti Hadits / : Dari Umar r.a. juga dia berkata : Ketika kami dudukduduk di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

Alhamdulillah Was Shalaatu Was Salaamu Alaa Rasuulillah, adapun setelah ini:

Alhamdulillah Was Shalaatu Was Salaamu Alaa Rasuulillah, adapun setelah ini: الحمد هلل والصالة والسالم على رسول اهلل بعد: أما Alhamdulillah Was Shalaatu Was Salaamu Alaa Rasuulillah, adapun setelah ini: Melihat adanya semangat dari saudara-saudara kami dalam melakukan kebaikan,

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Perdagangan Perantara

Perdagangan Perantara Perdagangan Perantara Diriwayatkan dari Hakim bin Hazzam dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Biarkan Allah memberi rizki kepada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Maka, jika seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dewasa ini, memungkinkan siapapun dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari

Lebih terperinci

Definisi Khutbah Jumat

Definisi Khutbah Jumat Definisi Khutbah Jumat 1. Definisi khotbah Definisi secara bahasa Khotbah, secara bahasa, adalah 'perkataan yang disampaikan di atas mimbar'. Adapun kata khitbah yang seakar dengan kata khotbah (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Sedangkan hadis sebagai pernyataan, pengalaman, taqriri dan hal ihwal Nabi

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

HADITS KEsembilan Arti Hadits / :

HADITS KEsembilan Arti Hadits / : HADITS KEsembilan Arti Hadits / : Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian

Lebih terperinci

Khitan. 1. Sejarah Khitan

Khitan. 1. Sejarah Khitan MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

Soal Jawab Agama Dr Yusuf Al-Qardhawi - KAEDAH TOLERANSI DALAM MASALAH (2/2)

Soal Jawab Agama Dr Yusuf Al-Qardhawi - KAEDAH TOLERANSI DALAM MASALAH (2/2) TENTANG KAIDAH "KITA BANTU-MEMBANTU DALAM MASALAH YANG KITA SEPAKATI, DAN BERSIKAP TOLERAN DALAM MASALAH YANG KITA PERSELISIHKAN" (2/2) Dr. Yusuf Qardhawi Misalnya saja dilalah amr (petunjuk perintah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting untuk kehidupannya, karena dengan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting untuk kehidupannya, karena dengan belajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bagi manusia sebagai makhluk sosial memiliki posisi dan peran yang sangat penting untuk kehidupannya, karena dengan belajar, manusia bisa maju, melihat

Lebih terperinci

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Pengertian Hadits Sunnah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir (peretujuan),

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

www.fiqhindonesia.com

www.fiqhindonesia.com 6 196 Daftar Bahasan Pengertian Anjuran Melakukan Hukum Syarat-Syarat Waktu di Sepuluh Malam Terakhir Bulan Ramadhan Hikmah di Balik Anjuran Hal-Hal yang Dibolehkan Bagi Orang yang Hal-Hal yang Membatalkan

Lebih terperinci

Merenungi Firman Allah Ta ala

Merenungi Firman Allah Ta ala Merenungi Firman Allah Ta ala { } : [ Indonesia Indonesian ] Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy Terjemah : Muzaffar Sahid Mahsun Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2010-1431 { } : : : 2010-1431 ٢ 4 MERENUNGI SEBUH

Lebih terperinci

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:????????????????????????

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 1 Rabi'ul Akhir 1402 H, bertepatan

Lebih terperinci

Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku

Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku (Oleh: J. algar. secondprince) Tulisan ini akan membahas hadis Kitabullah wa Sunnaty yang sering dijadikan dasar bahwa kita harus berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah

Lebih terperinci

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86) MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi 60 BAB IV ANALISIS Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi sallam dari tafsir al-marāghī di dalam bab tiga, maka pada bab ini akan dipaparkan analisis guna menganalisa şalawat

Lebih terperinci

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH Ust. H. Ahmad Yani, MA Kondisi Manusia Menghadapi Musibah Setiap manusia di Dunia ini pasti pernah melewati masa-masa ujian dari Allah SWT. Beragam ujian yang dialami manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh masyarakat Ende Nusa Tenggara Timur adalah suatu pemberian dari pihak calon mempelai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al- BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bentuk peneletian sistematis, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan rumusan masalah yang telah ditelusuri yaitu: 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam Bab III dan Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu.

Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu. Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu. Nyai Maisarah pun sesekali tersenyum pada Aisyah. Meski seorang wanita,

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa www.bersamadakwah.com 1 : Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam sangat memahami bagaimana kondisi manusia karena ia adalah Din yang dipilihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk semua umat manusia, 1 di dalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik bagi umatnya. 2 Allah juga telah menerangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

FIQH THAHARAH. (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra. Bersuci (menurut Bahasa) adalah : Bersih (Suci) dan terlepas dari kotoran

FIQH THAHARAH. (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra. Bersuci (menurut Bahasa) adalah : Bersih (Suci) dan terlepas dari kotoran FIQH THAHARAH (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra TA RIF Menurut Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari (Ulama Madzhab Syafi I dari Pakistan) dalam Kitab Fathul Mu in, Thaharah diartikan sebagai

Lebih terperinci

Para wanita di bulan ramadhan

Para wanita di bulan ramadhan Para wanita di bulan ramadhan,, Sesungguhnya di sorga ada sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, yang mana pada hari kiamat akan di masuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak ada yang bisa melewati pintu

Lebih terperinci

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM TAFSIR AL QUR AN UL KARIM aku berlindung kepada Allah dari godaan Setan yang terkutuk. Tafsir : I. Makna Kalimat Ta awdudz Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsinya : Al Istiadzah adalah berlindung

Lebih terperinci

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari rahimahullah,

Lebih terperinci

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran) Surah Al- Alaq, ayat 1-5 Surah Al-Fatihah Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran) Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4 Bismillah 1. Ayat 1-5, Surah Al- Alaq (Paling Rajih) i. Berdasarkan hadis Aisyah yang diriwayatkan

Lebih terperinci

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Tauhid Yang Pertama dan Utama Tauhid Yang Pertama dan Utama Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????:

Lebih terperinci

Adab Makan. Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-syaqawi. Terjemah : Muzaffar Sahidu Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Adab Makan. Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-syaqawi. Terjemah : Muzaffar Sahidu Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad Adab Makan لطعا [ Indonesia Indonesian ند نيn ] Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-syaqawi Terjemah : Muzaffar Sahidu Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2010-1431 لطعا» باللغة لا ند نيسية «تا چگف: مني. بن عبد

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h 169 Al-Qur an / BAB Hadist I al-zukhruf/ 43: 32 Lampiran Terjemahan Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

Lebih terperinci

Furqan Salam Dalam Perspektif Islam tentang menebarkan dan menjawab salam, keutamaan menebarkan dan menjawab salam, kemudian makna dan cara memeberika

Furqan Salam Dalam Perspektif Islam tentang menebarkan dan menjawab salam, keutamaan menebarkan dan menjawab salam, kemudian makna dan cara memeberika SALAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh : Furqon Syarief Hidayatulloh Abstrak Salah satu amalan mulia yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah menebarkan atau mengucapkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Di antara bentuk kemudahan yang telah Allah Subhanahu wa Ta ala tetapkan di dalam syariat-nya adalah telah ditentukannya waktu untuk memulai dan mengakhiri ibadah dengan

Lebih terperinci

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain.

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain. Menambahkan apa yang disampaikan Pak Baz, intinya seperti apa yang disampaikan Pak Baz. Pertanyaan : 1. Apakah ada hadits yg menyatakan bahwa jika ada keluarga yg meratapi mayit, dosanya akan ditimpakan

Lebih terperinci

Bab 32 Nasehatnya Imam kepada Wanita dan Pengajarannya kepada Wanita. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (QS. An Nisaa (4) : 34).

Bab 32 Nasehatnya Imam kepada Wanita dan Pengajarannya kepada Wanita. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (QS. An Nisaa (4) : 34). - 32 Bab 32 Nasehatnya Imam kepada Wanita dan Pengajarannya kepada Wanita Penjelasan : Para Imam yang merupakan kaum lelaki wajib memberikan nasehat kepada para wanita, karena kaum lelaki adalam Qoyyum

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan LAMPIRAN TERJEMAH No Bab Surah/Hadis Terjemah 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya kub. (Ibrahim berkata): Hai anakanakku! Sesungguhnya

Lebih terperinci

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS Dr. Khadijah, M.Ag. Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana KATA PENGANTAR Penulis: Dr. Khadijah, M.Ag. Copyright 2011, pada penulis Hak cipta dilindungi undang-undang All rigths reserved Penata

Lebih terperinci

Bimbingan Islam di Musim Hujan

Bimbingan Islam di Musim Hujan Bimbingan Islam di Musim Hujan Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ajaran Islam Menurut istilah, Al-Qur an adalah firman Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci