BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata Ar-Rahn berarti tetap dan
|
|
- Hendra Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Landasan Hukum Ar-Rahn Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata Ar-Rahn berarti tetap dan Lestari. Kata Rahn dinamai Al-hasbu artinya penahanan, seperti dikatakan ni matum rahinah, artinya karunia tetap dan lestari, sebagaimana firman Allah berikut. Tiap-tiap pribadi terkait/tertahan (rahinah) atas apa yang telah diperbuat. (QS. Al-Mudatsir (74): 38). 1 Sedangkan secara terminology Rahn didefinisikan oleh beberapa ulama fiqh antara lain menurut ulama Malikiyah: harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat, menurut ulama Hanafiyah: Menjadikan sesuatu (barang) jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagiannya, dan ulama Syafi iyah dan Hanabilah: menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnnya itu. Menurut Sayid Sabiq, Ar-rahn adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan untuk utang atau mengambil sebagiannya dari benda (jaminan) tersebut. 2 1 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) hal Sayid Sabiq, Fiqh as-sunnah, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981) hal
2 12 Menurut Muhammad Rawwas Qal Ahji penyusun buku ensiklopedia Fiqih Umar Bin Khatab r.a berpendapat bahwa Rahn adalah menguatkan hutang dengan jaminan hutang. Menurut Masifuq Zuhdi, Ar-rahn adalah perjanjian atau akad pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan hutang, sedangkan menurut Nasroen Haroen, Ar-rahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai hak pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhannya ataupun sebagiannya. 3 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan dengan pengertian Rahn menurut Sayid Sabiq dalam bukunya yang berjudul Fiqh Sunnah. Ia mendefinisikan Ar-Rahn, yaitu: ja lu ainin laha qimatun maliyah fi nadzri al syar I watsiqatan bidainin bihaitsu yumkinu akhdzu dzalika al-dain au akhdzu ba dhuhu mintilka al- aini yang artinya, menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barang itu. Menurut Dewan Syariah Nasional (secara terminologi), Rahn adalah menahan barang sebagai jaminan atas hutang. Menurut Bank Indonesia, Rahn, adalah akad penyerahan barang/harta (Marhun) dari nasabah (Rahin) kepada Bank (Murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. 4 3 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) cet. ke 1. hal Ibid hal. 233
3 13 Dasar hukum Ar-Rahn adalah Alquran, Al Hadis dan Ijma berikut. 1. Alquran Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). (QS. Al-Baqarah (2): 283). 2. Dari a masy, dari Ibrahim, dari Al-aswad, dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad Saw membeli makan dari orang yahudi dengan cara ditangguhkan pembayarannya kemudian nabi menggadaikan baju besinya. (HR. Bukhari). 3. Ijma Dari hadis ayat di atas, para ulama telah sepakat (Ijma) bahwa : a. Barang sebagai jaminan hutang (rahn) dibolehkan (jaiz); b. Rahn dapat dilakukan dalam berpegian (safar) maupun tidak dalam safar. Pembatasan dengan safar dalan surat Al- Baqarah (2) ayat 283 adalah karena kelaziman saja, maka tidak boleh di ambil makna sebaliknya (mahun mukhalafah), karena adanya hadis-hadis yang membolehkan Rahn tidak dalam bepergian, disamping itu safar dalam ayat itu karena tidak diperolehnya katib (penulis), maka lazimnya tidak perlu Rahn kecuali safar. 5 B. Rukun dan Syarat Rahn 1. Rukun Rahn Para ulama fiqh berbeda pendapat dalam menetapkan rukun rahn, namun bila digabungkan, menurut jumhur ulama rukun rahn ada lima yaitu rahin (orang yang menggadaikan); murtahin (orang yang menerima gadai); marhun/rahn (objek barang gadai); marhun bih (utang), dan sighat (ijab Kabul). 5 Ibid. hal. 234
4 14 2. Syarat-Syarat Rahn Para ulama fiqh mengemukakan syarat-syarat Ar-rahn sesuai dengan rukun Ar-rahn itu sendiri, yaitu sebagai berikut : a. Para pihak dalam pembiayaan Rahn (rahin dan Murtahin) 1) Para pihak yang melakukan akad Rahn adalah cakap bertindak menurut hukum (ahliyyah). Kecakapan bertindak hukum, menurut para ulama adalah orang yang telah dewasa (baliq) dan berakal (mumayyis). Mereka mempunyai kelayakkan untuk melakukan transaksi kepemilikan. Sedangkan menurut Ulama Hanafiah, kedua belah pihak yang berakad tidak disyariatkan baliq, tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu menurut mereka, anak kecil yang mumayyis boleh melakukan akad rahn, dengan syarat akad rahn yang dilakukan anak kecil yang sudah mumayyis ini mendapat persetujuan dari walinya 6 2) Syarat sighat (lafal). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu Ar-rahn tidak boleh dikaitkan dengan masa yang akan datang, karena akad Ar-rahn sama dengan akad jual beli. Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu maka syaratnya batal sedangkan akadnya sah. 7 3) Dari ketentuan pasal 393 KUH perdata dapat disimpulkan bahwa seorang wali tidak boleh menggadaikan barang-barang yang tidak bergerak milik anak yang belum dewasa di bawah perwaliannya (jo. 6 Ibid hal Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2015) hal. 291
5 15 Pasal 48 dapat ditafsirkan secara a contratio) bahwa untuk kepentingan si anak maka barang bergerak milik anak yang belum dewasa dapat digadaikan oleh walinya/orang tuanya. Adapun kriteria dewasa menurut ketentuan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 47 ayat (1), adalah sudah berumur 18 tahun atau sudah kawin sebelum itu. Dalam KUH Perdata, dewasa apabila orang tersebut telah berumur 21 /tahun atau telah lebih dahulu kawin sebelum itu (pasal 330 KUH Perdata) b. Pernyataan kesepakatan (sighat ijab Kabul) 1) Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu bahwa kesepakatan dengan masa yang akan datang, karena kesepakatan rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkkan dengan masa yang akan datang, karena kesepakatan atau ijab Kabul dalam akad rahn sama dengan dalam akad jual beli. Apabila kesepakatan dalam akad itu dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan dengan masa yang akan datang, maka syaratnya batal, sedangkan akadnya sah. 2) Ulama Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah mengatakan bahwa apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad itu, maka syarat tersebut dibolehkan, tetapi apabila syarat itu bertentangan dengan tabhiat atau karakter akad rahn, maka syaratnya menjadi batal.
6 16 c. Marhun bih (utang) 1) Utang (marhun bih) wajib dibayar kembali oleh debitur (rahin) kepada kreditor (murtahin) 2) Utang boleh dilunasi dengan anggunan. 3) Utang harus jelas dan tertentu (dapat dikuantifikasi atau dihitung jumlahnya) d. Marhun (barang) 1) Karakteristik barang Menurut ahli hukum Islam (fuqaha), karakteristik barang jaminan utang adalah : 8 a) Bernilai harta dan dapat diperjual belikan b) Jelas dan tertentu; c) Milik sah orang yang berhutang d) Tidak terkait dengan hak orang lain; e) Merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran di beberapa tempat f) Boleh diserahkan baik materi maupun manfaatnya. 2) Jenis barang a) Berdasarkan ketentuan syariah Dengan melihat praktik Nabi saw para sahabat, bahwa barang yang bisa dijadikan jaminan utang rahn dapat berupa kebun, baju besi, hewan ternak dan makanan/minuman. Oleh karena itu, para ulama berpendapat bahwa barang yang dapat 8 Ibid.,
7 17 dijadikan jaminan utang (rahn) pada prinsipnya adalah barang bergerak dan tidak bergerak. Disamping itu, dapat dilihat dari defenisi yang disampaikan oleh Imam Malik dengan ungkapan Syaiun mutamawwal (sesuatu yang di anggap harta/asset). Namun, dalam praktik perbankan syariah, tentu perlu dipertimbangkan aspek kemudahan, keamanan, dan nilai ekonomis barang. Oleh karena itu barang rahn digadaikan dapat berupa barang bergerak, seperti perhiasan, kendaraan, barang elektronik, barang-barang rumah tangga, mesin, dan barangbarang lain yang diaanggap bernilai, maka mudah penyimpanannya dan mudah diuangkan. 9 b) Berdasarkan ketentuan perundangan Sedangkan dalam ketentuan perundangan yang ada, yaitu berdasarkan ketentuan pasal 504 KUH perdata, jenis Benda atau Barang terdiri dari: 1) Benda bergerak pada sifatnya dpat berpindah atau dipindahkan, atau karena ditentukan oleh undang-undang misalnya kendaraan, perhiasan, saham, obligasi, dan sebagainya 2) Benda tidak bergerak karena sifatnya, karena tujuan pemakaian dan karena ditentukan oleh undang-undang misalnya tanah dan bangunan. 9 Ibid, hal. 237
8 18 c) Penguasaan barang yang digadaikan Disamping syarat-syarat tersebut, para ulama juga sepakat menetukan bahwa Ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang yang di agunkan itu secara hukum sudah berada ditangan pemberi hutang,dan uang yang dibutuhkan telah diterima oleh peminjam uang (rahin). Dengan adanya qadbhul marhun (penguasaan barang jaminan oleh murtahin), maka akad rahn bersifat mengikat kedua belah pihak. Berdasarkan ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan ayat (2) KUH Perdata barang yang digadaikan harus dibawah kekuasaan si berpiutang yang menerima barang yang digadaikan. Apabila barang gadai tetap dalam kekuasaan si berutang, maka hak gadai tersebut tidak sah. C. Fatwa DSN Tentang Gadai Emas Dewan Syariah Nasional membuat fatwa tersendiri mengenai rahn emas ini, yaitu dalam fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002. Secara prinsip, ketentuan rahn emas juga berlaku ketentuan rahn yang diatur dalam fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/ Dalam Fatwa No. 25/DSN-MUI/III/2002 menjelaskan tentang Gadai emas yaitu : 1) Bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah rahn, yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. 10 Ibid, hal. 170
9 19 2) Bahwa masyarakat pada umumnya telah lazim menjadikan emas sebagai barang beharga yang disimpan dan menjadikannya objek rahn sebagai jaminan utang untuk mendapatkan pinjaman uang 3) Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang hal itu untuk menjadikan pedoman. 11 Kemudian dalam Fatwa DSN No. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang Ar-rahn emas menjelaskan : 1) Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Ar-rahn (lihat fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Ar-rahn. 2) Ongkos dan pembiayaan penyimpanan barang (Marhun) ditanggung oleh penggadai (Rahin). 3) Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah 12. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/24/PBI/2004 tentang Bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menetapkan perizinan, pembinaan dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak mematuhi peraturan perbankan yang berlaku. Bank Indonesia dalam menerapkan kewenangan dan tanggung jawab dimaksud, antara lain tetap mempertimbangkan faktor-faktor 11 Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal Ibid, hal
10 20 kemampuan bank, prinsip kehati-hatian operasional bank, tingkat persaingan yang sehat, tingkat kejenuhan jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pemerataan pembangunan ekonomi nasional, kelayakan rencana kerja bank, serta kemampuan dan/atau kepatutan pemilik, pengurus, dan pejabat bank. Dalam pelaksanaan pemberian kredit bank tetap meminta agunan dari pemohon kredit bank tetap meminta agunan dari pemohon kredit. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, pasal 1 ayat 26 yang mengartikan agunan adalah jaminan tambahan baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada bank syariah atau Unit Usaha Syariah guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas jaminan tambahan ini merupakan jaminan materil (berwujud) yang berupa barang-barang bergerak atau benda tetap atau jaminan in-materil (tidak berwujud). D. Manfaat dan Resiko Barang Gadai (Rahn) 1. Manfaat barang gadai oleh marhun a. Pendapat yang dikemukakan oleh Hanabilah berpendapat bahwa tidak diperbolehkan rahin untuk memanfaatkan barang jaminan tanpa ada keridhaan murtahin. Rahin tidak memiliki legalitas atas pemanfaatan barang jaminan tersebut. Dengan demikian, tidak sah memanfaatkan barang jaminan jika tidak ada kesepakatan antara rahin dan murtahin karena barang jaminan tidak lain sebatas jaminan utang sehingga pemilik barang tidak boleh memanfaatkannya.
11 21 b. Pendapat yang dikemukakan oleh Malikiyah ketika barang jaminan sudah dimanfaatkan oleh rahin, maka transaksi gadai tersebut menjadi batal. Hal ini disebabkan izin memanfaatkan barang jaminan yang diberikan murtahin kepada rahin telah menyebabkan transaksi menjadi batal, meskipun barang jaminan tersebut belum sempat dimanfaatkan. c. Senada dengan malikiyah dan shafiiyyah berpendapat bahwa pada prinsipnya murtahin tidak dapat dimanfaatkan barang jaminan didasarkan pada hadis: Abu Hurairah r.a ia berkata, bersabda Rasullulah saw. Barang gadai itu tidak dimiliki (oleh penerima gadai), baginya keuntungan atas kerugian.(hr. Hakim). 13 1) Manfaat yang dapat diambil oleh Bank dari prinsip-prinsip Ar-rahn adalah sebagai berikut: a) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan Bank. b) Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu asset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank. c) Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah Ade Sofyan Mulazid, Kedudukan System Pegadaian Syariah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), hal Muhammad syafi I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 130
12 22 2) Manfaat yang diambil dari nasabah dari Ar-rahn a) Penafsiran nilai suatu barang bergerak dari pihak atau institusi yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya. b) Penitipan suatu barang bergerak pada tenpat yang aman dan dapat dipercaya nasabah yang akan bepergian, merasa kurang aman menempatkan barang bergeraknya ditempat sendiri Resiko Ar-rahn Apabila murtahin sebagai pemegang amanat telah memelihara barang gadai dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan barang, kemudian barang tersebut mengalami kerusakan atau hilang tanpa disengaja, maka para ulama dalam hal ini berbeda pendapat mengenai siapa yang menanggung resikonya. Ulama-ulama Mazhab Syafi I dan Hambali berpendapat bahwa murtahin (penerima gadai) tidak menanggung resiko apapun. Namun ulamaulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa murtahin menanggung resiko sebesar harta barang yang minimum. Penghitungan mulai pada saat diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari rusak atau hilangnya. (Basyir, 1983:54). Berbeda halnya jika barang gadai rusak atau hilangnya yang disebabkan oleh kelengahan murtahin. Dalam hal ini tidak ada pendapat, semua ulama 15 Veithzal Rivai dkk, Bank And Financial Instituation Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 1326
13 23 sepakat bahwa murtahin menanggung resiko, memperbaiki kerusakkanya atau mengganti yang hilang. 16 E. Aplikasi Ar-rahn dalam Perbankan 1. Sebagai produk pelengkap Bank menahan barang nasabah sebagai jaminan bagi pelaksanaan kewajiban nasabah yang timbul dari akad yang dijamin. Dalam ini biasanya tidak menahan barang jaminan itu secara fisik, tetapi hanya surat-suratnya. 2. Sebagai produk sendiri Bank menerima akad rahn sebagai jaminan atas utang nasabah yang timbul dari pembiayaan yang diberikan oleh bank. Besarnya nilai jaminan utang tersebut ditetapkan oleh bank. rahn sebagai produk ini biasanya menjadi dasar untuk transaksi gadai, seperti gadai emas dan lain-lain. 3. Pada Bank Nagari Syariah Padang Aplikasi produk bank nagari syariah Padang produk Ar-rahn sebagai gadai emas, nasabah hendaknya melakukan pengisian formulir terlebih dahulu dan gadai emas dalam Bank nagari syariah Belakang Olo Cabang Padang mempunyai jangka waktu 3 bulan dan apabila nasabah hendak melakukan perpanjangan lagi harus melakukan kesepakatan dengan pihak bank agar tidak terjadi kecurangan Muhammad Sholiku Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba diniyah, 2003), hal.
14 24 F. Ketentuan Ar-rahn Fatwa oleh Dewan Syariah ini memberikan ketentuan-ketentuan Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas sebagai berikut : ketentuan umum: Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (Barang) sampai semua hutang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhum tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatnya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpangan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun juga dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan Marhun a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya hal Sutan Remy Sjahdeini dkk, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014),
15 25 b) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi milik rahin. 18 Fatwa oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas menentukan hal-hal sebagai berikut: 1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. 2. Ongkos dan pembiayaan penyimpanan barang (Marhun) ditanggung oleh penggadai (Rahin). 3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah 19. G. Barang Jaminan 1. Barang-barang atau benda perhiasan antara lain: - Emas - Berlian - Perak - Mutiara - Intan - Platinum 18 Ibid, hal Ibid.,
16 26 2. Barang-barang yang berupa kendaraan seperti mobil (termasuk bajai dan bemo) sepeda motor dan sepeda biasa (termasuk becak). 3. Barang-barang elektronik antara lain : - Komputer - Radio - Mesin - Kulkas - Televisi - Kamera 4. Mesin-mesin seperti mesin jahit dan mesin kapal motor. 5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti : a) Barang tekstil, berupa pakaian, permadani dan kain batik b) Barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang yang dijaminkan harus dalam kondisi baik dalam arti masih dapat digunakan dan bernilai. Hal ini penting bagi pegadaian bank syariah mengingat jika nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya. H. Berakhirnya Akad Ar-rahn Berakhirnya akad Rahn sebagai jaminan, yaitu : 1. Barang yang diserahkan kembali kepada pemiliknya 2. Rahin (Penggadai) membayar utangnya 3. Dijual paksa, yaitu dijual berdasarkan penetapan hakim atas permintaan rahin 4. Pembebasan hutang dengan cara apa pun, sekalipun dengan pemindahan oleh Murtahin.
17 27 5. Pembatalan oleh Murtahin, meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin. 6. Rusaknya barang gadaian oleh tindakan/penggunaan Murtahin. 7. Memanfaatkan barang gadai dengan penyewan, hibah atau shadaqah, baik dari pihak Rahin maupun Murtahin. 8. Meninggalnya rahin (menurut malikiyah) dan atau Murtahin (menurut Hanafiyah), sedangkan Syafi iyah dan Hanabilah. Menganggap kematian para pihak tidak mengakhiri akad rahn Ibid.,
Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits
Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari Secara teknis menahan salah satu harta peminjam yang memiliki
Lebih terperinciElis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah
Lebih terperinciRahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang
Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS
21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Gadai Syariah 1. Pengertian Gadai Syariah Menurut pengertian bahasa gadai berasal dari kata " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan sebagai berikut:
Lebih terperinciRAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH
BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem dan prosedur gadai emas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah
63 BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian masyarakat yang senantiasa berkembang secara dinamis, membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek kehidupan. Terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna menetapakan pilihan dalam pembiayaan disektor riil. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pegadaian
Lebih terperincimurtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang
59 BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Berdasarkan Landasan teori dan Penelitian yang peneliti peroleh di Kelurahan Ujung Gunung
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al
48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal
BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Penerapan Akad Rahn dan Ijarah dalam Transaksi Gadai pada Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung Mendiskusikan sub tema ini secara gamblang, maka tidak ubahnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Gadai Secara etimologi, kata ar-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad arrahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan, agunan, adan rungguhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah merupakan agama yang paling sempurna, agama Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah saja, namun di dalamnya
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA
BAB IV TINJAUAN FATWA NO. 25-26/DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA A. Analisis Implementasi Akad Ija>rah Pada Sewa Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang sangat gencarnya dalam melakukan peningkatan perekonomian nasional. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jual Beli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Jual beli Jual beli (al-bay ) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan: Ba a asy-syaia jika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2008) yang berjudul Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian Semarang.Dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Syariah, sebagai sebuah positioning baru yang mengasosiasikan kita kepada suatu sistem pengelolaan ekonomi dan bisnis secara islami. Perkembangan ekonomi syariah baik
Lebih terperinciBAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N
BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan kasus yang sangat ditakuti oleh setiap negara di dunia. Hal ini membuat setiap negara berusaha untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi dengan berbagai sunnah-nya agar syariah yang Ia turunkan lewat Rasul-Nya semakin subur di muka
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Gadai (Rahn) Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu. Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan
Lebih terperinciBAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat
BAB III STUDI PUSTAKA A. Pengertian Gadai Syariah (Ar-Rahn) Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga disebut al-habs. Secara etimologis arti rahn adalah tetap dan lama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gadai dalam Bahasa Arab disebut rahn, yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Secara syara, rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat dinamai dengan al-habsu (pasaribu,1996:139).secara etimologis, arti rahn adalah
Lebih terperinciPENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI
PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI DiajukanOleh : AMIRUDDIN MahasiswaSekolahTinggi Agama Islam
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ
BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ MENURUT FATWA NOMOR 68/DSN-MUI/III/2008 Dalam bab ini, penulis akan menganalisis dan mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri Palembang Gadai Emas Syariah Menurut Anshori (2007:129) adalah menggadaikan atau menyerahkan hak penguasa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. AKAD 1. Pengertian Akad Kata akad berasal dari Bahasa Arab al- aqd yang secara etimolagi berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan, (al-ittifaq). Secara terminologi fiqh,
Lebih terperinciBAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali
BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) A. Pengertian Ar-Rahn Pengertian gadai (Ar-Rahn) secara bahasa adalah tetap, kekal dan jaminan, sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyadera sejumlah harta
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA
68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktik Gadai Ganda Kendaraan Bermotor di Kelurahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002
BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 A. Analisis Besaran Ujrah pada Pembiayaan Rahn di Pegadaian Syariah Karangpilang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan dana, sementara barang yang digadaikan tersebut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA
83 BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis terhadap Aplikasi Rahn pada Produk Gadai Emas dalam di BNI Syariah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data
BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan mengintegrasikan hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA
59 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Emas Dengan Akad Rahn Di BNI Syariah Bukit Darmo
Lebih terperinciija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana
Lebih terperinciAKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN
Dr. Iwan P. Pontjowinoto AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN Konsep Dasar Hubungan Usaha PEMBELI (PEMILIK DANA) PERTUKARAN DANA - BARANG PENJUAL (PEMILIK BARANG) PEMILIK DANA Rp. PENGGABUNGAN (PERCAMPURAN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan demikian itu ia memperoleh rezeki, dan dengan rezeki itu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, Islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG
TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG SKRIPSI Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
66 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. ANALISIS DARI PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH Manusia dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semaraknya prinsip penerapan syariah dalam lembaga keuangan bank di Indonesia, maka pelaku bisnis di bidang LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank)
Lebih terperinci1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG KARANGAYU SEMARANG 1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu Semarang Penerapan Ar-Rahn dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah
Lebih terperinciPENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA
Pada awal pemerintahan Republik Indonesia, kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karanganyar, Kebumen karena situasi perang kian memanas. Agresi Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Taksiran Barang Gadai 1. Pengertian Gadai (Rahn) Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai al-habsu. Secara etimologi arti rahn adalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai emas Kospin Jasa Syariah adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga berupa emas lantakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global. Karenanya guna menjawab
Lebih terperinciRAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM
BAB II RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Rahn Yang dimaksud hutang piutang adalah memberikan sesuatu baik itu berupa uang atau benda berharga lainnya dalam jumlah tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Tentang Rahn 1. Pengertian Rahn Gadai (Rahn) menurut arti bahasa: tetap. Sedangkan menurut istilah syara: ialah menaruh barang (dijadikan) sebagai uang, untuk penguat perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung
BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung Berdasarkan uraian data sebagaimana yang telah ditamnpilkan di Bab III tentang praktik lelang barang jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku sepanjang zaman. Rasulullah saw diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar hidup saling tolong menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang mampu harus menolong orang
Lebih terperinciAnalisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-6561 Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa Lembaga Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam berkembang sangat pesat di masyarakat. Antonio (2001 : 223), melihat bahwa
Lebih terperinciBAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni
15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya pembangunan ekonomi dan kebutuhan semakin banyak yang sebagain besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS DI BRI SYARIAH
PENERAPAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS DI BRI SYARIAH NILA PRATIWI Universitas Putra Indonesia YPTK Padang nilapratiwi8@gmail.com Abstract The problem in this research is how the contract Execution gold mortgage
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini BMT memiliki peluang cukup besar dalam perannya mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 13: Akuntansi Pegadaian Syariah dan Obligasi Syariah (Sukuk) Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA PEGADAIAN SYARIAH (rahn) PENGERTIAN AKAD RAHN Bahasa: tetap, kekal, jaminan
Lebih terperinciutang atau mengambil sebagian manfaat barang tersebut. Secara etimologis rahn Syari at Islam memerintahkan umatnya supaya tolong-menolong yang
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Ar-rahn Rahn menurut istilah syariat adalah menjadikan benda yang memiliki nilai menurut syariat sebagai jaminan utang, sehingga seseorang boleh mengambil utang atau
Lebih terperinciBAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber utamanya, kegiatan perekonomian dalam Islam tidak hanya sekedar anjuran semata namun lebih
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier tidak semuanya dapat terpenuhi, karena tidak memiliki dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal sejarah manusia,orang-orang bekerja keras dalam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah berikan bagi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan
BAB II LANDASAN TEORI A. WADI AH 1. Pengertian Wadi ah Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi ah. Hal ini dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap beberapa karya ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika kita melihat kehidupan duniawi, banyak sekali kegiatan bisnis yang membantu kehidupan manusia untuk melangsungkan hidupnya, sehingga pinjam meminjam menjadi salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu. Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah
ABSTRAKSI LISNAWATI. 2012. Akuntansi Pendapatan Pegadaian pada Perum Pegadaian Makassar. Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. ( Pembimbing I: Dr. Darwis Said,
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.
ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG Oleh : Nur Kholis Kusuma Atmaja ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn,
BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn, yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau tanggungan
Lebih terperinciA. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga berupa emas lantakan atau emas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan
Lebih terperinciPegadaian dan Sewa Guna Usaha
Pegadaian dan Sewa Guna Usaha A. Pegertian Usaha Gadai Secara umum pegertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.
1 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS. Akad Ar-Rahn yang diterapkan dalam perbankan syari ah atau lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya manusia tidak bisa hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, sudah seharusnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dengan berdasarkan prinsip
Lebih terperinci