LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI"

Transkripsi

1 LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air I Dosen : Drs. Odih Supratman, MT Oleh : Adi Hamdani PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman. Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas. Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan kami untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya. Bandung, Desember 2014 Penulis i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Sistematika Laporan... 3 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Irigasi Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi Sistem Irigasi Peta Ikhtisar Bangunan Standar Tata Nama BAB III PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI Penggambaran Sistem Jaringan Irigasi Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Banyak pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu bidang pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah pertanian. Dalam perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan factor air yang menjadi penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol secara berkala. Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan kebutuhan untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui batas kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan. Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk areal pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh areal pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal pertanian yang tidak mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk selanjutnya dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian Rumusan Masalah Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang tentunya memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan bangunannya? 2) Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan? 3) Bagaimana cara menghitung luas petak tersier? 4) Bagaimana cara pemberian warna daerah irigasi? 5) Bagaimana cara pembuatan skema irigasi? 1

5 6) Bagaimana cara pembuatan skema bangunan? 7) Bagaimana pembuatan dimensi saluran? 8) Bagaimana perhitungan muka air? 9) Bagaimana pembuatan skema muka air? 10) Bagaimana penggambaran situasi? 11) Bagaimana penggambaran profil memanjang? 12) Bagaimana penggambaran profil melintang? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi. Namun selain itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu: 1) Pembuatan saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan bangunannya. 2) Pemberian nama saluran dan bangunan. 3) Menghitung luas petak tersier. 4) Pemberian warna daerah irigasi. 5) Pembuatan skema irigasi. 6) Pembuatan skema bangunan. 7) Pembuatan dimensi saluran. 8) Perhitungan muka air. 9) Pembuatan skema muka air. 10) Penggambaran situasi. 11) Penggambaran profil memanjang. 12) Penggambaran profil melintang. 2

6 1.4. Sistematika Laporan Bab I pendahuluan memuat latar belakang pembuatan laporan, maksud dan tujuan yang diharapkan dari pembuatan laporan ini, metode pencakupan masalah yang dibahas dalam laporan dan sistematika dalam laporan yang dibuat. Bab II landasan teori memuat teori teori yang menjadi dasar pemikiran penulis dalam menganalis masalah yang terjadi dan mencari cara pemecahannya. Bab III perencanaan memuat mengenai tata cara yang dilakukan dalam merencanakan suatu jaringan irigasi yang hendak dilaksanakan. Bab IV penutup memuat simpulan akhir dari laporan dan sedikit saran bagi para pembaca. 3

7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Irigasi Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, keperluan industri, perikanan, untuk pengegelontoran roil roil di dalam kota (Teknik Penyehatan) dan lain lain. Sumber air yang digunakan untuk irigasi adalah : Air yang dipermukaan tanah : sungai, danau, waduk, dan mata air. Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung) Air tanah (Ground Water) 2.2. Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi Berikut ini adalah pola perencanaan perancangan suatu sistem jaringan irigasi yaitu : 1. Adanya permintaan masyarakat petani Suatu sistem irigasi dikerjakan oleh karena adanya permintaan masyarakat petani. Kemudian selanjutnya dilakukan studi kelayakan oleh ahli pertanian (ahli tanah, pertanian tanaman pangan), sosial ekonomi, sipil (ahli hidrologi, ahli irigasi), geodesi, geologist, dan ahli lingkungan. 2. Pelaksanaan Investigasi Pelaksanaan investigasi terdiri dari beberapa tahap yaitu : a. Pengumpulan data hidrologi, klimatologi, social ekonomi, dan lain lain. b. Pengukuran situasi 1:5000 atas izin masyarakat petani yang tanahnya terkena proyek, serta pendataan pemilik lahan. c. Survey geologi dan mekanika tanah. d. Penggambaran situasi. e. Lay out definitive. f. Pengukuran trase atas izin masyarakat yang terkena proyek. 4

8 g. Penggambaran trase. h. Perencanaan trase saluran dan bangunan. i. Penggambaran saluran dan bangunan. j. Sosialisai dengan masyarakat serta pejabat setampat. 3. Pembuatan Bill of quantities dan rencana anggaran biaya (RAB). Dokumen tender. Dokumen pra qualifikasi. 4. Pelaksanaan Fisik Pelaksanaan fisik maksudnya adalah melaksanakan pembangunan sistem jaringan irigasi pada lahan yang telah ditentukan Sistem Irigasi Pada umumnya, sistem irigasi di Indonesia pengaliran airnya dengan sistem gravitasi dan sistem jaringannya terdiri dari tiga golongan yaitu: 1. Sistem irigasi sederhana Sistem irigasi ini baik bangunan maupun pemeliharaannya dilakukan oleh para petani dan pada umumnya jumlah arealnya relatife kecil. Biasanya terdapat di pegunungan, sedangkan sumber airnya didapat dari sungai sungai kecil yang airnya mengalir sepanjang tahun. Bangunan bendungnya dibuat dari bronjong atau tumpukkan batu dan bangunan bangunannya dibuat sangat sedehana serta tidak dilengkapi dengan pintu air dan alat ukur debit air sehingga pembagian airnya tidak dapat dilakukan dengan baik. 2. Sistem irigasi setengah teknis Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada di dalamnya telah setengah teknis, kontruksinya bisa permanent atau setengah permanent hanya tidak dilengkapi dengan pintu air dan alat pengukur debit. Untuk pengaturan air cukup dipasang balok sekat saja, sehingga pembagian dan pengaturan debitnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun demikian, irigasi ini dapat ditingkatkan 5

9 secara bertahap menjadi sistem irigasi teknis. Pada sistem ini pembangunannya dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum. 3. Sistem irigasi teknis Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi teknis semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu pintu air dan alat ukur debit. Pembagian airnya bisa diatur dan diukur disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga pembagian atau pemberian air ke sawah sawah dilakukan dengan tertib dan merata. Saluran sistem ini menjamin tidak terjadinya banjir dengan cara dibuatkan jaringan pembuang tersier, sekunder dan induk, yang nantinya mengalirkan air langsung ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk membuang air sisa pemakaian dari sawah. Pekerjaan teknis irigasi pada umumnya terdiri dari : a) Pembuatan bangunan penyadap yang berupa bendung atau penyadap bebas. b) Pembuatan saluran primer (induk) termasuk bangunan bangunan di dalamnya seperti : bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan sadap. Bangunan air ini dikelompokkan sebagai bangunan air pengatur, disamping itu ada kelompok bangunan air pelengkap diantaranya bangunan terjun, got miring, gorong gorong, pelimpah, talang, jembatan dan lain lain. c) Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan bangunan di dalamnya seperti : bangunan bagi-sadap, sadap dan bangunan pelengkap seperti yang ada pada saluran induk. d) Pembuatan saluran tersier termasuk bangunan bangunan di dalamnya seperti : boks tersier, boks kuarter, dan lain- lain. e) Pembuatan saluran pembuang sekunder dan tersier termasuk bangunan gorong pembuang. 6

10 2.4. Peta Ikhtisar Peta ikhtisar adalah cara agaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling dihubung-hubungkan. a. Petak Tersier Petak tersier adalah perencanan dasar yang bertalian dengan unit tanah. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (offtake) tersier, bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Petak tersier ini dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing seluas kurang lebih 8-15 ha. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran primer, kecuali petak-petak tersier tidak secara langsung disepanjang jaringan saluran irigasi utama. b. Petak Sekunder Petak tersier terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuannya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari nbangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. c. Petak Primer Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer Bangunan a. Bangunan Utama Bangunan utama adalah kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Biasanay bangunan ini dipakai untuk mengurangai kandungan sedimen yang berlebih, serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama dibagi menjadi beberapa kategori : 1. Bendung 2. Pengambilan bebas 3. Pengambilan dari waduk 4. Stasiun Pompa 7

11 b. Bangunan Bagi dan Sadap Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih. c. Bangunan Pengukur dan Pengatur Aliran akan diukur dihulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dibagi dua, yaitu : alat ukur aliran atas bebas dan alat ukur aliran bawah. Tabel 2.1 Alat ukur Type Mengukur dengan Mengatur Alat ukur ambang lebar Aliran atas Tidak Alat ukur parshall Aliran atas Tidak Alat ukur Cipoletti Aliran atas Tidak Alat ukur Romijn Aliran atas Ya Alat ukur Crump-de Gruyter Aliran bawah Ya Bangunan sadap pipa sederhana Aliran bawah Ya Constant-Head Orifice (CHO) Aliran bawah Ya Peralatan yang dianjurkan pemakainnya : 1. Di hulu saluran primer Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran dan pintu sorong atau radial untuk pengaturan. 2. Dibangunan bagi atau sadap/ bangunan sadap sekunder Pintu Romijn dan crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer. 8

12 3. Bangunan sadap tersier Untuk mengukur dan mengatur dipakai alat ukur Romijn atau jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter d. Bangunan Pengkuran Muka air Bangunan ini mengontrol muka air jaringan irigasi utama sampai batsbatas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit konstant kepada bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur di perlukan untik di tempatkan dimana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring. Untuk mencegah meninggi ayau menurunya muka air di saluran, dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium. e. Bangunan Pembawa Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan superkritis atau subkritis. 1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis Bangunan ini diperloukan di tempat-tempat di mana lereng medannya lebih curam dari pada kemiringan maksimum saluran. Bangunan ini terdiri dari bangunan terjun dan Got miring. 2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis Bangunan ini terdiri dari: Gorong-gorong, Talang,Sipon, Jembatan sipon, Flum (flume), Saluran tertentu dan Terowongan. f. Bangunan Lindung Bangunan ini diperlukan untuk melindungi saluran baik dari luar maupun dari dalam. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat akibat masuknya air dari ruas saluran. 1. Bangunan pembuang silang 2. Pelimpah (spillway) 3. Bangunan penguras (wasteway) 4. Saluran pembuang samping 9

13 g. Jalan dan Jembatan Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang. Sedangkan jembatan digunakan untuk menghubungkan jalan-jalan inspeksi diseberang saluran irigasi. h. Bangunan Pelengkap Bangunan pelengkap yang dipasang disepanjang saluran meliputi : 1. Pagar, rel pengaman dan sebagainya 2. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumabt bangunan oleh benda-benda yang hanyut 3. Jembatan-jembatan untuk keperluan penyebrangan bagi penduduk 2.6. Standar Tata Nama Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda. a. Daerah Irigasi Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat atau daerah penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan utama. Untuk bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi. b. Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder Saluran irigasi primer sebaiknya diberinama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani. Saluran sekunder diberinama sesuai dengan nama desa yang terletak dipetak sekunder. Petak sekundet akan diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya. Saluran di bagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama, bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir disuatu ruas bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu, tetapi huruf R (ruas) di ubah menjadi B (bangunan). Bangunan-bangunan yang ada diantara bangunan-bangunan bagi sadap di beri nama sesuai dengan nama ruas dimanabnagunan tersebut terletak, juga mulai dengan huruf B lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga bengunan yang berada lebih jauh di hilir memakai huruf b, c dan seterusnya. 10

14 c. Jaringan Irigasi Tersier dan Kuarter Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama. Misalnya S1ki mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BS1 yang terletak pada saluran sambak. 1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak diantara yang terletak diantara kedua boks 2. Boks tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut arah jarum jam 3. Peta kuarter diberi nama sesuai denan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut searah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya searah jarum jam 4. Boks kuarter diberi kode K 5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya 6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai deangan petak kuarter yang dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya 7. Saluran pembuangan tersier diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum jam d. Jaringan Pembuang Pada umunya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang kesenuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri. Pembuang sekunder pada umunya berup[a sungai atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak sungai atau anak sungai tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (drainase). 11

15 BAB III PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI 3.1. Penggambaran Sistem Jaringan Irigasi Dalam merancanakan sistem irigasi terdapat langkah langkah yang harus dilaksanakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai langkah langkah yang dilakukan pada perencanaan sistem jaringan irigasi sungai Kaliwuri. Langkah langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Siapkan peta topografi Gambar 3.1 Peta Topografi 12

16 2. Tentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama sungai pada jaringan irigasi dengan sungai utama atau inisial nama kampung yaitu malangbong. Misal Malangbong maka digunakan nama BM0 untuk bendung. Gambar 3.2 Letak Bendung di Sungai 3. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan warna merah. Gambar 3.3 Saluran Pembuang 13

17 4. Tarik saluran induk dengan warna biru, garis titik garis. Sejajar garis kontur, Usahakan turun elevasi, nama saluran induk disesuaikan dengan nama sungai yaitu saluran induk BM. Gambar 3.4 Penamaan Saluran Induk 5. Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi. Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan pertama yaitu : BM1, BM2, BM3, dan BM4. Ruas antara bendung dan bangunan pertama (BM0 BM1) merupakan saluran induk dan seterusnya. 6. Beri nama bangunan bangunan yang ada pada saluran sekunder dengan inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat dengan saluran atau bila tidak kampung maka dapat diberi nama yang sesuai dengan keinginan tapi dalam jaringan irigasi tidak boleh ada nama yang sama. Gambar 3.5 Pemberian Nama Bangunan 14

18 7. Tentukan luas petak tersier maksimum 60 ha. Beri nama petak tersier sesuai dengan nama saluran sekunder. Contoh BM2 kiri untuk sebelah kiri dan BM2 kanan untuk sebelah kanan. Gambar 3.6 Penentuan Luas petak tersier 8. Beri warna warna muda pada petak yang sudah direncanakan. Gambar 3.7 Pemberian warna-warna pada petak 15

19 9. Hindari menggunakan warna kuning karena warna kuning digunakan untuk daerah yang tidak terairi yang berada di daerah irigasi yang direncanakan, misalnya bukit, semak belukar yang tidak dapat diairi. Hijau tua khusus untuk perkampungan/pedesaan. Jangan menggunakan warna hitam. 10. Warna merah digunakan untuk sungai/saluran pembuang. 11. Garis coklat untuk jalan raya. 12. Garis hitam untuk rel kereta api. 13. Kalau aliran air menjauhi kita, maka sisi kanan saluran sesuai dengan sisi kanan kita dan sisi kiri saluran sesuai dengan sisi kiri kita Perhitungan Sistem Jaringan Irigasi Perencanaan sistem jaringan irigasi bukan sekedar penggambaran saja. Tapi juga pengolahan data data yang ada untuk selanjutnya digunakan dalam merancang saluran yang akan digunakan. Dalam perencanaan sistem jaringan irigasi tersebut terdapat rumus rumus yang digunakan untuk mengolah data data yang ada. Penggunaan rumus rumus tersebut adalah untuk membantu dalam perancangan atau mendesain saluran. a. Data yang Diperlukan 1. Skala peta. Skala peta yang dipilih pada jaringan irigasi Kaliwuri adalah 1 : Netto Field Requirement (NFR). NFR adalah nilai kebutuhan air di sawah. NFR yang ditentukan pada perencanaan sistem jaringan irigasi Kaliwuri adalah 1.35 lt/det/ha. b. Mencari Luas Area Irigasi Pada saat kita akan menentukan petak petak yang akan diairi, kita harus mengacu pada batasan wilayah yang dijinkan yaitu 60 ha sehingga petak yang kita tentukan tidak boleh lebih besar dari 60 ha. Untuk menentukan besar petak petak tersebut, maka kita dapat menggunakan bantuan autocad dengan menggunakan perintah AREA, maka akan muncul angka yang kita perlukan. Selanjutnya nilai luas yang didapat dikonversikan sesuai dengan skala peta yang kita gunakan. Misalnya untuk skala 1 cm : cm 1 cm = 2 hm sehingga peta kita scale 2 kali lipat. 16

20 Selain itu, kita juga harus menentukan luas area saluran yang didapatkan dengan cara menjumlahkan luas area petak petak yang diairi oleh saluran sekunder yang dimaksud. Misalnya : untuk saluran sekunder bangunan BB1 yang mengairi B1 kr dan B1 kn masing masing 34,47 ha dan 52 ha, maka luas BB1 sebesar 86,47 ha. c. Mencari Panjang Saluran (L) Panjang saluran induk dapat dicari dengan bantuan autocad yaitu dengan menggunakan perintah LIST. Setelah mendapatkan panjang saluran yang dimaksud kemudian dikonversikan ke dalam satuan yang digunakan dalam pengolahan data juga mengacu pada skala peta yang kita gunakan karena satuan pada autocad akan berbeda dengan satuan yang digunakan pada pengolahan data. Contoh : Pada Saluran M ruas 1 di autocad kita mendapat nilai panjang 2,8937 hm menjadi (2,8937 x 100) = 289,370 m d. Menentukan Tinggi Bangunan Irigasi (H) Tinggi bangunan irigasi dapat ditentukan dengan melihat posisi bangunan terhadap garis tinggi (kontur). Bila posisi bangunan tidak tepat pada kontur, maka harus dilakukan interpolasi dengan menggunakan rumus interpolasi, yaitu: Hx = ( L1 / H)+ H1 Dimana : Hx = kontur yang dicari H1 = kontur yang diketahui L1 = jarak bangunan terhadap H1 H = beda kontur 17

21 Tabel 3.1 Ketinggian Bangunan No Bangunan Ketinggian (m) No Bangunan Ketinggian (m) 1 BMe BMc BMe BM BMe BMb BMf BMb BMf BMb BMd BM BMd BMa BMd BMa BMd BMa BMd BMa BMd BMa BMd BMa BMd BMa BM BM e. Mencari Selisih Kontur Antar Bangunan Selisih kontur antar bangunan diperoleh dengan cara mengurangi kontur pada bangunan 1 dengan bangunan 2, misalnya : BM1 = 37,9 dengan BM2 = 37,70 maka selisihnya adalah 0,2 f. Mencari Kemiringan Saluran (Io) Pada Saluran Induk Kemiringan saluran dapat ditentukan dengan rumus : Io = H/L Misalkan kemiringan pada BM2 : Io = H/L = 0,2 / 289,370 = 0,

22 g. Mencari Debit (Q) Untuk mencari debit yang diperlukan dapat menggunakan rumus : Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8) m 3 /det untuk saluran tersier Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8 x 0,9) m 3 /det untuk saluran sekunder Q = (NFR x A x 0,001) / (0,8 x 0,9 x 0,9) m 3 /det untuk saluran induk Misalkan : a. Untuk saluran Tersier M ruas 1 kiri 1 Q = (1,35 x 27,18 x 0,001) / (0,8) = 0,046 m 3 /det b. Untuk saluran Sekunder Ma ruas 1 Q = (1,35 x 450,317 x 0,001) / (0,8 x 0,9) = 0,844 m 3 /det c. Untuk saluran Sekunder M ruas 1 Q = (1,35 x 1622,129x 0,001) / (0,8 x 0,9 x 0,9) = 3,379 m 3 /det h. Mencari Kemiringan Rencana (Ia) Untuk mendapatkan kemiringan rencana kita harus menggunakan grafik kemiringan dasar saluran. 0,7 IV R = 4,0 x ,7 Kemiringan dasar saluran I dalam m/km 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 IV R = 3,5 x 10-4 IV R = 3,0 x 10-4 IV R = 2,5 x 10-4 IV R = 2,0 x 10-4 IV R = 1,5 x ,6 0,5 0,4 0,3 0,2 kecepatan dasar rencana Vbd dalam m/det 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 0,1 0,1 0,0 0 0,1 0,2 0,4 0, Debit rencana saluran Q dalam m3/det Gambar 3.8 Grafik Kemiringan Rencana (Ia) 19

23 Dari grafik tersebut didapat : Ia untuk BM1 = Ia untuk BM2 = Ia untuk BM3 = Ia untuk BM4 = i. Menentukan Nilai k, m dan n Menentukan nilai k, m dan n dapat melihat tabel berikut ini : Tabel 3.2. untuk saluran induk Q (m 3 /det) M N k

24 Tabel 3.3. untuk saluran sekunder dan tersier Q (m 3 /det) m n = b/h v k j. Perhitungan Dimensi Saluran Induk Rumus Strickler V = k x R 2/3 x I 1/2 Q = V x A A = h 2 + (n + m) = h (b + mh) P = h (n + 2 (1+ m 2 ) = b + 2h (1 + m 2 ) R = A/P = h (n + m)/ {(n + 2 (1 + m 2 )} Langkah selanjutnya : Dimisalkan kedalaman air : h = ho Vo = k { 2/3 (b+mh)h } (b+2h 1+m 2 ) I 1/2 a) Mencari luas penampang basah Ao = Q/Vo b) Kedalaman air yang baru h1 = Ao/(n + m) 21

25 c) bandingkan h1 dengan ho jika : h1 ho maka memenuhi syarat, sehingga h1 = h rencana jika : h1 ho > maka tidak memenuhi syarat, sehingga harus dicari h1 yang baru sampai memenuhi syarat. d) Masukkan harga harga b, h, k, m, n kedalam rumus strickler hingga didapat V dan I. e) Jika saluran belum ada (khusus saluran induk) Untuk mendesain saluran yang belum ada, harus melalui langkah langkah perencanaan sebagai berikut : Tentukan Qd dan I. hal ini menghasilkan titik titik dengan harga khusus Qd dan I. Plot titik titik Qd I untuk masing masing saluran berikutnya sampai ruas terakhir. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70 m/det atau 0,60 m /det. Garis Qd I makin kehilir atau Qd makin kecil, I R menjadi semakin besar. k. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder dan atau Tersier Dalam menghitung dimensi saluran sekunder dan tersier, kita harus terlebih dahulu menentukan nilai vo, sehingga diperoleh nilai k,n dan m. Rumus rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Q = vo x F atau F = Q/vo Dimana : F = luas area Q = debit (m 3 /det) 22

26 Mencari nilai h F = (b + mh) h. karena nilai F, b dan m telah diketahui maka nilai h akan diperoleh. Mencari nilai b b = n x h Mencari F baru dan V baru F baru = (b + mh)h V baru = Q/Fbaru Mencari Keliling Basah (P) dan Jari Jari (R) P = (b + 2h (1 + m 2 )) R = F/P Mencari V dan I V = k x R 2/3 x I 1/2 I = (V/ (k x R 2/3 )) 2 Mencari DWL dan UWL DWL = elevasi saluran tersier + 0,18h UWL = DWL + (I x L) Sampel Perhitungan Dimensi Saluran dan Muka Air : a. Saluran Induk Perhitungan Dimensi Saluran Sampel perhitungan yang dipakai adalah Saluran Induk BM1 Ruas 1, sebagai berikut : Yang perlu dicari adalah b,h,v saluran, sedangkan I saluran sudah di dapat melalui grafik pada gambar 3.8. A = 1622,129 Ha ; Q = 3,379 m 3 /det ; Ia = ; m = 1,5 ; n = 2,401 ; 23

27 k = 40 Hitung b, h, dan v? Dicoba h0 = 1,159 m A = h 2. (n+m) = 1, (2,401+1,5) = 1,857 m 2 b = h x n = 1,159 x 2,401 = 2,783 m P = b + 2h (1+ m 2 ) ) = 2, x 1,159 (1+ 1,5 2 )) = 6,962 R = A/P = 1,857 / 6,962 = 0,753 V0 = k. R 2/3 I 1/2 = 40 x 0,753 2/3 x 0, /2 = 0,645 m/det F = Q/V0 = 3,379 / 0,645 = 5,238 m 2 V = Q / F = 3,379 / 5,238 = 0,038 m/det h = (F/(m + n)) = (5,238 / (1,5 + 2,401)) = 1,159 m Kontrol : h0 h = 1,159 1,159 = 0,00 < 0,005...OK b. Saluran Sekunder Perhitungan Dimensi Saluran Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang ada sebagai berikut : Dimensi saluran sekunder Ma ruas 1 A = 450,317 ha ; Q = 0,844 m 3 /det ; m = 1 ; n = 2 ; k = 35 Dicoba V0 = 0,506 m/det interpolasi dari tabel (Terlampir) F = Q / V0 = 450,317 / 0,506 = 1,668 h = (F / (m+n)) = ( 1,668 / (1+2)) = m b = h x n = x 1 = m F baru = (b + (m x h)) x h = ( (1 x 0,746)) x 0,746 = m 2 V baru = Q / Fbaru = 0,844 / 1,668 = 0,506 m/det P = b + 2h (1+ m 2 ) )= 0,746. (1+ 2 x 0,746 ( )) = 3,600 R = Fbaru/P = 1,668 / 3,600 = 0,463 I = ( V / k x R 2/3 ) 2 = ( 0,506 / 35 x 0,463 2/3 ) 2 = 0,

28 c. Saluran Tersier Perhitungan Dimensi Saluran Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang ada sebagai berikut : Dimensi saluran sekunder M1 Kr1 : A = 27,18 ha ; Q = 0,046 m 3 /det ; m = 1 ; n = 1 ; k = 35 Dicoba V0 = 0,453 m/det interpolasi dari tabel (Terlampir) F = Q / V0 = 0,046 / 0,453 = 0,101 h = (F / (m+n)) = ( 0,101 / (1+1)) = 0,225 m b = h x n = x 1 = m F baru = (b + (m x h)) x h = ( (1 x 0.225)) x = m 2 V baru = Q / Fbaru = 0,046 / 0,101 = 0,453 m/det P = b + 2h (1+ m 2 ) )= 0, x 0,225 ( )) = 0,861 R = Fbaru/P = 0,101 / 0,861 = 0,118 I = ( V / k x R 2/3 ) 2 = ( 0,453 / 35 x 0,118 2/3 ) 2 = 0,00291 Perhitungan Muka Air Diketahui BM1 dalam perhitungan dimensi saluran didapat : h = 1,159 m b = 2,783 m Elevasi BM1 = 37,90 L = 289,37 m I = 0,00038 Dicari : Dwl = (0,18h + elevasi BM1) = (0,18. 1, ,90) = 38,50 m Uwl = Dwl + (I. L) = 38,50 + ( 0, ,37) = 38, = 38,61 m 25

29 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat : NFR = 1,35 lt/ha/det Luas Area irigasi = 1622,13 Ha Debit Terbesar = 3,379 M 3 /det Elevasi Mercu = + 39,35 Elevasi Petak Terjauh = + 25, Saran Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian, sebaiknya dalam perhitungan desain jaringan irigasi digunakan berbagai software yang mendukung. Seperti Autocad untuk analisis panjang, luas dan penggambaran, serta Microsoft Excel untuk membantu perhitungan data. 26

30 DAFTAR PUSTAKA Radjulani. Panduan Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi. Prodi PTS/PTB/D3 TS. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil. Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (Headworks). Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Saluran. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2010). Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum. 27

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi Bangunan Bangunan Utama (headworks) merupakan kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi GEOMETRIK IRIGASI Komponen-komponen sebuah jaringan irigasi teknis dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Untuk mengetahui komponen-komponen suatu jaringan irigasi dapat dilihat pada peta ikhtisar. Peta

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. B. Indikator Setelah selesai pembelajaran ini, mahasiswa mampu: Menghitung dimensi

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : RANGKUMAN KP 01 BAGIAN PERENCANAAN Unsur dan Tingkatan Jaringan Irigasi Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : Bangunan-bangunan utama ( headworks ) di mana air diambil

Lebih terperinci

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB-2 JARINGAN IRIGASI 1 BAB-2 JARINGAN IRIGASI Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN ke-5 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

PERTEMUAN ke-5 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi PERTEMUAN ke-5 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi B. Indikator Mahasiswa mampu membuat peta petak irigasi serta memberi warna dan menghitung luasnya. C.

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI K E M E N T E R I A N P E K E R JA A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR D I R E K T O R A T I R I G A S I D A N R A W A STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PERENCANAAN JARINGAN

Lebih terperinci

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI SUATU SISTEM IRIGASI DIKERJAKAN, OLEH KARENA

PANDUAN PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI SUATU SISTEM IRIGASI DIKERJAKAN, OLEH KARENA PANDUAN PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI Oleh : Radjulaini, Drs, MPd SUATU SISTEM IRIGASI DIKERJAKAN, OLEH KARENA ADANYA PERMINTAAN MASYARAKAT PETANI Kemudian dilakukan : Studi Kelayakan oleh Ahli Pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO 6309875 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 20 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Irigasi Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Pengertian irigasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Irigasi suatu usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata irigasi berasal

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : PERENCANAAN SALURAN Perencanaan Pendahuluan. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : - Trase jalur saluran pada peta tata letak pendahuluan. - Ketinggian tanah pada jalar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SISTEM IRIGASI Irigasi secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang bertalian dengan usaha untuk mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

Jaringan Irigasi 14. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi

Jaringan Irigasi 14. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi 14 Jaringan Irigasi 15 STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN JARINGAN IRIGASI KP 01 Jaringan Irigasi 16 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN Hal 1.1 Umum... 1 1.2 Kesahihan/Validitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA Dosen Pengampu : Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng. Disusun oleh : RIZA RIZKIA (5140811023) HERIN AFRILIYANTI (5140811051) MADORA ARUM KAHANI (5140811097)

Lebih terperinci

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER RC14-1361 TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER SEJARAH IRIGASI Keberadaan sistem irigasi di Indonesia telah dikenal sejak zaman Hindu, pada zaman tersebut telah dilakukan usaha pembangunan prasarana irigasi sederhana.

Lebih terperinci

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT Farrah Regia Rengganis NRP: 1021005 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa, M.T. ABSTRAK Irigasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Menurut peraturan pemerintah no.20 tahun 2006, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Ukur Debit Cypoletti Ambang lebar Flume tenggorok panjang BANGUNAN UKUR DEBIT Agar pengelolaan

Lebih terperinci

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 pasal 1, pengertian irigasi, daerah irigasi, dan jaringan irigasi telah dibakukan sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA Latar Belakang Pembangunan perumahan Graha Natura di kawasan jalan Sambikerep-Kuwukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

IDENTITAS DAERAH IRIGASI

IDENTITAS DAERAH IRIGASI FORM SIPAI-D01 INVENT JARINGAN TAHUN : IDENTITAS DAERAH IRIGASI 1 Nama Daerah Irigasi 2 Kewen./Kepem. Pemerintah, status: Pusat Provinsi Kab./Kota Badan Usaha Badan Sosial P3A Desa Perseorangan 3 Nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Air Pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi evapotranspirasi yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari derah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Irianto Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua Irian.anto@gmail.com

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU Vicky Richard Mangore E. M. Wuisan, L. Kawet, H. Tangkudung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: vicky_mangore@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan air di suatu daerah irigasi, kenyataannya seringkali terdapat pembagian air yang kurang sesuai kebutuhan air di petak-petak sawah. Pada petak yang

Lebih terperinci

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) VII-1 BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) 7.1. Penelusuran Banjir Melalui Saluran Pengelak Penelusuran banjir melalui pengelak bertujuan untuk mendapatkan elevasi bendung pengelak (cofferdam). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian.

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI Alwafi Pujiraharjo, Suroso, Agus Suharyanto, Faris Afif Octavio Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. (Basri, 1987) Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM JARINGAN SALURAN IRIGASI NAMU SIRA-SIRA

KAJIAN SISTEM JARINGAN SALURAN IRIGASI NAMU SIRA-SIRA KAJIAN SISTEM JARINGAN SALURAN IRIGASI NAMU SIRA-SIRA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: JAYA F SITUMORANG SURYA P SIMARMATA NIM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian irigasi Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. (Basri, 1987) Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

Drainase P e r kotaa n

Drainase P e r kotaa n Drainase P e r kotaa n Latar belakang penggunaan drainase. Sejarah drainase Kegunaan drainase Pengertian drainase. Jenis drainase, pola jaringan drainase. Penampang saluran Gambaran Permasalahan Drainase

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. (Linsley dan Franzini,

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1982 irigasi adalah usaha untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menujang pertanian, dan menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG LAPORAN PENELITIAN PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER PENELITI / TIM PENELITI Ketua : Ir.Maria Christine Sutandi.,MSc 210010-0419125901 Anggota : Ir.KanjaliaTjandrapuspa T.,MT 21008-0424084901

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Irigasi Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. (Linsley,Franzini,1992

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **) PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK Dwi Kurniani *) Kirno **) Abstract A manual of intake gate operation for embung is an important tool it depends. One factor which

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Sejarah dan Fungsi Irigasi Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa memahami tentang arti, sejarah perkembangan Irigasi secara umum, kegunaan air irigasi, pengaruh, dan syarat-syarat air untuk irigasi, serta

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 7, No., September 01 ISSN: 1907-6975 DISAIN SALURAN IRIGASI E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) M. Kabir Ihsan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email: ikhsankb@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA Ai Silvia Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka Email: silviahuzaiman@gmail.com

Lebih terperinci

TEKNIK IRIGASI (Lanjutan)

TEKNIK IRIGASI (Lanjutan) DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TEKNIK IRIGASI (Lanjutan) PENYUSUN RADJULAINI, Drs, MPd NIP. 130 809 425 PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan Bab V Analisa Dimensi Drainase BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE 5.1 Perencanaan dimensi saluran Samping Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan jalan maupun gorong-gorong

Lebih terperinci

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II Oleh : Iswinarti Iswinarti59@gmail.com Program Studi Teknik Sipil Undar

Lebih terperinci

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi. Yogyakarta, Kamis 5 April 2012 Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi. 1. Peserta mengenali fungsi bangunan sadap,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI 3.1 DEFINISI WADUK Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang mempunyai fungsi sebagai penyimpan dan penyedia air, baik sebagai bahan baku air bersih

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN BENDUNG PADA SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS)

EVALUASI PERENCANAAN BENDUNG PADA SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS) EVALUASI PERENCANAAN BENDUNG PADA SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS) Diajukan untuk Melengkapi Tugas- tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

28/09/2016 I R I G A S I

28/09/2016 I R I G A S I 1 I R I G A S I 1 Bendung Bendungan 2 Irigasi basin(penggen angan lahan/irigasi banjir) pada padi sawah dengan galengan/pem atang sebagai batas aliran Irigasi basin pada lahan miring disebutjuga sebagai

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI

PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 32 / PRT/M/2007 Tanggal : 11 September 2007 PENYELENGGARAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI BAB I KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI Kegiatan operasi jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. DAERAH LAYANAN Daerah Irigasi Cipuspa memiliki area seluas 130 Ha, dengan sumber air irigasi berasal dari Sungai Cibeber yang melalui pintu Intake bendung Cipuspa. Jaringan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi

Lebih terperinci