BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM"

Transkripsi

1 BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM 1. Prinsip-prinsip Muamalah Dalam Islam Agar kegiatan muamalah seseorang sejalan dengan ketentuan agama maka dia harus menyelaraskan dengan prinsip-prinsip muamalah yang digariskan dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip muamalah adalah hal-hal pokok yang harus dipenuhi dalam melakukan aktifitas yang berkaitan dengan hak hak kebendaan dengan sesama manusia. Hal-hal yang menjadi prinsip dalam bermuamalah adalah: 1.1 Mubah Prinsip dasar dalam setiap bentuk muamalah dalam Islam adalah mubah atau boleh. Setiap akad muamalah yang dilakukan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya adalah boleh selama tidak ada dalil yang menyatakan keharamannya. Hal ini didasarkan pada kaedah fiqih. Artinya: Pada prinsipnya segala sesuatu itu hukumnya mubah sampai ada dalil yang menyatakan keharamannya (Rozalinda 2005,4) Kaidah ini berlaku dalam bidang muamalah dan transaksi. Dari kaidah ini dapat dipahami bahwa segala macam cara untuk bermu amalah atau segala macam pekerjan dibolehkan kecuali yang tegas-tegas diharamkan dalam dalil yang menunjukkan keharaman suatu pekerjaan tersebut. Adapun kaidah lain yang menerangkannya adalah : Artinya: Tidak ada hukum terhadap suatu perbuatan sebelum datangnya syari ah. (Djazuli 2006, 52) 18

2 19 Maksud kaidah ini adalah tidak ada pelarangan terhadap suatu perbuatan sebelum adanya dalil syari ah yang menjelaskannya. seperti berjudi, minum khamar. maka perbuatan berjudi dan minum khamar ini boleh saja. Karena tidak ada dalil yang mengharamkannya. Kaidah ini sejalan dengan kaidah lain yang berbunyi: Pada dasarnya dalam ibadah, semuanya batal, sehingga ada dalil yang memerintahkannya (Muslich 2010, 4 ) Dan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan: : Artinya: Dari Abi Tsa labah Al Khutsani berkata dia. Rasulullah SAW telah bersabda: sesungguhnya Allah Azza wa jalla telah memfardukan beberapa ketentuan, jangan kamu sia-siakan (hilangkan), dia mengharamkan beberapa yang diharamkan jangan kamu langgar, dia telah menetapkan hudud(batasanbatasan)jagan kamu melampauinya, dan dia mendiamkan (tidak menetukan hukum) pada banyak hal bukan karena kelupaan, jangan kamu membahasnya (HR. Ad-Daruqutni). (Haroen 2007, x) Yang dimaksud dengan dalil pada kaedah ini adalah dalil yang bersumber dari nash dan dalil dalam pengertian Qorinah (tanda atau indikasi) yang ada pada akad sebagai firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

3 20... Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.maka seluruh bentuk jual beli yang memenuhi rukun dan syarat dibolehkan dalam Islam. Namun bila ada qarinah atau indikasi yang mengarah kepada bentuk yang terlarang misalnya ada unsur tipuan dalam jual beli maka jual beli menjadi terlarang (QS. Al-Baqarah: 275). 1.2 Halal Dalam melakukan Muamalah, benda yang akan ditransaksikan harus suci zatnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Maidah ayat 88: Artinya: Makanlah olehmu sesuatu yang ada di bumi yang halal lagi baik (QS. Al-Maidah: 88). Halal Al-thayyiban pada ayat ini mengandung pengertian zat pada benda yang ditransaksikan harus halal dan cara memperoleh benda tersebut harus dengan cara yang halal pula. Dengan demikian tidak dibenarkan melakukan muamalah terhadap benda yang haram secara zat seperti bangkai dan tidak dibenarkan melakukan muamalah terhadap benda yang diperoleh dengan cara yang tidak sah seperti jual beli barang hasil curian dan sebagainya. Pada dasarnya semua yang baik dihalalkan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 5:

4 21 Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik (QS. Al Maidah: 5). 1.3 Sesuai Dengan Ketentuan Syari at dan Aturan Pemerintah Dalam Islam prinsip yang berlaku adalah melakukan transaksi harus sesuai dengan apa yang diatur dalam syari at dan peraturan pemerintah. Maka transaksi yang dilakukan dengan cara melawan hukum atau bertentangan dengan ketentuan syari at dipandang tidak sah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al Maidah ayat 59: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS.Al Maidah: 59) Maksud dari ayat di atas adalah setiap muamalah yang dilakukan harus mematuhi dan mentaati ketentuan yang ada dalam Al-qur an dan Hadits serta ijma ulama serta peraturan pemerintah. Sebagai prinsip dari syari at adalah menentangkan sikap amal ma ruf nahi mungkar. Dengan dasar prinsip ini segala transaksi yang membawa arah positif atau kebaikan dapat dibenarkan selama tidak bertentangan dengan ketentuan syari at. Sebaliknya setiap transaksi yang membawa ke arah negatif atau merugikan para pihak dilarang oleh syari at. Begitu juga dengan mua malah yang dilakukan harus dapat merealisasikan tujuan syari at yaitu mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan dalam kehidupan manusia. (Rozalinda 2005, 6)

5 22 Maksudnya setiap transaksi yang akan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan syari at Islam. Artinya tidak boleh melakukan transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti larangan jual beli gharar karena dikhawatirkan terjadi unsur penipuan disebabkan tidak jelasnya unsur-unsur yang diperjual belikan. Sebagaimana hadits Nabi saw: Artinya: Dari Abdullah bin Umar ra ia berkata seseorang laki-laki bercerita kepada Nabi saw bahwa ia ditipu orang dalam jual beli maka Nabi bersabda: apabila engkau berjual beli maka katakanlah, tidak boleh adanya tipuan. (HR.Al-Bukhari). (Al Ja fi 1987, 745) Jadi jelaslah bahwa setiap muamalah dilakukan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ada dalam nash (Al-Qur an dan Hadits) serta Ijma Ulama. 1.4 Azas manfaat Benda yang akan ditransaksikan harus mempunyai manfaat. Baik manfaat yang dirasakan secara langsung seperti buah-buahan atau tidak langsung seperti bibit tanaman. Jadi tidak dibenarkan melakukan transaksi terhadap benda yang akan mendatangkan kesiasian pada para pihak. Karena mu amalah dalam Islam harus mengandung manfaat dan menghindari bentuk kesia-sian, karena kesia-sian itu termasuk saudara setan sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al-Isra ayat 27 yang berbunyi : Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyia-nyiakan harta itu adalah saudara syetan (QS. Al Isra : 27).

6 23 Pengertian benda yang dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek jual beli adalah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan. Jadi yang dimaksud dengan benda yang bermanfaat itu adalah sesuatu yang bernilai guna untuk sesuatu yang tidak bertentangan dengan agama, misalnya suatu barang dibeli untuk berberbuat yang bertentangan dengan syari at Islam, maka dapat dikatakan bahwa benda itu tidak bermanfaat. Oleh sebab itu sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan sesuatu yang bisa mengancam kehidupan manusia tidak boleh diperjual belikan. Ini sesuai dengan kaidah ushul fiqih yang berbunyi: Artinya: Segala sesuatu yang menuju terciptanya sesuatu yang haram, maka itu haram. (Haroen 1996, 172) Kaidah Mu amalah yang menerangkan tentang manfaat ini adalah : Artinya : Manfaat suatu benda merupakan faktor pengganti kerugian. (Djazuli 2006, 133) Maksud kata Al-Kharaja dalam kaidah adalah suatu yang dikeluarkan baik manfaat benda maupun pekerjaan seperti buah yang keluar dari pohon. Maksudnya adalah buah yang keluar dari pohonnya merupakan suatu manfaat yang dapat diambil dari pohonnya. Jika seseorang membeli satu pohon manggis, maka ia berhak mendapatkan buah manggis dari pohon tersebut Karena buah adalah manfaat yang keluar dari pohon manggis dan tidak bisa dipisahkan dari pohonnya.

7 24 Sedangkan arti dhamani adalah pengganti kerugian. Maksudnya seseorang yang membeli pohon manggis tadi belum bisa dikatakan membeli dan berhak memanfaatkan pohon manggis dan buahnya bila ia belum meyerahkan uang. Fungsi uang adalah sebagai harga yang telah disepakati antara penjual dan dirinya selaku pembeli sebagai ganti rugi menyerahkan pohon manggisnya. dari pembeli kepada penjual yang telah Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan menpertimbangkan berbagai situasi dan kondisi di sekitar manusia itu sendiri. Hukum Islam sangat memperhatikan terhadap keadaan khusus, yang kesukarannya perlu dikurangi guna memberi kemudahan bagi orang-orang yang terpaksa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 185: Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran (QS. Al Baqarah: 185). Ibnu Qayyim mengatakan bahwa basis syariat Islam adalah hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna, rahmat, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Pada kenyataannya dalam praktek muamalah yang Islami di Indonesia pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) baik perbankan syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, leasing dan sebagainya. Masih baru dan lingkungan atau negara yang tidak (belum) menerapkan sistem syariah maka sering menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti itu Dewan Pengawas Syariah (DPS) sering mengeluarkan fatwa dengan latar belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan. (Sula 2004, 744) Kaedah fiqih mengatakan :

8 25 Artinya: Pada dasarnya semua untuk muamalah boleh dilakukan kecuali kalau ada dalil yang mengharamkannya. (Djazuli 2006, 130) Para ulama mendasarkan ketetapan bahwa segala sesuatu mubah seperti tersebut di atas dengan dalil-dalil Al-Qur an dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 29: Artinya: Dialah yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada dibumi ini semuanya. (QS. Al Baqarah: 29).(Departemen Agama 2009, 5) Al-Qardhawi dalam bukunya Halal dan Haram dalam Islam, mengatakan bahwa kaedah asal segala sesuatu adalah halal, ini tidak terbatas dalam masalah benda, tapi meliputi masalah-masalah perbuatan lain dan pekerjaan yang tidak termasuk kepada urusan ibadah, yaitu yang biasa disebut dengan muamalah. Pokok dalam masalah tidak halal, tidak haram, dan tidak terikat kecuali yang memang telah diharamkan oleh syariat. Adapun dalam soal ibadah, tidak boleh dikerjakan kecuali dengan syarat yang telah ditetapkan oleh Allah dan hukum atau muamalah tidak boleh diharamkan kecuali dengan ketentuan yang diharamkan Allah. (Al-Qardawi 1997, 16) Ini adalah suatu kaedah yang besar sekali manfaatnya, dengan dasar itulah manusia dapat melakukan jual beli, sewa menyewa sesuka hati selama hal itu tidak diharamkan oleh syara. Sesuatu yang oleh syara tidak diberi pembatasan, mereka dapat menetapkan menurut kemutlakan hukum asal.

9 Azas Kerelaan Asas kerelaan ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak yang melahirkan kerelaan dalam persetujuan harus senantiasa diperhatikan. Asas ini juga mengandung arti bahwa selama teks Al-qur an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak mengatur suatu hubungan perdata, selama itu pula para pihak bebas mengaturnya atas dasar kerelaan masing-masing. Dalam muamalah, setiap akad atau transaksi yang dilakukan dengan sesama manusia harus dilakukan atas dasar suka sama suka atau kerelaan. Hal ini dimaksud agar dalam setiap transaksi tidak terjadi karena paksaan dan intimidasi pada salah satu pihak atau pihak lain, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat An- Nisa Ayat 29 yang berbunyi : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu, (An-Nisa : 29). Ayat di atas menjelaskan ada dua perkara sebagai syarat bagi syahnya perdagangan. Pertama, hendaknya perdagangan itu dilakukan dengan dasar suka sama suka di antara kedua belah pihak. Kedua, hendaklah keuntungan satu pihak tidak berdiri di atas dasar kerugian pihak lain. Tanpa dilandasi dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah menjadi batal, demikian kedudukan prinsip

10 27 muamalah menjadi sangat fatal dalam akad-akad yang dibuat dalam muamalah yang dilandasi hukum syariah. Wahbah Az-Zuhaili mengatakan bahwa berdasarkan ayat di atas, maka dimana ada kerelaan berarti ia akan mensyahkan adanya kontrak atau akad muamalah dan tanggungannya tanpa perlu syarat-syarat tertentu. (Zuhaili 2011, 391) An taradin dalam prinsip di atas dimaksudkan bahwa transaksi muamalah harus dilakukan atas kemauan dan pemikiran sendiri, bukan atas dasar terpaksa atau dipaksa orang lain. Secara hukum kerelaan hukum dan tidak bisa dibuktikan karena sulit untuk mengukur sejauh mana seseorang rela terhadap transaksi yang dilakukannya. Maka prinsip An taradin ini harus dimanifestikan melalui akad (transaksi) yaitu ijab kabul, atau dalam bentuk mu athah yaitu saling memberi antara para pihak yang melakukan transaksi tanpa lafaz ijab dan qabul seperti yang berlaku di pasar swalayan pada saat ini. (Rozalinda 2005, 7) Berdasarkan ayat di atas dapat diambil suatu kesimpulan yang mirip suatu kaidah yang berlaku dalam bidang muamalat yang berbunyi : Kerelaan merupakan dasar semua hukum (muamalah). Kaidah Muamalah yang mengatakannya adalah : Artinya: Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan. (Djazuli 2006, 130) Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip, oleh karena itu transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak. Artinya tidak sah suatu akad apabila salah satu

11 28 pihak dalam keadaan terpaksa atau juga merasa tertipu. Bisa jadi pada waktu akad sudah saling meridhai, tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu dan hilanglah keridhaannya, maka akad tersebut bisa dibatalkan. Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan ijab dan kabul atau serah terima antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. (Muslich 2010, 8) Kerelaan dalam jual beli merupakan prinsip yang sulit diukur dengan kualitasnya. Namun kerelaan ini dapat dilihat dari ijab dan qabul yang diucapkan yaitu dengan saling menerima dan memberi antara penjual dan pembeli. Dengan adanya saling menerima dan memberi antara penjual dan pembeli itu artinya secara tidak langsung ada kerelaan dari penjual untuk memberikan barangnya (menjual), serta ada kerelaan dari pembeli untuk memberikan uang sebagai ganti dari barang yang ingin dibelinya. 1.6 Azas niat Niat merupakan sesuatu yang sangat menentukan nilai suatu perbuatan, karena hasil dari suatu perbuatan tergantung pada niat. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar (ibadah) menghadirkan niat hukumnya fardhu bagi setiap pelaksanaannya. Banyak Hadits yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap perbuatan. Niat juga mengandung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita lakukan. Jadi pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk pula. (Baits 2016 ) Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW:

12 29 Artinya: Dari Umar bin Khattab dia berkata: aku mendengar Rasulullah saw berkata: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung kepada niatnya. (HR.Al- Bukhari). (Al Ju fi 1987, 1) Baik dan buruknya hasil dan transaksi tergantung pada niat seseorang, karena niat merupakan tolak ukur untuk membedakan ikhlas atau tidaknya seseorang. Kalau seseorang melakukan jual beli atau transaksi lainnya dengan niat karena Allah maka perbuatan yang dilakukannya itu akan bernilai ibadah di sisinya. Tapi jual beli atau transaksi bisnis lainnya dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata, maka yang akan diperoleh hanyalah nilai materinya saja tanpa ada nilai ibadah didalamnya. Karena niat disyariatkan dalam Islam adalah untuk membedakan antara perbuatan yang bernilai ibadah dengan perbuatan yang hanya semata kebiasaan atau rutinitas. (Rozalinda 2005, 7) 1.7 Azas tolong menolong Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lain dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Karena manusia juga makhluk yang lemah, dia tidak mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri, dengan demikian manusia akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu perlu dikembangkan sikap hidup tolong-menolong dengan sesama manusia dalam setiap aspek kehidupan, sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 2:... Artinya : Saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan (QS. Al Maidah: 2).

13 30 Berdasarkan ayat Al-Qur an di atas dapat diketahui bahwa orang yang melakukan suatu transaksi itu hendaklah memiliki sifat tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Seperti saling memberi kebaikan, misalnya dalam jual beli penjual melebihkan sedikit timbangan barangnya kepada pembeli. Pembelipun juga harus suka menolong. Sifat dasar usaha muslim itu adalah : Jangan bersikap curang. (Qardawhi 1996, 538) Dalil Al-Qur an yang melarang sikap curang ini adalah surat al- Mutaffifin ayat 1-3: Artinya : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS. Al-Mutaffifin : 1-3) Bersifat inovatif. Al-Qur an menempatkan manusia sebagai khalifah dengan tugas memakmurkan bumi, melakukan perubahan dan perbaikan Membuat manajemen dan administrasi yang baik. (Tim Multitama Comunication 1996,13-15) Allah menetapkan manajemen yang baik itu semenjak dari dulu. Salah satu contoh ayat nya adalah surat al-baqarah 282 : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya....(qs. al- Baqarah : 282)

14 Disamping itu sebuah karya usaha haruslah berkelanjutan, bukan hanya untuk kepentingan individu.. Tapi untuk generasi ke generasi selanjutnya. (Ibrahim 2003, 50) adalah surat an- Nisa ayat 9 : )النساء : )9 Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9) Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lain dalam rangka memenuhi semua kebutuhan hidupnya, karena manusia juga makhluk yang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dengan demikian manusia akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu perlu dikembangkan sikap hidup tolong menolong dengan sesama manusia dalam setiap aspek kehidupan. Setiap transaksi yang dilakukan harus ada unsur tolong menolong didalamnya. Misalnya pada transaksi jula beli, pada dasarnya jika akad dilakukan dengan sebaik-baiknya maka di dalamnya sudah ada bentuk aplikasi tolong menolong dengan sesama manusia. Seorang penjual membutuhkan uang dari pembeli, demikian juga seorang pembeli membutuhkan barang dari penjual, secara tidak langsung masing-masing pihak telah menolong satu sama lainnya melalui akad jual beli ini. Penjual mendapatkan uang yang dibutuhkannya sedangkan pembeli mendapatkan barang yang dibutuhkannya pula. Inilah bentuk

15 32 ta awun yang disyari atkan dalam transaksi muamalah. (Rozalinda 2007, 7-8) 1.8 Azas Keadilan Prinsip dalam muamalah adalah Al-Adl. Al-Quran telah menjadikan tujuan semua risalah langit adalah melaksanakan keadilan. Al-Qardhawi mengatakan bahwa sesungguhnya pilar penyangga yang lain adalah keadilan. Keadilan dalam Islam bukanlah prinsip yang sekuler, ia adalah cikal bakal dan pondasi kokoh yang memasuki semua ajaran dan hukum Islam berupa akidah, akhlak, dan syari ah.(sula 2004, 725) Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah Allh SWT dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi: Artinya : Hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jangalah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil la, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, seseungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al Maidah: 8). Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian dibuat oleh para pihak. Seringkali di zaman modern akad ditutup oleh satu pihak dengan pihak lain tanpa ia memiliki kesempatan untuk melakukan negosiasi mengenai klausul akad itu telah dibekukan oleh pihak lain. Tidak mustahil bahwa dalam pelaksanaanya akan timbul kerugian

16 33 kepada pihak yang menerima syarat baik itu karena didorong kebutuhan. Dalam hukum Islam kontemporer telah diterima suatu asas bahwa demi keadilan syarat baku itu dapat diubah oleh pengadilan apabila memang ada alasan untuk itu. Pelaksanaan asas keadilan dalam akad manakala para pihak yang melakukan akad dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkap kepentingan sesuai dengan keadaan dalam memenuhi semua kewajiban. Dapat disimpulkan bahwa Allah dan Rasul membolehkan seseorang berusaha dan bekerja menggunakan prinsip-prinsip mu amalah yaitu: bekerja sesuai dengan syari at Islam, yang ditransaksikan bermanfaat, tolong menolong, dan tak kalah pentingnya suka sama suka atau kerelaan. Kemudian sifat dasar yang perlu dipakai pekerja adalah : jangan bersifat curang, bersifat inovatif, membuat manajemen dan administrasi yang baik, usaha haruslah berkelanjutan, berlaku adil. (Sula 2004, 128) Penerapan prinsip keadilan dalam ekonomi dapat dilihat dari cabang-cabang ekonomi sebagai berikut : Penerapan prinsip ekonomi di bidang produksi. Islam melarang umatnya berbuat zalim terhadap orang lain atau menggunakan aturan yang tidak adil dalam mencari harta, tapi Islam melegitimasi cara-cara yang adil yang jujur dalam mendapatkan harta Dalam bidang konsumsi, prinsip keadilan berkaitan dengan cara penggunaan harta. Penggunaan harta yang dibenarkan dalam Islam adalah pemenuhan kebutuhan hidup dengan cara yang sederhana untuk keperluan yang wajar dan halal Prinsip utama yang sangat menentukan dalam pendistribusian kekayaan adalah keadilan dan kasih sayang yang bertujuan agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat, tapi

17 34 selalu beredar di tengah masyarakat dan berbagai hasil produksi dibagi secara adil untuk kemakmuran masyarakat, seperti dinyatakan dalam al-qur an surat adz-zariyat : 19 Artinya : Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta). (Adz-Zariyat: 19) Prinsip keadilan dalam bidang sirkulasi. Rasulullah melegitimasi semua bentuk perdagangan yang berdimensi keadilan dan persamaan bagi semua pihak dan melarang semua bentuk perdagangan yang tidak adil yang memicu pertengkaran dan keributan. Implementasi sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat baik dalam industri perbankan, asuransi maupun dalam muamalah lainnya, mungkin karena itulah maka Allah demikian sering menekankan sikap adil ini dalam soal muamalah.(sula 2004, 728) Lafal al-ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan mu'amalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi buruh, kuli dan lain sebagainya. Secara terminologi ada beberapa pengertian ijarah yang dikemukakan oleh ulama fiqih yaitu: a) Menurut Sayyid Sabiq, ijarah yaitu : Artinya : Ijarah diambil dari kata Ajrun yaitu penggantian maka dari itu pahala juga dinamakan upah. ( Sabiq 1987, 7)

18 35 b) Menurut Abdurrahman Al-Jaziri : Artinya: Ijarah menurut bahasa merupakan masdar sima i bagi fi il ajara setimbang dengan dharaba dan qatala, maka mudhari nya ya jiru dan ajir (dengan kasrah jim dan dhammahnya) dan maknanya adalah imbalan atas suatu pekerjaan. ( Jaziri 1972, 94) Berdasarkan defenisi di atas maka secara etimologi ijarah adalah imbalan atas pekerjaan atau manfaat sesuatu. Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama di bawah ini : a) Menurut Ulama Hanafiyah Artinya : Ijarah adalah akad kepemilikan manfaat yang Diketahui dan dengan dimaksud dari benda yang disewa dengan imbalan. ( Jaziri 1972, 94 b) Menurut Syafi iyah Artinya: Ijarah akad atas manfaat yang diketahui untuk maksud tertentu serta menerima ganti yang dibolehkan sebagai imbalan. (An Nawawi t.t, 339) c) Menurut Sayyiq Sabiq Artinya: Ijarah secara Syara ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. ( Sabiq 1987, 198)

19 36 d) Menurut Malikiyah Artinya: Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti ( imbalan). (suhendi 2000, 29) e) Menurut Hasbi Ash-Sidiqie Artinya: Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat. (Suhendi 2000, 29) f) Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya Mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syaratsyarat tertentu. g) Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional defenisi ijarah adalah :" Ijarah adalah akad memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri." ( MUI 2001, 55). Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tidak ditemukan perbedaan yang mendasar tentang defenisi ijarah, tetapi dapat dipahami ada yang mempertegas dan memperjelas tentang pengambilan manfaat terhadap benda atau jasa sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan adanya imbalan atau upah serta tanpa adanya pemindahan kepemilikan. Kalau diperhatikan secara mendalam defenisi yang dikemukakan olah para ulama mazhab di atas maka dapat kita pahami bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam ijarah antara lain :

20 37 1. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua belah pihak yang ditandai dengan adanya ijab dan kabul 2. Adanya imbalan tertentu, misalnya harga sewa sebuah mobil 3. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seorang buruh untuk bekerja. Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tentang pengertian ijarah, maka penulis dapat memahami ijarah menurut bahasa adalah : jual manfaat atas benda atau jasa dengan adanya imbalan atau upah, sedangkan menurut istilah dapat dipahami ijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa tanpa mengurangi materi benda tersebut dan benda tersebut boleh dimanfaatkan dengan jangka waktu tertentu (sesuai dengan kesepakatan) dengan adanya uang imbalan atau sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan terhadap benda tersebut. Dari berbagai macam pendapat Ulama di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kontrak sewa merupakan bagian dari ijarah. Karena kontrak sewa merupakan suatu akad untuk melakukan sesuatu. Baik secara tertulis maupun lisan, dan mereka yang mengadakan perjanjian itu masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama. Dengan kata lain kontrak sewa merupakan juga perjanjian kerja. Dan dalam perjanjian kerja ini apa yang termasuk dalam perjanjian kerja semuanya merupakan konsep dari ijarah. Perjanjian kerja ini sangat dibutuhkan karena melalui sebuah perjanjianlah yang akan mengikat diri antara seseorang dengan orang lain. Dalam kontrak sewa untuk melakukan jasa-jasa tertentu salah satu pihak menghendaki agar dari pihak lainnya melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan pihak yang menghendaki tersebut bersedia memberi upah, biasanya orang yang melakukan suatu pekerjaan tersebut adalah orang yang ahli misalnya,

21 38 Notaris. Lazimnya pihak yang melakukan pekerjaan ini sudah menentukan tarif untuk suatu pekerjaan yang akan dilakukannya tersebut. Dalam kontrak sewa adanya persetujuan untuk melakukan sesuatu." Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih". (Soimin 1994, 1)

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG A. Analisis Implementasi Penetapan Tarif oleh Kondektur Bis Surabaya- Semarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA 1. Analisis Proses Praktik Transaksi Bisnis di Pasar Syariah Az-Zaitun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Handphone Black Market di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. Sebagaimana Firman Allah SWT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern ini banyak perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai perkembangan masyarakat muslim, di antara perubahan itu

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 29/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH Menimbang

Lebih terperinci

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN TENTANG BPJS KESEHATAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama NU) Dan Muhammadiyah Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Pemegang Paten Menurut UU.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA 61 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. Rukun dan syarat yang berakad Catonan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul. RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK A. Dari Segi Penawaran Ikan dalam Tendak Jual beli yang terjadi di Desa Blimbing dalam prakteknya mempergunakan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH 62 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH A. Analisis Terhadap Operasionalisasi Produk Dirham Shield Dalam perekonomian di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO A. Analisis terhadap Mekanisme Upah Borongan Buruh Hukum Islam terus hidup dan harus terus

Lebih terperinci

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad) PENGANTAR Sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al- Quran dan Sunnah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak permasalahan baru yang dihadapi umat Islam, yang tidak terjadi pada masa Rasulullah

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al 48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

Nilai Harta Seorang Muslim

Nilai Harta Seorang Muslim Nilai Harta Seorang Muslim Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????,????????????????????????????????????????????????????????????????,??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG Pengembangan Bisnis Melalui Model Waralaba Syari ah di Laundry Polaris Semarang Di dalam konteks fiqh klasik

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan prinsip efisiensi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO A. Analisis Perubahan Harga dalam Jual Beli Cabe dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi terhadap sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, diwajibkan antara satu sama lain

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Dewan Syariah Nasional setelah, PENJADWALAN KEMBALI TAGIHAN MURABAHAH Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT, sebagai makhluk sosial yang mana manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG KECAMATAN SUNGAI KANAN KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Islam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sewa menyewa merupakan Suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada yang lain supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar dalam segala urusan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA A. Pelaksanaan Sewa Mobil Pada Usaha Transportasi Maju Jaya di Banyuates

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS 21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Hutang Piutang Dan Hibah

Lebih terperinci

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Ijarah Upah dibahas pada bab ijarah, yaitu sewa menyewa. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran semakna dengan kata al-iwad

Lebih terperinci

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah Kewajiban berdakwah Dalil Kewajiban Dakwah Sahabat, pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim. Ketentuan semacam ini

Lebih terperinci

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP 1. Akad Awal dalam Transaksi Jual Beli Hasil Perkebunan tembakau a.

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN A. Analisis tentang Pelaksanaan Utang Piutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring Utang piutang

Lebih terperinci

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR "PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR" Saya menyeru agar kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-nya dan meninggalkan segala larangan-nya. Kepimpinan di

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 37/DSN-MUI/IX/2002 Tentang PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE BIRD DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN SUKOREJO KBUPATEN PONOROGO A. Analisa Tantang Akad Jual Beli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang riwayat yang sampai kepada kita bahwa qiyas itu diberikan kepada Nabi saw, dan disamping itu ada pula beberapa riwayat yang sampai kepada kita, bahwa qiyas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH Disusun untuk memenuhi salahsatu tugas Elearning Administrasi Bisnis Disusun Oleh : Artika Sari ( 14121014) UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang PENYELESAIAN PIUTANG MURABAHAH BAGI NASABAH TIDAK MAMPU MEMBAYAR Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam

Lebih terperinci

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27 DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 38/DSN-MUI/X/2002 Tentang SERTIFIKAT INVESTASI MUDHARABAH ANTAR BANK (SERTIFIKAT IMA) Dewan Syari ah Nasional, setelah

Lebih terperinci

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran MEMBACA AL-QURAN DALAM SATU SURAT PADA WAKTU SALAT TERBALIK URUTANNYA, MEMBACA SAYYIDINA DALAM SHALAT PADA WAKTU

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dari penjelasan yang termuat pada bab II (dua) tentang landasan teori dan dari bab III (tiga) yang memuat tentang hasil temuan lapangan, maka dalam bab IV (empat) ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Motor Melalui Pihak Ke-Tiga Di UD. Rabbani Motor Surabaya Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian manusia diatur dalam prinsip

Lebih terperinci