EFEKTIFITAS RUJUKAN BIDAN ERA JKN PADA PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RS dr. SAIFUL ANWAR MALANG
|
|
- Bambang Teguh Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN EFEKTIFITAS RUJUKAN BIDAN ERA JKN PADA PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RS dr. SAIFUL ANWAR MALANG Dian Hanifah 1), Annisa Fithri 2) 1) Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang dianhanifah@gmail.com 2) Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang tehnisa.1@gmail.com Abstract Maternal Mortality Rate (MMR) is an unresolved issue. Three major causes of it are the lateness to decide, to service place, and to get help. The National Healthcare Period implements a tiered referral system that requires midwives to refer to primary health care. Before the validity of the JKN era, midwives can make direct referrals to tertiary health care. The midwife assumes that claims can be made if the referral is tiered as a primary health care network. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of midwife referral in the era of JKN on emergency cases (et causa Preeclampsia & Eclampsia). The design of this research was qualitative with case study approach. The data were collected by using deep interview method, document study, and observation. Secondary data taken from medical record of dr. Saiful Anwar Malang, primary data was taken from the interview with independent midwives practice. This research gave results regarding midwife referral model in JKN era. Result of this study are 5 pregnant women with PreEclamsia and Eclamsia came with a referral from midwives to Public Hospital dr. Saiful Anwar Malang. Midwives have conducted referrals in accordance with tiered referral guidelines. Keyword : Referral, Midwife, Tiered, Pre-eclampsia, JKN 1. PENDAHULUAN Kematian ibu masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Ibu (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359/ kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Secara obstetri, kematian ibu disebabkan langsung oleh 5 (lima) penyebab utama. 5 penyebab tersebut adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/ macet dan abortus. Berdasarkan hasil analisa Sensus Penduduk tahun 2010, proporsi penyebab angka kematian ibu tertinggi adalah Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) mencapai 30% (Kemenkes RI, 2013). Di Jawa Timur, capaian AKI cenderung meningkat dilihat dalam rentang waktu tahun Gambaran capaian tersebut adalah sebagai berikut: tahun 2008 sebesar 83/ kelahiran hidup (KH) dan tahun 2012 sebesar 97,43/ KH. AKI di kota Malang lebih tinggi dari capaian provinsi Jawa Timur yaitu / KH. Faktor penyebab AKI paling dominan di Jawa Timur adalah pre eklamsi dan eklamsia. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 kematian yang disebabkan oleh pre eklamsia dan eklamsia semakin meningkat. Pada tahun 2010 proporsi Pre eklamsia dan eklamsia sebesar 26,92%, tahun 2011 sebesar 27,27% dan tahun 2012 sebanyak 34,88 %. Proporsi tempat kejadian kematian ibu 78,18 % terjadi di RS Umum. Dari data inilah, perlu adanya kajian lebih lanjut bahwa kematian ibu memang terjadi di rumah sakit atau karena sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik (Dinkes Prop Jawa Timur, 2012). Keterlambatan dalam rujukan berakibat pada morbiditas dan mortalitas ibu. Tiga terlambat yang sering menjadi penyebab kematian ibu adalah terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas pelayanan. Pemerintah berusaha mengatasi masalah keterlambatan tersebut dengan menerapkan beberapa program. Salah satunya adalah program EMAS (Expanding Maternal Neonatal Survival). Tujuan utama program EMAS ini adalah tersedianya jejaring sistem rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan
2 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN BBL/ neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan (USAID, 2010). Jejaring sistem rujukan pada program EMAS sangat berkaitan dengan Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia yang memberlakukan sistem rujukan berjenjang. Rujukan berjenjang dimulai dari tingkat pelayanan kesehatan terendah yaitu bidan desa dan bidan praktek mandiri sebagai jejaring dari pelayanan kesehatan primer atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier. Salah satu kondisi yang dapat dikecualikan dari ketentuan pelayanan rujukan berjenjang adalah apabila terjadi keadaan gawat darurat. Pre Eklamsia dan Eklamsia termasuk dalam kondisi gawat darurat (BPJS, 2014). Agar terwujud sistem rujukan berjenjang yang efektif dan efisien perlu memperhatikan prinsip kolaborasi dan pertukaran informasi yang tepat dan sama. Bidan sebagai pemberi layanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan AKI. Pelayanan kebidanan yang berkualitas merupakan salah satu kontribusi bidan dalam menurunkan AKI (Mufdillah dkk, 2012). Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bidan harus mempunyai jejaring dalam melaksanakan proses rujukan. Namun demikan berdasarkan studi pendahuluan, ada keraguan bidan untuk melakukan rujukan langsung terkait dengan klaim biaya pada BPJS. Fenomena tersebut berdampak pada efektifitas layanan rujukan. Kaitannya dengan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah keterlambatan dalam proses rujukan. Dari uraian tersebut diatas, perlu adanya kajian lebih lanjut tentang sistem rujukan berjenjang era JKN terhadap efektifitas rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan (et causa Pre Eklamsia dan Eklamsia) di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. 2. KAJIAN LITERATUR Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan (BPJS, 2014). a. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang menurut BPJS, ). Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu: a). Awal dari pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama. b). Pasien dapat dirujuk ke faskes tingkat kedua, apabila memerlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis. c). Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di faskes kedua, maka pasien harus mendapatkan rujukan dari faskes tingkat pertama. d). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer. 2). Khusus untuk kasus yang telah didiagnosis dan telah mendapatkan rencana terapi dapat dirujuk secara langsung dan mendapatkan pelayanan ke faskes tingkat tiga (tersier). Secara umum alur sistem rujukan berjenjang digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Sistem Rujukan Berjenjang Sumber : BPJS, ). Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi: a). Ada kondisi gawat darurat
3 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN b). Ada penetapan bencana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. c). Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan. d). Pertimbangan geografis; dan e). Pertimbangan ketersediaan fasilitas 4). Pelayanan oleh bidan dan perawat a). Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. b). Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama 5). Rujukan Parsial a). Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut. b). Rujukan parsial dapat berupa: (1). Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan (2). Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang c). Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk. b. Pembinaan dan Pengawasan Sistem Rujukan Berjenjang 1). Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. 2). Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua. 3). Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat ketiga. c. Sistem Rujukan Pelayanan Ibu dan Anak Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbale balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal atau secara horizontal (Prasetyawati, 2012). Secara operasional definisi sistem rujukan adalah suatu aturan timbal balik yang melibatkan berbagai unsur terkait dalam pelayanan kesehatan reproduksi antara bidan desa, bidan dan dokter puskesmas, dengan para dokter spesialis di RS Kabupaten, untuk memperoleh cara penggunaan sumber daya kesehatan, sebagai upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, melalui penanganan ibu risiko tinggi dan gawat darurat obstetri secara professional, efisien, efektif, rasional dan relevan. Sarana dan prasarana yang berteknologi canggih dipusatkan pada satu tempat, yaitu RS Kabupaten atau RS Provinsi (Rochjati, 2011). d. Tujuan Sistem Rujukan Secara umum tujuan rujukan adalah untuk menghindari terjadinya keadaan bahaya yang tidak diinginkan terhadap keselamatan ibu dan bayi melalui program rujukan terencana dalam satu area kabupaten, kotamadya atau propinsi (Rochjati, 2011). e. Sistem Rujukan Paripurna Terpadu Sistem rujukan paripurna terpadu dirumuskan sebagai semua bentuk layanan kesehatan reproduksi yang diberikan secara utuh, diawali dari keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan nifas baik dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial
4 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN Dasar (PONED) maupun Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Komprehensif (PONEK). Layanan diberikan lebih aktif melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Masyarakat diharapkan tahu akan adanya komplikasi secara dini, tempat dan penolong persalinan yang aman melalui KIE tersebut. Dukungan Strategi Pendekatan Risiko dan Sistem Rujukan Terencana sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan keaktifan sikap yang efektif dan efisien. f. Rujukan Terencana Rujukan terencana adalah rujukan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sistem rujukan secara utuh yaitu untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara fisik, mental dan sosial, ditempat yang sesuai, oleh penolong yang terampil, dengan biaya yang terjangkau. Sistem rujukan terencana terdiri dari unsur unsur berikut : a). Waktu : rencana dibuat sejak ibu hamil melalui KIE yang selaras. b). Risiko : mengenali tingkat risiko ibu hamil secara dini sehingga mudah merencanakan waktu, tempat dan cara merujuk. c). Jalur : rute rujukan mulai dari rumah klien sampai dengan tempat rujukan harus bebas hambatan, terutama dari segi biaya, transportasi dan kesiapan di petugas tempat rujukan. Rochjati (2011) membagi ibu hamil dalam dua kelompok untuk mewujudkan Strategi Pendekatan Risiko. Kedua kelompok tersebut berdasarkan gambaran klinis dan berdasarkan skoring ibu hamil. Berdasarkan gambaran klinis, terbagi menjadi 2 risiko yaitu Risiko Rendah dan Risiko Tinggi. Ibu hamil dengan risiko rendah adalah ibu hamil tanpa masalah dan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan masalah. Masalah yang ada pada ibu hamil risiko tinggi dibagi menjadi tiga kelompok: a). Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) b). Ada Gawat Obstetri (AGO) c). Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO) Berdasarkan skoring, ibu hamil terbagi menjadi tiga kelompok: a). Kehamilan Risiko Rendah (KRR) b). Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) c). Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) Rujukan terencana terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Rujukan Dini Berencana (RDB) atau Rujukan Dalam Rahim (RDR) dan Rujukan Tepat Waktu (RTW). Pembagian rujukan terencana tersebut sangat berkaitan dengan strategi mewujudkan pendekatan risiko. g. Kegawatdaruratan Maternal Preeklamsia dan Eklamsia Preeklamsia dan eklamsia merupakan dua hal yang termasuk dalam hipertensi dalam kehamilan. Menurut Cunningham (2013), preeklamsiaa adalah hipertensi yang timbul pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang disertai proteinuria. Penegakan diagnosis preeklamsiaa apabila pada ibu hamil ditemukan hipertensi dengan tekanan sistolik dan diastolik lebih dan sama dengan 140/90 mmhg serta terdapat proteinuria. Sedangkan eklamsia adalah preeklamsiaa yang dipersulit oleh kejang tonik-klonik generalisata. Pre eklamsia dan eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian pre eklamsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan diet makan, cukup istirahat dan pengawasan antenatal (Manuaba, 2010). Penanganan pre eklamsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklamsia, melahirkan janin dalam keadaan optimal dan meminimalkan trauma pertolongan persalinan. Penanganan simptomatis diberikan pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan yaitu dengan memberikan nasehat segera melakukan antenatal apabila ada keluhan nyeri kepala bagian depan, pandangan kabur, bengkak pada muka, tangan dan kaki atau berat badan naik, nyeri pada ulu hati, gerak janin berkurang dan pengeluaran urine berkurang. Bidan dapat
5 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN merawat ibu hamil dengan pre eklamsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga klien mendapat pertolongan yang sebaik baiknya (Manuaba, 2010). 3. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan case study. Peneliti berusaha menyelidiki pandangan bidan praktik mandiri tentang sistem rujukan berjenjang era JKN terhadap efektifitas rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan obsteri (et causa preeklamsia dan eklamsia). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang dan di Bidan Praktek Mandiri di wilayah Kabupaten dan Kota Malang. RSSA dipilih karena merupakan RS rujukan tersier. Subjek penelitian ini adalah bidan praktik mandiri yang melakukan rujukan ibu hamil dengan pre eklamsia dan eklamsia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi yaitu deep interview, studi dokumen dan observasi. Pengumpulan data dengan deep interview dengan menggunakan sampel jenuh, artinya peneliti akan berhenti melakukan pengambilan sampel apabila semua pertanyaan di jawab sama. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan transkripsi data, melakukan coding, membuat kategori, menyusun tema dan menginterpretasi data. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN RSU dr. Saiful Anwar Malang berdiri sejak sebelum perang dunia kedua. Saat itu bernama RS Celaket. Pada tanggal 22 Pebruari 1979 melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 51/Menkes/SK/III/1979 ditetapkan RS Celaket sebagai RS rujukan. Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur pada tanggal 12 Nopember Pada bulan April 2007 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.673/MENKES/SK/VI/2007 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas A. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/359/KPTS/013/2015 tanggal 18 Mei 2015 RSU dr. Saiful Anwar Malang merupakan RS rujukan provinsi Jawa Timur yang mengampu rujukan dari Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar. Data sekunder yang didapat dari studi melalui rekam medik dengan criteria berdasarkan kunjungan terakhir ibu hami didapatkan sebagai berikut : Tabel 1. Tabulasi Silang Ibu Hamil dengan Pre Eklamsi dan Eklamsia berdasarkan Cara Masuk dan Status Pembayaran di RSU dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2016 Status Pembayaran ASKES UMUM % JKN % JAMKESDA % LAIN Cara Masuk TOTAL Datang Sendiri 48 36, , , Rujukan Dokter Spesialis Rujukan Bidan Rujukan Puskesmas Rujukan RS Swasta Rujukan RS Umum Rujukan Faskes Lain TOTAL Tabel 1 menggambarkan bahwa ada 5 (lima) ibu hamil dengan kegawatdaruratan preeklamsia dan eklamsia yang dirujuk oleh bidan. Hal ini menunjukkan bahwa rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan et causa pre eklamsia dan eklamsia dilaksanakan secara langsung ke Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Dari hasil observasi rekam medis terhadap 5 (lima) ibu hamil tersebut didapatkan 1 (satu) ibu hamil mengalami eklamsia saat perjalanan menuju RSSA dan tidak ada ibu hamil yang meninggal. Hasil tersebut menggambarkan mayoritas ibu hamil preeklamsia dan eklamsia dirujuk dengan jenis rujukan terencana. Rujukan terencana dilakukan secara tepat waktu dan bidan telah mengenali risiko kehamilan secara dini.
6 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN Dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1. Pengaruh sistem rujukan berjenjang era JKN terhadap efektifitas rujukan bidan pada kasus kegawatdaruratan obstetri (et causa Pre Eklamsi dan Eklamsi) Adanya sistem rujukan berjenjang pada era JKN sangat mempengaruhi pola rujukan bidan pada kasus preeklamsi dan eklamsia secara umum. Rujukan bidan menjadi efektif ditinjau dari segi waktu. Semua bidan yang menjadi jejaring JKN telah mendapatkan informasi tentang pedoman rujukan kasus preeklamsia dan eklamsia melalui dinas kesehatan. Untuk semua kasus preeklamsia berat, pusat rujukan berada di RSSA. Ketua Tim Penanganan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RSSA mengatakan bahwa tidak ada penolakan terhadap semua pasien emergensi obstetri. Semua responden telah mengetahui adanya alur rujukan berjenjang, hal ini terbukti dengan adanya responden yang merujuk kasus pre eklamsia ringan ke puskesmas atau ke fasilitas kesehatan tingkat pertama lain. Rujukan PER ini, sesuai dengan pedoman pelaksanaan rujukan berjenjang. Dalam pedoman pelaksanaan rujukan berjenjang disebutkan tentang tata cara rujukan berjenjang oleh bidan dan perawat. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama (BPJS, 2014). Pre eklamsia dan eklamsia merupakan keadaan kegawatdaruratan obstetri, jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut dapat menimbulkan komplikasi, baik kepada ibu maupun janin. Fakta rujukan kasus PER ke Puskesmas merupakan salah satu upaya bidan dalam menurunkan AKI pada penderita preeklamsia dan eklamsia yaitu menyeleksi kasus yang menjadi kewenangan bidan (Roeshadi, 2007). Hasil penelitian menunjukkan semua responden merasa puas dengan adanya sistem rujukan berjenjang ini, karena bidan lebih mudah memotivasi keluarga dan ibu hamil, saat akan dilakukan rujukan. Karena keluarga tidak lagi memikirkan tentang biaya persalinan ataupun biaya rumah sakit Keputusan untuk merujuk kasus kegawatdaruratan obstetri (et causa Pre Eklamsi dan Eklamsi) Ketepatan diagnosa dan ketepatan waktu merujuk sangat penting untuk diperhatikan. Terkadang keadaan pasien yang sesungguhnya tidak sesuai dengan diagnosa. Ketidaksesuaian ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik tenaga kesehatan, diantaranya: kompetensi, umur, pengalaman bekerja, tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti dan pengetahuan (Rumita, 2013). Bidan wajib memiliki kompetensi dalam mengenali dan menangani kasus preeklamsia sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Semua responden menyatakan bahwa semua kasus preeklamsia ringan dirujuk ke faskes tingkat I. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Primasari (2015) ketepatan dalam merujuk pasien di era JKN sudah lebih sesuai kewenangan klinis daripada sebelum JKN, dikarenakan saat ini (era JKN) terdapat aturan yang lebih jelas tentang kewenangan klinis PPK I, yang mana di luar kewenangan tersebut digolongkan dalam indikasi rujuk. Ada 2 responden yang memberikan Sulfas Magnesium sebelum melakukan rujukan pada kasus preeklamsia berat. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejang. 1 responden dengan ibu hamil eklamsia, memberikan SM untuk menstabilkan kondisi ibu sebelum dilakukan rujukan. Stabilisasi kondisi ibu perlu dilakukan sebelum melakukan rujukan. Stabilisasi dilakukan segera, sesaat setelah timbulnya gejala. Gejala dalam hal ini adalah kejang. Tujuan stabilisasi
7 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN kondisi ibu adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih kompleks, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan risiko kematian ibu. Merujuk pasien dengan Preeklamsia dan Eklamsia harus dilaksanakan pada saat yang tepat dan bidan harus dapat memutuskan waktu yang tepat untuk merujuk Pengalaman bidan ketika merujuk kasus kegawatdaruratan obstetri (et causa Pre Eklamsi dan Eklamsi) Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa seluruh responden memiliki pengalaman dalam melakukan rujukan kasus preeklamsi dan eklamsia. Dalam melaksanakan rujukan tersebut terdapat faktor yang menghambat dan mempermudah proses rujukan. Faktor yang menghambat adalah ibu hamil, keluarga dan transportasi. Salah satu responden menceritakan pengalamannya dalam merujuk ibu hamil dengan preeklamsia berat. Rujukan telah dilakukan ke fasilitas kesehatan lanjutan, sesampainya di RS, ibu hamil pulang karena antrian panjang. Hal ini terjadi karena pengetahuan ibu tentang risiko kehamilan kurang. Salah satu faktor yang menguntungkan bidan dalam melakukan rujukan pada era JKN ini adalah adanya jaminan dari BPJS. Semua responden mengatakan dengan adanya jaminan dari BPJS, keluarga lebih mudah dimotivasi untuk segera dirujuk. Keluarga tidak lagi memikirkan tentang biaya perawatan. Namun, dengan adanya BPJS ini, bidan juga mengeluhkan tentang sistem klaim dan pencairan dana. Bidan tidak mendapatkan penjelasan yang rinci tentang klaim yang sudah dan belum dicairkan. Bidan berharap ada sistem atau aplikasi yang dapat diakses oleh bidan, untuk mengetahui administrasi kelengkapan dokumen yang telah diserahkan. Hal lain yang menjadi keluhan bidan dalam melakukan rujukan kegawatdaruratan adalah apabila bidan melakukan tindakan stabilisasi kondisi klien tidak mendapat penggantian biaya dari BPJS. Misalkan dengan pemasangan infus dan pemberian SM, tidak mendapatkan penggantian obat maupun biaya dari BPJS, sehingga bidan membebankan biaya tersebut kepada pasien. Demikian juga dengan transportasi, apabila bidan mengantar klien menggunakan mobil pribadi, maka bidan membebankan biaya transportasi kepada pasien. 5. KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Semua responden telah menjalankan sistem rujukan berjenjang dan telah bermitra dengan BPJS. Beberapa responden merujuk kasus pre eklamsi yang belum mengalami kegawatdaruratan ke fasilitas kesehatan I misalnya Puskesmas. Dan jika sudah ada tanda kegawatdaruratan langsung merujuk ke RSSA. Beberapa responden mendiskripsikan pengalaman merujuk yang berbeda beda karena ada faktor yang mempermudah dan menghambat proses rujukan. 6. REFERENSI 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta : BPJS 2. Creswell, John Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 3. Cunningham et all Obsterti Williams, ed 23- Vol. 2. Jakarta : EGC 4. Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur 5. Kemenkes RI, Pedoman Sistem Rujukan Nasional. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 6. Kemenkes RI, Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA 7. Kemenkes RI, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
8 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN Nasional. Jakarta : Jaminan Kesehatan Nasional. 8. Kemenkes RI, Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta : Pusat Data dan Informasi. 9. Kemenkes RI, Profil Kesehatan RI Tahun Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 10. Manuaba, Ida Ayu Chandranita Ilmu Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 11. Mufdillah, Hidayat. A, Kharimaturrahmah. I, Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika 12. Rochjati, P Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi 2. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 13. Rochjati, P Skrining Antenatal Pada Ibu hamil Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Edisi 2. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair. 14. Prasetyawati. AE, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDG s). YogYakarta : Nuha Medika 15. Rumita Analisis Kelayakan Rujukan Oleh bidan Puskesmas PONED di RSUD Pirngadi Kota Medan tahun Depok: FKM UI. 16. Sujianti, Susanti Buku Ajar Konsep Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika 17. USAID Panduan Operasional Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) Puskesmas - Rumah Sakit 18. Yonara. S, Wulandari. RD, Penilaian Puskesmas dan Rumah Sakit tentang Efektifitas Sistem Rujukan Maternal di Kota Surabaya Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 3 (2):
SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG
SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG Dian Hanifah Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang Jalan R. Panji Suroso No. 6 Malang Telp. 0341-488 762
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan
Lebih terperinci(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu
Lebih terperinciDosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang
PERBEDAAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA SISWA SISWI SMP DENGAN PIK-KRR DAN SISWA SISWI SMP TANPA PIK-KRR DIWILAYAH KABUPATEN BLITAR (STUDI KOMPARATIF) Lilik
Lebih terperincipanduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang
panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang 04 02 panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu. Salah satu kendala utamanya adalah hambatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu yaitu kematian perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan sebagai komplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kematian ibu di negara berkembang pada umumnya adalah wanita hamil yang meninggal disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan untuk mendapatkan perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan bayi baru lahir merupakan keadaan yang fisiologis namun prosesnya bisa menjadi patologis, kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan jumlah kematian wanita saat hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi kehamilan, dari setiap penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih
0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu, prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) OLEH : TIM AKREDITASI MDGS RSUD LAHAT KATA PENGANTAR Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal akibat suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)
KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) Latar Belakang Bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dari aspek kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencapai kehamilan yang berkualitas harus didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien. Kehamilan di definisikan sebagai
Lebih terperinciPONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman
PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman Oleh: Dewiyana* Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi tingkat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (2000) telah menyepakati berbagai komitmen tentang Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 termasuk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung antara minggu (hamil aterm) dan ini merupakan periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu atau 280 hari yang dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir. Pada umumnya kehamilan akan berlangsung antara 38-42 minggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
Lebih terperinciMODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN
MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN Arulita Ika Fibriana, Muhammad Azinar Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatkan kesehatan ibu adalah salah satu dari tujuan Millenium Development Goals ( MDGs ) yang diadopsi oleh komunitas internasional pada tahun 2000. Di bawah
Lebih terperincipanduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal
panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal menurut WHO (World Health Organization) seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. per kelahiran hidup, AKI yang dicapai masih jauh dari target
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu bangsa. Kematian maternal meliputi ibu hamil, bersalin dan nifas. Kematian maternal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kematian Ibu 2.1.1.1 Definisi Kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari setelah akhir tanpa melihat usia
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan hasil kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian Maternal merupakan kematian seorang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, begitupun arti penting kehidupan bagi seorang ibu yang memiliki andil yang sangat besar dalam pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka. Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Lebih terperinciEVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012
EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 Karya wijaya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Puskesmas PONED
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi penyimpangan, karena setiap kehamilan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan ibu, namun sampai saat ini Angka Kematian maternal (AKI) di beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Rujukan Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan ibu selama kehamilan sampai melahirkan dicerminkan dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yang dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati Deklarasi Millenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. puncak produktivitasnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian saat melahirkan menjadi faktor utama mortalitas perempuan pada puncak produktivitasnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Lebih terperinciBAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan pelayanan obstetri suatu negara. Di Indonesia, pada tahun 2008 penyebab langsung kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penurunan angka Kematian Bayi dan Angka kematian Ibu terkait dengan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang percepatan pencapaian Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, postpartum (nifas), BBL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perempuan, setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses normal dan alamiah seorang perempuan, setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC) untuk deteksi dini komplikasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah menjadi tiga-perempatnya. Angka kematian ibu di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.
Lebih terperinciWALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bidan Praktik Mandiri (BPM) 2.1.1 Pengertian BPM BPM merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang diperlukan langkah-langkah peningkatan upaya kesehatan, diantaranya kesehatan ibu dan anak. Angka
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG
EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG Usi Erna Desita ABSTRAK Puskesmas Karang Malang adalah salah satu puskesmas yang dipilih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional secara menyeluruh. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. care yang kemudian diubah sedikit oleh WHO Expert Commitee on. apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang World health organization (WHO) Expert Commite on maternity care yang kemudian diubah sedikit oleh WHO Expert Commitee on Midwife in Maternity Care, tujuan Maternity
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rujukan dan Angka Kematian Ibu Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia lambat disebabkan beberapa faktor seperti : 4,10 Persalinan di rumah masih tinggi sekitar 70 % Rujukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN
HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2007-2008 Afriyani Kurniawati Putri¹, Ismarwati², Warsiti³ Intisari: Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di seluruh dunia, diperkirakan 529.000 ibu meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan, dan satu ibu meninggal setiap menit. 1 Indonesia salah satu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamannya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhihitung dari hari perama haid terakhir.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan
Lebih terperinciB. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: bagaimanakah pengelolaan rujukan kasus maternal di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura?.
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN MATERNAL DAN NEONATAL (SIJARIEMAS) DENGAN UPAYA STABILISASI PASIEN PRA RUJUKAN DI RSUD NGANJUK
HUBUNGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI JEJARING RUJUKAN MATERNAL DAN NEONATAL (SIJARIEMAS) DENGAN UPAYA STABILISASI PASIEN PRA RUJUKAN DI RSUD NGANJUK Naily Annisa Yonasri*), Shinta Kristianti **), Suwoyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung yang terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berencana (KB). (Maritalia ; h.111)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi (Profil Kesehatan Indonesia 2012). Angka Kematian Ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kematian maternal dan neonatal merupakan dua dari delapan kunci Millenium Development Goals (MDGs) (WHO, 2015). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Lebih terperinciSuparni, Milatun Khanifah, Fitriyani
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN DALAM PEMANFAATAN BUKU KIA UNTUK DETEKSI DINI IBU HAMIL RISIKO TINGGI DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 Suparni, Milatun Khanifah, Fitriyani ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi dibandingkan dengan AKI negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Kematian ibu menurut WHO merupakan kematian selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dan melahirkan merupakan kejadian yang rawan bagi perempuan serta menimbulkan risiko kesehatan yang besar, termasuk bagi perempuan yang tidak mengalami masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada kehamilan muda (TM 1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah AKI (Angka Kematian Ibu). Berdasarkan SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2012
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Laela Yusriana 1610104358 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS
Lebih terperinci