PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat."

Transkripsi

1 PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat. 2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk pelayanan. 3. Kebijakan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk pelayanan. 4. Prosedur 1. Penyediaan a. Penyediaan obat dilakukan oleh petugas farmasi b. Obat disediakan di ruang obat serta unit-unit pelayanan sesuai kebutuhan c. Tertib administrasi dalam penyediaaan obat. 2. Penggunaan a. Penggunaan obat dilakukan sesuai pengeluaran obat atas resep serta kebutuhan di unit pelayanan. b. Tertib administrasi dalam penggunaan obat. 5. Unit Terkait 1. LPLPO 2. Resep

2 EVALUASI KETERSEDIAAN OBAT TERHADAP FORMULARIUM 1. Pengertian 1. Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan obat terhadap formularium telah tercapai. 2. Hasil Evaluasi adalah menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan yang belum terlayani, kemampuan dalam melakukan program, dampak program terhadap perubahan perilaku, prestasi kerja, peningkatan mutu. 3. Tindak lanjut adalah memperbaiki hal-hal yang di pandang lemah, kurang tepat, kurang relevan dengan tujuan yang ingin di capai dan mengembangkan program dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang di pandang dapat meningkatkan kualitas atau efektifitas program. 4. Petugas farmasi adalah Asisten Apoteker yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. 5. Pasien adalah seorang yang mendapatkan layanan kesehatan. 6. Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh puskesmas yang berisi panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik dikelompokkan dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternative nama generik bermerk sekitar 2-3 item. Seiring dengan perkembangannya, formularium diperbaharui setiap tahun dan ditambahkan/dikuranginya item melalui prosedur tertentu. 2. Tujuan Untuk mengetahui kesesuaian ketersediaan obat dengan kebutuhan obat. 3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-langkah SOP. 4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas

3 5. Prosedur 1. Petugas Farmasi melakukan sampling pengambilan data stock opname 6 bulan sekali. 2. Petugas Farmasi mengumpulkan data jenis obat yang tersedia dari Stock Opname selama 1 tahun terakhir. 3. Petugas farmasi mencatat jumlah jenis obat yang tersedia di puskesmas 4. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat yang tersedia di puskesmas. 5. Petugas farmasi mengumpulkan data jenis obat di Puskesmas yang tercantum di formularium. 6. Petugas farmasi mencatat total jenis obat di Puskesmas yang tercantum di formularium. 7. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat di puskesmas yang tercantum di formularium 8. Petugas farmasi menghitung tingkat ketersediaan obat dengan membandingkan jumlah obat yang tersedia di puskesmas dengan jumlah jenis obat yang tercantum di Formularium. 9. Petugas farmasi menyampaikan hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium kepada kepala puskesmas. 10. Kepala Puskesmas menindaklanjuti hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium dengan melaporkan kepada team perencana kebutuhan Obat Terpadu Kabupatemn melalui Kepala Instalasi Farmasi Kabupaten sebagai sekretaris Team. 6. Unit Terkait 1. Team Mutu Puskesmas 2. Koordinator Pelayanan Klinis 3. Koordianator administrasi dan manajemen, 4. Koordinator upaya Puskesmas 5. Kepala Puskesmas

4 EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN DENGAN FORMULARIUM 1. Pengertian Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan obat terhadap formularium telah tercapai Hasil Evaluasi adalah menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,kebutuhan yang belum terlayani, kemampuan dalam melakukan program, dampak program terhadap perubahan perilaku, prestasi kerja, peningkatan mutu Tindak lanjut adalah memperbaiki hal hal yang di pandang lemah, kurang tepat, kurang relevan dengan tujuan yang ingin di capai dan mengembangkan program dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang di pandang dapat meningkatkan kualitas atau efektifitas program Petugas farmasi adalah: asisten apoteker yang di beri tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian Pasien adalah: seorang yang mendapatkan layanan kesehatan Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh puskesmas, yang berisi panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik dikelompokkan dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternatif nama generik bermereknya sekitar 2-3 item. Seiring dengan perkembangannya, formularium diperbaharui setiap tahun dan ditambahkan /dikuranginya item melalui prosedur tertentu. 2. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan sistem evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium,hasil evaluasi dan tindak lanjut

5 3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi kesesuain pereesepan dengan formularium di Puskesmas harus mengikuti langkahlangkah SOP.. 4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas 5. Prosedur A. Persiapan evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut 1. Tenaga medis menulis resep untuk pengobatan pasien yang diberikan kepada petugas farmasi untuk diberikan obat dan informasi pemakaiannya 2. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kesesuaian resep dengan formularium B. Proses evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut 1. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kelengkapan resep dan memeriksa ketersediaan obat 2. Petugas farmasi mengevaluasi kesesuaian resep dengan formularium, hasil evaluasi dikunsultasikan dengan dokter dan mencari solusi tindak lanjut 3. Petugas farmasi memberikan hasil tindak lanjut kepada pasien C. Tindakan perbaikan 1. Petugas farmasi mengevaluasi hasil tindak lanjut ketidaksesuaian peresepan dengan formularium. 2. Petugas farmasi melakukan pengecekan obat apabila tidak sesuai dengan formularium dikonsultasikan pada tenaga medis. 3. Petugas farmasi memberikan copi resep kepada pasien apabila tidak sesuai dengan formularium. D. Verifikasi 1. Petugas farmasi melakukan verifikasi ke tenaga medis untuk mengatasi ketidaksesuaian peresepan dengan formularium 2. Petugas farmasi melakukan resume evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut Tim mutu Puskesmas, 6. Unit Terkait Koordinator pelayanan klinis, Koordinator administrasi dan manajemen, Koordinator upaya Puskesmas, Kepala Puskesmas,

6 PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI OLEH PASIEN 1. Pengertian 1. Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien adalah pengelolaan/pemakaian obat-obat yang dibawa pasien atau keluarganya yang pengadaannya tidak melalui Apotek Puskesmas. 2. Apotek Puskesmas adalah Unit kerja dipuskesmas yang melaksanakan pengelolaan farmasi. 3. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertugas mengelola rangkaian asuhan medis. 4. Petugas farmasi adalah tenaga kefarmasian yang terdiri dari atas Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker). 2. Tujuan Untuk menjamin keamanan penggunaan obat di lingkungan Puskesmas dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiiensi biaya pengobatan pasien. 3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi kesesuain pereesepan dengan formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-

7 langkah SOP.. 4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas 5. Prosedur 1. Pasien mendapat rekomendasi untuk rawat inap oleh DPJP yang membawa obat sendiri harus menyerahkan obat yang dibawa kepada DPJP untuk mendapatkan persetujuan penggunaan. 2. DPJP memberikan rekomendasi penggunaan obat yang dibawa pasien a. Jika setuju : DPJP membuat memo persetujuan untuk penggunaan obat tersebut serta membuat surat untuk verifikasi identitas kepada Pengelola Apotek Puskesmas. b. Jika tidak setuju : DPJP membuat memo untuk penyimpanan obat tersebut kepada Pengelola Apotek selama pasien dirawat. 3. Perawat menyerahkan memo beserta obat kepada pengelola Apotek. 4. Jika memo merupakan memo persetujuan penggunaan obat yang dibawa oleh pasien, petugas farmasi (Apoteker atau Asisten Apoteker penanggung jawab) melakukan identifikasi, yaitu a. Kemasan terdiri dari nama obat, kekuatan sediaan, bentuk sediaan, tanggal kadaluarsa dan nama pabrik. b. Fisik obat : Bentuk, warna dan bau. c. Jika hasil identifikasi memenuhi ketentuan yang berlaku maka obat disiapkan dan dikemas kembali sesuai dengan instruksi DPJP. d. Lakukan penyerahan obat sesuai dengan SOP penyerahan perbekalan farmasi untuk pasien Rawat Inap. 5. Jika memo merupakan memo tidak setuju penggunaan obat yang dibawa oleh pasien maka petugas farmasi menyimpan obat tersebut pada tempat tersendiri dan dilengkapi dengan identitas pasien (nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir) 6. Bila pasien sudah diperbolehkan pulang, sisa obat tersebut diberikan oleh petugas farmasi kepada perawat 7. Penyerahan kembali obat pasien yang disimpan di Apotek Puskesmas kepada pasien dilakukan saat akan pulang dari puskesmas oleh perawat. 6. Unit Terkait 1. Apotek Puskesmas 2. Bidang Keperawatan

8 PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT 1. Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatu proses kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi serta dalam mengevaluasikan pengobatan sesuai formularium puskesmas. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas untuk: 1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutam yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang. 2. Menentukan frekuensi dan incidental efek samping obat yang sudah dikenali, yang baru saja ditemukan. 3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat. 4. Menjaga agar obat efek samping yang pernah terjadi tidak dibawa lago oleh pasien yang bersangkutan maupun pasien lain dan tidak dimasukkan lagi dalam persediaan obat.

9 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang 4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas 5. Prosedur 1. Petugas poli/ugd menerima keluhan pasien tentang ESO 2. Petugas poli/ugd menanyakan riwayat alergi sebelumnya. 3. Petugas poli/ugd meminta obat yang diminum dan mencocokkan dengan catatan terapi dalam RM dan bila ada dicocokkan dengan riwayat alergi yang tercantum dalam RM 4. Petugas poli/ugd memastikan keluhan yang dilaporkan terjadi karena efek samping obat 5. Petugas poli/ugd menentukan kemungkinan jenis obat yang menjadi penyebab alergi. 6. Bila belum tercatat petugas poli/ugd menulis di dalam RM dengan tinta merah tetntang alergi obat. 7. Petugas poli/ugd memberi informasi kepada pasien tentang jenis obat yang menyebabkan alergi untuk diingat pasien dan diinformasikan ke petugas ketika berobat. 8. Petugas poli/ugd mencatat kejadian ESO di buku laporan ESO 9. Petugas poli/ugd memberitahukan agar pasien menghentikan obat yang menyebabkan alergi. 10. Petugas poli/ugd memberikan resep obat pengganti. 11. Mencatat identitas pasien dan efek yang terjadi pada formulir ESO. 6. Unit Terkait 1. Unit Poli 2. UGD 3. Rawat Inap 4. Poned

10 PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT 1. Pengertian Prosedur ini mengatur pelaksanaan peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat. 2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat. 3. Kebijakan Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat dilakukan secara efektif. 4. Distribusi Petugas Farmasi

11 5. Prosedur 1. Peresepan Obat a. Obat diresepkan sesuai terapi atas diagnosis pasien. b. Pemberian resep dilakukan oleh petugas farmasi atau petugas lain yang diberi kewenganangan. 2. Pemesanan obat a. Pemesanan obat untuk kebutuhan puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi atau gudang obat puskesmas. b. Pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit pelayanan terkait kepada petugas farmasi gudang obat puskesmas. 3. Pengelolaan Obat a. Pengelolaan obat di gudang obat dilakukan oleh petugas farmasi meliputi perencanaan, permintaan, penyimpanan distribusi, administrasi dan pelaporan. 6. Unit Terkait 1. LPLPO 2. Kartu Stock 3. Resep PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA 1. Pengertian Prosedur ini mengatur pengawasan dan pengemdalian penggunaan psikotropika dan narkotika. 2. Tujuan Sebagai pedoman dalam pengawasan dan pengendalian penggunaan obat psikotropika dan narkotika

12 3. Kebijakan Pengawasan dan pengendalian penggunaan psikotropika dan narkotika dilakukan sesuai ketentuan perundangan. 4. Distribusi Petugas Farmasi 5. Prosedur 1. Pengawasan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi psikotropika dan narkotika. 2. Resep psikotropika dan narkotika diberi panandaan khusus. 3. Identifikasi pasien penerima resep psikotropika dan narkotika dan verifikasi saat penyerahan obat. 4. Pengendalian obat psikotropika dan narkotika melalui tertib administrasi kartu stock dan buku bantu penyerahan obat psikotropika dan narkotika. 6. Unit Terkait 1. Kartu stock 2. Resep MONITORING PENYEDIAAN OBAT EMERGENCY DI UNIT KERJA 1. Pengertian Penyediaan obat obat emergency di unit kerja sangat di butuhkan untuk menjamin ketersediaan obat untuk mencegah penyalah gunaan,pencurian,atau kehilangan terhadap obat serta menjamin keamanan tempat penyimpanan

13 obat emergency Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Petugas farmasi adalah: asisten apoteker yang di beri tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian 2. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan sistem monitoring obat obat emergency di unit kerja 3. Kebijakan Langkah- langkah didalam melaksanakan sistem monitoring obat obat emergency di unit kerja 4. Referensi Pedoman pengobatan di puskesmas 5. Prosedur A. Persiapan penyediaan obat - obat emergency di unit kerja Persiapan penyediaan obat obat emergency di unit kerja dengan mendata obat apa saja yang di butuhkan,kemudian meyiapkan obat obat yang di maksud, mencatat penerimaan dan pengeluaran obat di buku catatan, monitoring dilakukan secara berkala B. Proses monitoring obat obat emergency di unit kerja dilakukan secara berkala Mencatat nama nama obat yang ada di unit kerja, mencocokkan obat yang tersedia dengan catatan yang ada di kartu stok, mencatat di buku monitoring obat, dan melaporkan kepada instalasi farmasi kabupaten, kepala puskesmas dan petugas farmasi C. Tindakan perbaikan 1. Petugas farmasi mengevaluasi hasil tindak lanjut monitoring penyediaan obat obat emergency 2. Petugas farmasi melakukan penyediaan obat obat emergency di unit kerja D. Verifikasi 1. Petugas farmasi melakukan verifikasi monitoring penyediaan obat obat emergency 2. Petugas farmasi melakukan resume monitoring penyediaan obat obat emergency

14 6. Unit Terkait Tim mutu Puskesmas, Koordinator pelayanan klinis, Koordinator administrasi dan manajemen, Koordinator upaya Puskesmas, Kepala Puskesmas, instalasi farmasi kabupaten PEMBERIAN INFORMASI TENTANG EFEK SAMPING DAN RESIKO PENGOBATAN

15 1. Pengertian Pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan adalah kegiatan memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang akan dilakukan termasuk didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan resiko pengobatan yang akan dilakukan baik pada saat pengobatan berlangsung atau setelah pengobatab selesai. 2. Tujuan Pasien memahami mengenai efek samping dan resiko dari pengobatan yang dilakukan sehingga pasien siap menerima kemungkinan resiko yang akan terjadi saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai pengobatan. 3. Kebijakan Sebagai pedoman pelaksanaan pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan di Puskesmas. Pelaksanaan pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan harus mengikuti langkahlangkah yang tertuang dalam SOP. 4. Distribusi 1. BP Umum 2. Poli Gigi 3. UGD 5. Prosedur 1. Petugas menerima rekam medis pasien dari petugas pendaftaran 2. Petugas`memanggil pasien masuk ke ruang periksa 3. Petugas melakukan anamnesa 4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik 5. Petugas merumuskan diagnose pasien dan rencana asuhan pasien 6. Petugas memberitahukan pada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan 7. Petugas menjelaskan mengenai efek samping dan resiko pengobatan yang akan dilakukan 8. Petugas member kesempatan untuk bertanya mengenai pengobatan yang akan dilakukan 9. Petugas menyiapkan form informed consent 10. Petugas menjelaskan isi informed consent 11. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan mengenai persetujuan terhadap pengobatan yang akan dilakukan 12. Petugas meminta pasien untuk menandatangani informed consent yang telah ditandatangani pasien 13. Petugas mendokumentasikan kegiatan.

16 6. Unit Terkait Rekam Medis PENYIMPANAN OBAT-OBAT EMERGENCY

17 1. Pengertian Penyimpanan obat emergency adalah kegiatan penyimpanan obat-obatan tertentu yang dibutuhkan pasien secara cepat, yang dilakukan pada unit tertentu diluar Apotek Puskesmas, serta disimpan dalam kotak emergency. 2. Tujuan 1. Agar dapat menjamin ketersediaan dan keamanan penyimpanan obat emergency. 2. Agar obat emergency dapat selalu tersedia saat dibutuhkan. 3. Memenuhi kebutuhan terapi/tindakan pasien yang memerlukan penanganan. 3. Prosedur 1. Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergency, sesuai dengan dafrtar obat emergency yang telah ditetapkan. 2. Susun obat emergency dalam kotak emergency dengan susunan sesuai dengan SOP Penyimpanan Perbekalan Farmasi. 3. Kunci kotak emergency menggunakan kunci disposable. Bila ada penggunaan obat, buka kotak emergency dengan menggunting kunci disposable tersebut. 4. Setelah petugas medis melakukan tindakan emergency maka obat emergency yang telah digunakan harus diganti, sesuai dengan jenis dan jumlah yang terpakai, dengan menginput PO (purchasing Order) dan menyerahkan formulir tersebut ke Apotek Puskesmas 5. Pada saat pergantian shift, penanggung jawab pada kedua shift tersebut melakukan pemeriksaan terhadap emergency dengan yang tercantum pada daftar obat emergency. 6. Jika terdapat kekurangan baik jumlah ataupun jenis obat emergency, segera lengkapi kekurangan tersebut dengan memberikan formulir PO yang mencatum nama dan jumlah obat yang telah digunakan kepada petugas farmasi puskesmas.a 7. Petugas farmasi menyiapkan obat yang tercantum pada PO untuk diletakkan dalam kotak emergency dan mengunci kembali kotak emergency yang telah terbuka tersebut dengan menggunakan kunci emergency baru. 8. Setiap minggu petugas farmasi puskesmas melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat emergency terhadap daftar obat emergency dengan memeriksa kondisi fisik, serta tanggal kadaluarsa. 4. Unit Terkait Petugas Farmasi Puskesmas, Bidang Keperawatan

18 PENANGANAN OBAT KADALUARSA/ RUSAK 1. Tujuan Untuk menjelaskan bagaimana menangani obat yang kadaluarsa 2. Bahan/Alat 1. Data 2. Kartu stok 3. Kualifikasi Personil Karyawan yang ditunjuk 4. Prosedur 1. Pisahkan obat-obat yang kadaluarsa dari stok dan simpan di ruang karantina, dokumentasikan dan beri tanda BARANG ED 2. Catat obat-obat yang kadaluarsa 3. Buat berita acaranya dan usulkan untuk pemindahan/penghapusan barang kadaluarsa/rusak 4. Buat berita acara pengembalian ke produsen, jika obat-obat bisa dikembalikan ke produsen 5. Khusus untuk obat-obat Pharos, 2 bulan sebelum dan 3 bulan sesudah kadaluarsa dikembalikan ke Phapros.

19 PENYEDIAAN OBAT-OBAT EMERGENCY DI UNIT KERJA 1. Pengertian Penyediaan obat-obat emergency merupakan suatu kegiatan merencanakan dan mengadakan obat-obat kegawat darurat sesuai kebutuhan pada unit pelayanan untuk menangani kondisi darurat pasien. 2. Tujuan Agar terdapat suatu prosedur untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pengadaan obat-obat emergency di unit pelayanan 3. Ruang Lingkup Mencakup kegiatan perencanaan dan pengadaan obat-obatan emergency di unit layanan yang membutuhkan 4. Referensi Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Buku Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas 5. Prosedur 1. Koordinator unit pelayanan mengajukan permitaan tertulis kepada petugas farmasi untuk menyediakan obat-obatan emergency yang dibutuhkan di unit pelayanan 2. Petugas farmasi menyiapkan obat emergency yang dibutuhkan oleh unit pelayanan. 3. Petugas farmasi mencatat setiap pengambilan obat emergency pada kartu stok dan buku bantu. 4. Petugas farmasi menyerahkan obat emergency ke unit pelayanan disertai dengan buku bantu yang ditandatangani oleh pihak penerima obat emergency untuk kemudian secara administratif dicatat pada kolom pengeluaran buku gudang obat. 6. Unit Terkait Kartu Stok

20 Buku Bantu Buku Gudang Obat PENYIMPANAN OBAT 1. Pengertian Penyimpanan obat-obat (obat paten, generik, injeksi, infus) di instalasi farmasi. 2. Tujuan 1. Untuk menjaga mutu sediaan farmasi 2. Untuk memudahkan pelayanan 3. Kebijakan Mencakup kegiatan perencanaan dan pengadaan obat-obatan emergency di unit layanan yang membutuhkan 4. Referensi 5. Prosedur 1. Pisahkan penyimpanan obat-obat kategori v (vital), beri tanda khusus susun menurut alfabet 2. Obat disimpan berdasarkan jenisnya, tablet, sirup, injeksi dalam ampul, vial, cairan infus dan sebagainya, disusun menurut alfabet. 3. Jangan meletakkan sediaan farmasi langsung diatas lantai, simpanlah dalam rak/lemari atau di atas palet. 4. Periksa apakah ada kerusakan, pada kemasan (strip sobek, menggelembung, ampul retak, tutup vial rusak, tutup segel botol rusak, warna cairan keruh, dan sebagainya). 5. Periksa tanggal kadaluarsanya. Obat yang tanggal kadaluarsanya pendek sebaiknya digunakan terlebih dahulu. 6. Beri tanda/label nama obat pada wadah penyimpanan 7. Stok disusun berdasarkan sistem FIFO (first in first out) 8. Bila obat disimpan dalam dus/kardus besar, maka pada dus harus tertera: jumlah isi, nama obat, nama tanggal kadaluarsa, nama pabrik, tanggal penerimaan obat 6. Unit Terkait

21 Farmasi Logistik medis PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan yang menjamin ketersediaan obat 2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat 3. Kebijakan Memberlakukan panduan penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat Puskesmas Tibawa 4. Prosedur Pelaksanaan: 1. Petugas Gudang obat dan Apotek yang diberi wewenang untuk membuat perencanaan obat, membuat daftar perbekalan yang dibutuhkan di Puskesmas Tibawa 2. Petugas membuat perencanaan berdasarkan daftar penerimaan obat dari Gudang Dinkes selama 1tahun ke belakang yang disebut dengan RKO. 3. Petugas perencana perbekalan farmasi melakukan perhitungan perbekalan farmasi dengan kebutuhan yang ditentukan, kemudian diajukan kepada kepala Puskesmas untuk dikoreksi. 4. Apabila disetujui oleh kepala puskesmas, maka rencana kebutuhan perbekalan farmasi akan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 5. Petugas gudang obat setiap bulan membuat laporan LPLPO berdasarkan pemakaian obat dalam 1 bulan untuk mendapatkan obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten Gooronatalo

22 5. Unit Terkait Petugas Gudang Farmasi 6. Dokumen 1. Arsip RKO Puskesmas Tibawa 2. Arsip LPLPO Puskesmas Tibawa 3. Arsip SBBK dari Instalasi Farmasi DINKES Kab. Gorontalo PERESEPAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA 1. Pengertian Semua proses dari skrining resep, penyiapan resep dan penyerahan resep narkotika 2. Tujuan 1. Memastikan semua proses dalam pelayanan obat golongan narkotika memenuhi Undang-Undang yang berlaku 2. Memastikan pengeluaran obat golongan narkotika aman dan akurat 3. Kebijakan 1. UU RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika 2. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli dokter puskesmas. 3. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian, atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli 4. Salinan reesp narkotika dalam tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali 4. Prosedur Skring Resep: 1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi 2. Melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmasetik 3. Mengkaji pertimbangan klinis 4. Mengkonsultasikan ke dokter apabila terdapat masalah dalam resep

23 Penyiapan Resep: 1. Memberi garis bawah berwarna merah pada obat yang termasuk golongan narkotika/psikotropika 2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep 3. Untuk obat racikan Apoteker atau Asisten Apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika/psikotropika 4. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika/psikotropika pada kartu stok. 5. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya, yaitu pada lemari 2 pintu dan menguncinya kembali 6. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai permintaan dalam resep 7. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep. Penyerahan Resep: 1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan. 2. Memanggil nama pasien secara lengkap (Minimal 2 suku kata) 3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima 4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat (nama obat, kegunaan masing-masing obat, dosis dan cara penggunaan obat) 5. Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi obat dan meminta pasien untuk mengulang penjelasan yang telah disampaikan 6. Menyimpan pada tempat penyimpanan khusus resep narkotika/psikotropika dan mendokumentasikan pada buku pencatatan resep narkotika/psikotropika 5. Unit Terkait Petugas Gudang Farmasi (Asisten Apoteker)

24 PEMBERIAN INFORMASI PENGGUNAAN OBAT 1. Pengertian Kegiatan aktif Apoteker dalam memberikan penjelasan kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan proses pengobatan 2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, faktual, mudah dimengerti, etis, dan bijaksana. 3. Kebijakan KPTS 042a/RSUD-EF/V/2013 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi 4. Prosedur 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (Medication Record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tulisan. 2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan informasi 3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, etis, dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis 4. Informasi yang perlu disampaikan pada pasien: Jumlah, jenis, dan kegunaan masing-masing obat Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi: bagaimana cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai obat, seberapa banyak/dosis

25 5. Unit Terkait Instalasi Farmasi dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan Peringatan atau efek samping obat Bagaimana cara mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat Tata cara penyimpanan obat Pentingnya kepatuhan penggunaan obat 5. Menyediakan informasi aktif ( brosur, leaflet, dll) 6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat. 6. Dokumen Instalasi Farmasi IDENTIFIKASI DAN PELAPORAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DAN KNC VARIABEL KEADAAN 1. Petugas unit obat mengulangi penjelasan kepada pasien mengenai kegunaan obat, dosis dan efek samping obat 2. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti 3. Petugas menuliskan pada buku laporan khusus apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat 4. Petugas unit obat melaporkan kepada kepala Puskesmas untuk ditindak lanjuti YA Tidak Tidak Berlaku

26 PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN DAN PELABELAN 1. Pengertian Bagian dari kegiatan pelayanan kefarmasian dalam menjamin mutu keamanan dan ketepatan obat yang diberikan kepada pasien melalui pembuatan penanda aturan dan cara pemakaian obat berupa etiket obat yang dapat dibaca dengan jelas dan dituliskan secara jelas 2. Tujuan 1. Menjamin identitas obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan resep 2. Menjamin kebenaran cara pemakaian dan penggunaan obat 3. Prosedur 1. Petugas farmasi menerima resep yang sudah di berikan nomor, cap penanda validasi dan diberikan harga 2. Etiket diberikan sesuai dengan cara pemakaiannya: a. Untuk obat pemakaian luar (Salep, krim, suppositoria, lotio, gel) dan alat kesehatan diberikan etiket berwarna biru. b. Untuk obat pemakaian dalam/oral (tablet, serbuk, sirup, suspensi) dan bahan diagnostik oral diberikan etiket putih. 3. Petugas farmasi harus memperhatikan: a. Identitas pasien dalam resep yang akan dituliskan pada etiket b. Aturan pemakaian obat tiap berapa jam atau berapa kali dalam sehari, secara khusus: 4. Untuk obat-obat penghilang panas, nyeri dan mual/muntah diberikan

27 tanda diminum bila perlu 5. Untuk obat-obat antibiotek diberikan tanda diminum sampai habis 6. Aturan pemakaian obat yang berhubungan dengan pemberian obat bersama makanan atau saat perut kosong 7. Aturan khusus dalam cara pemakaian obat misalnya untuk jenis sediaan suppositoria, salep mata, tetes mata, tetes telinga, obat inhalasi dan insulin. 8. Petugas farmasi pembuat etiket wajib mengisikan nama/inisial pada kolom validasi nomor 3 sebagai pembuat etiket. 4. Unit Terkait Petugas Farmasi TINDAK LANJUT EFEK SAMPING OBAT 1. Pengertian Efek samping obat adalah respon terhadap obat yang merugikan atau tdk diharapkan, terjadi pada penggunaan dosis profilaksis atau terapi. 2. Tujuan Pasien memahami mengenai efek samping 3. Prosedur 1. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping obat. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapa dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis

28 obat, dan belum pasti yang namanya penyebab, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu 2. Upaya penanganan klinik tergantung bentu efek samping obat dan kondisi penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksis diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kosterroid (bila diperlukan). 4. Referensi Buku Meyler s Side Effects of Drugs (Editor: Dukes) 5. Unit Terkait 1. Unit Poli 2. UGD 3. Rawat Inap 4. Poned MENJAGA TIDAK TERJADINYA PEMBERIAN OBAT KADALUARSA, PELAKSANAAN FIFO DAN FEFO, KARTU STOK/KENDALI 1. Pengertian Upaya pencegahan pasien menerima obat yang kadaluarsa sehingga ada jaminan mutu dan kualitas obat 2. Tujuan Pasien menerima obat yang tidak kadaluarsa sehingga ada jaminan mutu dan kualitas obat 3. Kebijakan 1. Pengelolaan obat satu pintu di Puskesmas 2. Pelayanan informasi obat 3. Penggunaan Obat Secara Rasional (POSR) 4. Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas 4. Referensi 1. KMK No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di

29 Puskesmas 2. KMK No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 3. KMK No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditas Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi 4. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Informasi Obat Di Puskesmas 5. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Dasar Di Puskesmas 5. Prosedur Petugas pengelola obat harus memperhatikan terkait pengelolaan obat kadaluarsa pada saat: 1. Penerimaan Obat : Wajib melihat waktu kadaluarsa dan ada tidaknya kerusakan obat. 2. Penyimpanan Obat : Melakukan stok opname setiap bulan dengan memperhatikan kadaluarsa dan kerusakan obat serta pengawasan terhadap kehilangan/pencurian obat. 3. Sistem penyimpanan obat menggunakan FIFO dan FEFO serta menggunakan kartu stok. 4. Penyerahan Resep Obat : Petugas wajib memperhatikan kadaluarsa dan kerusakan obat pada saat penyerahan/penggunaan obat serta menginformasikan kepada pasien terkait kerusakan dan kadaluarsa sediaan obat 5. Jika terjadi kadaluarsa/kerusakan obat harus dibuat berita acara dan didokumentasikan. 6. Unit Terkait 1. Poliklinik/Unit Pelayanan 2. Logistik 3. Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo

30 PENILAIAN, PENGENDALIAN, PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT 1. Pengertian Metode yang digunakan untuk menilai, mengendalikan, penyediaan dan penggunaan obat 2. Tujuan Sebagai acuan untuk menilai, mengendalikan, penyediaan, dan penggunaan obat 3. Kebijakan 1. Pengelolaan obat satu pintu di Puskesmas 2. Pelayanan informasi obat 3. Penggunaan Obat Secara Rasional (POSR) 4. Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas 4. Referensi 1. KMK No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas 2. KMK No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

31 3. KMK No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditas Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi 4. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Informasi Obat Di Puskesmas Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Dasar Di Puskesmas 5. Prosedur A. Penilaian terhadap sistem ketersediaan obat 1. Petugas obat menyesuaikan dan menganalisis kebutuhan berdasarkan Formularium Nasional dan Daftar Obat Puskesmas. 2. Petugas obat memonitoring dan merencanakan kebutuhan dengan memperhatikan metode konsumsi, epidemiologi dan asumsi lainnya. 3. Petugas obat mengadakan obat sesuai jalur distribusi yang resmi. Penilaian terhadap sistem pengendalian obat 1. Petugas obat menyesuaikan kartu stok dengan pengeluaran. 2. Petugas obat memonitoring peresepan atau kesesuaian penulisan resep 3. Petugas obat menangani obat hilang, rusak dan kadaluarsa. C. Penilaian terhadap sistem penyediaan obat 1. Petugas obat membuat permintaan obat melalui LPLPO yang telah disediakan 2. Petugas obat menyediakan buku catatan penerimaan obat dari berbagai sumber 3. Setiap penerimaan obat dimasukkan ke dalam kartu stok per penerimaan obat 4. Petugas mengarsipkan LPLPO dan disusun lengkap per tahun. 5. Petugas mengarsip SBBK dari UPTD Farmasi dan di susun lengkap per tahun. D. Penilaian terhadap sistem penggunaan obat Petugas obat melakukan pencatatan dan mendokumentasikan penggunaan obat yang meliputi: 1. Presentase penggunaan Antibiotik 2. Presentase penggunaan Injeksi 3. Presentase rata-rata jumlah resep 4. Presentase penggunaan obat generik 6. Unit Terkait 1. Petugas Farmasi 2. Poliklinik/Unit Pelayanan 3. Logistik 4. Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo s

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3 Dinas Ditetapkan Oleh Kepala UPTD Urusan Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat Diberlaku : Halaman : 1-3 Tanda Tangan UPTD Urusan 1. Pengertian Peresepan adalah Proses pengambilan keputusan pengobatan

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. Penyediaan dan Penggunaan obat adalah: kegiatan yang dilakukan petugas farmasi Ladja untuk Menganfrak obat ke

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas No Kegiatan Helvetia Medan- Belawan Deli A. Kebijakan pelayanan kefarmasian 1. Penanggung jawab Apotek/Instalasi

Lebih terperinci

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I PERENCANAAN KEBUTUHAN Proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan bahan medis habis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat di Puskesmas Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK Pedoman Pelayanan Farmasi No. Kode : PED/LAY FAR.01-PKM KJ/2015 Terbitan :01 No. Revisi : 0 Ditetapkan Oleh Kepala Puskesmas KEBON JERUK Puskesmas KEBON JERUK Tgl. Mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik lokasi penelitian Kota Solok merupakan salah satu kota dari 19 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera barat. Kota Solok memiliki

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert PENGERTIAN PROSEDUR UNIT TERKAIT Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Elemen Penilaian BAB VIII

Elemen Penilaian BAB VIII Elemen Penilaian BAB VIII 8. 1. 1 EP 1 SK Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium SOP Pemeriksaan Laboratorium Brosur Pelayanan Laboratorium Panduan Pemeriksaan Laboratorium 8. 1. 1 EP 2 Pola Ketenagaan Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

Lebih terperinci

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia BAB VIII KRITERIA SK SOP DOKUMEN LAINNYA 8.1.1 1. SK jenis-jenis pemeriksaan lab yang 1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia 3. Pola ketenagaan 4. Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan BA B VII STANDAR 1. Proses Pendaftaran Pasien. Proses pendaftaran pasien memenuhi kebutuhan pelanggan dan didukung oleh sarana dan lingkungan yang memadai. KRITE RIA JUMLA H EP 1 7 1. SOP pendaftaran 2.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang merupakan Bagian Pelayanan Instalasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Jumlah tenaga teknis kefarmasian dan kualifikasi : Jumlah Apoteker : Orang Jumlah tenaga teknis kefarmasian (TTK) : Orang Jumlah tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apoteker Berdasarkan KepMenKes RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi yang telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN OBAT GENERIK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN SUATU PROSES KEGIATAN SELEKSI OBAT DAN PERBEKALAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OBAT DALAM RANGKA PEMENUHAN KEBUTUHAN PUSKESMAS BUKTI TERTULIS PERKIRAAN `TENIS, JUMLAH OBAT &

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Lampiran 1. Kuesioner penelitian 1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian I. IDENTITAS APOTEKER PENANGGUNGJAWAB APOTEK (APA) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Pengalaman sebagai Apoteker

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl KH syafa at No 09 Telp (0333) 844305 Tegalsari KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TEGALSARI NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 Januari 2012 melalui wawancara mendalam atau indepth interview kepada informan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. APOTEK Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah

Lebih terperinci

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang SK AKREDITA BAB I EP NAMA DOKUMEN TDK 1.1.1.1 SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang disediakan. Brosur, flyer, papan pemberitahuan, poster. 1.1.5.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator prioritas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS Kelompok 2 : Aryes Patricia Nova reza Adawiyah Ida Royani Pengertian Obat : suatu zat yang dapat dipakai dalam diagnosis, mengurangi sakit, mengobati dan mencegah penyakit

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008 Nama Informan : Umur : Pendidikan : Jabatan : Masa Kerja :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan dapat menyediakan obat bagi pasien melalui pelayanan resep. Resep merupakan perwujudan akhir kompetensi dokter dalam medical

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

Lebih terperinci

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN I. Pendahuluan Puskesmas merupakan salah satu

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253 - PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) 5892118 PROBOLINGGO 67253 email : puskesmas_wonomerto@probolinggokab.go.id

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 Puspita Septie Dianita 1*, Tiara Mega Kusuma 2, Ni Made Ayu Nila Septianingrum

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO D I N A S K E S E H A T A N UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG Jalan Kyai Jebeng Lintang No Kelurahan Wonoroto, Kecamatan Watumalang KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN, PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BEJEN Jln. Raya Sukorejo Bejen, Kecamatan Bejen Kode pos 56258 Telp. (0294) 3653020 Email : bejen_puskesmas@yahoo.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285 KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS CIBALIUNG Nomor : /PKM-CBL/SK/

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan PELAKSANAAN PENYIMPANAN OBAT DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS DI KOTA PURWOKERTO Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Disampaikan dalam Pertemuan Tri Wulan I PC IAI Grobogan Tahun 2016 Purwodadi, 12 Maret 2016 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Poliklinik LP Kelas II A Narkotika mempunyai SDM untuk operasional Poliklinik sebanyak 13 orang yaitu 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, dan 8 orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Persepsi merupakan aktivitas, mengindra, mengintegrasikan dan memberi penilaian pada objek-objek fisik maupun obyek sosial dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus

Lebih terperinci

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3 Elemen Penilaian PKPO 1 1. Ada regulasi organisasi yang mengelola pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat yang

Lebih terperinci

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan Nama Puskesmas : Alamat : Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan 1 SK Ka Puskesmas Tentang Jenis Pelayanan 2 SK Ka Puskesmas

Lebih terperinci

Elemen Regulasi Ket Regulasi D O S W

Elemen Regulasi Ket Regulasi D O S W R Regulasi kebijakan, prosedur (SPO), pedoman, panduan, peraturan Direktur rumah sakit, keputusan Direktur rumah, sakit dan atau program. D Dokumen berkas rekam medis, laporan dan atau notulen rapat dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU. No Kode : EP1 Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU. No Kode : EP1 Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman : MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU No Kode : Disahkan oleh Kepala Puskesmas SOP 7.6.6.EP1 Terbitan : No Revisi : PUSKESMAS BINTUNI Tgl Mulai Berlaku : Halaman : drg. Ferdinan Mangalik NIP.196802202000121004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

RESEP DAN KELENGKAPAN RESEP DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED PRODI FARMASI-FIKES

RESEP DAN KELENGKAPAN RESEP DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED PRODI FARMASI-FIKES RESEP DAN KELENGKAPAN RESEP DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED PRODI FARMASI-FIKES KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan tentang resep, persyaratan dan kelengkapan resep, mampu

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda, maka diperlukan penyelenggaraan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN

STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN DIREKTUR KOMITE RUMAH SAKIT SATUAN PENGAWASAN INTERN WAKIL DIREKTUR KEUANGAN DAN UMUM WAKIL DIREKTUR PELAYANAN MEDIK BAGIAN BAGIAN BAGIAN BIDANG BIDANG BIDANG

Lebih terperinci

PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN

PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN RUMAH SAKIT YUKUM MEDICAL CENTRE LAMPUNG TENGAH 2016 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami pajatkan ke hadirat Tuhan YME dengan telah

Lebih terperinci

WORK PLAN PKP PUSKESMAS Kateg ori 7 LO Aspek Managerial Pengadaan Perbekalan Kefarmasian

WORK PLAN PKP PUSKESMAS Kateg ori 7 LO Aspek Managerial Pengadaan Perbekalan Kefarmasian WORK PLAN PKP PUSKESMAS Tujuan Kegiatan Kateg ori 7 LO Aspek Managerial Pengadaan Perbekalan Kefarmasian Memahami keputusan Memahami pertimbangan apoteker pemesanan perbekalan kefarmasian Memahami keputusan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG Lampiran 0 KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG No. Kode : Petunjuk pengisian:. Bacalah setiap

Lebih terperinci

PLANNING OF ACTION PELAYANAN KEFARMASIAN 2017

PLANNING OF ACTION PELAYANAN KEFARMASIAN 2017 PLANNING OF ACTION PELAYANAN KEFARMASIAN 2017 UPTD PUSKESMAS KELING KABUPATEN KEDIRI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk jasa. Menurut Poerwadarminta (1976), pelayanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Masukan dapat kami terima selambatlambatnya tanggal 12 Februari 2018 dan diperpanjang sampai dengan 19 Februari 2018 melalui email: 1. wasnapza@yahoo.co.id 2. wasnapza@gmail.com PERATURAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit Amal Usaha Milik Muhammadiyah di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci