BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli memperkirakan bahwa tidak kurang dari jenis flora tumbuh tersebar dalam wilayah Indonesia. Hal ini karena Indonesia terletak di daerah tropik yang mempunyai iklim relatif stabil (Primarck, et al., 1998). Indonesia dikenal pula sebagai negara yang kaya jenis tumbuhan obat salah satunya tanaman pule yang terdiri atas 2 genus yaitu Alestonia dan Rauvolfia. Namun yang sering digunakan sebagai obat hipertensi oleh masyarakat salah satunya adalah pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) (Wahid, 1998 dalam Khisbah, 2003). Penggunaan pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) sebagai bahan baku obat telah digunakan dibeberapa negara. Di Amerika Serikat, tercatat bahwa dari 45 macam obat penting yang berasal dari tumbuhan hutan tropika, pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) dari Indonesia merupakan spesies untuk mengobati penyakit hipertensi di Amerika serikat (Zuhud, et al., 1994). Pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) juga digunakan oleh Negara-negara industri farmasi seperti Jepang, Prancis, Inggris, Jerman dan Swiss. Pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) di Indonesia banyak dipakai untuk fitofarmaka dan obat tradisional (Sandra dan Kemala, 1994). Menurut Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000 dalam Khisbah, 2003 mengemukakan akar pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) bermanfaat sebagai penenang,

2 2 menurunkan tekanan darah (antihipertensi), melancarkan sirkulasi, menghilangkan sakit, menurunkan panas dalam, liver dan anti radang. Batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) dapat digunakan untuk menolak angin, menurunkan tekanan darah dan melancarkan darah beku. Penelitian identifikasi metabolit sekunder pada tanaman obat langka jarang dilakukan. Sehingga informasi mengenai identifikasi senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan obat langka masih terbatas contohnya pada pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) selama ini hanya diteliti kandungan alkaloid pada bagian akar. Menurut penelitian terdahulu yang telah dilakukan Biswan (1956) dalam Basori (1993) dalam Nurzaman (2005) menyatakan bahwa kandungan senyawa pada akar pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) dan hanya terdapat jenis alkaloid salah satunya adalah reserpin (0,147%). Secara umum tanaman obat yang berpotensi sebagai obat hipertensi memiliki kandungan senyawa alkaloid, hal ini dapat identifikasi langsung dari segi rasa yang pahit dan bau yang menyengat. Serta belum pernah dilakukan uji kandungan metabolit sekunder pada seluruh organ tanaman, maka perlu diadakan penelitian tentang identifikasi senyawa metabolit sekunder karena senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan biasanya tersebar merata ke seluruh bagian tumbuhan tetapi dalam kadar yang berbeda-beda (Robinson, 1991 dalam Markham, 1988 dalam Asih, 2008). Senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada jenis tumbuhan tergantung pada daerah tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil (Guanther,

3 3 2006). Selain itu pada daun dan batang pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) belum ada penelitian terdahulu tentang senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun dan batang pule pandak (Rauvolfia serpentine L.). Tanaman lain yang dapat digunakan obat hipertensi adalah tapak dara (Catharanthus roseus). Tapak dara (Catharanthus roseus) merupakan tanaman obat yang berkhasiat untuk penurun darah tinggi (hipertensi). Menurut penelitian Willaman dan Hui-Iin Li (1957) akar-akar yang telah dikumpulkan di India mengandung alkaloid dengan 0,0195 0,029 % reserpine (C 33 H 40 N 2 O 9 ). Dari data penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa akar pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) memiliki kandungan alkaloid yang lebih tinggi dibandingkan akar tapak darah (Catharanthus roseus). Metabolit sekunder merupakan golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh mikroorganisme, flora, dan fauna yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder (Santoso dan Nursandi, 2003). Berdasarkan potensi pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) yang tinggi maka perlu adanya penelitian tentang identifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada bagian akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif untuk menentukan ada tidaknya senyawa metabolit sekunder pada bagian akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) menggunakan metode kromatografi kertas (KKt), pemeriksaan fitokimia, FTIR dan GCMS untuk cara pemeriksaan senyawa aktif dalam tanaman obat pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.). Secara kuantitatif

4 4 untuk menentukan komposisi senyawa metabolit sekunder pada bagian akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) dengan diinjeksi pada GCMS. Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Pada Pule Pandak (Rauvolfia Serpentina L.). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah: Jenis senyawa metabolit sekunder apakah yang terdapat pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.)? Berapakah komposisi senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) Untuk mengetahui komposisi senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.).

5 5 1.4 Manfaat Penelitian Dalam melakukan penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut: Penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) Penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan obat untuk mengetahui kadar senyawa aktif yang ada pada akar pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) yang digunakan untuk obat penurun darah tinggi (hipertensi) Penelitian ini diharapkan bisa sebagai stimulan bagi para mahasiswa jurusan biologi untuk menggali lagi tanaman-tanaman obat asli Indonesia yang memiliki potensi tinggi. 1.5 Batasan Penelitian Obyek penelitian yang digunakan adalah akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) Penelitian ini hanya mencari dan mengetahui ada tidaknya senyawa metabolit sekunder dan komposisi senyawa metabolit sekunder pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini dibatasi di Kawasan Gunung Baong Timur, Dusun Banjiran, Desa Lebakrejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Parameter penelitian ini adalah mempelajari tentang jenis dan kadar senyawa metabolit sekunder dengan menggunakan dua cara pengamatan

6 6 yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif untuk menentukan ada tidaknya senyawa metabolit sekunder pada akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) menggunakan metode kromatografi kertas (KKt), FTIR, GCMS dan pemeriksaan fitokimia. Secara kuantitatif untuk menentukan komposisi senyawa metabolit sekunder dengan batasan masalah pada senyawa aktif atau organik pada bagian akar, batang dan daun pule pandak (Rauvolfia serpentina L.) dengan injeksi pada GCMS. 1.6 Definisi Operasional Identifikasi adalah penentuan zat atau unsur atau senyawa baik dari segi fisik maupun komponennya (Partanto, 2000) Senyawa metabolit sekunder merupakan golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh mikroorganisme, flora, dan fauna yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder meliputi senyawa aktif alkaloid, flavonoid, terpenoid dan lain-lain. Senyawa-senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya (Santoso dan Nursandi, 2003) Pule Pandak (Rauvolfia serpentine L.) merupakan tumbuhan perdu/semak, tegak dan mengandung getah. Tinggi 0,3-1 meter, berbatang silindris, mempunyai percabangan berwarna coklat hingga abu-abu (Hendrian dan Hadiah, 1999). Menurut Heyne (1987) menyatakan bahwa pule pandak (Rauvolfia serpentine L.) merupakan tumbuhan berbentuk perdu, mengandung getah serta memerlukan perlindungan dengan tinggi antara cm.