KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA
|
|
- Hadi Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA
2
3 KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA Nurhazana Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau Abstrak Dunia kepariwisataan dewasa ini sedang mendapat perhatian dan sorotan yang sangat meningkat diberbagai negara. hal ini terbukti dengan banyaknya dibangun birobiro jasa, hotelhotel/penginapan-penginapan, obyek-obyek wisata, sehingga banyak para pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas tersebut. Jadi tak heran lagi bila banyak negara-negara yang berusaha ingin mengembangkan dunia kepariwisataannya.industri perhotelan pada saat ini merupakan salah satu industri yang bergerak dibidang jasa komunikasi, peranannya sangat menunjang sekali dalam bidang kepariwisataan. Hotel batik yogyakarta bergerak dibidang akomodasi yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan oleh hotel batik dalam menetapkan harga jual jasa kamar dan faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penetapan tarif kamar hotel. Keywords : hotel, harga jual, pariwisata, tarif 1. PENDAHULUAN Industri perhotelan merupakan salah satu industri dibidang jasa komunikasi, peranannya sangat menunjang sekali dalam bidang kepariwisataan, dengan fasilitasfasilitas yang mereka berikan sehingga mampu menarik wisatawan asing maupun domestik. Hotel batik yogyakarta bergerak dibidang akomodasi yang bertujuan untuk mendapatkan laba yang optimum. Untuk memenuhi target pencapaian laba yang optimum perusahaan mengadakan kebijakan dalam penetapan harga jual jasa kamar. Penetapan harga jual kamar yang tepat akan sangat mempengaruhi perolehan laba yang optimum dengan pertimbangan bahwa dengan harga yang tidak terlalu tinggi akan dapat membantu promosi penjualan. Masalah yang akan kemudian muncul seperti perkembangan ekonomi, selera, konsumen, musim atau keadaan di Indonesia dan standar dari perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Kebijakan standar yang dilakukan oleh PHRI tersebut perlu dilakukan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat diantara hotel-hotel yang ada, seperti menetapkan harga sewa kamar dengan seenaknya. Oleh karena itu perlu diadakan pembagian tugas, penetapan tanggungjawab dan pelimpahan wewenagn kepada masingmasing pegawai kepada tiaptiap bagian atau departemen agar seluruh kegiatan perusahaan dapat diawasi dan terlaksana dengan baik sehingga akan tercapai tujuan dari perusahaan. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai maka perusahaan perlu melakukan kebijaksanaan penetapan harga penjualan barang maupun Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 306 jasa agar setiap tingkatan mendapatkan gaji yang sesuai sehingga dapat meningkatkan produktifitas karyawan. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya Berdasarkan penjelasan diatas, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: bagaimana sistem dan prosedur penetapan harga jasa kamar pada hotel batik?. Pengertian Prosedur
4 Tujuan penulisan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik Manfaat penulisan 1. Sebagai informasi tambahan mengenai pelaksanaan sistem dan prosedur penetapan harga jual jasa kamar kepada manajemen hotel batik yogyakarta. 2. Bagi dunia pengetahuan, makalah ini memberikan informasi mengenai sistem dan prosedur dalam penetapan harga jual jasa kamar yang ada dihotel batik yogyakarta. 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian sistem Pengertian sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu kegiatan (Zaki Baridwan,Dr, Msc, Akt Sistem akuntansi penyusunan prosedur dan metode, Edisi 5, BPFE UGM) Adapun unsur-unsur suatu sistem akuntansi pokok yaitu: formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, laporan keuangan. Unsurunsur sistem pengendalian intern adalah: Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin pengamanan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulangulang. Prosedur tidak bisa dipisahkan dari sistem, sebuah sistem dan prosedur merupakan rangkaian atau urutan kegiatan yang tidak terpisahkan. Pengertian sistem dan prosedur yaitu analisa atas kebijaksanaankebijaksanaan perusahaan, prosedur-prosedur, formulir-formulir, dan peralatannya dengan maksud untuk menyederhanakan dan standarisasi operasi-operasi perusahaan (Ramlie R. Mertawidjaja Drs, Akt Sistem dan prosedur Tarsito, Bandung 1979) Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan-kegiatan atau manfaat yang ditawrkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan suatu proses produksinya dan mungkin juga dikaitkan dengan suatu produk fisik. (Philip Kothler, manajemen pemasaran, Edisi 6, Penerbit Erlangga, Jakarta) Pengertian Hotel Hotel adalah suatu jenis jasa akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam surat keputusan (Endar Sugiarto,Ir, MM operasional kantor depan hotel, cetakan 2, gramedia, Jakarta) Pengertian Harga (tarif) Biaya bukan satu-satunya faktor penentu harga jual. Faktor eksternal, seperti selera konsumen, jumlah pesaing juga sangat Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 307 dominan dalam pembuatan keputusan harga jual. Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan (Philip Kothler, 1992). Tarif adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayannya (Basu Swasta, 1979) 3. METODOLOGI PENYELESAIAN dalam strategi penentuan harga jual, manajer harus menetapkan terlebih dahulu tujuan penetapan tersebut. Tujuan tersebut berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat mungkin. Oleh karena itu kita akan meninjau dari segi manajemen perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan masalah-masalah penetapan harga. Pada umumnya perusahaan mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya, tujuan tersebut adalah: Mencapai laba maksimum Meningkatkan penjualan Memperthankan dan memperbaiki pangsa pasar Mencapai target pengembalian investasi
5 Penentuan harga jual merupakan salahsatu keputusan penting bagi manajemen. Harga yang ditentukan harus cukup untuk menutup biaya dan menghasilkan laba yang optimum. Bila harga jual terlalu tinggi, pembeli akan berkurang, volume penjualan akan berkurang, biaya total mungkin tidak akan dapat ditutup dan akhirnya akan mengakibatkan kerugian. Maka yang menjadi tujuan adalah menentukan harga jual yang dapat menutup biaya dan dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh laba atau setidak-tidaknya berada dalam keadaan impas (break event point), yaitu perusahaann tidak memperoleh laba tetapi juga tidak rugi. Faktor-faktor yang penentuan harga jual mempengaruhi Dalam menentukan harga jual jasa kamar, hotel batik mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi, antara lain aspek investasi, aspek biaya investasi, aspek biaya operasi, aspek saingan hotel yang sejenis, aspek pemasaran, aspek musim dan aspek ekonomi. Sesuai petunjuk tentang standarisasi sistem dan kode tarif yang berlaku secara internasional dari Direktur Jenderal Pariwisata, bahwa: a. Hotel harus menetapkan tarif kamar yang pasti dan diinformasikan kepada semua tamu. b. Tarif tersebut harus dicantumkan terpisah dengan uang service dan pajak penghasilan atau digabungkan dan keterangan harus jelas dan dapat diketahui tamunya. c. Tarif kamar yang tercantum tersebut diterapkan dengan pendekatan perorangan atau per kamar, tarif satu orang (single rate), tarif ganda (double rate). Sesuai dengan petunjuk Direktur Jenderal Pariwisata tersebut diatas maka hotel batik yogyakarta menentukan tarif kamar (rate sheet for room) yang resmi, seperti tabel dibawah ini: Tabel 1. Tarif kamar (rate sheet for room) yang resmi Hotel Batik Yogyakarta SINGLE ROOM KELAS 1998 Non Cottage Standard cottage Moderat e cottage 0 Special cottage DOUBLE ROOM Tarif kamar hotel batik per malam (dalam Rupiah). Tingkat hunian kamar Tingkat hunian kamar atau room occupancy adalah jumlah kamar yang dihuni akan terjual pada suatu periode, yang dinyatakan dengan Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 308 persentase. Rumus yang digunakan tingkat hunian kamar dalam 1 tahun adalah: 4. ANALISA DATA Tabel 2. Jumlah kamar yang tersedia dan terjual selama tahun Tahun
6 Kamar tersedia perhari Jumlah hari Kamar tersedia pertahun terjual Tabel 3. Jumlah pendapatan pada room department dan jumlah biaya pada kamar (dalam ribuan rupiah) Tahun kamar yang terjual. Tarif rata-rata per kamar tersebut diperoleh dengan rumus: Jumlah pendapatan Rp Rp Rp ,942 Biaya kamar Laba Rp ,843 Rp , 157 Rp ,7 Rp ,3 Rp ,65 Rp ,2 Untuk tiap-tiap kamar dikenakan tarif yang berbeda-beda sesuai dengan tipe masingmasing kamar. Tiap-tiap kamar dilengkapi dengan ruang ber AC, hot water, TV dan telepon. Masing-masing kamar memiliki fasilitas yang sama, yang membedakan dalam pengenaan tarif kamar yaitu terletak pada ukuran pada tiap-tiap kamar, dimana tipe non cottage lebih kecil dibandingkan dengan tipe cottage. Tarif kamar diatas sudah termasuk pajak, service jasa, sarapan pagi dan snack. Tarif kamar hotel batik tidak selalu sama dalam kondisi tertentu, dengan kata lain tarif kamar dapat berubah sesuai dengan pola kedatangan tamu. Pada musim ramai (high season) yaitu pada bulan juni, juli, agustus serta september para tamu dikenakan tarif normal seperti tabel diatas. Pada saat itu potongan harga biasanya diberikan pada tamu langganan, travel agen dan sebagainya. Oleh karena itu hotel batik menggunakan tarif ratarata per kamar atau average room rate untuk Unit organisasi yang terkait dalam sistem penerapan tarif sewa kamar Hotel batik dalam melakukan penetapan harga sewa kamar melibatkan bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan. Bagianbagian tersebut adalah: General manajer, fungsinya yaitu menentukan kebujakan besarnya tarif kamar yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dan mengesahkan tarif yang telah disepakati bersama. Executive manajer, fungsinya menetapkan besarnya tarif penjualan kamar Marketing department, fungsinya untuk menentukan rosio banyaknya jumlah kamar yang akan dipakai. Accounting department, fungsinya untuk memperhitungkan beberapa tarif yang ditawarkan dari general manajer. Dokumen yang digunakan dalam sistem penetapan tarif sewa kamar 1. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) merupakan rencana atau targetyang akan dicapai hotel untuk periode yang akan datang. RKAP ini dibuat oleh general manajer. 2. SPJKT (Surat Pemberitahuan Jumlah Kamar Terjual) merupakan surat pemberitahuan tentang jumlah kamar yang terjual pada periode ini yang dibuat oleh marketing manajer sebagai alternatif perhitungan tarif oleh accounting manajer. 3. Laporan Tarif, merupakan hasil perhitungan tarif oleh accounting manajer yang akan disahkan oleh general manajer. Metode dalam penetapan harga jual jasa kamar
7 Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 309 Ada dua metode strategi dalam penetapan harga jual jasa kamar yaitu: 1. Skim the cream pricing Yaitu penetapan tarif stinggi-tingginya. Strategi ini merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk menunjukkan eksistensinya dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Penetration pricing Yaitu strategi penetapan tarif yang serendah-rendahnya, dengan tujuan untuk mencapai volume penjualan sebesarbesarnya dalam waktu yang singkat. Prosedur yang membentuk sistem penerapan tarif General Manajer 1. Memerintahkan kepada executive manajer untuk membuat tarif yang baru 2. Kemudian general manajer membuatkan RKAP yang ditujukan untuk acuan menghitung tarif 3. RKAP sudah dalam bentuk dokumen yang siap utnuk diberikan kepada bawahannya. Executive manajer 1. Setelah RKAP sudah diterima executive manajer, dengan segera memerintahkan marketing department untuk menghitung rasio jumlah kamar terjual (RJKT). 2. Memerintahkan juga kepada accounting department untuk menghitung tarif, dengan surat perintah yang sudah dibuat oleh executive manajer. Marketing department 1. Setelah surat perintah maka RJKT sudah dapat dilaksanankan perhitungannya 2. Hasil dari perhitungannya dinamakan surat pemberitahuan jumlah kamar terjual (SPJKT) Accounting department 1. Accounting department telah terkumpul antara lain surat perintah, rencana kerja anggaran perusahaan, surat pemberitahuan jumlah kamar terjual 2. Berbekal surat itu dapat memulai menghitung tarif dengan rumus rata-rata atau average room rate 3. Kemudian didapat hasil yang berupa laporan tarif Executive manajer 1. Menerima dari accounting department berupa laporan tarif yang belum disahkan 2. Dimintakan pengesahan kepada general manajer 3. Laporan tarif yang sudah disahkan, baru dapat berfungsi sebagai tarif harga jual jasa kamar hotel batik. 5. KESIMPULAN 1. Sistem penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik sudah cukup baik, hal ini terlihat dari adanya koordinasi antara bagian/department yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pelimpahan wewenang tertentu kepada department yang berkompeten dalam menetapkan harga jual jasa kamar pada hotel batik dimulai dari instruksi general manajer kepada executive manajer yang dilanjutkan kepada marketing department dan accounting department, hasil akhirnya berupa laporan tarif yang diserahkan kepada executive manager untuk dimintakan pengesahan pada general manager. 2. Prosedur penetapan harga jual jasa kamar pada hotel batik sudah cukup baik, dimana prosedur tersebut dimulai dari prosedur pembuatan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP), prosedur pembuatan surat perintah (SP), kepada marketing department dan accounting department, prosedur penghitungan rasio jumlah kamar terjual (RJKT) dan pembuatan surat perintah jumlah kamar terjual (SPJKT) prosedur penentuan tarif kamar dan pembuatan laporan tarif dan prosedur pengesahan laporan tarif. Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 310 DAFTAR PUSTAKA Sugiarto, E. Operasional kantor depan hotel (hotel front office operational), cetakan ke 2, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Mulyadi. Sistem akuntansi, Edisi 3 cetakan pertama, STIE YKPN, yogyakarta, 1993
8 Kothler, P. Manajemen pemasaran, Edisi 6, penerbit erlangga,jakarta, 1997 Mertawidjaja, P.R. Sistem dan prosedur, Tarsito, Bandung, 1979 Baridwan, Z. Sistem akuntansi penyusunan prosedur dan metode, Edisi 5, cetakan pertama, BPFE UGM Yogyakarta, Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] Bengkalis, Desember 311
9
KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA
KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA Nurhazana Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau nurhazana@polbeng.ac.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan kamar, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING
PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING (Studi kasus pada Hotel Puri Artha Yogyakarta) Nama : Hesti Triyanto Dosen Pembimbing : H. Y.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Indonesia. Keragaman budaya, kekayaan potensi alam, dan keramah-tamahan masyarakatnya dapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas kesimpulan berdasarkan pengamatan dan pengujian yang telah dilakukan serta saran yang dihasilkan dari penelitian ini agar dapat berguna bagi perusahaan.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
100 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai manfaat anggaran penjualan sewa kamar dalam meningkatkan pendapatan sewa kamar, dapat diambil simpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa Negara. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai peluang
Lebih terperinciSKRIPSI. Evaluasi Keputusan Pemberian Potongan Tarif Sewa Kamar. (Studi Kasus pada Hotel Jentra Dagen Yogyakarta)
SKRIPSI Evaluasi Keputusan Pemberian Potongan Tarif Sewa Kamar (Studi Kasus pada Hotel Jentra Dagen Yogyakarta) Disusun oleh : AYU MAYLISA NPM : 09 04 17975 Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya
Lebih terperinciSTATISTIK PERHOTELAN KOTA BATU TAHUN 217 ISSN : No. Publikasi : 3579.17.5 Katalog BPS : 8435.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 cm x 25 cm : IV + 42 Halaman Penyunting Naskah : Seksi Statistik Distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak dikunjungi para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Tentunya para wisatawan yang berkunjung
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEWA KAMAR DAN RUANG RAPAT EDUCATION HOTEL PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen sendiri digunakan di semua organisasi: manufacturing, merchandising and service (Hansen, Mowen, 2005).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi manajemen dipandang sebagai suatu tipe akuntansi yang merupakan suatu proses untuk mengolah informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para manajer
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 PENGARUH HARGA, PROMOSI DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK
PENGARUH HARGA, PROMOSI DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK ABSTRAK Eptarina Rosanti email: eptarina.rosanti89@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis
Lebih terperinciStruktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang
134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dikembangkan untuk meningkatkan devisa Negara di luar minyak dan gas bumi.
52 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Industri pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang harus dikembangkan untuk meningkatkan devisa Negara di luar minyak dan gas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap
Lebih terperinciEVALUASI KEPUTUSAN PEMBERIAN POTONGAN TARIF SEWA KAMAR (STUDI KASUS PADA HOTEL JENTRA DAGEN YOGYAKARTA) AYU MAYLISA AGUS BUDI R.
EVALUASI KEPUTUSAN PEMBERIAN POTONGAN TARIF SEWA KAMAR (STUDI KASUS PADA HOTEL JENTRA DAGEN YOGYAKARTA) AYU MAYLISA AGUS BUDI R. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011.
http://karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 & 2011. Nor Fahman Tjetje (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Penentuan Harga Pokok pissn : X Kamar Hotel Antara Full Costing Dengan pissn :
ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM (Studi Kasus Pada Hotel Istana Hapsari Sukoharjo) Arofah Nur Sholihah, Endang Masitoh, Siti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini industri pariwisata di Indonesia sedang dikembangkan oleh pemerintah sebagai salah satu penghasil devisa. Indonesia dikenal memiliki banyak tempat-tempat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah adalah rangkuman perjalanan masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata, salah satunya adalah kota Bandung. Bandung memiliki cukup banyak pilihan objek wisata, seperti wisata
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Hotel The Premiere Pekanbaru Pada tahun 2010 seorang pengusaha bernama Nicodemus Kasan Kurniawan mendirikan sebuah hotel berbintang empat di
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 37,13 PERSEN
No. 08/3373/4/04/16/Th.VIII, 20 April PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 37,13 PERSEN Pada bulan seluruh indikator produktivitas usaha hotel/jasa akomodasi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang tersebut memiliki fungsi dan tujuan masing-masing, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas penunjang bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas penunjang yang dimaksud,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata. Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi merupakan komponen yang sangat penting yang harus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem akuntansi merupakan komponen yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan. Mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang ada di suatu perusahaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang tercakup sistem manajemen sumber daya manusia yaitu : a) Seleksi calon karyawan dan pengangkatan karyawan baru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengembangan suatu organisasi atau perusahaan sumbangan tenaga kerja atau sumber daya manusia tidak kalah pentingnya dengan sumber daya lainnya seperti modal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL JULI 28,55 PERSEN
No. 16/3373/4/08/13/Th.V, 16 Agustus 2013 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL JULI 28,55 PERSEN Pada bulan 2013 ini dari semua indikator produktivitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL BULAN DESEMBER 2015 TPK HOTEL 32,84 PERSEN
BPS KOTA TEGAL 25 Januari 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL BULAN DESEMBER 2015 TPK HOTEL 32,84 PERSEN Pada bulan Desember 2015 ini secara umum, hampir semua indikator produktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan
131 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menjadi sektor yang tidak pernah habisnya, karena selain merupakan penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Perubahan dalam indutri pariwisata dan perhotelan sangat cepat. Industri pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi, misalnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendukung industri pariwisata pun dibangun, seperti sarana akomodasi, dan mau mengunjungi daerah wisata yang ada di Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Industri Pariwisata merupakan sektor yang harus dikembangkan sebab merupakan salah satu kekuatan pendorong pembangunan nasional. Berbagai fasilitas pendukung industri
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL JANUARI 28,02 PERSEN
BPS KOTA TEGAL 27 Februari 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL JANUARI 28,02 PERSEN Pada bulan ini secara umum, hampir semua indikator produktivitas usaha hotel/jasa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL FEBRUARI 32,07 PERSEN
BPS KOTA TEGAL 27 Maret 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA TEGAL TPK HOTEL FEBRUARI 32,07 PERSEN Pada bulan ini secara umum, hampir semua indikator produktivitas usaha hotel/jasa
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan operasional yang telah dilakukan terhadap strategi bauran pemasaran Hotel Verona Palace Bandung maka kesimpulan yang dapat ditarik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL AGUSTUS 45,38 PERSEN
Wsw, No. 18/3373/4/09/16/Th.VIII, 20 September 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL AGUSTUS 45,38 PERSEN Pada bulan Agustus 2016 ini beberapa indikator produktivitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Pembayaran gaji dan upah harus mendapat perhatian pimpinan perusahaan karena karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan-kesalahan dalam p
ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA SISTEM PENGGAJIAN PT TASPEN (PERSERO) JAKARTA Bani Zamzami bani.zamzami@gmail.com Pembimbing : Dr. Misdiyono Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang memiliki luas 17,52 km 2. Wilayah ini memiliki salah satu daerah tujuan wisata
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Fitzgrald (1981) dalam buku Puspitawati dan Anggadini (2011: 1), sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, beerkumpul
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
32 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan Hotel Bumi Karsa merupakan salah satu hasil yang telah diwujudkan oleh para pendiri PT. Mekar Prana Indah. PT. Mekar Prana Indah didirikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 40,86 PERSEN
No. 20/3373/4/10/16/Th.VIII, 20 Oktober 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 40,86 PERSEN Pada bulan September 2016 ini secara umum beberapa indikator produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai model untuk mengembangkan industri pariwisata yang merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mempunyai alam dan budaya yang unik dan beraneka ragam yang dapat dijadikan sebagai model untuk mengembangkan industri pariwisata yang merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik
Lebih terperinciAnalisis Biaya Volume Laba Berbasis Aktivitas. Dalam Perencanaan Laba Pada Hotel Batik Yogyakarta II SKRIPSI
Analisis Biaya Volume Laba Berbasis Aktivitas Dalam Perencanaan Laba Pada Hotel Batik Yogyakarta II SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis pariwisata, khususnya hotel.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan, bahkan dapat dipercaya sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan nasional
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menunjang kelancaran arus pariwisata tersebut disadari perlu adanya
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah berusaha menggalakkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara. Untuk
Lebih terperinciKOTA BATU KATALOG BPS : 35794. 15.01 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35794.14.01 Katalog BPS : Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : V + 30 Halaman Naskah : Seksi Statistik Distribusi Kota Batu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab IV, serta dari jawaban kuesioner yang diperoleh, maka penulis menarik kesimpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUN PUSTAKA. dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang
BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha
Lebih terperincipengertian sistem pengendalian intern ada
24 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sebelum membahas pengertian sistem pengendalian intern ada baiknya terlebih dahulu diberikan pengertian sistem, pengendalian intern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan
Lebih terperinciPENGAWASAN INTERN PEMBELIAN PADA PT. DARA TUAH MEDAN
856 PENGAWASAN INTERN PEMBELIAN PADA PT. DARA TUAH MEDAN PORKAS SOJUANGON LUBIS *) *) Dosen Fakultas Ekonomi UNIVA Medan NIDN : 0101067903 Email : lubis.rahman@yahoo.com ABSTRAK Pembelian merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil serta penurunan nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil serta penurunan nilai investasi asing akibat semakin berkurangnya investor asing menanamkan modalnya mengakibatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik jika aktivitas tersebut saling terorganisir dengan baik dan terdapat suatu sistem yang baik dimana sistem tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan objek wisata. Berbagai objek wisata yang dimiliki merupakan potensi negara yang perlu digali dan dikembangkan.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 43,98 PERSEN
No. 16/3373/4/08/16/Th.VIII, 22 Agustus 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 43,98 PERSEN Bertepatan dengan hari raya idul fitri 1437 H, pada bulan Juli 2016
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Sistem Akuntansi.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Studi pustaka tentang pengertian sistem akuntansi dijumpai beberapa pengertian oleh beberapa ahli yaitu menurut Widjajanto (001:4),
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat
6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersama-sama
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus terus ditingkatkan. Indonesia memiliki sumber daya dan kekayaan alam yang cukup banyak dan potensial
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E.) pada Program Studi Akuntansi.
PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING DENGAN MENGAMBIL STUDI KASUS PADA LOTUS GARDEN AND RESTAURANT ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 60,12 PERSEN
No. 16/3373/4/08/17/Th.IX, 24 Agustus 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JULI 60,12 PERSEN Pada bulan Juni ini seluruh indikator produktivitas usaha hotel/jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era modern seperti saat ini perkembangan dunia pariwisata di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era modern seperti saat ini perkembangan dunia pariwisata di bidang perhotelan di rasa semakin berkembang. Jakarta adalah salah satu kota tujuan wisata yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Industri pariwisata saat ini mempunyai peran yang besar dalam membantu meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut terbukti
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. digunakan serta bagaimana dari hasil analisis tersebut.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Data yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari pihak pihak tertentu di Hotel Sheraton Lampung. Dalam proses pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pariwisata, hotel memegang peranan penting. Hotel adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam industri pariwisata, hotel memegang peranan penting. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh ruangan untuk menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan dunia usaha dalam bidang jasa di Indonesia, khususnya pada industri perhotelan sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), maka
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan
Lebih terperinci021 31930108 9 marketing@cdmione.com P erkembangan sektor pariwisata di Bali dalam lima tahun terakhir sangat luar biasa. Indikasinya adalah meningkatnya jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali.
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI BARAT
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 63/11/76/Th. X, 1 November TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI SULAWESI BARAT TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 34,37 PERSEN Tingkat Penghunian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas
121 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas penunjang bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas penunjang yang di maksud,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Prosedur Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur 1. Pengertian Sistem Di bawah ini pengertian umum mengenai sistem dapat dirinci sebagai berikut : Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur Unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi besar bagi negara-negara di seluruh dunia, hal ini dibuktikan dengan Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 35,11 PERSEN
No. 20/3373/4/10/15/Th.VII, 19 Oktober 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL SEPTEMBER 35,11 PERSEN Pada bulan 2015 ini secara umum, hampir semua indikator produktivitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL DESEMBER 47,54 PERSEN
No. 02/3373/4/01/17/Th.IX, 20 Januari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL DESEMBER 47,54 PERSEN Pada bulan Desember ini indikator beberapa produktivitas usaha hotel/jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 50,62 PERSEN
No. 08/3373/4/04/17/Th.IX, 28 April 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL MARET 50,62 PERSEN Pada bulan Maret ini seluruh indikator produktivitas usaha hotel/jasa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JANUARI 45,68 PERSEN
No. 4/3373/4/2/7/Th.IX, 22 Februari 27 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI KOTA SALATIGA TPK HOTEL JANUARI 45,68 PERSEN Pada bulan ini seluruh indikator produktivitas usaha hotel/jasa akomodasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis pada bidang hospitality Industry. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pasar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan industri pariwisata di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay, guest house)
Lebih terperinciBAB 11 LANDASAN TEORI. setiap departemen tanpa mengesampingkan tanggung jawab masingmasing
8 BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Penggajian Di dalam perekonomian maju, salah satu faktor yang menunjang keberhasilan sebuah instansi adalah terjalinnya hubungan yang baik antara setiap departemen tanpa
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI SULAWESI BARAT
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 58/10/76/Th. X, 3 Oktober TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI SULAWESI BARAT TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG AGUSTUS MENCAPAI 61,93 PERSEN Tingkat Penghunian
Lebih terperinciPENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA
PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA Vinsensia Luki Windaratri Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi Industri pariwisata berkembang sangat cepat. Industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pada era globalisasi Industri pariwisata berkembang sangat cepat. Industri pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi, misalnya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
10 BAB II DASAR TEORI A. Sistem Akuntansi 1. Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001: 2), sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan dari 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Yogyakarta tiap tahun terus mengalami peningkatakan. Berdasarkan data yang di kemukakan oleh staff dari Sub Bagian Program dan Informasi
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hotel merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini, terutama setelah berlakunya pasar bebas, menyebabkan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia. Banyak negara yang mulai memunculkan obyek daya tarik wisatanya untuk menarik wisatawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia telah mengalami banyak kemajuan di berbagai sektor antara lain yaitu sektor pertanian, keamanan, industri, bisnis, pariwisata dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN KASUS 4.1 Industri Penginapan Kota Medan Krisis global telah menerpa hampir semua sektor usaha di Indonesia. Satu per satu perusahaan jatuh-bangun dan ribuan karyawan terancam PHK (pemutusan
Lebih terperinci