Bai (2001) merekomendasikan prosedur untuk mendesain ketebalan dinding pipa :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bai (2001) merekomendasikan prosedur untuk mendesain ketebalan dinding pipa :"

Transkripsi

1 PIPA : SEKILAS Desain perpipaan mencakup pemilihan diameter, tebal, dan material yang akan digunakan. Diameter pipa dipilih berdasarkan kapasitas alir yang diperlukan untuk mengirim fluida dari sumur minyak atau gas. Untuk pipa bertekanan tinggi atau pipa laut dalam, grade material yang digunakan biasanya X-60 atau X- 65 (414 atau 448 MPa), kecuali untuk pipa berdiameter besar. Grade yang lebih rendah seperti X-42, X- 52, atau X-56 digunakan untuk air dangkal, tekanan rendah, atau diameter pipa besar (untuk mereduksi biaya material). Ada beberapa tipe pipa, yaitu :. Seamless. Submerged arc welded (SAW or DSAW). Electric resistance welded (ERW). Spiral weld Pipa tipe seamless dan SAW sering digunakan. Untuk diameter 12 in atau lebih rendah, tipe seamless biasanya menjadi pilihan utama. Jika pipa tipe ERW yang digunakan, diperlukan perlengkapan inspeksi khusus, seperti full body ultrasonic testing. Pipa spiral weld jarang digunakan untuk minyak/gas dan hanya digunakan untuk air dengan tekanan rendah. Penentuan ketebalan dinding pipa didasarkan pada tekanan internal desain atau tekanan hidrostatik eksternal. Peningkatan ketebalan dinding pipa kadang-kadang menjamin stabilitas hidrodinamika sebagai pengganti metode stabilisasi (seperti weight coating). Bai (2001) merekomendasikan prosedur untuk mendesain ketebalan dinding pipa : Langkah 1 : Menghitung ketebalan minimum dinding pipa berdasarkan tekanan internal desain. Langkah 2 : Menghitung ketebalan minimum dinding pipa berdasarkan tekanan eksternal. Langkah 3 : Menambahkan corrosion allowance pada dinding pipa. Langkah 4 : Memilih ketebalan dinding. Langkah 5 : Mengecek ketebalan dinding untuk hydrotest. Langkah 6 : Mengecek untuk penanganan praktis (pipa dengan D/t > 50 sulit ditangani, pengelasan dengan dinding pipa <>

2 Desain perpipaan biasanya merujuk pada ASME B31.4 (ASME, 1989), ASME B31.8 (ASME, 1990), and DnV 1981 (DnV, 1981). ASME B31.4 untuk pipa minyak di North America. ASME B31.8 untuk pipa gas dan fluida dua fasa di North America. DnV 1981 untuk pipa minyak, gas, dan fluida dua fasa di North Sea. Sumber : Offshore Pipelines, Boyun Guo, Shanhong Song, Jacob Chacko, Ali Ghalambor, Gulf Professional Publishing, Oxford, 2005 INSULASI 1. Pendahuluan Tujuan utama insulasi pipa adalah untuk mempertahankan panas. Temperatur fluida di dalam pipa perlu dijaga agar lebih tinggi daripada ambien dengan alasan sebagai berikut : mencegah pembentukan hidrat gas mencegah pembentukan wax atau aspal memelihara sifat aliran fluida meningkatkan cool-down time setelah shut down memenuhi kebutuhan operasional lainnya Pada pipa liquefied gas, seperti LNG, insulasi diperlukan untuk menjaga agar temperatur fluida tetap dingin sehingga tetap berada dalam bentuk cair. 2. Insulator Polypropylene, polyethylene, dan polyurethane merupakan tiga material dasar yang digunakan secara luas untuk insulasi pipa. Konduktivitas termalnya disajikan pada tabel berikut. Material Konduktivitas Termal (BTU/hr-ft-oF) W/m-K Polypropylene 0,13 0,22 Polyethylene 0,20 0,35 Polyurethane 0,07 0,12 Ketiga material dasar ini digunakan dalam bentuk yang berbeda-beda sehingga menghasilkan konduktivitas termal keseluruhan yang berbeda pula. 3-layer polypropylene memiliki konduktivitas termal 0,13 BTU/hr-ft-oF, sementara 4-layer polypropylene 0,10 BTU/hr-ft-oF. Polypropylene padatan memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi dibandingkan polypropylene foam. Polymer syntactic

3 polyurethane memiliki konduktivitas termal 0,07 BTU/hr-ft-oF, sedangkan glass syntactic polyurethane 0,09 BTU/hr-ft-oF. Karena konduktivitas termalnya rendah, polyurethane foam banyak digunakan untuk insulasi pipa bawah laut. Sifat fisika polyurethane foam mencakup densitas, konduktivitas termal, compressive strength, closed cell content, leachable halides, flammability, tensile strength, tensile modulus, dan water absorption. 3. Pipe-in-Pipe Insulation Dalam kondisi tertentu, sistem insulasi pipe-in-pipe lebih dipilih dibandingkan sistem single-pipe konvensional. Insulasi pipe-in-pipe diperlukan untuk memproduksi fluida dari reservoir bertekanan tinggi/bertemperatur tinggi (di atas 150oC) di laut dalam. Anulus di antara pipa dapat diisi dengan material insulasi yang tipenya berbeda-beda, seperti foam, serbuk, gel, dan gas inert atau vacuum. 4. Kebutuhan Insulasi Kebutuhan insulasi pipa bervariasi untuk tiap field. Analisis flow assurance memberi arahan untuk penentuan kebutuhan minimum insulasi pipa di suatu field. Analisis mencakup : Flash analysis untuk menentukan temperatur pembentukan hidrat pada tekanan operasi. Global thermal hydraulics analysis untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada setiap lokasi perpipaan. Local heat transfer analysis untuk menentukan tipe dan ketebalan insulasi yang digunakan pada suatu lokasi. Local transient heat transfer analysis di lokasi khusus untuk menentukan kurva cool down dan waktu untuk mencapai temperatur kritis yang diperbolehkan di setiap lokasi. Insulasi Kering Ada dua jenis insulasi pipa, yaitu insulasi kering dan insulasi basah. Insulasi kering memerlukan penghalang (barrier) luar untuk mencegah water ingress (pipe-in-pipe). Tipe yang umum adalah :. Closed cell polyurethane foam (CCPUF). Open cell polyurethane foam (OCPUF). Poly-isocyanurate foam (PIF). Extruded Polystyrene. Fiberglass. Mineral Wool

4 . Vacuum Insulation Panels (VIP) Insulasi Basah Insulasi basah tidak memerlukan penghalang (barrier) luar untuk mencegah water ingress, atau keberadaan water ingress diabaikan karena tidak menurunkan sifat insulator. Tipe yang umum adalah :. Polyurethane. Polypropylene. Syntactic Polyurethane. Syntactic Polypropylene. Multi-layered. dan lain-lain Sumber : Offshore Pipelines, Boyun Guo, Shanhong Song, Jacob Chacko, Ali Ghalambor, Gulf Professional Publishing, Oxford, 2005 Akustik dan insulasi panas SUARA DAN KEBISINGAN Paparan tingkat tinggi kebisingan adalah berbahaya bagi kesehatan. Lama pemaparan tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Di rumah adanya kebisingan dari luar dapat menjadi elemen yang kuat ketidaknyamanan dan menyebabkan stres kepada orang yang tinggal di sana. Ada dua cara untuk mengelola dan mengendalikan kebisingan. Yang pertama menyangkut kemampuan sistem untuk mengisolasi lingkungan suara untuk suara yang datang dari dunia luar dan sebaliknya (atau oleh rumah tangga lainnya). Kami mengacu pada konsep ini dengan istilah isolasi suara. Yang kedua menyangkut aspek akustik lingkungan di mana kita hidup, bagaimana berperilaku terhadap segala sumber kebisingan internal untuk itu, dalam hal ini kita berbicara tentang penyerapan suara.

5 KEDAP SUARA Atenuasi hubungan transmisi suara pada pengurangan energi suara melewati dinding, lantai, atap dan sebagainya. Kebisingan dapat berupa udara (televisi, stereo, suara, dll.) Atau disebabkan oleh dampak. Solusi tradisional untuk mengurangi overhead transmisi suara adalah untuk menciptakan dinding yang mempunyai bobot tinggi per satuan luas. Untuk mencapai hal ini menggunakan ketebalan tembok tinggi dan penggunaan bahan dengan berat jenis tinggi. Penggunaan bahan berpori memungkinkan untuk berat tertentu dinding, untuk mendapatkan perilaku dan isolasi suara yang lebih tinggi. Selama tahap konstruksi reduksi kebisingan yang berasal dari luar - baik melalui dinding dan melalui atap - dapat dilakukan dengan mengisolasi struktur perumahan. Dalam prakteknya, mengadopsi seluruh struktur terputus, dibangun sehingga dinding, lantai dan langit-langit dari sebuah ruangan seperti kotak, diskors oleh struktur pendukung. Penurunan tingkat kebisingan di lingkungan dapat dicapai dengan menutup dinding dengan suara-menyerap bahan. Hal ini akan mengurangi tingkat suara yang didirikan di lingkungan, sama dengan daya akustik yang masuk. Namun dimana suara berasal dari apartemen sebelah, masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan bahan isolasi dalam korespondensi dengan dinding partisi dan lantai. MENYERAP The, halus permukaan keras memiliki kemampuan untuk mencerminkan suara. Fenomena ini disebut dengung, sementara "ruang dengung" adalah lingkungan digunakan untuk menguji suara penyerapan bahan. Kemampuan material untuk menyerap suara dapat digunakan untuk mengurangi ruangan silau. INSULASI TERMAL isolasi ini dirancang untuk mencegah, atau paling tidak mengurangi, transmisi panas melalui dinding untuk tetap di dalam lingkungan tertentu pada suhu yang berbeda dari luar. Untuk suhu sedikit berbeda dari lingkungan eksternal, yang biasanya ditemukan pada bangunan, hanya dipengaruhi oleh bahan penutup dinding dengan konduktivitas kecil yang menentang, dalam prakteknya, resistensi yang cukup terhadap bagian dari panas. Bahan isolasi yang baik harus memiliki koefisien konduktivitas termal rendah, kekuatan yang ringan dan tidak mengganggu. Harus menahan temperatur operasi, tidak menunjukkan perubahan volume yang kuat dengan temperatur, mudah untuk bekerja, tidak boleh merusak dinding yang itu diterapkan tidak mengalami pembengkakan atau peka terhadap kondisi cuaca dan tahan terhadap serangga. Konduktivitas termal bahan tergantung pada struktur dan bentuk fisik makroskopik. Sebagai contoh, kaca amorf, yang terdiri dari agregat molekul mereka mampu getaran sangat terbatas. Oleh karena itu memiliki konduktivitas kecil. Tetapi bahkan lebih kecil adalah bahwa dari wol kaca, karena massa udara

6 tertutup tetap lunak di banyak bagian dari kabel pecahan kaca. Untuk alasan yang sama wol isolasi yang baik karena rambut individu kabel dan kawat, terdiri dari rambut lebih atau kurang twisted, kantongkantong kecil berisi banyak udara. Kabel dan plastik, non-kain tenun merupakan isolator karena serat individu berongga. Mereka memiliki sifat isolasi yang baik adalah kedua bahan alami dan bahan anorganik, keduanya dapat digunakan sebagaimana mestinya atau setelah mereka memiliki kesempatan kerja. Kami juga menggunakan bahan buatan. Untuk meningkatkan efek insulasi, baik alam dan buatan, sering mereka diproduksi atau diolah dalam rangka meningkatkan porositas alam. Selain menyediakan esensial, bahan isolasi harus memiliki karakteristik lain yang membuat mereka lebih atau kurang cocok untuk setiap pekerjaan: kuat tekan: diperlukan untuk digunakan di lantai atau ubin (jika bahan yang hancur dan R berkurang, mungkin ada masalah retak); tahan api; kelembaban. REAKSI UNTUK API The "reaksi terhadap api" merujuk pada perilaku intrinsik dari bahan terhadap kebakaran. Undangundang Italia pada subjek, diwakili oleh Keputusan Menteri 26/6/1984, "Klasifikasi reaksi terhadap api dan persetujuan bahan untuk pencegahan kebakaran," menyediakan kelas reaksi terhadap kebakaran di mana bahan yang dikenakan. Tergantung pada jenis partisipasi, bahan ditugaskan untuk kelas 0 sampai 5. Meningkatkan partisipasi dalam api meningkat kelas. Bahan dari 0 kelas terbakar. Objek yang ditempatkan di kelas 0 adalah paling aman, karena tidak mendukung baik awal atau pengembangan dari api. Dapat dinyatakan "non-mudah terbakar" materi melebihi ISO DIS 1.182,2 tes yang melibatkan mengambil suhu 800 C selama 20 menit, spesimen silinder diameter 45 mm dan 50 mm. Dalam klasifikasi Eropa, respon terhadap api dinyatakan dalam Euroclass yang terbagi dalam tujuh klasifikasi: Al, A2, B, C, D, E dan F. al fuoco Ketahanan api Ketahanan terhadap api adalah kemampuan dari suatu elemen bangunan untuk mempertahankan untuk jangka waktu tertentu: stabilitas ditunjukkan oleh R; real yang ditunjukkan oleh E; insulasi termal I. Elemen struktur diberi label dengan nomor yang mengekspresikan jumlah menit yang mempertahankan fitur R, E, I, seperti yang ditunjukkan di bawah ini: R R

7 R A R 90 R 120 R 180 RE RE RE 45 RE 60 REI RE 180 RE REI 15 REI 30 REI 45 REI 60 RE REI 180 REI Untuk bahan isolasi yang digunakan pada permintaan dan karena itu dapat dipengaruhi oleh nyala api, diharapkan dua kali lipat klasifikasi, mengacu pada isolasi lengkap dari semua bagian, sisi lain, hanya komponen isolasi. Dalam kasus bahan isolasi di mata (di dalam rongga, di bawah lembaran paving atau disisipkan antara lantai dan penutup atap) kelas hanya mendefinisikan perilaku dari bahan isolasi dari setiap lapisan swasta. HYGROMETRY Kulit harus bernapas. Jika kapasitas ini dibatasi atau dikurangi (seperti memakai jas hujan), dan menghambat tindakan alami keringat, sehingga dalam pengertian umum malaise. Demikian pula, dinding harus mampu bernapas, dan sebaliknya akan merugikan kesejahteraan.

8 Orang-orang yang hadir dalam menghasilkan - dengan bernapas dan keringat - jumlah yang signifikan uap air (setiap masalah, dengan nafas, sekitar 40 g / jam uap). Selain itu, kamar mandi dan dapur merupakan salah satu sumber uap. Uap yang hadir di lingkungan indoor cenderung bermigrasi melalui dinding perimeter (termasuk atap), untuk membubarkan luar. Karena fenomena ini dapat terjadi tanpa masalah, perlu bahwa uap tidak mengalami hambatan di sepanjang jalan itu. Tiba-tiba penurunan suhu (misalnya pada permukaan kontak dengan lapisan isolasi) dan meningkatkan daya tahan yang kuat dalam penyebarluasan (misalnya plastik plester eksternal tahan terhadap air) larutan menyebabkan di dinding. Air sehingga dihasilkan, membasahi dinding menyebabkan penurunan yang signifikan pada insulasi dinding. Selain itu, air kondensasi pada permukaan plester pro vocando noda, jamur dan, dalam kasus dinding atau finishing eksterior tahan air, dapat terjadi dalam beberapa tahun, detasemen pembengkakan dan dari plester sendiri. Dengan demikian jelas bahwa dinding eksterior, termasuk atap, harus permeabel terhadap uap dan pada saat yang sama isolasi. Di atap, jika tidak dilakukan sistem ventilasi yang memadai di bawah ubin, kita bisa mendorong munculnya jamur pada mendukung reng (dengan bahaya bahan alas), atau kemungkinan fenomena pembekuan padahal bahan yang dari imibito air. INSULASI SINTETIS Bahan isolasi utama, termal dan akustik, adalah polimer dengan struktur selular dengan kepadatan ratusan kg / m 3 (bahan semi-diperluas) dan, sangat sering, hanya beberapa lusin kg/m3. Struktur busa polimer dapat berupa: a) open-sel, saat sel-sel saling berhubungan; b) tertutup-sel, saat sel-sel terisolasi dari satu sama lain. Struktur ini dapat halus (jika datang ke halus bahan microcellular) atau kasar, dengan ukuran sel berkisar antara 0,05 mm sampai 2.1 mm. Properti dari polimer busa tidak hanya ditentukan oleh sifat kimia dan fisik-mekanik bahan awal (matriks), kepadatan dan struktur. Penurunan dengan penurunan kepadatan, belum tentu secara linear, sedangkan meningkatkan sifat mekanik, sampai batas tertentu, beberapa karakteristik seperti isolasi dan penyerapan suara. a celle aperte, in particolare se irregolari e grossolane, all'interno delle quali sono possibili ripetute riflessioni delle onde sonore, presentano caratteristiche di assorbimento acustico. Struktur hanya terdiri dari sel tertutup, yang tidak mungkin gerakan konvektif gas di dalam sel, memiliki isolasi termal yang tinggi. Bahan dengan sel terbuka, terutama jika tidak teratur dan kasar, yang mungkin dalam refleksi berulang gelombang suara, karakteristik penyerapan suara. Bahan selular juga diklasifikasikan menurut kekakuan mereka, rincian sejak produk dalam apa yang disebut "keras" dan "fleksibel." Untuk produksi busa yang Anda gunakan teknologi yang berbeda. Tekanan rendah proses,. Cair yang mengandung polimer terlarut gas yang membentuk cara disuntikkan ke dalam cetakan dalam jumlah kurang dari volume rongga, bahwa rongga kemudian diselesaikan

9 dengan memperluas pengaruh gas terlarut. Materi yang menunjukkan permukaan kasar dan berbintikbintik khas, hasil dari ledakan gelembung polimer cair, ke dinding dingin cetakan. Co-proses injeksi. Proses ini melibatkan penggunaan dua unit injeksi, satu untuk bahan kompak, yang akan membentuk "kulit", dan yang kedua untuk produk yang akan disuntikkan ke diperluas. Kedua kelompok digabungkan dengan perangkat pengunci. Ini memiliki suntikan dalam dua tahap: pertama produk kompak yang mengisi hanya sidik jari, maka bahan diupgrade yang melengkapi rongga. Permukaan halus dan kompak dan tidak memerlukan operasi finishing. Proses tekanan gas dalam cetakan. Ini adalah proses yang paling banyak digunakan saat ini. Massa cair, yang berisi agen meniup disuntikkan ke dalam cetakan yang diadakan di bawah tekanan dalam cukup besar untuk menyeimbangkan dell'espandente tekanan (20-30 atm), sehingga mencegah perluasan dalam tahap pengisian. Penghitung dibersihkan hanya untuk mengisi jumlah jejak yang memungkinkan hampir tahap ekspansi dalam cetakan, bukan dingin. Gas yang dibutuhkan untuk perluasan dan akuisisi struktur selular dibuat dengan metodologi yang berbeda. Ekspansi Mekanikal: Pada metode ini gas (udara) yang tersebar dengan cara mekanis, menggunakan peralatan sebanding dengan blender, polimer ditingkatkan ke tingkat dan viskositas tegangan permukaan untuk menjaga gelembung udara dimasukkan. bahan tersebut kemudian diperlakukan untuk memperkuat struktur. Perluasan Fisik: Pada metode ini cairan polimer adalah menambahkan cairan inert larut dalam sistem dan mempunyai titik didih sedikit di atas suhu kamar. Dengan penguapan cairan, disebabkan oleh kenaikan suhu atau penurunan tekanan, ada perluasan massa kental. Memperluas zat kimia digunakan dalam proses-proses, padat pada suhu kamar, yang pada pemanasan terurai melepaskan gas. Anda biasanya menggunakan senyawa azo. Busa poliuretan Polyurethane adalah produk dari suatu reaksi kimia antara dua komponen, isosianat dan senyawa organik yang memiliki sedikitnya dua kelompok OH di molekul. Polimer yang diperoleh sebagai hasil reaksi ini memiliki sifat yang membuatnya fungsional untuk menggunakan beberapa. Busa polyurethane kimia inert, tidak larut dan tidak metabolisme. Dalam bangunan menggunakan busa polyurethane kaku, tertutup sel. Mereka dicirikan oleh sifat mekanik miskin (sekitar 2 kg / cm 2) dan memiliki koefisien yang sangat rendah konduktivitas termal (0,020-0,025 W/m2 C). Busa polyurethane tahan terhadap bahan kimia dan aktivitas biologis bahkan dalam lingkungan yang keras (air garam, asam dan basa encer, hidrokarbon alifatik, atmosfer gas dan / atau saline). Ini fitur variasi dimensi yang sangat kecil di interval antara -100 C dan 80 C. Bahan kimia terbaik dan sifat fisikmekanik dari busa poliuretan memiliki kerapatan yang sama atau lebih besar dari 30 kg / ml. Putaran dari fitur, kualitas hidup: panel, pada kenyataannya, memenuhi syarat untuk dibentuk tanpa kesulitan apapun. Expanded polystyrene (EPS)

10 The polistiren diperluas, menengah untuk produksi EPS, yang merupakan standar polystyrene menggabungkan agen bertiup (pentana atau isopentana). Muncul dalam bentuk manik-manik bulat dengan diameter 0,3-2 mm, dengan kepadatan tampak dari 700 kg/m3. Ia kemudian bekerja secara bertahap untuk memberikan polistiren (juga dikenal sebagai polystyrene) busa. Preespansione. Ini terdiri dari pemanasan polistirena manik-manik pada suhu di atas 90 C, biasanya melalui kontak langsung dengan uap air, dalam kontainer khusus. Manik-manik, disimpan dalam agitasi konstan, yang berkembang di secara seragam, untuk mengambil bentuk dari bola berongga dari 4-8 mm. Pada tahap ini kepadatan jelas produk adalah kg/m3. Jatuh tempo antara,. The mutiara, sehingga memperluas disembuhkan selama beberapa jam pada suhu kamar. Jadi ada pengeringan mutiara dan keseimbangan tekanan internal, sampai ke 1 atmosfer selama fase pendinginan. Sintering. The perlit diperluas, setelah jatuh tempo, mereka dipindahkan ke dalam cetakan, di mana pada pemanasan berikutnya, biasanya uap, adalah pengelasan manik-manik sendiri bersama dan pencapaian barang-barang manufaktur. polystyrene juga dapat diproduksi dengan ekstrusi standar polistiren dengan pengenalan simultan gas di bawah tekanan dalam sebuah ekstruder. blok isolasi termal yang dihasilkan yang dipotong oleh kawat panas (dipanaskan sampai 200 C dengan melewatkan arus listrik) di piring. Busa polistiren, diproduksi di normal atau tahan api, adalah sel, kaku tertutup, kepadatan antara 10 dan 40 kg / ml. Ini terdiri dari sekitar 98% udara dan hanya 2% dari bahan struktural: menyediakan konduktivitas rendah. Untuk memastikan kekuatan mekanik yang cukup akan menggunakan bahan dengan kepadatan tidak kurang dari 15 kg/m3. Koefisien konduktivitas termal sekitar 0,032 W/m2 C, sedangkan suhu maksimum adalah 70 C. The EPS permeabel terhadap uap air, sehingga bernapas, tapi tahan air. Penyebab permeabilitas uap air di dalam kamar dan bangunan terisolasi dengan EPS membentuk cetakan. Busa polistiren tidak memiliki karakteristik isolasi suara, bagaimanapun, membuat kontribusi yang signifikan sebagai komponen dalam struktur massa-pegas. The EPS tanpa nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan jamur, bakteri atau organisme lain, tidak membusuk atau jamur. perilaku Api: yang terdiri dari karbon dan hidrogen, adalah karena sifatnya yang bahan mudah terbakar. Menyatu pada sekitar 450 C dan api menyebar secara spontan. EPS digunakan dalam membangun flame retardant, diperoleh dengan aditif yang sesuai. Fenolik busa Resin fenolik diperluas, dengan cara fisik, dengan menggunakan cairan mendidih rendah. Materi yang kaku, keropos, rapuh, sifat mekanik sederhana. Pameran yang sangat baik ketahanan terhadap panas dan api. Daerah ini dibatasi oleh karakter api melindungi lapisan dalam nyala api. Aplikasi yang paling umum adalah isolasi panas pada bangunan melalui penggunaan lembaran dipotong dari blok dan dalam kasus pipa, menggunakan kerang preformed. espanso PVC busa

11 Busa Polivinil klorida dibuat dari monomer vinil klorida menggunakan nitrogen sebagai bertiup. Kerapatan yang diperoleh adalah dari urutan kg/m3. Konduktivitas termal adalah antara 0,025 dan 0,031 W/m2 C. Suhu maksimum kerja adalah 70 C. Ia memiliki sifat mekanik dan listrik yang baik, tahan terhadap api, gas-ketat. Hal ini digunakan untuk pipa, katup, gasket, bahan lantai, profil, panel, ubin, panel, daun jendela dll. Penggunaan material ini sangat umum dalam sistem aliran udara dalam beberapa tahun terakhir. Karakteristik bahan-bahan (fleksibilitas, tidak adanya lingkungan kontraindikasi selama pemrosesan, ditambah dengan kemungkinan film foil pelindung atau logam, stiker pemasaran dalam gulungan) membuat mereka yang paling cocok untuk isolasi pipa penyalur. MINERAL ISOLASI cellulare Kaca sel Produk dasar adalah isolator kaca murni. Selain itu adalah sejumlah kecil batubara untuk menyebabkan sekitar 1300 C, oleh oksidasi, pembentukan gelembung kecil CO, di dalam gelas cair. Gelembung ini menimbulkan struktur selular dari kaca dan mengubahnya menjadi bahan isolasi. Memiliki koefisien konduktivitas termal 0,050 W / m 2 C. Hal ini tahan api (Euroclasse A1). Ini tidak menghasilkan asap gas atau beracun, bahkan ketika mengalami nyala api. Tahan terhadap kompresi tinggi: 6 sampai 16 kg/cm2. Hal ini dibuat dalam bentuk ubin atau panel (dirakit dan lapisan lebih dilapisi di kedua sisi) yang digunakan untuk isolasi masingmasing. Hal ini tahan untuk cairan dengan total penghalang uap dan gas. Dapat digunakan sampai suhu 400 C, sambil mempertahankan karakteristiknya. Seperti kaca normal, kaca selular mempertahankan sifat dari waktu ke waktu dan dapat menjadi penghalang untuk banyak aplikasi dalam insulator lainnya. Rock wol wol ini ditemukan di pulau Hawaii pada abad awal. Ini berutang asal untuk proses solidifikasi dalam bentuk serat-serat lava terlempar ke udara selama aktivitas letusan. Proses produksi mineral wool dimulai dengan fusi batuan vulkanik pada suhu 1500 C, setelah seleksi yang ketat dari bahan geologi. Bahan baku lain yang Suben Tran dalam proses pencairan batu, adalah: bahan kapur "gelap", yang menurunkan suhu leleh; briket, campuran terdiri dari berbagai unsur-unsur mineral diukur dalam jumlah yang dikendalikan; penambahan dosis tepat briket untuk magma mencapai kualitas yang diinginkan dari wol yang dihasilkan ; kokas, bahan bakar.

12 Bahan baku, benar proporsional, kemudian digabungkan dan diolah menjadi serat. Lapisan wol batuan, ditaburi dengan resin (primer) kemudian didistribusikan di karpet dan melewati sebuah oven curing untuk memungkinkan resin. bahan tersebut kemudian dipotong menurut ukuran. Ia menjual dalam bentuk merasa (kepadatan kg/m3, koefisien konduktivitas termal 0,042-0,047 W/m2 C), panel (kepadatan kg/m3, koefisien konduktivitas termal 0,040-0,044 W/m2 C) dan cangkir (100 kg/m3 kepadatan, koefisien konduktivitas termal 0,040 m W / 2 C sampai 40 C). Kehadiran banyak sel dalam struktur isolasi wol batuan adalah tindakan yang kuat. wol ini juga disebabkan oleh struktur sel terbuka, bahan menyerap suara yang sangat baik. Wol mineral meleleh pada suhu di atas 1000 C. Tidak memberikan kontribusi untuk pengembangan dan penyebaran api atau all'eissione gas beracun. Dia bisa, karena itu, untuk menggabungkan proteksi kebakaran, mudah terbakar, insulasi termal, penyerapan suara. Wol batuan, untuk struktur khususnya, tidak menyerap air atau uap air, sehingga menjaga keutuhan karakteristik dari waktu ke waktu. Tidak mengandung agresif atau korosif, tidak menyediakan dukungan untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, jamur dan bakteri. Kaca serat Industri glass wool, diperlakukan dengan pengikat khusus digunakan untuk isolasi panas di dalam atau di luar pipa. Proses produksi dilakukan melalui langkah-langkah berikut: fusi bahan baku dalam oven kontinu pada suhu 1400 C; pengolahan kaca cair ke dalam serat dengan melewati gelas, cepat berputar, dilengkapi dengan lubang bundar kecil; che polimerizzano in aria calda; ukuran serat dengan resin yang menyembuhkan di udara panas; mendapatkan produk dalam bentuk kain kempa, panel dan kerang. Isolasi glass wool adalah alami, ramah lingkungan, aman, dengan perilaku api yang baik, tahan air dan kelembaban, tetap tidak berubah dari waktu ke waktu, dengan kinerja tinggi isolasi termal dan akustik. Pada glass wool kinerja yang sama memiliki biaya yang lebih rendah daripada insulator lainnya. Hal ini digunakan dalam dirasakan (kepadatan kg/m3, koefisien konduktivitas termal 0,040-0,050 W/m2 C), panel (kepadatan kg/m3, koefisien konduktivitas termal untuk 0,046 0,040 W / m 'C ) dan cangkir (60 kg/m3 kepadatan, koefisien konduktivitas termal 0,040 W / m 2 C). Reaksi terhadap kebakaran: Kelas 1. Wol kaca, bahkan jika direndam dalam air, setelah kering, ia mendapatkan kembali sifat thermal, akustik dan mekanik. Bahkan terhadap kelembaban tidak dianggap "hidrofilik" dan karena itu tidak kehilangan kualitas insulasi. Tidak seperti bahan isolasi berbasis petroleum yang, apabila terjadi kebakaran, gas beracun bisa, wol kaca uncoated, sedang anorganik, bukan bahan bakar, itu tidak melepaskan asap beracun dan tidak turun panas, yang berbahaya untuk orang selama api.

13 Vermikulit Vermikulit adalah keluarga mineral mika, silikat terhidrasi dari magnesium dan aluminium. Muncul dalam bentuk struktur kristal pipih yang terkandung dalam air zeolit. Vermikulit memperluas bawah aksi panas. Ekspansi ini hanya dalam arah ortogonal terhadap bidang runtuh dari tepi. Perluasan, sehingga dalam pembentukan banyak pori-pori yang mengisi dengan udara, disebabkan oleh penguapan cepat zeolit. Aku memberikan micropores vermikulit kualitas isolasi dan berat jenis rendah. Suhu berkisar antara 800 Ekspansi dan 1100 C. Mineral tanah dipertahankan pada suhu ini untuk kali variabel (dari 1 / 2 sampai 10 detik), tergantung pada sifat dan ukuran materi. vermikulit ini digunakan untuk isolasi "massal" untuk loteng dan untuk persiapan mortir dan plester, isolasi termal dan akustik. Perlite Perlit adalah batuan lava gunung berapi. Tanah rock, akibat suhu tinggi (antara 850 dan 1000 C), dicapai dalam perluasan tungku, kehilangan air konstitusi. Air ini menguap menggembungkan dinding kaca di sekitarnya dan menyebabkan peningkatan volume (10 sampai 15 kali) dari granula tersebut. Proses ini, ireversibel, mengarah pada pembentukan gigi berlubang, tertutup sel, memberikan isolasi perlit diperluas. Perlit diperluas adalah tahan api. Hal ini disebabkan reaksi 0 Class untuk api. Perlit diperluas tidak diserang oleh mikro-organisme untuk kemandulan dan pengembangan anorganik dan non-aktif polutan mikrobiologi. Menjaga isolasi listrik dari waktu ke waktu, dan semua karakteristik kinerja. Perlit diperluas memiliki perilaku yang sangat mirip dengan vermikulit. Dan tersedia secara komersial butiran 0-3 mm berat tandan antara 90 dan 120 kg/m3 dengan koefisien konduktivitas termal 0,042 / C W m 2 pada 4 C dan 0,05 W/m2 C sampai 24 C. Cork isolasi tanaman Cork dihasilkan dari kulit tanaman yang dikenal sebagai "ek gabus." ek ini lebih menyukai daerah beriklim sedang dan tanah kaya kalium. Kondisi lingkungan yang terletak di strip sempit basin Mediterania. Tidak seperti bahan isolasi sintetis, gabus tidak mengeluarkan gas beracun apapun dalam kasus kebakaran, meleleh dan tidak menetes. Setelah pengobatan menghancurkan dan penggilingan dari gabus kulit, butiran gabus, dibebaskan dari sampah dan kayu berpori, ditempatkan dalam oven di bawah tekanan dan dipanaskan sampai sekitar 380 C, dari kontak dengan udara. naturali del sughero cominciano a liquefarsi, risalendo verso la superficie del granello, iniziando così un processo di saldatura dei granuli, perfezionato poi da un trattamento sotto pressa che determina la struttura dell'agglomerato e la dimensione di ogni singolo pannello. Pada suhu dan tekanan, resin mulai mencairkan gabus alam, akan kembali ke permukaan granul, sehingga awal proses pengelasan butiran-butiran, yang kemudian diperbaiki oleh perlakuan dalam pers yang menentukan struktur aglomerasi dan ukuran masing-masing satu panel. Semua ini tanpa penambahan aditif, atau pengikat buatan. Panel memiliki kestabilan dimensi yang baik dan kuat tekan. Koefisien konduktivitas termal sekitar 0,040 W/m2 C.

14 Kayu ). serat kayu, yang diperoleh dari limbah gergaji, harus digabungkan dengan kompresi karena sifat perekat lignin, hadiah resin alami dalam serat, dan bahan tambahan lainnya ( resin ). Produk akhir insulasi panas dan akustik biodegradable dan sangat baik. Koefisien konduktivitas termal sekitar 0,055 W / m `C. Indikator kualitas panel ini adalah gravitasi spesifik. Secara umum, yang terbaik adalah yang diproduksi dengan kayu lunak. kayu, sebagai bahan organik, ketika mengalami kondisi buruk dan serangan hama, memburuk. Hal ini memperpanjang hidupnya dengan memperlakukan itu dengan pengawet antibakteri. E 'dapat mengobati dengan flame retardants, brominated. Goni Rami membentuk merasa dari serat alami yang dipadatkan dengan proses mekanis. Karena kelembutan adalah mungkin untuk digunakan sebagai isolasi dalam subflooring lantai. Memiliki breathability baik. BERBEDA INSULATOR Kayu-semen Panel kayu-semen serat terdiri dari sekitar 65% dari chip kayu panjang dan tipis dan 35% dari beton semen portland atau magnesium. Serat dikenakan pengobatan yang mineralisasi, sementara tetap mempertahankan sifat mekanik kayu, membatalkan proses kerusakan biologis dan meningkatkan ketahanan terhadap api. Serat yang dilapisi dengan beton, terikat bersama-sama di bawah tekanan untuk membentuk stabil, tahan lama, kompak dan tahan lama. Mereka menyiapkan lembaran datar atau bergelombang densitas kg/m3. Ini kemungkinan besar akan diberikan sebagai batu bata biasa. Ruang antara serat bertanggung jawab untuk penyerapan suara, sementara struktur panel kayu selular memberikan keringanan dan elastisitas. Hal ini digunakan untuk: isolasi loteng; isolasi atap; interior dan eksterior; dinding yang meliputi tahan api (REI 120); lapisan struktur dari kayu, logam dll isolasi suara antara lantai dan kamar yang berdekatan; akustik langit-langit. Panel diperoleh: mutlak ketidakpekaan terhadap air, embun beku, kelembaban;

15 tidak adanya degradasi biologis dan pertumbuhan jamur; tahan api yang sangat baik dan tidak ada gas beracun atau asap; diklasifikasikan Kelas 1. Cellular beton Penggunaan beton selular disebabkan tidak hanya ringan dan konduktivitas termal yang rendah, tetapi juga tahan terhadap api. Expanded clay-blok beton Blok dibuat dengan campuran tanah liat diperluas dan beton dengan porositas tinggi (densitas kg/m3) adalah, oleh porositas permukaan, baik karakteristik penyerapan suara, dan untuk massa yang relatif tinggi, sifat isolasi suara yang baik. Mereka juga memiliki ketahanan yang sangat baik untuk kebakaran (Kelas 0) dan insulasi panas yang sangat baik (0,25 W/m2 C). Sarang lebah bata Memiliki koefisien konduktivitas termal tidak lebih dari 0,30 W/m2 C. Hal ini jauh di bawah bahwa batu bata tradisional (0,45-0,50 W/m2 C) dan isolasi suara yang lebih tinggi dengan lebih dari 30% dibandingkan dengan yang tradisional. Khusus kaca untuk mengendalikan matahari dan insulasi panas Penggunaan kaca lembaran di bangunan berhubungan dengan penilaian yang cermat terhadap perannya dalam konsumsi energi bangunan, dengan referensi khusus untuk bangunan ber-ac. Dalam rangka mengurangi efek radiasi matahari yang terlalu kuat atau langsung dalam rangka meningkatkan isolasi termal dari jendela, telah dikembangkan pelapis khusus dan teknik untuk produksi mereka. Lapisan dapat diadopsi untuk mengurangi biaya AC di pemanasan musim panas atau musim dingin, atau keduanya bersama-sama. Inoltre, per il comfort visivo, sono importanti anche altri parametri, quali la trasmittanza delle radiazioni visibili, il colore e la resa cromatica, correlati alla natura chimico-fisica dei film di rivestimento e alla metodologia di deposizione impiegata. Un primo tentativo di fare assumere un ruolo antisolare al vetro è stato compiuto realizzando i vetri "assorbenti", in pratica vetri colorati in massa, in virtù dell'introduzione di ossidi metallici coloranti nelle materie prime da fondere. Si può così ottenere una colorazione verde, grigia, bronzo, blu o ambra, con soluzioni estetiche di un certo pregio. Questi vetri bloccano in parte la radiazione solare incidente, assorbendola. Tuttavia, l'assorbimento di parte della luce visibile può talora rendere necessaria l'illuminazione artificiale anche di giorno. Il vetro verde attenua più degli altri la trasmissione delle radiazioni visibili. La soluzione ottimale, per ridurre il passaggio dell'energia solare attraverso una vetrata, è l'utilizzo dei vetri "riflettenti". Questi s'identificano come antisolari giacché riflettono verso l'esterno della vetrata una notevole frazione dell'energia solare incidente. Essi sono ottenuti mediante deposizione di metalli e/o ossidi metallici mediante: pirolisi, cioè mediante reazione sulla superficie del vetro caldo di opportuni reagenti spruzzati allo stato di soluzione nebulizzata;

16 spruzzatura catodica in campo elettromagnetico di elevata intensità e sotto vuoto spinto di metalli quali oro, argento, bronzo, alluminio. Questi vetri sono disponibili anche temprati e accoppiati e in forma di vetrocamera (col rivestimento in faccia 2, ossia sul lato interno del vetro esterno), per un maggior isolamento termico. Se si vuole aumentare l'isolamento termico di una vetrata non si ottiene nessun risultato pratico aumentando lo spessore del vetro. La resistenza alla trasmissione del calore di una parete, costituita da strati successivi di materiali diversi, è data dalla somma dei valori di resistenza di ogni singolo strato. Pertanto, se s'inserisce tra due vetri un'intercapedine di aria (disidratata per evitare fenomeni di appannamento), essendo la sua conducibilità dell'aria circa 50 volte minore di quella del vetro, si otterranno valori di coibenza molto elevati. Si hanno in tal modo i "vetrocamere", nei quali la tenuta dell'intercapedine di aria è assicurata da opportuni sigillanti. Il valore del coefficiente di trasmissione K, che nel caso di un vetro singolo è dell'ordine di 6 W/m2 C, può assumere il valore di 3-2,8 W/m2 C per vetrocamera costituiti da due lastre con intercapedine di 6-12 mm. Per ridurre le dispersioni termiche sono stati introdotti sul mercato vetri, detti "bassoemissivi", costituiti da lastre su cui è stato deposto un particolare film a bassa emissività. Questi vetri riflettono verso l'ambiente interno un'alta percentuale di energia irraggiata dall'interno degli ambienti. Il vetro, inteso come elemento di chiusura di una parete, non sembra certo un materiale idoneo all'isolamento acustico. L'attenuazione delle vibrazioni è proporzionale alla massa del materiale la quale, per il vetro, assume valori modesti data la sua bassa densità e gli spessori esigui delle lastre. Dal punto di vista dell'isolamento acustico una doppia vetrata si comporta come un vetro di spessore equivalente alla somma dei due vetri che la compongono, a meno che l'intercapedine di aria sia molto larga. In definitiva, il potere fonoassorbente di una vetrata dipende soprattutto dal peso di essa per unità di superficie (ossia dal suo spessore). Occorre rilevare che il comportamento acustico di una finestra non può essere considerato solo riguardo al tipo di vetro montato, essendo molto influenzato dal grado di tenuta dei giunti e dei serramenti e dall'efficacia d'isolamento dei cassonetti. Materiali di rivestimento e finitura I materiali isolanti sono spesso costituiti da prodotti danneggiabili con facilità. Se esposti all'atmosfera esterna, o alla presenza di agenti molto aggressivi, essi devono essere protetti ricorrendo a un rivestimento con opportuni materiali. I principali tipi di rivestimento sono elencati di seguito. Neoprene. Il neoprene nero, a base di gomma naturale, usato per rivestire gli isolanti a base di fibre, è il più efficace poiché, mentre fornisce un'assoluta protezione alle fibre stesse, consente alle onde sonore di penetrare nel materassino ed essere assorbite. Lamierino di alluminio. Si utilizzano fogli di alluminio di spessore variabile da 5 a 10 decimi di millimetro, in relazione al fatto che l'installazione sia in ambienti interni o esterni. È questo un sistema di rivestimento costoso, ma efficace, con buoni risultati estetici. È consigliabile il suo utilizzo quando sono da isolare condotte a vista. È necessario il suo impiego per opere esterne e soggette pertanto a continue variazioni di condizioni di esercizio (sole, acqua, vento ecc.).

17 Lamiera zincata. Ha le stesse proprietà del lamierino di alluminio, ma è meno pregevole dal punto di vista estetico e più soggetto alla corrosione. Posta in opera, il suo costo è molto simile a quello del lamierino di alluminio e, pertanto, non vale la pena di ricorrervi per lavori comuni. Il suo impiego si limita pertanto a quando vi è la necessità di rivestimenti robusti e, quindi, di spessore elevato. Carta Kraft. La carta kraft è una robusta carta traspirante di pura cellulosa. È idonea a impedire la penetrazione di aria umida nell'isolamento termico e acustico oppure come protezione anti-infiltrazioni nei solai di legno. Cartongesso. E un materiale costituito da uno strato di gesso racchiuso fra due fogli aderenti di cartone. In cartongesso si eseguono controsoffitti e pareti divisorie che permettono l'alloggiamento d'impianti tecnici e l'inserimento di materiali termo-acustici. Queste opere possono essere in Classe 1 o Classe 0 di reazione al fuoco e anche REI 60 / 90 /120 di resistenza al fuoco. Si distinguono diverse tipologie, di tipo standard, ad alta flessibilità per superfici curve, di tipo antifuoco con cartoni ignifughi resistenti al fuoco, idrofugo con elevata resistenza all'umidità o al vapor acqueo e fonoisolante.

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan. Dalam ilmu geologi,

Lebih terperinci

Aerated Lightweight Concrete

Aerated Lightweight Concrete Aerated Lightweight Concrete Aerated Lightweight Concrete (ALC, beton ringan aerasi) diproduksi dari semen, pasir halus, air dan bahan aditif khusus (Foaming Agent) yang menghasilkan blok, partisi, panel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Umum Menurut SNI-03-2834-993, pengertian beton adalah campuran antara semen Portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prinsip Dasar Percobaan Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beton menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya, dan air untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baja. Pilihan menggunakan beton sebagai bahan konstruksi ini dikarenakan beton

BAB I PENDAHULUAN. baja. Pilihan menggunakan beton sebagai bahan konstruksi ini dikarenakan beton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan beton sebagai salah satu pilihan konstruksi bangunan sipil lebih di kenal luas dibandingkan dengan bahan konstruksi lain seperti kayu dan baja. Pilihan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan

Lebih terperinci

Penggunaan EPS untuk Gedung (EPS - Expanded polystyrene)

Penggunaan EPS untuk Gedung (EPS - Expanded polystyrene) Penggunaan EPS untuk Gedung (EPS - Expanded polystyrene) Dengan semakin meningkat biaya gedung, persyaratan bangunan yang cepat, meningkatnya biaya energi dan kesadaran yang lebih besar pemanasan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas tentang latar belakang diadakan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang akan diperoleh dari penelitian ini, batasan penelitian serta keaslian penelitian

Lebih terperinci

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara ISOLATOR Pada sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, perlu digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran. Pada saluran transmisi dan distribusi,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

Kimia Terapan dalam Bidang Teknik Sipil

Kimia Terapan dalam Bidang Teknik Sipil Kimia Terapan dalam Bidang Teknik Sipil 1. MATERIAL Di bidang industri, ilmu Kimia seringkali sangat dibutuhkan. Mesin-mesin besar di industri membutuhkan logam yang baik dengan sifat tertentu yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan Beton biasa merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat 2400 kg/m3 dan menghantarkan panas. Untuk mengurangi bahan mati suatu struktur beton atau mengurangi

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H POLIMER BAHAN TEKNIK 1 PENGERTIAN Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H C = C C C C H H H H H Etilen Monomer Polietilen Polimer Susunan molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge Fisika Bangunan 2: Bab 8. Penyerapan Suara (Resonator Rongga dan celah) Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 82 Resonator Rongga Penyerap jenis ini terdiri dari sejumlah udara tertutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian beton dalam bidang konstruksi dewasa ini memang sering kali dijumpai. Beton diminati karena mempunyai banyak kelebihan dibandingkan bahan yang lain. Berat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik Fisika Bangunan 2: Bab 7. Penyerapan Suara Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 64 Penyerap akustik dalam ruangan Penyerapan bunyi Bahan lembut, berpori dan kain serta juga manusia menyerap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton

BAB I PENDAHULUAN. campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan buatan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada lima puluh tahun terakhir, produk-produk yang dibuat dari bahan plastik telah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bahan plastik ini mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI 0324612002 Standar Nasional Indonesia ICS 91..30 Badan Standarisasi Nasional Prakata Metode oengambilan dan pengujian beton inti ini dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTUI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 201

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTUI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 201 PEMICU : 1 TOPIK : PERPINDAHAN KALOR KONDUKSI TUNAK DAN SISTEM INSULASI PERPIPAAN Oleh : KELOMPOK : 1 ANGGOTA : 1. Afdal Adha (1106011890) 2. Anifah (1106011461) 3. Inez Nur Aulia Afiff (1106009500) 4.

Lebih terperinci

Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana.

Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana. Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana http://belajar-refrigerasi.blogspot.com/ Poliuretan atau polyurethane biasa dipakai untuk bahan isolasi temperatur pada mesin pendingin [Kulkas, coldsotage dan

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Sri Mulyati, Dahyunir Dahlan, Elvis Adril Laboratorium Material dan Struktur, Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si. PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si. Abstrak Mortar adalah campuran yang terdiri dari semen, pasir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya sarana maupun fasilitas kepentingan umum yang layak dan memadai, merupakan salah satu wujud dari keberhasilan program pembangunan. Fasilitas kepentingan

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia industri dapat menyebabkan persediaan minyak bumi akan semakin habis karena minyak bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa lalu, material yang utama digunakan sebagai pasangan dinding adalah batu beton yang terbuat dalam lempung yang dibakar. Seiring dengan perkembangan jaman

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation 14.4 Isolasi bunyi pada kolong udara dengan partisi double lapis Seperti yang terlihat dari

Lebih terperinci

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan. /BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

Lebih terperinci

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan.

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN PANAS SUHU DAN PANAS Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN KESETIMBANGAN TERMAL Konsep suhu berakar pada ide-ide kualitatif

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF DIMAS P. DIBIANTARA 3110.105.020 Dosen Konsultasi: Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri, ST.,MT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir, beton merupakan material konstruksi yang paling umum dan sering digunakan. Pada dasarnya beton terbentuk dari dua bagian utama yaitu pasta

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam 43 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam padi terhadap kekuatan komposit beton ringan tersebut dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bata Merah 2.1.1 Definisi bata merah Suatu unsur bangunan, yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Shotcrete Metode shotcrete adalah aplikasi mesin penyemprot beton yang ditemukan pada tahun 1910 oleh Carl Ethan Akeley (1864-1926). Kemudian berkembang dengan berbagai metode

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka semakin bertambah pula kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Salah satu sumber air yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari hari adalah air tanah. Air tersebut berasal dari hujan yang merembas masuk ke dalam tanah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

PENGARUH WC RATIO PADA PERUBAHAN PERILAKU BETON MUTU NORMAL PADA TEMPERATUR TINGGI PASCA KEBAKARAN. Norman Ray Staf Pengajar Teknik Sipil ITATS

PENGARUH WC RATIO PADA PERUBAHAN PERILAKU BETON MUTU NORMAL PADA TEMPERATUR TINGGI PASCA KEBAKARAN. Norman Ray Staf Pengajar Teknik Sipil ITATS PENGARUH WC RATIO PADA PERUBAHAN PERILAKU BETON MUTU NORMAL PADA TEMPERATUR TINGGI PASCA KEBAKARAN Norman Ray Staf Pengajar Teknik Sipil ITATS A B S T R A K Tingkat keparahan bangunan akibat kebakaran,

Lebih terperinci